Anda di halaman 1dari 7

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Larangan Body Shaming


atau Mengolok-olok Fisik Orang Lain dalam
Islam
Ahmad Mundzir 
Rabu, 17 Mei 2023 | 06:00 WIB

Khutbah Jumat ini memaparkan larangan body shaming atau mengolok-olok fisik orang
lain dalam Islam. Body shaming sering terjadi baik disengaja atau tidak; baik di
dunia nyata maupun di dunia maya. Karena itu perlu disadari bahwa Islam
melarang body shaming secara tegas. 

 
Teks khutbah Jumat ini berjudul “Khutbah Jumat: Larangan Body Shaming atau Mengolok-
olok Fisik Orang Lain dalam Islam”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan
klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop).
Semoga bermanfaat!

 
 
Khutbah I

 
‫ َوَاْشَهُد َاَّن‬،‫ َاْشَهُد َاْن َلا ِاَلَه َّلِا ا اللُه َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه‬.‫ َاْل َحْمُد للِه اَّلِذْي َأ ْنَعَم َعَلْيَنا ِبِص َّح ِة اْلَأ ْرَواِح َواْلَأ ْبَداِن‬،‫َاْل َحْمُد للِه‬

‫ لَاَّل ُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوآِلِه َوَص ْحِبِه َوَمْن‬.‫ اَّلِذْي َبَعَثُه اللُه اْلَمِلُك اْلُقُّد ْوُس اْلَمَّن اُن‬،‫َسِّيَدَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُله‬
‫ َأ َّم ا َبْعُد‬. ‫َتِبَعُهْم بِإ ْح َساٍن ِاَلى َيْوِم اْلِقَياِم‬
 

‫ َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‬،‫ ُأ ْوِص ْيِنْي َنْفِسْي َوِاَّي اُكْم ِبَتْقَوى اللِه‬، ‫َفَيا َاُيَها الَّن اُس‬
‫ َيا َأ ُّي َها اَّلِذْيَن آَمُنْوا اَّت ُقْوا اللَه َوُكْوُنْوا َمَع الَّص اِدِقْيَن‬،‫َقاَل اللُه َتَعاَلى ِفْي ِك اَتِبِه اْل َكِرْيِم‬
 
Mas’asyiral hadirin, hafizhakumullah 

Baca Juga:

Khutbah Jumat: Keutamaan Menutupi Aib Orang Lain


Pada kesempatan yang mulia ini dan di tempat yang mulia ini, kami berwasiat kepada
pribadi kami sendiri, juga kepada para hadirin sekalian, marilah kita senantiasa
meningkatkan takwa kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara berusaha selalu
mengerjakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. 

 
Mas’asyiral hadirin, hafizhakumullah 

Pada siang hari ini kita diberikan kenikmatan yang luar biasa oleh Allah berupa nikmat
iman, islam, dan kesehatan jasmani, sehingga kita bisa melaksanakan ibadah shalat Jumat,
Alhamdulillahi rabbil alamin. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke pangkuan
Nabi agung Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam.

 
Hadirin yang mulia
Body shaming merupakan tindakan yang merendahkan, menghakimi, atau mengkritik
penampilan tubuh seseorang, baik itu berdasarkan berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh,
atau atribut fisik lainnya. 

 
Sebagian orang terperangkap dalam pola pikir yang memandang penampilan fisik sebagai
patokan kesempurnaan seseorang. Namun, sebenarnya setiap individu diciptakan dalam
keunikan dan keindahan yang berbeda-beda. Ini adalah bukti keagungan penciptaan Allah
subhanahu wa ta'ala. 

Baca Juga:

Khutbah Jumat: 4 Resep Hidup Bahagia


Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman: 

 
‫َلَقْد َخَلْق َنا ٱْلِإ نَٰسَن ِفٓى َأ ْح َسِن َتْقِو يٍم‬
 
Artinya, "Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya." (QS At-Tin: 4). 

 
Firman Allah ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap individu telah diberikan bentuk
fisik yang sempurna sesuai dengan rencana-Nya. Sempurna menurut pandangan Allah,
bukan menurut pandangan kita. Namun, sebagian orang baik mereka sadari atau tidak,
yang mempunyai kebiasaan, menjadi semacam budaya, menghakimi dan merendahkan
penampilan fisik orang lain.

 
Mengomentari bentuk tubuh, berat badan, atau atribut fisik lainnya, hanya akan melukai
hati dan mengurangi harga diri seseorang. Hal ini bisa saja terjadi dalam bingkai candaan
atau bahkan serius. Walaupun dalam balutan canda, baik di atas mimbar atau di luar
mimbar, di media sosial atau di dunia nyata, body shaming adalah tindakan yang wajib
dihindari, karena merendahkan fisik seseorang sama dengan merendahkan siapa yang
menciptakan.

 
Kita boleh bercanda tapi jangan sampai menertawakan bentuk fisik, atau pun bentuk suara,
yang kesemuanya adalah anugerah yang diberikan Allah subhanahu wa ta’ala. 

 
Dalam sebuah hadits diceritakan, suatu ketika Abdullah bin Mas’ud memanjat pohon arok
yang akan ia jadikan sebagai alat siwak, sedangkan Abdullah bin Mas’ud ini orang yang
kedua betisnya kecil. Di tengah ia mengambil kayu itu, betisnya tersingkap sehingga orang-
orang yang ada di sekitar situ menertawakannya. 

 
Hal ini diketahui langsung oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam. Rasul
kemudian bertanya kepada orang-orang yang hadir di situ:

 
 ‫ِمَّم َتْض َحُكوَن؟‬
“Ada sebab apa kalian tertawa?”, Tanya Rasul. 

 
‫َقاُلوا‬
 
Mereka menjawab:

 
 ‫ ِمْن ِدَّق ِة َساَقْيِه‬،‫َيا َنِبَّي اللِه‬
 
“Ya Nabiyyallah, karena kecilnya kedua betis Abdullah bin Mas’ud.”

 
‫َفَقاَل‬
 
Mendengar jawaban ini, Rasul lalu bersabda: 

 
 ‫ َلُهَما َأ ْثَقُل ِفي اْلِميَزاِن ِمْن ُأ ُحٍد‬،‫َواَّلِذي َنْفِسي ِبَيِدِه‬
 
Artinya, “Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh kedua betis
Abdullah bin Mas’ud itu lebih berat di timbangannya daripada gunung Uhud.” (HR.
Ahmad).

 
 
Ma’asyiral hadhirin, hafizhakumullah, 
Jika kita melihat hadits tadi, Rasululullah dengan jelas melarang orang menertawakan betis
Abdullah bin Mas’ud padahal sebatas menertawakan, tidak sampai keluar perkataan
mengomentari kecilnya betis Abdullah bin Mas’ud. Namun, dengan tertawa saja, jika itu
menyakitkan orang lain, hukumnya dilarang, walaupun jika kita lihat hadits tadi, Abdullah
bin Mas’ud tidak protes. Ia hanya diam saja.  

 
Kita perlu hati-hati di saat kita menertawakan, atau mengomentari kekurangan orang
secara fisik. Kita tidak bisa mengukur kalau orang yang kita tertawakan itu diam, berarti
dia tidak sakit, kalau dia protes, berarti tersinggung, tidak bisa seperti ini. Yang namanya
sakit hati itu di dalam, bukan di dalam. Tidak mesti orang yang sakit hati, kemudian ia
ungkapkan, atau ia ekspresikan kesakitannya. Jangan-jangan orang yang kita sakiti itu
sebenarnya hatinya sakit, namun ia tidak berani protes atau justru malah atas kebaikannya,
ia khawatir jika ia marah, malah mempermalukan kita yang menertawakan. Na’udzubillah.

 
Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam Kitab Az-Zawajir menyebutkan jika menyakiti hati
orang muslim adalah sebuah tindakan dosa besar. Begitu pula sahabat Ibnu Abbas
radliyallahu ’anhu sebagaimana disampaikan oleh Imam Ghazali menyebutkan, senyum
merendahkan dan tertawa penghinaan terhadap orang lain merupakan dosa yang pasti
tercatat. Kalau senyum adalah dosa kecil, maka tertawa adalah dosa besar. 

 
‫َوَقاَل ِاْبُن َعَّب اٍس ِفْي َقْوِلِه َتَعاَلى َيا َو ْيَلَتَنا َماِل َٰهَذا اْلِكَتاِب َلا ُيَغاِدُر َصِغيَرًة َوَلا َكِبيَرًة ِإ َّل ا َأ ْح َصاَها‬
 
Artinya, “Sahabat Ibnu Abbas RA perihal firman Allah SWT ‘Aduhai celaka kami, kitab
apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak juga yang besar, melainkan ia
mencatat semuanya,’ (Surat Al-Kahfi ayat 49).

 
Beliau mengomentari: 

 
‫ِإ ّن الَّص ِغْيَرَة الَّت َبُّس ُم ِباْلِاْس ِتْهَزاِء ِباْلُمْؤِمِن‬
 
Artinya, “Sesungguhnya yang masuk bagian dosa kecil adalah senyum yang bermakna
mengejek, merendahkan terhadap orang yang beriman.”

 
‫َواْلَكِبْيَرَة اْلَقْهَقَهُة ِبَذِلَك‬
 
“Sedangkan ‘yang besar’ adalah tertawa terbahak sebagai yang mempunyai nilai ejekan
terhadap orang beriman.”

 
‫َوَهَذا ِإ َشاَرٌة ِإ َلى َأ َّن الَّض ْحَك َعَلى الَّن اِس ِمْن ُجْمَلِة الُّذ ُنْوِب َواْلَك اَبِئِر‬
 
Artinya, “Hal ini sudah cukup sebagai isyarat bahwa menertawakan orang lain sebagai
ejekan termasuk dosa besar.”

 
 
Ma’asyiral hadirin rahimakumullah
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam mengingatkan kita di berbagai hadits tentang
akhlak-akhlak yang harus kita perhatikan. Misalnya hadits riwayat Abud Darda’: 

 
‫َلْيَس َشْي ٌء َأ ْثَقَل ِفي اْلِميَزاِن ِمَن الُخُلِق اْل َحَسِن‬
 
Artinya, “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan amal kita daripada akhlak
yang baik.” 

 
Minimalnya, apabila kita belum mampu berkata baik, belum bisa menyampaikan kata-kata
yang membuat orang lain senang, marilah kita diam saja, sebagaimana perintah
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam:

 
‫َمْن َكاَن ُيْؤِمُن ِبالَّل ِه َواْلَيْوِم الآِخِر َفْلَيُقْل َخْيًرا َأ ْو ِلَيْص ُمْت‬ 
 
Artinya, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia
mengatakan yang baik atau hendaklah ia diam.” (HR Al-Bukhari).

 
Sebagai individu yang mengamalkan ajaran agama Islam, kita diperintahkan untuk saling
mencintai, menghormati, dan mendukung satu sama lain. 

 
Syekh Zainuddin mengajak kita untuk mencintai orang lain sebagai manusia mencintai diri
sendiri supaya kita mendapatkan surganya Allah kelak.

 
 ‫ َحَّت ى َتُكْوَن ِب َّنَج ٍة َتَتَنَّع ُم‬# ‫َوَاْح ِبِب الَّن اَس َما ُت ِحُّب ِلَنْفِسَك‬ 
 
Artinya, “Cintailah manusia lain sebagaimana kau mencintai dirimu sendiri/agar kau kelak
mencecap kenikmatan surga.”

 
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

 
‫لَا ُيْؤِمُن َأ َحُدُكْم َحَّت ى ُي ِحَّب لَأ ِخْيِه َما ُي ِحُّب ِلَنْفِسِه‬
 
Artinya, "Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Al-Bukhari dan Muslim). 

 
Dalam akhir khutbah ini, marilah kita bersama-sama berkomitmen untuk menjadi agen
perubahan yang membawa dampak positif dalam masyarakat. Jangan biarkan tindakan
body shaming merusak hati dan pikiran orang lain. Jadilah individu yang membawa cahaya
kasih sayang dan penghargaan terhadap keindahan penciptaan Allah subhanahu wa ta'ala.
Semoga Allah memberikan hidayah dan kekuatan kepada kita semua untuk melawan sikap
dan perilaku yang merendahkan orang lain. Amin.

 
Semoga dunia yang kita huni ini selalu damai, dilindungi oleh Allah dari segala macam
pertikaian sehingga kita hidup damai, bisa beribadah kepada Allah dengan baik, dan pada
saatnya nanti kita dipanggil oleh Allah, akan mati dalam keadaan husnul khatimah. Amin
ya Rabbal alamin. 

 
‫ َوَنَفَعِنْي َوِاَياُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن الَّص َلاِة َوالَّزَكاِة َوالَّص َدَقِة َوِتَلاَوِة اْلُقْرَاِن َوَجِمْيِع‬،‫َباَرَك الل ِلْي َوَلُكْم ِفْي َهَذا اْلَيْوِم اْل َكِرْيِم‬
‫ُه‬
،‫ َفاْس َتْغِفُرْوُه‬،‫ َأ ُقْوُل َقْوِلْي َهَذا َوَأ ْس َتْغِفُر اللَه ِلْي َوَلُكْم‬،‫ َوَتَقَّب َل ِمِّنْي َوِمْنُكْم َجِمْيَع َأ ْعَماِلَنا ِإ َّن ُه ُهَو اْل َحِكْيُم اْلَعِلْيُم‬، ‫الَّط اَعاِت‬
‫َّنِا ُه ُهَو اْلَغُفْوُر الَّر ِحْيُم‬
 
 
Khutbah II

 
‫ َوَأ ْشَهُد َأ َّن ُم َّمَح ًدا‬.‫ ِاَلٌه َلْم َيَزْل َعَلى ُكِّل َشْي ٍء َوِكْيًلا‬،‫ َأ ْشَهُد َأ ْن َلاِاَلَه َّلِا ا الله َوْحَدُه َلا َشِرْيَك َلُه‬.‫َاْل َحْمُد ِللِه َحْمًدا َك َما َأ َمَر‬
‫ َاْلَمْبُعْوِث َرْح َمًة ِلْلَعاَلِمْيَن‬،‫ َأ ْكَرِم اْلَأ َّو ِلْيَن َواْلَأ ِخِرْيَن‬،‫َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َوَحِبْيُبُه َوَخِلْيُلُه‬
 
‫ َصَلاًة َداِئَمًة ِبَدَواِم الَّس َمَواِت‬،‫اللهم َص ِّل َوَسِّلْم َعَلى َسِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعلَى َأ ِلِه َوَأ ْص َحاِبِه َوَمْن َكاَن َلُهْم ِمَن الَّت اِبِعْيَن‬
‫ َأ َّم ا َبْعُد‬.‫َواْلَأ ْرِض ْيَن‬
 

‫ُّي‬
‫َفَيا َأ ُّي َها اْل َحاِضُرْوَن اَّت ُقوا الَّل َه َحَّق ُتَقاِتِه َوَذُرْوا اْلَفَواِحَش َما َظَهَر ِمْنَها َوَما َبَطَن‪َ .‬وَحاِفُظْوا َعَلى الَّط اَعِة َوُحُضْوِر اْل ُجْمَعِة‬
‫َواْل َجَماَعِة َوالَّص ْوِم َوَجِمْيِع اْل ْأَم ُمْوَراِت َواْلَواِج َباِت‬
‫‪ ‬‬
‫َّن‬ ‫ِء‬
‫اللهم اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت َاْلَأ ْح َيا ِمْنُهْم ِواْلَأ ْمَواِت ‪ .‬اللهم اْدَفْع َع ا اْلَبَلاَء َواْلَغَلاَء َواْلَوَباَء‬
‫َواْلَفْح َشاَء َواْلُمْنَكَر َواْلَبْغَي َوالُّس ُيْوَف اْلُمْخ َتِلَفَة َوالَّش َداِئَد َواْلِمَحَن‪َ ،‬ما َظَهَر ِمْنَها َوَما َبَطَن‪ِ ،‬مْن َبَلِدَنا َهَذا َخاَصًة َوِمْن‬
‫ُبْلَداِن اْلُمْس ِلِمْيَن َعاَمًة‪َّ ،‬نِا َك َعَلى ُكِّل َشْي ٍء َقِدْيٌر‬
‫‪ ‬‬
‫ِعَباَد اللِه‪ِ ،‬اَّن اللَه َيْأ ُمُرُكْم ِباْلَعْدِل َواْلِاْح َساِن َوِاْيَتاِء ِذْي اْلُقْرَبى َوَيْنَه ى َعِن اْلَفْح َشاِء َواْلُمْنَكِر َواْلَبْغِي ‪َ ،‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم‬
‫َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُرْوا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم َوَلِذْكُر اللِه َأ ْك َبُر‬

‫‪ ‬‬
‫‪Ustadz Ahmad Mundzir, Pengajar di Pesantren Raudhatul Qur'an an-Nasimiyyah, Kota‬‬
‫‪Semarang.‬‬

‫‪Download segera! NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap. Aplikasi yang memberikan layanan‬‬
‫‪informasi serta pendukung aktivitas ibadah sehari-hari masyarakat Muslim di Indonesia.‬‬

‫‪TAGS:
khutbah‬‬ ‫
‬ ‫‪khutbah jumat‬‬

Anda mungkin juga menyukai