Anda di halaman 1dari 123

PE N U N T UN

PRAKTIKUM
MESIN SINKRON &
ASINKRON

Disusun
oleh
TIM
ASISTEN

LABORATROIUM MESIN-MESIN LISTRIK FAKULTAS TEKNIK JURUSAN E


2022
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

TATA TERTIB LABORATORIUM

 Praktikum

1. Praktikan wajib melunasi konstribusi praktikum minimal 2 hari sebelum


pratikum berakhir
2. Praktikan diwajibkan berpakaian RAPI (kemeja, celana kain hitam, baju
lab, papan nama + foto, tidak gondrong).
3. Penuntun harus sudah dilengkapi dengan foto dan dibawa pada saat
praktikum.
4. Praktikan diwajibkan hadir min-10 menit sebelum praktikum dimulai.

5. Praktikan tidak diperkenankan mengobrol atau melakukan sesuatu apapun


diluar pengawasan atau instruksi dari asisten yang bersangkutan.
6. Praktikan diwajibkan mengikuti seluruh acara praktikum (responsi umum,
responsi, penyusunan laporan + asistensi, seminar praktikum).
7. Mengganti alat yang dirusakkan.

8. Rambut harus rapi. (Tidak gondrong)

Sangsi – sangsi = batal percobaan, batal praktikum, pengurangan point.


 Asistensi

1. Rapi (tidak gondrong, memakai kemeja dan sepatu serta tidak


diperkenankan merokok).
2. Anggota kelompok harus lengkap.

3. Membawa laporan yang akan di asistensikan.

4. Asistensi pertama paling lambat 3 hari dan perampungan laporan


maksimal 7 Hari
Sangsi – sangsi = batal laporan, pengurangan point, batal seminar.

ii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 Seminar Praktikum

1. Rapi (tidak gondrong, memakai celana hitam + kemeja putih + dasi).

2. Membawa laporan (belum dijilid) + kartu kontrol + spidol masing -


masing.
3. Hadir 10 menit lebih awal.

4. Lunas konstribusi seminar.

Sangsi – sangsi = batal seminar, batal praktikum, pengurangan point

 Metode Penilaian

Praktikum : - Responsi umum (30)

- Kerapihan & kelengkapan, skill, TP, kelakuan (30)

- Asistensi + Penyusunan Laporan (40)

Seminar : - Kerapihan (30)

- Persentasi umum (30)

- Hasil uji (40)

Nilai Lab = ∑ praktikum + ∑ seminar / 2 = …..

A = 100

B = 80

C = 60

D = 50

E = 40

T = <39.

iii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PERCOBAAN I
MOTOR ASINKRON
I.1 Percobaan Motor Asinkron

I.2 Tujuan Percobaan

 Untuk menentukan parameter Motor Asinkron

 Untuk mempelajari fisik, cara kerja dan karakteristik motor induksi


serta cara mengoperasikannya
 Untuk mempelajari pengaruh pembebanan terhadap motor asinkron dan
mengetahui karakteristik pembebanan motor asinkron

I.3 Teori Singkat

Perputaran motor pada mesin arus bolak – balik ditimbulkan oleh


adanya medan putar (fluks yang berputar) yang dihasilkan dalam
kumparan statornya. Medan putar ini terjadi apabila kumparan stator
dihubungkan dalam fasa banyak, umumnya fasa 3. Hubungan dapat berupa
hubungan bintang atau delta. Sehingga, bila pada ke-3 fasa belitan stator
diberikan tegangan 3-fasa seimbang maka pada inti stator akan terjadi
medan putar, yang berputar sesuai dengan kecepatan sinkron.

Ns 120 f

Dimana : p

Ns : kecepatan putaran
sinkron f : frekuensi
tegangan stator p : jumlah
kutub motor

iv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Prinsip Kerja Motor Induksi

Ada beberapa prinsip kerja motor induksi :


1. Apabila sumber 3 fasa dipasang pada kumparan stator, timbulah
medan putar dengan kecepatan Medan putar rotor tersebut akan
memotong batang konduktor pada rotornya.

2. Akibatnya pada kumparan rotor timbul dengan induksi (ggl) sebesar :

E2s = 4,44 f2 N2 (untuk satu fasa)

E2s adalah tegangan induksi pada saat rotor berputar.

3. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian yang tertutup, ggl (E)


akan menghasilkan arus (I)
4. Adanya arus (I) di dalam medan magnet menimbulkan gaya (F) pada
rotor.
5. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar
untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan
putar stator.
6. Seperti telah dijelaskan pada (3) tegangan induksi timbul karena
terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator.
Artinya agar tegangan terinduksi diperlukan adanya perbedaan relatif
antara kecepatan medan putar stator (ns) dan kecepatan medan putar
rotor (nr).
7. Perbedaan kecepatan antara nr dan ns disebut slip dinyatakan dengan :

8. Bila nr = ns tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak mengalir


pada kumparan jangkar rotor, dengan demikian tidak dihasilkan kopel.
Kopel motor akan ditimbulkan apabila nr lebih kecil dari ns
9. Dilihat dari cara kerjanya, motor induksi disebut juga sebagai motor
tak serempak atau asinkron.
v
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar I.1. Medan Putar Pada Motor 3 Fasa


Konstruksi Motor Asinkron Tiga Phasa
Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan stator bagian yang diam.
Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya sangat kecil

Gambar I.2 penampang rotor dan stator motor induksi


Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan

bagian yang diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas
tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan
dililitkan yang berbentuk silindris.

vi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar I.3 Lempengan inti stator motor induksi tiga phasa

Gambar I.4 Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya

Gambar I.5 Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator

Rotor adalah bagian dari mesin yang berputar dan letaknya


pada bagian dalam. Pada motor induksi terdapat dua tipe rotor yang
berbeda yaitu rotor sangkar tupai dan rotor belitan. Kedua tipe rotor ini
menggunakan laminasi melingkar yang terikat erat pada poros.

vii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Penampang rotor sangkar tupai memiliki konstruksi yang sederhana.
Batang rotor dan cincin ujung sangkar tupai yang kecil merupakan
coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor.

viii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pada motor yang lebih besar, batang rotor dibenamkan dalam alur rotor
dan kemudian di las dengan kuat ke cincin ujung.

Apabila dilihat tanpa inti rotor, maka batang rotor ini kelihatan
seperti kandang tupai.oleh karena itu motor induksi dengan rotor
sangkar tupai dinamakan motor induksi sangkar tupai. Pada tipe rotor
belitan, slot rotor menampung belitan terisolasi yang mirip dengan
belitan pada stator. Belitan rotor terdistribusi merata, biasanya
terhubung bintang dan masing – masing ujung fasa terbuka yang
terhubung pada cincin slip yang terpasang pada rotor.

Pada motor rotor belitan, sikat karbon menekan cincin slip,


oleh karena itu tahanan eksternal dapat dihubungkan seri dengan
belitan rotor untuk mengontrol torsi start dan kecepatan selama
pengasutan. Penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor
belitan menghasilkan torsi yang lebih besar dengan arus pengasutan
yang lebih kecil dibanding rotor sangkar.

Gambar I.6 Rotor sangkar

Gambar di atas memperlihatkan konstruksi motor induksi rotor


sangkar sekaligus dengan bagian-bagiannya. Secara umum konstruksi
motor induksi rotor sangkar terdiri dari dua bagian, yaitu :

ix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. Inti stator

2. Lilitan stator

3. Lubang-pas kotak terminal

4. Tutup ujung pemegang rotor sebelah kiri

5. Tutup ujung rotor sebelah kanan

6. Poros

7. Inti rotor

8. Cincin penghubung singkat batang lilitan rotor

Jenis Motor Induksi Tiga Fasa

Ada dua jenis motor induksi tiga fasa berdasarkan rotornya yaitu :
1. Motor induksi tiga fasa sangkar tupai ( squirrel-cage motor).
Penampang motor sangkar tupai memiliki konstruksi yang
sederhana. Inti stator pada motor sangkar tupai tiga fasa terbuat
dari lapisan – lapisan pelat baja beralur yang didukung dalam
rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang
dipabrikasi. Lilitan – lilitan kumparan stator diletakkan dalam alur
stator yang terpisah 120 derajat listrik. Lilitan fasa ini dapat
tersambung dalam hubungan delta ( Δ ) ataupun bintang ( Υ ).

Gambar I.7 Tipikal rotor sangkar

x
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar I.8 Bagian-bagian rotor sangkar

Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang


lebih kecil adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu
lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang lebih besar, batang
rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan
kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor
sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros
motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan
torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung
magnetik sewaktu motor sedang berputar. Pada ujung cincin
penutup dilekatkan sirip yang berfungsi sebagai pendingin. Rotor
jenis rotor sangkar standar tidak terisolasi, karena batangan
membawa arus yang besar pada tegangan rendah.

xi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar I.9 Motor induksi rotor sangkar ukuran kecil

Gambar I.10 Motor induksi rotor sangkar ukuran besar


2. Motor induksi tiga fasa rotor belitan ( wound-rotor motor ).
Motor rotor belitan ( motor cincin slip ) berbeda dengan
motor sangkar tupai dalam hal konstruksi rotornya. Seperti
namanya, rotor dililit dengan lilitan terisolasi serupa dengan lilitan
stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara Υ dan masing–masing
fasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang
pada poros rotor.

cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel


eksternal yang berfunsi membatasi arus pengasutan dan yang
bertanggung jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan,
penambahan tahanan eksternal pada rangkaian rotor belitan

xii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menghasilkan torsi pengasutan yang lebih besar dengan arus
pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar.

Gambar I.11 Rotor belitan

Gambar I.12 Pemanpang motor induksi tiga fasa

xiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar I.12 Konstruksi motor tiga fasa

xiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
I.4. Percobaan Praktikum

I.4.1 Percobaan Motor Asinkron Untuk

A. TestDC Alat-alat yang digunakan


1. Motor Asinkron dan unit beban

2. Amperemeter

3. Multimeter

B. Gambar Percobaan

Prosedur Percobaan

 Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas

 Mengukur tahanan masing-masing belitan pada phasa motor


induksi
 Membuat hasil pengamatannya

Tabel Pengamatan Motor Asinkron Test DC

No Phasa Tahanan

1 R–S
2 R–T
3 T–S
4 R–N
5 S–N
6 T–N

xv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
I.4.2 Percobaan Motor Asinkron Untuk Beban Nol
A. Alat-alat yang digunakan
1. Motor Asinkron dan unit beban
2. Cylocomperter
3. Amperemeter
4. Multimeter
5. Kabel penghubung
B. Gambar Percobaan

C. Prosedur Percobaan
1. Memasang percobaan seperti pada gambar diatas
2. Merangkai voltmeter dengan hubung paralel dan amperemeter
dihubung seri
3. Masukkan tegangan sumber
4. Mencatat parameter yang ditunjukkan oleh amperemeter dan
voltmeter.
D. Tabel Pengamatan Motor Asinkron Beban Nol

Jumlah teganga
Data Frekuensi rpm arus
kutub n
1
2
3
4
5

xvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

I.4.3 Percobaan Motor Asinkron Rotor Tertahan ( Hubung Singkat)


Alat-alat yang digunakan
1. Motor Asinkron dan unit beban

2. Cylocomperter

3. Amperemeter

4. Multimeter

5. Kabel penghubung

6. Generator 3 fasa
Gambar Percobaan

Prosedur Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas

2. Menahan rotor agar tidak berputar (diblok)

3. Memberikan tegangan secara bertahap pada regulator, amati arus


(jangan melampaui arus nominal)
4. Mencatat arus dan tegangan

Tabel Pengamatan Motor Asinkron Rotor Tertahan

Vbr (V) Ibr (A) Pbr (W) Cos Ø

xvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

I.4.4 Percobaan Motor Asinkron Berbeban


Alat-alat yang digunakan
1. Motor Asinkron dan unit beban

2. Amperemeter

3. Multimeter

4. Kabel penghubung

5. Power peak

6. Beban

Gambar Percobaan

Prosedur Percobaan

1. Menghubungkan motor dengan sumber masukan 3 phasa.


xviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2. Merangkai voltmeter yang dihubung paralel dan amperemeter
dihubung seri
3. Menghubungkan sumber tegangan dengan power peak

4. Mengatur frekuansi pada power peak

xix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

5. Mencatat parameter ang ditunjukkan oleh amperemeter dan


voltmeter.
6. Menghubungkan antara generator dengan beban.

Tabel Pengamatan Motor Asinkron Berbeban

I1 V1 Cos I2 V2 Rpm Beban


I
II
III

xx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PERCOBAAN II
GENERATOR SINKRON
II.1 Percobaan Generator Sinkron

II.2 Tujuan Percobaan

 Memebuktikan karakteristik generator sinkron tanpa


beban.

 Menentukan karakteristik V = f (If) dengan n = ns dan Is nominal


dimana cos Φ sebagai parameter
 Menentukan karakteristik If = F(Ia) dengan ns= nr, dan V = nominal

II.3 Teori Umum

“ Suatu konduktor yang digerakan memotong medan magnet akan


membangkitkan tegangan induksi pada konduktor tersebut (prinsip
kerja generator)”.

Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan


kumparan medan pada rotor. Generator sinkron (sering disebut alternator)
merupakan salah satu mesin listrik yang digunakan untuk mengubah daya
mekanik menjadi daya listrik. Generator sinkron dapat berupa generator
sinkron tiga fasa atau generator sinkron AC satu fasa tergantung dari
kebutuhan. Pada generator sinkron, arus DC diterapkan pada lilitan rotor
untuk mengahasilkan medan magnet rotor. Rotor generator diputar oleh
prime mover menghasilkan medan magnet berputar pada mesin. Medan
magnet putar ini menginduksi tegangan pada kumparan stator generator.

Rotor pada generator sinkron pada dasarnya adalah sebuah


elektromagnet yang besar. Kutub medan magnet rotor dapat berupa salient
(kutub sepatu) dan dan non salient (rotor silinder). Gambaran bentuk kutup
sepatu generator sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

xxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar II.1 Rotor salient (kutub sepatu) pada generator sinkron

Pada kutub salient, kutub magnet menonjol keluar dari permukaan


rotor sedangkan pada kutub non salient, konstruksi kutub magnet rata
dengan permukaan rotor. Rotor silinder umumnya digunakan untuk rotor
dua kutub dan empat kutub, sedangkan rotor kutub sepatu digunakan
untuk rotor dengan empat atau lebih kutub. Pemilihan konstruksi rotor
tergantung dari kecepatan putar prime mover, frekuensi dan rating daya
generator. Generator dengan kecepatan 1500 rpm ke atas pada frekuensi
50 Hz dan rating daya sekitar 10MVA menggunakan rotor silinder.
Sementara untuk daya dibawah 10 MVA dan kecepatan rendah maka
digunakan rotor kutub sepatu. Gambaran bentuk kutup silinder generator
sinkron diperlihatkan pada gambar di bawah ini.

xxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar II.2 Rotor Non-salient (rotor silinder)

Gambar II.3 Penampang rotor pada generator sinkron


Arus DC disuplai ke rangkaian medan rotor dengan dua cara:
 Menyuplai daya DC ke rangkaian dari sumber DC eksternal dengan
sarana slip ring dan sikat.

 Menyuplai daya DC dari sumber DC khusus yang ditempelkan

xxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
langsung pada batang rotor generator sinkron.

xxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada


stator, karenanya tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya
dihasilkan oleh arus medan (IF). Apabila arus medan (IF) diubah-ubah
harganya, akan diperoleh harga Ea seperti yang terlihat pada kurva sebagai
berikut.

Gambar II.3 Karakteristik tanpa beban generator sinkron

Pengujian pengujian hubung singkat

Pada pengujian ini mula-mula arus eksitasi medan dibuat nol, dan
terminal generator dihubung singkat melalui ampere meter. Kemudian arus
jangkar (arus saluran) diukur dengan mengubah arus eksitasi medan. Dari
pengujian hubung singkat akan menghasilkan hubungan antara arus
jangkar (Ia ) sebagai fungsi arus medan (IF), dan ini merupakan garis
lurus. Gambaran karakteristik hubung singkat alternator diberikan di
bawah ini.

xxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar II.4 Karakteristik hubung singkat alternator

xxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pengaturan Tegangan (Regulasi Tegangan).

Pengaturan tegangan adalah perubahan tegangan terminal


alternator antara keadaan beban nol (VNL) dengan beban penuh (VFL).
Keadaan ini memberikan gambaran batasan drop tegangan yang terjadi
pada generator, yang dinyatakan sebagai berikut.

Prinsip Kerja Generator Sinkron

Jika sebuah kumparan diputar pada kecepatan konstan pada medan


magnethomogen, maka akan terinduksi tegangan sinusoidal pada
kumparan tersebut. Medan magnet bisa dihasilkan oleh kumparan yang
dialiri arus DC atau oleh magnet tetap. Pada mesin tipe ini medan magnet
diletakkan pada stator (disebut generator kutub eksternal / external pole
generator) yang mana energi listrik dibangkitkan pada kumparan rotor.

Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada slip ring dan karbon
sikat, sehingga menimbulkan permasalahan pada pembangkitan daya
tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini, digunakan tipe generator
dengan kutub internal (internal pole generator), yang mana medan magnet
dibangkitkan oleh kutub rotor dan tegangan AC dibangkitkan pada
rangkaian stator.

Tegangan yang dihasilkan akan sinusoidal jika rapat fluks magnet


pada celah udara terdistribusi sinusoidal dan rotor diputar pada kecepatan
konstan. Tegangan AC tiga fasa dibangkitan pada mesin sinkron kutub
internal pada tiga kumparan stator yang diset sedemikian rupa sehingga
membentuk beda fasa dengan sudut 120°. Bentuk gambaran sederhana
hubungan kumparan 3-fasa dengan tegangan yang dibangkitkan
diperlilhatkan pada gambar di bawah ini.
xxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pada rotor kutub sepatu, fluks terdistribusi sinusoidal didapatkan
dengan mendesain bentuk sepatu kutub. Sedangkan pada rotor silinder,

xxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

kumparan rotor disusun secara khusus untuk mendapatkan fluks


terdistribusi secara sinusoidal. Untuk tipe generator dengan kutub internal
(internal pole generator), suplai DC yang dihubungkan ke kumparan rotor
melalui slip ring dan sikat untuk menghasilkan medan magnet merupakan
eksitasi daya rendah. Jika rotor menggunakan magnet permanen, maka
tidak slip ring dan sikat karbon tidak begitu diperlukan.

Adapun prinsip kerja generator terdapat tiga pokok, antara lain :

 Adanya fluks magnet, yang dihasilkan oleh kutub


magnet.

 Adanya kawat penghantar listrik yang merupakan tempat


terbentuknya gaya gerak listrik (GGL).

 Adanya gerakan relative antara fluks magnet dengan kawat


penghantar listrik.

Komponen generator sinkron.

Secara umum ada dua komponen utama penyusun generator


sinkron yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian dari generator
sinkron yang diam, tempat dimana tegangan induksi dibangkitkan.
Sedangkan rotor merupakan bagian dari generator sinkron yang bergerak
dan dialiri arus searah pada kumparannya.

xxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar II.5 Bagian-bagian generator sinkron 3 phasa


Pada stator, terdapat beberapa komponen utama, yaitu:

Gambar II.6 Komponen generator sinkron 3 phasa

 Rangka stator

Rangka luar yang biasanya terbuat dari baja berfungsi untuk


menyokong struktur stator dan mempunyai kaki-kaki yang dipasang
pada bagian fondasi. Rangka stator ini dibuat kokoh untuk mengatasi
perubahan beban secara tiba-tiba atau hubung singkat tiga fasa.

 Inti stator

xxx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Inti stator menyediakan jalur permeabilitas yang tinggi untuk
proses magnetisasi. Inti stator dibuat berlaminasi untuk mengurangi

xxxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

rugi eddy current dan juga rugi histeresis. Bahan-bahan non-magnetic


atau penggunaan perisai fluks yang terbuat dari tembaga juga
digunakan untuk mengurangi stray loss.

 Slot

Slot merupakan tempat untuk meletakkan kumparan stator


yang dibentuk dengan sistem berbuku-buku.

 Kumparan stator

Kumparan stator merupakan tempat terbentuknya tegangan


induksi pada generator dan didesain untuk menghasilkan kutub-kutub
elektromagnetik stator yang sinkron dengan kutub magnet rotor.

Sedangkan pada bagian rotor terdapat tiga bagian utama, yaitu:

Gambar II.7 Bagian-bagian generator sinkron 3 phasa

 Collector ring atau slip ring

Collector ring merupakan cincin logam yang melingkari poros


rotor, tetapi dipisahkan oleh isolasi tertentu. Bagian ini merupakan
bagian yang terhubung dengan sumber arus searah yang untuk

xxxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
selanjutnya dialirkan menuju kumparan rotor.

 Kumparan rotor

xxxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Kumparan rotor merupakan bagian yang dialiri arus searah


sebagai sumber medan magnet melalui sistem eksitasi tertentu.

 Poros

Poros merupakan tempat untuk meletakkan kumparan rotor


dan merupakan bagian yang terkopel dengan dan diputar oleh prime
mover.

xxxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

II.4.1 Percobaan Generator Sinkron Tanpa Beban

Alat-Alat Yang Digunakan

1. Motor DC sebagai penggerak mula.

2. Multimeter

3. Power Peak

4. Tachometer

5. Kabel Penghubung

Gembar Percobaan

xxxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar rangkaian


percobaan

2. Memasukkan arus penguat medan Motor DC.

3. Menurunkan arus jangkar motor dc dan mematikan power


peak memasukkan arus jangkar Ia motor DC secara perlahan-
lahan.

4. Memasukkan arus penguat medan generator Ifg sesuai


petunjuk asisten.

5. Mengukur tegangan line to line pada output generator sinkron


sesuai kenaikan arus penguat medan generator.

6. Menurunkan arus penguatan medan generator sesuai dengan


petunjuk asisten dan mencatat tegangan line dan phasa
generator.

7. Mematikan power peak penguatan generator.

8. Arus jangkar motor DCMenurunkan arus medan motor DC


dan mematikan power peak arus penguatan medan motor DC

xxxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel Pengamatan

Dimana : n = 1450 rpm (konstan)

If = Berubah – ubah
Dari minimum ke maksimum

NO IF(A) V LL (V) V LN (V)

1.

2.

3.

4.

5.

Dari maksimum ke minimum

NO IF(A) V L-L (V) V L-N (V)

1.

2.

3.

4.

5.

xxxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

II.4.2 Percobaan Generator Sinkron Berbeban

Alat-Alat Yang Digunakan

1. Generator sinkron

2. Motor DC sebagai penggerak mula

3. Power peak

4. Tachometer

5. Multimeter

6. Ampere meter (mA)

7. Kabel penghubung

8. Beban

Gembar Percobaan

xxxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian percobaan

2. Memasukkan arus penguatan medan motor DC.

3. Memasukkan arus jangkar motor secara perlahan-lahan.


Sehingga didapatkan kecepatan motor.
4. Memasukkan arus penguat medan generator secara bertahap
serta beban sesuai petunjuk asisten.
5. Mengukur tegangan line, atau arus line dan daya pada generator
sesuai kenaikan arus medan.
6. Menurunkan arus penguatan medan generator sesuai petunjuk
asisten
7. Mematikan power peak penguatan generator

8. Menurunkan arus jangkar motor, lalu mematikan power peak.

9. Menurunkan arus medan motor dan mematikan power peak.

xxxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel Pengamatan

If = Berubah – ubah : Beban konstan

NO Ifg VLL IL P Beban Rpm


(A) (V) (A) (W)
(watt)
1

xl
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

If = Konstan = 0,08 A ; Beban berubah-ubah

NO N (rpm) VLL (volt) IL (A) P (watt) Beban (W)

If = Konstan = 0,09 A ; Beban berubah-ubah

NO N (rpm) VLL (volt) IL (A) P (watt) Beban (W)

xli
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

II.4.3 Percobaan Generator Sinkron Pengaturan Tegangan

Alat-Alat Yang Digunakan

1. Generator Sinkron

2. Motor DC sebagai penggerak mula

3. Power Peak

4. Tacho meter

5. Multimeter

6. Ampere meter (mA)

7. Kabel penghubung

8. Beban

Gembar Percobaan

xlii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian percobaan

2. Memasukkan arus penguatan medan motor DC.

3. Memasukkan arus jangkar motor secara perlahan-lahan.


Sehingga didapatkan kecepatan motor.

4. Memasukkan arus penguat medan generator secara bertahap


serta beban sesuai petunjuk asisten.

5. Mengukur tegangan line, atau arus line dan daya pada


generator sesuai kenaikan arus medan.

6. Menurunkan arus penguatan medan generator sesuai petunjuk


asisten

7. Mematikan power peak penguatan generator

8. Menurunkan arus jangkar motor, lalu mematikan power peak.

9. Menurunkan arus medan motor dan mematikan power peak.

xliii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Tabel Pengamatan

V(L-L) =125 V (konstan)

Ifg (A) I beban N (rpm) Pout Beban


(A) (Watt) (W)

V(L-L) =150 v (konstan)

Ifg I beban N Pout Beban


(A) (A) (rpm) (watt) (W)

V(L-L) =175 v (konstan)

Ifg (A) I Beban N Pout Beban (W)


(A) (watt)
xliv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
(rpm)

xlv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PERCOBAAN III
TRANSFORMATOR TIGA FASA
III.1 Percobaan Pengukuran Tegangan Primer dan Tegangan Sekunder
III.2 Tujuan Percobaan
Agar praktikan dapat menentukan hubungan antara tegangan
primer dan tegangan sekunder dari transformator 3 Ф.
III.3 Teori umum
Transformator adalah sebuah mesin listrik yang dapat
memindahkan tenaga listrik dari suatu belitan (primer) ke belitan lainnya
(sekunder) yang disertai perubahan arus dan tegangan. Pemindahan tenaga
listrik ini terjadi dengan tidak melalui hubungan langsung antar belitan
tersebut.

Pada dasarnya transformator 3 phasa sama dengan transformator 1


phasa, baik cara kerja maupun teori dasarnya, yaitu bekerja atas dasar cara
kerja induksi elektromagnetik.
Bila dibandingkan dengan tiga buah transformator phasa tunggal,
transformator 3 phasa mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya ialah
menghemat bahan, harganya lebih murah, tidak terlalu besar ukurannya
hingga hemat tempat, dan pada daya yang sama, transformator 3 phasa
mempunyai bobot yang lebih ringan. Adapun kelemahan dari
transformator 3 phasa ialah bila salah satu belitan cacat maka kedua
belitan lainnya yang masih baik menjadi tidak berguna lagi.
Kerja transformator yang berdasarkan induksi elektromagnet,
menghendaki adanya gandengan magnet antara rangkaian primer dan
sekunder. Gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluks
bersama. Prinsip pemindahan tenaga listrik pada transformator
berdasarkan kepada teori Michael Faraday, yang dikenal dengan teori
induksi elektromaknetik.
Dalam transformator terdapat perhitungan untuk menentukan
jumlah lilitan primer dan sekunder agar dapat dihasilkan keluaran dengan

xlvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tegangan rendah dan arus besar. Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
Np = Jumlah lilitan primer
Ns = Jumlah lilitan sekunder
Vp = Tegangan Input (primer)
Vs = Tegangan Output (sekunder)
Ip = Arus primer (Input)
Is = Arus Output (sekunder)

xlvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Menurut sambungan dan cara pemakaiannya, transformator


dibedakan menjadi :
1. Transformator 1 Phasa

2. Transformator 3 Phasa

3. Autotransformator

4. Transformator ukur

5. Transformator tegangan dan arus

Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut.


Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-
balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan
magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya
inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada
ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini
dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance).
Untuk tegangan dengan hubungan Y – Y, tegangan line to line

sama dengan tegangan phasa kali 3 , sedangkan arus line sama dengan
arus phasanya. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang
dihubungkan secara bintang (Y) yaitu ; IAr, IBr, dan IC masing-masing
berbeda phasa 1200.
Untuk beban yang seimbang. Seperti terlihat pada gambar di
berikut ini :

A
IA

B Gambar III.1 Hubungan Y-Y beban seimbang

xlviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
IB

I N  I A  I B  IC  0

VAB  VAN VNB

 VAN VNB

V BC  V BN VCN

VCA  VAN
VCN

Dari gambar diatas, diketahui bahwa untuk hubungan bintang berlaku :

VAB  3VAN atau VL 3Pp dan I L  I P


xlix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Bentuk transformator dalam sambungan Y – Y dapat dilihat pada


gambar berikut ;

Gambar III.2 Transformator hubungan Y - Y


Jika tegangan antara phasa VL maka tegangan setiap belitan dalam

sambungan Y adalah VL 3 , berarti tegangan antar phasa 73% lebih


besar. Arus kumparan pada sambungan Y akan sama besar dengan arus

phasanya. Sedangkan untuk sambungan adalah 1/ 3 nya atau 58% lebih


kecil. Maka dari itu transformator sambungan Y akan mempunyai jumlah
belitan yang sedikit, tetapi penampang konduktornya lebih besar
dibandingkan dengan transformator sambungan segitiga.
Pada konstruksi yang lebih berat, belitannya secara mekanis harus
labih tahan terhadap tekanan atau regangan yang mungkin timbul pada
saat terjadi hubungan singkat. Karena tegangannya labih rendah, maka
dielektrik isolasinya dapat diturunkan. Dengan alasan – alasan tersebut,
maka transformator hubungan Y – Y jelas mempunyai banyak
keuntungan yaitu apabila dimanfaatkan untuk menghubungkan sistem
tiga phasa pada tegangan yang lebih tinggi.

Adapun komponen-komponen yang terdapat pada transformator


diantaranya :

l
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. Inti Besi

Inti besi berfungsi untuk mempermudah jalannya fluks


magnetic yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan.

2. Kumparan Transformator

Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat


berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan. Kumparan

li
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang


diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan
dengan isolasi padat seperti karton, pertinak dan lain-lain. Kumparan
tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.

3. Minyak Transformator

Minyak transformator merupakan salah satu bahan isolasi cair


yang dipergunakan sebagai isolasi dan pendingin pada transformator.

a) Sebagai bagian dari bahan isolasi, minyak harus memiliki


kemampuan untuk menahan tegangan tembus, sedangkan,

b) sebagai pendingin minyak transformator harus mampu meredam


panas yang ditimbulkan, sehingga dengan kedua kemampuan ini
maka minyak diharapkan akan mampu melindungi transformator
dari gangguan.

4. Bushing

Hubungan antara kumparan transformator dengan jaringan luar


melalui sebuah bushing yaitu sebuah konduktor yang diselubungi oleh
isolator. Bushing sekaligus berfungsi sebagai penyekat/isolator antara
konduktor tersebut dengan tangki transformator. Pada bushing
dilengkapi fasilitas untuk pengujian kondisi bushing yang sering
disebut center tap.

5. Tangki Konservator

Tangki Konservator berfungsi untuk menampung minyak


cadangan dan uap/udara akibat pemanasan trafo karena arus beban.
Diantara tangki dan trafo dipasangkan relai bucholzt yang akan
meyerap gas produksi akibat kerusakan minyak . Untuk menjaga agar
minyak tidak terkontaminasi dengan air, ujung masuk saluran udara
melalui saluran pelepasan/venting dilengkapi media penyerap uap air

lii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
pada udara, sering disebut dengan silica gel dan dia tidak keluar
mencemari udara disekitarnya.

liii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

6. Peralatan Bantu Pendinginan Transformator

Pada inti besi dan kumparan – kumparan akan timbul panas


akibat rugi-rugi tembaga. Maka panas tersebut mengakibatkan
kenaikan suhu yang berlebihan, ini akan merusak isolasi, maka untuk
mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan tersebut transformator
perlu dilengkapi dengan alat atau sistem pendingin untuk menyalurkan
panas keluar transformator, media yang dipakai pada sistem pendingin
dapat berupa: Udara/gas, Minyak dan Air.
7. Tap Changer

Kualitas operasi tenaga listrik jika tegangan nominalnya sesuai


ketentuan, tapi pada saat operasi dapat saja terjadi penurunan tegangan
sehingga kualitasnya menurun, untuk itu perlu alat pengatur tegangan
agar tegangan selau pada kondisi terbaik, konstan dan berkelanjutan.

Seperti halnya dengan hubungan ∆ - Y, hubunga Y - ∆ ini juga


banyak dipakai pada sistem tegangan tinggi, dimana fungsinya untuk
menurunkan tegangan. Dengan hubungan Y pada sisi tegangan tinggi
(TT) dapat memungkinkan dibuatnya pentanahan di titik netralnya
sehingga potensial setiap phasa pada sisi Y tersebut dapat dibatasi.
Tiga buah trafo IФ yang sama dapat menjadi satu buah trafo 3Ф
dengan hubungan delta – bintang, gambar trafo 3Ф dengan hubungan
delta – bintang dapat dilihat pada gambar berikut ini:

A A IA

ZC Z
A A

Gambar III.3 Trafo 3ZФ dengan hubunBgan delta – bIBintang

liv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
B
Dari gamCbar terlihat ba hwa tegangan line to line sama
dengan
A
Z

tegangan line to netral kali 3 pada sisi belitan primer sedangkan pada
ZC Z
B

sisi belitan sekunder tegangan line to netral sama dengan line to line.
B
Pada hubungan Y - ∆, dimana hubungaCn ini dirancang untuk

bekerja pada tegangan antar phasaByangC sama. Baik sisi IpC rimer
maupun sisi sekunder. Terlihat bahwa jika tegangan antar phasa sisi
primer pada
hubungan Y - ∆ tersebut sama besar. Tegangan antar phasa sisi sekunder
pada hubungan Y - ∆, maka akan lebih unggul 60o.
Dengan demikian apabila tegangan antar phasa sisi sekunder
dapat digeser phasanya kebelakang dengan sudut 120o jelas bahwa kedua
tegangan antar phasa sisi sekunder akan tepat saling berlawanan phasa.
Kemudian apabila pergeseran dilanjutkan lagi dengan sudut 180o maka
phasa – phasanya menjadi berimpit, yang berarti bahwa kedua trafo
tersebut bekerja secara paralel.

lv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pergeseran tegangan sekunder depat dilakukan dengan memutar


tegangan catu sisi primer. Dengan demikian tegangan sekunder yang
timbul akan berlawanan phasa terhadap tegangan pada sisi primer.
Dengan membalik terminal – terminal sisi primer, maka ketiga phasa
tegangan sekunder juga akan terbalik sehingga akibatnya tegangan antar
phasa sisi sekunder trafo hubungan Y - ∆.
Bentuk transformator dalam hubungan Y - ∆ dapat dilihat pada

gambar :

Gambar III.4 Tansformator hubungan Y - ∆


Pada transformator hubungan Y - ∆, pada sambungan ini tegangan
kumparan primer VL/ 3 , sedangkan tegangan kumparan sekundernya
sama dengan VL. Dalam memparalelkan trafo, tegangan terminal primer
maupun sekunder harus sama dan sephasa, tetapi kerena perbandingan
transformasi berbeda, maka pada diagram fasor tidak dipakai lagi. Jika
besaran – besaran direduksi ke sekunder, tegangan primer yang
sesungguhnya adalah V1 akan menjadi V1/a1, V2/a2, V3/a3 dan seterusnya,
yaitu jika trafo – trafo yng diparalelkan tersebut memiliki perbandingan
transformasi a1, a2, a3, dan seterusnya.
Tiga transformer individu untuk dihubungkan bersama untuk
mengubah daya dari satu tiga-fasa sistem ke sistem lain.

Dari penyambungan trafo hubung Delta, tiap trafo dapat langsung


lvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dieksitasi oleh generator atau sumber tegangan lainnya. Rangkaian
semacam ini banyak sekali digunakan karena memiliki keuntungan
bahwa salah satu trafonya dapat dilepas/diganti tanpa mengganggu
operasi, sayangnya kapasitas dayanya jika hanya beroperasi dengan dua
buah trafo menjadi lebih kecil. Selain itu adalah timbulnya teganga
sekunder yang tidak seimbang.

lvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Konfigurasi Transformator 3 Fasa

 Transformator hubungan bintang-bintang (wye–wye)

Gambar III.5 Hubungan Belitan Bintang-bintang.

Ketika transformator dihubungkan secara bintang-


bintang, yang perlu diperhatikan adalah mencegah
penyimpangan dari tegangan line ke netral (fase ke netral). Cara
untuk mencegah menyimpangan adalah menghubungkan netral
untuk primer ke netral sumber yang biasanya dengan cara
ditanahkan (ground). Cara lain adalah dengan menyediakan
setiap transformator dengan lilitan ke tiga, yang disebut lilitan ”
tertiary”. Lilitan tertiary untuk tiga transformator dihubungkan
secara delta, yang sering menyediakan cabang yang melalui
tegangan dimana transformator dipasang. Tidak ada beda fasa
antara tegangan line transmisi masukan dan keluaran (primer &
sekunder) untuk transformator yang dihubungkan bintang-
bintang.

 Transformator hubungan segitiga-segitiga (delta-delta)

lviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar III.6 Hubungan delta-delta (segitiga-segitiga).


Dalam hubungan delta-delta (lihat gambar), tegangan
pada sisi primer (sisi masukan) dan sisi sekunder (sisi keluaran)

lix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

adalah dalam satu fasa. Dan pada aplikasinya (lihat gambar 2),
jika beban imbang dihubungkan ke saluran 1-2-3, maka hasil
arus keluaran adalah sama besarnya. Hal ini menghasilkan arus
line imbang dalam saluran masukan A-B-C. Seperti dalam
beberapa hubungan delta, bahwa arus line adalah 1,73 kali lebih
besar dari masing-masing arus Ip (arus primer) dan Is (arus
sekunder) yang mengalir dalam lilitan primer dan sekunder.
Power rating untuk transformator 3 fasa adalah 3 kali rating
transformator tunggal.

Gambar III.7 Diagram Hubungan Delta-Delta Transformator 3 Fasa


Prinsip Kerja Transformator
Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut.
Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-
balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan medan
magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya
inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada
ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini
dinamakan induktansi timbal-balik (mutual inductance)

lx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

III.4 Percobaan Praktikum


III.4.1 Percobaan Pengukuran Tegangan Primer dan Tegangan Sekunder
Hubungan Bintang – Bintang (Y – Y).
Alat Yang Digunakan

1. Trafo Tiga Phasa

2. Regulator 3 Ф

3. Multimeter

4. Voltmeter

5. Kabel Penghubung

6. Amperemeter

Gambar Percobaan

lxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas.

2. Memasukkan tegangan pada terminal primer transformator yang


terhubung Y – Y.
3. Mengukur tegangan primer dan tegangan sekunder transformator
sesuai dengan kenaikan tegangan.
4. Mengulang point 3 di atas sampai batas yang ditentukan

5. Mencatat tegangan, arus, daya dan CosФ setiap perubahan


beban.

Tabel pengamatan

No V in I in P in V L-L

10

lxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

III.4.2 Percobaan Pengukuran Tegangan Primer dan Tegangan Sekunder


Hubungan Bintang – Bintang (Y – ∆).
Alat Yang Digunakan

1. Trafo Tiga Phasa

2. Regulator 3 Ф

3. Multimeter

4. Voltmeter

5. Kabel Penghubung

6. Amperemeter

Gambar Percobaan

lxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas.

2. Memasukkan tegangan pada terminal primer transformator yang


terhubung Y – ∆
3. Mengukur tegangan primer dan tegangan sekunder transformator
sesuai dengan kenaikan tegangan.
4. Mengulang point 3 di atas dalam keadaan trafo berbeban.

5. Mencatat tegangan arus daya dan CosФ setiap perubahan beban.

Tabel pengamatan

No V in I in P in V L-L

10

lxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

III.4.3 Percobaan Pengukuran Tegangan Primer dan Tegangan Sekunder


Hubungan Bintang – Bintang (∆ – Y).
Alat Yang Digunakan

1. Trafo Tiga Phasa

2. Regulator 3 Ф

3. Multimeter

4. Voltmeter

5. Kabel Penghubung

6. Amperemeter

Gambar Percobaan

lxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas.

2. Memasukkan tegangan pada terminal primer transformator yang


terhubung ∆ – Y.
3. Mengukur tegangan primer dan tegangan sekunder transformator
sesuai dengan kenaikan tegangan.
4. Mengulang point 3 di atas dalam keadaan trafo berbeban.

5. Mencatat tegangan arus daya dan CosФ setiap perubahan beban.

Tabel pengamatan

No V in I in P in V L-L

10

lxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

III.4.4 Percobaan Pengukuran Tegangan Primer dan Tegangan Sekunder


Hubungan Bintang – Bintang (∆ – ∆).
Alat Yang Digunakan

1. Trafo Tiga Phasa

2. Regulator 3 Ф

3. Multimeter

4. Voltmeter

5. Kabel Penghubung

6. Amperemeter

Gambar Percobaan

lxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar diatas.

2. Memasukkan tegangan pada terminal primer transformator yang


terhubung ∆ – ∆
3. Mengukur tegangan primer dan tgangan sekunder transformator
sesuai dengan kenaikan tegangan.
4. Mengulang point 3 di atas dalam keadaan trafo berbeban.

5. Mencatat tegangan arus daya dan CosФ setiap perubahan beban.

Tabel pengamatan

No V in I in P in V L-L

lxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV
KONTROL KONVENSINAL II
IV.1 Kontrol Konvensinal II

IV.2 Tujuan Percobaan

Agar praktikan dapat memahami sistem kerja rangkaian kendali


motor

- penunda waktu 1 (timer)

- penunda waktu 2 (timer)

- rangkaian way-delta

IV.3 Teori percobaan

Sistem kontrol konvensional adalah sistem kendali/kontrol dengan


menggunakan prinsip elektromekanik. Sistem kontrol jenis ini merupakan
sistem kontrol yang sudah kuno namun tetap dipakai sampai saat sekarang
ini. Ada beberapa definisi yang harus dimengerti untuk lebih memahami
Sistem Kontrol secara keseluruhan, yaitu: Sistem, Proses, Kontrol dan
Sistem Kontrol. Definisi dari beberapa istilah tersebut adalah sebagai
berikut :

Sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja bersama


sama melakukan sesuatu untuk sasaran tertentu.

Proses adalah perubahan yang berurutan dan berlangsung secara kontiniu


dan tetap menuju keadaan akhir tertentu.

Kontrol adalah suatu kerja untuk mengawasi, mengendalikan, mengatur


dan menguasai sesuatu

Sistem Kontrol (Control System): adalah proses pengaturan atau


pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel atau
parameter) sehingga berada pada suatu harga atau range tertentu.
lxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Contoh variabel atau parameter fisik, adalah: tekanan (pressure),
aliran (flow), suhu (temperature), ketinggian (level), pH, kepadatan
(viscosity), kecepatan (velocity), dan lain-lain.

lxx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Berdasarkan kerja dari sistem peralatan kontrol, pengontrolan


dibagi dalam dua bagian utama yaitu:

1. Sistem rangkaian terbuka (Open Loop Control System)

Sistem kontrol rangkaian terbuka adalah sistem kontrol yang


keluarannya tidak berpengaruh pada aksi pengontrolan. Jadi pada
sistem kontrol lup terbuka, keluarannya tidak diukur atau diumpan
balikkan untuk dibandingkan dengan masukan.

Gambar IV.1 Diagram blok Sistem rangkaian terbuka

Open Loop Control System memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Tidak terdapat proses pengukuran

b. Variabel yang dikontrol tidak mempengaruhi aksi pengontrolan

c. Banyak didasari oleh waktu atau urutan proses

d. Kurang akurat, lebih stabil, murah

2. Sistem rangkaian tertutup (Closed Loop Control System)

Sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal


keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan.
Jadi sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol berumpan balik.
Sinyal kesalahan penggerak yang merupakan selisih antara sinyal

lxxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
masukan dan sinyal umpan balik.

Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara


sinyal masukan dan sinyal umpan balik, diumpankan ke kontroller
untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar keluaran sistem
mendekati harga yang diinginkan.

lxxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar IV.2 Diagram blok Sistem rangkaian tertutup

Closed Loop Control System memiliki karakteristik sebagai


berikut:

a. Terdapat proses pengukuran

b. Variabel yang dikontrol mempengaruhi aksi pengontrolan (feed


back)

c. Lebih akurat, dapat terjadi ketidakstabilan

d. Mahal

Komponen – komponen rangkaian elektrik

1. Saklar Togle

Banyak dipakai pada motor-motor berdaya rendah, biasanya


hanya dilengkapi sekring dan proteksi yang sederhana.
Menjalankannya cukup menekan saklar on/off. Simbol beberapa
saklar togel :

lxxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar IV.3 Saklar Togle

lxxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2. Tombol tekan (Push Button)

Adalah tombol yang jika dilepaskan tekanannya akan


kembali keposisi semula. Typenya ada dua: normal tertutup
(Normally close (NC)) dan normal terbuka (Normally Open (NO)).

Gambar IV.4 Tombol tekan (Push Button)

3. Saklar Putar Cam (Cam Switch).

Adalah saklar yang digerakkan secara menual dengan cara


memutar saklar. Banyak digunakan dalam rangkaian kontrol
bintang segitiga secara manual, membalik putaran motor 1 fasa.

Gambar IV.5 Saklar Putar Cam (Cam Switch)

4. Lampu indicator

lxxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Lampu indicator merupakan lampu tanda (pilot) untuk
menunuukan ON atau OFF suatu rangkaian kontrol. Standar dari
lampu-lampu indicator :

- Merah : menyatakan suatu peringatan yang berarti berbahaya.

lxxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

- Hijau : mesin siap untuk dijalankan

- Putih : mesin keadaan berjalan normal

Gambar IV.6 Lampu indicator

Lampu indikator dipasang secara pararel dengan rangkaian


supaya jika lampu putus rangkaian dapat berputar.

5. Sekring/fuse

Sekering digunakan untuk sebagai pengamannan terhadap


over load. Jika terjadi beban lebih maka sekering (fuse) akan putus
sehingga arus listrik tidak lagi mengalir dalam sistem tersebut
untuk mengam Cara kerja fuse, jika dalam sebuah sistem
rangkaian elektonik atau rangkaain listrik terjadi arus lebih
ankan komponen lain. Sekering dipasang secara seri, supaya jika
terjadi over load akan dan sekring putus maka rangkaian akan mati.

Gambar IV.7 Sekring/fuse


lxxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

6. Kontaktor magnit (Magnetic Contactor)

Adalah saklar yang digerakkan dengan gaya kemagnetan.

Terdapat kontak NO dan Kontak NC.

- Kontak No biasanya angka belakangnya 3 dan


4 Contoh : 13, 14, 23, 24
- Kontak NC biasanya angka belakangnya 1 dan 2
Contoh : 11, 12, 21, 22

Gambar IV.8 Konstruksi kontaktor magnit (Magnetic ContactorI)

lxxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar IV.9 Kontaktor magnit (Magnetic ContactorI)

lxxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prinsip Kerja

Sebuah kontaktor terdiri dari koil, beberapa kontak


Normally Open ( NO ) dan beberapa Normally Close ( NC ). Pada
saat satu kontaktor normal, NO akan membuka dan pada saat
kontaktor bekerja, NO akan menutup. Sedangkan kontak NC
sebaliknya yaitu ketika dalam keadaan normal kontak NC akan
menutup dan dalam keadaan bekerja kontak NC akan membuka.
Koil adalah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi
magnetisasi dan menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi
perubahan atau bekerja. Kontaktor yang dioperasikan secara
elektromagnetis adalah salah satu mekanisme yang paling
bermanfaat yang pernah dirancang untuk penutupan dan
pembukaan rangkaian listrik

7. Timer

Digunakan sebagai relai penunda waktu yang fungsinya

untuk memindahkan kerja dari rangkaian pengontrol kerangkaian


tertentu yang bekerja secara otomatis. Misal dari star ke delta
secara otomatis. Rangkaian Timer memiliki kontak NO dan Juga
Kontak NC, seperti pada magnetic kontaktor, hanya bekerjanya
berdasarkan pewaktu yang telah ditentukan.

lxxx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar IV.10 Timer Omron tipe H38R

lxxxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Relay timer atau relay penunda batas waktu banyak


digunakan dalam instalasi motor listrik terutama instalasi yang
membutuhkan pengaturan waktu secara otomatis. Peralatan kontrol
ini dapat dikombinasikan dengan peralatan kontrol lain, contohnya
dengan MC (Magnetic Contactor), Thermal Over Load Relay, dan
lain-lain. Fungsi dari peralatan kontrol ini adalah sebagai pengatur
waktu bagi peralatan yang dikendalikannya. Timer ini
dimaksudkan untuk mengatur waktu hidup atau mati dari kontaktor
atau untuk merubah sistem bintang ke segitiga dalam delay waktu
tertentu. Timer dapat dibedakan dari cara kerjanya yaitu timer yang
bekerja menggunakan induksi Magnet dan menggunakan rangkaian
elektronik.

Prinsip kerja

Timer yang bekerja dengan prinsip induksi motor listrik


akan bekerja bila motor listrik mendapat tegangan AC sehingga
memutar gigi mekanis dan menarik serta menutup kontak secara
mekanis dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan timer yang
menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C
yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah
mengisi penuh kapasitor, maka relay akan terhubung.

8. OVER load

Thermal relay atau overload relay adalah peralatan


switching yang peka terhadap suhu dan akan membuka atau
menutup kontaktor pada saat suhu yang terjadi melebihi batas yang
ditentukan atau peralatan kontrol listrik yang berfungsi untuk
memutuskan jaringan listrik jika terjadi beban lebih.

Karakteristik

1. Terdapat konstruksi yang berhubungan langsung dengan


terminal kontaktor magnit.
lxxxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2. Full automatic function, Manual reset, dan memiliki


pengaturan batas arus yang dikehendaki untuk digunakan.

3. Tombol trip dan tombol reset trip, dan semua sekerup terminal
berada di bagian depan.

4. Indikator trip

5. Mampu bekerja pada suhu -25 °C hingga +55 °C atau (-13 °F


hingga +131 °F)

Gambar IV.11 Bagian-bagian Thermal Over Load

Prinsip kerja

Cara kerja alat ini adalah dengan menkonversi arus yang


mengalir menjadi panas untuk mempengaruhi bimetal , bimetal
inilah yang menggerakkan tuas untuk menghentikan aliran listrik

9. MCB

MCB atau miniature circuite breaker merupakan komponen

listrik yang bekerja dengan system thermal atau panas. Didalamnya


terdapat bimetal, dimana bila arus listrik yang mengalir melebihi
ukuran tertentu (karena kelebihan beban atau terjadi hubung
singkat) dari MCB ini, maka bimetal ini secara mekanis akan

lxxxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
memutus aliran listrik dan menggerakkan tuas ke posisi “OFF”.

lxxxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar IV.12 MCB

lxxxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

IV.4 Percobaan Kontrol Konvensinal II

IV.4.1 Percobaan Rangkaian Kendali Motor Elektrik Dengan Penunda


Waktu I (Stop Automatis)

Alat dan bahan yang digunakan

1. Motor listrik 3 phasa 1 unit


2. Magnetik Kontaktor 1 unit
3. Push button 2 unit
4. Timer 1 unit
5. Multimeter 1 unit
6. MCB 1 phasa 1 unit
7. MCB 3 phasa 1 unit
8. Emergency Stop 1 unit
9. Kabel penghubung 1 set

lxxxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar percobaan : Rangkaian Kendali Motor Elektrik Dengan


Penunda Waktu I (Stop Automatis)

lxxxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur percobaan

1. Membuat rangkaian percobaan penunda waktu 1 (stop secara


otomatis).
2. Menghubungkan MCB dan mengatur timer sesuai dengan intruksi
asisten.
3. Menguji rangkaian pengawatan pununda waktu 1.
4. Kemudian hubungkan input motor ke jala-jala PLN.
5. Menekan tombol start, maka motor berputar.
6. Beberapa waktu kemudian sesuai setting timer, maka motor akan
berhenti berputar/stop secara otomatais.
7. Menurunkan MCB.

lxxxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

IV.4.2 Percobaan Rangkaian Kendali Motor Elektrik Dengan Penunda


Waktu II (Star Automatis)

Alat dan bahan yang digunakan

1. Motor listrik 3 phasa 1 unit


2. Magnetik Kontaktor 1 unit
3. Push button 2 unit
4. Timer 1 unit
5. Relay 1 unit
6. Multimeter 1 unit
7. MCB 1 phasa 1 unit
8. MCB 3 phasa 1 unit
9. Emergency Stop 1 unit
10. Kabel penghubung 1 set

lxxxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar percobaan Penunda Waktu II (Star Automatis)

xc
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur percobaan

1. Merangkai percobaan penunda waktu 2 (start secara otomatis).

2. Menghubungkan MCB dan mengatur timer sesuai dengan intruksi


asisten.
3. Menguji rangkaian pengawatan penunda waktu 2.

4. Kemudian hubungkan input motor ke jala-jala PLN.

5. Menekan tombol start.

6. Beberapa waktu kemudian sesuai setting timer, maka motor akan


berputar/start secara otomatis.
7. Menekan tombol stop maka motor akan berhenti berputar.

8. Menurunkan MCB.

xci
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

IV.4.3 Percobaan Rangkaian Kendali Motor Elektrik HUBUNGAN WYE-


DELTA ( Y - ∆ )

Alat dan bahan yang digunakan

1. Motor listrik 3 phasa 1 unit

2. Magnetik Kontaktor 3 unit

3. Push Button 2 unit

4. timer 1 unit

5. multimeter 1 unit

6. MCB 1 Phasa 1 unit

7. MCB 3 Phasa 1 Unit

8. Emergency Stop 1 unit

9. kabel penghubung 1 set

xcii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar percobaan

xciii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Prosedur percobaan

1. Membuat rangkaian percobaan Y- .

2. Menghubungkan MCB.

3. Munguji rangkaian pengawatan percobaan Y- .

4. Apabila rangkaian pengawatan telah benar maka masukkan jala-jala


PLN.
5. menekan tombol start, maka motor berputar.

6. Motor berputar dengan coil terhubung Y sesuai setting timer.

7. setelah itu coil motor terhubung secara otomatis sesuai setting


timer.
8. Menekan tombol stop maka motor akan berhenti berputar.

9. Menurunkan MCB.

xciv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

PERCOBAAN V
SINKRONISASI GENERATOR SINKRON
V.1 Tujuan Percobaan

Agar dapat mengetahui proses sinkronisasi generator dengan jala-jala


PLN.

V.2 Teori Dasar

Sinkronisasi generator adalah suatu cara untuk menghubungkan


dua sumber atau beban Arus Bolak-Balik (AC). Sumber AC tersebut
antara lain generator dan beban adalah transformer yang akan digabungkan
atau diparalel dengan tujuan untuk meningkatkan keandalan dan kapasitas
sistem tenaga listrik.

Untuk dapat terjadi proses sinkronisasi generator #1 ke busbar,


maka dibutuhkan parameter yang harus terpenuhi oleh generator #1, yaitu:

1. Nilai Tegangan yang sama antara tegangan Generator #1 dengan


tegangan busbar.
2. Nilai Frekuensi yang sama antara Generator #1 dan busbar, di Indonesia
digunakan frekuensi 50 Hz.
3. Sudut phase yang sama, vector sudut phase dari generator #1 harus
sama dengan vector sudut pase pada busbar.
4. Phase Sequence yang sama, terminal RST generator #1 harus
dihubungkan dengan terminal RST busbar.

xcv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.1 Proses penyamaan sudut phase.

xcvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Jenis Sinkronisasi

Seperti telah dijelaskan diawal, bahwa sinkronisasi adalah proses


untuk menyamakan tegangan, frekuensi, sudut phase dan sequence phase
antara 2 sumber daya AC. Maka berdasarkan arah atau susunan peralatan
pada sistem tenaga listrik, sinkronisasi dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Forward Synchronization (sinkronisasi maju), yaitu proses sinkronisasi


generator kedalam sistem atau busbar.

Gambar V.2 Forward Synchronization (sinkronisasi maju)

2. Reverse Synchronization atau backward synchronization (sinkronisasi


terbalik), biasanya terjadi pada sistem tenaga listrik disuatu pabrik,
dimana suatu jaringan suplai akan digabungkan kedalam suatu jaringan
sistem atau busbar yang ada. Pada kondisi ini tidak dimungkinkan
untuk mengatur parameter sinkron pada sisi incoming (jaringan yang
akan disinkronkan), yang terpenting CB (PMT) dari beban-beban pada
jaringan suplai (grid supply) dalam keadaan terbuka.

xcvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.3 Reverse Synchronization (sinkronisasi terbalik)

xcviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Sinkronisasi atau menghubungkan paralel atau sejajar perlu


dipenuhi tiga syarat untuk tegangan system-sistem yang akan diparalelkan
yaitu:

1. Harus adanya amplitude Tegangan yang sama.

Dengan adanya tegangan kerja yang sama diharapkan pada


saat diparalel dengan beban kosong power faktornya.

a. Dengan power factor 1 berarti tegangan antara 2 generator persisi


sama. Jika 2 sumber tegangan itu berasal dari dua sumber yang
sifatnya statis misal dari battery atau transformator maka tidak
akan ada arus antara kedunya. Namun karena dua sumber
merupakan sumber tegangan yang dinamis (generator) Maka
power factornya akan terjadi deviasi naik dan turun secara periodic
bergantian dan berlawanan. Hal ini terjadi karena adanya sedikit
perbedaan sudut phase yang sesekali bergeser karena factor gerak
dinamis dari penggerak.Itu bisa dibuktikan dengan membaca
secara bersamaan Rpm dari misal dua Generator dalam keadaan
sinkron Generator 1 mempunyai kecepatan putar 1500 dan
generator.
b. Mempunyai kecepatan putar 1501 maka terdapat selisih 1 putaran /
menit Dengan perhitungan 1/1500 x 360 derajat maka terdapat
beda fase 0,24 derajat dan jika dihitung selisih teganan sebesar cos
phi 0,24 derajat x tegangan nominal (400 V) tegangan nominal
(400 V) dan selisihnya sekitar V dan selisih tegangan yang kecil
cukup mengakibatkan timbulnya arus sirkulasi antara 2 buah
generator tersebut dan sifatnya tarik menarik. Dan itu tidak
membahayakan. Dan pada saat dibebani bersama sama maka
power faktornya akan relative sama sesuai dengan power faktor
beban. Memang sebaiknya dan idealnya masing masing generator
menunjukkan power factor yang sama. Namun jika terjadi power

xcix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
factor yang berbeda dengan selisih tidak terlalu banyak tidak

c
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

terjadi akibat apa apa. Akibatnya salah satu generator yang


mempunyai nilai power. Factor rendah akan mempunyai nilai arus
yang sedikit lebih tinggi. Yang penting diperhatikan adalah tidak
melebihi arus nominal dan daya nominal dari generator. Pada
generator yang akan diparalel biasanya didalam alternatornya
ditambahkan peralatan yang dinamakan Droop kit . Droop kit ini
berupa current transformer yang dipasang. disebagian lilitan dan
outputnya disambungkan ke AVR. Droop kit ini berfungsi untuk
mengatur power factor berdasarkan besarnya arus beban, Sehingga
pembagian beban KVAR diharapkan sama pada KW yang sama.
2. Frekuensi harus sama (mempunyai frekuensi yang sama).

Yang dimaksud urutan phase adalah arah putaran dari ketiga


phase. Arah urutan ini dalam dunia industri dikenal dengan nama CW
(clock wise) yang artinya searah jarum jam dan CCW (counter clock
wise) yang artinya berlawanan dengan jarum jam. Hal ini dapat diukur
dengan alat phase sequence type jarum.Dimana jika pada saat
mengukur jarum bergerak berputar kekanan dinamakan CW dan jika
berputar kekiri dinamakan CCW.
Perlu diketahui bahwa dalam banyak generator mencantumkan
symbol R,S,T,N ataupun L1,L2,L3 ,N namun tidak selalu berarti
bahwa urutan CW / RST atau L1L2L3 jika diukur urutan STR, TRS
,L2L3L1 itu juga termasuk CW/RST . Sebagai contoh : jika kabel
penghantar yang keluar dari generator diseragamkan semua berwarna
hitam dan tidak ada kode sama sekali, apakah kita bisa membedakan
secara visual atau parameter listrik bahwa penghantar itu phasenya R ,
S , atau T tentu tidak. Kita hanya bisa membedakan arah urutannya
saja CW atau CCW.
Apapun generatornya jika mempunyai arah urutan yang sama
maka dapat dikatakan mempunyai salah satu syarat dari parallel
generator. Sehingga bisa jadi pada dua generator yang sama urutan
RST pada genset 1 dapat dihubungkan dengan phase STR pada Genset
ci
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2 dan itu tidak ada masalah asal keduanya mempunyai arah urutan
yang sama.
3. Sefasa.

Didalam dunia industri dikenal 2 buah system frekuensi yaitu


50 hz dan 60 hz Dalam operasionalnya sebuah generator bisa saja
mempunyai frekuensi yang fluktuatif (berubah ubah) karena factor
factor tertentu. Pada jaringan distribusi dipasang alat pembatas
frekuensi yang membatasi frekuensi pada minimal 48,5 hz dan
maksimal 51,5 Hz. Namun pada Generator pabrik over frekuensi
dibatasi sampai 55 Hz sebagai overspeed.Pada saat hendak paralel,
dua buah generator tentu tidak mempunyai frekuensi yang sama
persis. Jika mempunyai frekuensi yang sama persis maka generator
tidak akan bisa parallel karena sudut phasanya belum Sesuai, salah
satu harus dikurang sedikit atau dilebihi sedikit untuk mendapatkan
sudut phase yang tepat. Setelah dapat disinkron dan berhasil sinkron
baru kedua generator mempunyai frekuensi yang sama-sama persis.

4. Mempunyai sudut phase yang sama.

Mempunyai sudut phase yang sama bisa diartikan , kedua


phase dari 2 Generator mempunyai sudut phase yang berhimpit sama
atau 0 derajat. Dalam kenyataannya tidak memungkinkan mempunyai
sudut yang berhimpit karena genset yang berputar meskipun dilihat
dari parameternya mempunyai frekuensi yang sama namun jika dilihat
menggunakan synchronoscope pasti bergerak labil. kekiri dan
kekanan, dengan kecepatan sudut radian yang ada sangat sulit untuk
mendapatkan sudut berhimpit dalam jangka waktu 0,5 detik. Breaker
butuh waktu tidak kurang dari 0,3 detik untuk close pada saat ada
perintah close pada proses sinkron masih diperkenankan perbedaan
sudut maksimal 10 derajat. Dengan perbedaan sudut maksimal 10
derajat selisih tegangan yang terjadi berkisar 4 Volt. Peralatan modul
cii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

untuk mengakomodasi kebutuhan synhcrone Generator, yaitu Load


sharing, Synchronizing, Dependent start stop, dan lain lain.

Bilamana salah satu syarat diatas tidak dipenuhi, maka antara


kedua system yang diparalelkan akan terjadi selisih-selisih tegangan yang
dapat menyebabkan arus-arus yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada mesin-mesin. Dalam praktek ada
suatu alat yang dapat mengecek ketiga syarat tersebut diatas yaitu yang
disebut sinkronoskop. Diantara sinkronoskop dapat disebut : sinkronoskop
lampu, pengukur volt nol, dan osilograf elektron yang dapat dipergunakan
sebagai sinkronoskop.

Proses Sinkronisasi

Prosedur untuk melakukan proses Sinkronisasi dapat diuraikan


sebagaiberikut:

1. Hidupkan Sychronizing Switch untuk memulai proses parallel;

a) Untuk proses paralel secara manual, Synchronizing Switch


dipoisikan pada posisi manual.
b) Untuk proses Paralel secara otomatis, Synchronizing Switch
diposisikan pada posisi auto.
2. Mengatur Voltage Adjuster untuk menyamakan tegangan Line dengan
generator sambil mengatur Diff. Voltage meter.
3. Mengatur Speed Adjuster untuk menyamakan frekuensi Line dengan
generator sambil mengamati jarum Synchronizing meter sampai
bergerak searah jarum jam dengan putaran lambat 0,2 Hz (1 putaran
dlam 5 detik).
a) Jika dilakukan dengan manual, maka pada saat jarum Syncron
berada pada posisi 5 s/d 10° sebelum mencapai titik puncak (posisi
jam 12) dengan menggerakkan tuas CB pada posisi ON untuk
melakukan Paralel.
b) Jika dilakukan secara Automatic, maka proses sinkronisasi (paralel)
ciii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
akan bekerja sendiri.

civ
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pengaruh yang ditimbulkan bila ketentuan sinkronisasi generator


tidak dipenuhi :
a) Pada generator yang diparalel dengan PLN , maka apabila generator
yang akan diparalel mempunyai tegangan lebih tinggi maka begitu
breaker close generator tersebut mempunyai power factor yang rendah,
namun tidak membahayakan karena power factor di PLN masih
induktif dan berdaya besar.
b) Jika urutan phase tidak sama system RST di parallel dengan system
CBA, maka akan terjadi selisih tegangan sebesar 2 kali tegangan
nominal ,hal itu bisa dideteksi dengan diukur secara manual
menggunakan voltmeter, pada saat synchronoscope menunjuk 0 derajat,
terdapat selisih sebesar 2 x 400 V.
c) Jika frekuensi tidak sama diparalelkan maka akan terjadi beberapa
kemungkinan yaitu dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Sebagai contoh generator 1 mempunyai frekuensi 49 hz sedangkan
generator 2 mempunyai frekuensi 50 hz. Dengan melihat
synchronoscope maka jarum akan berputar dengan kecepatan sudut 2
phi r/ detik atau 1putaran/ detik.
d) Jika sudut fase tidak sama namun kecenderungan frekuensi sama hanya
akan menyebabkan hunting sesaat tanpa ada kemungkinan reverse
power, namun juga sangat berbahaya jika berbeda sudutnya terlalu
besar , engine akan mengalami tekanan sesaat hingga hunting.

Perbaikan faktor kerja adalah suatu usaha atau langkah langkah


untuk dapat mencapai system kelistrikan yang optimal. Power factor yang
buruk dapat merugikan suatu sistem kelistrikan. Adapun kerugian yang
dapat ditimbulkan dengan adanya factor kerja yang buruk atau rendah
adalah :

1. Daya terpasang listrik PLN ( KVA) tidak dapat optimal. Jika beban
yang ada sudah mencapai batas arus yang diijinkan . maka tidak dapat

cv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

menambah beban listrik lagi sedangkan kw yang terpakai masih


dibawah daya terpasang.

2. Dengan power factor yang rendah akan dikenakan penalty / denda dari
PLN yang nilai rupiah / kvarh nya cukup tinggi. Hal ini karena sudah
melebihi ketentuan yang distandarkan dari PLN yaitu sebesar 0,85.

3. Dengan power factor yang rendah maka arus menjadi lebih tinggi.
Dengan arus yang tinggi ini akan menjadikan kabel lebih panas karena
energi yang terbuang karena arus . sesuai dengan rumus I Rt . maka
dengan tahanan kabel yang tetap dan arus yang melewati kabel
berbanding lurus dengan panas yang dikeluarkan.

4. Jika instalasi dengan kabel penghantar yang panjang dan jauh maka
akan menyebabkan tegangan jatuh ( V ) semakin besar diujung beban .
Tegangan jatuh berbanding lurus dengan arus yang melewati
penghantar.

Dengan keempat kerugian yang ditimbulkan oleh karena power


factor yang rendah maka diupayakan memperbaikinya dengan memasang
capasitor bank. Bagaimanakah konsep dasar sehingga dengan pemasangan
kapasitor bank dapat memperbaiki factor kerja dari suatu sistem kelistrikan
? Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Beban beban yang mempunyai kecenderungan memiliki cosphi


kurang dari satu tertinggal ( leaging) adalah beban beban listrik
yang mempunyai unsur lilitan dan inti besi. Semisal lampu tabung
denga ballastnya, motor motor listrik, las listrik dan transformator
regulator.
 Sehingga daya listrik yang dipakai untuk mengoperasikan peralatan
tersebut terdiri dari dua unsur yaitu daya aktif dan daya reaktif.
 Daya aktif adalah daya yang terpakai yang terukur dengan
kilowattmeter. Daya ini membentuk energi aktif persatuan waktu
dan dapat diukur dengan kwh meter.
cvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 Sedangkan daya reaktif adalah daya yang terpakai sebagai energi


pembangkitan flux magnetic sehingga timbul magnetisasi. Dan
daya ini dikembalikan ke system karena efek induksi
elektromagnetik itu sendiri.

Gambar V.4 Operasi paralel generator dengan lampu sinkronoskop


Misalkan suatu generator G akan diparalelkan dengan jala-jala.

Mula-mula G diputar oleh penggerak mula mendekati putaran sinkronnya,


lalu penguatan If diatur hingga tegangan terminalgenerator tersebut sama
dengan tegangan jala-jala. Untuk mendekati frekuensi dan urutan
fasakedua tegangan (generator dan jala-jala) digunakan alat pendeteksi
yang dalam gambar menggunakan lampu sinkronoskop.

Benar tidakya hubungan paralel tadi, dapat dilihat dari


lamputersebut.Jika rangkaian untuk paralel itu benar (urutan fasa sama),
Lampu L1, L2, dan L3 akan hidup-matidengan frekuensi f L± f G cycle.
Sehingga apabila 3 lampu sedang tidak berkedip berarti f L= f G atau
frekuensi tegangan generator dan jala-jala sudah sama

Untuk mengetahui bahwa fasa kedua tegangan (generator dan jala-


jala) sama dapat dilihat darilampu L1, L2, dan L3 untuk hubungan seperti

cvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

pada gambar Sikronisasi Generator dengan Jala- jala, L1 akan mati dan L2
dan L2, L3 akan menyala sama terang. Frekuensi tegangan
generator diatur oleh penggerak mula sedangkan besar tegangan diatur
oleh penguatan medan

Gambar V.5 Sikronisasi Generator dengan Jala-jala

Jika rangkaian untuk paralel itu salah (urutan fasa tidak sama),
lampu L1, L2, dan L3 akan hidupmati bergantian dengan frekuensi (f L+
f G) cycle. Dalam hal ini dua buah fasa (sebarang) padaterminal generator
harus kita pertukarkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar Urutan fasa yang belum sama danUrutan fasa yang sudah sama

cviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.6 Urutan fasa yang belum sama

cix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar V.7 Urutan fasa yang sudah sama

Peralatan Instrumentasi Untuk Proses Sinkronisasi

1. Double Voltmeter

Adalah voltmeter dengan tampilan 2 pengukuran tegangan yaitu


tegangan dari peralatan yang akan disinkron (generator) dan tegangan
sistem yang bekerja simultan.

Gambar V.8 Double Voltmeter

2. Double Frequency Meter

Menampilkan nilai frekuensi dari kedua sumber AC.

cx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.9 Double Frequency Meter

cxi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3. Synchroscope

Alat yang digunakan untuk mengetahui sudut phase dari kedua


sumber. Terdiri dari jarum berputar (rotating pointer), jika jarum
berputar tersebut berada pada posisi tepat di jam 12, maka sudut phase
dari kedua sumber sama dengan nol dan dapat dikatakan kedua sumber
“sefase”, dalam sudut phase yang sama.

Gambar V.10 Synchroscope

4. Phase Sequence Indikator

Alat ini sama dengan yang digunakan untuk mengetahui sequence


phase dari motor induksi. Dilengkapi dengan jarum berputar (rotating
pointer), jika jarum berputar searah jarum jam, maka dapat dikatakan
memiliki sequence positif RST dan jika berputar sebaliknya ber-
sequence negative atau RTS.

Gambar V.11 Phase Sequence Indikator

Tujuan sinkronisasi generator

1. Mendapatkan daya yang lebih besar.

cxii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2. Untuk effisiensi (Menghemat biaya pemakaian operasional
dan menghemat biaya pembelian).
3. Untuk memudahkan penentuan kapasitas generator.

4. Untuk menjamin kotinyuitas ketersediaan daya listrik.

cxiii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Dalam memparalelkan atau mensinkronisasikan alternator atau


generator dengan jala-jala, ada beberapa macam metode yang digunakan,
yaitu :
 Sinkronoskop Lampu Gelap

Jenis sinkronoskop lampu gelap pada prinsipnya


menghubungkan antara ketiga fasa, yaitu U dengan U, V dengan V dan
W dengan W. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar V.12 Skema Sinkronoskop Lampu Gelap

Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama maka
ketiga lampu akan gelap yang disebabkan oleh beda tegangan yang ada
adalah nol. Demikian juga sebaliknya, jika lampu menyala maka
diantara fasa terdapat beda tegangan. Ini dapat dijelaskan pada gambar
berikut.

cxiv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.13 Beda tegangan antara fasa pada sinkronoskop lampu gelap

cxv
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

 Sinkronoskop Lampu Terang

Jenis sinkronoskop lampu terang pada prinsipnya


menghubungkan antara ketiga fasa, yaitu U dengan V, V dengan W dan
W dengan U. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar V.14 Skema Sinkronoskop Lampu Terang

Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskop


lampu gelap. Jika antara fasa terdapat beda tegangan maka ketiga lampu
akan menyala sama terang dan generator siap untuk diparalel.
Kelemahan dari sinkronoskop ini adalah kita tidak mengetahui seberapa
terang lampu tersebut sampai generator siap diparalel.
 Sinkronoskop Lampu Terang Gelap

Sinkronoskop jenis ini dapat dikatakan merupakan perpaduan


antara sinkronoskop lampu gelap dan terang. Prinsip dari sinkronoskop
ini adalah dengan menghubungkan satu fasa sama dan dua fasa yang
berlainan, yaitu fasa U dengan fasa U, fasa V dengan fasa W dan fasa
W dengan fasa V. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema
dibawah ini :

cxvi
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar V.15 Skema sinkronoskop lampu terang gelap

cxvii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Pada sinkronoskop ini generator siap diparalel, jika satu lampu


gelap dan dua lampu lainnya terang. Pada kejadian ini dapat
diterangkan pada gambar berikut ini.

Gambar V.16 Beda tegangan antara fasa sinkronoskop


lampu terang gelap

cxviii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

V.3 Alat – Alat Yang Digunakan

1. Generator Sinkron 1 unit

2. Penggerak Mula (Motor DC) 1 unit

3. Power Peak 0-220 Vdc 3 unit

4. Double frekuensimeter 1 unit

5. MCB 3Ø 4 unit

6. Double voltmeter 2 unit

7. Multimeter 1 unit

8. Lampu Indikator 3 unit

9. Lampu Sinkronisasi 3 unit

10. Kontaktor 1 unit

11. Tachometer 1 unit

12. Kabel penghubung 1 set

cxix
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

V.4 Gambar Percobaan

cxx
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

V.5 Prosedur Percobaan

1. Membuat rangkaian seperti pada gambar percobaan di atas.

2. Meng-On-kan MCB.

3. Memasukkan tegangan generator sampai sama dengan tegangan jala-


jala dengan mengatur penggerak mula.

4. Mengatur frekuensi tegangan generator hingga sama dengan frekuensi


jala-jala dengan mengatur penggerak mula.

5. Menyamakan phasa generator hingga sama dengan phasa jala-jala. Hal


ini dapat dilihat dari lampu L1, L2 dan L3 untuk hubungan seperti pada
gambar percobaan L1 akan mati.

6. Menyamakan urutan phasa generator dengan urutan phasa jala-jala.


Jika urutan phasa benar maka lampu L 1, L2 dan L3 akan hidup mati
bergantian dengan frekuensi FL = FG Hz. Setelah isemua prosedur
diatas terpenuhi, maka saat untuk mempraktekkan adalah pada L1 mati
dan L2 dam L3 menyala sama terang (keadaan ini berlangsung agak
lama).

7. Meng-On-kan MCB2 pada saat L1 mati dan L2, L3 menyala sama


terang.

8. Setelah generator dan jala-jala PLN paralel, hubungkan beban dengan


sumber tegangan dengan meng-On-kan MCB4.

9. Beberapa waktu kemudian meng-On-kan MCB3, maka beban terlayani


oleh dua sumber tegangan yang diparalelkan.

10. Melepaskan beban dari sumber tegangan dengan meng-On-kan MCB4.

11. Melepaskan kerja paralel dengan meng-Off-kan generator perlahan-


lahan.

cxx
i
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
12. Menurunkan tegangan generator perlahan-lahan, kemudian meng-Off-
kan penggerak mula generator.

13. Melepaskan tegangan jala-jala PLN dengan meng-Off-kan MCB.

cxx
ii
LABORATORIUM MESIN MESIN LISTRIK
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ELEKTRO
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

cxx
iii

Anda mungkin juga menyukai