Anda di halaman 1dari 8

KHUTBAH IDUL ADHA

Hadirin dan hadirot jamaah jamaah ‘idul adha yang dimuliakan Allah SWT.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat kepada kita
dengan diturunkannya alqur’an kepada kita sebagai petunjuk dan pembeda antara
yang hak dan yang batil.

Sholawat dan salam mari kita sanjungkan kepada junjungan kita nan mulia nabi
besar Muhammad SAW. Beserta keluarga sahabat dan para pengikutnya sekalian.

Hari ini.. berapa banyak orang-orang yang sangat berjasa dalam hidup kita, tapi tak
dapat bersama dengan kita bertakbir, orang orang yang masih terbayang
senyumnya di pelupuk mata kita, orang orang yang tak dapat kita balas budi
baiknya, kita sayang sama mereka, tapi ada yang lebih sayang daripada kita, maka
mereka mendahului kita, kesedihan, kegalauan dalam hati itu diusir dengan takbir
“Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar Walillaahilhamd”

“Asyaithoonu Ya’idzukumul Fahro” setan selalu membisikkan kekurangan dalam


hati, setan selalu membisikkan kesedihan, setan selalu membisikkan ketakutan,
halau ketakutan itu dengan takbir, usir rasa cemas itu dengan takbir, “Allaahu
Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar Walillaahilhamd”

‘iidul Adha.. disebut dia dengan ‘id karena dia adalah hari raya, disebut dia dengan
‘id karena dia yang pernah datang tahun lalu, dia datang lagi tahun ini, dia
mungkin akan datang di tahun depan, tapi tak ada jaminan bahwa kita masih bisa
menemuinya, tapi tak ada jaminan bahwa kita masih ada di atas tanah ini,
anggaplah ini sholat terakhir, anggaplah ini khutbah terakhir yang kita dengar,

Tapi orang beriman tak pernah sedih, andai umurnya bertambah, tambahan amal
sholih, andai umurnya berkurang maka berhenti daripada perbuatan dosa.
Silih berganti ‘idul adha sudah kita lewati, apa yang dapat kita ambil hikmahnya?
Baanyak sekali, tapi khutbah tahun 1444 khutbah tahun 2023 ini, diringkas dalam
3 pesan yang dapat diambil dari kehidupan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam.

Pesan yang pertama, bahwa orang yang dekat dengan Allah, ujian tak pernah
terhenti datang, kenapa Ibrahim yang bergelar Al-Khalil, Kekasih Allah, Al-Khalil,
orang paling dekat dengan Allah, Al-Khalil, orang yang disayang Allah. Mengapa
ujiannya datang silih berganti. Ujian pertama datang dari seorang ayah yang tidak
menyembah Allah, “Ya Abati” Wahai Ayahku, mengapa kau jadikan berhala
sebagai tuhan?, Apa jawab Azar Ayah Ibrahim, “Laillam Tantahi” kalau kau tidak
berhenti menceramahi aku, kalau kau tidak berhenti mendakwahi aku, “La
arjumannaka” akan kulempar kau pakai batu sampai mati, “wahjurni Maliyya”
tinggalkan aku untuk selamanya.

Tak ada ujian yang paling berat selain berhadapan dengan ayah kandung yang
musyrik mempersekutukan Allah, kasarkah Ibrahim? Tidak, Apa Jawab Nabi
Ibrahim, “sa astaghfirulaka robbii” aku tetap akan memintakan ampun kepada
Allah atas dosa-dosamu hai Ayahku, “Innahu kaana bihafiyaa” Allah itu sayang
kepadaku, Allah itu Cinta Kepadaku, aku akan memintakkan ampunannya
untukmu. Ini adalah pelajaran, bahwa ujian akan datang silih berganti, ada
sebagian orang yang beranggapan, kalau dia sudah tobat, kalau dia sudah hijrah,
maka hidupnya akan tenang, senang, kenyang, tak lagi ada ujian, salah… hijrah
bukan berarti tanpa ujian, hijrah bukan berarti hidup akan senang, tenang dan
kenyang, hijrah membuat kita lebih kuat kepada Allah, bebannya tetap sama,
bebannya tetap datang, tapi kekuatan lebih kuat dari sebelumnya, itulah makna
hijrah, itulah makna tobat, itulah makna mendekatkan diri kepada Allah SWT,

berhadapan dengan keluarga dekat Ibrahim lulus, berhadapan dengan musuh


musuh Allah, ketika mereka berdebat dengan otak, Ibrahim menang,
Apa kata Ibrahim ‘Alaihissalaam, yang membunuh berhala-berhala kalian, yang
memecahkan dan menghancurkan patung-patung ini adalah, Patung yang paling
besar, Nabi Ibrahim sedang mengajak mereka untuk berdebat, gunakan akal kalian,
selama ini kalian menyambah patung, selama ini kalian menyembah berhala, hari
ini berhala-berhala itu hancur, kalau kalian mau tau siapa yang menhancurkannya,
“Fas Aluuhu Inkanu YunThiqun” Tanya berhala itu, Tanya berhala yang besar,
digantungkan Nabi Ibrahim kampak di leher berhala itu,

biasanya orang kalau sudah kalah berdebat, kalah otak, dia akan main otot, dia
akan main kekuasaan, dia akan main jabatan, mereka kumpulkan kayu kayu dan
batu batu, lalu diperintahkan oleh penguasa “harriquuhu” Bakar Ibrahim, mereka
membakar Ibrahim, saat itu api yang panas berubah, sunnatullaah terjadi, apa kata
Allah SWT, “Yaa Nar” Wahai Api, “Kuuni Bardan” Sejuklah, “Wasalaaman”
selamatkan Ibrahim, Api yang tabiatnya membakar, saat itu tidak membakar,
karena Allah berkata “Bardan” Sejuklah engkau wahai api, Ibrahim keluar dari api
unggun dalam keadaan kedinginan, andai Allah tidak menutup ayat itu dengan
“Salaaman” selamat, mungkin nabi Ibrahim akan mati kedinginan di dalam api
yang panas, Api tak dapat membakar kalau sudah Allah berkuasa,

ini menunjukkan bahwa Ibrahim ‘Alaihissalaam tetap berhadapan dengan


penguasa yang dzolim, berhadapan dengan berbagai macam ujian, berhadapan
dengan ayah kandung, lulus!, berhadapan dengan penguasa yang dzolim, Lulus!
Tapi ada ujian yang lebih berat daripada itu, ujian kerinduan, ujian kehampaan
hati, ujian kekosongan jiwa, ingin mendengar tangisan anak kecil di dalam rumah
dalam gendong dan pelukan, berdoa Ibrahim ‘Alaihissalaam “Robbii Habli
Minasshoolihiin” berikan aku anak yang sholeh, berikan aku anak yang sholeh ya
Allah, 86 tahun dia berdoa kepada Allah, begitu disebutkan oleh Imam Abul Fida
Ismail Ibnu Katsir, dalam tafsir Alqur’anil Adzim,
Adakah hari ini orang yang berdoa, sudah sholat, sudah tahajjud, sudah berinfak
sudah bersodaqoh, mengapa Allah tidak mengabulkan doa saya, mengapa Allah
tidak memperkenankannya,

hari ini kisah nabi Ibrahim mengingatkan kita kembali, sesungguhnya tak sulit bagi
Allah untuk memberikan yang kau cintai, yang kau sayangi, yang kau harap-
harapkan, tapi Allah ingin kau merintih ditengah malam dalam doa mu, Allah ingin
melihat kau bermunajat dengan tetesan air matamu, Allah ingin kau berdoa, Allah
ingin kau berikan segalanya kepada Allah, Allah Maha Cemburu, Allah tak ingin
kau berbagi dengan yang lain, oleh sebab itu munajat di tengah malam, berdoa
kepada Allah, sesungguhnya Allah ingin meningkatkan derajat, menghapuskan
dosa dengan doa doa, dan permintaan seorang hamba.

Pesan pertama dari Kehidupan Nabi Ibrahim, Bahwa hidup tak pernah lepas dari
Ujian. “Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allaahu Akbar Walillaahilhamd”

Hari ini kita sedang menghadapi ujian besar, saudara-saudaraku yang kena PHK,
saudara-saudaraku yang kesulitan dalam mencari nafkah, sesungguhnya ujian itu
tetap datang silih berganti, Allah hanya ingin melihat perut itu kosong dari materi,
sehingga kalau perut itu kosong, Hati penuh ! Besarkan Allah dalam hatimu,
Supaya dunia ini kecil dalam pandangan Matamu. Besarkan Allah dalam jiwamu,
Supaya kau melihat Ujian itu kecil, Supaya kita mengingat bahwa ujian kita ini
belum ada apa apanya dibandingkan dengan Nabi Ibrahim ‘Alaihissalaam.

Pesan yang Kedua, Bahwa tidak ada tempat meminta kecuali kepada Allah, tak
ada tempat berharap kecuali kepada Allah, gantungkan harapan kepada Allah, “La
ta’ khudzuhu sinatuwwala naum” Dia tak mengantuk, Dia tak tidur.
Jangan gantungkan harapan kepada manusia, hari ini menjadi kawan, besok
berubah menjadi lawan, Jangan gantungkan harapan kepada benda, benda akan
binasa, jangan gantungkan harapan kepada kuasa, kuasa akan sirna, gantungkanlah
harapan kepada Dia, siapa Dia? Allah SWT.

Adakah tuhan selain dia? “La ilaaha illaa huwa”, Hidupkah dia? Dia Maha hidup,
“Alqoyyum” dia mengatur hidup kita, mengapa cemas, mengapa takut, mengapa
gelisah, ada Dia yang mengatur segala hidup kita, Kuasakah dia? “Lahu Maa
Fissamawaati Wama Fil ‘Ard”, Ada yang bisa menolong selain dia? “Mandzalladzi
Yasyfa’u ‘indahu Illaa Bi Idznih”, taukah dia apa yang ada dalam kepala kita hari
ini? “Ya’lamu ma baina Aidiihim Wama Kholfahum Wala Yuhitu Nabisyaimmin
‘ilmihi illaa bimasyaa’”, sehebat apa kuasanya? “Wasi’a kursiyyu hussamaawati
wal’ ard”, Sulit dia mengatur alam semesta? “Wala Ya’iduhu Hifdzuhuma”
hebatkah dia?,kuasakah dia?, tinggikah dia?, besarkah dia?, “wahuwal ‘aliyyul
‘adzim”, itulah yang menguatkan kita, itulah yang membuat kita hebat diantara
makhluk yang lain, kalaulah manusia itu hebat karena besarnya, tentu lebih besar
sapi yang ada di depan kita, tapi kita akan menyembelih dia, kalaulah manusia itu
hebat karena suara nya, tentulah unta lebih besar suaranya, tapi pagi ini unta
disembelih,

Kita Heebat Karena kita membesarkan Allah, kita hebat karena dibesarkan Allah,
“Allaahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillaahilhamd”

Yakin Allah bersamamu, maka kau terasa besar di hadapan makhluk-makhluk


yang lain, kau bukan apa apa, kau hanyalah setumpuk daging busuk, yang akan
dimakan cacing tanah, Tapi ketika kau besarkan Allah, maka kau ikut menjadi
besar, ketika kau berkata “Yaaaaaa Robb” saat itu kau yakin, Allah menjagamu,
Ketika keluar dari mulutmu “Yaaaaaa Robb” saat itu kau yakin, Allah memberi
rizkii, “Wamaa min dabbaatim fil ‘ardi, illa ‘Alallah rizquhaa” tak ada satupun
yang melata di atas muka bumi ini, kecuali Allah menjamin Rizkinya,

Mengapa orang korupsi? Karena takut anak tidak makan, mengapa orang menjadi
nepotisme?, mengapa orang menghalalkan segala cara? Karena takut tidak makan,
orang yang hanya memikirkan perut, maka hakikat dirinya, tak jauh lebih kecil
daripada yang keluar dari perut.

Itulah mengapa Allah menjauhkan otak dari lambung, otak diatas lambung
dibawah, supaya kita jangan hanya memikirkan lambung, tapi hari ini ada manusia
yang begitu ketakutan, kenapa? Karena hanya urusan lambung, menJegal kawan
seiring, menggunting dalam lipatan, menikam dari belakang, musuh dalam selimut,
gara gara apa? Gara gara lambung.

Yakinkah kita? Bahwa ayam yang kita makan selama ini mati karena disembelih?,
bukan mati karena mesin, bukan mati karena suntik, bukan mati karena tertimpah,
yakinkah kita bahwa hewan kambing, sapi, unta yang kita makan, bukan karena
otaknya retak ditembak, Tapi betol betol karena disembelih atas nama Allah,
Alhamdulillaah.. kini ada lembaga-lembaga, yang peduli, Juru sembelih halal,
mereka adalah orang-orang yang ingin menyelamatkan makanan kita, supaya doa
kita terkabul, seperti Doa Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Tapi sungguhpun dia
seorang Nabi, terkabul doa nya, tapi bukanlah seperti kunyit yang dioleskan kapur
sirih, disaat itu jugak tampak hasilnya, berapa lama dia berdoa? 86 Tahun, barulah
lahir anak Ismail ‘Alaihissalam, Apa makna nya? Kita ingin diberikan Allah
pandangan, supaya pandangan kita lurus, supaya kita faham, supaya kita sabar atas
atas segala doa doa kita, Kalau Nabi Musa ‘Alaihissalam 40 tahun baru terkabul
doa nya, Kalau Nabi Ibrahim 86 Tahun baru terkabul doa nya, Padahal mereka
adalah Khalilullah, padahal mereka adalah Kalimullaah, maka kita tetap sabar,
sesungguhnya kita sedang menyerahkan nasib kepada Allah, Allah lebih tau Apa
yang terbaik untuk kita. “Allaahu Akbar Allahu Akbar Allaahu Akbar
Walillaahilhamd”

Pelajaran yang terakhir yang ketiga, Puncak daripada cinta adalah ketika
sanggup berbagi, Puncak Cinta bukan memiliki, puncak cinta bukan menguasai,
puncak cinta adalah ketika sanggup berbagi, itu ditampakkan dalam kehidupan
Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ketika anak itu lahir, keinginan memiliki untuk
selamanya, Tapi Allah berkata lain, “Ya bunayya” Wahai Anakku, “inni aroo fil
ma’a” Kulihat dalam mimpiku aku sembelih lehermu, “Fandzur maadzaa Taroo”
apa pendapatmu wahai anakku?, Dan ternyata anak pun sama berfikirnya, Puncak
dari cinta kepada ayah adalah saat sanggup berbagi kepada Allah.

Apa kata sang anak?, “Ya Abati” wahai Ayahku, “If ‘al maa’ tumar” laksanakan
perintah Allah, “Satajiduni Insya Allah mina Sshoobiriin” Insya Allah aku Sabar
Ayah, bertemu seorang ayah yang sholeh dengan anak yang sholeh, jangan pernah
bermimpi mendapatkan anak yang sholeh kalau tidak dari ayah yang sholeh,
Sholeh dalam berfikir, Sholeh dalam beramal, Sholeh dalam mencari nafkah.

Hari ini orang Sa’I antara Shofa dan Marwah, Perbuatan siapa itu? Perbuatan Hajar
istri Ibrahim, Hari ini orang minum Air Zam Zam, Bekas siapa itu? Tumit kaki
Ismail anak Ibrahim, ‘idul Adha menyembelih hewan qurban, sejarah siapa itu?
Sejarah penyembelihan Ismail anak Ibrahim, Sesungguhnya yang dibagi kepada
Allah, yang Ikhlas berbagi karena Allah, itulah yang akan kekal abadi sepanjang
zaman, takkan lapuk karena hujan, takkan goyah angin kencang, sebab apa?, Sebab
Allah yang mengekalkannya hingga hari kiamat,

serahkan kepada Allah, dia akan besar, bagikan kepada Allah, dia akan kekal
abadi, yang kau sedekahkan untuk Allah, itu lah yang akan kekal abadi, “intan
shurulaah, Yansurqum” Jika kau tolong agama Allah, maka Allah akan
menolongmu.

Kalau kau hari ini punya jabatan tinggi, punya kekuasaan hebat, ia akan digantikan
oleh orang lain, belum kau mati mereka sudah siap untuk menggantikannya,

Yang tinggal hanya satu, Apa itu? Wakaf, Infaq, Shodaqoh, Jika kau punya yang
lebih besar, berikan wakaf, tidak lebih besar, berikan infaq, tidak lebih besar,
berikan shodaqoh, Allah Maha Adil, “Tabasuumuka Fii Wajhi Ahiika Laka
Shodaqoh” Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.

“Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar walillaahilhamd”

Barakallaahu li walakum Fil qur’anil Adzim wana fa’ani wa iyyakum bima


fiihi minal aayaati wa dzikril hakim wataqobbala minni waminkum
tilawatahu innahu huwal ghofururrohim.

Anda mungkin juga menyukai