Anda di halaman 1dari 58

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

REDESAIN SEKOLAH LUAR BIASA DHARMA ASIH PONTIANAK

Priskila Suryani Setiadi Tok

Mahasiswa, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura, Indonesia


priskilasuryani@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan formal diperlukan untuk membentuk kehidupan anak dengan memberikan


pengetahuan dan wawasan dari sejak usia dini hingga dewasa. Pendidikan formal bisa didapatkan
oleh setiap anak dan tidak terkecuali bagi anak penyandang cacat. Pendidikan formal bagi mereka
tidak sama seperti anak normal melainkan pendidikan formal khusus yang disebut SLB (Sekolah
Luar Biasa). SLB Dharma Asih merupakan salah satu sekolah yang melayani pendidikan khusus di
Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. SLB Dharma Asih melayani pendidikan bagi anak
tunagrahita dan anak tunarungu/tunawicara. Sekolah tersebut belum memenuhi perancangan
sesuai dengan standar SLB dan disesuaikan dengan kebutuhan anak tunagrahita dan anak
tunarungu/tunawicara pada setiap jenjang pendidikannya. Perbedaan kebutuhan khusus mereka
diidentifikasi agar bisa mengidentifikasi standar SLB yang diperlukan. Hasil identifikasi tersebut
untuk mendapatkan fungsi ruang dan persyaratan ruang yang dibutuhkan untuk anak
penyandang cacat dengan kebutuhan khusus di SLB Dharma Asih, sistem utilitas dan struktur yang
dibutuhkan sesuai dengan keadaan dan kegiatan anak-anak, sistem tapak lingkungan seperti
peletakan bangunan, sirkulasi bangunan, orientasi, vegetasi dan arsitektur lingkungan baik secara
eksternal maupun internal. Bentuk, ruang dan susunan terkait tata ruang dalam dan tata ruang
luar bangunan akan terbentuk sehingga menghasilkan skematik desain berupa pra-rancangan dan
pengembangan rancangan terkait redesain SLB Dharma Asih.

Kata kunci: SLB Dharma Asih, anak penyandang cacat, standar SLB

ABSTRACT

Formal education is needed to establish a child's life by giving the knowledge and insights from a
child to adulthood. Formal education can be obtained by every child and no exception for
children with disabilities. Formal education for them is not same as a normal child but special
formal education that called SLB (Special School). SLB Dharma Asih is one of the schools that
serve special education in Pontianak, West Borneo. SLB Dharma Asih serve education for mentally
disabled and deaf children. The school has not met the design in accordance with the standards
of SLB and appropriate with mentally disabled and deaf children needs at every level of
education. Differences their specific needs are identified in order to identify the necessary
standards of SLB. Results of such identification to obtain a function of space and space
requirements needed for disabled children with special needs in SLB Dharma Asih, utility systems
and structures required in accordance with the circumstances and activities of the children,
environments such as the laying of the building, the circulation of the building, orientation,
vegetation and architecture environment both externally and internally. Form, space and
compotition related to the spatial arrangement of the inside and outside of the building layout
will be form so it obtain schematic design in the form of pre-design and design development
related to redesigning SLB Dharma Asih.

Keywords: SLB Dharma Asih, children with disabilities, special school standard

1. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang tercantum pada Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan mulai diberikan sejak dini kepada anak-anak hingga
dewasa baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Menempuh pendidikan formal

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 186


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
diperlukan untuk membentuk kehidupan anak dengan memberikan pengetahuan dan wawasan dari
sejak usia dini hingga dewasa.
Pendidikan formal bisa didapatkan oleh setiap anak tidak terkecuali bagi anak penyandang cacat.
Menurut Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa tahun 2010, anak penyandang
cacat adalah anak yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya yang
terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental dan penyandang cacat fisik dan mental.
Menurut data Biro Kependudukan dan Catatan Sipil (2014) untuk wilayah Provinsi Kalimantan Barat,
jumlah penderita dengan cacat fisik berjumlah 1.455 jiwa, penderita cacat tunanetra/buta berjumlah
1.328 jiwa, penderita tunarungu/tunawicara berjumah 1.121 jiwa, penderita cacat mental/jiwa
berjumlah 1.023 jiwa, penderita cacat fisik dan mental berjumlah 544 jiwa dan penyandang cacat
lainnya 758 jiwa. Dari data tersebut, maka keperluan adanya sekolah sebagai wadah pendidikan
formal khusus untuk anak penyandang cacat di Kalimantan Barat sangat dibutuhkan. Salah satu
sekolah untuk anak penyandang cacat di Kalimantan Barat yakni SLB (Sekolah Luar Biasa) Dharma
Asih yang berada di Kota Pontianak.
SLB Dharma Asih melayani pendidikan formal khususnya bagi anak tunagraita dan anak
tunarungu/tunawicara dari jenjang pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Sebagai sekolah
khusus yang berada di ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, seharusnya mempunyai kelengkapan dan
kelayakan sarana dan prasarana yang lebih baik bagi anak-anak berkebutuhan khusus sesuai dengan
standar. Para siswa yang bersekolah di SLB Dharma Asih memiliki kebutuhan khusus yang harus
diperhatikan secara khusus karena mereka berbeda dengan siswa normal pada umumnya. Seperti
anak tunagrahita, mereka memerlukan sesuatu yang bisa membuat mereka konsentrasi dan tidak
mudah terganggu dengan hal lain. Begitu juga dengan anak tunarungu/tunawicara yang memerlukan
tuntunan dengan bantuan simbol penanda untuk mereka bisa beraktivitas. Pada proses kegiatan
belajar, jumlah siswa dalam satu kelas banyak yang lebih dari standar seperti pada jenjang SDLB yang
seharusnya lima siswa dalam satu kelas, tetapi bisa lebih dari lima. Hal tersebut karena kurangnya
ruangan untuk mewadahi mereka, sehingga mereka digabung.
Para siswa terutama siswa tunagrahita memiliki masalah dalam mental sehingga mereka kurang
bisa berpikir dan memahami sesuatu. Masalah keamanan juga perlu diperhatikan mengingat lokasi
sekolah yang berada di tepi Jalan Jenderal Ahmad Yani yang berbahaya bagi mereka. Tidak hanya dari
segi keamanan tetapi juga kebisingan dan penghawaan yang berdampak bagi siswa SLB Dharma Asih.
Banyaknya orang yang tidak menyadari keberadaan bangunan SLB karena penampilan bangunan yang
kurang mencerminkan identitas sebagai sekolah, sementara dengan jumlah penyandang cacat dari
data statistik yang ada, wadah pendidikan seperti SLB tersebut perlu diketahui bagi mereka agar
anak-anak penyandang cacat seperti tunagrahita dan tunarungu bisa mendapatkan pendidikan.
Sirkulasi menuju SLB Dharma Asih juga mempunyai masalah karena aksesnya melalui tikungan jalan
yang dekat dengan jalur masuk. Jalur masuk juga kurang jelas karena terdapat tiga jalur masuk yang
tidak semuanya dibuka di waktu yang sama.
Kebutuhan khusus bagi siswa SLB Dharma Asih tidak hanya dari jumlah ruang yang harus
dipenuhi, tetapi juga akses yang memudahkan mereka untuk mencapai ruangan dan tidak
menimbulkan kebingungan bagi mereka. Zonasi ini juga berkaitan dengan perubahan struktur
bangunan yang harus diubah karena adanya lahan-lahan yang tidak diefektifkan sebagai ruangan dan
perlu adanya pengembangan ruang dengan menambah jumlah lantai sehingga juga perlu adanya
perubahan struktur. Penghawaan dalam ruangan juga perlu diperhatikan karena penggunaan jenis
jendela yang tidak efektif untuk mengalirkan udara, sementara siswa harus mendapat penghawaan
yang baik untuk menjaga kestabilan emosi mereka tetap tenang dengan perubahan cuaca yang
berpengaruh bagi mereka. Oleh karena itu, SLB Dharma Asih memerlukan redesain agar dapat
memenuhi standar SLB.
2. Kajian Literatur
Menurut Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa tahun 2010, anak
penyandang cacat adalah setiap anak yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental yang dapat
menganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara
selayaknya. Anak penyandang cacat terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental
dan penyandang cacat fisik dan mental. Klasifikasi anak penyandang cacat sesuai dengan jenis
ketunaan yang berada di SLB Dharma Asih antara lain anak tunagrahita, anak autisme, anak ADHD
(Attention Deficit and Hyperactivity Disorder), anak down syndrome dan anak tunarungu/tunawicara.
Anak Tunagrahita adalah anak yang memiliki intelegensi yang signifikan berada di bawah rata-
rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa
perkembangan. Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak yang
meliputi gangguan kognitif, bahasa, komunikasi, gangguan interaksi sosial dan perilaku yang
berulang-ulang. Anak ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) adalah sekelompok
kelainan mekanisme tertentu pada sistem syaraf pusat yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif,
tidak bisa istirahat, berperilaku tidak sabaran, kesulitan untuk memusatkan perhatian dan impulsif.
Down syndrome menurut Danianti (2006) adalah kelainan yang terjadi pada anak yang mengalami
keterbelakangan mental yang mengakibatkan penyimpangan fisik. Anak dengan down syndrome ini
biasanya mengalami kesulitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan belajar karena kemampuan
atensi, metacognition, memory dan generalisasi yang lambat dibandingkan dengan anak normal.
Anak Tunarungu/Tunawicara adalah anak yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen dan biasanya memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara.

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 187


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Menurut Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa tahun 2010, SLB adalah
sekolah bagi anak berkebutuhan khusus yaitu salah satu jenis sekolah yang bertanggung jawab
melaksanakan pendidikan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus. Terkait dengan SLB Dharma
Asih, jenis SLB yang berada di sekolah tersebut dikelompokkan menjadi SLB-B untuk
tunarungu/tunawicara dan SLB-C untuk tunagrahita. SLB memiliki standar yang telah ditentukan
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2008 tentang
Standar Sarana dan Prasarana untuk SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa), SMPLB (Sekolah Menengah
Pertama Luar Biasa), dan SMALB (Sekolah Menengah Atas Luar Biasa) mengenai satuan pendidikan
SLB, lahan SLB, bangunan SLB yang disertai dengan kelengkapan sarana dan prasarana.
Setiap SDLB, SMPLB dan SMALB sekurang-kurangnya memiliki ruang pembelajaran umum, ruang
pembelajaran khusus dan ruang penunjang sesuai dengan jenjang pendidikan dan jenis ketunaan
peserta didik yang dilayani. Ketentuan mengenai ruang-ruang tersebut beserta sarana yang ada di
setiap ruang diatur dalam standar tiap ruang. Ruang pembelajaran umum merupakan ruang yang
sering digunakan secara umum untuk SLB yang terdiri dari ruang kelas dan ruang perpustakaan.
Kapasitas maksimum ruang kelas adalah lima peserta didik untuk ruang kelas SDLB dan delapan
peserta didik untuk ruang kelas SMPLB dan SMALB. Ruang pembelajaran khusus terkait dengan
perilaku khusus siswa SLB sehingga dibutuhkan pembelajaran khusus. Klasifikasi ruang pembelajaran
khusus yang dibutuhkan di SLB Dharma Asih yakni ruang bina wicara dan ruang bina persepsi bunyi
dan irama untuk tunarungu. Untuk tunagrahita, ruang yang diperlukan yakni ruang bina diri. Ruang
penunjang merupakan ruang yang melengkapi kegiatan-kegiatan pada ruang-ruang umum maupun
khusus sehingga dikatakan sebagai penunjang. Ruang penunjang untuk SLB terdiri dari ruang
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang UKS, ruang konseling, ruang
organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/berolahraga.
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan berupa konsep dan realisasi dalam perancangan didapatkan dari proses
analisis terhadap kondisi secara arsitektural pada gedung SLB Dharma Asih saat ini. Hasil analisis
tersebut mengacu pada visi dan misi sekolah tersebut yang menjadi konsep redesain SLB Dharma
Asih. Visi SLB Dharma Asih yakni beriman, terdidik dan mandiri. Misi SLB Dharma Asih antara lain
unggul dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial, unggul dalam perolehan kemandirian dan
prestasi akademik sesuai kemampuannya, unggul dalam prestasi olahraga, kesenian dan keagamaan,
unggul dalam penerapan disiplin pada setiap kinerja sekolah, dan unggul dalam kebersihan dan
penghijauan sekolah.
Konsep fungsi yang ada di SLB Dharma Asih sebagai bagian awal dari redesain SLB Dharma Asih
terdiri dari fungsi kualitas hidup, fungsi pembekalan pendidikan umum dan fungsi keterampilan.
Konsep program ruang memunculkan kebutuhan ruang dan organisasi ruang yang diperlukan dari
hasil analisis hubungan ruang dan besaran ruang yang diperlukan dalam desain bangunan SLB
Dharma Asih. Kebutuhan ruang di SLB Dharma Asih saat ini harus mengalami pengembangan untuk
memaksimalkan kapasitas jumlah murid yang tidak sesuai dengan jumlah ruang yang tersedia. Dari
hasil analisis mengenai karakteristik anak tunagrahita dan anak tunarungu/tunawicara serta fungsi
yang berlangsung, maka kesimpulan kebutuhan ruang yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1: Kesimpulan besaran ruang SLB Dharma Asih

FUNGSI RUANG RUANG


Pembekalan Pendidikan Umum R.Kelas TKLB-B (Persiapan A), R.Kelas TKLB-B(Persiapan
B), R.Kelas TKLB-C (Persiapan A), R.Kelas TKLB-C
(Persiapan B), R.Kelas SDLB-C (Kelas 1−6), R.Kelas SDLB-B
(Kelas 1−6), R.Kelas SMPLB-B (Kelas 7−9), R.Kelas SMPLB-
C (Kelas 7−9), R.Kelas SMALB-B (Kelas 10−12), R.Kelas
SMALB-C (Kelas 10−12), R. Perpustakaan
Pembekalan Pendidikan Khusus R. Bina wicara, R.Bina persepsi bunyi dan irama, R. Bina
diri
Pembekalan Keterampilan R. Handicraft, R.Tata boga, Salon, R.Musik, R.Menjahit, R.
Komputer
Pengelolaan R. Yayasan, R. Kepala Sekolah SLB-B, R.Kepala Sekolah
SLB-C, R. Guru SLB-B, R.Guru SLB-C, R. Staf Tata Usaha.
Aula, R. Rapat, R.UKS
Penunjang Musola, R. Konseling, R.OSIS, Kantin, WC, Gudang,
Lapangan, Pos satpam, Aula, R. Rapat, Lobi, Tempat
parkir

Sumber: Penulis, 2015

Konsep organisasi ruang untuk bangunan SLB Dharma Asih terbagi menjadi empat lantai yang
dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4. Pada lantai satu terdiri dari ruang-
ruang jasa keterampilan dan ruang-ruang kelas TKLB untuk lebih mudah mengawasi anak yang masih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 188


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
berusia dini. Pada setiap lantainya, ruang guru diletakkan di antara kelas tunagrahita dan kelas
tunarungu/tunawicara untuk memudahkan pengawasan anak. Organisasi ruang pada lantai dua
berisi ruang-ruang keterampilan dan ruang terapi. Penempatan ruang-ruang tersebut di lantai dua
agar tidak jauh diakses dari lantai dasar maupun lantai-lantai yang berada di atasnya. Organisasi
ruang pada lantai tiga berisi ruang-ruang kelas tingkat SDLB karena mereka sudah lebih bisa diatur
sehingga ditempatka di atas. Organisasi ruang lantai empat berisi ruang-ruang kelas SMPLB dan
SMALB. Jenjang pendidikan yang semakin tinggi sehingga letaknya semakin ke atas dan semakin
privat.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 1: Organisasi ruang lantai 1 SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 2: Organisasi ruang lantai 2 SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 3: Organisasi ruang lantai 3 SLB Dharma Asih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 189


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 4: Organisasi ruang lantai 4 SLB Dharma Asih

Analisis persyaratan ruang dari besaran ruang dan pengaruh arsitektur lingkungan yang
diperlukan dalam desain bangunan SLB Dharma Asih menghasilkan konsep program ruang berupa
kesimpulan besaran ruang dan konsep untuk arsitektur lingkungan. Konsep persyaratan ruang terdiri
dari konsep besaran ruang, konsep termal, konsep pencahayaan dan konsep akustika. Total luas
bangunan pada redesain SLB Dharma Asih yakni 5.247,4 m2 dengan jumlah lantai empat tingkat.
Sirkulasi bangunan sebesar 40% dari luas bangunan yakni 2.098 m2, sehingga luas bangunan
ditambahkan dengan sirkulasi bangunan menghasilkan luas total bangunan sebesar 7346,36 m2.
Penghawaan alami memanfaatkan penggunaan jendela dengan jenis jendela yang mudah
menyalurkan sirkulasi udara, sementara penggunaan penghawaan buatan menggunakan AC.
Pengaruh dari penggunaan warna juga mempengaruhi tingkat termal dalam suatu ruangan sehingga
warna yang digunakan harus warna yang terang dan warna pastel. Untuk ruang-ruang yang
digunakan oleh anak tunarungu/tunawicara, pencahayaan sebaiknya bisa memperlihatkan simbol
yang membantu mereka berkegiatan. Pengaruh dari warna juga mempengaruhi refleksitas cahaya
dan terhindar dari silau. Pencahayaan buatan di dalam kelas diatur dengan dimer untuk mengatur
intensitas cahaya dalam kelas dengan kegiatan belajar yang berbeda.
Penanganan akustika lebih diutamakan bagi anak tunagrahita dibandingkan dengan anak
tunarungu /tunawicara. Beberapa ruang seperti ruang keterampilan dan ruang terapi yang
menghasilkan kebisingan tinggi perlu penanganan akustika agar tidak menganggu siswa lain.
Penanganan akustika dengan menggunakan material yang dapat mengurangi tingkat kebisingan
dalam ruangan. Perletakan ruang bagi tunarungu/tunawicara menghadap jalan raya karena tidak
terganggu dengan kebisingan dari jalan raya.
Lokasi SLB Dharma Asih yang terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani,Pontianak dianalisis kondisi
tapak bangunan tersebut dari analisis orientasi, analisis sirkulasi, analisis perletakan, analisis zonasi
dan analisis vegetasi. Orientasi bangunan SLB Dharma Asih berdasarkan analisis terhadap kondisi
tapak bangunan sekitar terhadap bangunan SLB dan bangunan SLB terhadap banguna sekitar. Konsep
orientasi yang dipilih yakni tiga sisi. Sisi pertama merupakan arah depan yang menghadap Jl. Jenderal
Ahmad Yani, sisi kiri bangunan menghadap Jl. Jenderal Ahmad Yani dan sisi belakang bangunan
menghadap kawasan Sekolah Gembala Baik. Pertimbangan pemilihan orientasi bangunan
berdasarkan tampak bangunan yang menghadap dan terlihat dari jalan raya. Semnatar sisi kanan
bangunan yang menghadap bangunan Direktorat Jenderal Pajak tidak menjadi orientasi bangunan
karena arah orientasi tersebut kurang baik terhadap orientasi bangunan SLB Dharma Asih. Area
depan dan belakang bangunan mendapatkan sinar matahari yang baik seperti yang terlihat pada
Gambar 5.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 5: Konsep orientasi bangunan SLB Dharma Asih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 190


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Sirkulasi pada jalur masuk area dan jalur masuk area SLB dan jalur keluar SLB berada di dalam
jalur yang sama. Jalur masuk SLB Dharma Asih sangat berbahaya karena berada di depan dengan
faktor jarak tikungan dari jalan raya menuju jalur masuk SLB Dharma Asih sangat dekat sehingga
menjadi lokasi yang menyebabkan rawan kecelakaan. Sementara itu, area belakang SLB Dharma Asih
tidak ada sirkulasi karena sudah dibatasi oleh dinding pembatas yang membatasi dengan lingkungan
Sekolah Gembala Baik. Lokasi SLB Dharma Asih dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor melalui
Jl.Jenderal Ahmad Yani dan harus memutar melalui tikungan yang sangat dekat dengan jalur masuk
SLB Dharma Asih sehingga area tikungan tersebut merupakan conflict area. Dari permasalahan
sirkulasi sebelumnya, maka sirkulasi kendaraan dalam lahan SLB Dharma Asih dibuat tidak
menganggu sirkulasi pejalan kaki terutama anak-anak dengan memisahkan jalurnya, sehingga anak
bisa bebas bergerak dan terhindar dari bahaya kecelakaan. Area masuk dan keluar kendaraan dibuat
berbeda jalur, sehingga jalur kendaraan tidak hanya satu seperti kondisi eksisting sebelumnya.
Konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 6.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 6: Konsep sirkulasi bangunan SLB Dharma Asih

Perletakan bangunan meletakkan lapangan olahraga di sisi kanan bangunan yang terhindari dari
sirkulasi kendaraan, sehingga aman untuk parkiran mobil untuk memudahkan pengawasan
kendaraan yang masuk dan keluar. Letak pos satpam berada di antara parkiran motor dan mobil
juga menjaga keamanan anak agar tidak berada dekat dengan jalur kendaraan. Letak bangunan
disesuaikan dengan peraturan GSB setempat yakni dua puluh dua meter dari RMJ. Konsep
perleatakan bangunan dapat dilihat pada Gambar 7.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 7: Konsep perletakan bangunan SLB Dharma Asih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 191


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Zonasi bangunan dipisah antara zonasi ruang-ruang kelas dengan ruang jasa keterampilan,
sehingga ruangan-ruangan tersebut tidak berada dalam satu bangunan. Lantai pertama digunakan
untuk ruang jasa keterampilan dan ruang kelas TKLB. Ruang kelas TKLB diletakan di bawah agar
pengawasan lebih mudah karena umur yang masih dini. Area ruang jasa dan kelas terpisah sehingga
zonasi ruang tidak saling terganggu. Lantai kedua bersifat privat untuk ruang terapi dan ruang
keterampilan agar tidak jauh aksesnya dari lantai bawah dan lantai atas. Lantai tiga digunakan untuk
ruang-ruang kelas SDLB dan lantai empat digunakan untuk ruang kelas SMPLB dan SMALB. Semakin
tinggi jumlah lantainya semakin privat dan tinggi jenjang pendidikannya. Sirkulasi menuju setiap
lantai menyediakan lift yang mempermudah aksesibilitas anak yang mempunyai masalah mobilitas.
Konsep zonasi bangunan dapat dilihat pada Gambar 8.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 8: Konsep zonasi bangunan SLB Dharma Asih

Vegetasi yang digunakan tidak menggunakan pohon yang terlalu banyak karena ukurannya yang
besar dan bisa membuat takut pada anak. Vegetasi lebih banyak menggunakan tanaman yang
rindang seperti pucuk merah yang juga bisa sebagai pengarah jalan untuk sirkulasi. Selain itu
menggunakan tanaman semak rendah dengan warna tertentu untuk mengarahkan anak dalam
sirkulasi. Konsep vegetasi dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 9: Konsep vegetasi SLB Dharma Asih

Konsep utilitas terdiri dari konsep sistem air bersih, konsep sistem drainase dan sampah, konsep
sistem keamanan, konsep sistem jaringan listrik dan konsep sistem transportasi bangunan. Peralatan
sanitasi yang digunakan memperhatikan penyandang mobilitas seperti washtafel yang tingginya
untuk kursi roda, penggunaan kloset duduk yang lebih mudah daripada kloset jongkok dan adanya
pegangan handrail di dekat kloset. Sistem pembuangan air kotor dialirkan ke septictank kemudian
disalurkan ke sumur resapan dan terakhir disalurkan ke riol kota. Sistem pembuangan sampah
disediakan masing-masing tempat sampah dalam setiap ruangan kelas, sementara untuk ruangan
lain tempat sampah berada di koridor dengan jarak tertentu. Sampah tersebut akan diangkut dan
dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Sistem keamanan yang digunakan meliputi bagian fire
protection, sistem alarm, jalur evakuasi, CCTV dan penangkal petir. Penggunaan sistem alarm
kebakaran untuk tunarungu/tunawicara menggunakan jenis alarm yang memiliki kode warna lampu
yang dapat memberi tanda bagi mereka. Penggunaan CCTV digunakan untuk mengawasi anak
berkebutuhan khusus karena mereka perlu diawasi lebih ketat daripada anak normal. Penempatan

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 192


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
CCTV juga dikamuflase agar tidak terlihat anak agar anak tidak merasa terancam bahaya karena
diawasi. Analisis sistem haringan listrik menghasilkan konsep jaringan distribusi listrik yang
digunakan, konsep jaringan telekomunikasi dan kebutuhan daya listrik terdiri dari jaringan distribusi
listrik, jaringan telekomunikasi dan kebutuhan daya listrik. Sistem komunikasi yang kedua yakni
melalui penggunaan simbol di titik tertentu sebagai pengarah jalan bagi siswa SLB dan papan gambar
dengan bahasa isyarat. Analisis sistem transportasi bangunan dibagi menjadi transportasi bangunan
secara vertikal maupun horizontal. Secara horizontal adanya ruang sirkulasi dengan lebar dua meter
dengan mempertimbangkan anak yang mempunyai masalah mobilitas. Sementara untuk transportasi
bangunan secara vertikal menggunakan tangga dan lift. Penggunaaan tangga dilengkapi dengan
handrail yang mempunyai ketinggian 0,90 m untuk keamanan anak.
Konsep gubahan bentuk mengikuti bentuk lahan. Selain itu adanya penambahan massa menjadi
empat lantai dan pengurangan massa di sisi kiri yang digunakan sebagai massa tersendiri untuk ruang
jasa keterampila. Pertimbangan untuk menambah lantai sebagai bagian dari pengembangan karena
keterbatasan luas lahan yang bisa digunakan sehingga ruang-ruang yang dibutuhkan bisa tercukupi
seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 10: Konsep gubahan bentuk SLB Dharma Asih

Konsep struktur yang digunakan dibagi menjadi tiga bagian yakni struktur bawah, struktur tengah
dan struktur atas. Struktur bawah terkait dengan penggunaan pondasi sebagai penahan beban
bangunan. Pondasi menggunakan tiang pancang karena kondisi tanah Kota Pontianak yang
bergambut. Ukuran mini pile untuk bangunan satu lantai menggunakan ukuran mini pile 20 karena
beban yang kecil. Sedangkan untuk bangunan empat lantai menggunakan ukuran mini pile 25 dan
28 karena beban yang lebih tinggi dan beberapa ruang yang memiliki bentang lebar. Struktur tengah
terkait dengan kolom, balok dan plat lantai pada bangunan. Bentang bangunan secara umum
menggunakan bentang 4 m  6 m. Untuk massa bangunan satu lantai, ukuran balok induknya 25/45
cm sehingga ukuran kolomnya Ø30. Untuk bangunan empat lantai, ukuran balok induknya 25/45 cm
dan ukuran kolomnya Ø35. Tebal plat lantai yang digunakan yakni 12 cm. Struktur atas terkait
dengan bagian atap bangunan. Pemilihan rangka atap menggunakan atap baja ringan dengan
penutup atap zincalume karena material yang sama dengan rangka atap dan lebih ringan dari
penggunaan genteng keramik dan beton. Jenis atap zincalume menggunakan tekstur pasir agar
tidak menimbulkan kebisingan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan proses identifikasi dan analisis yang telah dilakukan dalam redesain SLB Dharma
Asih Pontianak didapatkan fungsi utama sekolah tersebut adalah fungsi kualitas hidup, fungsi
pembekalan pendidikan umum, fungsi pembekalan pendidikan khusus, fungsi keterampilan, fungsi
pengelolaan dan fungsi penunjang yang juga membantu proses dari fungsi kualitas hidup. Fungsi
pembekalan pendidikan umum memerlukan ruang kelas dari TKLB SMALB yang dipisah untuk
tunagrahita dan tunarungu/tunawicara. Selain ruang kelas juga didukung dengan adanya ruang
perpustakaan. Fungsi pembekalan pendidikan khusus memerlukan ruang bina wicara untuk anak
tunagrahita dan anak tunarungu/tunawicara, ruang bina persepsi bunyi dan irama untuk anak
tunarungu/tunawicara dan ruang bina diri untuk anak tunagrahita.
Kebutuhan termal yang digunakan sebagian besar ruang-ruang menggunakan penghawaan
alami dengan jenis jendela yang lebih mudah untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan.
Penghawaan buatan juga diperlukan untuk ruang-ruang yang digunakan oleh banyak orang.
Pengaruh warna juga dapat mempengaruhi penghawaan dalam ruangan. Untuk pencahayaan pada
ruangan lebih mengoptimalkan pencahayaan alami terutama untuk ruang-runang kelas. Ruang kelas
juga menggunakan lampu di saat pencahayaan alami tidak memberikan sinar yang cukup.
Penggunaan lampu diatur dengan menggunakan dimer untuk mengatur intensitas cahaya disetiap
kondisi kegiatan yang berbeda dalam ruangan. Untuk ruang-ruang tertentu seperti ruang
keterampilan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi lebih menggunakan pencahayaan
buatan. Pemilihan warna dalam ruangan juga mempengaruhi pencahayaan. Untuk akustika,
penanganan akustika lebih difokuskan untuk anak tunagrahita agar tidak terlalu terganggu saat
belajar dibandingkan dengan anak tunarungu/tunawicara.

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 193


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Orientasi bangunan dipilih tiga sisi karena memiliki potensi view yang baik dari luar dan juga
dalam bangunan. Sirkulasi kendaraan dalam lahan SLB dibuat terpisah dengan jalur pejalan kaki agar
tidak membahayakan anak-anak. Jalur masuk dan keluar berada pada jalur yang berbeda, sehingga
jalur masuk dan keluar tidak berada di area yang sama. Perletakan bangunan diletakkan menurut
ketentuan GSB setempat, sehingga letak bangunan hanya bisa setengah dari luas lahan. Zonasi ruang
diatur berdasarkan sifat ruang, tingkat privasi dan jenjang pendidikannya. Zonasi antara area
pendidikan dan area jasa keterampilan dipisah agar fungsi bangunan tidak tercampur.
Sistem utilitas yang digunakan yakni sistem air bersih, sistem drainase, sistem pengolahan
sampah, sistem keamanan, sistem jaringan listrik, sistem komunikasi dan sistem transportasi
bangunan. Sumber air menggunakan PDAM dan air hujan. Peralatan sanitasi mempertimbangkan
kemudahan akses bagi penyandang mobilitas seperti kloset, washtafel dan handrail. Sistem
keamanan yang digunakan meliputi fire protection dengan penggunaan hidran dan sprinkler, sistem
alarm yang secara khusus bagi anak tunarungu/tunawicara dengan jenis alarm menggunakan kode
warna lampu, penggunaan jalur evakuasi untuk keadaan darurat, penggunaan CCTV untuk
mengawasi anak-anak.
Sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol sebagai pengarah jalan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yakni anak tunagrahita dan anak tunarungu/tunawicara. Sistem transportasi
bangunan menggunakan tangga, sementara penggunaan lift untuk penyandang mobilitas. Gubahan
bentuk bangunan diambil mengikuti bentuk lahan yang disesuaikan dengan fungsi kegiatan yang
diperlukan dan menambah jumlah lantai sebagai bentuk pengembangan dari keterbatasan lahan
yang dapat dibangun karena pengaruh GSB setempat. Gubahan bentuk juga linier untuk memenuhi
modul untuk ruang kelas. Penggunaan struktur baru menggantikan struktur lama karena jumlah
lantai yang bertambah dan juga beban yang bertambah. Selain itu juga modul-modul ruang yang
dibutuhkan sehingga memerlukan pembongkaran struktur. Dari keseluruhan kesimpulan yang telah
diuraikan, maka desain direalisasikan dalam bentuk gambar site plan, denah, tampak, potongan dan
perspektif eksterior dan interior redesain SLB Dharma Asih. Gambar-gambar tersebut dapat dilihat
pada Gambar 11−Gambar 17.

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 11: Site plan SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 12: Denah Lantai 1 SLB Dharma Asih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 194


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 13: Denah Lantai 2 SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 14: Denah Lantai 3 SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 15: Denah Lantai 4 SLB Dharma Asih

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 195


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 16: Perspektif eksterior SLB Dharma Asih

Sumber: (Penulis, 2015)


Gambar 17: Perspektif interior SLB Dharma Asih

Ucapan Terima Kasih


Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak–pihak yang telah berperan baik terhadap
penulis. Kepada kedua orang tua penulis, Deka Setiadi dan Eka Widjajanti, kepada koordinator Tugas
Akhir, yaitu Tri Wibowo Caesariadi, ST, MT, dosen pembimbing yakni Emilya Kalsum, ST, MT, Ivan
Gunawan, ST, MSc, B. Jumaylinda Gultom, ST, MT dan M. Yusuf, ST, MT, kepada dosen penguji Yudi
Purnomo, ST, MT, Hamdil Khaliesh, ST, MT, Indah Kartika Sari, ST, MSc dan Dr.techn. Zairin Zain, ST,
MT serta kepada teman-teman dan pihak-pihak yang telah banyak memberikan bantuan, dorongan,
dan masukan bagi penulis dalam menyelesaikan artikel ini.

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 196


Jurnal online mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura
Referensi
Biro Kependudukan dan Catatan Sipil. 2014. .Jumlah Penduduk Menurut Penyandang Cacat. Sekretariat Daerah Provinsi
Kalimantan Barat. Pontianak
Danianti, Rd. 2006. Pelatihan mengingat(memory skill training) pada anak down syndrome usia sekolah dengan metode
organisasi. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Depok
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi
Petugas Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Sekretariat Negara
Republik Indonesia. Jakarta
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.2003.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Jakarta

Volume 3 / Nomor 2 / September 2015 Hal 197


UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa
Volume 9, Issue 2, December 2021; pp. 371-378
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/undagi/index
p- ISSN 2338-0454 (printed), e-ISSN 2581-2211 (online) Dipublikasi: 24 12 2021

Perencanaan Dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) Di Kabupaten


Buleleng, Bali.

Dewa Nyoman Ray Indra Prayoga K.1, I Nyoman Gede Maha Putra2, Made Suryanatha Prabawa3
1,2,3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali
e-mail: rayindraprayoga26@gmail.com 1

How to cite (in APA style):


Prayoga, D.N.R.I., Putra, I N.G.M., Prabawa, M.S. (2021). Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di
Kabupaten Buleleng, Bali. Undagi : Jurnal Ilmiah Arsitektur Universitas Warmadewa. 9 (2), pp.371-378.

ABSTRACT

Persons with Disabilities in Buleleng Regency currently occupy the highest position among other districts in Bali,
but there are still many people with disabilities in Buleleng Regency who are still neglected and do not receive an
education, even though persons with disabilities also have the same rights as normal people to be able to get an
education that is feasible for their survival later, therefore a suitable place or place is needed to accommodate
persons with disabilities who have not yet received education in Buleleng Regency by proposing Planning and
Design of Special Schools (SLB) in Buleleng Regency, Bali. The data collection method used is the literature study
method by browsing the internet and journals related to research, field observations with direct observations to
the planning location and survey methods by visiting related parties to obtain strong data. The concept applied is
Support Creativity which supports the creativity of each individual, with the theme of Modern Architecture which
creates simplicity in a design so that users can easily use existing facilities in this planning because users of this
building are persons with disabilities who are individuals. which has disadvantages so that in this planning will
provide the advantages of every facility provided therein.

Keywords: Persons with Disabilities; Education; Buleleng Regency.

ABSTRAK

Penyandang Disabilitas di Kabupaten Buleleng saat ini menempati kedudukan tertinggi diantara kabupaten
lainnya yang ada di Bali, tetapi masih banyak penyandang disabilitas di kabupaten buleleng yang masih terlantar
dan tidak mengenyam pendidikan, padahal penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan orang
normal untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya nanti, maka dari itu
dibutuhkan wadah atau tempat yang layak untuk mewadahi penyandang disabilitas yang belum mengenyam
pendidikan di Kabupaten Buleleng dengan mengusulkan Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa
(SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi literatur
dengan melakukan browsing internet dan jurnal terkait dengan penelitian, Observasi lapangan dengan
pengamatan langsung ke lokasi perencanaan dan metode survei dengan mengunjungi pihak terkait untuk
mendapatkan data-data yang kuat. Konsep yang diterapkan yaitu Support Creativity yang mendukungkreativitas
yang dimiliki oleh masing-masing individu, dengan tema Arsitektur Modern yang menciptakan kesederhanaan
dalam sebuah desain agar pengguna dapat dengan mudah menggunakan fasilitas yang ada pada perencanan ini
karena pengguna dari bangunan ini merupakan penyandang disabilitas yang merupakan individu yang memiliki
kekurangan sehingga dalam perencanaan ini akan memberikan kelebihan dari setiap fasilitas yang disediakan
didalamnya.

Kata kunci: Penyandang Disabilitas; Pendidikan; Kabupaten Buleleng.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 371
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

PENDAHULUAN disediakan nantinya pada Sekolah Luar Biasa


ini yang sudah ditetapkan pada Peraturan
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Menteri Pendidikan Nasional Republik
Republik Indonesia pasal 31 ayat 1 disebutkan Indonesia No. 33 Tahun 2008 yaitu Ruang
bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat Pembelajaran Umum berupa ruang kelas dan
pendidikan.” Ditambahkan dalam Undang- ruang perpustakaan, Ruang Pembelajaran
undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Khusus berupa ruang OM, ruang bina wicara,
Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa ruang BPBI, ruang bina diri, ruang bina pribadi
“Setiap warga negara mempunyai hak yang dan bina social, dan ruang ketrampilan, Ruang
sama untuk memperoleh pendidikan yang Penunjang berupa ruang pimpinan, ruang guru,
bermutu serta Warga Negara yang memiliki ruang UKS, ruang TU, tempat beribadah, ruang
kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, asesmen, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
atau sosial berhak memperoleh pendidikan Gudang, dan tempat bermain/berolahraga.
khusus. Mendapatkan pendidikan merupakan Oleh sebab itu, munculah suatu pemikiran
hak setiap individu, baik laki-laki dan untuk menyediakan fasilitas, sarana dan
perempuan maupun anak-anak dan dewasa, prasarana yang layak dan lengkap untuk dapat
tidak terkecuali seseorang yang memiliki mewadahi kegiatan-kegiatan pembelajaran
kebutuhan khusus. maupun pelatihan hidup dalam bentuk
Bangunan Sekolah Luar Biasa yang ideal bangunan sekolah luar biasa. Dengan adanya
tentunya harus menyediakan fasilitas yang Sekolah Luar Biasa baru di Kabupaten Buleleng
lengkap untuk mewadahi kegiatan ini diharapkan nantinya mampu mengurangi
pembelajaran khusus siswa disabilitas, serta jumlah penyandang disabilitas yang masih
juga harus menyediakan aksesibilitas yang belum mengenyam pendidikan maupun
memadai untuk para penyandang disabilitas pelatihan hidup sehingga nantinya mereka dapat
seperti contohnya ramp, handrail, guiding mengenyam pendidikan dengan kondisi yang
block, dan sirkulasi yang tidak rumit untuk layak dan diharapkan masing-masing individu
memudahkan siswa penyandang disabilitas dapat mengembangkan diri dan potensi yang
mengakses setiap ruang-ruang yang ada pada mereka miliki agar menjadi mandiri tanpa
perancangan Sekolah Luar Biasa ini. didampingi orang lain, memiliki skill, mampu
Jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten mengurus diri mereka sendiri, dan mencari
Buleleng setiap tahunnya selalu meningkat dari nafkah untuk hidup mereka dan keluarganya
tahun 2016 sampai dengan tahun 2019 tetapi nanti.
dari banyaknya peningkatan jumlah
penyandang disabilitas setiap tahunnya, masih METODE PENELITIAN
sedikit penyandang disabilitas yang
mengenyam pendidikan maupun dalam kondisi 1. Metode Pengumpulan Data
terlantar. Metode Pengumpulan Data yang digunakan
Di Kabupaten Buleleng terdapat 2 Sekolah adalah :
Luar Biasa yang digunakan akan tetapi fasilitas a. Studi Literatur
dan aksesibilitas pada Sekolah Luar Biasa ini Merupakan proses mencari data dengan
belum sesuai dengan standar untuk penyandang cara browsing di internet, jurnal, dan buku
disabilitas, seperti contohnya kurangnya terkait dengan Sekolah Luar Biasa.
fasilitas pembelajaran khusus, dan kurang b. Observasi Lapangan
layaknya aksesibilitas pada bangunan seperti Merupakan proses pengumpulan data
tidak tersedianya handrail pada ramp dan dengan mengamati langsung ke lokasi
tangga, kemiringan ramp dan tangga terlalu perencanaan.
curam sehingga dapat membahayakan siswa c. Survei
dan mengurangi kenyamanan siswa dalam Merupakan proses pengumpulan data
beraktifitas dalam bangunan ini. dengan melakukan kunjungan kepada pihak
Berdasarkan permasalahan tersebut terkait untuk mendapatkan data-data yang
ditemukan beberapa fasilita yang akan kuat untuk mendukung perencanaan ini.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 470
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

2) SLB B : ditujukan bagi penyandang


2. Metode Penyajian Data disabilitas Tunarungu.
a. Metode Kompilasi Data 3) SLB C : ditujukan bagi penyandang
Metode ini dilakukan dengan memilah disabilitas Tunagrahita.
data yang sudah didapat lalu disajikan dalam 4) SLB D : ditujukan bagi penyandang
bentuk grafik, foto, gambar maupun disabilitas Tunadaksa.
deskripsi. 5) SLB E : ditujukan bagi penyandang
b. Metode Klasifikasi Data disabilitas Tunalaras.
Dalam proses analisis data, data 6) SLB F : ditujukan bagi penyandang
dikumpulkan sesuai dengan pemanfaatan disabilitas Tunaganda.
dan spesifikasi data.
3. Metode Analisis Data 2. Karakteristik Pengguna
a. Komparatif Pengguna yang akan menggunakan
Data yang sudah diperoleh kemudian Perancangan Sekolah Luar Biasa di Kabupaten
dikompilasikan untuk memudahkan dalam Buleleng ini adalah sebagai berikut:
penyusunan selanjutnya. a. Peserta Didik
b. Analisa Peserta didik yaitu ABK dengan berbagai
Data yang sudah dikompilasikan kekhususan yang akan menggunakan SLB
kemudian dianalisa untuk diketahui ini dengan jenjang pendidikan SDLB (7-15
permasalahannya, penyebab dan akibatyang Tahun), SMPLB (<21 Tahun), dan SMALB
mungkin ditimbulkan untuk kemudian (<24 Tahun).
dicarikan alternatif pemecahannya. b. Pengelola
c. Sintesa Pengelola yaitu pelaku kegiatan yang
Mengintegrasikan dari setiap unsur akan mengelola SLB ini, baik mengelola
beserta faktor-faktor pengaruhnya dengan kegiatan yang ada pada SLB ini maupun
tujuan memilih alternatif terbaik bagi mengelola bangunan SLB ini.
penyelesaian program dan konsep c. Tamu
perancangan kemudian menarik suatu Tamu yaitu pelaku kegiatan yang
kesimpulan. melakukan kegiatan diluar kegiatan yang
ada pada SLB ini, contohnya tamu yang akan
HASIL DAN PEMBAHASAN menjenguk anak didiknya di Asrama
Sekolah, maupun tamu yang akan
1. Tinjauan Pustaka mengadakan sosialisasi dan bakti sosial.
a. Pengertian Sekolah Luar Biasa
Menurut Mubsyaroh (2015), Sekolah 3. Lokasi
Luar Biasa adalah tempat atau media untuk Lokasi terletak di Jl. Pahlawan, Pemaron,
mewadahi Anak Berkebutuhan Khusus Kec. Buleleng, Kab. Buleleng, dengan luas 1.9
(ABK) untuk menuntut ilmu sesuai Hektar yang memiliki topografi tanah yang
kekhususan yang dimiliki oleh masing- relatif datar sangat mendukung dalam
masing anak, dimana Anak Berkebutuhan pengadaan SLB, dan memiliki 2 akses jalan
Khusus (ABK) juga layak untuk dapat dengan lebar jalan 6 meter dan sudah memiliki
menuntut ilmu yang layak untuk infrastruktur yang memadai seperti tersedianya
keberlangsungan hidupnya nanti. saluran listrik, drainase, dan saluran air bersih.
b. Jenis-jenis Sekolah Luar Biasa
Menurut Fitria Aisyah (2020), Terdapat 6
jenis Sekolah Luar Biasa yang
diklasifikasikan berdasarkan kelainan anak,
karena dengan jenis kelainan yang berbeda,
berbeda pula jenis pembelajaran dan fasilitas
yang dibutuhkan, berikut merupakan 6 jenis
Sekolah Luar Biasa: Gambar 1 Lokasi Perencanaan
1) SLB A : ditujukan bagi penyandang (Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
Disabilitas Tunanetra.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 373
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

4. Perumusan Konsep Dasar


Konsep Dasar yang akan digunakan pada
Perancangan Sekolah Luar Biasa ini dipilih
dengan melalui beberapa pendekatan,
pendekatan yang digunakan terdiri dari :
a. Pendekatan Fungsi
b. Pendekatan Tujuan
c. Pendekatan Sosial
Maka Kesimpulan Konsep Dasar yang akan
digunakan pada Perancangan Sekolah Luar
Biasa berdasarkan pendekatan yang telah
dijabarkan adalah “Support Creativity” yang
berarti mendukung dan mengasah kreatifitas, Gambar 2 Jenis dan Kebutuhan Ruang
potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh (Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
masing-masing individu agar nantinya mereka
dapat menjadi individu yang mandiri, memiliki 7. Kebutuhan Luas Tapak
skill, dan mampu mencari nafkah untuk Luas total besaran lantai dasar yang
keberlangsungan hidupnya nanti. diperoleh adalah 6.369,1m2. Untuk
mendapatkan kebutuhan luas lantai dasar
5. Perumusan Tema Rancangan bangunan maka luasan tersebut dikurangi ruang
Tema Rancangan yang akan digunakan pada terbuka hijau serta ditambahkan sirkulasi antar
Perancangan Sekolah Luar Biasa ini dipilih ruang sebesar 30% dari luas total, sehingga
melalui beberapa pendekatan, pendekatan yang kebutuhan luas lantai dasar bangunan adalah
digunakan terdiri dari: 5.645,4m2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
akan digunakan sebesar 30% dari luas total
a. Pendekatan Fungsi
tapak. Hal ini berkaitan dengan persyaratan
b. Pendekatan Lokasi ketentuan tata bangunan PERMENDIKNAS
c. Pendekatan Aktivitas No. 33 Tahun 2008 dan PERDA Kabupaten
Maka Kesimpulan Tema Rancangan yang Buleleng. Kebutuhan Luas Tapak dapat
akan digunakan pada Perancangan Sekolah dihitung sebagai berikut:
Luar Biasa berdasarkan pendekatan yang telah KDB 30% = 30/100 x Total Luas
dijabarkan adalah “Arsitektur Modern” Lantai Dasar bangunan
karena dilihat dari pendekatan lokasi yang = 30/100 x 5.645,4
dipilih merupakan lokasi yang sedang dalam = 5.645,4 x 100
keadaan berkembang dan dilihat dari 30
pendekatan Aktivitas dan Fungsi yang diwadahi = 564540/30
yaitu sebagai SLB yang dimana aktivitas yang = 18.818m2
ada didalam bangunan ini akan menghasilkan Dibulatkan = 1.9 Ha
bentuk ruang yang sederhana agar Maka Total Luasan site yang dibutuhkan
mempermudah siswa untuk beraktivitas untuk Perencanaan dan Perancangan Sekolah
didalam ruang mengingat siswa yang Luar Bias aini adalah 1.9 Ha.
menggunakan SLB ini merupakan anak yang
memiliki kekurangan sehingga dalam
perancangan SLB ini harus memberikan
kelebihan pada setiap fasilitas yang ada.

6. Jenis dan Kebutuhan Ruang


Berdasarkan dari kegiatan yang ada pada
Perancangan Sekolah Luar Bias aini akan
menghasilkan ruang yang dikelompokkan
menjadi 3 jenis kegiatan, yakni sebagai berikut:

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 374
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

8. Karakteristik Tapak
Lokasi Perancangan SLB ini berada di Jl.
Pahlawan, Pemaron, Kec. Buleleng, Kab.
Buleleng, dengan luas yang digunakan yaitu
1.9 Ha.

Gambar 5 Konsep Entrance


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

c. Konsep Sirkulasi Tapak


Dasar Pertimbangan dalam menentukan
konsep sirkulasi tapak yaitu Karakteristik
tapak, dan jenis pengguna.
Gambar 3 Karakteristik Tapak
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

9. Konsep Perencanaan dan Perancangan


Sekolah Luar Biasa di Kabupaten
Buleleng, Bali.
a. Konsep Zonning Tapak
Dasar Pertimbangan dalam menentukan
zoning makro yaitu Analisis tapak, Sirkulasi
dan Organisasi Ruang

Gambar 6 Konsep Sirkulasi Tapak


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

d. Konsep Massa
Dasar Pertimbangan dalam menentukan
konsep massa yaitu tema dan konsep,
karakteristik tapak, sirkulasi dan organisasi
ruang.
Utama Servis

Gambar 4 Konsep Zonning Tapak


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

b. Konsep Entrance
Dasar Pertimbangan dalam menentukan
entrance yaitu Tema dan Konsep,
Karakteristik Tapak, dan Jenis Kendaraan
yang ditampung
Gambar 7 Konsep Massa
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 375
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

g. Konsep Fasade
e. Konsep Ruang Luar Dasar Pertimbangan dalam menentukan
Dasar Pertimbangan yang digunakan konsep fasade yaitu tema dan konsep, pola
dalam menetukan konsep ruang luar yaitu massa.
jenis vegetasi dan jenis perkerasan.

Gambar 10 Konsep Fasade


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
h. Konsep Struktur
Dasar Pertimbangan yang digunakan
dalam menentukan konsep struktur yaitu
konsep dan tema rancangan, karakteristik

Gambar 11 Konsep Struktur


Gambar 8 Konsep Ruang Luar (Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
tapak, dan jangka waktu.
i. Konsep Utilitas
f. Konsep Ruang Dalam Tujuan dari konsep utilitas ini untuk
Dasar Pertimbangan dalam menentukan menentukan sistem utilitas yang sesuai
konsep ruang dalam yaitu Tema dan Konsep, untuk bangunan Sekolah Luar Bias aini.
Fungsi Ruang

Gambar 12 Skema Utilitas Air Kotor


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

Gambar 9 Konsep Ruang Dalam


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 376
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

Gambar 13 Skema Utilitas Air Bersih


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
Gambar 17 Skema Utilitas Penghawaan
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

Gambar 14 Skema Utilitas Limbah Sampah


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

Gambar 18 Skema Utilitas CCTV & Pemadam Kebakaran


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

Gambar 15 Skema Utilitas Listrik


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

Gambar 16 Skema Utilitas Pencahayaan


(Sumber : Analisa Pribadi, 2021) Gambar 19 Skema Utilitas Telepon, Wifi, dan Speaker
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 377
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Kesimpulan dari hasil penelitian diatas Pemerintah Indonesia. 2008. “Peraturan


bahwa di Kabupaten Buleleng perlu adanya Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33
tempat atau media dalam bentuk bangunan Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan
Sekolah Luar Biasa untuk mewadahi proses Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar
pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus Biasa (SDLB), Sekolah Menengah
yang masih terlantar maupun tidak mengenyam Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan
pendidikan yang layak dengan menyediakan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
fasilitas yang lengkap dengan berbagai (SMALB)”. Sekretariat Negara. Jakarta.
kekhususan sehingga semua jenis disabilitas Mubasyaroh. 2015. “Pendidikan Bagi
dapat ditampung pada perencanaan Sekolah Penyandang Disabilitas Dan Anak
Luar Biasa ini. Berkesulitan Belajar ; Analisis
Pada Perancangan Sekolah Luar Biasa ini Penanganan Berbasis Bimbingan
terdapat fasilitas yang lengkap untukmewadahi Konseling Islam”. Kudus : Jurnal.
kegiatan pembelajaran khusus bagipenyandang Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng. 2015.
disabilitas seperti Ruang OM untuk penderita “PERDA Kabupaten Buleleng Tahun
Tunanetra, ruang BKPBI untuk penderita 2015 Tentang bangunan Gedung.
Tunarungu, ruang Bina Diri untuk penderita
Tunagrahita, ruang Bina Diri dan Bina Gerak
untuk penderita Tunadaksa, dan ruang Bina
Pribadi dan Sosial untuk penderita Tunalaras,
serta akan menyediakan ruang lifeskill agar
penyandang disabilitas nantinya memiliki skill
untuk keberlangsungan hidupnya dan
keluarganya nanti.
Fokus desain arsitektur diselesaikan melalui
desain yang dapat mendukung kondisi
pengguna yang merupakan penyandang
disabilitas atau anak berkebutuhan khusus
sehingga dalam perencanaan ini akan
memberikan kelebihan dalam setiap fasilitas
yang disediakan dalam bentuk aksesibilitas
yang memadai, pemilihan material yang tepat,
serta sirkulasi yang tidak rumit agar
memudahkan pengguna untuk mengakses
ruang-ruang yang ada pada perancangan
Sekolah Luar Bias aini.

UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 378
PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK ANAK
AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA
Hanna Qurrotul Aini1, Dewi Tresnawati, M.T2

Jurnal Algoritma
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia
Email : jurnal@sttgarut.ac.id
1
1306057@sttgarut.ac.id
2
tresnawatidewi@gmail.com

Abstrak – Sekolah Luar Biasa (SLB) Al Mashduqi adalah sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Proses pembelajaran di SLB Al
Mashduqi khususnya untuk anak autis disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
Pengajar menyampaikan materi hanya menggunakan media gambar dan benda yang ada
disekitar sebagai media pembelajaran. Karena keterbatasan yang dimiliki anak autis guru sering
mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran serta sulit untuk mengetahui
kemampuan anak dalam menerima materi pembelajaran apakah sudah mencapai indikator atau
belum.
Karena berbagai hambatan tersebut anak autis memerlukan perlakuan khusus dalam pembelajaran
salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran multimedia. Penggunaan
media pembelajaran ini sangat penting untuk membantu anak autis memahami
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Dengan teknologi informasi media pembelajaran
tersebut dapat diwujudkan dengan dibuatkan aplikasi media pembelajaran interaktif berbasis
multimedia.
Perancangan dan penelitian aplikasi media pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII
SMPLB ini menggunakan metodologi pengembangan multimedia Luther-Sutopo yang dikutip oleh
Binanto (2010) dan sesuai dengan rujukan penelitian sebelumnya [2].
Berdasarkan hasil dari laporan skripsi ini diperoleh kesimpulan bahwa media pembelajaran
interaktif0ini telah selesai dibuat dan mampu membantu guru kelas dalam menyampaikan materi
pembelajaran agar dapat lebih mudah dipahami oleh anak penyandang autisme.

Kata Kunci : Autisme, Media Pembelajaran, Multimedia, Luther-Sutopo.

I. PENDAHULUAN

Sekolah Luar Biasa (SLB) Al Mashduqi adalah sekolah yang menyelenggarakan


pendidikan luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam proses
belajar mengajar di SLB terdapat perbedaan dengan sekolah pada umumnya tergantung pada jenis
hambatan atau kebutuhan anak. Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang
disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan pada
perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialis, sensoris, dan belajar [1]. Karena
berbagai hambatan tersebut anak autis memerlukan perlakuan khusus dalam pembelajaran salah
satunya dengan menggunakan media pembelajaran. Menurut Miarso (2004) media pembelajaran

51
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada wali kelas SMPLB kelas VII yang
dapat dilihat pada Lampiran 1, proses pembelajaran di SLB Al Mashduqi khususnya untuk anak
autis disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Pengajar menyampaikan materi hanya
menggunakan media gambar dan benda yang ada disekitar sebagai media pembelajaran. Karena
keterbatasan yang dimiliki anak autis guru sering mengalami kesulitan dalam menyampaikan
materi pembelajaran serta sulit untuk mengetahui kemampuan anak dalam menerima materi
pembelajaran apakah sudah mencapai indikator atau belum. Penggunaan media pembelajaran
sangat penting untuk menunjang proses belajar dan untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas
hanya saja pada saat ini tidak banyak media pembelajaran untuk anak autis. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu media untuk menyampaikan materi yang dapat membantu pengajar dalam
menjelaskan materi yang sulit dimengeri oleh anak, sehingga materi yang disampaikan mudah
untuk dipahami. Dengan teknologi informasi media pembelajaran tersebut dapat diwujudkan
dengan dibuatkan aplikasi media pembelajaran interaktif berbasis multimedia.
Sebelumnya ada dua penelitian yang menjadi rujukan, yang pertama penelitian dengan judul
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sebagai Pendukung Pembelajaran Di Sekolah Luar
Biasa [2] pada penelitian ini media pembelajaran hanya dikhususkan untuk tunagrahita ringan
saja. Penelitian yang kedua adalah Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Anak Autis Kelas III SD Di SLB Rela Bhakti I Gamping [3] pada
penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan media film animasi untuk
stimulasi bicara anak autis.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “PERANCANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA”.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi [4].

B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah cara atau sebuah metode, secara umum pembelajaran
memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan [5].

C. Interaktif
Interaktif0adalah hal yang terkait dengan komunikasi dua arah atau suatu yang bersifat
saling melakukan aksi, saling aktif0dan saling berhubungan serta mempunyai timbal balik antara
satu dengan yang lainnya [6].

D. Anak autis
Anak autis merupakan seorang anak yang mengalami tiga gangguan pada aspek
komunikasi, interaksi sosial, dan perilakunya. gangguan tersebut dapat diketahui sejak anak
berusia kurang dari tiga tahun. Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang

52 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga mengakibatkan gangguan


pada perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan sosialis, sensoris, dan belajar [1].

E. Metode Pembangunan Perangkat Lunak


Metodologi pengembangan multimedia terdiri dari 6 tahapan, yaitu Concept, Design,
Material collecting, Assembly, Testing, dan Distribution (Luther, 1994). Sutopo (2003) mengadopsi
metodologi Luther dengan modifikasi [7] [8].

III. ALUR AKTIVITAS PENELITIAN


Untuk mencapai tujuan penelitian, maka dilakukan beberapa tahapan aktivitas. Adapun
tahapan-tahapan aktivitas tersebut digambarkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Alur Aktivitas Penelitian

Aktivitas dimulai dengan membuat Concept, yaitu mengidentifikasi pengguna dan


kebutuhan aplikasi yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Tahap berikutnya Design,
yaitu membuat spesifikasi mengenai arsitektur program, tampilan dan kebutuhan material untuk

http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 53
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

program, kemudian melakukan studi literatur untuk mencari referensi mengenai penelitian yang
terkait dan dibuatlah Work Breakdown Structure (WBS). Tahap berikutnya Material Collecting,
yaitu pengumpulan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya gambar, foto, animasi,
video, audio dan teks. Hasil perancangan Work Breakdown Structure yang telah dibuat pada tahap
design akan lebih memudahkan tahap meterial collecting. Dari WBS tersebut akan menghasilkan
rancangan activity sequence untuk membuat aktivitasvperancangan aplikasi. Selanjutnya tahap
Assembly, yaitu tahap pembuatan aplikasi, setelah aplikasi selesai tahap berikutnya adalah Testing
yaitu tahap pengujian aplikasi, dan tahap terakhir yaitu Distribution,
merupakan tahap pendistribusian aplikasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini
sesuai dengan metodologi pengembangan multimedia Luther-Sutopo yang dikutip oleh Binanto
(2010).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Concept
Tahapan ini berisikan identifikasi pengguna yang layak menggunakan aplikasi, analisis
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi dan perangkat yang diperlukan
untuk membuat aplikasi media pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII.
1. Indentifikasi Pengguna, Ada beberapa orang yang teridentifikasi sabagai pengguna aplikasi
media pembelajaran interaktif0ini diantaranya guru kelas VII SMPLB di SLB Al Mashduqi
dan siswa kelas VII dengan hambatan autis.
2. Analisis Kebutuhan, dilakukan wawancara kepada guru kelas VII SMPLB yaitu ibu Riska
Wulandari Pertiwi, S.Pd di SLB Al Mashduqi. Adapun kebutuhan yang dianalisis yaitu
beberapa kebutuhan fungsional dari aplikasi yang akan dibuat diantaranya penentuan materi
yang sesuai dengan tema yang akan diajarkan dan disesuaikan dengan indikator
pembelajaran serta media apa yang membuat anak autis lebih tertarik. Dari analisis tersebut
ditentukan materi yang akan dibuat media pembelajaran interaktif ini yaitu materi pada tema 1
mengenal cuaca dan musim dengan dilengkapi evaluasi sebagai indikator pencapaian hasil
belajar. Untuk medianya digunakan media gambar, teks, suara dan animasi.

B. Design
Tahapan yang dilakukan pada design yaitu membuat spesifikasi mengenai arsitektur program,
gaya, tampilan dan kebutuhan material/bahan untuk program menggunakan storyboard dan bagan
alir (flowchart) untuk menggambarkan aliran dari suatu Scene ke Scene lainnya.
1. Storyboard, Berikut adalah gambaran secara umum mengenai storyboard dari aplikasi media
pembelajaran interaktif untuk anak autis.
Tabel 4.1 gambaran umum storyboard
Scene Keterangan
1 Halaman judul
2 Halaman menu utama
3 Halaman evaluasi
4 Halaman cuaca cerah

54 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

5 Halaman cuaca cerah berawan


6 Halamanvcuaca hujan
7 Halaman cuaca hujan disertai petir
8 Halaman tentang saya

2. Struktur Navigasi, struktur navigasi yang digunakan pada pembuatan aplikasi media
pembelajaran interaktif untuk Anak Autis adalah struktur navigasi hirarki atau bercabang.

Judul

Materi Tentang Keluar

Hujan disertai petir Hujan Berawan Cuaca cerah Evaluasi

Gambar 4.1 Struktur Navigasi Aplikasi Media Pembelajaran Interaktif

C. Testing
Testing adalah tahap pengujian program yang telah selesai dibuat, bertujuan untuk
mengujikelayakan aplikasi. Pengujian aplikasi media pembelajaran interaktif0untuk anak autis
kelas VII SMPLB dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan pengujian Alpha dan pengujian Beta.
Pengujian Alpha dilakukan oleh pengembang aplikasi untuk memastikan semua fitur dan fungsi
berjalan denganvbaik, setelah semua sesuai dengan yang diharapkan, dilanjutkan pada pengujian
Beta yang dilakukan oleh target pengguna aplikasi untuk mengetahui kepuasan pengguna.
1. Pengujian Alpha, Pengujian Alpha meliputi dari menampilkan tiap halaman, fungsi tombol,
dan suara yang dihasilkan. Hasil dari pengujian Alpha selanjutnya akan disajikan
dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengujian Black Box
Jenis
No Kelas Uji Butir Uji Hasil Uji
Pengujian
1. Halaman a. Menampilkan judul media
judul pembelajaran
b. Memutar suara backsound Black Box Berhasil
c. Fungsi tombol dan suara
tombol
2. Halaman a. Menampilkan judul
menu utama halaman dan simbol-simbol
cuaca
Black Box Berhasil
b. Memutar suara backsound
dan narasi
c. Fungsi dan suara tombol

http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 55
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

3. Halaman eva a. Menampilkan dan


luasi mengganti soal
b. Kesesuaian jawaban, Black Box Berhasil
nomor soal dan skor
c. Memutar suara backsound
4. Halaman a. Menampilkan materi
materi pembelajaran
b. Memutar suara backsound Black Box Berhasil
dan narasi
c. Fungsi dan suara tombol

2. Pengujian Beta, Pengujian Beta merupakan pengujian yang dilakukan secara objektif, yaitu
diuji secara langsung oleh guru dan murid yang berada di lingkungan sekolah luar biasa Al
Mashduqi, yaitu dengan membuat kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan jawaban
menggunakan skala 2, ya dan tidak yang dapat dilihat pada lampiran 5. Kemudian diberikan
kepada sebagian pengguna dengan mengambil sample sabanyak 10 orang.
Tabel 4.3 Hasil Kuisioner Kepuasan Pengguna Aplikasi
Jawaban Total Resp Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak onden Ya Tidak
1. Apakah media
9 1 10 90 10
pembelajaran ini menarik?
2. Apakah media
pembelajaran ini mudah 8 2 10 80 20
dimengerti?
3. Apakahvmembantuvdalam
10 0 10 100 0
menyampaikan materi?
4. Apakah media
pembelajaran ini mudah 9 1 10 90 10
digunakan?
5. Apakah media
pembelajaran ini sesuai
10 0 10 100 0
dengan yang diharapkan
pengajar?

Adapun ketentuan skala untuk setiap pertanyaan pada tabel 4.10 dapat diambil kesimpulan
rata-rata kategori jawaban yang menjawab ya adalah 92% dan tidak 8%, berdasarkan
pengujian Beta yang dilakukan di SLB Al Mashduqi yang meliputi guru kelas dan murid
autis kelas VII SMPLB.

D. Distribution
Aplikasi yang telah melewati tahap pengujian dan siap untuk digunakan selanjutnya pada
tahap ini dilakukan pendistribusian dengan melakukan penyimpanan program dalam format file
berbentuk .exe dan disimpan pada media penyimpanan CD (Commpack Disk) untuk selanjutnya
diserahkan kepada guru kelas VII SMPLB di SLB Al Mashduqi.

56 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57

V. KESIMPULAN

Berdasarkan pada proses perancangan dan pengujian dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII SMPLB ini telah selasai dibuat dan dapat
membantu guru kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran agar dapat
lebih mudah dipahami oleh anak autis.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Huzaemah, Kenali Autisme Sejak Dini, Jakarta: Populer Obor, 2010.
[2] E. Ramdani dan D. Tresnawati, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sebagai
Pendukung Pembelajaran Di Sekolah Luar Biasa,” Jurnal Algoritma Teknik Informatika
STTG, 2016.
[3] A. Wulandari, Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Anak Autis Kelas III SD Di SLB Rela Bhakti I Gamping, Yogyakarta: Skripsi S1 pada FIP
UNY, 2016.
[4] A. S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
[5] S. B. Djamaroh dan Z. Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
[6] B. Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
[7] A. C. Luther, Authoring Interactive Multimedia, Elsevier Science & Technology Books, 1994.
[8] A. H. Sutopo, Multimedia Interaktif dengan Flash, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.

http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 57
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI PEMANTAUAN PERKEMBANGAN


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH LUAR BIASA ABDI PRATAMA

TATANG SUPRIYATNA, SUWARNI

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi,


Universitas Respati Indonesia
Alamat : Jl. Bambu Apus I No.3 Cipayung, Jakarta Timur
Email : Email : reyestatang@gmail.com, suwarni@fti.urindo.ac.id

Abstrak
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Dalam memantau
perkembangan anak, seorang guru harus mempunyai catatan-catatan yang menjadi referensi baginya untuk
memberi laporan tentang perkembangan anak didiknya, baik dari segi nilai akademik maupun
kompetensinya. Untuk mengakomodir hal tersebut, dibutuhkan suatu aplikasi yang sistematis sehingga
perkembangan anak dapat terpantau setiap hari baik oleh guru maupun orang tuanya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan sistem yang digunakan adalah
metode prototype.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Metode kualitatif terdiri dari
wawancara, pengamatan, studi pustaka. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan memberikan informasi
tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus agar memberi manfaat bagi guru, orang tua dan
sekolah. Aplikasi ini memberikan informasi mengenai perkembangan anak berkebutuhan khusus yang
bersekolah di SLB Abdi Pratama tanpa harus menunggu sampai akhir semester.

Kata Kunci : Perancangan, anak berkebutuhan khusus (ABK), SLB Abdi


Pratama, PHP, MySQL, prototype, kualitatif.

Children with special needs (ABK) is a child with special characteristics that differ from the majority of
children without always showing the inability of mental, emotional or physical. In monitoring the
development of children, a teacher must have records that serve as a reference for him to give a report on
the progress of their students, both in terms of academic value and competence. To accommodate this,
we need a systematic application so that the child's development can be monitored on a daily basis
both by teachers and parents.This study used a qualitative approach to system development method
used is the method of data collection used prototype.Teknik is a qualitative method consists of
interviews, observation, literature study.With this application is expected to provide information about
the development of children with special needs in order to provide benefits to teachers, parents and
schools.This application provides information on the development of children with special needs who
attend special schools Primary Abdi without having to wait until the end of the semester.

Keywords : Designing, children with special needs (ABK), SLB Abdi Pratama,
PHP, MySQL, prototype, qualitative.

304
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah khusus yang berbeda dengan anak pada
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
dengan anak pada umumnya tanpa selalu ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Hal yang termasuk dalam ABK Analisa dan Perancangan Sistem
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, Menurut Al Fatta (2007,p24), Analisis
tuna daksa, tunalaras, kesulitan belajar, sistem didefinisikan bagaimana memahami dan
gangguan perilaku, anak berbakat dan anak menspesifikasi dengan detail apa yang harus
dengan gangguan kesehatan. dilakukan oleh sistem. Sementara sistem desain
Dalam memantau perkembangan anak, diartikan sebagai menjelaskan dengan detail
seorang guru harus mempunyai catatan-catatan bagaimana bagian-bagian dari sistem informasi
yang menjadi referensi baginya untuk memberi diimplementasikan.
laporan tentang perkembangan anak didiknya, Sedangkan perancangan sistem adalah rencana
baik dari segi nilai akademik maupun mengimplementasikan hasil dari analisis sistem
kompetensinya yang dilaksanakan meliputi seluruh karakteristik
Di tempat dilakukannya penelitian ini yaitu sistem desain seperti spesifikasi file, prosedur-
SLB Abdi Pratama, untuk memantau prosedur operasi sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak setiap harinya masih pemakai. (Kristanto, 2003,p37).
mengunakan cara manual dan tidak sistematis. Alat Bantu Perancangan
Laporan mengenai perkembangan anak hanya • Unified Modelling language (UML)
dapat dilihat pada saat akhir semester yaitu saat Menurut Munawar (2005,p17) Unified Modelling
pembagian rapor saja. Language (UML) adalah alat bantu yang
Berdasarkan latar belakang yang sudah menyediakan bahasa pemodelan visual yang
dijabarkan, rumusan masalah dari permasalahan memungkinkan bagi pengembang sistem untuk
tersebut adalah bagaimana membuat aplikasi membuat cetak biru atas visi dalam bentuk yang
yang dapat mendukung para guru dalam baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan
memantau dan memberikan laporan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing)
perkembangan anak kepada sekolah dan orang dan mengkomunikasikan rancangan mereka
tuanya, sehingga orang tua dapat mengetahui dengan yang lain.
perkembangan anaknya setiap saat tanpa harus • PHP
menunggu sampai akhir semester. PHP adalah suatu bahasa dengan hak cipta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk terbuka atau yang juga dikenal dengan istilah
merancang dan mengimplementasikan program Open Source yaitu pengguna dapat
aplikasi yang dapat memberikan informasi mengembangkan kode-kode fungsi PHP sesuai
tentang perkembangan anak berkebutuhan dengan Kebutuhannya.
khusus agar memberi manfaat bagi guru, orang • HTML
tua dan sekolah. Hyper Text Markup Language (HTML) adalah
bahasa yang digunakan pada dokumen web
Landasan Teori sebagai bahasa untuk pertukaran dokumen web.
Perkembangan
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, • XAMPP
arti dari perkembangan adalah perihal XAMPP adalah perangkat lunak gratis, yang
berkembang. Yang dimaksud disini adalah mendukung banyak sistem operasi, merupakan
keadaan dimana seseorang menjadi kompilasi dari beberapa program untuk
menjalankan fungsinya sebagai server yang
berdiri sendiri, terdiri atas program Apache, HTTP
bertambah dari segi kepribadian, keterampilan, server, MySQL, dan penterjemah bahasa yang
pikiran dan pengetahuannya. ditulis dengan bahasa pemrograman PHP dan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) Perl.
Menurut Heward, Anak berkebutuhan
khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik

305
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

• MySql Perancangan sistem


MySQL merupakan software DBMS yang Perancangan sistem ini bertujuan untuk
masuk kategori open source (gratis) yang memantau perkembangan anak berkebutuhan
sangat populer di kalangan pemrogram web, khusus dsn untuk memudahkan orang tua
karena dapat membangun aplikasi web yang melihat perkembangan siswa berkebutuhan
menggunakan database sebagai sumber dan khusus, dimana orang tua ataupun wali murid
pengelola datanya. dapat melihat perkembangan anak atau siswa
berkebutuhan khusus setiap harinya dengan
METODE PENELITIAN login kedalam web yang nanti akan dibuat.
Penelitian ini dilakukan di SLB ABDI
PRATAMA yang beralamat di Jl. Hankam 4 Munjul Pemodelan Sistem
Cipayung Jakarta timur dengan menggunakan Perancangan sistem dituangkan dalam
pendekatan kualitatif sedangkan metode bentuk Unified Modelling Language (UML). yang
pengembangan sistem yang digunakan adalah terdiri dari Activity diagram sistem, Use Case
metode prototype. Adapun teknik yang Diagram sistem, Sequence Diagram sistem usulan
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dan class diagram sistem, dan dengan Entity
kualitatif ialah wawancara, observasi, Relationship Diagram (ERD). Seperti terlihat pada
pengamatan dan studi pustaka. Desain dari gambar 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12.
penelitian ini mengacu pada pengembangan
sistem dengan metode prototype yang meliputi 6
tahap yaitu sebagai berikut: PEMBAHASAN DAN HASIL
• Komunikasi dan pengumpulan data awal, Prosedur Sistem.
yaitu analisis terhadap kebutuhan pengguna. Prosedur sistem usulan adalah sebagai berikut :
• Quick design (desain cepat), yaitu pembuatan • Admin Login aplikasi
desain secara umum untuk selanjutnya • Admin pilih data yang akan dikelola
dikembangkan kembali. • Sistem menampilkan data yang akan dikelola
• Pembentukan prototype, yaitu pembuatan • Admin mengelola data yang telah dipilih
perangkat prototype termasuk pengujian • Sistem menyimpan data yang telah dikelola
dan penyempurnaan. oleh admin
• Evaluasi terhadap prototype, yaitu Prosedur sistem usulan guru adalah sebagai
mengevaluasi prototype dan memperhalus berikut :
analisis terhadap kebutuhan pengguna. • Guru Login aplikasi
• Perbaikan prototype, yaitu pembuatan tipe • Guru pilih data yang akan dikelola
yang sebenarnya berdasarkan hasil dari • Sistem menampilkan data yang akan dikelola
evaluasi prototype. oleh guru
• Produksi akhir, yaitu memproduksi perangkat • Guru mengelola data yang telah dipilih
secara benar sehingga dapat digunakan oleh • Sistem menyimpan data yang telah dikelola
pengguna. oleh guru
Prosedur sistem usulan orang tua adalah sebagai
Gambaran tentang pembuatan prototype berikut :
akan ditunjukkan pada gambar 1 berikut ini. • Orang tua Login aplikasi
• Kemudian memilih menu yang ingin
ditampilkan
• Sistem menampilkan menu yang telah dipilih
orangtua siswa yang berupa laporan hasil
belajar dan perkembangan siswa
berkebutuhan khusus.

Unified Modelling language (UML)


Prosedur sistem tersebut digambarkan dalam
beberapa diagram.
Gambar 1 Paradigma Pembuatan Prototype.

306
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

a. Activity Diagram

Gambar 4 Activity diagram orang tua


Gambar 2 Activity diagram admin
b. Use Case Diagram

Gambar 3 Activity diagram guru

Gambar 5 Use case diagram admin

307
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

c. Class Diagram

Gambar 6. Use case diagram guru

Gambar 8.Class diagram sistem.

d. Sequence Diagram
sequence diagram digunakan untuk memulai
aplikasi menggambarkan perilaku aplikasi dalam
proses memulai/login aplikasi. Berikut sequence
diagram Admin, Guru, dan Orang Tua.

Gambar 7. use case diagram orang tua

308
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

Gambar 9. Sequence Diagram Admin Gambar 10. Sequence Diagram Guru

309
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

Gambar 13 adalah tampilan login pada sistem


informasi nilai SLB.

Gambar 11. Sequence Diagram Orang Tua

Entity Relationship Diagram (ERD)

Gambar 14 adalah tampilan menu Admin pada


sistem informasi nilai SLB.

Gambar 12. entity relationship diagram (ERD) Gambar 15 adalah tampilan menu Orang Tua
pada sistem informasi nilai SLB.

Hasil Rancangan User Interface


Pada rancangan user interface ini
menjelaskan rancangan konseptual dari tampilan
layar atau screen format user interface yang akan
dirancang baik sisi masukan maupun keluaran.

310
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

c. Tampilan Menu guru

Gambar 16 adalah tampilan menu Guru pada


sistem informasi nilai SLB

Rancangan fisik dan pengujian sistem


Berdasarkan perancangan yang sudah Gambar 19. tampilan menu guru
dibuat maka didapat hasil perancangan dan
pengujian sebagai berikut : d. Tampilan menu orang tua
a. Tampilan login

Gambar 20. tampilan menu orang tua

Gambar 17. tampilan login Hasil pengujian


Berikut adalah hasil pengujian dengan cara
b. Tampilan Menu Admin mengecek satu persatu link dengan
menggunakan tabel pengujian menggunakan
black box.

Gambar 18. tampilan menu admin

311
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672

Tabel 1. Tabel pengujian black box • Perlu diadakanya backup data secara berkala
untuk mengantisipasi kehilangan data pada
database.

DAFTAR PUSTAKA
Al Fatta, H. 2007. Analisis & Perancangan Sistem
Informasi untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan & Organisasi Modern.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Arum. 2005. Perspektif pendidikan luar biasa dan
implikasinya bagi penyiapan tenaga
pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Ahmad Bachtiar. 2011. Skripsi Rancang bangun
nilai siswa akademik sekolah berbasis Web.
Jakarta
Arif, RM.2011. Skripsi Aplikasi Manajemen
Database Sekolah. Jakarta
Fatansyah. 2012. Basis Data. Bandung :
informatika.
Simpulan
Indrajani.2015. Perencanaan Basis Data dalam All
Dari pembahasan tersebut, maka dapat
in 1. Jakarta : elex Media Komputindo.
disimpulkan bahwa laporan perkembangan anak
berkebutuhan khusus di SLB Abdi Pratama masih Munawar.2005. Pemodelan visual menggunakan
menggunakan cara manual dan tidak sistematis. UML. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Selain itu, hasil laporan tersebut baru dapat Prasetio Adhi.2015. Buku pintar Webmaster
dilihat oleh wali murid atau orang tua hanya pada untuk pemula. Jakarta : Media Kita.
akhir semester. Oleh karena itu peneliti
membangun aplikasi untuk memantau anak Setiyadi didik.2010. Materi Kuliah Sistem Basis
berkebutuhan khusus tersebut dengan maksud: Data. Jakarta : STMIK Eresha.
• Bagi guru sistem ini memudahkan mereka
dalam memberikan laporan terkait
perkembangan anak baik kepada sekolah
maupun orang tua.
• Bagi orang tua sistem ini memudahkan
mereka mengetahui perkembangan anak
mereka tanpa menunggu sampai akhir
semester.
Saran
Saran yang diharapkan bisa memperbaiki
kekurangan pada aplikasi untuk memantau anak
berkebutuhan khusus adalah
• Aplikasi ini masih bisa dikembangkan dengan
menambahkan fitur-fitur yang belum ada
pada Perancang dan implementasi aplikasi
untuk memantau anak berkebutuhan khusus
tersebut.

312
Tersedia secara online PROSIDING:
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/semnaskkbarsi SEMINAR NASIONAL
e-ISSN: 2715-7091 KOMUNITAS DAN KOTA BERKELANJUTAN
Tema : Kesehatan Kota

PERANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA DENGAN PENDEKATAN


ARSITEKTUR PSIKOLOGI DI JAKARTA TIMUR
Deni Ismanto*, Asri Budiarto*, Karya Widyawati*
*Arsitektur, Universitas Indraprasta PGRI

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Kata kunci:
Abstrak: Fasilitas Pendidikan bagi anak-anak pengidap disabilitas di Jakarta
timur, terutama Kota Jakarta Timur , kurang memadai dengan apa yang
Sekolah Luar Biasa dibutuhkan oleh murid-murid dengan disabilitas mental. Lemahnya kualitas
Pendekatan pendidikan yang mereka dapatkan salah satunya dikarenakan fasilitas sekolah
Psikologi luar biasa yang tidak mendukung dan malah menghambat perkembangan dari
Jakarta Timur
anak-anak disabilitas. Untuk mengadakan fasilitas sekolah luar biasa perlu
diperhatikan tingkat kenyamanan dan kemudahan akses bagi anak-anak dengan
disabilitas mental, apalagi kebutuhan khusus yang mereka punya memerlukan
penanganan berbeda dari anak biasanya. Untuk bisa memenuhi kebutuhan
khusus yang diperlukan anak disabilitas maka penulis mendasarkan konsep
bangunan dengan tema arsitektur Psikologi ; yakni cabang arsitektur yang
menerapkan studi ilmu psikologi dalam rancangan.. Arsitektur Psikologi ,
dalam penerapannya pada desain sekolah luar biasa untuk murid-murid SLB
(pengidap disabilitas mental, lebih mengedepankan rancangan yang berkorelasi
pada kebutuhan pengguna disibilitas guna memudahkan mereka dalam belajar.

Alamat Korespondensi:
Deni Ismanto
Jurusan/Prodi Arsitektur
Universitas Indraprasta PGRI
E-mail: deni.ismanto76@gmail.com

PENDAHULUAN
Sekolah luar biasa di Jakarta Timur belum memiliki fasilitas yang mudah dijangkau sehingga
memungkinkan menjadi pusat pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Jakarta timur. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan DKI pada tahun 2016, terdapat sebanyak 1125 anak penderita
disabilitas yang tersebar di 23 SLB yang berada di Jakarta Timur. namun baru 6 SLB yang terdaftar di di
DKI. Penyediaan pelayanan anak-anak berkebutuhan khusus di Jakarta Timur merupakan pelayanan
gabungan yang melayani bermacam disabilitas. Inilah yang menyebabkan pendidikan dan pelayanan anak-
anak disabilitas di Jakarta Timur kurang maksimal. Bahkan tak sedikit anak-anak berkebutuhan khusus yang
terpaksa masuk di sekolah umum.
Anak-anak penyandang disabilitas memiliki kebutuhan yang jauh berbeda dari anak normal.
Perhatian khusus diperlukan dalam perancangan ruang personal dan sosial, faktor distraksi dari luar maupun
dalam, ketahanan dari material, ketenangan akustik, pola warna serta permainan tekstur dan macam-macam
hal yang harus diperhatikan lainnya

202
203 Seminar Nasional Komunitas dan Kota Berkelanjutan

METODE

Studi Literatur
Studi literatur adalah bentuk pengumpulan data yang berasal dari referensi buku,
majalah, internet dan media lain yaitu buku mengenai anak-anak berkebutuhan khusus dan
mengenai psikologi anak serta permasalahan yang ada pada umumnya terjadi pada ruang lingkup
fasilitas sehingga dapat membantu dalam proses perancangan sekolah luar biasa untuk anak
tunanetra dan tunarungu
Metode observasi
Metode ini berupa studi atau survey lapangan yang merupakan pengamatan atau peninjauan
langsung secara lebih detail dan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi yang lengkap.
Survey dilakukan pada 3 lokasi yaitu SLB-B Pangudi Luhur, SLB Negeri 07 Jakarta dan Frobel
Montessori.
Metode Wawancara
Proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam
dengan bertanya secara langsung dan meminta penjelasan secara rinci pada kepala sekolah serta
pengelolah sekolah, adapun wawancara dengan murid dan orang tua dilokasi.

HASIL
Tinjauan Tapak

Gambar 1. Lokasi dan Layout Tapak

Kecamatan Halim terletak di Jakarta Timur dan merupakan pusat komplek Angkatan udara dari kota
administrasi.Jakarta Timur
Konfigurasi Tapak

Gambar 2. Konfigurasi Tapak


Ismanto 204

Tapak yang akan di gunakan sebagai rumah belajar/ruangan belajar ini harus diketahui kelayakannya
untuk itu di perlukan sebuah proses untuk mengetahuinya apakah layak atau tidaknya site tersebut untuk
difungsikan sebagai banguanan yang di fungsikan sebagai bangunan hunian. Ini perlu sebuah analisa pada
tapaknya atau site yang akan di gunakan dan berikut adalah proses analisa tapak untuk mengetahui
kelayaakan pada site untuk bangunan bertingkat.
Ruang Kelas

Gambar 3. Ruang belajar

Gambar 4. Ruang belajar

Gambar 5. Ruang belajar

Secara garis besar bentuk bangunan tidak mengalami banyak perubahan kecuali pada bagian atap.
Adapun beberapa perubahan-perubahan yang dilakukan, yaitu:
1. Perubahan fasad bangunan yang dibuat lebih modern agar tidak terlalu terlihat kaku namun tetap
terihat tidak monoton.
2. Pada ide awal biasa menggunakan atap pelana biasa sebagai representasi bentuk sederhana yang dekat
dengan anak autis kemudian mengalami beberapa perubahan hingga didapatkan bentuk terakhir untuk
mendapatkan kesan estetika dan bentuk yang menarik tapi tidak membuat anak tidak merasa terganggu.
3. Perubahan pada ide skylight, dimana jika pada ide awal skylight berada di sepanjang bangunan namun
pada hasil akhir hanya di gunakan pada bagian pusat atap karena telah menggunakan fasad dengan
material dapat menembus cahaya.
205 Seminar Nasional Komunitas dan Kota Berkelanjutan

Tranfortasi Bentuk
Bangunan menggunakan warna netral dan primer serta material bertekstur kasar. Untuk aksen tambahan,
akan menggunakan fasade warna-warni yang kontras serta mural dinding sehingga para pengunjung,
terlebih khususnya para murid cepat merasa familiar dengan keramahan dan desain gedung sekolah yang
menyenangkan tapi tidak terusik dengan selubung yang terlalu rumit atau membingungkan bagi mereka..

Gambar 6. Tranformasi Bentuk

Desain
Berikut beberapa poin utama dalam pendekatan arsitektur psikologi yang diterapkan pada hasil
perancangan:
1. Pengunaan material utama yang berasal dari alam seperti baru alam tanpa adanya modifikasi khusus.

Gambar 7. Eksterior Depan Sekolah

2. Pengunaan elemen vegetasi untuk menambah kesan selaras dengan alam.

Gambar 8. interior
Ismanto 206

Gambar 9. Site plan

Gambar 10. Block plan

Gambar 11. Potongan


207 Seminar Nasional Komunitas dan Kota Berkelanjutan

Gambar 12. Tampak

Gambar 13. 3 D

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Sekolah Luar Biasa untuk disabilitas mental akan menjadi fasilitas pendidikan terpadu bagi murid
SLB pertama di Jakarta TImur timur, jika didirikan di Jaktim . Penggunaan tema arsitektur melalui
pendekatan pshikologi juga menjadikannya sekolah pertama yang mengimplementasikan gagasan
pshikologi secara lengkap di Indonesia. Konsep rancangan sekolah didasarkan pada triad estetika
pengalaman arsitektural dari pendekatan psikologi, yakni; sistemaning system, dan emotion-
valuation system.
Selain fasilitas pengajaran, adanya fasilitas untuk bina komunikasi, persepsi, motorik, pembelajaran
musik serta ketrampilan, perpustakaan, ruang komputer dan bina rohani memastikan adanya
tambahan pendidikan lain untuk menunjang kegiatan pendidikan dalam sekolah. Untuk mendukung
kegiatan dalam sekolah, tersedia kantin dan ruang aula serbaguna, unit kesehatan dan parents lounge
yang memungkinkan adanya keterlibatan orangtua dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Adanya taman bermain serta taman sensorik memberikan suatu akses ruang luar yang terkontrol bagi
murid, yang bersifat rekreasional namun juga edukasional dalam perancangannya.

SARAN
Semakin naiknya kualitas pendidikan yang diberikan pada anak-anak umumnya tidak berbarengan
dengan kualitas pendidikan bagi mereka yang memiliki disabilitas mental. Sekolah-sekolah yang
Ismanto 208

menerima keberadaan anak-anak disabilitas juga seringkali memiliki desain yang tidak mendukung
dan malah, cenderung menekan para murid tersebut.
Dengan mengadakannya Sekolah Luar Biasa dengan penerapan tema arsitektur neurosains,
pemerintah bisa menyediakan fasilitas pendidikan dengan rancangan yang tidak hanya memberikan
pendidikan yang memenuhi kebutuhan mereka, namun juga bias menjadi sekolah percontohan untuk
pendidikan disabilitas dengan terapan tema yang termasuk masih baru dan belum dijelajahi dalam
arsitektur Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

- Dinas Sosial Jakarta timur . 2008. Jenis-Jenis Penyandang Cacat.


- Dinas Sosial Jakarta timur . 2008. Tingkat Keparahan Penyandang Cacat.
PERANCANGAN SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) C DAN E DI
KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN
ARSITEKTUR PERILAKU
Annisa Faradilla Awangsih1, Tri Endangsih2, Sri Kurniasih3

1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : faradilla2699@gmail.com
2
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : tri.endangsih@budiluhur.ac.id
3
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : sri.kurniasih@budiluhur.ac.id

Abstrak
Sekolah Luar Biasa C dan E merupakan sebuah sarana pendidikan sekolah formal yang dikhususkan
bagi anak tunagrahita dan tunalaras yang membutuhkan perhatian khusus dalam bidang pendidikan maupun
pengendalian karakter dengan kurikulum yang telah disesuaikan. Dengan penerapan arsitektur perilaku,
diharapkan dapat menciptakan sarana pendidikan yang dapat menyesuaikan dengan perilaku anak berkebutuhan
khusus.
Jalan Ki Hajar Dewantara, Kota Surakarta, Jawa Tengah dipilih untuk dijadikan lokasi lahan yang
digunakan dalam desain. Mengingat daerah tersebut merupakan daerah Pendidikan, tentunya menjadikan
lingkungan sekitar sangatlah kondusif untuk dilaksanakan proses belajar mengajar
Kata Kunci: Perilaku, Sekolah Luar Biasa, Surakarta.

Abstract
The special education school C and E is a formal school education facility specifically for mentally
disabled and unsociable children who require special attention in education and character control with an
adapted curriculum. With the application of behavioral architecture, it is expected to create educational
facilities that could adapt to behavior of the children with special needs.
Ki Hajar Dewantara street, Surakarta City, Central Java was chosen to be the location of the site used
in design. Considering that the area is an educational area, it makes the surrounding environment very
conducive for the school activity.
Key words: Behavioral, Special Education School, Surakarta.

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 20


1.1 LATAR BELAKANG Untuk penyandang tunanetra di Kota
Pendidikan menurut Undang-Undang Surakarta berjumlah 425 orang, tunadaksa 425
(UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem orang, tunarungu 135 orang, tunagrahita 145
Pendidikan Nasional adalah sebuah usaha orang, dan tunalaras 146 orang [5]. Sehingga
yang terencana demi mewujudkan suasana dapat dilihat bahwa untuk penyandang
belajar serta proses pembelajaran yang dapat tunagrahita berjumlah 145 penyandang dan
mengembangkan potensi dari setiap peserta tunalaras 146 penyandang.
didik untuk memiliki kekuatan spiritual Pemilihan konsep arsitektur perilaku pada
keagamaan, kepribadian, pengendalian diri, rancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) C dan E
akhlak mulia, kecerdasan, serta keterampilan ini dilandaskan oleh pola tingkah laku dari
yang diperlukan baik dirinya, masyarakat, mayoritas pengguna bangunan, yakni siswa
bangsa, serta negara [1]. Fasilitas Pendidikan siswi penyandang tunagrahita dan tunalaras.
formal yang dikhususkan bagi anak Seperti yang kita tahu bahwa anak
berkebutuhan khusus ialah Sekolah Luar penyandang tuna laras ini memiliki
Biasa (SLB). Sekolah Luar Biasa (SLB) karakteristik yang sedikit berbeda dari anak
adalah sekolah formal yang dikhususkan bagi lainnya. Mereka memiliki kesulitan untuk
anak yang membutuhkan perhatian khusus mengontrol emosi, dan beberapa dari mereka
dalam bidang pendidikan maupun seringkali menyakiti orang sekitar. Sedangkan
pengendalian karakter dengan kurikulum yang untuk anak penyandang tunagrahita memiliki
telah disesuaikan. kecerdasan dibawah rata-rata anak seusianya
Sekolah Luar Biasa (SLB) terbagi serta kurang mampunya mereka untuk
kedalam 6 tipe, diantaramya: SLB A beradaptasi di setiap fase pertumbuhannya.
(Tunanetra), SLB B (Tunarungu), SLB C Latar belakang dibuatnya Sekolah Luar
(Tunagrahita), SLB D (Tunadaksa), SLB E Biasa (SLB) C dan E adalah untuk mewadahi
(Tunalaras), SLB G (Tunaganda) [2]. Fokus anak tunagrahita dan tunalaras dalam
rancangan kali ini adalah SLB tipe E pendidikan agar terciptanya lingkungan
(dikhususkan bagi anak penyandang belajar yang dapat menunjang kebutuhan
tunalaras) dan SLB tipe C (dikhususkan bagi untuk membantu perkembangan mereka baik
anak penyandang tunagrahita). secara emosional, sosial, maupun akademis.
Menurut Undang-Undang Pokok
Pendidikan Nomor 12 Tahun 1952 anak 1.2 TUJUAN DAN SASARAN
tunalaras merupakan individu yang dimana Tujuan
memiliki tingkah laku menyimpang atau kata Merancang sebuah sekolah yang dapat
lain berkelainan, anak tunalaras tidak mendukung tumbuh kembang baik
memiliki toleransi terhadap individu atau emosional maupun akademis serta
kelompok lain, serta mereka mudah untuk lingkungan belajar yang menyesuaikan
terpengaruh suasana sehingga membuat pola tingkah laku mereka.
mereka sulit untuk mengendalikan emosi [3].
Sedangkan, tunagrahita atau dengan kata lain Sasaran
seseorang yang memiliki hambatan Terwujudnya lingkungan belajar yang
kecerdasan adalah anak yang dimana ramah bagi tunagrahita dan tunalaras.
mempunyai inteligensi yang cukup signifikan Serta, menyediakan fasilitas yang
berada dibawah rata-rata normal dan disertai menunjang keterampilan berbagai aspek
dengan ketidakmampuan dalam beradaptasi bagi mereka.
dengan perilaku yang muncul seiring dengan
masa perkembangannya [4]. 1.3 METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan Data Penyandang Masalah Metodologi penelitian yang digunakan
Kesejahteraan Sosial dan Potensi Sumber adalah metodologi penelitian kualitatif dengan
Kesejahteraan Sosial jumlah penyandang pendekatan deskriptif. Dimana dalam
disabilitas baik fisik, mental maupun ganda di mencapai tujuan dan pembahasannya akan
Kota Surakarta pada tahun 2015 berjumlah dilakukan Analisa dan pengumpulan data
1.104 orang dengan rincian sebagai berikut:

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 21


terhadap Sekolah Luar Biasa (SLB) C dan E selalu turut menyertakan pertimbangan
ini, antara lain berupa: perilaku. Arsitektur perilaku menurut Y.B
1. Pengumpulan Data Mangun Wijaya dalam buku yang berjudul
- Data Primer (metode observasi, Wastu Citra adalah arsitektur yang manusiawi
metode wawancara) dimana mampu memahami serta dapat
- Data Sekunder (studi literatur) menjadi wadah dari perilaku-perilaku manusia
2. Pendekatan pemecahan permasalahan yang ditangkap dari berbagai macam
arsitektur perilaku[6]. Perilaku yang dimaksud baik itu
- Analisa Manusia perilaku pencipta, pemakai, pengamat, serta
Menghasilkan program ruang, perilaku alam disekitar. Untuk mencapai suatu
sehingga terlihat fasilitas yang guna serta citra yang sesuai, maka tidak lepas
dibutuhkan pengguna. dari berbagai perilaku yang berperan dalam
- Analisa Tapak sebuah karya[7].
Menciptakan lingkungan dengan
penataan dan sirkulasi yang 3.2 PRINSIP ARSITEKTUR
menyesuaikan dengan SDA (Sumber PERILAKU
Daya Alam) yang ada. Carol Simon Weisten dan Thomas G
- Analisa Bangunan David mengungkapkan prinsip-prinsip yang
Menciptakan tempat yang nyaman harus diperhatikan dalam penerapan tema
dan layak bagi pengguna. arsitektur perilaku, diantaranya adalah [3]:
1. Mampu berkomunikasi dengan
2.1 GAMBARAN UMUM PROYEK manusia dan lingkungan.
• Judul Proyek : Sekolah Luar Biasa 2. Mewadahi aktivitas penghuninya
(SLB) C dan E di Kota dengan nyaman dan menyenangkan.
Surakarta. 3. Memenuhi nilai estetika, komposisi,
• Tema : Arsitektur Perilaku. dan estetika bentuk.
• Lokasi :Jl. Ki Hajar Dewantara, 4. Memperhatikan kondisi dan perilaku
Jebres, Kecamatan pemakai.
Jebres, Kota Surakarta,
Jawa Tengah 4.1 ANALISA
• Sifat Perencanaan Sekolah Luar Biasa (SLB) C
Proyek: Fiktif. dan E bertujuan untuk menciptakan
• Fungsi Bangunan:Sarana lingkungan belajar yang aman dan nyaman
Pembelajaran. bagi anak berkebutuhan khusus dengan
• Luas Lahan : ± 40.000 m² (4 Ha). ketunaan grahita dan laras.
• Sasaran : Anak Penyandang Penggunaan konsep arsitektur perilaku
Tunagrahita dan diaplikasikan pada pengaplikasian warna,
Tunalaras. material, bahkan peletakkan massa dan ruang.
Sekolah ini menyediakan fasilitas yang dapat
2.2 PENGERTIAN TEORITIS JUDUL mendukung tumbuh kembang mereka baik
secara akademis, emosional, ,maupun tingkah
PROYEK
Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) C laku. Dengan penerapan konsep arsitektur
dan E di Kota Surakarta adalah sebuah perilaku, diharapkan mampu untuk
rencana yang dilakukan melalui proses analisa menjadikan bangunan ini lebih
untuk menemukan pemecahan masalah agar mengedepankan kebutuhan pengguna serta
menyesuaikan tingkah laku penggunanya.
terciptanya desain Sekolah Luar Biasa (SLB)
C dan E dengan fasilitas yang tepat fungsi dan
4.1.1 Analisis Kebutuhan Luas Ruang.
menyesuaikan dengan perilaku penggunanya.
Fasilitas pada Sekolah Luar Biasa (SLB)
C dan E adalah:
3.1 ARSITEKTUR PERILAKU
a. Gedung Pengelola
Arsitektur Perilaku merupakan arsitektur
b. Gedung Tunagrahita
yang dalam pengaplikasian rancangannya

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 22


c. Gedung Tunalaras
d. Gedung Pengembangan Diri
e. Area Servis 4.1.2 Analisis Tapak
f. Asrama Perancangan bangunan Sekolah Luar
g. Masjid Biasa (SLB) C dan E berlokasi di Jl. Ki Hajar
h. Ruang Belajar Outdoor Dewantara, Jebres, Kecamatan Jebres, Kota
i. Area Olahraga Surakarta, Jawa Tengah
j. Area Binatang
k. Lapangan Upacara
l. Area Parkir
Hasil analisa kebutuhan fasilitas utama dan ruang
luar:
Tabel 1. Total Kebutuhan Fasilitas Utama

Keterangan Luas Ruang (m²) Gambar 1. Lokasi Sekolah Luar Biasa C dan E
Gedung Tunalaras 1.880,170 m²
Gedung Pengelola 922,55 m² Ketentuan Tapak :
Gedung Tunagrahita 2.112,768 m² • Luas Lahan : ± 40.000 m² (4 Ha).
Gedung Pengembangan • KDB : 40%
Diri
1.336,762 m² • KLB :5-8
• KDH : 20%
Masjid 442 m²
• Peruntukan : Pendidikan
Area Servis 1.144 m²
Asrama 3.561,624 m²
Kondisi dan batas sekitar tapak :
Pos Satpam 23,4 m²
• Utara : Jl. Ki Hajar Dewantara, RSJD
Total Luas Fasilitas
11.423,274 m² dr.
Utama
Arif Zainudin
• Barat : Jl. Kyai H. Masykur
Tabel 2. Total Kebutuhan Ruang Luar • Timur : Lahan Kosong, Sungai
Keterangan Luas Ruang (m²) Bengawan Solo
Area Parkir 1.417 m² • Selatan : Instalasi Pengolahan Air PDAM
Lapangan Upacara 1.300 m²
Area Olahraga 2.014,662 m² 4.1.3 Analisis Bangunan
Penerapan konsep Arsitektur Perilaku
Area Belajar Outdoor 520 m²
pada Sekolah Luar Biasa (SLB) C dan E
Area Binatang 1.950 m²
yaitu:
Total Luas Ruang Luar 7.201,662 m²
1. Penggunaan pola terpusat pada
peletakkan massa bangunan.
2. Memusatkan orientasi bangunan
kea rah ruang belajar outdoor.
3. Penggunaan pola linier pada
sirkulasi ruang.
4. Penggunaan material yang
menyesuaikan dengan pola perilaku
pengguna.

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 23


5.1 KONSEP DESAIN

- Gedung Tunalaras

Gambar 4. Tampak Gedung Tunalaras

- Gedung Tunagrahita

Gambar 5. Denah Gedung Tunagrahita


Gambar 2. Denah Gedung Tunalaras

Gambar 6. Potongan Gedung Tunagrahita


Gamb
ar 3. Potongan Gedung Tunalaras

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 24


Ga
mbar 11. Asrama
Gambar 7. Tampak Gedung Tunagrahita

- Asrama

Gambar 12. Area Servis

Gambar 8. Denah Asrama

Gambar 13. Gedung Tunagrahita

G
ambar 9. Potongan Museum

G
ambar 14. Masjid

- Interior

Gambar 10. Tampak Asrama

Gambar 15. Interior Kelas

- Ekterior

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 25


Kota Surakarta,” J. Med. Internet Res., vol.
10, no. 3, p. e22, 2008.
[5] L. Nuraviva, “Aksesibilitas Penyandang
Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik Di
Kota Surakarta,” J. Med. Internet Res., vol.
10, no. 3, p. e22, 2008.
[6] Y. Agustina, A. W. Purwantiasning, and L.
Prayogi, “Penerapan Konsep Arsitektur
Gambar 16. Interior Kamar Asrama Perilaku Pada Penataan Kawasan Zona 4
Pekojan Kota Tua Jakarta,” J. Arsit.
PURWARUPA, vol. 2, no. 2, pp. 83–92,
2018, [Online]. Available:
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/purwarupa
/article/view/2722.
[7] S. I. Wicaksono, “Character Building Center
Di Kaliurang,” pp. 34–57, 2018

Gambar 17. Interior Kamar Mandi Asrama

G
ambar 18. Ruang Bercocok Tanam

DAFTAR PUSTAKA

[1] D. John, “Pengertian Pendidikan dan Makna


Pendidikan Menurut Para Ahli,” 2019.
https://www.silabus.web.id/pengertian-
pendidikan-dan-makna-pendidikan/
(accessed Oct. 23, 2020).
[2] W. A. Prodjo, “Sekolah Berkebutuhan
Khusus, Ini 6 Jenis SLB yang Harus Kamu
Ketahui,” 2020.
https://edukasi.kompas.com/read/2020/01/2
0/22101771/sekolah-berkebutuhan-khusus-
ini-6-jenis-slb-yang-harus-kamu-
ketahui?page=all (accessed Oct. 23, 2020).
[3] M. N. Jauhari and A. Rafikayati,
“Keterlibatan Orangtua Dalam Penanganan
Anak,” vol. 02, no. 1, 2019, [Online].
Available:
https://www.researchgate.net/publication/33
6845546.
[4] L. Nuraviva, “Aksesibilitas Penyandang
Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik Di

Jurnal Maestro Vol.4. No. 2. Oktober 2021, E‐ISSN 2655‐3430 | 26


Andriyansa, Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya 31

Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak


Berkebutuhan Khusus di Surabaya
Ravi Andriyansa1, Broto Wahyono Sulistyo2, Firdha Ayu Atika3
1, 2, 3Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Email: 1rafiandriansah.ra@gmail.com

Abstract. Education is not only aimed at normal children in general, but children with special
needs are also entitled to a proper education. Children with special needs usually go to school in
Extraordinary Schools (SLB), but nowadays many regular schools that accept children with
special needs to learn with normal children in general so that later can support inclusive
educational facilities in their learning, between children with special needs and normal children
in general are merged into one. so that children with special needs can adjust to the environment
in East Java, especially in the city of Surabaya. But sometimes only one type of child with certain
special needs is accepted in the school, thus encouraging researchers to combine all types of
children with special needs in one area, while the types of children with special needs are Deaf,
Visually Impaired, Visually Impaired. The research method used is qualitative descriptive
research and data obtained from field case studies and literature. Design with macro educational
concepts so that all designs can be a learning for residents. Micro land order concept is Flexible
so that residents can be free to do activities and also easier to move or move around considering
this building is a building for children with special needs. Micro concept of shapes is Geometric
because geometric shapes are very easy to be known for kindergarten and elementary school
children, and also have a variety of shapes such as triangles, circles, squares, etc. So that students
can easily recognize the concrete shape of the surrounding buildings. Micro interior concept is
Play Based Learning because most students will spend the most time in the room to do their
activities. so that with the concept of Play Based Learning
Keywords. Children with Special Needs, Education, Inclusive Education

Abstrak. Pendidikan yang layak tidak hanya ditujukan kepada anak normal pada umumnya,
namun anak berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh nya. Sekolah Luar Biasa adalah
sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Namun sekarang ini sekolah regular pun juga
menerima anak berkebutuhan khusus. Karena itu sekolah regular dituntut untuk menjadi sarana
pendidikan inklusif, agar anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya beraktivitas dalam
satu atap. Dalam menerapkan system sekolah inklusif, sekolah regular di Jawa Timur khususnya
kota Surabaya kurang memperhatikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Bahkan hanya salah
satu tipe anak berkebutuhan khusus tertentu yang diterima di sekolah tersebut. Hal itu mendorong
peneliti untuk memfasilitasi pendidikan dari beberapa tipe anak berkebutuhan khusus dalam satu
kawasan, antara lain Tunarungu, Tunanetra, dan Tunagrahita dari jenjang TK dan juga Sekolah
Dasar. Metode yang digunakan adalah metode rancangan dengan makro konsep Edukatif agar
semua desain bisa menjadi pembelajaran bagi penghuni. Mikro konsep tatanan lahan adalah
Fleksibel agar penghuni bisa bebas beraktifitas dan juga lebih mudah bergerak atau berpindah
tempat mengingat bangunan ini adalah bangunan untuk anak anak berkebutuhan khusus. Mikro
konsep bentuk adalah Geometris karena bentuk geometri sangat mudah dikenal untuk anak TK
maupun SD, Mikro konsep interior adalah Play Based Learning.
Kata Kunci. Anak Berkebutuhan Khusus, Edukatif, Pendidikan Inklusif

1. Pendahuluan
Salah satu usaha pemerintah dalam upaya mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah memajukan sistem pembelajaran atau pendidikan yang ada di Indonesia, oleh
karenanya pemerintah menjamin hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Hal tersebut tertera
32. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)

pada Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu”. Pendidikan tidak hanya untuk golongan tertentu saja, melainkan untuk semua warga
negara termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan tidak hanya ditujukan kepada anak normal pada umumnya, namun anak
berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh pendidikan yang layak. Anak berkebutuhan khusus
biasanya sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun sekarang ini banyak sekolah reguler yang
menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar dengan anak normal pada umumnya sehingga
nantinya dapat menunjang sarana pendidikan inklusif dalam pembelajarannya, antara anak berkebutuhan
khusus dengan anak normal pada umumnya digabung menjadi satu. supaya anak berkebutuhan khusus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di Jawa Timur, khususnya di kota Surabaya.
Dari berbagai permasalahan itulah yang memotivasi peneliti untuk mendirikan fasilitas
pendidikan anak berkebutuhan khusus di kota Surabaya, Jawa Timur. Di dalam kawasan tersebut
nantinya anak-anak berkebutuhan khusus ( Tunanetra, Tunarungu dan Tunagrahita ) dari golongan TK
maupun Sekolah Dasar tidak hanya mendapatkan pendidikan namun akan mendapat dampingan khusus
agar anak tersebut bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar.

2. Tinjauan Pustaka
Menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G. David (1987) dalam (Nurkamalina, Hardiana,
and Pramesti 2018) menyebutkan desain arsitektur perilaku memiliki prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan, yakni kemampuan berkomunikasi sesuai kondisi dan perilaku pengguna, manusia dan
lingkungan, mewadahi aktivitas penghuni dengan nyaman dan menyenangkan, serta dapat memenuhi
nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk.
Arsitektur perilaku (Bahaviour Architecture) adalah arsitektur yang penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. arsitektur muncul sekitar tahun
1950 di Amerika (Halim 2005, 2) Pemikiran ini pada awalnya dirancang untuk riset mempelajari setting
spasial/arsitektural rumah sakit jiwa yang dapat mempengaruhi perilaku pasien. Dalam
perkembangannya, ternyata banyak objek arsitektur yang dapat didekati dengan pendekatan perilaku
didalam perancangannya, misalnya rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat
autisme. Bahkan dewasa ini sudah mulai dipikirkan untuk perancangan mall, restoran, sekolah, stasiun
kereta api dan lain-lain (Halim 2005, 16)
Menurut Jessica (2011) dalam (Sapti 2019) Arsitektur Perilaku dapat diartikan sebagai suatu
lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan
mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir,
karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai. Sedangkan menurut Clovis Heimsath dalam
bukunya "Behavior Architecture, towards an accountable design proces", menafsirkan bahwa perilaku
dalam perancangan arsitektural berkaitan antara penghuni dengan bangunan dan hubungan diantara
keduanya dalam konteks perilaku serta teknik perancangan arsitektur berbasis perilaku.
Dalam proses mengembangkan kreativitas di sekolah kreatif, kondisi dan perilaku anak perlu
diperhatikan. Anak memiliki karakter yang berbeda dengan karakter manusia dewasa sehingga upaya
pengembangan kreativitas dapat berlangsung secara efektif dengan memperhatikan kondisi dan perilaku
anak. Bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan merupakan
bentuk yang dapat dipahami melalui indra atau imajinasi oleh anak. Bentuk yang dapat dipahami melalui
peginderaan atau imajinasi anak dapat berperan sebagai stimulus kreativitas anak. Perwujudan dari
bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan adalah pencerminan
fungsi bangunan sebagai sekolah kreatif, menunjukkan ketepatan skala dan proporsi serta dapat
dinikmati, serta menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan. Rancangan yang nyaman serta
menyenangkan sebagai wadah aktivitas penghuni, baik secara fisik maupun psikis, dapat dicapai melalui
pengolahan bentuk ruang sekitar dan pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan jiwa manusia.
Penciptaan ruang yang nyaman dan menyenangkan tersebut dibutuhkan anak sehingga anak dapat
mengekspresikan gagasan, bereksplorasi, dan berkreasi secara bebas tanpa rasa tertekan sehingga
menghambat perkembangan kreativitasnya. Pemenuhan nilai estetika bentuk, komposisi, dan estetika
dapat berperan sebagai stimulus kreativitas anak yang dicapai melalui keterpaduan (unity),
Andriyansa, Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya 33

keseimbangan (balance), proporsi, skala, dan irama. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prinsip
arsitektur perilaku adalah faktor manusia, meliputi kebutuhan dasar, usia, jenis kelamin, kelompok
pengguna, kemampuan fisik dan antropometrik, faktor psikologis yang meliputi privasi, ruang pribadi,
teritorialitas, proksemik, kepadatan (density), kesesakan (crowding), dan orientasi, serta faktor
fisiologis berupa kenyamanan dan kesehatan (Snyder 1989)

3. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah telaah konsep yang menghasilkan analisa
site,blokplan dan lay out, lalu menyusun program ruang, kemudian akan mendapatkan beberapa
zonifikasi yang ada pada site rancangan. Setelah itu penerapan konsep dan tema yang mana
menggunakan tema arsitektur berwawasan perilaku. Hal itu ditujukan agar peneliti dapat mengetahui
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan serta fasilitas apa saja yang dapat digunakan dengan baik oleh anak
berkebutuhan khusus, khususnya anak usia dini dan juga sekolah dasar.

4. Pembahasan
Pembahasan ini menyajikan proses perencanaan konsep desain, mulai dari pengumpulan objek
studi banding, penyusunan program ruang, analisa site, program rancangan, hingga hasil berupa konsep
rancangan dari fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus (Tunanetra, Tunarungu, dan Tunagrahita) usia
TK dan Sekolah Dasar.

5. Studi Banding
Dari metode observasi studi banding literatur dan lapangan menghasilkan data yang digunakan
untuk merancang dan membuat program ruang serta desain pada Fasilitas Pendidikan untuk Anak
Berkebutuhan Khusus seperti, Tunanetra, Tunarungu, dan Tunagrahita. Studi banding lapangan
dilakukan di Ponpes Mambaus Sholihin, Suci, Manyar, Gresik, sedangkan Studi literatur menggunakan
Sangam Elementary School, bhilwira, India, Sekolah Bogor raya. Bogor, Jawa Barat, dan SLBN A
Citeureup, Cimahi, Jawa Barat

Gambar 1. Ponpes Mambaus Sholihin (Kiri) dan Sangam Elementary School (Kanan)

6. Program Ruang
Setelah mengkaji pada studi literatur sebelumnya menghasilkan susunan dan besaran ruang
sebagai berikut :
34. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)

Gambar 2. Total Besaran Ruang Keseluruhan (Kiri) dan Struktur Organisasi Ruang (Kanan)

7. Analisa Site
Tapak terpilih pada JL. Jajartunggal III, kec Dukuh Pakis, Surabaya. Berdasarkan ketentuan
tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) di Kecamatan Dukuh Pakis sebagai berkut :

Gambar 3. Lokasi Site


GSB (Garis Sempadan Bangunan)
GSB ROW 13-20 meter, ketentuan GSB : 6-8m
GSB ROW ≥20 meter, ketentuan GSB : ≥8m
KDB (Koefisien Dasar Bangunan) sebesar : 50% - 75%
KLB (Koefisien Lantai Bangunan) maks : 1500%
Ketinggian dan peil bangunan : max 20m – 130m

Lokasi lahan yang strategis dikarenakan lahan atau site rancangan berada di wilayah pusat kota,
sehingga mendukung segala aspek perencanaan yang meliputi judul proyek yang akan dikembangkan.

Gambar 4. Analisa Site Klimatologi Matahari (kiri), Klimatologi angin (kanan)

Dari analisa klimatologi pada site, sinar matahari terletak pada sisi depan dan belakang tepatnya
bagian Timur dan Barat. Orientasi bangunan nantinya akan mendapat cahaya yang maksimal pada saat
siang hari sampai sore hari karena orientasi bangunan menghadap kearah barat.
Andriyansa, Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya 35

Dari Analisa klimatologi angin dan curah hujan pada site arah angin berada pada bagian barat
ke timur. Kondisi barat site terdapat perumahan dan juga permukiman tetapi tidak akan berpengaruh
dengan arah angin yang akan masuk pada area site. Sedangkan untuk curah hujan dibagian site dominan
sama. Kondisi aliran udara pada site haruslah dimanfaatkan dengan baik seperti membuat tatanan massa
bangunan yang tidak menghalangi aliran udara tersebut, untuk curah hujan yang tinggi pada arah site
lebih menempatkan fasilitas pendukung sehingga tidak terlalu beresiko terhadap bangunan.

Gambar 5. Analisa Site Kebisingan (kiri), Zonifikasi (kanan)

Dari hasil analisa yang telah dilakukan terdapat tingkat kebisingan yang ada pada site terbagi
atas dua area, untuk mengatasi kedua area tersebut maka penataan massa bangunan haruslah disesuaikan
dengan cara memberi jarak yang cukup agar bangunan jauh dari kebisingan kegiatan lalu lintas maupun
masyarakat sekitar. Sedangkan untuk potensi pada site yang terdapat di bagian barat atau bagian depan
akan dimanfaatkan sebagai alur sirkulasi kendaraan pengunjung masuk ke dalam site.
Berdasarkan hasil analisis pada zonifikasi maka zonifikasi pada site dibagi menjadi 3 bagian
yaitu zonifikasi publik, semi publik/transisi, dan privat. Hasil dari analisa pada site ini berdasarkan
fungsi dari setiap fasilitas yang dibutuhkan sehingga tidak akan terjadi hambatan dalam penggunaan
fasilitas tersebut.

Gambar 6. Analisa Site ME dan SE

Berdasarkan hasil analisis sirkulasi ME dan SE dapat disimpulkan bahwa sirkulasi yang ada
pada site untuk akses masuk (ME) dan akses keluar (SE) berada di bagian barat dan selatan karena
merupakan akses satu-satunya menuju site dan juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk
pengunjung.

8. Program Rancangan
Desain bentuk menggunakan konsep geometrical yang ditunjukan pada bagian bentuk
lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang yang digabungkan menjadi satu kesatuan.
36. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)

Gambar 7. Program Rancangan Bentuk

Mengenal bentuk yang sering dijumpai kalangan anak TK / SD berkaitan erat dengan bentuk geometri,
oleh karena itu siswa akan lebih mudah mengenali bermacam-macam bentuk yang ada melalui benda
yang kongkrit dari bangunan yang ada di sekelilingnya.

9. Kesimpulan
Perencanaan desain untuk fasilitas pendidikan anak berkebutuhan khusus ini nantinya akan
diarahkan untuk menggunakan tema arsitektur perilaku.Adapun konsep makro yang diambil adalah
edukatif dan di detailkan ke dalam mikro konsep fleksibel pada tatanan lahan, geometris pada bentukan
desain dan play based learning pada desain ruang. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan wadah
agar anak berkebutuhan khusus di Surabaya mendapatkan fasilitas yang layak, yang sudah tercantum
dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”. Pendidikan tidak hanya untuk golongan tertentu saja, melainkan untuk
semua warga negara termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus.

Referensi
Halim, Deddy. 2005. Psikologi Arsitektur : Pengantar Kajian Lintas Disiplin. Ed. 1. Jakarta: PT
Grasindo.
Nurkamalina, Ovy Permata, Ana Hardiana, and Leny Pramesti. 2018. “PENERAPAN ARSITEKTUR
PERILAKU PADA PERANCANGAN SEKOLAH KREATIF DI SURAKARTA,” 10.
Sapti, Mujiyem. 2019. “Kemampuan Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran
Savi).”
Snyder, James C. 1989. Pengantar Arsitektur. Erlangga.
REDESAIN SLB N PADANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO
VERNAKULAR

Noval Rizky Efendy1), Sudirman Is2), Nengah Tela3).


Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universtas Bung Hatta

Email: novalrizkye@gmail.com, sudirmanis@bunghatta.ac.id, nengahtela@bunghatta.ac.id

ABSTRAK
Kota Padang memiliki Sekolah Luar Biasa (SLB) 2 Negri Padang berdekatan dengan kantor Brimob yaitu ± 1,2
km, namun SLB 2 Padang memiliki jarak ± 1 kilometer dari bibir pantai yang merupakan daerah zona merah
yang berpotensi terkena bencana alam sunami. Dimana jika terjadi bencana tsunami SLN 2 Padang tidak
memiliki tempat perlindungan sementara dari tsunami. Ditambah bebrapa kondisi ruang kelas/pengembanagan
dan fasilitas lainnya mengalami kerusakan ringan dan berat akibat termakan usia. Redesain SLB N 2 padang ini
menggunakan pendekatan Arsitektur “Neo Vernakular” yang dimana dapat mengajarkan budaya lokal pada
siswa/i.
Kata kunci : SLB, Redesain, Neo Vernakular.

PENDAHULUAN Pustaka yaitu media elektronik dan media cetak serta


melakukan survei lansung di lapangan untuk
Kota Padang merupakan Ibukota Provinsi Sumatera mendapatkan data valid untuk mendukung
Barat, Kota Padang menjadi daerah yang memiliki prosespenelitian dan perancangan ini. Selanjut nya
potensi bencana yang sering terjadi. SLB N 2 Padang data diolah dengan mengidentifikasi permasalahan,
memiliki jarak ± 1 kilometer dari bibir pantai yang kebbutuhan kemudian membuat konsep perencanaan
merupakan daerah zona merah yang berpotensi Redesain SLB N 2 Padang dengan Pendekatan
terkena bencana alam tsunami. SLB N 2 Padang ini Arsitektur Neo Vernakular.
berdiri pada tahun 1998, Dan melayani peserta didik
golongan A, B, C, C1, D, K, Q. Dalam RTRW Kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Padang nomor 4 tahun 2012, BAB IV pasal 6 g
“penyedian fasilitas sosial umum sesuai dengan Berdasarkan RTRW Kota Padang tahun 2010-2030
standar pelayanan minimal bagi masyarakat dan tahan BAB IV bagian kesatu pasal 5 mengatakan bahwa
gempa yang dapat difungsikan dalam kondisi darurat “Penataan Ruang Wilayah Kota Padang dilaksanakan
akibat bencana alam”. Perancangan redesain SLB N 2 dengan tujuan mewujudkan Kota Padang sebagai kota
Padang bertujuan agar siswa/i ini mampu belajar dan metropolitan berbasis mitigasi bencana dengan
berekreasi disana dengan menghadirkan fasilitas- didukung oleh pengembangan sector pendidikan
fasilitas pendukung mereka yang mampu memberikan tinggi”. Site berada di Jl. Teratai no 38, Padang Sarai,
suasana aman, nyaman dan mnyenangkan bagi Kec, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat.
siswa/i. Untuk kondisi bangunan sekolah, terdapat
beberapa ruang kelas/pengambangan bakat dan
perpustakaan yang sudah mengalami rusak ringan dan
rusak sedang termakan usia dan fasilitas pedestrian,
pintu, ramp, toilet dan fasilitas lainnya bagi anak
berkebutuhan khusus (ABK).

METODE
Gambar 1. Lokasi Tapak
Metode Kualitatif dipilih sebagai cara menganalisa Sumber: Google maps, 2021
data. Denagn melakukan analisis melalui kajian
Lokasi : Padang Sarai. Kec, Koto Tangah, bersifat multi-fungsi, tidak hanya SLB yang
Kota Padang. dapat menggunakan fasilitas melainkan dapat
Luas Site : 14.253 m2 difungsikan oleh masyarakat lain dengan
Lebar Jalan :6m ketentuan dan syarat yang berlaku, menurut
RTRW Kota Padang nomor 4 tahun 2012, BAB
Batas Tapak
IV pasal 6 g.
Utara : Rumah Warga dan Lahan Kosong
Barat : Rumah Warga
DAFTAR PUSTAKA
Timur : Jl. Teratai dan Rumah Warga
[1] Pemerintah Kota Padang, 2012, Rencana Tata
Selatan :Jalan Sekundr, Rumah Warga dan
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang.
Perkebunan
[2] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Konsep
Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2008.
Analisis bentuk dan masa bangunan di dasarkan pada
Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
penerapan tema Neo Vernakular, yaitu
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
mengintrepentasikan Kembali nilai-nilai yang
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan
terkandung yang terkandung dalam arsitektur
Sekolah Menegah Atas Luar Biasa (SMALB)
vernacular Minangkabau, baik nilai dari aspek (c.1) Jakarta, Menteri Pendidikan Nasional.
bentuk dan masa bangunan, ataupun nilai-nilai dalam
proses pembangunannya ke dalam bentuk baru, tanpa Jurnal
menghilangkan esensi nilai-nilai budaya [1] Lema Kabashi dan Louise Kaczmarek (2019)
Minangkabau. Adapun nilai-nilai yang akan “Educating a Child with Down Syndrome in an
diinterprestasikan diantaranya: Inclusive Kindergarten Classroom”. United
States, Journal of Childhood & Developmental
Disorders
[2] Oki Dermawan (2013). “Strategi Pembelajaran
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB”.
Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Psikologi.
[3] Priskila Suryani Setiadi Tok (2015). “Redesain
Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Pontianak”
.Pontianak. Jurnal online mahasiswa arsitektur
universitas tanjungpura.

Gambar 2. Konsep Bangunan


Sumber: Analisa Penulis, 2022

KESIMPULAN DAN SARAN


Redesain SLB N 2 Padang yang berlokasi di Jl. Padan
Sarai, Kec, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera
Barat. SLBN 2 Padang memiliki jarak jarak ±1
kilometer dari bibir pantai yang dimana merupakan
daerah zona merah yang berpotensi terkena bencana
sunami, Redesain SLB N 2 Padang yang baru
bertujuan untuk mengubah pola ruang yang sesuai
dengan standar belajar mengajar bagi guru dan
siswa. Selain itu rancangan yang akan dihadirkan

Anda mungkin juga menyukai