ABSTRAK
Kata kunci: SLB Dharma Asih, anak penyandang cacat, standar SLB
ABSTRACT
Formal education is needed to establish a child's life by giving the knowledge and insights from a
child to adulthood. Formal education can be obtained by every child and no exception for
children with disabilities. Formal education for them is not same as a normal child but special
formal education that called SLB (Special School). SLB Dharma Asih is one of the schools that
serve special education in Pontianak, West Borneo. SLB Dharma Asih serve education for mentally
disabled and deaf children. The school has not met the design in accordance with the standards
of SLB and appropriate with mentally disabled and deaf children needs at every level of
education. Differences their specific needs are identified in order to identify the necessary
standards of SLB. Results of such identification to obtain a function of space and space
requirements needed for disabled children with special needs in SLB Dharma Asih, utility systems
and structures required in accordance with the circumstances and activities of the children,
environments such as the laying of the building, the circulation of the building, orientation,
vegetation and architecture environment both externally and internally. Form, space and
compotition related to the spatial arrangement of the inside and outside of the building layout
will be form so it obtain schematic design in the form of pre-design and design development
related to redesigning SLB Dharma Asih.
Keywords: SLB Dharma Asih, children with disabilities, special school standard
1. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara yang tercantum pada Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan mulai diberikan sejak dini kepada anak-anak hingga
dewasa baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Menempuh pendidikan formal
Konsep organisasi ruang untuk bangunan SLB Dharma Asih terbagi menjadi empat lantai yang
dapat dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4. Pada lantai satu terdiri dari ruang-
ruang jasa keterampilan dan ruang-ruang kelas TKLB untuk lebih mudah mengawasi anak yang masih
Analisis persyaratan ruang dari besaran ruang dan pengaruh arsitektur lingkungan yang
diperlukan dalam desain bangunan SLB Dharma Asih menghasilkan konsep program ruang berupa
kesimpulan besaran ruang dan konsep untuk arsitektur lingkungan. Konsep persyaratan ruang terdiri
dari konsep besaran ruang, konsep termal, konsep pencahayaan dan konsep akustika. Total luas
bangunan pada redesain SLB Dharma Asih yakni 5.247,4 m2 dengan jumlah lantai empat tingkat.
Sirkulasi bangunan sebesar 40% dari luas bangunan yakni 2.098 m2, sehingga luas bangunan
ditambahkan dengan sirkulasi bangunan menghasilkan luas total bangunan sebesar 7346,36 m2.
Penghawaan alami memanfaatkan penggunaan jendela dengan jenis jendela yang mudah
menyalurkan sirkulasi udara, sementara penggunaan penghawaan buatan menggunakan AC.
Pengaruh dari penggunaan warna juga mempengaruhi tingkat termal dalam suatu ruangan sehingga
warna yang digunakan harus warna yang terang dan warna pastel. Untuk ruang-ruang yang
digunakan oleh anak tunarungu/tunawicara, pencahayaan sebaiknya bisa memperlihatkan simbol
yang membantu mereka berkegiatan. Pengaruh dari warna juga mempengaruhi refleksitas cahaya
dan terhindar dari silau. Pencahayaan buatan di dalam kelas diatur dengan dimer untuk mengatur
intensitas cahaya dalam kelas dengan kegiatan belajar yang berbeda.
Penanganan akustika lebih diutamakan bagi anak tunagrahita dibandingkan dengan anak
tunarungu /tunawicara. Beberapa ruang seperti ruang keterampilan dan ruang terapi yang
menghasilkan kebisingan tinggi perlu penanganan akustika agar tidak menganggu siswa lain.
Penanganan akustika dengan menggunakan material yang dapat mengurangi tingkat kebisingan
dalam ruangan. Perletakan ruang bagi tunarungu/tunawicara menghadap jalan raya karena tidak
terganggu dengan kebisingan dari jalan raya.
Lokasi SLB Dharma Asih yang terletak di Jl. Jenderal Ahmad Yani,Pontianak dianalisis kondisi
tapak bangunan tersebut dari analisis orientasi, analisis sirkulasi, analisis perletakan, analisis zonasi
dan analisis vegetasi. Orientasi bangunan SLB Dharma Asih berdasarkan analisis terhadap kondisi
tapak bangunan sekitar terhadap bangunan SLB dan bangunan SLB terhadap banguna sekitar. Konsep
orientasi yang dipilih yakni tiga sisi. Sisi pertama merupakan arah depan yang menghadap Jl. Jenderal
Ahmad Yani, sisi kiri bangunan menghadap Jl. Jenderal Ahmad Yani dan sisi belakang bangunan
menghadap kawasan Sekolah Gembala Baik. Pertimbangan pemilihan orientasi bangunan
berdasarkan tampak bangunan yang menghadap dan terlihat dari jalan raya. Semnatar sisi kanan
bangunan yang menghadap bangunan Direktorat Jenderal Pajak tidak menjadi orientasi bangunan
karena arah orientasi tersebut kurang baik terhadap orientasi bangunan SLB Dharma Asih. Area
depan dan belakang bangunan mendapatkan sinar matahari yang baik seperti yang terlihat pada
Gambar 5.
Perletakan bangunan meletakkan lapangan olahraga di sisi kanan bangunan yang terhindari dari
sirkulasi kendaraan, sehingga aman untuk parkiran mobil untuk memudahkan pengawasan
kendaraan yang masuk dan keluar. Letak pos satpam berada di antara parkiran motor dan mobil
juga menjaga keamanan anak agar tidak berada dekat dengan jalur kendaraan. Letak bangunan
disesuaikan dengan peraturan GSB setempat yakni dua puluh dua meter dari RMJ. Konsep
perleatakan bangunan dapat dilihat pada Gambar 7.
Vegetasi yang digunakan tidak menggunakan pohon yang terlalu banyak karena ukurannya yang
besar dan bisa membuat takut pada anak. Vegetasi lebih banyak menggunakan tanaman yang
rindang seperti pucuk merah yang juga bisa sebagai pengarah jalan untuk sirkulasi. Selain itu
menggunakan tanaman semak rendah dengan warna tertentu untuk mengarahkan anak dalam
sirkulasi. Konsep vegetasi dapat dilihat pada Gambar 9.
Konsep utilitas terdiri dari konsep sistem air bersih, konsep sistem drainase dan sampah, konsep
sistem keamanan, konsep sistem jaringan listrik dan konsep sistem transportasi bangunan. Peralatan
sanitasi yang digunakan memperhatikan penyandang mobilitas seperti washtafel yang tingginya
untuk kursi roda, penggunaan kloset duduk yang lebih mudah daripada kloset jongkok dan adanya
pegangan handrail di dekat kloset. Sistem pembuangan air kotor dialirkan ke septictank kemudian
disalurkan ke sumur resapan dan terakhir disalurkan ke riol kota. Sistem pembuangan sampah
disediakan masing-masing tempat sampah dalam setiap ruangan kelas, sementara untuk ruangan
lain tempat sampah berada di koridor dengan jarak tertentu. Sampah tersebut akan diangkut dan
dibawa ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah). Sistem keamanan yang digunakan meliputi bagian fire
protection, sistem alarm, jalur evakuasi, CCTV dan penangkal petir. Penggunaan sistem alarm
kebakaran untuk tunarungu/tunawicara menggunakan jenis alarm yang memiliki kode warna lampu
yang dapat memberi tanda bagi mereka. Penggunaan CCTV digunakan untuk mengawasi anak
berkebutuhan khusus karena mereka perlu diawasi lebih ketat daripada anak normal. Penempatan
Konsep struktur yang digunakan dibagi menjadi tiga bagian yakni struktur bawah, struktur tengah
dan struktur atas. Struktur bawah terkait dengan penggunaan pondasi sebagai penahan beban
bangunan. Pondasi menggunakan tiang pancang karena kondisi tanah Kota Pontianak yang
bergambut. Ukuran mini pile untuk bangunan satu lantai menggunakan ukuran mini pile 20 karena
beban yang kecil. Sedangkan untuk bangunan empat lantai menggunakan ukuran mini pile 25 dan
28 karena beban yang lebih tinggi dan beberapa ruang yang memiliki bentang lebar. Struktur tengah
terkait dengan kolom, balok dan plat lantai pada bangunan. Bentang bangunan secara umum
menggunakan bentang 4 m 6 m. Untuk massa bangunan satu lantai, ukuran balok induknya 25/45
cm sehingga ukuran kolomnya Ø30. Untuk bangunan empat lantai, ukuran balok induknya 25/45 cm
dan ukuran kolomnya Ø35. Tebal plat lantai yang digunakan yakni 12 cm. Struktur atas terkait
dengan bagian atap bangunan. Pemilihan rangka atap menggunakan atap baja ringan dengan
penutup atap zincalume karena material yang sama dengan rangka atap dan lebih ringan dari
penggunaan genteng keramik dan beton. Jenis atap zincalume menggunakan tekstur pasir agar
tidak menimbulkan kebisingan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan proses identifikasi dan analisis yang telah dilakukan dalam redesain SLB Dharma
Asih Pontianak didapatkan fungsi utama sekolah tersebut adalah fungsi kualitas hidup, fungsi
pembekalan pendidikan umum, fungsi pembekalan pendidikan khusus, fungsi keterampilan, fungsi
pengelolaan dan fungsi penunjang yang juga membantu proses dari fungsi kualitas hidup. Fungsi
pembekalan pendidikan umum memerlukan ruang kelas dari TKLB SMALB yang dipisah untuk
tunagrahita dan tunarungu/tunawicara. Selain ruang kelas juga didukung dengan adanya ruang
perpustakaan. Fungsi pembekalan pendidikan khusus memerlukan ruang bina wicara untuk anak
tunagrahita dan anak tunarungu/tunawicara, ruang bina persepsi bunyi dan irama untuk anak
tunarungu/tunawicara dan ruang bina diri untuk anak tunagrahita.
Kebutuhan termal yang digunakan sebagian besar ruang-ruang menggunakan penghawaan
alami dengan jenis jendela yang lebih mudah untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan.
Penghawaan buatan juga diperlukan untuk ruang-ruang yang digunakan oleh banyak orang.
Pengaruh warna juga dapat mempengaruhi penghawaan dalam ruangan. Untuk pencahayaan pada
ruangan lebih mengoptimalkan pencahayaan alami terutama untuk ruang-runang kelas. Ruang kelas
juga menggunakan lampu di saat pencahayaan alami tidak memberikan sinar yang cukup.
Penggunaan lampu diatur dengan menggunakan dimer untuk mengatur intensitas cahaya disetiap
kondisi kegiatan yang berbeda dalam ruangan. Untuk ruang-ruang tertentu seperti ruang
keterampilan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi lebih menggunakan pencahayaan
buatan. Pemilihan warna dalam ruangan juga mempengaruhi pencahayaan. Untuk akustika,
penanganan akustika lebih difokuskan untuk anak tunagrahita agar tidak terlalu terganggu saat
belajar dibandingkan dengan anak tunarungu/tunawicara.
Dewa Nyoman Ray Indra Prayoga K.1, I Nyoman Gede Maha Putra2, Made Suryanatha Prabawa3
1,2,3
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik dan Perencanaan, Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali
e-mail: rayindraprayoga26@gmail.com 1
ABSTRACT
Persons with Disabilities in Buleleng Regency currently occupy the highest position among other districts in Bali,
but there are still many people with disabilities in Buleleng Regency who are still neglected and do not receive an
education, even though persons with disabilities also have the same rights as normal people to be able to get an
education that is feasible for their survival later, therefore a suitable place or place is needed to accommodate
persons with disabilities who have not yet received education in Buleleng Regency by proposing Planning and
Design of Special Schools (SLB) in Buleleng Regency, Bali. The data collection method used is the literature study
method by browsing the internet and journals related to research, field observations with direct observations to
the planning location and survey methods by visiting related parties to obtain strong data. The concept applied is
Support Creativity which supports the creativity of each individual, with the theme of Modern Architecture which
creates simplicity in a design so that users can easily use existing facilities in this planning because users of this
building are persons with disabilities who are individuals. which has disadvantages so that in this planning will
provide the advantages of every facility provided therein.
ABSTRAK
Penyandang Disabilitas di Kabupaten Buleleng saat ini menempati kedudukan tertinggi diantara kabupaten
lainnya yang ada di Bali, tetapi masih banyak penyandang disabilitas di kabupaten buleleng yang masih terlantar
dan tidak mengenyam pendidikan, padahal penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan orang
normal untuk dapat mengenyam pendidikan yang layak untuk keberlangsungan hidupnya nanti, maka dari itu
dibutuhkan wadah atau tempat yang layak untuk mewadahi penyandang disabilitas yang belum mengenyam
pendidikan di Kabupaten Buleleng dengan mengusulkan Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa
(SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi literatur
dengan melakukan browsing internet dan jurnal terkait dengan penelitian, Observasi lapangan dengan
pengamatan langsung ke lokasi perencanaan dan metode survei dengan mengunjungi pihak terkait untuk
mendapatkan data-data yang kuat. Konsep yang diterapkan yaitu Support Creativity yang mendukungkreativitas
yang dimiliki oleh masing-masing individu, dengan tema Arsitektur Modern yang menciptakan kesederhanaan
dalam sebuah desain agar pengguna dapat dengan mudah menggunakan fasilitas yang ada pada perencanan ini
karena pengguna dari bangunan ini merupakan penyandang disabilitas yang merupakan individu yang memiliki
kekurangan sehingga dalam perencanaan ini akan memberikan kelebihan dari setiap fasilitas yang disediakan
didalamnya.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 371
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 470
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 373
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 374
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
8. Karakteristik Tapak
Lokasi Perancangan SLB ini berada di Jl.
Pahlawan, Pemaron, Kec. Buleleng, Kab.
Buleleng, dengan luas yang digunakan yaitu
1.9 Ha.
d. Konsep Massa
Dasar Pertimbangan dalam menentukan
konsep massa yaitu tema dan konsep,
karakteristik tapak, sirkulasi dan organisasi
ruang.
Utama Servis
b. Konsep Entrance
Dasar Pertimbangan dalam menentukan
entrance yaitu Tema dan Konsep,
Karakteristik Tapak, dan Jenis Kendaraan
yang ditampung
Gambar 7 Konsep Massa
(Sumber : Analisa Pribadi, 2021)
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 375
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
g. Konsep Fasade
e. Konsep Ruang Luar Dasar Pertimbangan dalam menentukan
Dasar Pertimbangan yang digunakan konsep fasade yaitu tema dan konsep, pola
dalam menetukan konsep ruang luar yaitu massa.
jenis vegetasi dan jenis perkerasan.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 376
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 377
Perencanaan dan Perancangan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Buleleng, Bali.
UNDAGI: Jurnal Ilmiah Arsitektur, Volume 9, Nomor 2 Desember 2021 CC-BY-SA 4.0 License Page 378
PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK ANAK
AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA
Hanna Qurrotul Aini1, Dewi Tresnawati, M.T2
Jurnal Algoritma
Sekolah Tinggi Teknologi Garut
Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia
Email : jurnal@sttgarut.ac.id
1
1306057@sttgarut.ac.id
2
tresnawatidewi@gmail.com
Abstrak – Sekolah Luar Biasa (SLB) Al Mashduqi adalah sekolah yang menyelenggarakan
pendidikan luar biasa bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Proses pembelajaran di SLB Al
Mashduqi khususnya untuk anak autis disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak.
Pengajar menyampaikan materi hanya menggunakan media gambar dan benda yang ada
disekitar sebagai media pembelajaran. Karena keterbatasan yang dimiliki anak autis guru sering
mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran serta sulit untuk mengetahui
kemampuan anak dalam menerima materi pembelajaran apakah sudah mencapai indikator atau
belum.
Karena berbagai hambatan tersebut anak autis memerlukan perlakuan khusus dalam pembelajaran
salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran multimedia. Penggunaan
media pembelajaran ini sangat penting untuk membantu anak autis memahami
materi pembelajaran yang akan disampaikan. Dengan teknologi informasi media pembelajaran
tersebut dapat diwujudkan dengan dibuatkan aplikasi media pembelajaran interaktif berbasis
multimedia.
Perancangan dan penelitian aplikasi media pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII
SMPLB ini menggunakan metodologi pengembangan multimedia Luther-Sutopo yang dikutip oleh
Binanto (2010) dan sesuai dengan rujukan penelitian sebelumnya [2].
Berdasarkan hasil dari laporan skripsi ini diperoleh kesimpulan bahwa media pembelajaran
interaktif0ini telah selesai dibuat dan mampu membantu guru kelas dalam menyampaikan materi
pembelajaran agar dapat lebih mudah dipahami oleh anak penyandang autisme.
I. PENDAHULUAN
51
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada wali kelas SMPLB kelas VII yang
dapat dilihat pada Lampiran 1, proses pembelajaran di SLB Al Mashduqi khususnya untuk anak
autis disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Pengajar menyampaikan materi hanya
menggunakan media gambar dan benda yang ada disekitar sebagai media pembelajaran. Karena
keterbatasan yang dimiliki anak autis guru sering mengalami kesulitan dalam menyampaikan
materi pembelajaran serta sulit untuk mengetahui kemampuan anak dalam menerima materi
pembelajaran apakah sudah mencapai indikator atau belum. Penggunaan media pembelajaran
sangat penting untuk menunjang proses belajar dan untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas
hanya saja pada saat ini tidak banyak media pembelajaran untuk anak autis. Oleh karena itu
dibutuhkan suatu media untuk menyampaikan materi yang dapat membantu pengajar dalam
menjelaskan materi yang sulit dimengeri oleh anak, sehingga materi yang disampaikan mudah
untuk dipahami. Dengan teknologi informasi media pembelajaran tersebut dapat diwujudkan
dengan dibuatkan aplikasi media pembelajaran interaktif berbasis multimedia.
Sebelumnya ada dua penelitian yang menjadi rujukan, yang pertama penelitian dengan judul
Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sebagai Pendukung Pembelajaran Di Sekolah Luar
Biasa [2] pada penelitian ini media pembelajaran hanya dikhususkan untuk tunagrahita ringan
saja. Penelitian yang kedua adalah Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berbicara Anak Autis Kelas III SD Di SLB Rela Bhakti I Gamping [3] pada
penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan media film animasi untuk
stimulasi bicara anak autis.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “PERANCANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA”.
A. Media
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi [4].
B. Pembelajaran
Pembelajaran merupakan sebuah cara atau sebuah metode, secara umum pembelajaran
memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan [5].
C. Interaktif
Interaktif0adalah hal yang terkait dengan komunikasi dua arah atau suatu yang bersifat
saling melakukan aksi, saling aktif0dan saling berhubungan serta mempunyai timbal balik antara
satu dengan yang lainnya [6].
D. Anak autis
Anak autis merupakan seorang anak yang mengalami tiga gangguan pada aspek
komunikasi, interaksi sosial, dan perilakunya. gangguan tersebut dapat diketahui sejak anak
berusia kurang dari tiga tahun. Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks yang
52 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 53
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
program, kemudian melakukan studi literatur untuk mencari referensi mengenai penelitian yang
terkait dan dibuatlah Work Breakdown Structure (WBS). Tahap berikutnya Material Collecting,
yaitu pengumpulan bahan yang sesuai dengan kebutuhan, diantaranya gambar, foto, animasi,
video, audio dan teks. Hasil perancangan Work Breakdown Structure yang telah dibuat pada tahap
design akan lebih memudahkan tahap meterial collecting. Dari WBS tersebut akan menghasilkan
rancangan activity sequence untuk membuat aktivitasvperancangan aplikasi. Selanjutnya tahap
Assembly, yaitu tahap pembuatan aplikasi, setelah aplikasi selesai tahap berikutnya adalah Testing
yaitu tahap pengujian aplikasi, dan tahap terakhir yaitu Distribution,
merupakan tahap pendistribusian aplikasi. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini
sesuai dengan metodologi pengembangan multimedia Luther-Sutopo yang dikutip oleh Binanto
(2010).
A. Concept
Tahapan ini berisikan identifikasi pengguna yang layak menggunakan aplikasi, analisis
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi dan perangkat yang diperlukan
untuk membuat aplikasi media pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII.
1. Indentifikasi Pengguna, Ada beberapa orang yang teridentifikasi sabagai pengguna aplikasi
media pembelajaran interaktif0ini diantaranya guru kelas VII SMPLB di SLB Al Mashduqi
dan siswa kelas VII dengan hambatan autis.
2. Analisis Kebutuhan, dilakukan wawancara kepada guru kelas VII SMPLB yaitu ibu Riska
Wulandari Pertiwi, S.Pd di SLB Al Mashduqi. Adapun kebutuhan yang dianalisis yaitu
beberapa kebutuhan fungsional dari aplikasi yang akan dibuat diantaranya penentuan materi
yang sesuai dengan tema yang akan diajarkan dan disesuaikan dengan indikator
pembelajaran serta media apa yang membuat anak autis lebih tertarik. Dari analisis tersebut
ditentukan materi yang akan dibuat media pembelajaran interaktif ini yaitu materi pada tema 1
mengenal cuaca dan musim dengan dilengkapi evaluasi sebagai indikator pencapaian hasil
belajar. Untuk medianya digunakan media gambar, teks, suara dan animasi.
B. Design
Tahapan yang dilakukan pada design yaitu membuat spesifikasi mengenai arsitektur program,
gaya, tampilan dan kebutuhan material/bahan untuk program menggunakan storyboard dan bagan
alir (flowchart) untuk menggambarkan aliran dari suatu Scene ke Scene lainnya.
1. Storyboard, Berikut adalah gambaran secara umum mengenai storyboard dari aplikasi media
pembelajaran interaktif untuk anak autis.
Tabel 4.1 gambaran umum storyboard
Scene Keterangan
1 Halaman judul
2 Halaman menu utama
3 Halaman evaluasi
4 Halaman cuaca cerah
54 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
2. Struktur Navigasi, struktur navigasi yang digunakan pada pembuatan aplikasi media
pembelajaran interaktif untuk Anak Autis adalah struktur navigasi hirarki atau bercabang.
Judul
C. Testing
Testing adalah tahap pengujian program yang telah selesai dibuat, bertujuan untuk
mengujikelayakan aplikasi. Pengujian aplikasi media pembelajaran interaktif0untuk anak autis
kelas VII SMPLB dilakukan dengan dua tahap yaitu dengan pengujian Alpha dan pengujian Beta.
Pengujian Alpha dilakukan oleh pengembang aplikasi untuk memastikan semua fitur dan fungsi
berjalan denganvbaik, setelah semua sesuai dengan yang diharapkan, dilanjutkan pada pengujian
Beta yang dilakukan oleh target pengguna aplikasi untuk mengetahui kepuasan pengguna.
1. Pengujian Alpha, Pengujian Alpha meliputi dari menampilkan tiap halaman, fungsi tombol,
dan suara yang dihasilkan. Hasil dari pengujian Alpha selanjutnya akan disajikan
dalam bentuk tabel 4.2.
Tabel 4.2 Pengujian Black Box
Jenis
No Kelas Uji Butir Uji Hasil Uji
Pengujian
1. Halaman a. Menampilkan judul media
judul pembelajaran
b. Memutar suara backsound Black Box Berhasil
c. Fungsi tombol dan suara
tombol
2. Halaman a. Menampilkan judul
menu utama halaman dan simbol-simbol
cuaca
Black Box Berhasil
b. Memutar suara backsound
dan narasi
c. Fungsi dan suara tombol
http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 55
Aini dan Tresnawati Jurnal Algoritma
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
2. Pengujian Beta, Pengujian Beta merupakan pengujian yang dilakukan secara objektif, yaitu
diuji secara langsung oleh guru dan murid yang berada di lingkungan sekolah luar biasa Al
Mashduqi, yaitu dengan membuat kuisioner yang terdiri dari 5 pertanyaan dengan jawaban
menggunakan skala 2, ya dan tidak yang dapat dilihat pada lampiran 5. Kemudian diberikan
kepada sebagian pengguna dengan mengambil sample sabanyak 10 orang.
Tabel 4.3 Hasil Kuisioner Kepuasan Pengguna Aplikasi
Jawaban Total Resp Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak onden Ya Tidak
1. Apakah media
9 1 10 90 10
pembelajaran ini menarik?
2. Apakah media
pembelajaran ini mudah 8 2 10 80 20
dimengerti?
3. Apakahvmembantuvdalam
10 0 10 100 0
menyampaikan materi?
4. Apakah media
pembelajaran ini mudah 9 1 10 90 10
digunakan?
5. Apakah media
pembelajaran ini sesuai
10 0 10 100 0
dengan yang diharapkan
pengajar?
Adapun ketentuan skala untuk setiap pertanyaan pada tabel 4.10 dapat diambil kesimpulan
rata-rata kategori jawaban yang menjawab ya adalah 92% dan tidak 8%, berdasarkan
pengujian Beta yang dilakukan di SLB Al Mashduqi yang meliputi guru kelas dan murid
autis kelas VII SMPLB.
D. Distribution
Aplikasi yang telah melewati tahap pengujian dan siap untuk digunakan selanjutnya pada
tahap ini dilakukan pendistribusian dengan melakukan penyimpanan program dalam format file
berbentuk .exe dan disimpan pada media penyimpanan CD (Commpack Disk) untuk selanjutnya
diserahkan kepada guru kelas VII SMPLB di SLB Al Mashduqi.
56 http://jurnal.sttgarut.ac.id/
Jurnal Algoritma Aini dan Tresnawati
Vol. 16; No. 01; 2019; Hal 51-57
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pada proses perancangan dan pengujian dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran interaktif untuk anak autis kelas VII SMPLB ini telah selasai dibuat dan dapat
membantu guru kelas dalam menyampaikan materi pembelajaran agar dapat
lebih mudah dipahami oleh anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Huzaemah, Kenali Autisme Sejak Dini, Jakarta: Populer Obor, 2010.
[2] E. Ramdani dan D. Tresnawati, “Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif Sebagai
Pendukung Pembelajaran Di Sekolah Luar Biasa,” Jurnal Algoritma Teknik Informatika
STTG, 2016.
[3] A. Wulandari, Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara
Anak Autis Kelas III SD Di SLB Rela Bhakti I Gamping, Yogyakarta: Skripsi S1 pada FIP
UNY, 2016.
[4] A. S. Sadiman, Media Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
[5] S. B. Djamaroh dan Z. Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
[6] B. Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
[7] A. C. Luther, Authoring Interactive Multimedia, Elsevier Science & Technology Books, 1994.
[8] A. H. Sutopo, Multimedia Interaktif dengan Flash, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.
http://jurnal.sttgarut.ac.id/ 57
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
Abstrak
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada
umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Dalam memantau
perkembangan anak, seorang guru harus mempunyai catatan-catatan yang menjadi referensi baginya untuk
memberi laporan tentang perkembangan anak didiknya, baik dari segi nilai akademik maupun
kompetensinya. Untuk mengakomodir hal tersebut, dibutuhkan suatu aplikasi yang sistematis sehingga
perkembangan anak dapat terpantau setiap hari baik oleh guru maupun orang tuanya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengembangan sistem yang digunakan adalah
metode prototype.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Metode kualitatif terdiri dari
wawancara, pengamatan, studi pustaka. Dengan adanya aplikasi ini diharapkan memberikan informasi
tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus agar memberi manfaat bagi guru, orang tua dan
sekolah. Aplikasi ini memberikan informasi mengenai perkembangan anak berkebutuhan khusus yang
bersekolah di SLB Abdi Pratama tanpa harus menunggu sampai akhir semester.
Children with special needs (ABK) is a child with special characteristics that differ from the majority of
children without always showing the inability of mental, emotional or physical. In monitoring the
development of children, a teacher must have records that serve as a reference for him to give a report on
the progress of their students, both in terms of academic value and competence. To accommodate this,
we need a systematic application so that the child's development can be monitored on a daily basis
both by teachers and parents.This study used a qualitative approach to system development method
used is the method of data collection used prototype.Teknik is a qualitative method consists of
interviews, observation, literature study.With this application is expected to provide information about
the development of children with special needs in order to provide benefits to teachers, parents and
schools.This application provides information on the development of children with special needs who
attend special schools Primary Abdi without having to wait until the end of the semester.
Keywords : Designing, children with special needs (ABK), SLB Abdi Pratama,
PHP, MySQL, prototype, qualitative.
304
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
PENDAHULUAN
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah khusus yang berbeda dengan anak pada
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda umumnya tanpa selalu menunjukkan pada
dengan anak pada umumnya tanpa selalu ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
menunjukkan pada ketidakmampuan mental,
emosi atau fisik. Hal yang termasuk dalam ABK Analisa dan Perancangan Sistem
antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, Menurut Al Fatta (2007,p24), Analisis
tuna daksa, tunalaras, kesulitan belajar, sistem didefinisikan bagaimana memahami dan
gangguan perilaku, anak berbakat dan anak menspesifikasi dengan detail apa yang harus
dengan gangguan kesehatan. dilakukan oleh sistem. Sementara sistem desain
Dalam memantau perkembangan anak, diartikan sebagai menjelaskan dengan detail
seorang guru harus mempunyai catatan-catatan bagaimana bagian-bagian dari sistem informasi
yang menjadi referensi baginya untuk memberi diimplementasikan.
laporan tentang perkembangan anak didiknya, Sedangkan perancangan sistem adalah rencana
baik dari segi nilai akademik maupun mengimplementasikan hasil dari analisis sistem
kompetensinya yang dilaksanakan meliputi seluruh karakteristik
Di tempat dilakukannya penelitian ini yaitu sistem desain seperti spesifikasi file, prosedur-
SLB Abdi Pratama, untuk memantau prosedur operasi sesuai dengan kebutuhan
perkembangan anak setiap harinya masih pemakai. (Kristanto, 2003,p37).
mengunakan cara manual dan tidak sistematis. Alat Bantu Perancangan
Laporan mengenai perkembangan anak hanya • Unified Modelling language (UML)
dapat dilihat pada saat akhir semester yaitu saat Menurut Munawar (2005,p17) Unified Modelling
pembagian rapor saja. Language (UML) adalah alat bantu yang
Berdasarkan latar belakang yang sudah menyediakan bahasa pemodelan visual yang
dijabarkan, rumusan masalah dari permasalahan memungkinkan bagi pengembang sistem untuk
tersebut adalah bagaimana membuat aplikasi membuat cetak biru atas visi dalam bentuk yang
yang dapat mendukung para guru dalam baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan
memantau dan memberikan laporan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing)
perkembangan anak kepada sekolah dan orang dan mengkomunikasikan rancangan mereka
tuanya, sehingga orang tua dapat mengetahui dengan yang lain.
perkembangan anaknya setiap saat tanpa harus • PHP
menunggu sampai akhir semester. PHP adalah suatu bahasa dengan hak cipta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk terbuka atau yang juga dikenal dengan istilah
merancang dan mengimplementasikan program Open Source yaitu pengguna dapat
aplikasi yang dapat memberikan informasi mengembangkan kode-kode fungsi PHP sesuai
tentang perkembangan anak berkebutuhan dengan Kebutuhannya.
khusus agar memberi manfaat bagi guru, orang • HTML
tua dan sekolah. Hyper Text Markup Language (HTML) adalah
bahasa yang digunakan pada dokumen web
Landasan Teori sebagai bahasa untuk pertukaran dokumen web.
Perkembangan
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, • XAMPP
arti dari perkembangan adalah perihal XAMPP adalah perangkat lunak gratis, yang
berkembang. Yang dimaksud disini adalah mendukung banyak sistem operasi, merupakan
keadaan dimana seseorang menjadi kompilasi dari beberapa program untuk
menjalankan fungsinya sebagai server yang
berdiri sendiri, terdiri atas program Apache, HTTP
bertambah dari segi kepribadian, keterampilan, server, MySQL, dan penterjemah bahasa yang
pikiran dan pengetahuannya. ditulis dengan bahasa pemrograman PHP dan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) Perl.
Menurut Heward, Anak berkebutuhan
khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik
305
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
306
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
a. Activity Diagram
307
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
c. Class Diagram
d. Sequence Diagram
sequence diagram digunakan untuk memulai
aplikasi menggambarkan perilaku aplikasi dalam
proses memulai/login aplikasi. Berikut sequence
diagram Admin, Guru, dan Orang Tua.
308
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
309
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
Gambar 12. entity relationship diagram (ERD) Gambar 15 adalah tampilan menu Orang Tua
pada sistem informasi nilai SLB.
310
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
311
Jurnal Teknologi Informasi Vol. 5, No. 2, Desember 2017 ISSN : 1693-3672
Tabel 1. Tabel pengujian black box • Perlu diadakanya backup data secara berkala
untuk mengantisipasi kehilangan data pada
database.
DAFTAR PUSTAKA
Al Fatta, H. 2007. Analisis & Perancangan Sistem
Informasi untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan & Organisasi Modern.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Arum. 2005. Perspektif pendidikan luar biasa dan
implikasinya bagi penyiapan tenaga
pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Ahmad Bachtiar. 2011. Skripsi Rancang bangun
nilai siswa akademik sekolah berbasis Web.
Jakarta
Arif, RM.2011. Skripsi Aplikasi Manajemen
Database Sekolah. Jakarta
Fatansyah. 2012. Basis Data. Bandung :
informatika.
Simpulan
Indrajani.2015. Perencanaan Basis Data dalam All
Dari pembahasan tersebut, maka dapat
in 1. Jakarta : elex Media Komputindo.
disimpulkan bahwa laporan perkembangan anak
berkebutuhan khusus di SLB Abdi Pratama masih Munawar.2005. Pemodelan visual menggunakan
menggunakan cara manual dan tidak sistematis. UML. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Selain itu, hasil laporan tersebut baru dapat Prasetio Adhi.2015. Buku pintar Webmaster
dilihat oleh wali murid atau orang tua hanya pada untuk pemula. Jakarta : Media Kita.
akhir semester. Oleh karena itu peneliti
membangun aplikasi untuk memantau anak Setiyadi didik.2010. Materi Kuliah Sistem Basis
berkebutuhan khusus tersebut dengan maksud: Data. Jakarta : STMIK Eresha.
• Bagi guru sistem ini memudahkan mereka
dalam memberikan laporan terkait
perkembangan anak baik kepada sekolah
maupun orang tua.
• Bagi orang tua sistem ini memudahkan
mereka mengetahui perkembangan anak
mereka tanpa menunggu sampai akhir
semester.
Saran
Saran yang diharapkan bisa memperbaiki
kekurangan pada aplikasi untuk memantau anak
berkebutuhan khusus adalah
• Aplikasi ini masih bisa dikembangkan dengan
menambahkan fitur-fitur yang belum ada
pada Perancang dan implementasi aplikasi
untuk memantau anak berkebutuhan khusus
tersebut.
312
Tersedia secara online PROSIDING:
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/semnaskkbarsi SEMINAR NASIONAL
e-ISSN: 2715-7091 KOMUNITAS DAN KOTA BERKELANJUTAN
Tema : Kesehatan Kota
Alamat Korespondensi:
Deni Ismanto
Jurusan/Prodi Arsitektur
Universitas Indraprasta PGRI
E-mail: deni.ismanto76@gmail.com
PENDAHULUAN
Sekolah luar biasa di Jakarta Timur belum memiliki fasilitas yang mudah dijangkau sehingga
memungkinkan menjadi pusat pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di Jakarta timur. Berdasarkan
survey yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan DKI pada tahun 2016, terdapat sebanyak 1125 anak penderita
disabilitas yang tersebar di 23 SLB yang berada di Jakarta Timur. namun baru 6 SLB yang terdaftar di di
DKI. Penyediaan pelayanan anak-anak berkebutuhan khusus di Jakarta Timur merupakan pelayanan
gabungan yang melayani bermacam disabilitas. Inilah yang menyebabkan pendidikan dan pelayanan anak-
anak disabilitas di Jakarta Timur kurang maksimal. Bahkan tak sedikit anak-anak berkebutuhan khusus yang
terpaksa masuk di sekolah umum.
Anak-anak penyandang disabilitas memiliki kebutuhan yang jauh berbeda dari anak normal.
Perhatian khusus diperlukan dalam perancangan ruang personal dan sosial, faktor distraksi dari luar maupun
dalam, ketahanan dari material, ketenangan akustik, pola warna serta permainan tekstur dan macam-macam
hal yang harus diperhatikan lainnya
202
203 Seminar Nasional Komunitas dan Kota Berkelanjutan
METODE
Studi Literatur
Studi literatur adalah bentuk pengumpulan data yang berasal dari referensi buku,
majalah, internet dan media lain yaitu buku mengenai anak-anak berkebutuhan khusus dan
mengenai psikologi anak serta permasalahan yang ada pada umumnya terjadi pada ruang lingkup
fasilitas sehingga dapat membantu dalam proses perancangan sekolah luar biasa untuk anak
tunanetra dan tunarungu
Metode observasi
Metode ini berupa studi atau survey lapangan yang merupakan pengamatan atau peninjauan
langsung secara lebih detail dan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi yang lengkap.
Survey dilakukan pada 3 lokasi yaitu SLB-B Pangudi Luhur, SLB Negeri 07 Jakarta dan Frobel
Montessori.
Metode Wawancara
Proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih mendalam
dengan bertanya secara langsung dan meminta penjelasan secara rinci pada kepala sekolah serta
pengelolah sekolah, adapun wawancara dengan murid dan orang tua dilokasi.
HASIL
Tinjauan Tapak
Kecamatan Halim terletak di Jakarta Timur dan merupakan pusat komplek Angkatan udara dari kota
administrasi.Jakarta Timur
Konfigurasi Tapak
Tapak yang akan di gunakan sebagai rumah belajar/ruangan belajar ini harus diketahui kelayakannya
untuk itu di perlukan sebuah proses untuk mengetahuinya apakah layak atau tidaknya site tersebut untuk
difungsikan sebagai banguanan yang di fungsikan sebagai bangunan hunian. Ini perlu sebuah analisa pada
tapaknya atau site yang akan di gunakan dan berikut adalah proses analisa tapak untuk mengetahui
kelayaakan pada site untuk bangunan bertingkat.
Ruang Kelas
Secara garis besar bentuk bangunan tidak mengalami banyak perubahan kecuali pada bagian atap.
Adapun beberapa perubahan-perubahan yang dilakukan, yaitu:
1. Perubahan fasad bangunan yang dibuat lebih modern agar tidak terlalu terlihat kaku namun tetap
terihat tidak monoton.
2. Pada ide awal biasa menggunakan atap pelana biasa sebagai representasi bentuk sederhana yang dekat
dengan anak autis kemudian mengalami beberapa perubahan hingga didapatkan bentuk terakhir untuk
mendapatkan kesan estetika dan bentuk yang menarik tapi tidak membuat anak tidak merasa terganggu.
3. Perubahan pada ide skylight, dimana jika pada ide awal skylight berada di sepanjang bangunan namun
pada hasil akhir hanya di gunakan pada bagian pusat atap karena telah menggunakan fasad dengan
material dapat menembus cahaya.
205 Seminar Nasional Komunitas dan Kota Berkelanjutan
Tranfortasi Bentuk
Bangunan menggunakan warna netral dan primer serta material bertekstur kasar. Untuk aksen tambahan,
akan menggunakan fasade warna-warni yang kontras serta mural dinding sehingga para pengunjung,
terlebih khususnya para murid cepat merasa familiar dengan keramahan dan desain gedung sekolah yang
menyenangkan tapi tidak terusik dengan selubung yang terlalu rumit atau membingungkan bagi mereka..
Desain
Berikut beberapa poin utama dalam pendekatan arsitektur psikologi yang diterapkan pada hasil
perancangan:
1. Pengunaan material utama yang berasal dari alam seperti baru alam tanpa adanya modifikasi khusus.
Gambar 8. interior
Ismanto 206
Gambar 13. 3 D
Simpulan
Sekolah Luar Biasa untuk disabilitas mental akan menjadi fasilitas pendidikan terpadu bagi murid
SLB pertama di Jakarta TImur timur, jika didirikan di Jaktim . Penggunaan tema arsitektur melalui
pendekatan pshikologi juga menjadikannya sekolah pertama yang mengimplementasikan gagasan
pshikologi secara lengkap di Indonesia. Konsep rancangan sekolah didasarkan pada triad estetika
pengalaman arsitektural dari pendekatan psikologi, yakni; sistemaning system, dan emotion-
valuation system.
Selain fasilitas pengajaran, adanya fasilitas untuk bina komunikasi, persepsi, motorik, pembelajaran
musik serta ketrampilan, perpustakaan, ruang komputer dan bina rohani memastikan adanya
tambahan pendidikan lain untuk menunjang kegiatan pendidikan dalam sekolah. Untuk mendukung
kegiatan dalam sekolah, tersedia kantin dan ruang aula serbaguna, unit kesehatan dan parents lounge
yang memungkinkan adanya keterlibatan orangtua dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Adanya taman bermain serta taman sensorik memberikan suatu akses ruang luar yang terkontrol bagi
murid, yang bersifat rekreasional namun juga edukasional dalam perancangannya.
SARAN
Semakin naiknya kualitas pendidikan yang diberikan pada anak-anak umumnya tidak berbarengan
dengan kualitas pendidikan bagi mereka yang memiliki disabilitas mental. Sekolah-sekolah yang
Ismanto 208
menerima keberadaan anak-anak disabilitas juga seringkali memiliki desain yang tidak mendukung
dan malah, cenderung menekan para murid tersebut.
Dengan mengadakannya Sekolah Luar Biasa dengan penerapan tema arsitektur neurosains,
pemerintah bisa menyediakan fasilitas pendidikan dengan rancangan yang tidak hanya memberikan
pendidikan yang memenuhi kebutuhan mereka, namun juga bias menjadi sekolah percontohan untuk
pendidikan disabilitas dengan terapan tema yang termasuk masih baru dan belum dijelajahi dalam
arsitektur Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
1
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : faradilla2699@gmail.com
2
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : tri.endangsih@budiluhur.ac.id
3
Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260
E-mail : sri.kurniasih@budiluhur.ac.id
Abstrak
Sekolah Luar Biasa C dan E merupakan sebuah sarana pendidikan sekolah formal yang dikhususkan
bagi anak tunagrahita dan tunalaras yang membutuhkan perhatian khusus dalam bidang pendidikan maupun
pengendalian karakter dengan kurikulum yang telah disesuaikan. Dengan penerapan arsitektur perilaku,
diharapkan dapat menciptakan sarana pendidikan yang dapat menyesuaikan dengan perilaku anak berkebutuhan
khusus.
Jalan Ki Hajar Dewantara, Kota Surakarta, Jawa Tengah dipilih untuk dijadikan lokasi lahan yang
digunakan dalam desain. Mengingat daerah tersebut merupakan daerah Pendidikan, tentunya menjadikan
lingkungan sekitar sangatlah kondusif untuk dilaksanakan proses belajar mengajar
Kata Kunci: Perilaku, Sekolah Luar Biasa, Surakarta.
Abstract
The special education school C and E is a formal school education facility specifically for mentally
disabled and unsociable children who require special attention in education and character control with an
adapted curriculum. With the application of behavioral architecture, it is expected to create educational
facilities that could adapt to behavior of the children with special needs.
Ki Hajar Dewantara street, Surakarta City, Central Java was chosen to be the location of the site used
in design. Considering that the area is an educational area, it makes the surrounding environment very
conducive for the school activity.
Key words: Behavioral, Special Education School, Surakarta.
Keterangan Luas Ruang (m²) Gambar 1. Lokasi Sekolah Luar Biasa C dan E
Gedung Tunalaras 1.880,170 m²
Gedung Pengelola 922,55 m² Ketentuan Tapak :
Gedung Tunagrahita 2.112,768 m² • Luas Lahan : ± 40.000 m² (4 Ha).
Gedung Pengembangan • KDB : 40%
Diri
1.336,762 m² • KLB :5-8
• KDH : 20%
Masjid 442 m²
• Peruntukan : Pendidikan
Area Servis 1.144 m²
Asrama 3.561,624 m²
Kondisi dan batas sekitar tapak :
Pos Satpam 23,4 m²
• Utara : Jl. Ki Hajar Dewantara, RSJD
Total Luas Fasilitas
11.423,274 m² dr.
Utama
Arif Zainudin
• Barat : Jl. Kyai H. Masykur
Tabel 2. Total Kebutuhan Ruang Luar • Timur : Lahan Kosong, Sungai
Keterangan Luas Ruang (m²) Bengawan Solo
Area Parkir 1.417 m² • Selatan : Instalasi Pengolahan Air PDAM
Lapangan Upacara 1.300 m²
Area Olahraga 2.014,662 m² 4.1.3 Analisis Bangunan
Penerapan konsep Arsitektur Perilaku
Area Belajar Outdoor 520 m²
pada Sekolah Luar Biasa (SLB) C dan E
Area Binatang 1.950 m²
yaitu:
Total Luas Ruang Luar 7.201,662 m²
1. Penggunaan pola terpusat pada
peletakkan massa bangunan.
2. Memusatkan orientasi bangunan
kea rah ruang belajar outdoor.
3. Penggunaan pola linier pada
sirkulasi ruang.
4. Penggunaan material yang
menyesuaikan dengan pola perilaku
pengguna.
- Gedung Tunalaras
- Gedung Tunagrahita
- Asrama
G
ambar 9. Potongan Museum
G
ambar 14. Masjid
- Interior
- Ekterior
G
ambar 18. Ruang Bercocok Tanam
DAFTAR PUSTAKA
Email: 1rafiandriansah.ra@gmail.com
Abstract. Education is not only aimed at normal children in general, but children with special
needs are also entitled to a proper education. Children with special needs usually go to school in
Extraordinary Schools (SLB), but nowadays many regular schools that accept children with
special needs to learn with normal children in general so that later can support inclusive
educational facilities in their learning, between children with special needs and normal children
in general are merged into one. so that children with special needs can adjust to the environment
in East Java, especially in the city of Surabaya. But sometimes only one type of child with certain
special needs is accepted in the school, thus encouraging researchers to combine all types of
children with special needs in one area, while the types of children with special needs are Deaf,
Visually Impaired, Visually Impaired. The research method used is qualitative descriptive
research and data obtained from field case studies and literature. Design with macro educational
concepts so that all designs can be a learning for residents. Micro land order concept is Flexible
so that residents can be free to do activities and also easier to move or move around considering
this building is a building for children with special needs. Micro concept of shapes is Geometric
because geometric shapes are very easy to be known for kindergarten and elementary school
children, and also have a variety of shapes such as triangles, circles, squares, etc. So that students
can easily recognize the concrete shape of the surrounding buildings. Micro interior concept is
Play Based Learning because most students will spend the most time in the room to do their
activities. so that with the concept of Play Based Learning
Keywords. Children with Special Needs, Education, Inclusive Education
Abstrak. Pendidikan yang layak tidak hanya ditujukan kepada anak normal pada umumnya,
namun anak berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh nya. Sekolah Luar Biasa adalah
sekolah khusus untuk anak berkebutuhan khusus. Namun sekarang ini sekolah regular pun juga
menerima anak berkebutuhan khusus. Karena itu sekolah regular dituntut untuk menjadi sarana
pendidikan inklusif, agar anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya beraktivitas dalam
satu atap. Dalam menerapkan system sekolah inklusif, sekolah regular di Jawa Timur khususnya
kota Surabaya kurang memperhatikan kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Bahkan hanya salah
satu tipe anak berkebutuhan khusus tertentu yang diterima di sekolah tersebut. Hal itu mendorong
peneliti untuk memfasilitasi pendidikan dari beberapa tipe anak berkebutuhan khusus dalam satu
kawasan, antara lain Tunarungu, Tunanetra, dan Tunagrahita dari jenjang TK dan juga Sekolah
Dasar. Metode yang digunakan adalah metode rancangan dengan makro konsep Edukatif agar
semua desain bisa menjadi pembelajaran bagi penghuni. Mikro konsep tatanan lahan adalah
Fleksibel agar penghuni bisa bebas beraktifitas dan juga lebih mudah bergerak atau berpindah
tempat mengingat bangunan ini adalah bangunan untuk anak anak berkebutuhan khusus. Mikro
konsep bentuk adalah Geometris karena bentuk geometri sangat mudah dikenal untuk anak TK
maupun SD, Mikro konsep interior adalah Play Based Learning.
Kata Kunci. Anak Berkebutuhan Khusus, Edukatif, Pendidikan Inklusif
1. Pendahuluan
Salah satu usaha pemerintah dalam upaya mencapai tujuan nasional yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa adalah memajukan sistem pembelajaran atau pendidikan yang ada di Indonesia, oleh
karenanya pemerintah menjamin hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan. Hal tersebut tertera
32. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)
pada Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (1) yang
menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu”. Pendidikan tidak hanya untuk golongan tertentu saja, melainkan untuk semua warga
negara termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus.
Pendidikan tidak hanya ditujukan kepada anak normal pada umumnya, namun anak
berkebutuhan khusus juga berhak memperoleh pendidikan yang layak. Anak berkebutuhan khusus
biasanya sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB), namun sekarang ini banyak sekolah reguler yang
menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar dengan anak normal pada umumnya sehingga
nantinya dapat menunjang sarana pendidikan inklusif dalam pembelajarannya, antara anak berkebutuhan
khusus dengan anak normal pada umumnya digabung menjadi satu. supaya anak berkebutuhan khusus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada di Jawa Timur, khususnya di kota Surabaya.
Dari berbagai permasalahan itulah yang memotivasi peneliti untuk mendirikan fasilitas
pendidikan anak berkebutuhan khusus di kota Surabaya, Jawa Timur. Di dalam kawasan tersebut
nantinya anak-anak berkebutuhan khusus ( Tunanetra, Tunarungu dan Tunagrahita ) dari golongan TK
maupun Sekolah Dasar tidak hanya mendapatkan pendidikan namun akan mendapat dampingan khusus
agar anak tersebut bisa menyesuaikan diri dengan kondisi sekitar.
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G. David (1987) dalam (Nurkamalina, Hardiana,
and Pramesti 2018) menyebutkan desain arsitektur perilaku memiliki prinsip-prinsip yang perlu
diperhatikan, yakni kemampuan berkomunikasi sesuai kondisi dan perilaku pengguna, manusia dan
lingkungan, mewadahi aktivitas penghuni dengan nyaman dan menyenangkan, serta dapat memenuhi
nilai estetika, komposisi, dan estetika bentuk.
Arsitektur perilaku (Bahaviour Architecture) adalah arsitektur yang penerapannya selalu
menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan. arsitektur muncul sekitar tahun
1950 di Amerika (Halim 2005, 2) Pemikiran ini pada awalnya dirancang untuk riset mempelajari setting
spasial/arsitektural rumah sakit jiwa yang dapat mempengaruhi perilaku pasien. Dalam
perkembangannya, ternyata banyak objek arsitektur yang dapat didekati dengan pendekatan perilaku
didalam perancangannya, misalnya rehabilitasi narkoba, penjara, rumah sakit anak, SLB atau pusat
autisme. Bahkan dewasa ini sudah mulai dipikirkan untuk perancangan mall, restoran, sekolah, stasiun
kereta api dan lain-lain (Halim 2005, 16)
Menurut Jessica (2011) dalam (Sapti 2019) Arsitektur Perilaku dapat diartikan sebagai suatu
lingkungan binaan yang diciptakan oleh manusia sebagai tempat untuk melakukan aktivitasnya dengan
mempertimbangkan segala aspek dari tanggapan atau reaksi dari manusia itu sendiri menurut pola pikir,
karakteristik, ataupun persepsi manusia selaku pemakai. Sedangkan menurut Clovis Heimsath dalam
bukunya "Behavior Architecture, towards an accountable design proces", menafsirkan bahwa perilaku
dalam perancangan arsitektural berkaitan antara penghuni dengan bangunan dan hubungan diantara
keduanya dalam konteks perilaku serta teknik perancangan arsitektur berbasis perilaku.
Dalam proses mengembangkan kreativitas di sekolah kreatif, kondisi dan perilaku anak perlu
diperhatikan. Anak memiliki karakter yang berbeda dengan karakter manusia dewasa sehingga upaya
pengembangan kreativitas dapat berlangsung secara efektif dengan memperhatikan kondisi dan perilaku
anak. Bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan merupakan
bentuk yang dapat dipahami melalui indra atau imajinasi oleh anak. Bentuk yang dapat dipahami melalui
peginderaan atau imajinasi anak dapat berperan sebagai stimulus kreativitas anak. Perwujudan dari
bentuk rancangan yang mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan adalah pencerminan
fungsi bangunan sebagai sekolah kreatif, menunjukkan ketepatan skala dan proporsi serta dapat
dinikmati, serta menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan. Rancangan yang nyaman serta
menyenangkan sebagai wadah aktivitas penghuni, baik secara fisik maupun psikis, dapat dicapai melalui
pengolahan bentuk ruang sekitar dan pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan jiwa manusia.
Penciptaan ruang yang nyaman dan menyenangkan tersebut dibutuhkan anak sehingga anak dapat
mengekspresikan gagasan, bereksplorasi, dan berkreasi secara bebas tanpa rasa tertekan sehingga
menghambat perkembangan kreativitasnya. Pemenuhan nilai estetika bentuk, komposisi, dan estetika
dapat berperan sebagai stimulus kreativitas anak yang dicapai melalui keterpaduan (unity),
Andriyansa, Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya 33
keseimbangan (balance), proporsi, skala, dan irama. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam prinsip
arsitektur perilaku adalah faktor manusia, meliputi kebutuhan dasar, usia, jenis kelamin, kelompok
pengguna, kemampuan fisik dan antropometrik, faktor psikologis yang meliputi privasi, ruang pribadi,
teritorialitas, proksemik, kepadatan (density), kesesakan (crowding), dan orientasi, serta faktor
fisiologis berupa kenyamanan dan kesehatan (Snyder 1989)
3. Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah telaah konsep yang menghasilkan analisa
site,blokplan dan lay out, lalu menyusun program ruang, kemudian akan mendapatkan beberapa
zonifikasi yang ada pada site rancangan. Setelah itu penerapan konsep dan tema yang mana
menggunakan tema arsitektur berwawasan perilaku. Hal itu ditujukan agar peneliti dapat mengetahui
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan serta fasilitas apa saja yang dapat digunakan dengan baik oleh anak
berkebutuhan khusus, khususnya anak usia dini dan juga sekolah dasar.
4. Pembahasan
Pembahasan ini menyajikan proses perencanaan konsep desain, mulai dari pengumpulan objek
studi banding, penyusunan program ruang, analisa site, program rancangan, hingga hasil berupa konsep
rancangan dari fasilitas untuk anak berkebutuhan khusus (Tunanetra, Tunarungu, dan Tunagrahita) usia
TK dan Sekolah Dasar.
5. Studi Banding
Dari metode observasi studi banding literatur dan lapangan menghasilkan data yang digunakan
untuk merancang dan membuat program ruang serta desain pada Fasilitas Pendidikan untuk Anak
Berkebutuhan Khusus seperti, Tunanetra, Tunarungu, dan Tunagrahita. Studi banding lapangan
dilakukan di Ponpes Mambaus Sholihin, Suci, Manyar, Gresik, sedangkan Studi literatur menggunakan
Sangam Elementary School, bhilwira, India, Sekolah Bogor raya. Bogor, Jawa Barat, dan SLBN A
Citeureup, Cimahi, Jawa Barat
Gambar 1. Ponpes Mambaus Sholihin (Kiri) dan Sangam Elementary School (Kanan)
6. Program Ruang
Setelah mengkaji pada studi literatur sebelumnya menghasilkan susunan dan besaran ruang
sebagai berikut :
34. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)
Gambar 2. Total Besaran Ruang Keseluruhan (Kiri) dan Struktur Organisasi Ruang (Kanan)
7. Analisa Site
Tapak terpilih pada JL. Jajartunggal III, kec Dukuh Pakis, Surabaya. Berdasarkan ketentuan
tentang RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) di Kecamatan Dukuh Pakis sebagai berkut :
Lokasi lahan yang strategis dikarenakan lahan atau site rancangan berada di wilayah pusat kota,
sehingga mendukung segala aspek perencanaan yang meliputi judul proyek yang akan dikembangkan.
Dari analisa klimatologi pada site, sinar matahari terletak pada sisi depan dan belakang tepatnya
bagian Timur dan Barat. Orientasi bangunan nantinya akan mendapat cahaya yang maksimal pada saat
siang hari sampai sore hari karena orientasi bangunan menghadap kearah barat.
Andriyansa, Penerapan Tema Arsitektur Perilaku pada Desain Fasilitas Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya 35
Dari Analisa klimatologi angin dan curah hujan pada site arah angin berada pada bagian barat
ke timur. Kondisi barat site terdapat perumahan dan juga permukiman tetapi tidak akan berpengaruh
dengan arah angin yang akan masuk pada area site. Sedangkan untuk curah hujan dibagian site dominan
sama. Kondisi aliran udara pada site haruslah dimanfaatkan dengan baik seperti membuat tatanan massa
bangunan yang tidak menghalangi aliran udara tersebut, untuk curah hujan yang tinggi pada arah site
lebih menempatkan fasilitas pendukung sehingga tidak terlalu beresiko terhadap bangunan.
Dari hasil analisa yang telah dilakukan terdapat tingkat kebisingan yang ada pada site terbagi
atas dua area, untuk mengatasi kedua area tersebut maka penataan massa bangunan haruslah disesuaikan
dengan cara memberi jarak yang cukup agar bangunan jauh dari kebisingan kegiatan lalu lintas maupun
masyarakat sekitar. Sedangkan untuk potensi pada site yang terdapat di bagian barat atau bagian depan
akan dimanfaatkan sebagai alur sirkulasi kendaraan pengunjung masuk ke dalam site.
Berdasarkan hasil analisis pada zonifikasi maka zonifikasi pada site dibagi menjadi 3 bagian
yaitu zonifikasi publik, semi publik/transisi, dan privat. Hasil dari analisa pada site ini berdasarkan
fungsi dari setiap fasilitas yang dibutuhkan sehingga tidak akan terjadi hambatan dalam penggunaan
fasilitas tersebut.
Berdasarkan hasil analisis sirkulasi ME dan SE dapat disimpulkan bahwa sirkulasi yang ada
pada site untuk akses masuk (ME) dan akses keluar (SE) berada di bagian barat dan selatan karena
merupakan akses satu-satunya menuju site dan juga memiliki tingkat keamanan yang tinggi untuk
pengunjung.
8. Program Rancangan
Desain bentuk menggunakan konsep geometrical yang ditunjukan pada bagian bentuk
lingkaran, segitiga, persegi dan persegi panjang yang digabungkan menjadi satu kesatuan.
36. TEKSTUR: Journal of Architecture, Vol. 2, No. 1, April 2021: pg. 31-36 ISSN: 2722-2756 (Online)
Mengenal bentuk yang sering dijumpai kalangan anak TK / SD berkaitan erat dengan bentuk geometri,
oleh karena itu siswa akan lebih mudah mengenali bermacam-macam bentuk yang ada melalui benda
yang kongkrit dari bangunan yang ada di sekelilingnya.
9. Kesimpulan
Perencanaan desain untuk fasilitas pendidikan anak berkebutuhan khusus ini nantinya akan
diarahkan untuk menggunakan tema arsitektur perilaku.Adapun konsep makro yang diambil adalah
edukatif dan di detailkan ke dalam mikro konsep fleksibel pada tatanan lahan, geometris pada bentukan
desain dan play based learning pada desain ruang. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan wadah
agar anak berkebutuhan khusus di Surabaya mendapatkan fasilitas yang layak, yang sudah tercantum
dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (1)
yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu”. Pendidikan tidak hanya untuk golongan tertentu saja, melainkan untuk
semua warga negara termasuk warga negara yang berkebutuhan khusus.
Referensi
Halim, Deddy. 2005. Psikologi Arsitektur : Pengantar Kajian Lintas Disiplin. Ed. 1. Jakarta: PT
Grasindo.
Nurkamalina, Ovy Permata, Ana Hardiana, and Leny Pramesti. 2018. “PENERAPAN ARSITEKTUR
PERILAKU PADA PERANCANGAN SEKOLAH KREATIF DI SURAKARTA,” 10.
Sapti, Mujiyem. 2019. “Kemampuan Koneksi Matematis (Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran
Savi).”
Snyder, James C. 1989. Pengantar Arsitektur. Erlangga.
REDESAIN SLB N PADANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR NEO
VERNAKULAR
ABSTRAK
Kota Padang memiliki Sekolah Luar Biasa (SLB) 2 Negri Padang berdekatan dengan kantor Brimob yaitu ± 1,2
km, namun SLB 2 Padang memiliki jarak ± 1 kilometer dari bibir pantai yang merupakan daerah zona merah
yang berpotensi terkena bencana alam sunami. Dimana jika terjadi bencana tsunami SLN 2 Padang tidak
memiliki tempat perlindungan sementara dari tsunami. Ditambah bebrapa kondisi ruang kelas/pengembanagan
dan fasilitas lainnya mengalami kerusakan ringan dan berat akibat termakan usia. Redesain SLB N 2 padang ini
menggunakan pendekatan Arsitektur “Neo Vernakular” yang dimana dapat mengajarkan budaya lokal pada
siswa/i.
Kata kunci : SLB, Redesain, Neo Vernakular.
METODE
Gambar 1. Lokasi Tapak
Metode Kualitatif dipilih sebagai cara menganalisa Sumber: Google maps, 2021
data. Denagn melakukan analisis melalui kajian
Lokasi : Padang Sarai. Kec, Koto Tangah, bersifat multi-fungsi, tidak hanya SLB yang
Kota Padang. dapat menggunakan fasilitas melainkan dapat
Luas Site : 14.253 m2 difungsikan oleh masyarakat lain dengan
Lebar Jalan :6m ketentuan dan syarat yang berlaku, menurut
RTRW Kota Padang nomor 4 tahun 2012, BAB
Batas Tapak
IV pasal 6 g.
Utara : Rumah Warga dan Lahan Kosong
Barat : Rumah Warga
DAFTAR PUSTAKA
Timur : Jl. Teratai dan Rumah Warga
[1] Pemerintah Kota Padang, 2012, Rencana Tata
Selatan :Jalan Sekundr, Rumah Warga dan
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang.
Perkebunan
[2] Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Konsep
Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2008.
Analisis bentuk dan masa bangunan di dasarkan pada
Tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk
penerapan tema Neo Vernakular, yaitu
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
mengintrepentasikan Kembali nilai-nilai yang
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan
terkandung yang terkandung dalam arsitektur
Sekolah Menegah Atas Luar Biasa (SMALB)
vernacular Minangkabau, baik nilai dari aspek (c.1) Jakarta, Menteri Pendidikan Nasional.
bentuk dan masa bangunan, ataupun nilai-nilai dalam
proses pembangunannya ke dalam bentuk baru, tanpa Jurnal
menghilangkan esensi nilai-nilai budaya [1] Lema Kabashi dan Louise Kaczmarek (2019)
Minangkabau. Adapun nilai-nilai yang akan “Educating a Child with Down Syndrome in an
diinterprestasikan diantaranya: Inclusive Kindergarten Classroom”. United
States, Journal of Childhood & Developmental
Disorders
[2] Oki Dermawan (2013). “Strategi Pembelajaran
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Di SLB”.
Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Psikologi.
[3] Priskila Suryani Setiadi Tok (2015). “Redesain
Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Pontianak”
.Pontianak. Jurnal online mahasiswa arsitektur
universitas tanjungpura.