Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625

Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

PERSEPSI ORANGTUA TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Muhammad Romadon, Asep Supena


Universitas Negeri Jakarta
m.romadon@gmail.com
asep.supena@unj.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi, latar belakang perbedaan sikap orang tua terhadap
anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Filial Kota Bekasi. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk memperoleh gambaran tentang persepsi orang tua terhadap anak
berkebutuhan khusus yang ada di SLB Negeri Filial Kota Bekasi. Metodologi penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel adalah total
sampling dengan jumlah sampel dua puluh sembilan orang tua anak berkebutuhan
khusus. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner yang disebarkan menggunakan
skala Guttman dengan alternatif jawaban ada, tidak dan ya. Dari hasil diatas diketahui
bahwa persepsi atau sikap orang tua tentang reaksi yang terjadi dengan adanya ABK
diterima 34,4%, persepsi orang tua tentang cara menghilangkan sikap negatif terhadap
ABK 86,2%, persepsi tentang orang tua asuh berkembang menjadi positif. Sikap terhadap
ABK 58,7%, persepsi orang tua tentang kebutuhan ABK yang pada dasarnya tidak
berbeda dengan anak non ABK 48,2%, persepsi orang tua terhadap perangkat peran ABK
34,4%, persepsi orang tua tentang kebutuhan ABK. untuk pelaksanaan pembinaan
kepada orang tua ABK 44,9%. menyarankan kepada orang tua untuk memperhatikan
kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Kata kunci: anak berkebutuhan khusus, sekolah luar biasa

411 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

PENDAHULUAN untuk memperoleh pendidikan dijamin


Menurut (Muhyadi, 1989) penuh tanpa adanya diskriminasi
mengemukakan “persepsi adalah termasuk anak-anak yang mempunyai
proses seleksi stimulus dari kelainan atau yang berkebutuhan
lingkungannya atau suatu proses khusus. Anak dengan berkebutuhan
dimana seseorang mengorganisasikan khusus (special needs children) dapat
dan menginterpretasikan kesan atau diartikan secara simple sebagai anak
tanggapan inderanya agar memiliki yang lambat (slow) atau mengalami
makna dalam kontak hidupnya”. Jadi gangguan (retarded) yang tidak akan
persepsi adalah sebuah proses saat pernah berhasil di sekolah
individu mengatur dan sebagaimana anak-anak pada
menginterpretasikan kesan sensoris umumnya. Banyak istilah yang
mereka guna memberikan arti bagi dipergunakan sebagai variasi dari
lingkungan mereka. Perilaku individu kebutuhan khusus, seperti disability
seringkali didasarkan pada persepsi impairment, dan handicap. (Sulistyani,
mereka tentang kenyataan, bukan 2020)
pada kenyataan itu sendiri. Berdasarkan studi pendahuluan
Menurut Ganda Sumekar yang peneliti lakukan di SLB Negeri
(Ganda, 2009) Anak berkebutuhan Filial Kota Bekasi terdapat murid yang
khusus adalah “anak-anak yang berkebutuhan khusus yaitu anak
mengalami penyimpangan, kelainan tunarungu dan anak tunagrahita. Di
atau ketunaan dalam segi fisik, mental, SLB Negeri Filial Kota Bekasi terdapat
emosi dan sosial, atau dari gabungan anak tunagrahita yang berjumlah dua
dari hal-hal tersebut sedemikian rupa puluh tiga orang dan anak tunagrahita
sehingga mereka memerlukan yang satu orang dipindahkan
pelayanan pendidikan yang khusus kesekolah biasa atau sekolah inklusi,
yang disesuaikan dengan karena orangtua anak merasa malu
penyimpangan, kelainan, atau bahwa anaknya dimasukkan ke
ketunaan mereka. sekolah SLB dan anak tunarungu yang
Anak yang dikategorikan sebagai berjumlah enam orang. Dari berbagai
anak berkebutuhan khusus adalah macam anak berkebutuhan khusus
anak-anak yang mengalami dengan yaitu anak tunagrahita dan tunarungu
keterbelakangan mental, yang ada di SLB Negeri Filial Kota
ketidakmampuan belajar atau Bekasi didapat persepsi orangtua
gangguan atensi, gangguan emosional terhadap anak berkebutuhan khusus
atau perilaku, hambatan fisik, beragam.
komunikasi, autisme, traumatic brain Hal tersebut terlihat dari sikap
injury, hambatan pendengaran, orangtua kurang peduli atau kurang
hambatan penglihatan, dan anak-anak perhatian terhadap anaknya dirumah,
yang memiliki bakat khusus. dan juga tidak memperhatikan
Pendidikan adalah hak seluruh anaknya. Dan pada saat orangtua
warga Negara tanpa membedakan asal- mengantarkan anaknya kesekolah ada
usul, status sosial ekonomi, maupun orangtua yang menerima sentuhan
keadaan fisik seseorang, termasuk tangan antara anak dan orangtua
anak-anak yang mempunyai kelainan seperti salam kepada orangtua dan
sebagaimana di amanatkan dalam (UU juga ada yang tidak, saat peneliti
RI No. 20 tahun 2003:, n.d.) tentang meneliti dirumah anak ada juga
Sistem Pendidikan Nasional, hak anak orangtua yang mengabaikan anaknya

412 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

seperti semakin sibuknya pekerjaan dalam mengikuti proses pembelajaran


orangtua yang membiarkan anaknya karena kelainan fisik, emosional,mental,
begitu saja seperti tidak ada kasih sosial, dan/atau memiliki potensi
sayang, perhatian dari orangtua, kecerdasan dan bakat istimewa. Teknis
orangtua boleh sibuk dalam layanan pendidikan jenis Pendidikan
pekerjaannya tapi disamping Khusus untuk peserta didik yang
kesibukan orangtua harus tanggap berkelainan atau peserta didik yang
terhadap kondisi anak yang butuh memiliki kecerdasan luar biasa dapat
perhatian dan kasih sayang. diselenggarakan secara inklusif atau
Berdasarkan kejadian di atas, penulis berupa satuan pendidikan khusus pada
tertarik mengangkat masalah yang tingkat pendidikan dasar dan menengah.
berjudul “Persepsi Orangtua Terhadap Jadi Pendidikan Khusus hanya ada pada
Anak Berkebutuhan Khusus di SLB jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Negeri Filial Kota Bekasi”. Untuk jenjang pendidikan tinggi secara
khusus belum tersedia.
KAJIAN LITERATUR PP No. 17 Tahun 2010 Pasal 129
Anak berkebutuhan khusus ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik
Anak Berkebutuhan khusus adalah berkelainan terdiri atas peserta didik
anak dengan karakteristik khusus yang yang: a. tunanetra; b. tunarungu; c.
berbeda dengan anak pada umumnya tunawicara; d. tunagrahita; e. tunadaksa;
tanpa selalu menunjukan pada f. tunalaras; g. berkesulitan belajar; h.
ketidakmampuan mental, emosi atau lamban belajar; i. autis; j. memiliki
fisik. Yang termasuk kedalam ABK gangguan motorik; k. menjadi korban
antaralain: tunanetra, tunarungu, tunagr penyalahgunaan narkotika, obat
ahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitanbela terlarang, dan zat adiktif lain; dan l.
jar, gangguanprilaku, anak berbakat, memiliki kelainan lain.
anak dengan gangguan kesehatan, Menurut pasal 130 (1) PP No. 17
dan kesulitan bersosialisasi. istilah lain Tahun 2010 Pendidikan khusus bagi
bagi anak berkebutuhan khusus peserta didik berkelainan dapat
adalah anak luar biasa dan anak cacat. diselenggarakan pada semua jalur dan
Karena karakteristik dan hambatan yang jenis pendidikan pada jenjang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pendidikan dasar dan menengah. (2)
pelayanan pendidikan khusus yang Penyelenggaraan pendidikan khusus
disesuaikan dengan kemampuan dan dapat dilakukan melalui satuan
potensi mereka, contohnya bagi pendidikan khusus, satuan pendidikan
tunanetra mereka memerlukan umum, satuan pendidikan kejuruan,
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan dan/atau satuan pendidikan keagamaan.
Braille (tulisan timbul) dan tunarungu Pasal 133 ayat (4)menetapkan bahwa
berkomunikasi menggunakan bahasa Penyelenggaraan satuan pendidikan
isyarat (bahasa tubuh). khusus dapat dilaksanakan secara
Menurut pasal 15 UU No. 20 tahun terintegrasi antarjenjang pendidikan
2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis dan/atau antarjenis kelainan.
pendidikan bagi Anak berkebutuan Permendiknas No. 70 tahun 2009 Pasal 3
khusus adalah Pendidikan Khusus. Pasal ayat (1) Setiap peserta didik yang
32 (1) UU No. 20 tahun 2003 memberikan memiliki kelainan fisik, emosional,
batasan bahwa Pendidikan khusus mental, dan sosial atau memiliki potensi
merupakan pendidikan bagi peserta kecerdasan dan/atau bakat istimewa
didik yang memiliki tingkat kesulitan berhak mengikuti pendidikan secara

413 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

inklusif pada satuan pendidikan tertentu individu mengalami kehilangan atau


sesuai dengan kebutuhan dan abnormalitas psikologis, fisiologis atau
kemampuannya. (2) Peserta didik yang fungsi struktur anatomis secara umum
memiliki kelainan sebagaimana pada tingkat organ tubuh. Contoh
dimaksud dalam ayat (10 terdiri atas: a. seseorang yang mengalami amputasi
tunanetra; b. tunarungu; c. tunawicara; satu kakinya, maka dia mengalami
d. tunagrahita; e. tunadaksa; f. tunalaras; kecacatan kaki.
g. berkesulitan belajar; h. lamban belajar; Disability merupakan suatu
i. autis; j. memiliki gangguan motorik; k. keadaan di mana individu mengalami
menjadi korban penyalahgunaan kekurangmampuan yang dimungkinkan
narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif karena dengan adanya keadaan dari
lainnya; l. memiliki kelainan lainnya; m. impairment seperti kecacatan pada organ
tunaganda Integrasi antar jenjang dalam tubuh. Contoh pada orang yang cacat
bentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) satu kakinya, maka dia akan merasakan
atap. berkurangnya fungsi kaki untuk
melakukan mobilitas.
Ciri Anak Berkebutuhan Khusus Termasuk anak-anak berkebutuhan
Anak dengan kebutuhan khusus khusus yang sifatnya temporer di
adalah anak yang secara signifikan antaranya adalah anak-anak
(bermakna) mengalami penyandang post traumatic syndrome
kelainan/penyimpangan (phisik, mental- disorder (PTSD) akibat bencana alam,
intelektual, sosial- emosional) dalam perang, atau kerusuhan, anak-anak yang
proses pada pertumbuhan atau kurang gizi, lahir prematur, anak yang
perkembangannya dibandingkan dengan lahir dari keluarga miskin, anak-anak
anak-anak lain seusianya sehingga yang mengalami depresi karena
mereka memerlukan pelayanan perlakukan kasar, anak-anak korban
pendidikan khusus. Dengan demikian, kekerasan, anak yang kesulitan
meskipun seorang anak mengalami konsentrasi karena sering diperlakukan
kelainan/ penyimpangan tertentu, tetapi dengan kasar, anak yang tidak bisa
kelainan/penyimpangan tersebut tidak membaca karena kekeliruan guru
signifikan sehingga mereka tidak mengajar, anak berpenyakit kronis, dan
memerlukan pelayanan pendidikan sebagainya.
khusus, anak tersebut bukan termasuk
anak dengan kebutuhan khusus. METODE PENELITIAN
Anak dengan kebutuhan khusus Metodologi dalam penelitian ini
(special needs children) dapat diartikan bersifat deskriptif dengan pendekatan
secara simpel sebagai anak yang lambat kuantitatif. (Lijan Poltak Sinambela,
(slow) atau mengalami gangguan 2014). Teknik pengambilan sampel
(retarded) yang tidak akan pernah adalah total sampling dengan jumlah
berhasil di sekolah sebagaimana anak- sampel 29 orangtua anak berkebutuhan
anak pada umumnya. Banyak istilah khusus. Teknik pengumpulan data
yang dipergunakan sebagai variasi dari disebarkan melalui angket yang
kebutuhan khusus, seperti disability, menggunakan skala likert dengan
impairment, dan handicaped. Menurut alternatif jawaban ya dan tidak, skala
World Health Organization (WHO), guttman dengan alternatif jawaban iya,
definisi masing-masing istilah adalah tidak. Jumlah item keseluruhan sebanyak
sebagai berikut: Impairment merupakan 63 buah item yang berkenaan dengan
suatu keadaan atau kondisi di mana bagaimana persepsi orangtua terhadap

414 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

anak berkebutuhan khusus di SDLB Perasaan Orangtua meliputi


Bekasi. Data yang terkumpul dianalisis Perasaan Bersalah, dan Kurang
dengan menggunakan rumus statistik Berhati-hati Pada Saat
persentase. Mengandung.
Berdasarkan wawancara dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN guru sebanyak 13 orangtua (44,82%)
Penelitian ini dilakukan kepada atau hampir sebagian orangtua
semua orangtua anak berkebutuhan meliputi perasaan bersalah, mungkin
khusus yang ada di SLB Negeri Filial kurang berhati-hati pada saat
Kota Bekasi, dengan jumlah sampel mengandung anaknya, atau kurang
sebanyak 29 orangtua anak berhati-hati dalam menggunakan obat.
berkebutuhan khusus. Sedangkan sebanyak 16 orangtua
Tabel 1. (55,17%) atau sebagian besar
Jumlah Siswa Berkebutuhan Khusus menyatakan tidak diliputi perasaan
bersalah, mungkin kurang berhati-hati
Jenis Siswa Orang pada saat mengandung anaknya, atau
No Kelas kurang berhati- hati dalam
Tunarungu Tunagrahita tua
menggunakan obat.
1. I 1 4 5
2. II 2 3 5 Orangtua Merasa Bersalah dan Merasa
3. III 1 6 7 Bertanggung Jawab Atas Kecacatan
Anak
4. IV 1 1 2 Berdasarkan wawancara dengan
5. V 0 3 3 guru sebanyak 20 orangtua (68,96%)
atau sebagian besar orangtua merasa
6 VI 1 6 7 bersalah, kemudian merasa
Jumlah 6 23 29 bertanggung jawab atas kecacatan
atau hambatan anaknya (ABK) dan
bersikap amat melindungi. Sedangkan
Berdasarkan Tabel 1 di atas,
sebanyak 9 orangtua (31,03%) hampir
terlihat bahwa ada sebanyak 6 anak
sebagian orangtua tidak merasa
tunarungu dan 23 anak tunagrahita
bersalah, kemudian merasa
dan jumlah orangtua anak 29 orang
bertanggung jawab atas kecacatan atau
yang ada di SLB Bekasi.
hambatan anaknya (ABK) dan bersikap
Kekecewaan Orangtua Terhadap Anak amat melindungi.
Berkebutuhan Khusus Banyak anak dengan gangguan
Berdasarkan wawancara dengan perilaku tidak hanya terlibat dalam
guru dapat dimaknai bahwa sebanyak perilaku nonadaptif yang
10 orang tua (34,48%) atau hampir menyebabkannya masalah dengan
sebagian orangtua sangat kecewa rekan-rekan dan guru mereka, tetapi
karena anaknya tergolong ABK tidak juga kekurangan keterampilan sosial
memenuhi apa yang diharapkan. yang positif. (Botting & Adams, 2005).
Sedangkan sebanyak 19 orangtua Beberapa siswa mungkin memiliki
(65,51%) sebagian besar orangtua tidak sedikit kesempatan di lingkungan
sangat kecewa karena anaknya mereka atau di keluarga mereka untuk
tergolong ABK tidak memenuhi apa melihat keterampilan sosial yang
yang diharapkan. positif digunakan. Satu spesifikasi Oleh
karena itu, tujuan dari program
pendidikan khusus adalah untuk
415 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

meningkatkan penggunaan dan praktik untuk meninggalkan hukuman dan


yang diterima secara sosial perilaku. tanggapan hukuman untuk masalah
(Drijbooms, Groen, & Verhoeven, 2015) perilaku (terutama karena tidak
berfungsi dalam jangka panjang), lalu
Orangtua Merasa Malu Kepada Anak apa akankah kita menggantinya untuk
Berkebutuhan Khusus berpengaruh menekankan pentingnya
Berdasarkan wawancara dengan praktik berbasis bukti dan prosedur
guru sebanyak 17 orangtua (58,62%) yang didukung.(Flippin, Reszka, &
atau sebagian besar orangtua merasa Watson, 2010)
malu dengan kehadiran anak Tinjauan praktik inovatif tersebut
berkebutuhan khusus (ABK). meliputi dukungan perilaku positif,
Sedangkan sebanyak 12 orangtua perilaku fungsional penilaian, instruksi
(41,37%) atau hampir sebagian keterampilan sosial, dan manajemen
orangtua tidak merasa malu dengan diri praktik (Pantić, Wubbels, &
kehadiran anak berkebutuhan khusus Mainhard, 2011). Peninjau ini
(ABK). menunjukkan bahwa itu benar penting
tidak hanya guru yang memahami
Orangtua Khawatir Dengan Keadaan teknik ini tetapi juga bahwa mereka
Anak (ABK) memiliki banyak kesempatan untuk
Berdasarkan wawancara bahwa melakukannya latih mereka! Membaca
sebanyak 15 orangtua (51,72%) atau sebuah karya musik adalah satu hal
sebagian besar orangtua khawatir dan memainkan bagian itu dengan
dengan keadaan anak (ABK) akan anggun dan gaya. Kinerja tersebut
dapat mempengaruhi. membutuhkan pemantauan kualitas
tingkat kekerabatan Bapak atau Ibu latihan yang diperlukan.(Macauley &
dengan relasi kerja, dengan tetangga, Gutierrez, 2004)
atau dengan handai taulan lainnya.
Sedangkan sebanyak 14 orangtua Orangtua Membawa Akibat Positif
(48,27%) atau sebagian kecil tidak Pada Anak
khawatir dengan keadaan anak (ABK) Berdasarkan wawancara dengan
akan dapat mempengaruhi tingkat guru sebanyak 25 orangtua (86,20%)
kekerabatan Bapak atau Ibu dengan atau hampir keseluruhan pola interaksi
relasi kerja, dengan tetangga, atau yang positif antara Bapak atau Ibu
dengan handai taulan lainnya. dengan anak akan membawa akibat
Orangtua Menerima Keadaan Anak positif pada anak menyatakan ya.
(ABK) Sedangkan sebanyak 4 orangtua
Berdasarkan wawancara dengan (13,79%) atau sebagian kecil pola
guru sebanyak 17 orangtua (58,62%) interaksi yang positif antara Bapak atau
atau sebagian besar orangtua dapat Ibu dengan anak membawa akibat
menerima keadaan anaknya (ABK) positif pada anak menyatakan tidak.
sebagaimana adanya dan berusaha Satu saran inovatif untuk
untuk memberi apapun yang terbaik mendukung ruang kelas guru adalah
bagi anaknya. Sedangkan sebanyak 12 menggunakan guru pendukung, orang
orangtua (41,37%) atau hampir dengan pelatihan pendidikan khusus
sebagian orangtua tidak dapat dalam banyak pendekatan dicatat
menerima keadaan anaknya (ABK) sebelumnya. (Hoetomo, 1998) Dia
sebagaimana adanya dan berusaha datang ke kelas umum untuk
untuk memberi apapun yang terbaik mendukung guru dalam bekerja
bagi anaknya. Jika kita mendesak guru
416 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

dengan anak-anak dengan kebutuhan dan emosionil ABK pada Bapak atau Ibu,
khusus dan terkadang bertanggung sering kali semakin tinggi, dibandingkan
jawab untuk kelompok kecil siswa. dengan ketergantungan anak non ABK
Jelas, ruang kelas guru dengan dua menyatakan ya. Sedangkan sebanyak 4
puluh lima atau tiga puluh anak tidak orangtua (13,79%) atau sebagian kecil
dapat mengatasinya dengan semua Ketergantungan secara fisik dan
aspek lingkungan kelas tanpa emosionil ABK pada Bapak atau Ibu,
pertolongan. (Nabila, Teresa, & sering kali semakin tinggi, dibandingkan
Wijayanto, 2018) dengan ketergantungan anak non ABK
menyatakan tidak.
Orangtua Membawa Akibat Negatif Pendekatan sampul membuat
Pada Anak penggunaan yang ekstensif lembaga di
Berdasarkan wawancara dengan luar program sekolah, meskipun mereka
guru Sebanyak 10 orangtua (34,48%) atau diharapkan untuk memasukkan personel
hampir sebagian pola interaksi yang sekolah dalam perencanaan. Keluarga
negative antara Bapak atau Ibu dengan juga merupakan bagian penting dari
anak akan membawa akibat negative perencanaan ini jika memang demikian
pula bagi si anak menyatakan ya. untuk bekerja, dan upaya keras
Sedangkan sebanyak 19 orangtua dilakukan untuk melibatkan mereka
(65,51%) atau sebagian besar pola (Eber, Sugai, Smith, & Scott, 2002).
interaksi yang negative antara Bapak Karena tingkah laku masalah tampaknya
atau Ibu dengan anak akan membawa mencakup banyak dimensi yang berbeda
akibat negative pula bagi si anak diri, keluarga, budaya, dan komunitas,
menyatakan tidak. itu membuat baik akal untuk mencoba
Orangtua Membimbing Dan Mendidik pendekatan multidisiplin dengan
Anak (ABK) menggunakan profesional dari
Berdasarkan wawancara dengan pendidikan, psikologi, psikiatri, sosial
guru sebanyak 18 orangtua (62,06%) atau pekerjaan, dan mungkin bidang terkait
sebagian besar bentuk penyesuaian ABK lainnya, digabungkan menjadi tim
dalam hidupnya sebagian besar pengobatan yang menghasilkan sistem
tergantung pada penyesuaian yang sehat perawatan (Eber & Keenan, 2004).
dari Bapak atau Ibu dan kemampuan Berkenaan dengan Jim,
Bapak atau Ibu untuk membimbing dan perencanaan sampul seperti itu mungkin
mendidik anak (ABK) menyatakan ya. termasuk konseling untuk ibunya, yang
Sedangkan sebanyak 11 orangtua telah menjadi tertekan tentang
(37,93%) atau hampir sebagian bentuk ketidakmampuannya untuk menangani
penyesuaian ABK dalam hidupnya perilakunya; beberapa konseling
sebagian besar tergantung pada psikologis untuk dibantu Jim dia
penyesuaian yang sehat dari Bapak atau memahami alasan ledakan
Ibu dan kemampuan Bapak atau Ibu permusuhannya; dan rencana bagi guru
untuk membimbing dan mendidik anak untuk menemukan beberapa contoh
(ABK) menyatakan tidak. sukses untuk Jim dalam tugas
sekolahnya sehingga dia akan
Ketergantungan Fisik Dan Emosional mendapatkannya beberapa kepuasan
ABK Dibandingkan Dengan karena berada di sekolah (Hasibuan &
Ketergantungan Anak Non ABK Marlina, 2020)
Berdasarkan wawancara sebanyak Rencananya berfokus pada
25 orangtua (86,20%) atau hampir kekuatan siswa, serta upaya untuk
keseluruhan ketergantungan secara fisik
417 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus
Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

membungkam setiap kekurangan dalam mereka. Sebelum mendapatkan


performa yang mungkin dimiliki siswa. seorang anak, maka para calon orang
(Lichtinger & Kaplan, 2015). Meski tua harus memahami tugas dan
sering digunakan sebagai wahana untuk tanggung jawabnya terlebih dahulu.
menjaga siswa di dalam kelas Berdasarkan hasil analisis
pendidikan umum dengan membawa sebagian besar orangtua dapat
tambahan sumber daya ke dalam kelas menghilangkan cara bersikap negatif
itu, layanan mungkin diberikan di ruang kepada ABK. Seperti mengabaikan
sumber daya atau khusus mandiri kelas anak ABK, kurang memberi perhatian,
jika itu yang mewakili lingkungan yang dan kasih sayang kepada anak, kurang
paling tidak membatasi untuk siswa itu berkomunikasi kepada anak, dan lain-
(Kerr & Nelson, 2002). lain. Sikap orangtua yang seperti ini
Guru dapat menggunakan harus dihilangkan dengan cara
berbagai strategi dengan siswa yang memberikan cukup waktu kepada
memiliki gangguan perilaku, tetapi anak, perhatian kepada anak, dan
setiap strategi memaksakan biaya atau memberi kasih sayang kepada anak,
tuntutan para guru, apakah mereka dan jika orangtua nya sibuk dalam
mencoba berkomunikasi dengan siswa, pekerjaan beri lah sedikit waktu untuk
dukungan perilaku yang diinginkan, anak untuk bermain bersama dengan
atau mengontrol perilaku masalah. orangtua nya (Somad, 1996).
(Goble, 2018) Untuk Misalnya, Berdasarkan hasil analisis data
mengingatkan siswa tentang aturan hampir sebagian orangtua sadar bahwa
kelas (RTI, Tingkat I) mengurangi biaya anaknya tergolong dalam ABK, dan
energi guru atau usaha daripada orangtua harus bisa menerima
melakukan pertemuan kelompok pada a hambatan atau kecacatan kepada anak.
perilaku masalah (Tingkat II). Perilaku Karena kekurangan kepada anak kita
guru berbiaya tinggi, namun, mungkin itu adalah suatu cobaan dari Sang
diperlukan untuk membawa beberapa Kuasa agar kita bisa menerima
manfaat situasi. Guru sering kali merasa keadaan anak di dunia ini. Sebagai
harus melakukannya memutuskan orangtua harus bisa dapat membuka
apakah akan menggunakan strategi mata hati bahwa ABK itu adalah anak
biaya tinggi ini, dan segala macam faktor mereka. Dan anak ABK itu adalah anak
— profesional dan pribadi — dapat kandung, darah daging, dan anugerah
memengaruhi keputusan dari Tuhan yang mahal harga nya
akhir.(Winarsih, Hendra, Idris, & Adnan, untuk kita dan harus kita jaga dan kita
2013) rawat dengan bagus.
Sebagian besar orangtua ABK
SIMPULAN memenuhi kebutuhan ABK nya seperti
Berdasarkan wawancara bahwa kebutuhan makan, minum, pakaian
persepsi orangtua terhadap reaksi atau dan perumahan. Dan juga kebutuhan
sikap yang terjadi dalam menerima jasmani, rohani, ataupun
kehadiran anak berkebutuhan khusus
(ABK). Tidak jarang anak yang DAFTAR PUSTAKA
membenci orang tuanya, bahkan tidak Botting, N., & Adams, C. (2005).
mengacuhkan sama sekali, hal itu Semantic and inferencing abilities in
terjadi disebabkan oleh kesalahan children with communication
orang tua yang kurang memberikan disorders. International Journal of
perhatian, kasih sayang kepada Language and Communication

418 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena
Jurnal Elementaria Edukasia p-ISSN 2615-4625
Volume 3 No 2 Tahun 2020 e-ISSN 2655-0857

Disorders, 40(1), 49–66. Macauley, B. L., & Gutierrez, K. M.


https://doi.org/10.1080/136828204 (2004). The Effectiveness of
10001723390 Hippotherapy for Children With
Drijbooms, E., Groen, M. A., & Language-Learning Disabilities.
Verhoeven, L. (2015). The Communication Disorders Quarterly,
contribution of executive functions 25(4), 205–217.
to narrative writing in fourth grade https://doi.org/10.1177/152574010
children. Reading and Writing, 28(7), 40250040501
989–1011. Muhyadi. (1989). Organisasi teori struktur
https://doi.org/10.1007/s11145- dan proses. Jakarta: Depdikbud
015-9558-z Dirjen DPLPTK.
Flippin, M., Reszka, S., & Watson, L. R. Nabila, A., Teresa, A., & Wijayanto, G. P.
(2010). Effectiveness of the picture (2018). Kemampuan Sintaksis Pada
exchange communication system Anak Dengan Ganguan Bicara :
(PECS) on communication and Studi Kasus Di Sekolah Dasar Don
speech for children with autism Bosko Semarang. Prosiding
spectrum disorders: A meta- SENDI_U, 978–979.
analysis. American Journal of Speech- Pantić, N., Wubbels, T., & Mainhard, T.
Language Pathology, 19(2), 178–195. (2011). Teacher competence as a
https://doi.org/10.1044/1058- basis for teacher education:
0360(2010/09-0022) Comparing views of teachers and
Ganda, S. (2009). Anak Berkebutuhan teacher educators in Five Western
Khusus. UNP Press: Padang. Balkan countries. Comparative
Goble, F. G. (2018). MAZHAB KETIGA, Education Review, 55(2), 165–188.
Psikologi Humanistik Abraham https://doi.org/10.1086/657154
Maslow. (KANISIUS, Ed.) (15th ed.). Somad, P. (1996). Ortopedagogik Anak
Yogyakarta: kANISIUS. Tunarungu. Jakarta: Depdikbud.
Hasibuan, I. T., & Marlina, M. (2020). Sulistyani. (2020). Jurnal basicedu. Jurnal
Ekspresi Emosi Anak Autis Dalam Basicedu, 4(4), 1274–1290.
Berinteraksi Sosial Di Sekolah. UU RI No. 20 tahun 2003:
Jurnal Basicedu, 4(1), 175–182. Winarsih, S., Hendra, J., Idris, F. H., &
https://doi.org/10.31004/basicedu. Adnan, E. (2013). Panduan
v4i1.300 penanganan nak berkebutuhan
Hoetomo. (1998). Terapi Wicara Untuk khusus bagi pendamping (orang
Praktisi Pendidikan dan Kesehatan. tua, keluarga, dan masyarakat).
Surabaya: Mitra Pelajar. Kementerian Pemberdayaan
Lichtinger, E., & Kaplan, A. (2015). Perempuan Dan Perlindungan Anak
Employing a case study approach to Republik Indonesia, 1–17. Retrieved
capture motivation and self- from
regulation of young students with https://www.kemenpppa.go.id/lib
learning disabilities in authentic /uploads/list/b3401-panduan-
educational contexts. Metacognition penanganan-abk-bagi-pendamping-
and Learning, 10(1), 119–149. _orang-tua-keluarga-dan-
https://doi.org/10.1007/s11409- masyarakat.pdf
014-9131-1
Lijan Poltak Sinambela. (2014).
Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

419 Persepsi Orangtua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus


Muhammad Romadon, Asep Supena

Anda mungkin juga menyukai