Anda di halaman 1dari 1

[Diknas Jatim] Online Tryout UTBK SNBT 2023 - T…

[Diknas Jatim] Online Tryout UTBK S…

Soal 5/70

Indonesia sebagai negara dengan wilayah yang


menjadi pertemuan antara Samudera Hindia dan
Pasifik merupakan wilayah yang ramai dilintasi
kapal laut. Perairan Indonesia juga turut dilalui
kapal-kapal penangkap ikan dari skala kecil
hingga besar. Kondisi tersebut menimbulkan
sejumlah risiko terhadap kelangsungan
keanekaragaman hayati yang ada di perairan
tanah air, salah satunya bagi aktivitas hiu paus
(Rhincodon typus).

Spesies ini setidaknya memiliki tiga pola


pergerakan yaitu; pola “rumahan” yang bertahan
di wilayah yang sama, pola “pesisir” yang
bergerak menyusuri pesisir, dan pola
“internasional” yang berpindah dari lokasi
tertentu menuju laut lepas. Spesies ini juga
menghabiskan sebagian waktunya di permukaan
laut dan sekitar permukaan laut. Pola dan
perilaku tersebut menjadikan hiu paus rentan
tertabrak kapal.

Risiko pelayaran bagi kehidupan hiu paus


semestinya menjadi persoalan serius yang perlu
mendapat perhatian. Sebab, saat ini hiu paus
masuk dalam daftar hewan yang terancam punah
versi Uni Internasional Konservasi Alam. Selain
tertabrak kapal, faktor non-alamiah lainnya yang
mengakibatkan populasi hiu paus menyusut
adalah penangkapan secara ilegal ataupun
terjerat jaring nelayan. Ancaman tersebut
memperburuk kelangsungan hiu paus yang
memiliki perilaku hidup menyendiri dan tidak
terlalu aktif berkembang biak.

Berdasarkan telaah pada sejumlah regulasi,


kebijakan perlindungan hiu paus dari aktivitas
pelayaran masih belum memadai. Sejauh ini
belum ada aturan spesifik di Indonesia untuk
melindungi hiu paus yang terancam oleh
aktivitas pelayaran. Kekosongan hukum tersebut
amat disayangkan. Sebab, sejak 1979, negara-
negara melalui Konvensi Bonn tentang Spesies
Satwa Liar yang Bermigrasi sudah mencermati
pentingnya perlindungan rute hewan yang
bersinggungan dengan jalur pelayaran.

Indonesia sebagai peserta UNCLOS harus


memberikan perhatian lebih terhadap
keberadaan hiu paus untuk menjaga
keseimbangan ekosistem laut. Pemerintah
Indonesia seharusnya bertindak cepat dalam
mengatasi kepunahan hewan tersebut.
Mengingat lalu lintas pelayaran yang
mengalami peningkatan drastis setiap
tahunnya karena sebagian besar suplai
komoditas dipasok melalui sarana transportasi
laut.

Diadaptasi dari: https://theconversation.com

Konjungsi antarkalimat yang tepat untuk


memperjelas hubungan antara kedua kalimat yang
dimiringkan adalah ....

Salah

apalagi

sebaliknya

oleh sebab itu

akan tetapi

namun

Penjelasan

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang


menghubungkan kalimat satu dengan kalimat yang
lainnya. Dalam kalimat (1) Pemerintah Indonesia
seharusnya bertindak cepat dalam mengatasi
kepunahan hewan tersebut. (2) Mengingat lalu
lintas pelayaran mengalami peningkatan drastis
setiap tahunnya karena sebagian besar suplai
komoditas dipasok melalui sarana transportasi laut,
diperlukan konjungsi untuk memperjelas hubungan
kedua kalimat tersebut. Kalimat (1) memberikan
saran sedangkan kalimat (2) bertujuan untuk
menambahkan apa yang dibicarakan dalam kalimat
(1) dengan memberikan data, berupa peningkatan
drastis dalam lalu lintas pelayaran.

Dengan demikian, konjungsi antarkalimat yang tepat


untuk memperjelas hubungan kedua kalimat tersebut
adalah apalagi.

Pemerintah Indonesia seharusnya bertindak cepat


dalam mengatasi kepunahan hewan tersebut.
Apalagi mengingat lalu lintas pelayaran yang
mengalami peningkatan drastis setiap tahunnya
karena sebagian besar suplai komoditas dipasok
melalui sarana transportasi laut.

Konjungsi lainnya berfungsi sebagai:

1. Kata penghubung antarkalimat atau


antarparagraf untuk menandai perlawanan atau
hal yang bertentangan: namun, akan tetapi.
2. Kata penghubung antarkalimat atau
antarparagraf untuk menandai akibat: oleh
sebab itu.
3. Kata penghubung antarkalimat atau
antarparagraf untuk menandai
mempertentangkan dengan tegas: sebaliknya.

Soal berikutnya

Anda mungkin juga menyukai