SUMBERDAYA PERAIRAN
Esensi dari materi pembelajaran ini mengemukakan kepentingan ekologi ikan dan
faktor - faktor manajerial yang melingkupi tiga serangkai sumberdaya yang tak lepas
sebagai dasar menangani pengelolaan yang terdiri dari aspek identifikasi sumberdaya,
saling lepas yang perlu diperhatikan dalam manajemen lingkungan pantai; 1) lingkungan
1. Ekosistem Pantai
Hubungannya dengan sumberdaya ikan tentu tidak diragukan lagi terutama bagi
nelayan dan petani tambak yang banyak langsung bersinggungan dengan sumberdaya ikan
tersebut. Mengingat wilayah pantai merupakan zona paling terdepan yang langsung
berhadapan dengan zona daratan, sehingga sifat open akses bagi banyak kepentingan tidak
dapat terhindarkan. Dengan demikian akses terdekat dari pemukiman masyarakat ini perlu
dijaga dari kerentanannya terhadap konflik sosial, degradasi fisik, biologi dan kimia
pantai sebagai zona wilayah yang layak untuk tempat bermukim, sumber mata pencaharian
terutama bagi nelayan dan petani-tambak, dan tetap sebagai habitat bagi sumberdaya
hayati perikanan secara bermanfaat dan berkelanjutan. Mencermati wilayah perairan pantai
sebagai zona terdepan dan menjadi tempat terkonsentrasinya aktivitas nelayan dan
petambak, maka 3 faktor sebagai aspek kajian yang harus selalu dalam pertimbangan ilmiah
yaitu: aspek fisik, kimia dan biologi harus berada dalam kondisi stabil dan terlindungi.
Secara fisik wilayah pantai harus terlindungi dari peristiwa-peristiwa yang merugikan seperti
abrasi, reklamasi yang merugikan, intrusi air laut ke daratan, banjir yang melewati rata-rata
kaudatum pasang tertinggi, badai taupan dan gelombang pasang dan sebagainya. Secara
kimia, perairan pantai perlu dijaga dari pencemaran yaitu masuknya unsur-unsur kimia yang
bersifat racun dan merugikan seperti Cu, Pb, Ag, Hg, DDT, CFC, TNT, dsb dari hasil
limbah-limbah buangan industri kimia dan obat obatan yang umumnya banyak bermuara
ke muara-muara sungai di tepi pantai. Secara biologis, perairan pantai terdiri dari ekosistem
mangrove, lamun, terumbu karang yang semuanya menjadi ekosistem atau habitat bagi
2. Flora-Fauna
Flora perairan pantai secara garis besar dapat dibagi atas 3 kelompok utama:
b) Tumbuhan demersal (fitobentik) seperti lamun (sea grass) dan makroalga (sea
weeds)
c) Tumbuhan mangrove
kestabilan siklus tropik energi karena posisinya sebagai penyuplai pionir bahan organik
meliputi semua kelompok ikan dan non ikan yang menempati perairan pantai sebagai
habitatnya, termasuk ikan-ikan yang bermigrasi dari perairan lepas pantai (of shore) menuju
perairan pantai karena persoalan mencari makanan. Dalam hal ruaya mencari mikrohabitat
bagi fauna ikan, beberapa sifat migrasi perlu dipertimbangkan yang secara ekologis sangat
a) Amfibiotik; sifat migrasi ikan dengan beruaya dari perairan laut ke perairantawar
atau sebaliknya.
b) Holobiotik; sifat ikan yang tidak melakukan migrasi selama hidupnya,dimana
c) Diadromus; ikan yang melakukan ruaya atau migrasi untuk kepentingan pemijahan.
f) Oseanodromus; ikan yang menetap dan melakukan ruaya di perairan laut saja.
i) Katadromus; ikan yang melakukan migrasi, beruaya dari perairan air tawar ke
j) Anadromus; ikan yang melakukan migrasi, beruaya dari perairan laut ke perairan
Berdasarkan tujuannya, macam atau jenis ruaya ikan dapat dibagi atas:
a) Ruaya pemijahan
tempat penyesuaian dan akurasi habitat yang paling menguntungkan untuk pemijahan,
diketahui bahwa fase telur dan larva merupakan fase yang paling rawan dan kritis dimana
telur dan larva sulit menghindar dari serangan predator. Jadi ruaya pemijahan sangat
berkaitan langsung dengan ketersediaan stok bagi rekruitmen dan tingkat kematian fase
awal (mortalitas). Salah satu bagian penting dari migrasi pemijahan ikan adalah berhasilnya
melakukan reproduksi. Hal ini penting sebagai kesempatan bagi ikan-ikan fase muda
reproduktivenya.
(food habit) bagi pertumbuhannya. Bersama ikan-ikan dewasa melakukan migrasi vertikal
atau horizontal. Migrasi meninggalkan daerah pemijahan menuju daerah makanan dan
pembesaran merupakan ruaya denatan (bergerak searah arus menuju habitat makanan
untuk pembesarannya), contoh Chanos-chanos (bandeng) dan Mugil (belanak). Ikan jenis
mackerel, heering melakukan ruaya nocturnal di malam hari karena di habitat mereka
kehabisan makanan di waktu malam hari. Pola pencarian makanan berdasarkan pola arus
bergerak secara vertikal ke atas mengikuti upwelling yang membawa makanan dari daerah
bottom.
c) Ruaya pengungsian
Ikan melakukan pengungsian karena untuk meninggalkan daerah yang tidak baik kondisinya
yang sebenarnya sudah baik baginya (misalnya daerah makanan) menuju ke habitat yang
kondisinya buruk karena untuk melengkapi atau menyelesaikan sebagaian atau seluruh
daur hidupnya sebagai awal dari ruaya reproduksi atau pemijahan. Overwintering bagi
salmon merupakan ruaya meninggalkan daerah makanan di waktu puncak musim dingin
menuju daerah yang agak dalam untuk berdiam (resting stage) selama musim tersebut.
Tujuan dari overwintering ini adalah melindungi diri dari efek pemangsaan predator, dan
melengkapi atau menyelesaikan tahapan dari siklus atau daur hidup selama musim dingin
tersebut. Ikan-ikan air tawar di daerah danau tropis pada awal musim kemarau sering
muara - muara sungai. Di musim kemarau umumnya perairan danau menyusut bersama
dengan tingginya sifat masam (pH rendah) serta mengalirnya air - air pembuangan yang
masuk ke danau dalam keadaan rendah oksigen karena terjadinya pembusukan, sehingga
lebih memperparah kondisi perairan danau. Dalam kondisi yang demikian ikan-ikan danau,
terutama jenis lakustrin melakukan ruaya pengungsian menuju muara sungai atau saluran-
dan pembesaran serta melakukan pengungsian tidak lepas dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Faktor yang mempengaruhi ruaya tersebut terbagi atas 2 bagian; yaitu
faktor luar (eksternal) dan faktor dalam (internal). Faktor luar adalah; faktor lingkungan yang
secara langsung atau tidak langsung memegang peranan di dalam aktivitas ruaya ikan,
antara lain: taksis, suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari, air hujan, pencemaran
limbah. Sedangkan faktor dalam yaitu; faktor yang terdapat di dalam tubuh ikan, baik secara
genetis maupun fisiologis misalnya sekresi kelenjar hormon, enzim, osmoregulasi, dan
PANTAI
tempatnya bagi banyak ikan yang berproses penyesuaian diri (beradaptasi) perlu
dijaga keutuhannya secara ekologis yang fungsional dan sebagai konsep untuk
efisiensi Energi yang digunakan adalah tinggi (EEk = >>>). Hal ini memperkuat suatu
EEk paling tinggi diperoleh pada nice ekologi (di daerah microhabitat). Ekosistem
banyak telur, larva, dan juvenil anak-anak ikan yang masih butuh energi adaptasi dari
mangrove yang menopang kesejukan dan layaknya kualitas air akan mengurangi
beban adaptasi bagi organisme (ikan dan non-ikan) sehingga efisiensi energi pada
PLANKTOTROPIK
Strategi adaptasi reproduksi yang umumnya mengandalkan strategi r ( yolk gland),
maka perairan pantai merupakan habitat tersebarnya telur dan larva-larva planktonik yang
perlu terlindungi.
LESITOTROPIK
Mengandalkan strategi r (dengan kandungan yolk gland rendah dalam fase singkat,
segera beralih ke juvenil atau dewasa), berarti pantai juga sebagai media asuhan (nursery
JUVENIL
Umumnya mengandalkan strategi K (yolk gland tinggi, segera beralih ke fase adult).
Mestinya ikan-ikan muda yang cepat beranjak dewasa meninggalkan daerah pantai, tetapi
A. PENGERTIAN
Sungguh anda heran bila melihat ikan cat fish dan snake head merayap dengan
menggunakan sisi perutnya serta meliuk-liukkan ekornya di pelataran daratan kering tanpa
air untuk menyeberang atau menuju ke lingkungan yang agak lembab atau berair
mencari habitat pemijahan atau perlindungan. Fenomena ini merupakan suatu aktivitas
ruaya yang tidak seperti biasanya dilakukan oleh ikan-ikan lainnya terutama ikan laut.
Perpindahan tempat oleh ikan-ikan ini merupakan bagian dari migrasi atau gerak ruayanya
yang disebabkan oleh respon fisiologis terhadap faktor internal dan eksternal tubuh yang
perubahan pada behavior atau tingkah laku dan morfologi. Umumnya faktor lingkungan luar
yang ekstrim akan memberikan respon terhadap tingkah laku ikan (karakter phenotipik) yang
mempengaruhi perubahan tingkah laku dan morfologi. Perubahan yang disebabkan karena
kemampuan genotif yang menghasilkan lebih dari satu karakter morfologi, fisiologi, dan
plasticity.
polymorphism gen tersebut. Jadi faktor genetik merupakan pula salah satu factor internal
yang berpengaruh terhadap pola migrasi atau ruaya ikan, selain insting, makanan, dan
homing atau reproduksi. Sedangkan faktor eksternal meliputi lunar atau gelombang-
gelombang cahaya, temperatur, salinitas dan arus. Proses migrasi pada ikan merupakan
(Lucas & Baras, 2001). Input ini akan menghasilkan tanggapan atau respon pada
perubahan behavior (tingkah laku) dan morfologi, yang pada setiap spesies berbeda-beda
Persoalan migrasi ikan telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, bahwa fenomena ini
merupakan perpindahan ikan dari suatu habitat ke habitat lain yang dianggap sesuai untuk
horizontal. Sedangkan berdsarkan waktu dapat dibagi atas waktu pendek dan waktu
panjang. Berdasarkan salinitas, pergerakan ini masih bervariasi yaitu dari habitat air tawar
ke air laut atau sebaliknya (diadromus). Bagi ikan-ikan diadromus ini sering dianggap
bersifat euryhaline padahal dua makna ini tidaklah sama, karena pengertian diadromus
Plastisitas fenotip dalam adaptasi ruaya ikan akan sukses gemilang bila viabilitas
kemampuan hidup berdasarkan tampilnya seleksi alam dari genotipegenotipe spesimen ikan
dengan tingkat regulasi pengaturan internal seperti kekuatan osmoregulator ginjal, insang
dan kulit, kekuatan metabolisme, katabolisme dan sekretori. Ikan air tawar mengalami
kondisi isosmotik, ikan tersebut perlu mengekskresi ion-ion cairan badan melalui urine,
serta perlu minum banyak untuk regulasi pengaturan volume cairan tubuh. Sebaliknya ikan
laut mengalami kondisi hipoosmotik terhadap medium lingkungannya. Organ tubuh yang
berperan penting dalam proses osmoregulasi adalah insang, ginjal, dan kulitnya. Sedangkan
vasotocin. Aktivitas hormon-hormon ini akan lebih meningkat pada saat ikan-ikan
menggunakan alat-alat mekanisme tersebut. Peran aktivitas fisiologis ini tampaknya lebih
tinggi pada waktu mencari habitat pemijahan untuk kepentingan reproduksi serta dalam
mengimbangi kejadian oscilasi negatif yang penuh resiko di saat stadia awal pertumbuhan.
Maka dalam kondisi mempertahankan viabilitas tinggi untuk kepentingan pemijahan atau
Reproduksi pada ikan merupakan salah satu topik yang cukup menarik dalam
mempelajari ilmu tentang ikan (iktiologi). Ikan memiliki pola dan tingkah laku reproduksi yang
beraneka ragam, tergantung dari jenis, habitat, atau kondisi lingkungannya. Kondisi
lingkungan di daerah tropis berheda dengan di daerah sub tropis. Berdasarkan kondisi
lingkungan tersebut arus dan angin merupakan faktorfaktor yang berperan penting dalam
reproduksi ikan-ikan di laut tropis(4). Menurut FLOYD (1993)(1), aktifitas pemijahan terbaik
pada ikan terjadi ketika angin tidak bertiup kencang dan kondisi arus yang tenang.
Melanjutkan tulisan mengenai tingkah laku reproduksi ikan, pada tulisan kali ini akan
diuraikan dengan lebih jelas mengenai reproduksi pada ikan-ikan laut tropis yang meliputi
proses fertilisasi, strategi reproduksi pada ikan-ikan laut tropis, hermaproditisme, dan
1) Fertilisasi
gamet jantan (sperma) dan gamet betina (sel telur). Pada dasamya, fertilisasi mempunyai
dua fungsi, yaitu menyebabkan telur berkembang menjadi embrio, dan untuk memasukkan
inti jantan yang haploid ke dalam sitoplasma sel telur (BERRIL, 1971). Proses fertilisasi
dimulai apabila sperma benar-benar telah melekat pada telur. Masuknya sperma diikuti oleh
suatu perubahan cepat dan dramatik dalam telur itu sendiri. Meskipun banyak sperma dapat
masuk ke dalam telur, namun hanya satu sel sperma yang memberikan nukleusnya (inti)
pada bakalzigot. Peristiwa terakhir dalam fertilisasi adalah pembentukan inti zigot yang
diploid, dilanjutkan dengan pembelahan mi- tosis yang pertama dari sel, untuk kemudian
dimulai tahap perkembangan embrio (KIMBALL 1994). Fertilisasi pada ikanikan laut tropis
terjadi melalui suatu proses reproduksi yang bervariasi antar jenis ikan. Setiap kelompok
ikan mempunyai cara yang berbeda-beda dalam bereproduksi, yang dikenal dengan strategi
2) Strategi
Strategi reproduksi merupakan suatu cara bagi ikan-ikan dalam berproduksi untuk dapat
mempertahankan keturunannya. Strategi reproduksi tersebut dapat berupa tingkah laku ikan
pola adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya agar proses reproduksi dapat berlangsung
dengan sukses. Menurut FLOYD (1993), secara umum terdapat tiga jenis strategi reproduksi
pada ikan laut tropis berdasarkan tipe telurnya. yaitu jenis telur pelagis (Pelagic eggs). telur-
telur demersal (Demersal eggs), dan jenis telur yang ditetaskan dalam tubuh, untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh induk dalam bentuk larva atau ikan-ikan muda
(Live, Free-swimming young). Cara yang terakhir ini dikenal juga dengan melahirkan anak
(Live bearers).
Telur Pelagis
Strategi reproduksi yang sering terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah strategi
menghasilkan telur-telur pelagis (Pelagic eggs). Telur-telur yang bersifat pelagis ini
mempunyai berat jenis yang sama atau lebih ringan dari berat jenis air laut, sehingga telur
dalam FLOYD 1993). Sedangkan larva yang menetas dari jenis telur ini akan hidup secara
planktonik selama beberapa jam sampai berbulan-bulan, tergantung dari jenis ikannya.
Jenis telur pelagis dibagi menjadi dua tipe, yaitu yang melepaskan telur di kolom perairan
(Pelagic spawners) dan yang melepaskan telurnya di dasar perairan (Benthic broadcasters).
Ikan-ikan pelagic spawners lebih sering ditemui daripada ikan-ikan benthic broadcasters. Hal
ini disebabkan karena pada ikan-ikan yang berukuran kecil, ketika memijah cenderung
dengan bantuan arus dan angin. Cara seperti ini biasanya dilakukan oleh ikan-ikan yang
cenderung hidup tidak jauh dari sarang atau teritorialnya, karena dapat mengurangi
perairan. Ikan-ikan yang melepaskan telurnya dari dasar perairan (Benthic broadsasters),
tidak perlu berenang di kolom perairan untuk melepaskan telurtelurnya, melainkan tetap
berada di dasar perairan. Telur-telur yang dilepaskannya akan melayang ke kolom perairan
atau mengapung di permukaan. Sebagai contoh adalah belut laut (Anguiliformes) yang
hidup di terumbu karang, merupakan jenis ikan yang melepaskan telur-telurnya dengan cara
seperti ini. Akan tetapi pada beberapa jenis belut melakukan migrasi jauh ke lepas pantai
Telur Demersal
Strategi reproduksi kedua yang umum terjadi pada ikan-ikan laut tropis adalah jenis
telur demersal (Demersal eggs). Jenis telur ini mempunyai berat jenis yang lebih besar
daripada berat jenis air laut sehingga dapat tenggelam di dasar perairan. Ikan-ikan yang
melakukan hal seperti ini dibedakan lagi menjadi dua kategori, yaitu yang memijah di dasar
(Demersal spawners) dan yang melepaskan telurnya di kolom perairan (Egg scatterers).
Pada ikan-ikan yang memijah di dasar perairan. umumnya melakukan penjagaan terhadap
telur ataupun anak-anaknya. Beberapa tipe penjagaan induk yang dilakukan seperti
persiapan dan penjagaan sarang, atau dengan menyimpan telurtelurnya di dalam mulut
induk (Mounth broading). Sedangkan pada ikan-ikan yang melepaskan telurnya di kolom
perairan, tidak melakukan penjagaan terhadap telurtelurnya. Ikan-ikan ini berenang di kolom
perairan lalu melepaskan telur- telurnya. Telur-telur tersebut kemudian tenggelam dan
Strategi reproduksi ketiga pada ikan-ikan laut tropis adalah menetaskan telur di
dalam tubuh induk betina, untuk kemudian dikeluarkan dalam bentuk larva ikan atau juvenil
ke kolom perairan. Cara ini merupakan cara yang tidak umum terjadi pada ikan-ikan laut
tropis, terutama pada ikan-ikan bertulang sejati. Menurut JOHANNES (1978). melahirkan
anak pada ikan-ikan laut tropis diduga lebih jarang terjadi dibandingkan dengan ikan-ikan
yang hidup di perairan tawar. Hal ini mungkin disebabkan cara tersebut kurang
menguntungkan apabila dilakukan di laut, lkan yang mempunyai cara seperti ini mempunyai
fekunditas yang rendah dan kondisi induk betina yang sedang mengandung anaknya sangat
Hermaproditisme
Hermaprodit merupakan suatu sifat bawaan dimana dalam satu individu hewan
terdapat dua organ reproduksi yaitu jantan dan betina (Coesteau, 1975). Tetapi beberapa
pakar Ichtiology melihatnya sebagai salah satu strategi reproduksi bagi ikan-ikan tertentu,
jenis kelaminnya (sex inversion) dalam kondisi tertentu. Terdapat tiga tipe hermaprodit; 1)
hermaprodit simultan, yaitu suatu kondisi dimana dalam tubuh satu individu dapat
menghasilkan sperma dan sel telur, sehingga organisme ini memungkinkan untuk dapat
perubahan kelamin dari betina menjadi jantan sehingga gonad yang semula dihasilkannya
berfungsi sebagai ovari yang kemudian berubah fungsi menjadi testes. Dan 3) hermaprodit
protandrous; merupakan kebalikan dari protogenius, yaitu kondisi perubahan kelamin dari
jantan menjadi betina dalam tubuh satu individu. Jadi kedua tipe (2 dan 3) disebut juga
hermaprodit sekuensial.