Siti Maesaroh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Ir. H. Juanda No.95, Banten, Indonesia
Email: siti.maesaroh21@mhs.uinjkt.ac.id
Abstract
The purpose of this research article is to describe how to apply Pavlov’s Theory in mathematics
learning at the Junior Hight School level. The method used in this article is a qualitative methode
with a literature study technique based on an anlysis of relevant sources. Pavlov’s Theory includes
the behavioristic theory which develops aspects of behavior change where student are said to be
successful in learning if there has been a change in their behavior. In this theory the teacher has
an important role in the learning procces. By consistently providing stimulus to students, students
are expected to be able to reach a point of success in their learning.
Keywords: Pavlov’s Theory, Stimulus, conditioning
Abstrak
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana cara mengimplementasikan
Teori Pavlov dalam pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Metode yang dilakukan dalam artikel ini yaitu metode kualitatif dengan teknik studi pustaka yang
berdasarkan analisis pada sumber yang relevan. Teori Pavlov ini mencakup pada teori
behavioristik yang mengembangkan aspek perubahan tingkah laku dimana siswa dikatakan
berhasil belajar jika sudah terjadi perubahan pada tingkah lakunya. Dalam teori ini guru memiliki
peran penting dalam proses pembelajaran. Dengan konsisten memberikan stimulus kepada siswa
diharapkan siswa mampu mencapai titik keberhasilan dalam belajarnya.
Kata kunci: Teori Pavlov, Stimulus, Pengkondisian.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah-satu mata pelajaran yang selalu ada disetiap jenjang pendidikan.
Banyak siswa yang sulit memahami matematika karena siswa tersebut malas untuk belajar. Oleh
sebab itu pembelajaran matematika harus dirancang dengan baik supaya siswa menjadi lebih giat
dan semangat dalam mempelajarinya. Menurut saya metode yang cocok untuk pembelajaran
matematika yaitu dengan menggunakan penerapan Teori Pavlov dalam proses pembelajarannya.
Teori Pavlov atau terkenal dengan teori pengkondisian klasik merupakan bentuk paling
sederhana dalam belajar. Pengkondisian ini adalah suatu cara belajar untuk merespon stimulus-
stimulus tertentu. Dalam pembelajaran matematika, pembelajaran bisa dilakukan dengan cara
pengkondisian dengan keadaan siswa dimana jika siswa tidak bisa menangkap suatu materi karena
tidak dikondisikan keadaannya, guru harus mampu mengkondisikan hal tersebut. Tentunya dengan
Siti Maesaroh
cara memberikan stimulus-stimulus kepada siswa untuk memancing respon yang diharapkan.
Dengan adanya stimulus (reward) yang diberikan guru kepada siswa diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih tertarik pada pembelajaran
dan mempunyai antusias yang tinggi untuk memperhatikan pembelajaran.
METODE
Dalam proses penulisan atrikel ini metode yang digunakan penulis yaitu metode kualitatif
dengan teknik studi pustaka. Analisis yang dilakukan berdasarkan pada sumber pustaka yang
relevan. Sumber kajian yang digunakan berupa journal ilmiah, artikel ilmiah serta buku-buku
pendukung lainnya.
Anjing yang melihat makanan akan memberikan respon dengan mengeluarkan air liur.
Dalam hal ini Pavlov mengatakan bahwa makanan adalah perangsang tak bersyarat (US) dan
respon berupa air liur itu adalah respon tak bersyarat (UR). Kemudian dalam penelitiannya, Pavlov
mengkondisikan anjing secara konsisten dengan memberikan makanan setiap kali lonceng
dibunyikan secara terus-menerus. Maka hasil dari pengkondisian tersebut yaitu anjing akan
mengeluarkan air liurnya setiap kali mendengar bunyi lonceng. Dari eksperimen tersebut Pavlov
serta rekan-rekannya menunjukkan bahwa belajar dapat mempengaruhi perilaku.
Dari hasil pengamatan dan kesimpulan yang didapatkan dalam eksperimen tersebut maka
tercetus suatu teori pengkondisian klasik. Teori ini menerangkan bagaimana suatu pengkondisian
atau belajar dapat mempengaruhi refleks hingga menjadi sebuah tingkah laku.
Aplikasi teori pengkondisian klasik dalam pembelajaran matematika di tingkat SMP dapat
diimplementasikan sebagai berikut:
1. Sebelum Pengkondisian
Jika siswa diberikan respon tak bersyarat (US) berupa kuis serta reward maka respon tak
bersyarat (UR) adalah siswa menjadi lebih giat dan bersemangat dalam pembelajaran karena
siswa menginginkan reward dari guru.
2. Sebelum Pengkondisian
Jika guru memberikan rangsangan pembelajaran berupa penyampaian materi tanpa reward
maka respon semangat siswa dalam belajar kurang menonjol.
3. Proses Pengkondisian
Pada tahap ini guru bisa mengkondisikan siswa dengan cara setiap memberikan
penyampaian materi diikuti dengan kuis-kuis kecil setelahnya. Misalkan memberikan sesi
tanya-jawab setelah penyampaian materi kemudian memberikan reward pada siswa yang
bisa menjawab pertanyaan tersebut. Reward dapat berupa makanan, pujian, atau poin
tambahan pada nilai dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru secara konsisten.
4. Setelah Pengkondisian
Setelah proses pengkondisian dilakukan secara konsisten maka akan terbentuk suatu
kebiasaan baru pada perilaku siswa yaitu siswa akan terbiasa untuk lebih giat dan semangat
dalam memperhatikan guru saat menyampaikan materi, siswa juga akan dengan semangat
mempelajari materi tersebut agar dirinya bisa menjawab pertanyaan kuis yang diberikan
oleh guru.
Setelah siswa terbentuk kebiasaan perilakunya untuk selalu bersemangat dalam pembelajaran
artinya pengkondisian yang dilakukan oleh guru pada pembelajaran matematika sudah berhasil.
Untuk mempertahankan hal tersebut, guru harus konsisten memberikan rangsangannya kepada
siswa dan guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu giat dan bersemangat
dalam pembelajaran matematika maupun pembelajaran lainnya.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat mempengaruhi reflek siswa
menjadi sebuah tingkah laku atau kebiasaan. Pembelajaran matematika akan terasa menyenangkan
jika pandangan buruk siswa terhadap matematika dapat disingkirkan. Untuk menyingkirkan hal
tersebut diperlukan model belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan. Dengan
mengimplementasikan teori pavlov ini maka motivasi siswa akan muncul untuk bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran matematika.
REFERENSI
Herliani, Boleng D.T., & Maasawet E.T. (2021). Teori Belajar dan Pembelajaran. Klaten : Penerbot
Lakeisha.
Nurhidayati, T. (2012). Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (Classical Condotoning)
Dalam Pendidikan. Jurnal Falasifa, Vol 3.
Ahmad, S. (2021). Penerapan Teori Behaviorisme Ivan Pavlov dalam Membentuk Perilaku Islam
Siswa di Kelas X SMK Putra Nusantara 4 Bengkulu Tengah. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Tadris. Institut Agama Islam Negeri Bengkulu: Bengkulu.
Heri, S. (2021). Penerapan Kombinasi Teori Belajar Pavlov dengan Teori Belajar Kognitif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara: Medan.
Abdurakhman, O., & Rusli, R.K. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Ratnawati, E. Karakteristik Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pendidikan (Perkembangan
Psikologis dan Aplikasi).
Rohim, A. (2015). Teori Pendidikan. http://durrohiem.blogs.uny.ac.id