“ DISCHARGE PLANNING ”
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 5 :
VICTORIA JACOB
GREISCHA A. TUMANKEN
ANGELINA S. BELLA
BERTUS YANDO
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang secara langsungterlibat dalam
pelaksanaan discharge planning yang juga akan menentukan keberhasilan dari pelaksanaan
discharge planning. Perawat yang tidak melaksanakan discharge planning dengan baik dan benar
akan memberikan dampak yang negatif terhadap kwalitas kesehatan pasien (Pribadi, 2019).
Perawat harus mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan data yang berhubungan kemudian
mengidentifikasi masalah aktual dan potensial, mementukan tujuan bersama-sama, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan cara dalam mempertahankan atau memulihkan kembali
kondisi pasien secara optimal serta mengevaluasi kesinambungan asuhan keperawatan yang telah
di berikan kepada pasien dan keluarganya (Koeswo, 2014).
Permasalahan discharge planning tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga terjadi di
dunia di mana Menurut World Health Organization (WHO) permasalahan perencanaan pulang
sudah lama menjadi permasalahan dunia. Data dunia pelaporkan bahwa sebanyak 23% perawat
australia tidak melaksanakan discharge planning, dan di inggris bagian barat daya juga
menunjukan bahwa sebanyak 34% perawat tidak melaksanakan discharge planning. Di Indonesia
sebanyak 61 % perawat di Yogyakarta tidak melakukan perencanaan pulang. Penelitian yang di
lakukan di bandung menunjukan bahwa sebanyak 54% perawat tidak melaksanakan perencanaan
pulang (Pribadi,2019).
Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan dengan wawancara kepada 5
orang perawat, ketika ditanya tentang discharge planning, 4 orang perawat tidak dapat menjawab
dengan benar tentang pertanyaanpertanyaan yang diberikan mengenai pelaksanaan discharge
planning dan 1 orang perawat dapat menjawab dengan benar tentang pertanyaan yang diajukan.
Ketika ditanya mengenai pelaksanaannya 2 orang perawat mengatakan pelaksanaan discharge
planning hanya mereka lakukan ketika pasien akan pulang dan terkadang mereka hanya mengisi
formulir saja tanpa berdiskusi langsung dengan pasien terkait dengan kondisi pasien dan apa
yang harus mereka persiapkan ketika akan pulang karena terbatasnya waktu, pasien yang
mendadak pulang, banyaknya pasien yang di rawat di ruangan yang tidak sebanding dengan
jumlah perawat yang bertugas, banyaknya pekerjaan yang harus perawat lakukan di ruangan
yang membuat mereka tidak dapat memberikan pelayanan discharge planning yang baik bagi
pasien.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan 2 orang pasien yang akan pulang tentang
pelaksanaan discharge planning menyatakan bahwa informasi yang mereka dapatkan adalah
tentang jadwal kontrol ulang, cara minum obat dan diet. Sedangkan untuk perawatan yang
dibutuhkan, lingkungan yang baik bagi kesehatan pasien, aktivitas sehari-hari, informasi
mengenai penyakit pasien, dan pelayanan kesehatan yang ada di komunitas tidak di jelaskan
secara rinci,.
B .Tujuan
C. Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan discharge planning menurut Kozier, (2014) adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission).
b. Mengantisipasi terjadinya kegawat daruratan setelah kembali kerumah.
c. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien dirumah sakit. Meningkatkan kepuasan
induvidu dan pemberi layanan.
d. Menghemat biaya selama rawatan.
e. Menghemat biaya ketika pelaksanaan diluar rumah sakit atau di masyarakat dikarenakan
perencanaan yang matang.
f. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.