Nim : V4021022 Kelas :D Matakuliah : teknologi pengolahan rempah, minyak Atsiri dan herbal Dosen pengampu : Dini Nadhilah, S.Pi., M.Si
Review Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Jahe Merah (Zi
ngiber officinale Roscoe var. sunti) Terhadap Bakteri Staphylococ cus aureus dan Escherichia coli Rimpang jahe adalah salah satu tanaman herbal yang dimanfaatkan sebaga i obat tradisional. Rimpang jahe mengandung senyawa antimikroba golongan feno l, flavonoid, terpenoid dan minyak atsiri pada ekstrak jahe yang merupakan golon gan senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Dilakukan p roses ekstraksi pada rimpang jahe merah basah sebanyak 4 kg dengan metode mas erasi yang kemudian didapatkan 483,2 g serbuk rimpang jahe merah dan ekstrak e tilasetat 15,85 g. selain itu, dilakukan juga pengujian fitokimia ekstrak etil asetat d idapatkan hasil positif mengandung alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Terpenoid dan flavonoid pada jahe merupakan senyawa aktif yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.Senyawa terpenoid dapat berikatan dengan protein dan lipid pada membran sel bahkan menyebabkan lisis sel.Komponen dinding sel bakteri Gram-positif adalah peptidoglikan, yang terdiri dari N- acetylglucosamine dan N-acetylmuramic acid yang dihubungkan oleh ikatan β- 1,Asam nasetilmuramat memiliki rantai pendek asam amino yang terdiri dari L- alanin, D-glutamat, asam diaminopimelic dan D-alanin yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Senyawa alkaloid berperan sebagai antibakteri dengan cara membelah komponen peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk sempurna, sehingga menghambat sintesis peptidoglikan, sehingga terjadi pembentukan sel yang tidak sempurna karena tidak mengandung peptidoglikan dan sel.Dinding sel yang rusak dapat menyebabkan senyawa metabolit sekunder lebih dalam dan merusak membran bakteri. Dinding sel yang rusak memungkinkan senyawa metabolit sekunder menembus lebih dalam dan merusak membran bakteri. Senyawa flavonoid dapat mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sitoplasma, yang dapat menyebabkan kebocoran metabolit penting dan inaktivasi sistem enzim bakteri. Kerusakan pada memungkinkan nukleotida dan asam amino bocor dan mencegah zat aktif memasuki sel. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian bakteri. Flavonoid senyawa juga dapat menembus peptidoglikan yang bersifat polar karena flavonoid juga bersifat polar. Senyawa flavonoid memiliki mekanisme untuk membentuk kompleks protein antara protein terlarut, protein ekstraseluler, dan dinding sel. Kompleks mengganggu integritas membran sel bakteri. Pada penentuan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) fraksi etilasetat memiliki potensi pada bakteri S. aureus pada konsentrasi 6.3% maupun bakteri E.coli pada konsentrasi 25%, dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) S. aureus pada konsentrasi 25% dan E. coli pada konsentrasi 50%. Pada bakteri S. aureus menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan pada bakteri E.coli. Menurut Pelczar & Chan (1998), perbedaan respon ini terjadi akibat perbedaan permukaan luar dari dinding sel yaitu lapisan lipopolisakarida antara bakteri Gram-negatif dan bakteri Gram-positif. Bakteri Gram-positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan jumlah peptidoglikan yang relatif banyak. Dinding sel bakteri Gramnegatif memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara struktural lebih kompleks. Membran bagian luar pada dinding sel Gram-negatif mengandung lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Adanya lapisan lipopolisakarida dan membran luar yang lebih kompleks pada bakteri E.coli ini menyebabkan struktur bakteri menjadi lebih kokoh sehingga diduga sulit ditembus oleh senyawa antimikroba dari ekstrak jahe. DAFTAR PUSTAKA Pelczar, M.J. & Chan, E.C.S. 1998. Dasar – Dasar Mikrobiologi. UI Press. Jakarta. Sari, P. Lilis, S.A. Jasmansyah & Wenny, E.A. 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe var. sunti) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . jurnal kartika kimia. Vol 1(1). 29-34.