Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI BAKTERI :


PENGECATAN GRAM DAN UJI BIOKIMIAWI

Disusun Oleh :
Agatha Nensida Venary 148114091
Akhlaqul Karimah W.S.H. 148114092
Erica Kusuma Rahayu S. 148114093
Dian Pertiwi 148114094
Kelompok Praktikum/Kelas : C1.1

Nilai Laporan Tanggal dan Paraf Asisten

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
ACARA IV
IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI BAKTERI :
PENGECATAN GRAM DAN UJI BIOKIMIAWI

A. TUJUAN
1. Pengecatan gram : melihat bentuk sel, rangkaian sel, sifat gram (gram negatif dan gram
positif).
2. Uji biokimiawi : mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri berdasarkan sifat-sifat
biokimiawinya

B. TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri memiliki dinding sel yang tebal dan kaku yang mengatur kekerasan sel dan
membedakan karakter bentuknya. Penyusun utama dinding sel yang mengatur kekakuannya
adalah sebuah substansi unik yang disebut peptidoglikan (murein). Ini merupakan polimer yang
memiliki massa molekul yang besar yang tersusun dari tiga bagian yakni N-asetilglukosamin,
asam N-asetilmuramat dan rantai peptida pendek (Hogg, 2005).
Pengecatan yang membedakan jenis sel dengan memberikan warna yang berbeda
disebut dengan pengecatan diferensial. Prosedur pengecatan diferensial yang penting dalam
mikrobiologi adalah pengecatan gram. Berdasar reaksi pengecatan gram ini, baktei dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok besar : gram positif dan gram negatif. Setelah pengecatan gram,
bakteri gram positif akan berwarna ungu dan gram negatif akan berwarna pink. Perbedaan
warna pengecatan gram ini disebabkan oleh perbedaan struktur dinding sel dari bakteri gram
positif dan gram negatif. Setelah pewarnaan dengan pewarna utama, biasanya crystal violet,
perlakuan dengan etanol menyebabkan terjadinya dekolorisasi pada gram negatif tetapi tidak
pada gram positif. Berikutnya pengecatan lawan dengan cat dengan warna berbeda, biasanya
safranin, dua tipe sel dapat dibedakan secara mikroskopis dengan adanya perbedaan warna
(Madigan, 2012).
Pada kebanyakan bakteri gram positif, dinding sel tersusun dari beberapa lapisan
peptidoglikan, membentuk struktur yang tebal dan kaku. Sangat berbeda dengan bakteri gram
negatif yang hanya mengandung lapisan peptidoglikan yang tipis. Dinding sel bakteri gram
positif mengandung asam teikoat yang banyak mengandung alkohol (seperti gliserol atau
robitol) dan fosfat. Ada dua macam asam teikoat yakni asam lipoteikoat yang merentang
lapisan peptidoglikan dan dihubungkan dengan membran plasma, dan wallteichoic acid yang
dihubungkan dengan lapisan peptidoglikan. Karena muatan negatifnya (dari gugus fosfat),
asam teikoat dapat mengikat dan mengatur pergerakan keluar masuknya kation (ion positif).
Asam teikoat juga mengambil bagian dalam pertumbuhan sel, mencegah kerusakan dinding sel
dan kemungkinan pecahnya sel (Tortora, Funke, and Case, 2010).
Dinding sel bakteri gram negatif terdiri dari satu atau sedikit lapisan peptidoglikan dan
membran luar. Peptidoglikan terikat dengan lipoprotein (lipid yang berikatan secara kovalen
dengan protein) di luar membran dan di dalam periplasma, cairan seperti gel antara membran
luar dan plasma membran. Periplasma mengandung konsentrasi enzim degradasi yang tinggi
dan protein transport. Dinding sel bakteri gram negatif tidak mengandung asam teikoat. Karena
dinding sel bakteri gram negatif hanya mengandung sedikit peptidoglikan, dinding sel bakteri
ini lebih rentan mengalami kerusakan mekanik. Membran luar sel gram-negatif terdiri dari
lipopolisakarida (LPS), lipoprotein, dan fosfolipid. Muatan negatif yang kuat merupakan faktor
penting dalam menghindari fagositosis dan tindakan komplemen (melisiskan sel dan
mendorong fagositosis), dua komponen pertahanan inang. Membran luar juga menghalangi
antibiotik tertentu (misalnya, penisilin), enzim pencernaan seperti lisosom, deterjen, logam
berat, garam empedu, dan pewarna tertentu. Membran luar tidak menghalangi semua zat karena
nutrisi harus dapat menembus membran luar untuk mempertahankan metabolisme sel. Bagian
dari permeabilitas dari membran luar karena protein dalam membran disebut porin, berbentuk
seperti saluran. Porin mengizinkan masuknya molekul seperti nukleotida, disakarida, peptida,
asam amino, vitamin B12, dan zat besi (Tortora, Funke, and Case, 2010).
Mengetahui apakah bakteri merupakan gram positif atau gram negatif adalah penting
untuk ahli mikrobiologi dan teknisi klinis yang menggunakan hasil dari teknik pewarnaan gram
untuk mengklasifikasikan dengan Bergey’s Manual atau dalam identifikasi spesies bakteri yang
tidak diketahui. Ketahanan sel-sel bakteri gram positif dan gram negatif juga berbeda terhadap
bahan kimia seperti antibiotik (sel-sel gram positif lebih rentan terhadap penisilin, sel gram
negatif terhadap tetrasiklin). Selain itu, sel-sel gram negatif memiliki dinding sel yang lebih
kompleks. Bakteri gram positif dan spesies bakteri gram negatif dapat menghasilkan jenis
racun yang berbeda (Pommerville, 2011).
Test biokimia digunakan untuk lebih memahami fisiologi bakteri, ahli mikrobiologi
menemukan ada sifat metabolik yang hanya ada dalam kelompok-kelompok tertentu. Test yang
umum adalah: fermentasi karbohidrat, penggunaan substrat tertentu, dan produksi produk
tertentu atau produk-produk limbah. Sama seperti karakteristik fisik, beberapa test biokimia
seringkali diperlukan untuk membedakan antar spesies (Pommerville, 2011).
Beberapa test biokimia :
1. Hidrolisis Gelatin
Meskipun kandungan nutrisi gelatin masih dipertanyakan (gelatin
merupakan protein yang tidak lengkap, tidak punya asam amino
esensial triptofan), gelatin penting dalam identifikasi spesies bakteri. Di
bawah termperatur 25oC, gelatin umumnya berbentuk padat; pada
temperatur di atas 25oC, gelatin mencair.
Pencairan dipengaruhi oleh beberapa bakteri yang mampu
memproduksi proteolitik enzim ekstraseluler yang disebut gelatinase,
yang berfungsi untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino.
Ketika degradasi ini terjadi, meski gelatin dalam temperatur 4 oC tidak
akan mengembalikan karakter gelnya.
2. Fermentasi Karbohidrat
Organisme menggunakan karbohidrat secara berbeda tergantung pada enzim
komplemennya. Beberapa organisme mampu memfermentasi gula seperti glukosa secara
anaerob, ketika yang lainnya menggunakan jalur aerob. Sedang yang lain, fakultatif
anaerob secara enzimatik dapat menggunakan jalur aerob dan anaerob, sedang yang
lainnya tidak mampu mengoksidasi glukosa secara keduanya.
Dalam fermentasi, substrat seperti karbohidrat dan alkohol mengalami disimilasi
anaerob dan menghasilkan asam organik (contohnya laktat, formiat atau asam asetat) dan
mungkin juga dihasilkan gas seperti H2 dan CO2.
3. Test H2S dan Fermentasi Gula-Gula
Tes fermentasi gula- gula (TSI) dirancang untuk membedaan kelompok genus dari
Enterobacteriaceae, dimana semua bakteri gram negatif mampu melakukan fermentasi
glukosa dengan memproduksi asam, dan untuk membedakan gram negatif genus
Enterobacteriaceae dari bakteri intestinal. Agar TSI terdiri dari laktosa, sukrosa dalam 1%
konsentrasi, dan glukosa dalam konsentrasi 0,1%, yang hanya bermanfaat untuk
mendeteksi substrat. Indikator asam basa phenol red juga dapat digunakan mendeteksi
fermentasi karbohidrat dilihat dengan cara perubahan warna medium dari jingga-merah
menjadi kuning dikarenakan adanya basa.
Setelah melalui inkubasi, kita dapat mendeteksi aktivitas fermentasi dari organisme
yang dapat didiskripsikan dibawah ini :
a. Basa slant (merah) dan asam butt (kuning) dengan atau tanpa memproduksi gas.
Maka dengan hal ini hanya fermentasi glukosa yang terjadi.
b. Asam slant (kuning) dan asam butt (kuning) dengan atau tanpa produksi gas.
Hal ini menandakan hanya fermentasi laktosa dan glukosa yang terjadi.
c. Basa slant (merah) dan basa butt (merah) atau butt tidak berubah (jingga-butt)
Hal ini menandakan tidak adanya fermentasi karbohidrat yang terjadi.
Media TSIA juga mengandung natrium tiosulfat, sebuah substrat untuk
memproduksi H2S, dan ferro sulfat untuk deteksi warna produk akhir. Inkubasi lebih
lanjut, hanya organisme kultur yang mampu memproduksi H2S yang menunjukkan
endapan hitam pada butt karena penurunan kelarutan ferro sulfat.
4. Test Indol
Triptofan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi karena
aktivitas enzim beberapa bakteri. Perubahan triptofan menjadi produk metabolisme
diperantarai dengan enzim triptofanase. Kemampuan untuk menghidrolisis triptofan
dengan membentuk indol bukan merupakan karakter seluruh mikroorganisme dan
karenanya digunakan sebagai penanda biokimia.
5. Test MR
Pada test pH, indikator methyl red mendeteksi adanya asam dalam konsentrasi
besar sebagai produk akhir. Banyak mikroorganisme enterik (yang berada dalam saluran
cerna) memfermentasi glukosa dengan memproduksi asam organik, test ini berguna dalam
pemisahan E. coli dan E. aerogenes.
6. Test VP
Test Voges Proskauer membedakan kemampuan beberapa mikroorganisme untuk
memproduksi produk akhir yang bersifat tidak asam / netral, seperti asetilmetil-karbinol
dari asam organik yang dihasilkan dari metabolisme glukosa.
7. Test Penggunaan Sitrat
Beberapa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
untuk energi. Sitrat dipecah dengan enzim sitrase menjadi asam oksaloasetat dan asetat.
8. Test Urease
Urease yang diproduksi oleh beberapa mikroorganisme, sebuah enzim yang
khusunya membantu identifikasi Proteus vulgaris. Urease merupakan enzim hidrolitik
yang menyerang ikatan antara nitrogen dan karbon pada amida seperti urea dan
membentuk produk akhir bersifat basa (ammonia).
9. Test Katalase
Selama respirasi aerob, mikroorganisme memproduksi hidrogen peroksida dan
dalam beberapa kasus, suatu superoksida yang merupakan zat toksik berbahaya. Akumulasi
dari substansi ini akan menyebabkan kematian dari organisme kecuali jika substansi ini
dapat didegradasi secara enzimatis. Substansi ini diproduksi ketika digunakan jalan
respirasi aerob dimana oksigen menjadi akseptor elektron terakhir, selama degradasi
karbohidrat untuk produksi energi. Organisme yang mampu memproduksi katalase secara
cepat mendegradasi hidrogen peroksida.
C. LANDASAN TEORI

Bakteri memiliki dinding sel yang tebal dan kaku yang terdiri dari peptidoglikan yakni
sebuah substansi yang terdiri dari N-asetilglukosamin, asam N-asetilmuramat dan rantai
peptida pendek.
Pengecatan gram termasuk dalam pengecatan differensial, yakni pengecatan untuk
membedakan jenis bakteri. Berdasarkan pada hasil pengecatan gram, secara umum, bakteri
dibedakan menjadi 2 jenis yakni bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif akan memberikan warna ungu sedang bakteri gram negatif memberikan warna pink
setelah mengecatan gram. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur dinding
sel.
Bakteri gram positif memiliki struktur dinding sel yang tebal dengan adanya banyak
lapisan peptidoglikan. Bakteri ini juga memiliki asam teikoat yang banyak mengandung
alkohol dan fosfat. Karena adanya gugus fosfat ini, asam teikoat dapat mengikat dan mengatur
keluar masuknya kation serta mencegah adanya kerusakan pada dinding sel dan kemungkinan
lisisnya sel.
Bakteri gram negatif memiliki struktur dinding sel yang terdiri dari sedikit
peptidoglikan dan membran luar, dimana peptidoglikan terikat pada lipoprotein. Karena
sedikitnya kandungan peptidoglikan yang ada pada dinding sel bakteri gram negatif, maka
dinding sel akan lebih mudah mengalami kerusakan mekanik. Selain itu, pada membran luar
yang terdiri dari pipopolisakarida, lipoprotein dan fosfolipid, terdapat porin sebagai saluran
yang berfungsi mengatur keluar masuknya molekul seperti nukleotida, disakarida, peptida,
asam amino, vitamin B12, dan zat besi.
Uji biokimia digunakan untuk memahami fisiologi dan beberapa test dilakukan untuk
membedakan antar spesies bakteri karena adanya sifat metabolik yang hanya dimiliki oleh
spesies tertentu. Beberapa uji biokimiawi yang dilakukan diantaranya : test hidrolisis gelatin,
test fermentasi karbohidrat, test H2S dan fermentasi gula-gula, test indol, test MR-VP, test
penggunaan sitrat, test urease dan test katalase.
D. SKEMA KERJA
I. Pengecatan Gram
Alat dan Bahan :
 Mikroskop cahaya
 Crystal violet (Gram A)
 Larutan iodine (Gram B)
 Alkohol 96% (Gram C)
 Safranin (Gram D)
 Minyak immersi
 Isolat murni bakteri tanah (hasil percobaan Acara III)
 Gelas benda
 Jarum ose

Skema Kerja :
Pulasan bakteri dibuat di atas objek gelas, dikeringkan dan difiksasi dengan api.

Cat crystal violet (Gram A) diteteskan dan didiamkan 30-60 detik.

Sisa cat dibuang dan sisanya dicuci dengan air mengalir.

Larutan iodine (Gram B) diteteskan dan didiamkan selama 1-2 menit.

Dicuci dengan air mengalir, kemudian didekolorisasi (diberi larutan peluntur) dengan
alkohol (Gram C) (kira-kira 20 detik, hati-hati jangan sampai berlebihan yang
mengakibatkan kesalahan hasil).

Dicuci dengan air mengalir, ditambahkan larutan safranin (Gram D) selama 10-20 detik.

Dicuci kembali dengan air mengalir, diangin-anginkan dan diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran kuat (1000x) menggunakan minyak immersi.

Hasil-hasil pengecatan bakteri digambar dengan diberi keterangan mengenai warna sel
bakteri yang menunjukkan sifat gram dan bentuk sel.

II. Uji Biokimia


Alat dan Bahan :
 Isolat murni bakteri tanah (hasil percobaan Acara III) dalam NA miring dan NB (nutrien
cair)
 Reagen untuk test oksidase : tetramethyl-paraphenyldiamine
 Reagen untuk test katalase : 10% atau 30% H2O2
 Bahan untuk test O-F : media O-F yang mengandung 0,5-1% karbohidrat, paraffin cair
 Bahan untuk test sitrat : Simmons Citrate Agar yang mengandung indikator Brom
Thymol Blue-BTB
 Bahan untuk test dekarboksilase lysin : media Lysin Iron Agar (LIA) yang mengandung
Lysin dan indikator Brom Cresol Purple-BCP
 Media Nutrient Agar (NA)
 Gelatin
 Media TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
 Bahan untuk test pembentukan indol : media Tryptone Water, reagen Kovacs
 Bahan untuk test MR-VP : media MR-VP, larutan 40% KOH, larutan 5% alpha-napthol
 Bahan untuk test urease : media Urea Broth, indikator Phenol Red
 Buku Panduan Determinasi Bakteri : Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
(Holt et al., 2000)
 Jarom ose
 Pipet volume steril

Skema Kerja :
1. Test Oksidase
2-3 tetes larutan tetramethyl-paraphenyldiamine diletakkan pada kertas saring.

Suspensi isolat murni dalam nutrien cair diambil dan diinokulasikan pada kertas saring
yang telah ditetesi reagen.

Diamati dan hasil pengujian dilaporkan.

2. Test Katalase
1-2 tetes 10 atau 30% H2O2 diletakkan pada gelas benda.

Ditambahkan 1 ose atau 2-3 tetes suspensi isolat murni bakteri.

Diamati dan dibandingkan dengan kontrol.

3. Test O-F (Oksidasi-Fermentasi)


Isolat murni bakteri diinokulasikan secara hati-hati ke dalam 4 tabung berisi media O-F
yang mengandung 0,5-1% karbohidrat (glukosa, laktosa, manitol, maltosa atau sukrosa)
secara tusukan.
Tabung I ditutup dengan paraffin lunak, tabung II tidak ditutup paraffin, tabung III dan
IV sebagai kontrol (ditutup paraffin dan tidak ditutup paraffin tanpa inokulasi bakteri).

Diamati setelah 24 jam dalam suhu kamar.

Perlakuan dibandingkan dengan kontrol.

4. Test Penggunaan Sitrat


Isolat murni bakteri diinokulasikan secara goresan zig-zag menggunakan ose dan
dengan tusukan menggunakan jarum inokulasi pada media Cimmons Sitrat Agar miring.

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Perubahan warna diperhatikan dengan melihat perubahan warna dari hijau menjadi biru.

Dibandingkan dengan kontrol.

5. Test Dekarboksilase Lysin


Pada medium yang mengandung lysin dan kontrol (media tanpa lysin) diinokulasi
secara tusukan dengan isolat murni bakteri.

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Dibandingkan dengan kontrol (positif jika berubah warna dari ungu menjadi kuning lalu
menjadi ungu lagi).

6. Test Hidrolisis Gelatin


Dengan cara tusukan, isolat murni bakteri diinokulasikan pada media yang mengandung
gelatin sedalam ¾ bagian dari lapisan permukaan.

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Pada saat pengamatan, tabung perlakuan dan kontrol (media tanpa inokulasi bakteri)
dimasukkan dalam lemari es selama 30 menit (positif berarti terjadi pencairan).

7. Test H2S dan Fermentasi Gula-Gula


Dengan menggunakan media TSIA, isolat murni bakteri diinokulasikan secara goresan
dengan jarum ose dan secara tusukan dengan jarum inokulasi.

Diinkubasikan selama 24 jam.

Dibandingkan dengan kontrol.

8. Test Indol
1 tabung media Tryptone Water diinokulasi dengan2 tetes isolat murni bakteri dan 1
tabung media untuk kontrol.

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Setelah diinkubasi, tiap tabung ditambah 10 tetes reagen kovacs.

Dibandingkan dengan kontrol.

9. Test MR (Methyl Red)


Isolat murni bakteri diinokulasikan pada media MR-VP (Methyl Red-Voger Proskauer).

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Ditambahkan 5 tetes reagen Methyl Red ke dalam tabung berisi media MR-VP.

Dikocok hati-hati dan dibandingkan dengan kontrol.

10. Test VP (Voges Proskauer)


Isolat murni bakteri diinokulasikan pada media MR-VP.

Diinkubasikan pada suhu kamar selama 24 jam.

Ditambahkan 0,6 mL larutan alpha-naphtol 5% dilanjutkan 0,2 mL KOH 40%.

Dikocok hati-hati, dilonggarkan tutupnya, dikocok kembali, diulang setiap 5 menit,


dibaca perubahan warnanya setelah 30 menit.
Dibandingkan dengan kontrol.

11. Test Urease


Media Urea Broth yang mengandung indikator fenol merah diinokulasikan dengan 1
tetes kultur murni bakteri.

Diamati perubahan warna menjadi merah (phenol red) setelah 24 jam pada suhu kamar.

Dibandingkan dengan kontrol.

III. Determinasi
Hasil pengujian dimasukkan dalam daftar pengamatan.

Masing-masing digambar dan ditabulasikan.

Dicocokkan dengan buku panduan determinasi bakteri (Bergey’s Manual).


E. HASIL PENGAMATAN
Tabel I. Hasil Pengamatan Morfologi Sel Isolat Murni Bakteri Tanah:

Uji Morfologi Sel


Hasil Pengamatan Kesimpulan Gambar Teoritis
Bakteri
Praktikan tidak
Menurut teori
mendapatkan hasil
bakteri Escherichia
Pengecatan Gram dari pengecatan
coli termasuk
gram yang
bakteri gram negatif.
dilakukan.

Tabel II. Hasil Pengamatan Uji Biokimiawi Isolat Murni Bakteri Tanah :

Hasil Pengamatan
Uji Biokimiawi Gambar
dan
Bakteri Kontrol Perlakuan
Kesimpulan
Test Oksidase (Tidak dilakukan) - -
Dari hasil perakuan E-coli
dengan H2O2, ditemukan buih-
buih O2 pada preparat
sedangkan pada kontrol hanya
Test Katalase
berupa cairan jernih.
Kesimpulan : Bakteri mampu Ket: 1. Larutan H2O2, 2.
Ket :1. Larutan H2O2
memecahkan H2O2 menjadi H2O Buih- buih.
dan O2 (Hasilnya positif)
Test O-F Dari hasil perlakuan media OF
(Oksidasi- tanpa parafin, media berubah
Fermentasi) dari warna hijau menjadi warna
kuning jingga.
Kesimpulan : Hasilnya positif
bakteri mampu mengoksidasi
karbohidrat.
Ket : 1.Media OF.
Ket : 1.Media OF.
Dari hasil perlakuan media OF
menggunakan parafin, media
berubah dari warna hijau
menjadi kuning.
Kesimpulan : Hasilnya positif
bakteri mampu mengoksidasi
dalam keadaan tanpa udara.
Dari kedua hasil menunjukkan
Ket: 1. Media OF,
bakteri bersifat fakultatif Ket :1.Media OF,
2.Parafin. 2.Parafin.
anaerob.

Tidak ditemukan perbedaan


antara hasil media sinamons
sitrat kontrol dengan perlakuan,
Test Penggunaan keduanya berwarna hijau.
Sitrat Kesimpulan : Hasilnya negatif
artinya bakteri tidak
menggunakan sitrat sebagai
sumber energi. Ket : 1.Media Ket : 1. Bakteri E-coli, 2.
Sinamons sitrat. Media Sinamons sitrat

Hasil dari perlakuan media


berubah warna awalnya
berwarna ungu kemudian
Test
kuning dan berubah kembali
Dekarboksilase
menjadi ungu.
Lisin
Kesimpulan : Hasilnya positif
bakteri E-coli mampu
mendekarboksilasi lisin. Ket : 1. Bakteri E-coli, 2.
Ket : 1. Media Lisin.
Media Lisin.
Hasil pada perlakuan sama
dengan kontrol media,
warnanya kuning dan medianya
Test Hidrolisis
masih padat.
Gelatin
Kesimpulan : Hasilnya negatif
bakteri tidak menghasilkan
enzim gelatine.
Ket : 1. Media Gelatin. Ket : 1. Media Gelatin
Hasil dari perlakuan media
berubah dari warna merah
menjadi warna kuning. Warna
kuning terdapat pada bagian
slant dan butt. Tidak ditemukan
Test H2O dan adanya endapan hitam H2S.
Fermentasi Gula- Kesimpulan : Hasil
Gula fermentasinya positif sehinnga
bakteri dapat memfermentasi
glukosa, sukrosa, laktosa. Hasil
Ket : 1. Media TSIA Ket : 1. Bakteri E-coli
test H2S nya negatif karena
dan Media TSIA, 2. Gas.
asam amino sistein tidak dapat
mensulfurasi.
Hasil dari perlakuan, terbentuk
cincin berwarna merah
sedangkan cincin pada kontrol
berwarna jingga.
Test Indol Keterangan : Hasilnya positif
sehingga bakteri bisa
memproduksi gugus Indol
Ket : 1. Cincin jingga,
dengan terbentuknya cincin Ket : 1. Cincin merah, 2.
2. Media Triptone
merah. Media Triptone Water
Water
Hasil perlakuan sama dengan
media kontrol, keduanya
berwarna kuning. Namun pada
teori seharusnya pada perlakuan
Test MR
media berwarna merah.
(Methyl Red)
Kesimpulan : Seharusnya
hasilnya positif sehingga bakteri
E-coli mampu memfermentasi
Ket : 1. Media Ket : 1. Media
asam (Butadiol).

Hasil media perlakuan berwarna


lebih pudar kuningnya dari pada
media kontrol.
Test VP (Voges
Kesimpulan : Hasilnya negatif
Proskauer)
sehingga bakteri E-coli tidak
mampu memfermentasi asetil
metil karbinol.
Ket : 1. Media Ket : 1.Media

Hasil media perlakuan dengan


kontrol sama- sama berwarna
ungu.
Test Urease Kesimpulan : Hasilnya negatif
sehingga bakteri E-coli tidak
dapat mengubah Urea menjadi
NH3.
Ket : 1. Media Urea Ket : 1. Media Urea
Broth Broth
F. PEMBAHASAN
PENGECATAN GRAM
Tujuan pengecatan gram adalah untuk melihat bentuk sel , rangkaian sel , dan sifat
gram (gram positif dan gram negatif). Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi
atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteritersebut ditentukan oleh
komposisi dinding selnya. Oleh karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma ( Dwidjoseputro,
1994). Pengenalan bentuk mikroba harus dilakukan pewarnaan terlebih dahulu agar dapat
diamati dengan jelas. (Hadiutomo , 1990). Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat
dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan
pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah
difiksasi dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan
di antara sel-sel microba atau bagian-bagian sel mikroba dan menggunakan lebih dari 1 macam
zat warna disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel , termasuk
dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan pengecatan kapsul.
(Waluyo,2010) .Dalam praktikum ini , praktikan menggunakan pengecetan differensial yaitu
menggunakan cat utama (crystal violet) dan safranin sebagai cat lawan.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
1. Gram A /Zat warna utama (violet kristal)
2. Gram B /Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan
warna utama.
3. Gram C /Pencuci / peluntur zat warna (alkohol / aseton) yaitu solven organic yang
digunakan untuk melunturkan zat warna utama.
4. Gram D / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alkohol.
Teknik aseptis dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba. Teknik
aseptis yang dilakukan pada kegiatan ini pada saat awal membersihkan kaca benda dan pada
saat membuat olesan pada kaca benda dari biakan bakteri.
Sebelum dilakukan pewarnaan, praktikan membuat ulasan bakteri diatas kaca object
yang steril kemudian dikeringkan. Lalu ulasan ini kemudian difiksasi. Fiksasi dapat dilakukan
dengan cara melewatkan preparat diatas api. Tujuan fiksasi ini untuk melekatkan bakteri pada
kaca objek tanpa mengubah dan merusak struktur bakteri serta bisa meningkatkan daya afinitas
bakteri. Setelah di fiksasi, diteteskan cat crystal violet. Crystal violet adalah sebagai cat utama.
Lalu diteteskan larutan iodine, fungsi dari larutan iodine ini adalah untuk memperkuat cat
utama, kemudian didecolorisasi menggunakan alkohol sehingga dapat meluntukan cat utama,
dan dapat diwarnai dengan cat lawan (safranin). Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna,
selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek dengan menggunakan air. Pembilasan ini
bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan. Setiap akhir
pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan air bilasan dari air dengan
menggunakan kertas tissu agar aquades tidak tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang
akan diberikan. Setelah itu baru dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, apakah bakteri
tersebut gram positif atau gram negatif. Sebelum dilakukan pengamatan dibawah mikroskop,
ditambahkan minyak immerse. Minyak immerse digunakan untuk memperbesar indeks bias,
memperbesar fokus dan memisahkan koloni bakteri sehingga mendapatkan sel tunggal yang
terpisah.
Jika gram positif maka warnanya ungu. Dinding sel bakteri gram positif memiliki
peptidoglikan yang tebal dan lipid yang tipis sehingga memiliki afinitas kuat terhadap crystal
violet maka dapat mengikat kuat crystal violet. Oleh sebab itu ketika ditetesi oleh alkohol
warnanya tidak akan luntur karna dinding sel mengalami dehidrasi dan pori pori menyempit
sehingga kompleks kristal tetap terikat didalam dinding sel. Bakteri gram positif sulit untuk
diwarnai oleh cat lawan(safranin), karna ukuran partikel safranin lebih kecil dari pada
kompleks kristal violet yodium. Sehingga warnanya akan tetap ungu.
Sedangkan bakteri gram negatif karna dia memiliki lipid yang tebal sehingga jika
ditetesi dengan alkohol dia akan melarutkan outer membran dan peptidoglikan. Hal ini
membuat pori pori menjadi besar dan kompleks kristal violet yodium dapat luntur(tercuci) dan
bakteri menjadi tidak berwarna .Sehingga ketika diberi safranin dapat terwarnai dan berubah
warnanya menjadi pink.
Dalam praktikum, praktikan tidak menemukan bakteri baik gram positif ataupun gram
negatif. Hal ini bisa disebabkan karna fiksasi yang tidak optimal sehingga bakteri uji kurang
melekat, saat memanaskan ke bunsen terlalu dekat, memulas bakteri ke kaca objek terlalu
sedikit, pemberian alkohol terlalu banyak, saat dicuci terlalu bersih sehingga bakterinya ikut
tercuci. Akibatnya tidak ditemukannya bakteri.
Kelebihan metode pengecetan :
1. Pengecatan Gram penting sebagai pedoman awal untuk memutuskan terapi antibiotik,
sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab infeksi (kultur dan tes kepekaan bakteri
terhadap antibiotik). Hal ini karena bakteri Gram positif dan negatif mempunyai
kepetkaan yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika.
2. Kadang-kadang morfologi bakteri yang telah dicat Gram mempunyai makna diagnostik.
Misalnya pada pemeriksaan Gram ditemukan Gram negatif diplococci intraseluler dari
spesimen pus (nana) uretral, maka memberikan presumptive diagnosis untuk penyakit
infeksi gonore.
Kekurangan metode pengecetan :
1. Pengecatan Gram memerlukan mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 10 4
per ml. Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan
serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk mengkonsentrasikan
mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil sentrifuge) kemudian dilakukan
pengecatan untuk diperiksa secara mikroskopis.
2. Tidak bisa membedakan secara spesifik mana bakteri yang positif atau negatif

PEMBAHASAN UJI BIOKIMIAWI :


Tujuan uji biokimiawi adalah untuk mengidentifikasi dan mendeterminasi bakteri
berdasarkan sifat sifat biokimiawinya. Ada beberapa test yang dilakukan.
Test oksidase
Tujuan dari test oksidase ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri uji dapat
menghasilkan enzim oksidase sitokorm atau tidak . Dalam praktikum kali ini test oksidase tidak
dilakukan dikarenakan tidak adanya reagen yang tersedia di laboratorium yaitu tetramethyl
paraphenyldiamine. Enzim oksidase sitokorm ini digunakan bakteri untuk respirasi sehingga
dapat mengetahui sifat bakteri tersebut anaerob atau aerob. Hasil positif ditunjukan apabila
timbul warna ungu kehitaman setelah didiamkan beberapa saat.
Reaksi yang terjadi
H3C N C3H H3C N+ C3H

Oksidasi sitokrom

H3C N CH3 H3C N+ CH3

Test katalase
Tujuan dari test katalase ini adalah untuk mengetahui kemampuan mikroba yang dapat
menghasilkan enzim katalase . Media yang digunakan adalah H 2O2. Katalase merupakan enzim
yang mampu menguraikan H2O2 menjadi H2O + O2 . H2O2 bersifat toksik sehingga perlu
diuraikan agar tidak berbahaya. Hasil positif ditunjukan apabila timbul buih setelah bakteri uji
diteteskan pada kaca objek yang bersisi tetesan H2O2 . Buih ini berasal dari O2 hasil peruraian .
Dalam praktikum , hasil yang didapat adalah positif yaitu terbentuknya buih buih artinya
bakteri dapat menghasilkan enzim katalase.
Reaksi yang terjadi

2 O2-* + 2H+ H2O2 + O2(g)

H2O2 H2O + ½ O2 (g)

H2O2 + senyawa organik senyawa organik teroksidasi + H2O

Test Indol
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bakteri mengahasilkan gugus indol atau
tidak. Media yang digunakan adalah tryptone water yang mengandung asam amino tryptofan.
Reagen yang digunakan adalah reagen kovacs yang mengandung paradimetil amino
benzaldehid. Reagen ini bereaksi dengan indol dan menghasilkan senyawa tidak larut air. Uji
Indol dikatakan positif ditandai dengan terbentuknya cincin merah pada permukaan media
yang menunjukkan bakteri memiliki enzim triptonase yang dapat menghidrolisis asam amino
jenis triptofan yang memiliki gugus samping indol sehingga indol akan bereaksi dengan reagen
uji dan membentuk indol (cincin berwarna merah). Dalam praktikum , hasil yang didapat
adalah positif , berarti bakteri dapat menghasilkan gugus indol.
Reaksi yang terjadi :
Asam amino

O
CH2 CH C O
triptofanase
NH2 OH
H2 O + H3C C + NH3
N C O
N amoniak
HO
H H
asam piruvat
indol
triptofan

H3C

N + + H2O
N N
H
N(CH3)2 H H
indol
p-dimetil N(CH3)2
amino
rosindol
benzaldehida
(berwarna
(reagen merah)
kovac)

Gambar 9. Hidrolisis triptofan dan uji indol (Lay, 1994)

Test Hidrolisis Gelatin


Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri apakah dapat menghasilkan
gelatinase proteolitik atau tidak. Test hidrolisis gelatin menggunakan media semi padat yaitu
gelatin. Uji gelatin di laboratorium digunakan dengan cara menusukkan mikroorganisme yang
diuji ke dalam media semi padat yang mengandung kaldu nutrien dan gelatin. Media ini
diinkubasi selama 24 jam dan diinkubasikan pada lemari es selama 30 menit. Indikator
pengamatan reaksi positif jika medium tetap menjadi cair setelah dikeluarkan dari kulkas, dan
negatif apabila medium berubah menjadi padat. Hidrolisis gelatin terjadi karena bakteri
menghasilkan gelatinase untuk menghidrolisis polimer protein, gelatin, asam amino. Prinsip uji
Gelatin yaitu untuk melihat kepemilikian enzim proteolitik pada bakteri untuk menguraikan
gelatin. Gelatin yang telah teruraikan oleh bakteri tidak akan membeku pada suhu dingin.
Sebaliknya gelatin yang tidak teruraikan oleh bakteri akan membeku pada suhu dingin. Jadi uji
positif ditandai dengan gelatin yang cair pada suhu dingin (Lehninger 1982). Berdasarkan hasil
percobaan bakteri uji tetap cair meskipun pada suhu dingin sehingga menghasilkan hasil
positif pada uji gelatin. Sehingga bakteri dapat menghasilkan enzim gelatinase proteoltik.
Reaksi yang terjadi :

Gelatin enzim proteolitik Polipeptida peptidase


a
Gelatinase

Test Dekarboksilasi Lisin


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri uji dapat
mendekarboksilasi lisin atau tidak. Lisin merupakan protein jenis asam amino. Dekarboksilase
adalah proses penguraian gugus gugus karbonil atau gugus gugus asam dari asam amino
sehingga menjadi produk aminonya . Media yang digunakan adalah Lisin lron Agar yang
mengandung lisin dan indikator brom cresol purple – BCP dan media tanpa lisin. BCP
bertindak sebagai indikator pH. Dalam suasana asam BCP berwarna kuning sedangkan suasana
basa berwarna ungu . Pada mulanya terjadi fermentasi gula menjadi alkohol sehingga pH turun
akibatnya suasananya asam ditunjukan dengan warna kuning . Jika bakteri dapat
mendekarboksilasi lisin yang menghasilkan amina maka akan terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi ungu kembali. Dari hasil percobaan menunjukan hasil positif artinya bakteri
dapat mendekarboksilasi lisin.

Reaksi yang terjadi Dekarboksilasi lisin

NH2-(CH2)4-COOH NH2-(CH2)5-NH2 + CO2


Lisin Ladaverin

Test O-F (Oksidasi-Fermentasi)


Menggunakan media O-F, perlakuan dilakukan di media yang diberi parafin dan tidak
diberi parafin.Uji ini bertujuan untuk menguji kemampuan bakteri dalam melakukan
metabolisme karbohidrat secara oksidatif atau fermentasi. Bakteri memakai karbohidrat sebagai
nutrisi dan akan terbentuk produk akhir berupa gas dan asam. Bakteri memetabolisme
karbohidrat (glukosa/laktosa) dan menghasilkan substrat. Hasil positif pada uji ini
menghasilkan warna kuning.
Hasil percobaan : positif (berwarna kuning) pada tabung perlakuan yang diberi parafin
dan tidak. Bakteri bersifat bakteri fakultatif, yaitu bakteri bersifat aerob (butuh oksigen) dan
anaerob (tidak butuh oksigen).
Reaksi yang terjadi

Oksidasi :

C6H12O6 asam glukonat asam piruvat

Fermentasi :

Glukosa glukosa – 6 - phosphart


Asam – 6 – phospoglukonik

Pentosa Shunt ertner duodraft parthway embden – meyerhot

parthway

asam piruvat

Test Metil Red dan Voges Proskauer


a. Metil Red
Uji ini bertujuan untuk mendeteksi bakteri yang menggunakan jalur asam campur dengan
media MR-VP. Hasil test jika terjadi pembentukan warna merah dalam waktu 30 menit dan
warna kuning jika negatif.
Hasil percobaan : kuning (negatif), bakteri tidak memfermentasi asam.

Reaksi yang terjadi : Laktat


Glukosa Piruvat
Asetil ko A
Format
oksaloasetat

b. Voges Proskauer
Dengan media MR-VP, uji ini bertujuan untuk mendeteksi bakteri yang menggunakan jalur
fermentasi butilena glikol. Hasil positif pada uji ini akan menghasilkan warna merah dan
warna coklat jika hasil negatif.
Hasil percobaan : coklat (negatif), bakteri tidak memfermentasi asetil metil karbinol.
Reaksi yag terjadi :

C6H12O6 fermentasi C3H7O2


Glukosa Asetil metil karbinol

C4H10O2 + C4H8O2 O2 C4H6o2

KO
Butanadiol asetilmetilkarbinol diasetilkarbinol
H
C4H6O2 + C3H8O2N kompleks berwarna merah bata

Test Penggunaan Sitrat


Tujuan dari uji ini adalah menguji kemampuan bakteri memfermentasikan sitrat sebagai
sumber energi pada media Simmon Citrat. Pengisolasian bakteri dilakukan dengan cara tusukan
dan zigzag (goresan), tujuannya pemanfaatan media. Hasil positif dari uji ini adalah media
menghasilkan warna biru dan tidak terjadi perubahan warna apabila hasil negatif (media
berwarna hijau).
Hasil percobaan : hijau (negatif), bakteri tidak memfermentasikan sitrat sebagai sumber
energi.
Reaksi yang terjadi :

C3H4OH (COONa)3 . H2O Na2CO3


Sodium nitrat natrium bikarbonat

Test Urease
Fungsi uji ini adalah mendeteksi bakteri yang dapat mendegradasi degan cepat. Uji ini
menggunakan media Urea Broth yang mengandung indikator fenol merah. Apabila fenol merah
menghasilkan warna kuning, maka lingkungan adalah asam. Apabila berubah menjadi fuchsia
maka lingkungan berarti basa. Hasil positif pada uji urease adalah merah.
Hasil percobaan : merah (positif), bakteri dapat mendegradasi dengan cepat.

urease

CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2NH3


urea amonia

Test H2S dan Fermentasi Gula-Gula


Uji ini menggunakan media TSIA dan pengisolasian bakteri dilakukan dengan cara
tusukan dan goresan untuk memanfaatkan media. Pada media TSIA terdapat 2 bagian yaitu
slunt dan butt. Apabila slunt berwarna merah dan butt berwarna kuning maka terjadi fermentasi
glukosa. Apabila slunt dan butt berwarna kuning maka terjadi fermentasi sukrosa dan laktosa.
Jika slunt dan butt berwarna merah maka tidak terjadi proses fermentasi 3 gula (glukosa,
sukrosa, laktosa) Hasil positif adalah perubahan warna dari merah menjadi kuning.

Hasil percobaan H2S : negatif karena tidak ada endapan. Asam amino sistein tidak dapat
mensulfurasi bakteri sehingga tidak terbentuk endapan H2S.
Hasil percobaan fermentasi gula : positif (butt dan slunt berwarna kuning), bakteri
mampu memfermentasi gula sukrosa dan laktosa.
Reaksi yang terjadi :

desulfase

C3H7O2SN H2S + C2H3O4 + NH


sistein
Sistein asam piruvat

H2S (l) + FeSO4 (l) FeS + H2SO4 (l)

Hidrogen + perrosulfat perrosulfat (hitam)


Sulfida

DETERMINASI
Genus Escherichia
Berbentuk tabung, 1.1 – 1.5 µm x 2.0 – 6.0 µm, terdapati single atau berpasangan.
Kapsul dan mikrokapsul dijumpai di berbagai jaringan. Gram negatif. Berkembang biak dengan
flagel dan ada yang tidak berkembang biak. Fakultatif anaerob. Kemoorganotropi, memiliki
dua tipe metabolisme yaitu respirasi dan fermentasi. Temperatur optimal adalah 37 0C. D-
Glukosa dan karbohidrat yang lain dikatabolisme degan pembentukan asam dan gas. Oksidasi
negatif, katalase positif, methyl red positif, Voges-Proskauer negatif, dan terkadang sitrat
negatif. H2S, urease, dan lipase adalah negatif. Spesies Escherichia mereduksi nitrat. Semua
atau sebagian menyaring fermen L-arabinose, maltose, D-mannitol, D-mannose, L-rhamnose,
trehalose, D-xylose. O-Nitrofenil-β-D-galaktopiranoside positif. Terjadi secara normal di
bagian terbawah pada usus besar hewan berdarah panas, dan, pada kasus E. Blattae, pada
kecoa. E.coli menyaring kandungan enterotoxin dan/atau unsur yang berbahaya, termasuk
penyerbuan dan unsur colonisasi, penyebab penyakit diare. E.Coli juga menjadi penyebab
utama dari infeksi saluran kencing dan infeksi nosocomial termasuk septicemia dan meningitis.
Spesies lain selain E.blattae, jarang dijumpai berpeluang sebagai patogen, sering kali
berhubungan dengan infeksi luka.
Tipe spesies : Escherichia coli
G. KESIMPULAN
1. Dari praktikum yang dilakukan, praktikan tidak dapat menemukan bentuk bakteri
Escherichia coli dan hasil dari pengecatan gram. Namun dalam data teoritis bentuk sel
Escherichia coli adalah tabung dan berukuran 1.1 – 1.5 µm x 2.0 – 6.0 µm. Rangkaian sel
dari bakteri Escherichia coli terdapat bentuk single atau berpasangan. Bakteri Escherichia
coli termasuk dalam gram negatif.
2. Hasil dari uji biokimiawi bakteri Escherichia coli adalah Oksidasi negatif, katalase positif,
methyl red positif, Voges-Proskauer negatif, dan terkadang sitrat negatif. H 2S, urease, dan
lipase adalah negatif.
H. DAFTAR PUSTAKA
Cappuccino, J.G. and Sherman, Natalie., 2011, Microbiology : A Laboratory Manual, 9th ed.,
Pearson Benjamin Cummings, San Francisco, pp. 150, 155, 161, 162, 165-169, 175,
179.
Hogg, S., 2005, Essential Microbiology, Wiley, England, p. 59.
Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T., 1993, Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology, 9th ed., Lippinscot Williams & Wilkins, Philadelphia, p.
179.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., and Clark, D.P., 2012, Brock Biology of
Microorganisms, 13th ed., Pearson Benjamin Cummings, San Francisco, p. 26.
Pommerville, Jeffrey C., 2011, Alcamo’s Fundamentals of Microbiology, 9th ed., Jones and
Bartlett Publishers, LLC., Canada, pp. 80, 88.
Tortora, G.J., Funke, B.R. and Case, C.L., 2010, Microbiology An Introduction, 10th ed.,
Pearson Benjamin Cummings, San Francisco, pp. 85, 87.

Pembahasan :
Dwidjoseputro, D, 1994, Ekologi Manusia dan Perkembangannya, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hadiutomo , 1990, Mikrobiologi Dasar , Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Waluyo,lud, 2010, Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum, UMM. Malang, hal 21.

Yogyakarta, 25 Maret 2015


Praktikan I Praktikan II

Agatha Nensida Venary Akhlaqul Karimah W.S.H.

Praktikan III Praktikan IV

Erica Kusuma Rahayu S. Dian Pertiwi


I. JAWABAN PERTANYAAN DAN LAMPIRAN
1. Identifikasi bakteri pengecetan gram perlu dilakukan karena melalui pengecetan dapat
memperjelas sel bakteri seperti bentuk sel, rangkaian sel, serta dapat mengetahui sifat
bakteri apakah gram positif atau gram negatif. Sehingga dapat mempermudah identifikasi
selanjutnya.
2. Pengamatan yang bisa digunakan sebagai parameter untuk mengidentifikasi dan
mendeterminasi bakteri yang tak dikenal :
 Test oksidase
 Test katalase
 Test indol
 Test O-F
 Test MR-Vp
 Test penggunaaan sitrat
 Test hidrolisis gelatin
 Test urease
 Test H2S dan fermentasi gula
 Pengecetan gram
 Uji morfologi koloni
 Pengecetan spora
3. Mekanisme reaksi biokimiawi yang diuji :
 Test dekarboksilase lisin
Reaksi yang terjadi

NH2-(CH2)4-COOH Dekarboksilasi lisin NH2-(CH2)5-NH2 + CO2


Lisin Ladaverin
Test penggunaan sitrat
Reaksi yang terjadi :
C3H4OH (COONa)3 . H2O Na2CO3
Sodium nitrat natrium bikarbonat
Test urease
Reaksi yang terjadi
CO(NH2)2 + H2O CO2 + 2NH3
urea amonia

Test H2S dan fermentasi gula gula


Reaksi yang terjadi :

C3H7O2SN desulfase H2S + C2H3O4 + NH


Sistein sistein asam piruvat

H2S (l) + FeSO4 (l) FeS + H2SO4 (l)


Hidrogen + perrosulfat perrosulfat asam sulfat
sulfida (hitam)
Test Hidrolisis gelatin

Reaksi yang terjadi :


Asam amino

Gelatin enzim proteolitik Polipeptida peptidase


a
Gelatinase

 Test Indol
O
CH2 CH C O
triptofanase
NH2 OH
H2O + H3C C + NH3
N C O
N amoniak
HO
H H
asam piruvat
indol
triptofan

H3C

N + + H2O
N N
H
N(CH3)2 H H
indol
p-dimetil N(CH3)2
amino
rosindol
benzaldehida
(berwarna
(reagen merah)
kovac)

 Test katalase
Reaksi yang terjadi

2 O2-* + 2H+ H2O2 + O2(g)

H2O2 H2O + ½ O2 (g)

H2O2 + senyawa organik senyawa organik teroksidasi + H2O

 Test MR
Laktat
Reaksi yang terjadi :
Glukosa Piruvat Asetil ko A
Format
oksaloasetat
 Test VP
Reaksi yag terjadi :

C6H12O6 fermentasi C3H7O2


Glukosa Asetil metil karbinol

C4H10O2 + C4H8O2 O2 C4H6o2


KO
H
Butanadiol asetilmetilkarbinol diasetilkarbinol

C4H6O2 + C3H8O2N kompleks berwarna merah bata

 Test O-F
Oksidasi :
C6H12O6 asam glukonat asam piruvat

Fermentasi :
Glukosa glukosa – 6 - phosphart

Asam – 6 – phospoglukonik

Pentosa Shunt ertner duodraft parthway embden – meyerhot

parthway

asam piruvat

Anda mungkin juga menyukai