Anda di halaman 1dari 6

Sehingga di dalam PP Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014, Tentang

Perkembangan Kependudukan dan pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, Dan sistem


Informasi Keluarga, disebutkan di dalam Bab 3 pasal 7 ayat 1 mengenai Tanggung Jawab
Pemerintah, bahwasannya kebijakan nasional pembangunan keluarga dimaksudkan untuk
memberdayakan keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga agar dapat melaksanakan
dungsinkeluarga secara optimal. Sehingga dengan demikian diharapkan dapat terwujud dan
optimal fungsi keluarga sebagai fungsi keagamaan ,fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih,
fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi dan
fungsi pembinaan lingkungan dapat tercapai dengan optimal dengan demikian dapat
terlaksana sinkronisasi peran antara keluarga dengan pemerintah, dan dapat dengan mudah
pemerintah memberikan layanan yang terukur dengan adanya perencanaan kependudukan,
dan kerja sama pendidikan kependudukan.1

Dengan adanya undang-undang KB tersebut maka dapat diketahui bahwa adanya program
KB menjadikan sinkron antara kebutuhan yang dibutuhkan keluarga dan program pemerintah
sehingga saling bekerja sama dalam membangun sarana pemerintah dan menjadikan program
tersebut sebagai sarana yang optimal bagi keluarga maupun pemerintah.

Namun di sisi lain, di dalam agama Islam pandangan ulama mengenai program keluarga
berencana muncul banyak berbagai pendapat yang berbeda-beda dalam menanggapi adanya
KB, hal tersebut tidak lepas dari latar belakang dan usaha-usaha dalam menyimpulkan hukum
dari sumber Al-Qur'an dan As-sunah sebagai landasan utama. Adapun Keluarga Berencana
sendiri telah ada pada zaman Nabi SAW yakni praktik 'azl, hanya saja ketentuan di dalam Al-
Qur'an belum memuat ketentuan secara rinci mengenai Keluarga Berencana, perbedaan
tersebut terbagi menjadi 4 perbedaan pendapat di kalangan ulamac ahli fiqh, pertama : ulama
yang membolehkan KB secara mutlak di kondisi apapun, kedua: ulama yang berpendapat
mengaharamkan KB dengan mutlak di suatu kondisi apapun ketiga: ulama yang berpendapat
membolehkan KB atas dasar persetujuan istri sebagai syaratnya, keempat: pendapat ulama
mengenai KB yang diperbolehkan kepada wanita budak bukan kepada wanita yang merdeka. 2

Ulama' syafi'iyyah berpendapat KB dibolehkan walaupun tanpa persetujuan dari istri. Adapun
pendapat jumhur ulama' yang lain, dari ulama' madzhab Hanafi, ulamac madzhab Maliki,
ulama' madzhab Hanbali berpendapat bahwa KB boleh hukumnya dilakukan dengan
persetujuan istri.3 Dr Sa'id Ramadhan Al Buthi merukan sosok ulama' terkemuka di dunia
keilmuan Islam yang masyhur berkaliber Internasional, termasuk pakar fiqh yang menyoroti
mengenai fiqh KB di dalam Islam. Beliau menjadi salah satu ulama' intelektual di zaman
kontemporer yang menjadi rujukan di dalam penelitian Islam Islamic Studies. Sebagai salah
satu Ulama yang menjadi rujukan penelitian Islam, beliau menekuni fan keilmuan Islam yang
kompleks di bidang Ilmu pengetahuan, maka pada sekarang ini dapat didapati karya-karya Al
Buthi di bidang keilmuan-keilmuan Islam yang sangat beragam. Sehingga hampir persoalan
kontemporer mengenai fiqh direspon oleh Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi dan menjadikan
karyanya dan usaha-usaha dari pemikirannya ikut berkontribusi di dalam menghadapi
dinamika kejadian di masa kontemporer. Seorang Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi dengan
1
PP Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014, Tentang Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan
Keluarga, Keluarga Berencana Dan Sistem Informasi Keluarga

2
Abu Muhammad bin Muhammad Al- Ghazali, Ihya' Ulum ad-Din, cet. 1 Lebanon: Dar Al-Fikr, 1975, hal 149-
150

3
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam (Terjemah), Surabaya: Bina Ilmu, 1993, hlm 272-273.
karya-karyanya mampu membuka khazanah keilmuan Islam dengan mengawal adanya
perkembangan kontemporer didialogkan dengan khazanah keilmuan tirats Islam. Sehingga
karya-karya beliau banyak berpartisipasi membantu dan menjadi rujukan di dalam menjawab
atas persoalan-persoalan dinamika pada masa sekarang.

Adanya pembahasan KB tidak luput dari persoalan yang disorot oleh DR Sa'id Ramadhan Al-
Buthi, beliau menguraikan mengenai KB di dalam karyanya yang berjudul ‫النس ل‬ ‫مس ألة حتدي د‬
‫ وقاي ة و عالجا‬Mas'alah Tahdid al-Nasl Wiqayatan wa Ilajan, yang di dalamnya Dr. Sa'id
Ramadhan Al-Buthi menguraikan konsep bagaimana yang dimaksud dengan pembatasan
keturunan atau yang disebut dengan Tahdid Al-Nasl yang mana maksud daripada KB sendiri
adalah salah satunya, sebagaimana yang disebutkan di dalam Undang-undang PP nomor 87
Tahun 2014 yang disimpulkan bahwa keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang
memiliki jumlah anak yang ideal.

Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi menguraikan mengenai KB yang bermacam, sehingga ada KB
yang berjenis alat atau menggunakan wasilah yang mencegah mengakibatkan kehamilan
ataupun obat-obatan baik yang digunakan oleh salah seorang suami maupun isteri dan ada
juga yang berupa 'azl ketika melakukan hubungan suami-istri. Ada pula penggunaan wasilah
KB tersebut dan menjadikannya alat sebagai penggugur kehamilan baik dilakukan ketika hari
pertama pertanda kehamilan maupun di masa yang lain, maka dalam hal ini beliau membagi
keadaan hukum dari menggugurkan janin, maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ahli
medis kedokteran dan hukum mengkhususkan dengan istilah yang dinamakan menggugurkan
dari sisi kedokteran dan pengguguran dari sisi pelakunya (ketika dilihat dari sisi qanin atau
hukum) atas dasar sebab apapun. Dan memberikan asas-asas hukum syariah mengenai
masalah ini antara hak-hak yang dimiliki oleh hak bagi janin, hak bagi kedua orang tua, dan
hak di antara lingkungan masyarakat sosial. Dengan adanya pemberian hak-hak bagi ketiga
pihak tersebut menjadi jelas bahwa ukuran yang menjadi patokan dalam memberikan hukum
syariat yang bermacam tergantung kepada bagaimana penyikapan atas memberhentikan
keturunan.4

Hubungan antara pengertian KB atau disebut dengan Tahdid Al-Nasl dengan perkembangan
zaman senantiasa diiringi oleh hukum syari'ah yang membersamai, sehingga senantiasa
relevan di zaman apapun, sala satunya dengan usaha Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi yang
menguraikan mengenai Keluarga Berencana dalam pembahasannya di dalam karyanya
Mas'alah Tahdid Al-Nasl Wiqayatan wa 'Ilajan yang berdasarkan penelitiannya mengawal
kemajuan dalam menghilangkan keraguan dan kesalah fahman mengenai hukum syariah dan
atas permintaan dari masyarakat dalam menjelaskan dan memaparkan hukum mengenai
pencegahan hamil dan pengguguran yang pada saat itu dalam pandangan kacamata yang
bermacam-macam. Namun tidak lepas dari memahami teks-teks dari Al-Qur'an ataupun al-
hadits yang diperlukan untuk mengetahui dari konteks ayat maupun hadits atau yang disebut
dengan (muqtadhayat al-ahwal), atau kondisi bahasa yang digunakan (Halul khitab), keadaan
bagi yang menjadi lawan bicara (Halul mukhatab), konteks mengenai pembicara (Halul
mukhatab), ataupun pemahaman, permasalahan pengetahuan mengenai konteks-konteks di
luar teks (al-umur al-kharijiyyah) yakni mengenai pemahaman yang menyangkut

4
Dr. Ramadhan Sa'id Al-Buthi, Mas'alah Tahdid Al-Nasl Wiqayatan wa Ilajan,
permasalahan adat atau kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat bangsa Arab dalam hal
masalah bahasa, dan tingkah laku dalam memahami Al-Qur'an. 5

Dalam menghadapi perkembangan keilmuan medis yang ikut serta dalam perkembangan KB,
'Ulama memiliki peran penting dalam memberikan dan membuat fatwa terkait dengan
program KB. Sehingga MUI (Majelis Ulama Indonesia) Berpendapat bahwa mengatur
kehamilan bagi pasangan suami-isteri dalam keluarga tidak menyalahi dengan hukum agama,
dalam rangka menjaga kesehatan ibu dan anak sedangkan praktik penggunaan alat dalam
rangka aborsi tidak diperbolehkan dan pelaksanaan program KB tidak boleh dipaksakan, akan
tetapi atas dasar kesepakatan dari keluarga atau suami-istri, sebagaimana yang tercantum di
dalam Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang berbunyi: "Pelaksanaan program
Keluarga Berencana hendaknya menggunakan cara kontrasepsi yang tidak dipaksakan, tidak
bertentangan dengan hukum syari'at Islam dan disepakati oleh suami isteri ". 6

Pentingnya pembahasan mengenai KB tidak lepas dari pembahasan mengenai keturunan,


sehingga pentingnya keturunan bagi Agama disinggung oleh Nabi saw. Maka telah
diriwayatkan dari sahabat Anas Ra, dari Nabi saw yang berbunyi:

ِ ‫ إيِّن مكاثِر األنبياء يوم‬،‫ ويقول َتز َّوجوا الودود الولود‬،‫ وينهى ع ِن التَّبت ُِّل نَهيا شديدا‬،‫الباءة‬
، ‫القيَ َام ِة‬ َ َْ َ ٌ ُ َ َ َ َ َ ً َ ً ْ َ َ َ ِ ِ‫اهلل ﷺ يَ ُأمُر ب‬ ِ ‫رسول‬
ُ ‫عن أنس بن مالك كان‬
‫رواه أمحد و صححه ابن حبان‬

"Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan
kami berkeluarga dan sangat membujang. Beliau bersabda, "Nikahilah perempuan yang
subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan
para Nabi pada hari kiamat." (HR. Ahmad dan disahihkan Ibnu Hibban). 7 Dari hadits
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam memberikan
isyarat, bahwa dengan menikahi wanita yang subur dan menghasilkan generasi atau keturunan
yang banyak, menjadi kebanggaan bagi Rasulullah Saw yang kelak dibanggakan dibanggakan
dihadapan para nabi-nabi umat terdahulu. Di dalam Al-quran Nabi Zakaria berdoa memohon
keturunan, sehingga disebutkan

ِ ِ
‫ُّعاۤء‬
َ ‫َّك مَس يع ٱلد‬ َ ‫ب َه ۡب لی ِمن لَّ ُد‬
َ ‫نك ذُِّريَََّة طَيبَةً ِإن‬ َ َ‫ك َد َعا َز َك ِريَا َربَّهُ ق‬
ِّ ‫ال َر‬ َ ‫هناال‬

Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku
keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.". QS. Ali
Imran: 38.

Dari kutipan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas Radhiyallahu 'anhu dan kutipan ayat
yang berupa memohon keturunan yang baik, menjadi cita-cita bagi setiap keluarga muslim
adalah berusaha dan berikhtiar untuk mewariskan keturunan dan generasi yang baik sebagai
penerus generasi Islam dan untuk menghidupkan syi'ar Islam. Dengan demikian maka sebagai
bentuk usaha tersebut maka perlu diperhatikan dengan seksama bagaimana mempersiapkan
kelahiran di dalam keluarga.

5
Husein Muhammad, Modul Khusus Islam dan Gender, (Cirebon, Fahimna Institut, 2007), h. 81.

6
Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, hal. 299

7
Al- Shan'ani, Subul As-Salam,
Kehadiaran Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi sebagai ulama konteporer yang banyak
menyinggung masalah konsep mashlalah, sehingga mendasarkan pemikirannya pada prinsip
al-mashlahah. Dan mejadi ulama yang menaruh perhatian besar terhadap bagaimana mestinya
mashlahah diaplikasikan di dalam kehidupan, yang mana hal ini beliau tunjukkan di dalam
karyanya yang berjudul ‫ ض وابط املص لحة ىف الس ريعة اإلس المية‬dhawabit Al-mashlahah fii Al-
syariah Al-Islamiyyah (ketentuan-ketentuan mashlahah dalam syariat Islam) yang khusus
membahas mengenai konsep maslahat di dalam syariat Islam.

Menjadi menarik untuk diteliti dan dikaji lebih jauh, bagaimana pemikiran Dr Sa'id
Ramadhan Al-Buthi yang telah memberikan banyak sumbangsih dalam khidmat di dalam
dunia keilmuan Islam, khususnya kajian mengenai Keluarga Berencana yang memiliki
hubungan erat dengan gagasan-gagasan beliau yang tertuang di dalam karyanya Mas'alah
Tahdid al-Nasl Wiqayatan wa iljan dan memiliki hubungan erat dengan Hukum Keluarga
Islam .

Adapun keseluruhan penyampaian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa Agama Islam hadir
di dunia kepada seluruh alam untuk kehidupan manusia mengatur dengan sangat menyeluruh
untuk dapat membawa seluruh umat manusia kepada kebaikan dan kemaslahatan yang
mendatangkan kebaikan baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat. Adapun untuk
mencapai kemaslahatan di akhirat maka haruslah terpenuhi rukun kemaslahatan yang di dunia
yang mana apabila tanpa maqasid , atau tujuan syari'at maka kehidupan di dunia ini tidak
akan teratur, adapun maqasid al-syari'ah tersebut adalah: hifdzu al-din (menjaga agama),
hifdzu al-nafs (menjaga jiwa), hifdzu al-'aql (menjaga akal), dan hifdzu al-mal (menjaga
harta. Salah satu dari lima tersebut adalah menjaga kemaslahat dengan menjaga keturunan,
yang mana menjadi aspek penting yang berhubungan erat dengan Keluarga Berencana di
dalam lingkungan Hukum Keluarga Islam.8

Sebagaimana latar belakang uraian masalah yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik
untuk meneliti pemikiran DR. Sa'id Ramadhan Al-Buthi sebagai karya ilmiyah yang
berjudul :

"KB MENURUT KONSEP MASHLAHAH DR. SA'ID RAMADHAN AL-BUTHI"

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, penulis


merumuskan pokok masalah yang akan menjadi isi dari penelitian dalam skripsi ini, adapun
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk KB di Indonesia?


2. Bagaimana bentuk KB menurut DR. Sa'id Ramadhan Al-Buthi?
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar pada pokok permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk KB di Indonesia.
2. Untuk mengetahui bentuk KB menurut DR Sa'id Sa'id Ramadhan Al-Buthi.
C. Manfaat Penelitian
8
Rafi' Abdullah, Ushul Al-Fiqh, (Ponorogo: Trimurti, 2011)
1. Manfaat teoritis, yang mana dengan adanya penelitian ini dapat menjadikan
tambahnya pemahaman bagi penulis, akademisi ataupun masyarakat yang ingin
lebih mengetahui mengenai konsep KB di Indonesia dan pandangan maslahat
menurut Dr Sa'id Ramadhan Al-Buthi sehingga dapat menambah wawasan
pengetahuan mengenai hukum di dalam keilmuan Islam, khususnya berkaitan
dengan pemikiran Dr. Sa'id Ramadhan Al-Buthi mengenai KB.
2. Manfaat praktis, diadakannya penelitian ini dalam rangka memperluas khazanah
keilmuan Islam di bidang ilmu fiqih mengenai hukum KB dan kknsepnya di
Indonesian yang dikomparasikan dengan penerapannya dalam pandangan
maslahat menurut pemikiran Sa'id Ramadhan Al-Buthi, sehingga dapat
memberikan pemahaman lebih luas yang dapat dijadikan bahan rujukan ataupun
referensi yang aplikatif di dalam masyarakat.
D. Kajian Pustaka
Untuk memperkuat bahwa penelitian ini sungguh-sungguh bahwa peneliti benar telah
menelaah penelitian-penelitian yang terdahulu, yang mana pembahasan dalam
penelitian ini memiliki hubungan kesinambungan dengan penelitian ini, dari hasil
penelitian tersebut maka dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam mengupas suatu
problematika dan memunculkan temuan baru yang bermanfaat, adapun beberapa
penelitian-penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:
Pertama, Jurnal yang berjudul Pandangan Al-Buthi Terhadap Hukum Mengikuti
Program Keluarga Berencana (KB) Berdasarkan Intervensi Negara. Jurnal ini ditulis
oleh Moh. Mufid, yang merupakan Jurnal ilmiyah yang diterbitkan oleh Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dari hasil penelitian yang dibahas di dalam
jurnal tersebut, penulis di dalam karyanya membahas mengenai kajian pemikiran Dr.
Sa'id Ramadhan Al-Buthi yang berfokus pada program keluarga berencana atas
intervensi negara. Yakni di dalam penelitian tersebut, penulis memfokuskan
penelitian pada pemikiran DR. Sa'id Ramadhan Al-Buthi mengenai KB yang di
dalamnya terdapat campur tangan peran pemerintah terhadap penerapan KB yang
diaplikasikan kepada masyarakat atau keluarga Islam. Yang pada akhirnya anjuran
ataupun usaha untuk mencegah kehamilan secara massal dengan campur tangan dari
pemerintah negara tidak dibenarkan di dalam Islam. Dikarenakan tahdid Al-Nasl
hendaknya berasal dari kesepakatan dari pasangan, tanpa paksaan atau campur tangan
dari pihak luar apalagi intervensi negara yang dalam hal ini dilaksanakn oleh
pemerintah. Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah, penilitan di atas adalah
penelitian berupa jurnal ilmiah yang membahas mengenai pemikiran dari DR. Sa'id
Ramadhan Al-Buthi tentang KB dalam hal ikut campur intervensi negara terhadap
penerapan KB, sedangkan di dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada
pemikiran mengenai bentuk-bentuk /konsep KB dari pemikiran DR. Sa'id Ramadhan
Al-Buthi.
Kedua, Tahdid Al-Nasl fii Al-Fiqh Al-Islamy. Yang berupa penelitian berbentuk
jurnal hukum, dikarang oleh Dr. Sobah Hasan Ilyas seorang Guru besar Universitas
Ummul Quro, Mekkah. Jurnal hukum ini merupakan jurnal ilmiyah yang diterbitkan
oleh Kementrian Kehakiman / Wizarah Al-'adl dari Kerajaan Arab Saudi. Dari
penelitian yang dibahas di jurnal tersebut adalah mengenai perbandingan pendapat
mengenai pemahaman KB, yang mana pada asalnya disebutkan, gerakan
perkumpulan KB berasal dari organisasi maltusianisme yang dalam bahasa Arab
disebut dengan ‫ الرابط ة املالثوس ية‬yang mana perkumpulan ini adalah perkumpulan
yang menjadi pendukung adanya KB, perkumpulan tersebut berpemahaman bahwa
diperlukan pengendalian perkembangan jumlah penduduk. yang mana sebab dari
adanya pengendalian tersebut karena takut semakin banyaknya kemiskinan.
Sedangkan di dalam penulis beranggapan bahwasannya hal tersebut menyalahi dalam
hal keyakinan bagi pribadi seorang muslim yaitu bahwasannya semua rezeki bagi
makhluk adalah kekuasaan Allah, hal ini sejalan dengan firman Allah:

ُ َّ‫حَن ۡح ُن نَ ۡر ُزقُ ُكمۡ َوِإي‬


‫اهم‬
" Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka" (Q.S. Al-An'am:
151)

Anda mungkin juga menyukai