Anda di halaman 1dari 7

POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal.

19 - 25

DOI: 10.26418/positron.v11i1.44052

Analisis Kurva Dose Volume Histogram (DVH) pada Teknik 3D


Konformal dengan Metode Monte Carlo
Sitti Yania*
aDepartemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Jalan
Meranti Kampus IPB Dramaga, Bogor, Jawa Barat 16680
*Email : sittiyani@apps.ipb.ac.id
(Diterima 26 Desember 2020; Disetujui 18 Juli 2021; Dipublikasikan 15 Oktober 2021)

Abstrak

Pemilihan sudut penyinaran yang tepat dalam terapi 3D konformal beberapa jenis kanker sangat
menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
dose volume histogram (DVH) teknik 3D konformal dengan konfigurasi sudut penyinaran yang berbeda
pada fantom inhomogenitas dengan metode Monte Carlo (MC). EGSnrc-DOSXYZnrc MC digunakan untuk
menyimulasikan teknik 3D konformal pada fantom inhomogenitas. Fantom inhomogenitas terdiri atas
material air dan paru-paru dimana material paru-paru berada di dalam fantom air pada kedalaman 2 cm
dari permukaan fantom air. Fantom ini diradiasi dengan sumber radiasi monoenergetik 10 MeV dengan
sudut penyinaran 0 – 360o. Data distribusi dosis yang diperoleh diolah untuk memperoleh data DVH.
Analisis DVH juga dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa sudut penyinaran dan pembobotan.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa distribusi dosis hasil simulasi beragam terhadap sudut
penyinaran. Dari kurva DVH diperoleh bahwa sudut penyinaran pada 0 o, 20o, 40o, 320o, dan 340o dengan
pembobotan memberikan kurva DVH target yang paling baik dibandingkan dengan set-up sudut
penyinaran lainnya. Pembobotan dapat mereduksi dosis pada resiko organ dan meningkatkan dosis pada
target.
Kata kunci: 3D konformal, DVH, EGSnrc-DOSXYZnrc, monte carlo
1. Latar Belakang optimal dalam 3D-CRT. Salah satu perangkat lunak
Secara umum, tujuan pengobatan kanker yang memanfaatkan metode MC adalah EGSnrc.
dengan radioterapi adalah untuk memberikan Perangkat lunak ini telah digunakan
dosis maksimum kepada target dan dosis minimum menyimulasikan teknik penyinaran yang lebih
pada risiko organ (organ at risk/OAR). Salah satu kompleks dibandingkan dengan 3D-CRT pada
teknik penyinaran dalam radioterapi adalah three- fantom homogen dan inhomogen yakni teknik
dimensional conformal radiation therapy (3D-CRT). intensity modulated radiation therapy (IMRT) [7,8].
Teknik ini masih banyak diaplikasikan pada Distribusi dosis 3 dimensi (3D) dapat dihasilkan
beberapa kasus pengobatan kanker seperti kanker melalui simulasi dengan EGSnrc. Analisis dosis
payudara [1,2] dan kanker prostat [3]. Pemilihan dapat dilakukan dengan 3 cara yakni analisis 1
sudut penyinaran merupakan salah satu langkah dimensi (percent depth dose/PDD dan profil dosis),
yang sangat penting dalam perencanaan 2 dimensi (kurva isodosis) dan 3 dimensi (dose
pengobatan. Dalam aplikasi klinis, langkah ini volume histogram/DVH dan gamma index). Dalam
dilakukan secara manual berdasarkan pengalaman penelitian ini dilakukan analisis dosis 3 dimensi
pembuat perencanaan. Langkah ini membutuhkan yakni DVH. DVH merepresentasikan nilai dosis
waktu yang relatif lama bergantung pada posisi rata-rata yang diterima oleh organ atau target
target dan OAR. Beberapa algoritma telah tertentu dalam perencanaan pengobatan 3D. Kurva
dikembangkan untuk mempermudah penentuan ini pada umumnya dioptimasi dengan melakukan
sudut penyinaran dan waktu perencanaan pembobotan sudut penyinaran. Optimasi
pengobatan yang lebih cepat [4,5]. Optimasi sudut pembobotan sudut penyinaran melalui simulasi MC
penyinaran yang tepat dapat dilakukan dengan sangat mudah dan sederhana untuk diterapkan
menggunakan pembobotan sudut berkas yang pada fantom yang kompleks.
bergantung pada posisi target dan OAR [6]. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
Metode MC dapat digunakan untuk menganalisis DVH teknik pengobatan kanker 3D
memperoleh sudut berkas dan pembobotan yang konformal pada fantom inhomogenitas dengan

19
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

menggunakan metode Monte Carlo. Selain itu, positron dengan energi kinetik antara 1 keV dan 10
dalam penelitian ini diperkenalkan algoritma baru GeV dalam material homogen maupun inhomogen.
dengan menggunakan bahasa pemrograman EGSnrc diperkenalkan pada tahun 2000 yang
MATLAB yang dapat digunakan untuk dikembangkan dari perangkat lunak Electron
menjumlahkan beberapa data 3ddose keluaran dari Gamma Shower (EGS) yang diperkenalkan oleh
DOSXYZnrc dan membentuk kurva DVH untuk Stanford Linear Accelerator Center (SLAC) pada
masing-masing struktur yang didefinisikan. tahun 1970-an [9].

2. Metodologi
Sumber
Tahapan simulasi terdiri atas penentuan set-up
simulasi, simulasi dengan EGSnrc-DOSXYZnrc, x
analisis data distribusi dosis (data 3ddose), dan
perhitungan DVH dengan dilakukan pembobotan
y z
dan tidak dilakukan pembobotan.
2.1 Set-up Simulasi SSD =
100 cm
Simulasi dilakukan di dalam fantom
inhomogenitas yang berisi material air dan paru-
paru. Dimensi material ini masing-masing adalah 0,0,0
40x40x40 cm3 dan 0,5x0,5x0,5 cm3 (Gambar 1). Target
Densitas dan karakteristik material yang digunakan
memanfaatkan data yang telah disediakan oleh
perangkat lunak berupa data cross section.
Inhomogenitas berupa material paru-paru ini
Air
diletakkan 2 cm dari permukaan fantom. Titik
koordinat 0,0,0 berada di salah satu permukaan
fantom air yang dekat dengan posisi paru-paru.
Sumber yang digunakan adalah berkas
monoenergetik berupa partikel foton dengan Gambar 1. Pengaturan simulasi
energi 10 MeV. Source to surface distance (SSD) EGSnrc dilengkapi dengan dua perangkat lunak
yang diaplikasikan adalah 100 cm. Distribusi dosis tambahan yakni BEAMnrc dan DOSXYZnrc yang
diukur untuk ukuran medan paparan 5×5 cm2 dan masing-masing berfungsi untuk memodelkan
10×10 cm2 pada beberapa sudut penyinaran, yakni kepala pemercepat partikel (head linear
0o, 20o, 25o, 40o, 90o, 180o, 270o, 315o, 320o, 330o, accelerator) dan menyimulasikan distribusi dosis
340o, dan 355o. Setiap simulasi dengan satu sudut pada fantom virtual. Fantom virtual yang
penyinaran diperoleh satu data simulasi. Oleh didefinisikan dapat berupa fantom yang berisi
karena itu, jumlah data yang diperoleh adalah material yang didefinisikan sendiri maupun berasal
perkalian jumlah ukuran medan paparan dengan dari data gambar computed tomography (CT)
jumlah sudut penyinaran yakni 24 data. Sudut teta dimana masing-masing voxel memuat data
dan pi dalam simulasi diatur sehingga memperoleh Hounsfield Unit (HU) material yang bersesuaian
sudut berkas sesuai dengan yang diinginkan. [10].
Transformasi koordinat sudut teta dan pi dilakukan Parameter simulasi didefinisikan sesuai
untuk memperoleh sudut penyinaran yang tepat dengan kondisi standar eksperimen. Energi
berdasarkan pada manual DOSXYZnrc [10]. ambang elektron dan foton diatur pada nilai ECUT
2.2 EGSnrc (Electron Gamma Shower) = 521 keV untuk elektron dan PCUT =10 keV untuk
EGSnrc merupakan perangkat lunak yang foton. Jumlah partikel yang disimulasikan adalah
menggunakan metode Monte Carlo dalam 3×108 partikel foton dengan energi yang seragam.
menyimulasikan radiasi pengion yang melewati Voxel dalam arah x y, dan z memiliki ukuran yang
suatu materi. Perangkat lunak ini dapat sama untuk semua simulasi.
menyimulasikan perjalanan foton, elektron dan

20
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

Gambar 2. Struktur data 3ddose


2.3. Perhitungan DVH dijumlahkan menjadi satu menggunakan bahasa
Dalam simulasi Monte Carlo dengan EGSnrc- pemrograman MATLAB. Dalam penelitian ini, kami
DOSXYZnrc diperoleh data distribusi dosis dalam 3 memperkenalkan algoritma baru yang dapat
dimensi yang tersimpan dalam file dengan ekstensi digunakan untuk menjumlahkan dua atau lebih
3ddose. Struktur data dari data 3ddose seperti data 3ddose yang diperoleh dari simulasi dengan
diperlihatkan pada Gambar 2. Data ini terdiri atas 6 DOSXYZnrc. Selain itu, algoritma ini juga dapat
baris data yakni jumlah voxel dalam arah x, y, dan z; menghasilkan kurva DVH untuk masing-masing
posisi voxel dalam arah x; posisi voxel dalam arah y; struktur yang didefinisikan dalam fantom. Dalam
posisi voxel dalam arah z, nilai dosis dalam cGy, dan simulasi ini terdapat dua struktur yakni OAR dan
eror dosis. Data ini diekstrak dengan menggunakan target.
MATLAB untuk membaca data distribusi dosis yang Kurva DVH target dan OAR untuk masing-
berada pada baris nilai dosis. masing sudut penyinaran dianalisis dan
Setiap simulasi dengan satu sudut penyinaran dibandingkan untuk memperoleh konfigurasi sudut
akan diperoleh satu data distribusi dosis. Kurva penyinaran dan pembobotan yang paling baik.
DVH dibentuk dari gabungan beberapa sudut Faktor bobot tidak disertakan dalam simulasi.
penyinaran sehingga data 3ddose yang diperoleh Pembobotan dilakukan ketika penggabungan
dari beberapa simulasi digabungkan dan distribusi dosis.

Slice(1)

Sudut berkas
0o

270o 90o

180o

(a) (b)

21
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

(c) (d)
Gambar 3. (a) Konfigurasi sudut penyinaran set-up 1, (b) kurva isodosis slice 1, (c) kurva isodosis slice
80, dan (d) Kurva DVH set-up 1 (Keterangan: unweighted = tanpa pembobotan, dan weighted = dengan
pembobotan).
3. Hasil
Berikut perbandingan kurva isodosis dan DVH dilakukan dengan dua acara yakni dengan
pada tiga konfigurasi sudut penyinaran. Konfigurasi melakukan pembobotan (weighted) dan tidak
sudut ini dipilih berdasarkan posisi target yang melakukan pembobotan (unweighted).
didefinisikan dalam set-up simulasi. Analisis DVH

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4. (a) Konfigurasi sudut penyinaran set-up 2, (b) kurva isodosis slice 1, (c) kurva isodosis slice 80,
dan (d) Kurva DVH set-up 2
Untuk set-up 1, sudut penyinaran dipilih pada konfigurasi sudut penyinaran. Bentuk kurva
0 , 90 , 180 , dan 270 . Gambar 3(a) menunjukkan
o o o o isodosis pada slice 1 dan 80 ditunjukkan pada

22
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

Gambar 3 (b) dan (c). Slice merupakan potongan Pada set-up 2, sudut penyinaran dipilih pada
penampang lintang dari fantom yang terdiri atas 80 25o, 40o, 315o, 330 o, dan 355o. Gambar 4(a)
potongan pada setiap fantom. Pemotongan menunjukkan konfigurasi sudut penyinaran.
dilakukan dalam arah +z. Karena ukuran fantom 40 Bentuk kurva isodosis pada slice 1 dan 80
cm dalam arah z, maka ketebalan masing-masing ditunjukkan pada Gambar 4(b) dan (c). Kurva ini
slice adalah 0,5 cm. Setiap slice memiliki ukuran memiliki bentuk yang berbeda karena pada
40×40×0,5 cm3. Kurva ini memiliki bentuk yang simulasi set-up 2, sudut penyinaran berada di salah
serupa karena dalam simulasi yang dilakukan tidak satu sisi fantom sehingga dosis yang terdeposisi
dilakukan pembobotan. Kurva DVH yang pada slice 1 lebih besar dibanding pada slice 80
ditunjukkan pada Gambar 3(d) merepresentasikan yang jauh dari sumber radiasi. Kurva DVH pada
bahwa dosis yang diterima oleh target dengan pengaturan sudut penyinaran ini ditunjukkan pada
pembobotan lebih banyak dibanding dengan tanpa Gambar 4(d). Kurva ini merepresentasikan bahwa
pembobotan dengan perbedaan sekitar 20% dosis yang diterima oleh target yang diboboti lebih
volume. Sedangkan pada DVH OAR memiliki nilai banyak dibanding dengan yang tidak diboboti
yang relatif sama untuk yang diboboti dan yang dengan perbedaan sekitar 60% volume. Sementara
tidak diboboti. itu, kurva DVH OAR memiliki perbedaan kurang
dari 5% volume.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5. (a) Konfigurasi sudut penyinaran set-up 3, (b) kurva isodosis slice 1, (c) kurva isodosis slice 80,
dan (d) Kurva DVH set-up 3.
Pada set-up 3, sudut penyinaran dipilih 1 dan 80 ditunjukkan pada Gambar 5(b) dan (c).
pada 0o, 20o, 40o, 320o, dan 340o. Gambar 5(a) Kurva ini memiliki bentuk yang berbeda karena
menunjukkan konfigurasi sudut penyinaran distribusi dosis yang dihasilkan sangat
pada set-up ini. Bentuk kurva isodosis pada slice bergantung pada posisi sumber terhadap slice

23
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

(permukaan) yang ditinjau. Semakin jauh dari berkas berguna untuk mereduksi dosis pada OAR
sumber radiasi, maka dosis yang terdeposisi juga dan meningkatkan dosis pada target.
akan semakin kecil. Kurva DVH pada pengaturan Penelitian ini akan dilanjutkan dengan
sudut penyinaran ini ditunjukkan pada Gambar menganalisis kurva DVH untuk teknik
5(d). Kurva ini merepresentasikan bahwa dosis penyinaran yang lebih rumit yakni intensity
yang diterima oleh target terboboti lebih besar modulated radiotherapy (IMRT) dan volumetric
dibanding dengan yang tidak terboboti dengan modulated arc therapy (VMAT).
perbedaan sekitar 70% volume. Sementara itu,
Daftar Pustaka
kurva DVH OAR memiliki perbedaan kurang dari
5% volume. [1] Mollah, A. S. and Sharmin, M. N., Dosimetric
Comparison of Different 3DCRT Techniques
4. Pembahasan in Left Breast Cancer Radiotherapy Planning,
Bangladesh Journal of Nuclear Medicine,
Dalam penelitian ini dipilih tiga pengaturan
17(2), pp.108–113, 2016.
sudut berkas yang berbeda-beda untuk
[2] Xie, X., Ouyang, S., Wang, H., Yang, W., Jin, H.,
memperoleh nilai DVH. Pemilihan sudut berkas Hu, B. and Shen, L., Dosimetric comparison of
didasarkan pada posisi target. Kurva DVH left-sided whole breast irradiation with 3D-
memberikan informasi besarnya dosis yang CRT, IP-IMRT and hybrid IMRT, Oncology
diterima oleh volume tertentu. Nilai dosis yang Reports, 31(5), pp.2195–2205, 2014.
dianalisis pada setiap simulasi dinormalisasi [3] Shawata, A. S., Akl, M. F., Elshahat, K. M., Baker,
terhadap nilai dosis maksimum untuk masing- N. A. and Ahmed, M. T., Evaluation of different
masing konfigurasi sudut penyinaran. Pada planning methods of 3DCRT, IMRT, and
RapidArc for localized prostate cancer
sudut penyinaran 0o, 20o, 40o, 320o, and 340o,
patients: planning and dosimetric study,
lebih dari 70% target menerima dosis lebih dari Egyptian Journal of Radiology and Nuclear
80% dari dosis keseluruhan. DVH OAR untuk Medicine, 50(1), 2019.
sudut penyinaran 0o, 20o, 40o, 320o, and 340o [4] Gizyńska, M. K. and Kukołowicz, P. F., Dose
menunjukkan nilai yang lebih baik dari gradient based algorithm for beam weights
pengaturan sudut yang lainnya ketika dilakukan selection in 3D-CRT plans, Reports of
pembobotan. Practical Oncology and Radiotherapy, 19(S),
Dari kurva DVH untuk set-up 1, 2, dan 3 pp.10–13, 2014.
menunjukkan bahwa optimasi dengan [5] Jabbari, K., Azarmahd, N., Babazade, S. and
Amouheidari, A., Optimizing of the Tangential
pembobotan memberikan nilai DVH yang baik
Technique and Supraclavicular Fields in 3
untuk target dimana kurva DVH bergeser kearah Dimensional Conformal Radiation Therapy
dosis yang lebih tinggi yang memungkinkan for Breast Cancer, Journal of Medical Signals
target memperoleh dosis yang besar yang dapat and Sensors, 3(2), pp.107–116, 2013.
membunuh sel target tersebut. Selain itu, [6] Wu, X., Zhu, Y., Dai, J. and Wang, Z., Selection
pembobotan berkas mengurangi dosis pada OAR. and determination of beam weights based on
Wu dkk (2000) juga memperoleh hasil yang sama genetic algorithms for conformal
yang menunjukkan pentingnya pemilihan radiotherapy treatment planning, Physics in
Medicine and Biology, 45(9), pp.2547–2558,
algoritma pembobotan yang tepat untuk
2000.
memperoleh konfigurasi sudut penyinaran yang
[7] Yani, S., Budiansah, I., Kamirul, Rhani, M. F.
paling baik [6]. and Haryanto, F., Study of efficiency in five-
5. Kesimpulan field and field-by-field intensity modulated
radiation therapy (IMRT) plan using
Dalam penelitian ini diperoleh bahwa DOSXYZnrc Monte Carlo code, Reports of
pembobotan dalam 3D-CRT sangat penting Practical Oncology and Radiotherapy, 25(3),
dalam memperoleh kurva DVH untuk target dan 2020.
OAR yang sesuai dengan tujuan pengobatan [8] Yani, S., Rizkia, I., Kamirul, Rhani, M. F.,
dengan radioterapi. Perbedaan DVH pada target Haekal, M. and Haryanto, F., EGSnrc
sangat dipengaruhi oleh pembobotan untuk application for IMRT planning, Reports of
Practical Oncology and Radiotherapy, 25(2),
semua konfigurasi sudut penyinaran yang
2020.
digunakan dalam penelitian ini. Pembobotan
[9] Kawrakow, I., Mainegra-Hing, E., Rogers, D. W.
O., Tessier, F. and Walters, B. R. B., The EGSnrc

24
POSITRON Vol. 11, No. 1 (2021), Hal. 19 - 25

code system: Monte Carlo simulation of [10] Walters, B., Kawrakow, I. and Rogers, D. W.
electron and photon transport NCR Report O., DOSXYZnrc Users Manual, pp.1–125, 2013.
PIRS-701 (Ottawa: National Research Council
of Canada), pp.2001–2006, 2013.

25

Anda mungkin juga menyukai