Anda di halaman 1dari 6

KESEHATAN JIWA

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan bahwa 7 dari 1000 Rumah


Tangga terdapat anggota keluarga dengan Skizofrenia/Psikosis. Lebih dari 19
juta penduduk usia diatas 15 tahun terkena gangguan mental emosional, lebih
dari 12 juta orang berusia diatas 15 tahun diperkirakan telah mengalami depresi.
Peran keluarga dalam mengendalikan gangguan jiwa sangat penting diikuti
instansi dan masyarakat.Upaya pencegahan melalui skrining di tingkat keluarga,
komunitas/kelompok, dan institusi sudah dilakukan. Ditingkat keluarga menjadi
hal yang paling mendasar untuk menumbuhkan perhatian dan kepedulian
terhadap masalah kesehatan jiwa. Ditingkat komunitas / kelompok, bisa diamati
dari perubahan kultur yang ada di masyarakat. Di tingkat institusi / kelompok
dilakukan inovasi inovasi program untuk mendukung penanganan masalah
kesehatan jiwa dimasyarakat. Pada level desa dilakukan program Desa Siaga
Sehat Jiwa (DSSJ), intitusi pendidikan dilakukan melalui program Sekolah Sehat
Jiwa (SSJ) yang terintegrasi dalam program UKS dan upaya kesehatan
pesantren, dan pada level Puskesmas berbagai inovasi program dilakukan untuk
memaksimalkan pelayanan kesehatan jiwa dimasyarakat.
Cakupan kunjungan pasien jiwa pada tahun 2022 sebesar 98,35% dan
sudah mencapai target dari target penyesuaian dikarenakan pandemi covid-19
sebesar 2% kunjungan jiwa. Dari 121 data pasien ODGJ di puskesmas, 119
tertangani dan mendapat pelayanan di puskesmas minggir,dikarenakan 1
meninggal dan 1 orang pindah faskes . Dan karena terjadi pembatasan aktifitas
social (social distancing dan physical distancing) yang secara otomatis juga
menurunkan kunjungan pasien ke puskesmas termasuk kunjungan pasien jiwa
baik kunjungan dalam gedung apa lagi di luar gedung terutama pada masa awal
pandemi, pelayanan hanya mengoptimalkan pelayanan dalam gedung
puskesmas.
Grafik 1. Kunjungan Pasien Jiwa Tahun 2022

Pelayanan Kesehatan ODGJ


120

100

80

60

40

20

0
2020 2021 2022

Pelayanan Kesehatan ODGJ


Sumber: Laporan Puskesmas Tahun 2022

Pada tahun 2022 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman telah


merencanakan kegiatan untuk mendukung program sebelumnya dengan
melakukan pembinaan atau upaya melibatkan lintas sektor terkait dalam
penanganan kesehatan jiwa di masyarakat. Namun karena adanya pandemi
Covid-19, kegiatan tidak bisa terlaksana sesuai rencana.
Pelayanan psikolog di puskesmas termasuk pelayanan unggulan yang
selalu dipromosikan kepada masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan
jiwa masyarakat. Target jumlah kunjungan psikolog (pelayanan psikolog) di
puskesmas adalah 110 kunjungan per-bulan per puskesmas. Target jumlah
puskesmas yang mencapai target kunjungan psikolog pada tahun 2021 adalah
40%. Dari 25 puskesmas di Kabupaten Sleman, sebanyak 10 puskesmas dapat
memenuhi target kunjungan psikolog 110 orang per hari. Jika dibandingkan
dengan tahun 2020 terjadi penurunan. Hal ini disebabkan adanya social
distancing dan physical distancing sehingga kunjungan puskesmas secara
otomatis menurun dan pelayanan hanya dioptimalkan pada pelayanan dalam
gedung puskesmas. Adanya ketakutan masyarakat memeriksakan kesehatan
jiwa ke Puskesmas karena pandemi covid-19 .Komitmen stakeholder di tingkat
kecamatan terhadap program penanganan kesehatan jiwa masih kurang. Masih
adanya stigma tentang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Capaian kinerja Pemerintah Kabupaten/Kota dalam memberikan
pelayanan kesehatan ODGJ berat dinilai dengan jumlah ODGJ berat
(Skizofrenia dan Psikosis Akut) di wilayah kerja nya yang mendapat pelayanan
kesehatan jiwa promotif preventif sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Pencapaian pelayanan kesehatan pada penderita ODGJ di kabupaten Sleman
sebesar 85,45% (2.537 ODGJ berat mendapat pelayanan sesuai standar dari
2.969 sasaran Riil ODGJ) sedangkan target Kabupaten Sleman pada tahun
2021 adalah 100%. Hasil capaian indikator pelayanan kesehatan orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) berat tahun 2019-2021 adalah sebagai berikut :

Grafik 2. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Berat

Pelayanan Kesehatan ODGJ


120

100

80

60

40

20

0
2020 2021 2022

Pelayanan Kesehatan ODGJ

Jika dibandingkan tahun 2020 sebesar 52,89%, maka capaian tahun 2022
mengalami penurunan sebesar 98,35%, hal ini dikarenakan terdapat beberapa
hambatan sebagai berikut:
1) Adanya social distancing dan physical distancing sehingga kunjungan
puskesmas secara otomatis
2) Menurun dan pelayanan hanya dioptimalkan pada pelayanan dalam gedung
puskesmas.
3) Adanya ketakutan masyarakat memeriksakan kesehatan jiwa ke
Puskesmas karena pandemi covid-19.
4) Komitmen stakeholder ditingkat kecamatan terhadap program penanganan
kesehatan jiwa masih kurang.
5) Masih adanya stigma tentang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
6) Kurang percaya diri petugas kesehatan/dokter klinis dalam mendiagnosa
penderita gangguan jiwa.
7) kegiatan Public Health Nursing (PHN) / kunjungan rumah kesehatan jiwa
kurang bisa maksimal dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia
medis dan paramedis di puskesmas dan adanya pandemi covid-19.
8) Belum optimalanya sosialisasi tentang rehabilitasi jiwa
9) Belum optimalnya sistem pelaporan terpadu
10) Belum optimalnya sistem pemantauan kepatuhan pengobatan ODGJ

Kegiatan yang sudah dilakukan untuk mencapai target SPM tersebut adalah :
1) Penyediaan materi KIE Keswa, Pedoman dan Buku Kerja Kesehatan Jiwa
2) Peningkatan pengetahuan SDM
3) Penyediaan form pencatatan dan pelaporan
4) Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat di Puskesmas
5) Pelaksanaan kunjungan rumah (KIE keswa dan dukungan psikososial)
6) Monitoring dan evaluasi

Untuk alat fiksasi, puskesmas belum memiliki kit fiksasi yang standar baru
bersifat sederhana yang dibuat secara manual. Untuk RS yang sudah memiliki
alat fiksasi standar adalah di RS Grasia, RSA UGM, RS Sarjito dan RSUD
Sleman. Untuk form pelaporan sifatnya manual sehingga tidak perlu untuk
pengadaan/cetak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian sasaran adalah:
1) Adanya program Desa Siaga Sehat Jiwa yang merupakan kegiatan
pembinaan Desa Siaga sebagai upaya kesehatan Jiwa berbasis masyarakat
di Kabupaten Sleman sampai dengan tahun 2022 sudah mencapai 2 desa.
2) Adanya dukungan dan komitmen lintas sektor dan stakeholder tingkat
kecamatan dalam penanganan kasus jiwa yang dikukuhkan dengan SK Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) di beberapa kecamatan di
Kabupaten Sleman
3) Koordinasi lintas program dan lintas sektor berjalan dengan baik
4) Adanya dukungan dari lembaga swasta terkait dengan program kesehatan
jiwa.
5) Adanya pelayanan psikolog di semua puskesmas se-Kab. Sleman

Faktor penghambat:
1) Pandemi covid 19 mengakibatkan pembatasan pelayanan kesehatan di
Puskesmas, termasuk pelayanan kesehatan jiwa dan psikologi
2) Belum semua stakeholder di tingkat kecamatan berkomitmen terhadap
program penanganan kesehatan jiwa
3) Masih adanya stigma tentang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
4) Kurang percaya diri petugas kesehatan / dokter klinis dalam mendiagnosa
penderita gangguan jiwa.
5) Kurang maksimalnya kegiatan Public Health Nursing (PHN) / kunjungan
rumah kesehatan jiwa dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia
medis dan paramedis di puskesmas, dan pembatasan aktivitas akibat
adanya pendemi covid 19
6) Masyarakat takut mengakses layanan kesehatan di Puskesmas akibat
adanya stigma terhadap covid 19
7) Belum tersedia regulasi tingkat Kabupaten tentang peran lintas sektor dalam
mencapai SPM bidang Kesehatan
Strategi / tindaklanjut :
1) Mengoptimalkan kolaborasi lintas sektor dengan terbentuknya Tim
Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) dikecamatan, dan adanya
partisipasi masyarakat dengan Desa Siaga Sehat Jiwa dan Sekolah Siaga
Sehat Jiwa yang merupakan bentuk peran serta masyarakat.
2) Mengoptimalkan tenaga medis, paramedis dan kader kesehatan dalam
program kesehatan jiwa.
3) Koordinasi lintas program (promosi kesehatan, program P2) dan lintas
sektoral (PKK, Dinas Sosial, Dinas Dukcapil, Bapeda, Dinas KB, Satuan Pol
PP, Pemerintah kecamatan dan desa) .
4) Meningkatkan promosi tentang Kesehatan jiwa kepada masyarakat
5) Meningkatkan jejaring dengan linsek, swasta, LSM dalam penanganan
gangguan jiwa
6) Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor untuk Sleman Bebas
Pasung
7) Mengoptimalkan program Inovasi Mata Hati (Remaja Tangguh Sehat Jiwa).

Untuk selannjutnya, guna meningkatkan capaian pelayananan ODGJ,


diupayakan melalui bimtek kader DSSJ dan SSJ, pemberdayaan kader keswa terlatih
untuk skrining di masyarakat, dan meningkatkan sosialisasi keswa oleh nakes dan
kader. Juga puskesmas dalam penganggarannya agar mengusulkan peralatan standar
yang dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai