Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal.

61-74 ISSN 2656-8160

ANALISIS TAPAK PADA DESAIN GEDUNG KANTOR KOMISI PEMILIHAN UMUM


DAERAH (KPUD) DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN
1*
Muhammad Zakaria Umar, 2Dimas Jaya Ningrat
1,2
Program Studi D3 Teknik Arsitektur, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo
1*
zakariaumar@uho.ac.id , 2dimasjayaningrat72@gmail.com

ABSTRAK
Dalam perancangan arsitektur terdapat analisis tapak yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
sebuah rancangan. Di sisi lain, pada tahap pertama Gedung Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan
penting dianalisis tapak bangunan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis tapak bangunan Gedung Kantor
KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan agar dihasilkan bangunan yang proporsional. Penelitian ini menggunakan
metode perancangan arsitektur dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini antara lain
kondisi eksisting dan sirkulasi, sedangkan sumber data sekunder antara lain aturan-aturan bangunan serta studi
preseden. Sumber data primer dan sekunder pada teknik wawancara dilaksanakan dengan mewawancarai tokoh
masyarakat. Sumber data sekunder yang dikumpulkan dengan cara teknik dokumentasi dilaksanakan dengan
mendapatkan dari relasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan cara data direduksi, data
disajikan, dan data disimpulkan. Berdasarkan hasil analisis tapak penelitian ini disimpulkan sebagai berikut:
pertama, pada analisis tapak tentang kondisi eksisting tapak antara lain diketahui luas tapak sekitar 8.214,846 m2;
kedua, pada analisis tapak orientasi matahari antara lain bentuk atap tritisan dibuat dengan bentuk lebar-lebar;
ketiga, pada analisis tapak angin antara lain menghasilkan konstruksi rangka atap dibuat dengan sambungan yang
kuat; keempat, pada analisis tapak view menghasilkan bentuk fasad didesain estetis, formal, dan berwibawa;
kelima, pada analisis tapak sirkulasi antara lain pembuatan sirkulasi kendaraan utilitas.

Kata kunci: Analisis tapak; Gedung Kantor KPUD.

ABSTRACT
In architectural design there is a site analysis which is one of the determining factors for the success of a
design. On the other hand, in the first stage of the Konawe Islands RGEC Office Building, it is important to
analyze the building footprint. This research is intended to analyze the building site of the RGEC Office Building
in Konawe Islands Regency in order to produce a proportional building. This study uses an architectural design
method with a qualitative approach. Primary data sources in this study include existing conditions and
circulation, while secondary data sources include building regulations and studies of precedents. The primary
and secondary data sources in the interview technique were carried out by interviewing community leaders.
Sources of secondary data collected by means of documentation techniques carried out by obtaining from
relations. The data analysis technique in this study was carried out by reducing the data, presenting the data,
and inferring the data. Based on the results of the site analysis of this study, the conclusions are as follows: first,
in the site analysis of the existing condition of the site, among others, it is known that the site area is about
8,214.846 m2; second, in the analysis of the sun's orientation site, among others, the shape of the roof of the tritis
is made with a wide shape; third, in the wind tread analysis, among other things, the roof truss construction is
made with a strong connection; fourth, the tread analysis produces a facade that is designed to be aesthetically
pleasing, formal, and authoritative; fifth, on the circulation site analysis, among others, making the circulation
of utility vehicles.

Keywords: Site analysis; RGEC Office Building.

PENDAHULUAN

Kondisi eksisting gedung kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan (KonKep) sebagai berikut: (1)
sarana, prasarana, dan luas bangunan terbatas; (2) tapak luas dan belum diolah dengan baik; (3) bangunan masih
semi permanen; (4) ruangan-ruangan belum sesuai dengan kebutuhan pegawai KPUD setempat; (5) bentuk
bangunan belum arsitektural; (6) tugas pokok dan fungsi KPUD antara lain sebagai penyelenggaraan Pemilu-
Pilkada perlu didukung oleh berbagai pihak. Hal-hal ini dikhawatirkan dapat menghambat kinerja KPUD. Oleh
karena itu pemerintah Kabupaten KonKep perlu memperhatikan persoalan tersebut mengingat tugas dan
tanggung jawab KPUD besar. Dengan adanya permasalahan tersebut penulis bermaksud untuk mendampingi
pemerintah setempat dalam merancang tapak gedung kantor KPUD KonKep sesuai dengan aturan-aturan
bangunan Negara. Urgensi-urgensi penelitian ini dijelaskan di samping ini. Dalam menjalankan roda
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 61
Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

pemerintahan Kabupaten KonKep berdasarkan visi daerah. Visi daerah KonKep adalah menuju Wawonii
bangkit dalam bingkai lingkaran hati emas. Dalam rangka menjalankan visi daerah dibutuhkan misi daerah
antara lain sebagai berikut: (1) meningkatkan sumber daya manusia Wawonii; (2) meningkatkan kualitas
birokrasi, pelayanan publik, dan tata kelola pemerintahan desa (Amrullah & Lutfi, 2020).
KonKep adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Konawe Kepulauan
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Konawe yang disahkan dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) pada 12 April 2013 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah
Otonomi Baru (DOB). Pulau Wawonii merupakan Daerah Otonomi Baru sesuai Undang-Undang No. 13 Tahun
2013 tentang pembentukan Kabupaten KonKep di Provinsi Sulawesi Tenggara. Pelantikan Pejabat Bupati kali
pertama dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2013 (Wandoyo, 2017 & Haryati, 2012). Pulau Wawonii berada
dalam gugusan pulau-pulau di bagian Timur Pulau Buton dan Kota Kendari. Posisi Pulau Wawonii cukup
strategis karena perairan laut dilalui oleh jalur pelayaran kawasan Timur dan Barat Indonesia. Pulau Wawonii
berada pada kawasan potensial karena diapit oleh Laut Banda dan Selat Buton. Dalam rangka meningkatkan
kualitas birokrasi, pelayanan publik, dan tata kelola pemerintahan, maka bangsa Indonesia aktif dalam
pelaksanaan penyelenggaraan Pemilu. Pemilu diselenggarakan sebanyak kali tiga dalam rentan waktu pendek.
Pemilu bagi bangsa Indonesia diartikan sebagai kehidupan demokrasi, tatanan berbangsa, dan bernegara. Untuk
mewujudkan sarana tersebut maka dibentuklah Komisi Pemilihan Umum (KPU). KPU sebagai lembaga
penyelenggara Pemilu telah berkiprah sesuai dengan amanah Undang-Undang bersifat Nasional. Dengan Pemilu
maka dibentuklah lembaga legislatif seperti DPR, DPD, dan DPRD. Para anggota legislatif dipilih langsung oleh
Rakyat sehingga KPU sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pemilu di setiap daerah (Garatu, 2010 &
Paraisu, 2015).
Dalam rangka membantu kerja KPU Pusat maka di setiap daerah dibentuk Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD). KPUD didirikan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini berdasarkan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu. KPUD sebagai penyelenggara Pemilu mempunyai tugas dan
wewenang antara lain: (1) merencanakan penyelenggaraan pemilihan agar sesuai dengan tahapan peraturan
perundang-undangan; (2) mengkoordinasikan pelaksanaan pemilihan; (3) menetapkan tanggal dan tata cara
pelaksanaan kampanye; (4) meneliti persyaratan partai politik yang mengusulkan calon dan; (5) meneliti
persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan (Zarkasi, 2010; Rozikin, 2017; &
Khaerana, 2020). KPUD merupakan lembaga kesekretariatan KPU yang berkedudukan di Kabupaten KonKep
dan bertugas membantu pelaksanaan pemilu daerah di Kabupaten KonKep. KPUD mempunyai tugas pokok dan
fungsi antara lain membantu penyusunan program dana anggaran Pilkada, memberikan dukungan teknis
administratif, dan membantu menyusun laporan penyelenggaraan Pemilu-Pilkada. Dengan melihat kompleksitas
tugas dan fungsi sekretariat maka hendaknya terdapat bangunan kantor gedung KPUD agar sesuai dengan tujuan
organisasi.
Di sisi lain, dalam perancangan kantor Gedung KPUD terdapat unsur-unsur penting antara lain analisis tapak
(Wibawa & Saraswati, 2016). Tapak merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah rancangan. Tapak
yang baik dapat meningkatkan fungsi dan menghasilkan keuntungan bagi sebuah bangunan. Kriteria-kriteria
dalam pengolahan tapak antara lain berdasarkan fakta-fakta di lapangan seperti batas tapak, bentuk tapak, ukuran
tapak, dan sebagainya. Analisis tapak ini digunakan untuk mengetahui potensi apa saja yang ada pada tapak
sehingga perancangan bangunan dapat berfungsi dengan baik dan optimal (Cathrine, dkk., 2017). Tapak yang
aman diartikan sebagai tapak yang tidak terpengaruh oleh gangguan alam atau buatan. Pemilihan tapak yang
aman telah dilakukan uji institusi dan uji laboratorium secara rinci disertai analisis, kajian, interpretasi terhadap
hasil data. Data yang telah diperoleh dari hasil analisis dibandingkan dengan nilai data standar yang berlaku dari
data lokal dan data luar. Proses pemilihan lokasi tapak dilaksanakan dengan filosofi sebagai berikut: (1)
keselamatan masyarakat dan lingkungan menjadi pertimbangan utama sehingga masyarakat dan pengguna
bangunan aman dan selamat; (2) setiap tapak mempunyai karakteristik alami,unik, dan perlu dipertimbangkan
dalam desain (Suntoko, 1999).
Analisis tapak merupakan tahap evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik, dan standar peraturan
kebijakan. Analisis tapak menghasilkan analisis eksternal dan analisis internal. Kedua analisis tersebut meliputi
komponen desain berupa problem, limitasi, potensi fisik, dan non fisik. Perancangan lewat analisis tapak dapat
merencanakan fisik, fasilitas, dan fungsi bangunan yang akan dirancang dengan proporsional. Dalam analisis
tapak yang proporsional hendaknya menerapkan tema healing environment (lingkungan penyembuhan). Healing
environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang memadukan antara unsur alam, indra, dan
psikologis. Berdasarkan hali itulah maka analisis tapak mengarah pada faktor pengguna, faktor lingkungan
alamiah, faktor lingkungan binaan, faktor sosial budaya, dan lingkungan sekitar. Analisis tapak menghasilkan
hasil luaran berupa analisis persyaratan tapak, analisis aksesibilitas, analisis kebisingan, analisis pandangan (ke
luar dan ke dalam), sirkulasi, matahari, angin, vegetasi, dan pemintakatan. Pendekatan analisis tapak terhadap
kondisi tapak sebagai berikut: (1) analisis kondisi fisik tapak seperti topografi site datar, dan ukuran dimensi
tapak; (2) analisis lingkungan; (3) analisis pencapaian; (4) analisis kebisingan; (5) analisis arah pandang; (6)

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 62


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

analisis terhadap kondisi lingkungan, orientasi kiblat, iklim, curah hujan, aksesibilitas, dan pencapaian; (7)
zonasi (pendaerahan) (Wibawa & Saraswati, 2016).
Studi analisis tapak merupakan upaya untuk memahami kondisi di tapak. Studi analisis tapak
mempertimbangkan elemen biofisik dan juga kondisi masyarakat penggunanya terkait dengan persepsi mereka
terhadap tapak. Sebagaimana diketahui bahwa manusia dengan budayanya merupakan agen yang berperan
penting dalam perubahan lanskap sehingga pengaruh manusia pada lanskap perlu untuk dikaji. Dengan mengkaji
elemen biofisik dan aspek masyarakat, diharapkan akan diperoleh gambaran tentang interaksi antara masyarakat
pengguna dengan tapak dan implikasinya terhadap perubahan tapak serta kondisinya saat ini (Damayanti, dkk.,
2017). Dengan demikian, Gedung Kantor KPUD Kabupaten KonKep penting dirancang sebagai berikut: (1)
penulis ikut menyukseskan visi misi Kabupaten Konawe Kepulauan terkait peningkatan kualitas birokrasi,
pelayanan publik, dan tata kelola pemerintahan desa; (2) penulis ikut membantu KPU pusat terkait pemilihan
kepala daerah (pilkada); (3) penulis melihat kompleksitas tugas dan fungsi KPUD perlu bangunan representatif
dengan cara menganalisis tapak bangunan. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis tapak bangunan Gedung
Kantor KPUD Kabupaten KonKep agar dihasilkan bangunan yang proporsional.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perancangan Tapak Dalam Arsitektur


Dalam ilmu arsitektur, perancangan tapak lebih mengkaji tapak yang telah ditentukan dengan tepat. Oleh
karena itu perlu dilakukan analisis terhadap kondisi rona awal tapak tentang kelebihan dan kekurangan tapak.
Perancangan Tapak (site plan) adalah gambaran/peta rencana peletakan bangunan dengan segala unsur
penunjang dalam skala batas-batas luas lahan tertentu (Rukayah, 2020). Perencanaan tapak adalah suatu proses
kreatif pengolahan tapak dari berbagai faktor-faktor kemungkinan. Perancangan tapak (site plan) merupakan
kumpulan dari beberapa gambar tentang letak bangunan yang akan dibangun dan diperjelas dari segala unsur
penunjang dalam skala batas-batas luas lahan tertentu (Rukayah, 2020). Tapak adalah suatu wilayah/bentang
tempat suatu fasilitas/fungsi/bangunan yang akan dibangun. Perencanaan tapak adalah suatu proses perencanaan
tapak dalam rangka untuk mengolah tapak dan bangunan yang saling bersesuaian. Sedangkan kondisi tapak
terdiri unsur positif dan unsur negatif (Osly, 2008 & Rukayah, 2020). Analisis tapak merupakan acuan dinamis
para perencana untuk membagi areal suatu tapak (Rinakanti, dkk., 2021).
Dalam pernyataan lain disebutkan bahwa analisis tapak adalah proses pemahaman kualitas tapak dengan
mempertimbangkan faktor-faktor pengaruh karakter tapak dan dipadukan dengan program kebutuhan. Desain
tapak diperlukan dalam tahapan perencanaan suatu bangunan (Zulfan, 2015). Analisis tapak ditujukan sebagai
berikut: (1) untuk menyesuaikan tapak dengan program dan memelihara lingkungan alami (Marifat, 2021); (2)
untuk menentukan pendaerahan/pemintakatan pada tapak. Hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor P.06/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 tentang Pedoman Penyusunan
Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Hutan Lindung, ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor P.22/Menhut-II/2012 tentang Pedoman Kegiatan Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan
Wisata Alam Pada Hutan Lindung, dan Peraturan Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Nomor
P.06/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam
di Hutan Lindung (Rinakanti, dkk., 2021); (3) untuk memadukan pertimbangan secara spasial lingkungan dan
kondisi lingkungan masyarakat; (4) untuk mengidentifikasi pengaturan zonasi penataan ruang tapak: (5) untuk
mengetahui persepsi dan aspirasi masyarakat setempat terkait manfaat suatu tapak; (6) untuk memberikan arahan
kebutuhan kebijakan dan strategi pengaturan zonasi tapak (Kusumabrata & Kurniawan, 2014); (6) untuk
mengetahui lokasi calon tapak yang aman pada suatu wilayah (Etty, dkk., 2019); (7) untuk menambah kualitas
lingkungan sekitar (Herman, 2016); (8) untuk menentukan zona pemanfaatan tapak (Zulfan, 2015); (9) untuk
mengukur kemampuan lahan dalam menopang permintaan manusia terhadap sumber daya alam (Ilham, 2015);
(10) untuk mendukung identifikasi dan pengaturan zonasi (Kusumabrata & Kurniawan, 2014).
Dalam mengolah struktur ruang para perencana mengolah masalah dan faktor-faktor internal tapak, serta
memperhatikan faktor-faktor eksternal (Herman, 2016). Pengolahan sebuah tapak perlu mempertimbangkan
kategori-kategori sebagai berikut: (1) kondisi fisik seperti topografi, hidrologi, vegetasi, dan arah angin; (2)
kondisi eksternal daerah tapak seperti utilitas, penggunaan lahan, dan jaringan jalan. Kondisi fisik dan kondisi
eksternal ini menghasilkan situasi (block plan) (Dewandari, 2014); (3) tingkat kemampuan tapak; (4) potensi
restorasi tapak; (5) arahan rehabilitasi tapak; (6) kematangan tapak; (7) kedalaman/ketebalan tapak; (8)
kedalaman air tanah (Giri & Senawi, 2009); (9) prinsip-prinsip ekologi dan perhitungan biokapasitas (Ilham,
2015); (10) peta analisis tapak seperti kelerengan, tutupan lahan, keanekaragaman flora dan fauna, faktor sosial,
ekonomi, serta budaya (Zulfan, 2015); (11) lokasi, lingkungan, ukuran dan peruntukan, status lahan dan
peraturan, fisik dasar, fisik binaan, sirkulasi, prasarana, indra, penduduk dan budaya, serta iklim (Marifat, 2021);
(12) pengembangan rencana tapak ruang utama, ruang pendukung, kemiringan tapak, dan prasyarat objek
lanskap (Islamiah, dkk., 2020); (13) sirkulasi pejalan kaki (Pramita, dkk., 2013).

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 63


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Dalam pengolahan tapak bisa menggunakan konsep. Hal ini ditujukan agar sebuah tapak menjadi desain yang
proporsional. Konsep-konsep pengolahan tapak sebagai berikut: (1) konsep kreativitas, seni, olahraga, nyaman,
aman dan produktif; (2) konsep aman dan nyaman; (3) konsep spasial regional; (4) konsep selaras alam; (5)
konsep ekologi; (6) konsep alam; (7) konsep geohidrologi; dan (8) konsep arsitektur perilaku. Dalam konsep
kreativitas, seni, olahraga, nyaman, aman dan produktif dilaksanakan dengan cara ruang aktivitas kreatif didesain
ruang aktivitas seni, ruang aktivitas olahraga, serta ruang aktivitas penghijauan (Kusumoarto, 2019). Pada
konsep aman dan nyaman sebuah tapak dilaksanakan dengan cara dimensi jalan dibuat mencukupi dan memadai,
bersuasana atraktif, serta mudah diakses (Pramita, dkk., 2013). Berkaitan dengan konsep spasial regional maka
sebuah tapak dapat diketahui keamanan sehingga aman untuk dijadikan lokasi calon tapak suatu bangunan (Etty,
dkk., 2019). Sedangkan dari konsep selaras alam sebuah tapak dapat didesain dengan cara fokus pada tingkat
keasrian pada suatu tapak. Dalam perencanaan tata hijau, tidak diperkenankan mengintroduksi vegetasi dari luar
sehingga sistem ekologi di tapak terjaga. Material tapak direkomendasikan material-material lokal yang tersedia
di tapak dan tidak jauh dari tapak (Thoifur, dkk., 2018).
Analisis tapak bisa juga dilaksanakan dengan pendekatan ekologi sebagai berikut: (1) analisis tapak wilayah
surplus (berdasarkan pendekatan kesesuaian lahan) dan wilayah defisit (berdasarkan pendekatan terhadap
RTRW); (2) pendekatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW); (3) arahan pemanfaatan ruang berdasarkan
tapak ekologi adalah analisis tapak bisa menganalisis lahan pertanian, peternakan, perikanan, lahan hutan, lahan
terbangun, dan fungsi lahan penyerap karbon (Apriyeni, dkk., 2017); (4 analisis tapak ekologi tepat digunakan
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) (Kharisma, dkk., 2021). Selain konsep ekologi terdapat juga konsep
pendekatan alam. Analisis tapak dengan pendekatan alam sebagai berikut: (1) mengembangkan destinasi tingkat
tapak lahan; (2) pengadaan fasilitas tapak yang dimulai dari paling dasar dan pembangunan daya tarik yang
ikonik (Hermawan, 2017). Dalam analisis tapak terkait kontur bisa digunakan konsep geohidrologi. Aspek-aspek
analisis tapak dengan konsep geohidrologi adalah jenis batuan, muka air tanah, kemiringan lereng, curah hujan,
jarak terhadap sungai, jarak terhadap patahan, kerentanan terhadap gerakan tanah, daerah lindung, jarak terhadap
garis pantai, banjir, dan erupsi gunung api (Wibowo, 2008). Selain konsep-konsep di atas, dalam pengolahan
tapak bisa juga dilaksanakan dengan konsep arsitektur perilaku sebagai berikut: (1) analisis tapak tentang
kebutuhan ruangan dan perilaku sosial menghasilkan fasilitas fungsi primer, fasilitas fungsi sekunder, dan
fasilitas penunjang fungsi tersier; (2) analisis tapak juga menghasilkan kebutuhan ruang penunjang (Agustina,
dkk., 2018).
Dengan demikian berdasarkan uraian di atas sebagai berikut: (1) perancangan tapak dibutuhkan oleh ilmu
arsitektur karena bangunan dan tapak saling berkesesuaian sehingga didapatkan bangunan yang proporsional; (2)
pengolahan tapak ditujukan agar kuantitas dan kualitas tapak aman dan nyaman sehingga penghuni selamat; (3)
pengolahan tapak membutuhkan faktor-faktor internal antara lain tapak sendiri dan faktor-faktor eksternal antara
lain aturan-aturan tapak yang dibuat oleh negara; (4) konsep-konsep pengolahan tapak antara lain konsep
kreativitas, seni, olahraga, nyaman, aman dan produktif; konsep aman dan nyaman; konsep spasial regional;
konsep selaras alam; konsep ekologi; konsep alam; konsep geohidrologi; dan konsep arsitektur perilaku.

B. Tinjauan Lokasi Perancangan


Kabupaten Konawe Kepulauan Ibukotanya Wawonii Barat, 53 km dari Kota Kendari, secara geografis
terletak dibagian Selatan Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan antara 03º68’ dan 04º16’ lintang Selatan,
membujur dari Barat ke Timur antara 122º56’ dan 123º16’ Bujur Timur. Secara geografis Kabupaten Konawe
Kepulauan berada pada posisi strategis karena perairan lautnya dilalui jalur pelayaran nasional kawasan timur
dan barat, wilayah darat pulau wawonii diapit oleh laut banda dan selat buton yang memiliki sumber daya
keragaman hayati cukup besar (BPS Konkep, 2015 & Nur, 2020). Luas Wilayah Kabupaten Konawe
Kepulauan(Wawonii) adalah sekitar ± 1.513.98 Km terdiri dari daratan ± 867,58 Km², Luas Perairan (Laut) ±
646,40 Km² dan GarisPantai 178 Km² (BPS Konkep, 2015 & Nur, 2020). Bentuk topografi wilayah Kabupaten
Konawe Kepulauan pada umumnya merupakan dataran rendah, bergelombang hingga berbukit. Sedangkan
wilayah yang tergolong pegunungan jumlahnya sangat terbatas. Pulau Wawonii merupakan daerah ketinggian
antara 0-1.000 m diatas permukaan laut. Daerah dengan ketinggian antara 50-1.000 m diatas permukaan laut
merupakan daerah perbukitan sampai pegunungan dengan kemiringan antara 0-40 persen di bagian tenggara,
utara dan timur dan timur laut pulau wawonii. Iklim pada wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan adalah
termasuk iklim tropis dengan suhu terendah 180C. Tipe iklim menurut Smith-Ferquson termasuk tipe iklim C
dengan curah hujan tahunan secara rata-rata tercatat antara 1.500 mm/tahun hingga 2.898 mm/tahun (Wandoyo,
2017). Struktur penting yang ditemukan di pulau Wawonii diantaranya sesar, lipatan dan sesar, berupa sesar
geser dan sesar normal. Sesar geser yang dijumpai merupakan sesar utama di daerah ini dan diduga merupakan
kelanjutan dari sesar geser Lasolo (Lawanopo fault). Sesar ini merupakan sesar geser mengiri, diduga masih aktif
hingga sekarang dan merupakan batas pemisah dari formasi Meluhu dan Kompleks ultramafik dan mafik
(RPIJM Konkep, 2015). Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan 2016 tentang peta
hidrologi, Pulau Wawonii terdapat 40 pewilayahan daerah aliran sungai (DAS). Secara keseluruhan luas DAS
70.514 hektar tersebar di tujuh kecamatan dan membelah Pulau Wawonii (Rido, 2020).
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 64
Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Iklim pada wilayah Kabupaten Konawe Kepulauan adalah termasuk iklim tropis dengan suhu terendah 18ºC.
Tipe iklim menurut Smith-Ferquson termasuk tipe iklim C dengan curah hujan tahunan secara rata-rata tercatat
antara 1.500 mm/tahun hingga 2.898 mm/tahun. Kabupaten Konawe Kepulauan dikenal dengan dua musim yaitu
musim kemarau dan musim hujan. Akan tetapi keadaan musim tersebut dapat dipengaruhi oleh arus angin yang
bertiup di wilayah permukaan. Musim tersebut di Kabupaten Konawe Kepulauan biasanya pada bulan November
sampai dengan Maret, angin banyak mengandung uap air dari benua Asia dan Samudra Pasifik, setelah melewati
beberapa lautan. Pada bulan tersebut terjadi musim hujan. Bulan april penentuan curah hujan, arus angin tidak
mengarah pada suatu arah kadang kurang, kadang lebih. Musim tersebut dikenal dengan musim pancaroba.
Sedangkan pada bulan Mei dan Agustus arah angin bertiup dari arah timur berasal dari Benua Australia dengan
kurang mengandung uap air. Hal ini diakibatkan minimnya curah hujan di daerah Kabupaten Konawe
Kepulauan. Akan tetapi pada Agustus sampai Oktober terjadi perubahan cuaca menjadi musim kemarau dengan
ini sebagai akibat perubahan kondisi alam tidak menentu dan musim tersebut sering menyimpang dari kebiasaan
(BPS Konkep, 2015 & Nur, 2020).
Secara administratif Konawe Kepulauan terbagi menjadi 7 kecamatan dengan Ibukota Kabupaten berada di
Langara. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Wawonii Utara, Wawonii Timur Laut, Wawonii Timur,
Wawonii Tenggara, Wawonii Selatan, Wawonii Tengah, dan Wawonii Barat. Sosial ekonomi dan eksistensi
masyarakat suku Wawonii yang berdiri tegak, kokoh, dan manunggal sejak dahulu kala hingga kelak di akhir
zaman. Pohon Kelapa adalah tanaman yang sakral bagi suku Wawonii karena selain menjadi sumber utama
kehidupan sehari-hari, juga di jadikan mahar (mas kawin) dalam adat perkawinan masyarakat suku Wawonii.
Kekayaan Budaya Masyarakat Wawonii tentu cukup banyak baik masih eksis maupun yang statis. Kegiatan
atraksi seni budaya dari masyarakat Wawonii merupakan tari pergaulan untuk semua golongan usia, status sosial
dan jenis kelamin. Hal tersebut tidak sedikit pengaruhnya terhadap komunikasi sosial antar suku, menyebabkan
timbulnya rasa persahabatan dalam gerak kehidupan sehari-hari. Bagi Masyarakat Wawonii memiliki khasanah
budaya permainan tradisional, kesenian tradisional (tari lense, tari molihi) tradisi lisan dalam bentuk pantun,
nyanyian, mantra, selain itu di Wawonii juga ditemukan beberapa peninggalan budaya benda, berupa
pemukiman para raja-raja wawonii yang disebut Lakino, gua prasejarah, keramik, rumah tradisional, benteng
pertahanan, aksara Laembo, naskah-naskah kuno, dan makam raja (Hafid, 2017).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode perancangan arsitektur dengan pendekatan kualitatif. Metode arsitektur
adalah proses untuk merancang bangunan yang terdiri dari identifikasi dan analisis sumber data, teknik
pengumpulan data, sintesis konsep, dan penggambaran (drawing). Penulis memilih pendekatan kualitatif karena
dalam penelitian ini terdapat teori tetapi tidak terkungkung oleh teori dan pendapat sebelumnya sehingga dalam
lingkungan yang alami penulis akan menggambarkan apa adanya. Sumber data primer dalam penelitian ini antara
lain kondisi eksisting, orientasi matahari, orientasi angin, sirkulasi, dan aturan-aturan bangunan. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini antara lain Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Konawe Kepulauan
aturan-aturan bangunan, studi preseden, ruangan-ruangan, besaran ruang, pola hubungan ruang, pemintakan, dan
pola organisasi ruang. Sumber data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan cara teknik wawancara
dilaksanakan dengan cara mewawancarai tokoh masyarakat; mewawancarai dinas PLN, PDAM, dan PU
setempat; merekam; dan mencatat. Sumber data sekunder yang dikumpulkan dengan cara teknik
dokumentasi/studi literatur dilaksanakan dengan cara mengakses di internet terkait penelitian-penelitian
terdahulu, mendapatkan dari relasi, dan mendapatkan data dari aturan-aturan bangunan. Teknik analisis data
dalam penelitian ini adalah data direduksi, data dibandingkan, data disajikan, dan data disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data-data penentuan tapak perancangan Gedung Kantor KPUD Barat Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai
berikut: (1) luas tapak: ± 8.100m² (cukup tersedia); (2) kondisi tanah relatif datar dan jalan lebih tinggi
dibandingkan dengan tapak; (3) batas-batas tapak di sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong (RTH) dan
jalan utama dengan kategori jalan primer dan mempunyai lebar jalan ±16 m, di sebelah timur berbatasan dengan
Kantor PU Kabupaten Konawe Kepulauan, di sebelah selatan berbatasan dengan lahan kosong, dan di sebelah
barat berbatasan dengan lahan kosong; (4) jaringan utilitas tersedia seperti tiang listrik dan drainase; dan (5) di
sekitar tapak dipenuhi sebagian Ruang terbuka Hijau (RTH) dan vegetasi alami yang menunjang tapak; (6) tapak
terletak pada kompleks Perkantoran Kabupaten Konawe Kepulauan (Gambar 1).

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 65


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Gambar 1. Tapak perancangan.


(Sumber: Google Earth, 2022).

A. Kondisi Eksisting

Gambar 2. Kondisi Eksisting.

Kondisi eksisting pada tapak perancangan Gedung Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan pada arah
utara tapak terdapat RTH/lahan kosong, di arah timur terdapat bangunan Gedung Kantor Dinas PU Kabupaten
Konawe Kepulauan, di arah barat dan selatan juga merupakan RTH. Tapak lebih rendah dibandingkan dengan
jalan, kontur tapak relatif datar, dan struktur tanah liat (Gambar 2).

B. Orientasi Matahari

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 66


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Gambar 3. Kondisi eksisting orientasi matahari.

Kondisi eksisting orientasi matahari pada tapak sebagai berikut: (1) di sisi timur menerima intensitas cahaya
tinggi dari terbit matahari; (2) di sisi barat menerima intensitas cahaya tinggi dari terbenam matahari; (3) di sisi
atas menerima intensitas panas tinggi pada siang hari (Gambar 3). Tanggapan orientasi matahari sebagai berikut:
(1) atap bangunan utama pada bagian tritisan dibuat panjang sekitar 1.00 m - 1.50 m ; (2) Di atas bukaan diberi
atap tritisan dan atap tritisan dibuat panjang, lebar-lebar, serta luas-luas; (3) di sisi-sisi timur bangunan dibuat
secondary skin dengan menggunakan material lokal seperti dari material besi bermotif bambu atau kayu jati; (4)
material dinding menggunakan bahan yang tidak menyerap panas berlebihan seperti batu merah; (5) bahan kaca
menggunakan pereduksi cahaya berlebihan seperti kaca film dan kaca reflektif; (6) di interior bangunan
menggantungkan tirai; (7) Di sisi-sisi bangunan diberi vegetasi pereduksi cahaya. Tanaman disyaratkan rimbun
dan berbentuk ramping seperti bunga pucuk merah; (8) grass block (batu paving berongga) ditempatkan pada
entrans; (9) di sisi barat diperlakukan sama dengan sisi sisi timur; (10) atap dibuat tinggi curam; (11) atap
berbentuk pelana dan diberi bukaan sirkulasi; (12) bangunan diberi plafon agar mereduksi cahaya berlebihan;
(13) bahan atap dapat mereduksi panas seperti atap sakura roof (Gambar 4).

Gambar 4. Tanggapan orientasi matahari.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 67


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

C. Arah Angin

Gambar 5. Kondisi eksisting arah angin.

Kondisi eksisting arah angin pada tapak adalah arah angin kencang berasal dari arah barat (Gambar 5).
Tanggapan analisis tapak arah angin sebagai berikut: (1) di sisi-sisi bangunan dibuat sirkulasi silang; (2) angin
dimanfaatkan dengan membuat bukaan yang besar-besar, lebar-lebar, dan luas-luas; (3) penggunaan kaca mati
bisa dihindari dengan menggunakan kaca nako dan kaca jungkit; (4) dinding dibuat tinggi dan disesuaikan
dengan kebutuhan. Tinggi dinding maksimal 5.00 meter dan minimal 3.50 meter; (5) konstruksi rangka atap
dibuat dengan sambungan yang kuat dan kencang. Konstruksi rangka atap harus menyatu dengan bangunan; (6)
di sisi-sisi bangunan bisa diberi vegetasi rimbun dan bentuk pohon langsing (Gambar 6).

Gambar 6. Tanggapan arah angin.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 68


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

D. View (Arah Pandang)

Gambar 7. Kondisi eksisting arah pandang.

Dalam pemilihan view sangat baik, cukup baik, baik, kurang baik, dan baik mempunyai kriteria-kriteria
seperti posisi fasad bangunan, orientasi tapak, estetis, tetangga sekitar tapak, dan kesesuain tampak bangunan.
Kondisi eksisting view pada tapak sebagai berikut: (1) arah utara ke tapak merupakan view baik karena penikmat
bangunan perlu melihat bangunan sehingga fasad bangunan hendaknya didesain estetis dan fungsional; (2) arah
timur ke tapak mempunyai view cukup baik sehingga tampak timur bangunan perlu didesain estetis; (3) arah
selatan dan barat ke tapak view kurang baik sehingga tampak selatan serta barat perlu juga didesain dengan
estetis; (4) Dari tapak ke arah utara cukup baik karena terdapat Jl. Langara-Lampeapi sehingga fasad bangunan
perlu didesain estetis agar penikmat bangunan bisa menikmati bangunan dengan baik; (5) dari tapak ke arah
timur view kurang baik karena terdapat Gedung Kantor Dinas PU Kabupaten Konawe Kepulauan; (6) dari tapak
ke arah selatan view kurang baik karena terdapat lahan kosong; (7) dari tapak ke arah barat view kurang baik
karena terdapat permukiman masyarakat (Gambar 7). Tanggapan View (arah pandang) sebagai berikut: (1) fasad
perlu didesain estetis, formal, dan berwibawa seperti menggunakan secondary skin, dan atap bangunan dibuat
menjuntai ke muka tanah sehingga fasad unik; (2) arah timur, barat, dan selatan menyesuaikan dengan arah utara
agar proporsional; (3) arah timur, barat, dan selatan diberi dengan tanaman vegetasi pengarah pagar yang rimbun
dan lebat sehingga bangunan lebih privasi (Gambar 8).

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 69


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Gambar 8. Tanggapan arah pandang.

E. Sirkulasi

Gambar 9. Kondisi eksisting sirkulasi.

Kondisi eksisting sirkulasi pada tapak sebagai berikut: (1) sirkulasi kendaraan bermotor terhadap tapak pada
arah utara belum didesain dengan baik; (2) sirkulasi kendaraan bermotor roda dua terhadap tapak pada arah utara
belum didesain; (3) sirkulasi angkutan umum terhadap tapak belum didesain; (4) sirkulasi penghuni terhadap
tapak belum didesain; (5) sirkulasi utilitas terhadap tapak belum didesain; (6) sirkulasi disabilitas terhadap tapak
belum didesain; (7) sirkulasi kendaraan bermotor roda empat terhadap tapak belum didesain; (8) sirkulasi pejalan
kaki terhadap tapak belum didesain (Gambar 9). Tanggapan analisis tapak sirkulasi sebagai berikut: (1) di tapak
didesain JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) dan dibuatkan stasiun pemberhentian; (2) sirkulasi pejalan kaki
diberi warna terang; (3) tapak di desain tempat parkir mobil; (4) tapak didesain sirkulasi kendaraan utilitas; (5) di
Jalan Poros Langara-Lampeapi sirkulasi kendaraan memutar 100.00 m dari arah timur dan barat; (6) bangunan
didorong ke belakang sekitar 24.00 m sehingga parkiran bagian utara lebih luas (Gambar 10).

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 70


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Gambar 10. Tanggapan sirkulasi.

F. Denah Tapak

Gambar 11. Denah tapak.

Dengan demikian seluruh tanggapan-tanggapan dari analisis tapak di atas menghasilkan denah tapak Gedung
Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai berikut: (1) analisis tapak kondisi eksisting menghasilkan
batas-batas tapak seperti pada arah utara tapak terdapat RTH/lahan kosong, di arah timur terdapat bangunan
Gedung Kantor Dinas PU Kabupaten Konawe Kepulauan, di arah barat dan selatan juga merupakan RTH; luas
tapak adalah 8.214,846 m2, lebar drainase 1,00 m, lebar pedestrian 1.00 m (kelas III), lebar masing-masing jalan
utama sebesar 8.00 m, lebar median jalan sebesar 5.00 m, serta tapak didesain lebih tinggi dari jalan; (2) analisis
tapak orientasi matahari menghasilkan bentuk atap tritisan yang lebar-lebar, besar-besar, dan luas-luas pada
setiap sisi-sisi bangunan; fasad dibuat bentuk secondary skin pada sisi-sisi bangunan; bahan dinding batu merah;
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 71
Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

bahan kaca reflektif pada setiap bukaan jendela; tirai pada interior bangunan; vegetasi rimbun tapi langsing
misalnya pucuk merah; grass block pada pengerasan tapak; konstruksi rangka atap pelana yang tinggi dan
curam; pemberian plafon; dan di entrans bangunan, serta bahan atap sakura roof; (3) pada analisis tapak angin
menghasilkan bentuk bukaan berkonsep sirkulasi silang; penggunaan kaca nako dan jungkit pada bangunan;
dinding dibuat dengan tinggi 5.00 meter; konstruksi rangka atap dibuat dengan sambungan yang kuat dan
kencang; (4) analisis tapak view menghasilkan bentuk fasad didesain estetis, formal, dan berwibawa seperti atap
didesain menjuntai ke tanah; tanaman pengarah pada arah timur, barat, dan selatan bangunan; kelima, pada
analisis tapak sirkulasi menghasilkan pembuatan JPO di luar tapak; sirkulasi pejalan kaki diberi warna terang;
tempat parkir mobil; tempat sirkulasi kendaraan utilitas; di Jalan Poros Langara-Lampeapi sirkulasi kendaraan
memutar 100.00 m dari arah timur dan barat; serta bangunan didorong ke belakang sekitar 24.00 m agar parkir
luas dan tersedia tempat orasi bagi masyarakat. Tempat parkir luas tidak menghalangi pandangan dari tapak ke
luar tapak sebagai berikut: (1) bangunan di desain bentuk panggung dan lantai satu diperuntukkan sebagai ruang
publik. Para karyawan KPUD berkantor di lantai dua sehingga arah pandang lurus ke depan dan tidak terhalang
oleh vegetasi; (2) vegetasi di tempat parkir dipilih tanaman yang rimbun dan berbentuk pendek seperti pohon
ketapang (Gambar 11).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis tapak penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: pertama, pada analisis tapak
tentang kondisi eksisting tapak menghasilkan batas-batas tapak pada arah utara tapak terdapat RTH/lahan
kosong, di arah timur terdapat bangunan Gedung Kantor Dinas PU Kabupaten Konawe Kepulauan, di arah barat
dan selatan juga merupakan RTH. Sedangkan luas tapak adalah 8.214,846 m2; kedua, pada analisis tapak
orientasi matahari menghasilkan bentuk atap tritisan yang lebar-lebar, besar-besar, dan luas-luas; bentuk
secondary skin; bahan dinding batu merah; bahan kaca reflektif; tirai pada interior bangunan; vegetasi rimbun
tapi langsing; grass block pada pengerasan tapak; konstruksi rangka atap pelana yang tinggi dan curam;
pemberian plafon; dan bahan atap Sakura roof; ketiga, pada analisis tapak angin menghasilkan bentuk bukaan
berkonsep sirkulasi silang; penggunaan kaca nako dan jungkit pada bangunan; dinding setinggi 5.00 meter;
konstruksi rangka atap dibuat dengan sambungan yang kuat dan kencang; keempat, pada analisis tapak view
menghasilkan bentuk fasad didesain estetis, formal, dan berwibawa seperti menggunakan secondary skin yang
menarik; tanaman pengarah pada arah timur, barat, dan selatan bangunan; kelima, pada analisis tapak sirkulasi
menghasilkan pembuatan JPO di luar tapak; sirkulasi pejalan kaki diberi warna terang; tempat parkir mobil;
sirkulasi kendaraan utilitas; di Jalan Poros Langara-Lampeapi sirkulasi kendaraan memutar 100 m dari arah
timur dan barat; serta bangunan didorong ke belakang sekitar 24.00 m. Dalam analisis tapak perancangan
Gedung Kantor KPUD Kabupaten Konawe Kepulauan belum dianalisis pencapaian, hidrologi, dan tata guna
lahan sehingga penelitian ini bisa dilanjutkan dari kekurangan penelitian ini.

DAFTAR REFERENSI

Agustina, Y., Purwantiasning, A., W., & Prayogi, L. 2018. Penerapan Konsep Arsitektur Perilaku pada Penataan
Kawasan Zona 4 Pekojan Kota Tua Jakarta. Jurnal Arsitektur Purwarupa, Vol. 2, No. 2, 83-92.
Amrullah, Lutfi, A., M.,2020. Visi Misi dan Program Kerja,diakses tanggal 19 Januari 2021 dari
https://bit.ly/3qOccpU
Apriyeni, B., A., R., Murtilaksono, K., & Hadi, S. 2017. Ecological Footprint Analysis for Spatial Use Directive
of Lombok Island. Tata Loka, Vol. 19, N0. 1, 68-81.
BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten) Konawe Kepulauan. 2016. Kabupaten Konawe Kepulauan Dalam Angka
2016. Diakses tanggal 9 Februari 2021 dari https://bit.ly/3ngr0Np
Cathrine, Asmarajaya, I., M., B., & Jusuf, M., A. 2017. Desain Arsitektur Sebagai Prediktor Keberhasilan Art
Space Di Kota Bandung. Prosiding AR4151 Seminar Arsitektur Aspek-Aspek Perancangan Arsitektur Dan
Implementasinya.
Damayanti, V., D., Nailufar, B., Putra, P., T., Syahadat, R., M., Alfian,R., & Leimona, B. 2017. Analisis Tapak
Mata Air Umbulan Pasuruan, Jawa Timur Kajian Elemen Biofisik dan Persepsi Masyarakat. The World
Agroforestry Centre Southeast Asia Regional Program: Bogor, Indonesia.
Dewandari, P. 2014. Perancangan Tapak Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung. Perencanaan Wilayah dan
Kota ,Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Etty, A., E., Susiati, H., & Sunarko. 2019. Analisis Spasial Awal Lokasi Calon Tapak PLTN Di Kalimantan
Barat. Prosiding Seminar Nasional Infrastruktur Energi Nuklir 2019 Pontianak, 10 Oktober 2019, 173-179.
Garatu, T., 2010. Analisis Kompensasi Dalam Meningkatkan Semangat Kerja Kabupaten Poso, di akses tanggal
19 Januari 2021 dari https://bit.ly/3pSDuMJ

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 72


Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Giri, S., & Senawi. 2009. Analisis Tapak Untuk Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Kalimantan Tengah
Menggunakan Citra Spot Dan Sistem Informasi Geografis. Tesis. S2 Ilmu Kehutanan. Universitas Gadjah
Mada. Diakses tanggal 28 Desember 2021 dari https://bit.ly/3327exO
Hafid, A. 2017. Pelestarian dan Pengembangan Budaya Wawonii. Diakses tanggal 12 Februari 2021 dari
https://bit.ly/3HA6AXi
Haryati, D. 2012. Pembentukan 19 Daerah Otonom Baru. Diakses tanggal 22 Januari 2021 dari
https://bit.ly/3eKUY7v
Herman, S. 2016. Desain Taman Maccini Sombala Makassar. Acuan Perancangan. Jurusan Teknik Arsitektur,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar.
Hermawan, H. 2017. Pengembangan Destinasi Wisata Pada Tingkat Tapak Lahan Dengan Pendekatan Analisis
SWOT. Pariwisata, Vol. IV, No. 2, 64-74.
Ilham, M. 2015. Optimalisasi Penggunaan Lahan Kecamatan Dau Melalui Pendekatan Tapak Ekologi. Skripsi
thesis. Institut Teknologi Nasional Malang.
Islamiah, K., Anwar, D., R., & Damayanti, V., D. 2020. Rencana Lanskap Wisata Edukasi Kebun Anggrek di
Taman Kyai Langgeng Kota Magelang. Langkau Betang: Jurnal Arsitektur, Vol. 7, No. 1, 85-99.
Khaerana. 2020. Pengaruh Self Efficacy Terhadap Kinerja Pegawai Pada Sekretariat Komisi Pemilihan Umum
Daerah (KPUD) Kabupaten Luwu Timur. Jurnal Ecoment Global; Kajian Bisnis dan Manajemen, Vol. 5, No.
1, 80-89.
Kharisma, R., Purnomo, H., & Kuncahyo, B. 2021. Analisis Tapak Ekologi (Ecological Footprint) dan
Biokapasitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane Hulu. Disertasi doktoral, Universitas Institut Pertanian
Bogor. Diakses tanggal 29 Desember 2021 dari https://bit.ly/3ERghyL
Kusumabrata, D., & Kurniawan, A. 2014. Identifikasi Pengaturan Zonasi Konservasi Gumuk Pasir Parangtritis
Berdasarkan Pertimbangan Analisa Tapak (Spasial), Persepsi dan Aspirasi Masyarakat. Skripsi.
Pembangunan Wilayah. Universitas Gadjah Mada.
Kusumoarto, A., Rejoni, R., & Hidayat, R. 2019. Rencana Tapak Taman Lingkungan Ciwaringin, Kota Bogor.
Simposium Nasional Ilmiah dengan Tema: (Peningkatan Kualitas Publikasi Ilmiah melalui Hasil Riset dan
Pengabdian kepada Masyarakat), 7 November 2019, 1114-1125.
Marifat, A. 2021. Site Analysis. Diakses tanggal 31 Desember 2021 dari https://bit.ly/3JHvuG8
Nur, H.,M. 2020. Perencanaan Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konawe Kepulauan Tugas
Akhir. D3 Teknik Arsitektur, Program Pendidikan Vokasi, Universitas Halu Oleo Kendari.
Osly, P., J. 2008. Analisis Kesesuaian dan Perencanaan Tapak Kawasan Situ Pengasinan Sebagai Kawasan
Pariwisata Kota. Tesis, Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Paraisu, R. 2015. Implementasi Tugas Dan Fungsi Komisi Pemilihan Umum Daerah (Kpud) Kabupaten
Jayawijaya Dalam Pilkada Tahun 2013. Jurnal Lyceum, Vol. 3, No. 1, 30-41.
Pramita, E., L., Wardhani, D., K., & Sari, K., E. 2013. Konsep Penataan Lanjutan Jalur Pejalan Kaki Di Kota
Surabaya. Jurnal Tata Kota dan Daerah, Vol. 5, No. 2, 97-108.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Konawe Kepulauan. 2015. Profil Konawe Kepulauan.
Diakses tanggal 12 Februari 2021 dari https://bit.ly/3qKCIAL
Rido. 2020. Wawonii Pulau Rawan Bencana yang Diizinkan Tambang. Diakses tanggal 9 Februari 2021 dari
https://bit.ly/332CrAE
Rinakanti, Jauhari, A., & Erdiana, S. 2021. Analisis Tapak Bukit Katunun. Jurnal Hutan Tropis, Vol. 9, No. 2,
327-335.
Rozikin, M., T. 2017. Implementasi Tugas Dan Wewenang Komisi Pemilihan Umum Daerah (Kpud) Kota
Surabaya Dalam Proses Pendaftaran dan Penetapan Calon Kepala Daerah Kota Surabaya Tahun 2015.
Undergraduate thesis. Program Studi Filsafat Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas
Islam Sunan Ampel Surabaya, 1-99.
Rukayah, R., S. 2020. Buku Ajar Pengantar Perancangan Tapak. Biro Penerbit Planologi UNDIP: Semarang.
Suntoko, H. 1999. Pemilihan Tapak PLTN Di Semenanjung Muria. Jurnal Pengembangan Energi Nuklir, Vol. 1,
No. 4, 173-185.
Tapak Perancangan. 2021. Diakses tanggal 2 Januari 2022 dari https://bit.ly/3FLM5Gz
Thoifur, D., M., Radnawati, D., Syahadat, R., M., Putra, P., T., Sagala, A., R., Pertiwi, S., & Putra, R., T. 2018.
Analisis Tapak Lanskap Wisata Curug Cipeuteuy Sebagai Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Ciremai. Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2018, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta ,
17 Oktober 2018, 1-10.
Wandoyo, A. 2017. Sejarah. Diakses tanggal 19 Januari 2021 dari https://bit.ly/3Jycvhc
Wibawa, B., A., & Saraswati, R., S. 2016. Perencanaan Pembangunan Masjid Al-Ikhwan Kelurahan Karangayu,
Semarang. Jurnal E-Dimas (Educations-Pengabdian kepada Masyarakat), Vol. 7, No. 1, 1-14.
Wibowo, M. 2008. Aspek Geohidrologi Dalam Penentuan Lokasi Tapak Tempat Pembuangan Akhir Sampah
(TPA). Jurnal Hidrosfir Indonesia, Vol. 3, No. 1, 1-6.
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 73
Jurnal Malige Arsitektur, Vol. 3, No. 2, Desember 2021, hal. 61-74 ISSN 2656-8160

Zarkasi, A., 2010. Tinjauan Yuridis Tugas dan Wewenang KPUD dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, diakses tanggal 20 Januari 2021 dari https://bit.ly/3zmIUTc
Zulfan. 2015. Perencanaan Desain Tapak Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional Gunung
Leuser (Studi Kasus Di BPTN Wilayah III Stabat). Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan.

Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik – Universitas Halu Oleo 74

Anda mungkin juga menyukai