Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

2.1.1 Definisi Eceng Gondok

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tanaman yang hidup mengapung di air
dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Dapat dilihat pada
Gambar 2.1, eceng gondok tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval.
Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir,
kelopaknya berbentuk tabung. Akarnya merupakan akar serabut.

Eceng gondok (Eichornia crassipes) berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara
vegetatif maupun generatif. Pada umumnya eceng gondok tumbuh dengan cara vegetatif yaitu,
dengan menggunakan stolon. Kondisi optimum bagi perkembangannya memerlukan kisaran
waktu antara 11 – 18 hari.

Gambar 2. 1 Tanaman Eceng Gondok


2.1.2 Klasifikasi Eceng Gondok

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

4
5

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)

Sub Kelas : Alismatidae

Ordo : Alismatales

Famili : Butomaceae

Genus : Eichornia

Spesies : Eichornia crassipes (Mart.) Solms

2.1.3 Kandungan Eceng Gondok

Eceng gondok memiliki karakteristik serat salah satunya memiliki massa jenis
sebesar 0,25 g/cm3, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. 1 Karakteristik Serat Tanaman Eceng Gondok

Karakteristik Nilai

Massa jenis (g/cm3) 0,25

Sifat putih (whiteness) (%) 22,2

Kehalusan (fineness) (µ) 35

Kekuatan tarik (tensile strength) (Mpa) 18 – 33

Sumber: Gani dkk, 2002

Menurut Zerrudo dan kawan - kawan (1979), tangkai daun (petioules) eceng gondok
mengandung 34,6% fiber berdasarkan berat kering oven, dengan panjang fiber rata - rata 1,53
mm dan berdinding tipis, mengandung sedikit lignin, holoseluosa, pentosa yang tinggi tetapi
mengandung sedikit silika, ekstraktif cukup larut dalam alkohol – benzena tetapi larut banyak
dalam 9 NaOH 1%. Eceng gondok dalam 100 gram memiliki kandungan nutrisi seperti yang
dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.
6

Tabel 2. 2 Kandungan Nutrisi Enceng Gondok

Kandungan Nutrisi Nilai

Energi 18 Kkal

Protein 1 gr

Lemak 0,2 gr

Karbohidrat 3,8 gr

Kalsium 80 mg

Fosfor 45 mg

Zat Besi 4 mg

Vitamin A 1000 IU

Vitamin B1 0,08 mg

Vitamin C 50 mg

Sumber: Eka, 2013

Banyak peneliti melaporkan bahwa eceng gondok dapat menyerap zat pencemar dalam air dan
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan. Tercatat bahwa dalam
waktu 24 jam enceng gondok mampu menyerap logam Cd, Hg dan Ni sebesar 1,35 mg/g; 1,77
mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu berada dalam keadaan tidak tercampur dan menyerap Cd
1,23 mg/g, 1,88 mg/g, dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam – logam itu berada dalam
keadaan tercampur dengan logam lain dalam air (Aningsih, 1991). Kandungan selulosa Cross
and Bevan eceng gondok sebesar 64,51% dari berat total (Joedodibroto, 1983) memungkinkan
eceng gondok dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Pemanfaatan eceng
gondok sebagai bahan baku pembuatan papan partikel merupakan salah satu alternatif manfaat
yang memberikan nilai tambah eceng gondok bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara
pemanfaatan eceng gondok maka populasinya diharapkan dapat dikontrol, sehingga
permasalahan yang timbul sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya dapat diatasi (Saputra
dan Prasetyo, 2005). Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara
tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai sifat –
7

sifat yang baik antara lain dapat menyerap 10 logam – logam berat, senyawa sulfida, selain itu
mengandung protein lebih dari 11,5 %. Kandungan kimia serat eceng gondok yaitu memiliki
selulosa sebesar 60 %, lignin 17 % .

2.2 Plastik

2.2.1 Definisi Plastik

Plastik merupakan material terbuat dari nafta yang merupakan produk turunan minyak
bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan. Karakteristik plastik yang memiliki ikatan
kimia yang sangat kuat sehingga banyak material yang dipakai oleh masyarakat berasal dari
plastik. Namun plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non
biodegradable) sehingga setelah digunakan, material yang berbahan baku plastik akan menjadi
sampah yang sulit diuraikan oleh mikroba tanah dan akan mencemari lingkungan. Berdasarkan
jenis produknya, terdapat 6 jenis plastik yaitu Polyethylene Terephthalate (PET), High Density
Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride (PVC), Low Density Polyethylene (LDPE),
Polypropylene (PP), Polystyrene (PS) dan Other. Umumnya sampah plastik memiliki
komposisi 46% Polyethylene (HDPE dan LDPE), 16% Polypropylene (PP), 16% Polystyrene
(PS), 7% Polyvinyl Chloride (PVC), 5% Polyethylene Trephthalate (PET), 5% Acrylonitrile-
Butadiene-Styrene (ABS) dan polimer-polimer lainnya. Lebih dari 70% plastik yang dihasilkan
saat ini adalah Polyethylene (PE), Polpropylene (PP), Polystyrene (PS), dan Polyvinyl Chloride
(PVC) sehingga sebagian besar studi yang dilakukan berhubungan dengan keempat jenis
polimer tersebut.

Tabel 2. 3 Karakteristik Jenis Plastik

Kode Tipe Plastik Beberapa Penggunaan


Plastik

PET atau PETE Botol minuman ringan dan


air mineral, bahan pengisi
kantong tidur dan serat
tekstil
8

PEHD atau HDPE Kantong belanja, kantong


freezer, botol susu dan
krim, botol sampo dan
pembersih

PVC atau V Botol jus, kotak pupuk,


pipa saluran

LDPE Kotak ice cream, kantong


sampah, lembar plastik
hitam

PP Kotak ice cream, kantong


kentang goreng, sedotan,
kotak makanan

PS Kotak yoghurt, plastik


meja, cangkir minuman
panas, wadah makanan
siap saji, baki kemasan

OTHER Botol minum olahraga,


acrylic dan nylon

Sumber: Pareira, B. C (2009) Pemanfaatan Limbah Plastik

Berdasarkan asalnya, sampah plastik dibedakan menjadi sampah plastik industri dan
sampah plastik rumah tangga. Sampah plastik industri berasal dari industri pembuatan plastik
maupun industri yang bergerak di bidang pemrosesan. Sampah plastik rumah tangga dihasilkan
terkait dengan aktivitas manusia sehari-hari misalnya plastik kemasan, plastik tempat makanan
atau minuman. Berdasarkan sifatnya, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
thermoplastic dan thermosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang bila digunakan
untuk membuat material tertentu dapat didaur ulang dan dibuat menjadi bentuk material yang
lain melalui proses pemanasan. Contoh thermoplastic antara lain yaitu Polyethylene,
9

Polypropylene, Nylon, Polycarbonate. Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat
dalam material tertentu, tidak dapat dicairkan untuk didaur ulang atau dibuat produk lain.
Contoh plastik yang termasuk thermosetting antara lain Phenol formaldehyde, Urea
Formaldehyde, Melamine Formaldehyde.

2.3 Briket

2.3.1 Definisi Briket

Briket adalah sebuah blok bahan yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai
dan mempertahankan nyala api sebagai pengganti energi alternatif. Briket dapat dibuat dari
bahan baku disekitar kita, seperti kotoran sapi, batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk
kayu (serbuk gergaji), bongkol jagung, daun, dan lain sebagainya. Pembuatan briket dilakukan
dengan proses penekanan atau pemadatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai kalor per
satuan luas dari suatu biomassa yang akan digunakan sebagai energi alternatif, sehingga
dengan ukuran biomassa yang relatif kecil akan dihasilkan energi yang besar. Selain itu bentuk
biomassa menjadi lebih seragam, sehingga akan lebih mudah dalam proses penyimpanan dan
pendistribusian.

2.3.2 Macam-macam Bricket

A. Briket Batu Bara


Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran tertentu, yang
tersusun dari butiran batubara halus yang telah mengalami proses pemampatan dengan
daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih mudah ditangani dan
menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
 Manfaat briket batu bara
1. Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk
Rumah Tangga dan Industri Kecil.
2. Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga.
3. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di
pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
4. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada
daerah-daerah terpencil.
10

5. Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket


seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas, dan sebagainyanya.
6. Menghasilkan briket batubara yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah dan UKM dalam kebutuhan energinya yang akan
terus meningkat setiap tahunnya.
 Kekurangan Briket Batu Bara
1. Bahan susah di cari
2. Harga batu bara juga sangat mahal
3. Dan menyebabkan polusi udara

B. Briket Bio Batubara


Pabrik percontohan dibangun di atas tanah seluas ± 1 Ha, terdiri dari 8 banguna fasilitas
utama, yaitu bangunan untuk stockpile batu bara, stockpile bagas, pengeringan/
penggerusan/ bin/ pembriketan, pengayakan dan pengantongan briket, gudang produk
briket, boiler minyak dan laboratorium/gudang sparepart/perkantoran. Dalam
perkembangannya, maka pabrik ini dilengkapi pula dengan bangunan untuk
percontohan berbagai tungku briket. Operasi produksi dikontrol oleh panel sentral dan
juga panel-panel lain untuk masing-masing peralatan secara elektronik dan otomatik.
Jumlah total daya listrik terpasang adalah 650 KVA. Sedangkan jumlah tenaga kerja
adalah 15 orang operator yang telah dilatih dan 10 orang tenaga harian. Kapasitas
produksi adalah 5 ton/jam atau 10.000 ton/tahun (1 shift). Saat ini mengingat pasar
belum terbentuk, produksi dan pemasarannya baru mencapai 100 ton/bulan. Pada
tahun 2003 direncanakan produksi akan ditingkatkan sesuai dengan kapasitas
terpasang. Pada awal proses produksi, digunakan bahan baku batu bara (76%), bagas
(19%) dan kapur (5%). Dalam perkembangannya untuk meningkatkan sifat fisik
produk, ditambahkan molases sebagai bahan pengikat (8%) dan pengurangan bagas
menjadi 10%, sehingga komposisi briket bio batu bara menjadi: batu bara (85%), bagas
(10%) dan kapur (5%). Molases ditambahkan 8% dari total campuran tersebut.
11

Pembuatan briket tersebut dilakukan pada mesin briket 2 roller dengan kuat tekan 2 –
3 ton/cm2. Briket yang pecah dialirkan kembali secara otomatis untuk dipres kembali.
Saat ini banyak industri kecil dan menengah serta rumah tangga yang masih
menggunakan bahan baka kayu atau kombinasi kayu dan BBM. Di lain pihak hutan
sebagai sumber kayu bakar sudah banyak berubah fungsinya menjadi pemukiman,
industri atau lahan pertanian. Masalah tersebut tentunya berdampak pada
berkurangnya penyediaan kayu bakar, sementara harga minyak tanah juga cenderung
meningkat. Dengan latar belakang tersebut, Puslitbang tekMIRA berinisiatif untuk
memperkenalkan bahan bakar alternatif berupa briket bio batu bara untuk mengisi
kekurangan kayu bakar dan pengganti minyak tanah, yakni dengan membangun
sebuah pabrik percontohan briket bio batu bara di Palimanan, Jawa Barat. Pabrik
percontohan briket bio batu bara Palimanan diresmikan oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral pada 2 November 2001, sebagai hasil kerja sama antar NEDO-
METI (Jepang) dengan DESDM (Indonesia). Pabrik percontohan ini berlokasi di
Palimanan, ± 20 km sebelah barat Cirebon yang berfungsi sebagai pelabuhan batu bara,
berdekatan dengan sentra kegiatan industri kecil pembakaran bata/genteng/kapur,
industri rumah tangga (berbagai makanan), peternakan anak ayam, rotan, dan lain-lain.
Inisiatif membangun pabrik percontohan briket bio batu bara didasarkan atas perlunya
model pabrik briket dan produknya yang dapat memenuhi kebutuhan energi rakyat
yang cocok dan murah untuk industri kecil dan rumah tangga perdesaan. Hal ini
sekaligus mendukung program diversifikasi energi untuk mengurangi konsumsi
minyak tanah. Dengan adanya pabrik percontohan ini, maka tekMIRA akan
mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengembangkan litbang briket dan
mensosialisasikannya kepada pihak pengguna. Diharapkan, ada pihak swasta yang
mengembangkannya pada tingkat komersial di kemudian hari.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
12

maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar.
Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk
memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,
dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam
pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.

 Manfaat briket batu bara


1 Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk
Rumah Tangga dan Industri Kecil.
2 Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga
3 Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik di
pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket dsbnya.
4 Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat pada
daerah-daerah terpencil.
5 Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku briket
seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas, dsbnya.
13

 Kekurangan Briket Batu Bara


1 Bahan susah di cari
2 Harga batu bara juga sangat mahal
3 Dan menyebabkan polusi udarakarena terbuat dari batu bara

C. Briket Tempurung Kelapa


Limbah kelapa berupa tempurung dapat diolah menjadi produk yang bernilai
tinggi, salah satunya adalah briket tempurung kelapa yang bias dimanfaatkan sebagai
salah satu sumber energi. Sebagai pengganti batu bara yang merupakan bahan baker
yang tidak dapat diperbaharui dan banyak menimbulkan dampak negative bagi
kesehatan dan lingkungan, salah satunya dapat mengakibatkan gangguan pernapasan
 Manfaat Briket Tempurung Kelapa
1. Energi Terbarukan. Energi terbarukan adalah energi yang diperoleh dan
bersumber dari sumber daya alam, bahan bakunya merupakan hasil dari
proses alam yang berkelanjutan. Briket Arang tempurung
kelapa termasuk kategori Biomassa. Biomassa sendiri adalah jenis energi
terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang berasal dari
organisme yang hidup atau belum lama mati
2. Panas yang di hasilkan maksimal karena bahan yang di gunakan dari
batokkelapa yang tergolong kering dan mudah terbajar
3. Tidak beracun karena dari cara pembuatan juga sangat alami sama seperti
briket kotoran sapi yang pada pembuatannya menggunakan perekat dari
tepung tapioca atau kanji.
4. Tidak berasap ketika di bakar
5. Bisa menjadi bahan briket yang terbuat dari batu bara

 Kekurangan Briket Temourung Kelapa


1 Keterbatasan ketersediaannya, meskipun secara agregat memiliki jumlah
yang melimpah, namun pada kenyataannya sumber daya tersebut jauh dari
beberapa lokasi.
2 Memiliki energy yang relative lebih kecil di banding para pesaingnya.
14

3 Bahan yang di gunakan untuk perekat relative lebih banyak karena harus
membutuhkan bahan campuran perekat yang mengandung etanol yg lebih
banyak agar proses saat pemakaian nyala api bisa lebih tahan lama.

D. Briket Arang dari serbuk gergaji


Pada awal perkembangannya, kayu adalah sumber bahan bakar yang paling
banyak dipakai karena mudah didapat dan sederhana penggunaannya. Namun dewasa
ini tekanan terhadap hutan sangatlah berat sehingga mengurangi persediaan kayu
sebagai bahan bakar. Untuk itu diperlukan alternatif penggantiannya, dan salah satunya
adalah pembuatan briket arang. Dalam upaya pemanfaatan limbah serbuk gergaji,
dimana serbuk gergaji merupakan bahan yang masih mengikat energi, oleh karena itu
rantai pelepasan energi dimaksud diperpanjang dengan cara memanfaatkan serbuk
gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang. Manfaat Briket Arang Dengan
penggunaan briket arang sebagai bahan bakar maka kita dapat menghemat penggunaan
kayu sebagai hasil utama dari hutan. Selain itu penggunaan briket arang dapat
menghemat pengeluaran biaya untuk membeli minyak tanah atau gas elpiji.Dengan
memanfaatkan serbuk gergaji sebagai bahan pembuatan briket arang maka akan
menningkatkan pemanfaatan limbah hasil hutan sekaligus mengurangi pencemaran
udara, karena selama ini serbuk gergaji kayu yang ada hanya dibakar begitu
saja.Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila
pembuatan briket arang ini dikelola dengan baik untuk selanutnya briket arang
dijual.Bahan pembuatan briket arang mudah didapatkan disekitar kita berupa serbuk
kayu gergajian.
 Manfaat Briket arang dan serbuk kayu
1. Hemat dan ekonomis
2. Aman dan ramah lingkingan karena briket terbuat dari bahan alami dan
tidak menggunakan bahan kimia
3. Sumber serbuk kayu juga mudah di cari
4. Panas yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk pembakaran
yang lama
15

 Kekurangan Briket arang dan serbuk kayu


1. Dengan seiring berkembangnya zaman kayu sekarang semakin langka
2. Dan mayoritas masyarat lebih memilih di gunakan untuk kerajinan dari
pada kayu karena masih banyaknya bahan yang bisa di pakai sealain kayu.
Seperti halnya kotoran sapi
3. Karena briket arang bahan dasarnya dari serbuk kayu, pastinya masih ada
asap yang menyebabkan polusi meskipun itu tak sebanyak arang yang
biasa di pakai masyarakat di pedesaan.

E. Briket Bagas dan Blotong


Tiap berproduksi, pabrik gula selalu menghasilkan dua macam limbah padat,
yaitu: ampas tebu (bagas) dan blotong (filter cake). Ampas tebu merupakan limbah
padat yang berasal dari perasan batang tebu untuk diambil niranya. Limbah ini banyak
mengandung serat dan gabus. Ampas tebu selain dimanfaatkan sendiri oleh pabrik
sebagai bahan bakar pemasakan nira, juga dimanfaatkan oleh pabrik kertas sebagai
pulp campuran pembuat kertas. Kadangkala masyarakat sekitar pabrik memanfaatkan
ampas tebu sebagai bahan bakar. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar dan
mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Limbah padat yang kedua
berupa blotong, merupakan hasil endapan (limbah pemurnian nira) sebelum dimasak
dan dikristalkan menjadi gula pasir. Bentuknya seperti tanah berpasir berwarna hitam,
memiliki bau tak sedap jika masih basah. Bila tidak segera kering akan menimbulkan
bau busuk yang menyengat. Sekitar tahun 1980, blotong menjadi masalah yang serius
bagi pabrik gula dan masyarakat sekitar. Di musim hujan, tumpukan blotong basah,
sehingga menebarkan bau busuk dan mencemari lingkungan. Pabrik gula
memindahkannya dari lingkungan pabrik ke lahan masyarakat yang disewa. Hal ini
untuk mengurangi tumpukannya yang semakin menggunung dalam lingkungan pabrik.
Namun, lama kelamaan banyak masyarakat yang tidak mau lagi lahannya ditempat
blotong karena baunya yang tidak sedap.

a) Manfaat Briket Bagas dan Blotong


Penduduk Desa Sendang, Kec. Banyakan, Kediri, Jawa Timur, 90
persennya menggeluti usaha pembuatan tahu, dan sebagian kecil memiliki
16

usaha pembuatan batu bata atau tempe. Pada proses pembuatannya diperlukan
bahan bakar untuk memasak/membakar. Bahan bakar yang biasa digunakan
adalah kayu bakar. Semakin sedikitnya kayu bakar yang ada menyebabkan
harganya semakin tinggi. Hal ini memaksa masyarakat yang memiliki usaha
tadi mencari bahan bakar alternative pengganti kayu bakar. Makrus (39 th),
pengusaha tahu di Sendang, mengungkapkan bahwa pada tahun 1985
penduduk yang memiliki usaha pembuatan tahu mendapat informasi bahwa
blotong yang dipadatkan dan dikeringkan (briket) dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Menurut bapak yang memiliki usaha sejak tahun 1989,
masyarakat tertarik untuk mencoba memanfaatkan blotong yang dihasilkan
oleh Pabrik Gula (PG) Mrican karena banyak yang dibuang dan belum
diketahui cara pemanfaatannya. PG. Mrican letaknya sangat dekat dengan
Desa Sendang sehingga penduduknya juga merasakan pencemaran yang
disebabkan oleh blotong. Pihak PG. Mrican memberi blotong dengan gratis
kepada masyarakat. Mulailah masyarakat memanfaatkannya sebagai bahan
bakar pengganti kayu bakar. Hal ini melegakan semua pihak karena memberi
keuntungan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah dari PG. Sejak itu,
masyarakat pun sangat antusias untuk memanfaatkan blotong sebagai bahan
bakar. Akibat semakin banyak permintaan blotong dari masyarakat membuat
PG. Mrican mematok tarif harga sebagai biaya angkut ke rumah penduduk.
Di tahun 1989, PG. Mrican mematok harga sebesar Rp. 3.000 per 1 rit (truk).
Harganya terus mengalami kenaikan. Sampai musim giling tahun 2004,
harganya mencapai Rp. 35 ribu per rit. Harga ini masih lebih ekonomis
dibandingkan dengan kayu bakar atau minyak tanah. Blotong, Menarik Minat
Para Pengusaha Briket blotong pertama kali dimanfaatkan oleh pengusaha
rumah tangga pembuatan tahu. Lalu diikuti oleh pengusaha rumah tangga yang
lain, seperti: pembuat tempe atau batu bata dan warung makan. Pada tahun
1990, hampir semua penduduk Desa Sendang memanfaatkan briket tersebut.
Saiku (28 th), yang mulai tahun ini menggantungkan hidupnya dari usaha tahu,
mengatakan bahwa pada umumnya masyarakat membuat dan memakai sendiri
briket blotong yang dibuatnya. Aktivitas masyarakat sebagai petani, pembuat
tahu/tempe dan batu bata sekaligus memasarkannya, sudah membuat mereka
sangat sibuk. Sehingga, belum ada orang yang menggeluti usaha pembuatan
17

briketnya untuk dijual. Walaupun konsumen briket blotong sudah bertambah


banyak, tapi pemakainya masih terbatas pada yang memiliki usaha industri
kecil saja. Sedikit sekali masyarakat yang menggunakannya sebagai bahan
bakar untuk keperluan rumah tangga. Briket ini memiliki panas yang tinggi
dan pemakaiannya harus sampai habis. Hal ini membuat masyarakat lebih
menyukai memanfaatkannya sebagai baha bakar industri kecil. Pembuat tahu
memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk memasak bubur kedelai sebelum
proses pencukaan dan pembuat tempe memanfaatkannya sebagai bahan bakar
memasak kedelai sebelum diberi ragi. Cara pemakaiannya yaitu briket yang
sudah sedikit terbakar dimasukkan ke dalam lubang luweng (tempat
pembakaran khas Jawa) yang telah didesain khusus dan bagian bawahnya
diberi saringan untuk mengeluarkan abu sisa pembakaran. Pembuat batu bata
memanfaatkannya sebagai bakan bakar untuk membakar bata. Bata yang akan
dibakar disusun bertingkat seperti candi, berbentuk segi empat yang
mengerucut ke atas. Di tengah-tengah tumpukan bata, dulu biasanya diberi
kayu bakar agar bata yang berada ditengah bisa ikut matang menjadi batu bata.
Setelah mengetahui manfaatnya sebagai bahan bakar, kayu bakar diganti
dengan briket blotong. Hasil pembakaran bata dengan menggunakan briket in
lebih sempurna, karena panas yang dihasilkan lebih tinggi. Selain karena hasil
yang memuaskan, penggunaan briket dapat mengurangi biaya operasional
untuk pembelian kayu bakar. Pemilik warung makan juga menggunakan briket
ini sebagai pengganti kayu bakar. Dengan beberapa briket saja mereka sudah
bisa memasak makanan dan menggoreng kue-kue yang akan dipasarkan.
Panas yang dihasilkan oleh briket dapat mempercepat proses memasak dan
dapat mengurangi biaya untuk bahan bakar, sehingga penghasilan dapat
meningkat. Sebenarnya briket blotong bukan hanya digunakan oleh
pengusaha kecil di Kediri saja. Teknologi pemanfaatan briket ini juga sudah
lama dimanfaatkan oleh pengusaha kecil di daerah sekitarnya seperti Nganjuk,
Jombang, dan Sidoarjo. Belum banyaknya orang yang membuat usaha
pembuatan briket blotong untuk dijual, membuat briket ini belum banyak
dikenal oleh masyarakat luas. Jika ingin membelinya, briket harus dipesan
dulu kepada orang yang biasa membuatnya.
18

b) Kerugian dan Kelemahan Briket Bagas dan Blotong


Bahan bakar yang biasa dimanfaatkan selain kayu adalah sekam
(limbah kulit padi). Harga beli sekam masih lebih mahal daripada blotong tapi
lebih murah daripada harga kayu bakar. Harga sekam bias turun bila sedang
musim panen padi dan limbah padi di penggilingan beras cukup banyak.
Dibandingkan dengan bahan bakar jenis lainnya, briket blotong memiliki
beberapa keunggulan seperti lebih ekonomis, api berwarna biru, bara api lebih
tahan lama, panasnya sangat stabil, bila sirkulasi udara baik asap yang
dihasilkan sedikit dan abu dari sisa pembakarannya pun sedikit. Banyaknya
keuntungan menggunakan briket blotong membuat penduduk Sendang tidak
merasakan kerugiannya. Apalagi kebanyakan masyarakat menganggap
keunggulan suatu barang terletak pada nilai harga yang murah. Semua barang
yang ada keunggulan pasti ada kelemahannya. Begitu juga dengan
pemanfaatan briket ini sebagai bahan bakar tentu memiliki kelemahan, antara
lain:

1. Bila pabrik gula tidak giling, maka stok blotong habis. Sehingga pembuatan
briket ini sangat tergantung dengan musim giling pabrik gula. Musim giling
berkisar antara bulan Mei-September. Lamanya musim giling tergantung dari
jumlah tebu yang ditanam masyarakat.
2. Blotong yang masih basah menimbulkan bau busuk yang menyengat.
Sehingga blotong yang akan dicetak menjadi briket, terlebih dulu dicampur
cairan kanji untuk mengurangi baunya dan menambah kerekatan briket.
3. Pengeringan briket memerlukan waktu 4 hari sampai 1 minggu tapi jika
mendung atau sinar matahari kurang terik diperlukan waktu yang lebih lama.
Selain itu, pembuatan briket secara manual memerlukan lahan yang luas untuk
penjemurannya.
4. Briket yang sudah jadi tidak boleh terkena air. Walaupun sudah
dikeringkan, briket yang terkena air akan mengalami kelainan pada nyala api
19

dan baranya. Api yang dihasilkan menjadi berwarna merah dan baranya
kurang panas. Seringkali briket yang sudah terkena air sulit dinyalakan.
5. Memasak dengan briket harus cepat karena jika tidak cepat menangani
masakan, dapat membuat masakan sangit atau gosong.
6. Pemakaiannya harus sekali habis, karena baranya sulit dimatikan.
Walaupun briket yang basah karena dimatikan sudah kering, briket akan sulit
dinyalakan lagi.

Kendala dan Tantangan ke Depan Adanya teknologi pemanfaatan blotong


sebagai bahan bakar sangat membantu usaha kecil masyarakat Desa Sendang.
Namun, ketersediaannya yang musiman dan cara pengeringannya yang masih
konvensional masih menjadi kendala bagi masyarakat. Banyaknya bahan
organik yang terkandung dalam blotong membuat pengusaha pupuk organik
meliriknya sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik, seperti yang
dilakukan salah satu perusahaan pupuk organic yang ada di Nganjuk.
Perusahaan ini menjalin kerja sama dengan PG. Mrican untuk mendapatkan
blotong. Kerja sama ini menyebabkan masyarakat Sendang tidak bisa lagi
memanfaatkan blotong untuk dijadikan briket. Walaupun di Kediri ada 3
pabrik gula, masyarakat Sendang tetap tidak bisa mendapatkannya karena
pabrik-pabrik gula ini sudah bekerja sama dengan pabrik pupuk organik.
Sehingga pada musim giling tahun ini masyarakat Sendang harus menahan
kekecewaan dan kegetiran karena tidak bisa mendapatkan blotong lagi.
Makrus, Saiku dan segenap masyarakat Sendang sangat berharap mereka bisa
mendapatkan blotong lagi agar dapat membuat briket. Tanpa adanya briket ini
masyarakat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli sekam
sebagai bahan bakar.

F. Briket Kotoran Sapi dan Hewan Ternak


Limbah peternakan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, apalagi
limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak
masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah
ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain
20

(unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan


ternak, pupuk organik, energi dan media berbahai tujuan (Sihombing, 2002).

Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Harga bahan bakar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin membengkak dan semakin sulit
ditemukan, khususnya minyak tanah. Tingginya harga BBM ini mulai memberi
dampak yang mengkhawatirkan. Upaya pemerintah mensubsidi LPG untuk
menggantikan peran minyak tanahpun juga tidak sepenuhnya berhasil. Krisis energi
yang membuat harga minyak dunia mencapai US $ 70 / barel semakin menghimpit
kehidupan masyarakat berbagai lapisan di Indonesia. Kenaikan harga BBM yang
dilakukan pemerintah membuat harga minyak tanah menyamai harga premium
sebelum dinaikkan (Subroto, Himawanto, dan Putro, S., 2006).

Dalam situasi seperti ini pencarian, pengembangan, dan penyebaran teknologi energi
non BBM yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama ditujukan pada keluarga
miskin sebagai golongan yang banyak terkena dampak kenaikan BBM. Salah satu
teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan tersebut adalah teknologi biogas
(Darsin, 2006). Pemerataan pembagian LPG belum sepenuhnya merata. Apalagi
akhir-akhir ini sering terjadi ledakan tabung LPG yang membuat masyarakat semakin
khawatir. Banyak masyarakat yang kembali memanfaatkan kayu sebagai sumber
bahan bakar. Jika hal ini berlangsung lama, akan menimbulkan masalah baru yaitu
pembabatan hutan sehingga dikawatirkan dapat merusak lingkungan. Oleh sebab itu,
untuk mengatasi hal-hal tersebut perlu dicari sumber energi alternatif agar kebutuhan
bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Salah satu bahan bakar
alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran sapi.

Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang
tepat untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak,
rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit
telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain.

Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar)
merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu
21

untuk keperluan rumah tangga. Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis
bahan bakar yaitu biogas dan briket. Kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam
bentuk briket merupakan hal baru bagi masyarakat, dan peternak kita. Meskipun
banyak masyarakat yang sudah mengetahui pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan
bakar alternatif, tapi terkendala oleh kesan bahwa membuat biogas itu rumit dan
memerlukan banyak ketrampilan. Untuk biogas mungkin benar, tapi membuat briket
dari kotoran sapi ternyata tidak terlalu sulit. Kotoran sapi yang sudah kering, memang
mempunyai sifat mudah terbakar dalam waktu yang lama.

c) Keunggulan Briket Sapi dan Hewan Ternak

Briket kotoran sapi memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh
bahan bakar lain seperti minyak tanah atau gas elpiji, antara lain :

1. Tidak mudah meledak seperti gas elpiji.


2. Tidak mengeluarkan api, karena briket kotoran sapi ini menyala seperti
nyala rokok, dengan panas yang dihasilkan tak jauh beda dengan bahan
bakar minyak tanah maupun elpij.
3. Peralatan memasak menjadi lebih awet karena briket kotoran sapi ini
tidak menghasilkan api yang membuat hitam bagian bawah peralatan
memasak.
4. Lebih sehat, karena briket kotoran sapi tidak menghasilkan asap.
5. Bentuknya lebih seragam karena pembuatannya dengan dicetakkan
mempergunakan alat.
6. Briket kotoran sapi dapat menghasilkan panas yang bertahan lama,
dengan demikian secara perhitungan biaya, akan menjadi lebih murah
dan ekonomis.
7. Ramah lingkungan karena memanfaatkan kotoran ternak yang
merupakan salah satu limbah.
8. Lebih hemat Karena kotoran dua ekor sapi setara dengan 2,6 liter minyak
atau 1,90 kg elpiji per hari.
9. Relative lebih aman dari ancaman bahaya kebakaran
10. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga kerja
Indonesia baik langsung maupun tidak langsung.
22

11. Sumber daya energi yang mampu menyuplai dalam jangka panjang
12. Tidak Beracun, proses yang dilakukan untuk membuat briket Kotoran
sapi sangatlah alami. Adanya bahan tambahan hanya pada tepung tapioka
yang berasal dari Singkong sebagai perekat. Hal ini menjadikan briket
arang tempurung kelapa menjadi material yang aman dan tidak beracun
(non-toxic)

d) Kekurangan Briket Kotoran sapi dan Hewan Ternak


1. Memerlukan dana tinggi untuk aplikasi dalam bentuk instalasi mesin
briket
2. Belum di kenal masyarakat
3. Tidak dapat di kemas dalam bentuk cair dan tabung
4. Sulit untuk di terima di masyarakat perkotaan

2.4 Pembuatan Briket

Dalam pembuatan briket, bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:

1) Eceng gondok

2) Plastik HDPE

3) Tepung kanji

2.4.1 Tahap Pengarangan

Limbah eceng gondok dicuci terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil ± 2-3 cm.
Kemudian limbah eceng gondok dibakar hingga menjadi arang sebanyak ± 10 kg. Limbah
sampah plastik HDPE dipotong kecil-kecil ± 2-3 cm kemudian dibakar hingga menjadi arang
sebanyak 40 kg. Setelah keduanya menjadi karbon aktif kemudian dimasukkan ke wadah
penampung mesin briket.

2.4.2 Tahap Penyerbukan dan Perekatan

Setelah proses pengarangan karbon aktif dan dimasukkan ke dalam wadah penampung,
selanjutnya masukkan tepung kanji yang sudah dicampur dengan air lalu dipanaskan hingga
23

menjadi kental dan merata dengan sempurna sebanyak 10% dari berat bahan baku per satuan
briket. Angka 10 persen ini masih termasuk ambang batas ketentuan bahan pengikat sesuai
pedoman permen ESDM No. 047 Tahun 2006 sebesar 5% - 10%. Setelah semua dimasukkan
ke dalam wadah penampung, bahan baku tersebut akan digiling dengan mesin penggiling
hingga menjadi serbuk. Serbuk dari arang eceng gondok dan sampah plastik HDPE disaring
dengan ketentuan lolos sekitar 50 mesh – 90 mesh.

2.4.3 Tahap Percetakan

Setelah serbuk arang eceng gondok dan sampah plastik HDPE dicampur dengan
perekat kemudian akan masuk dalam cetakan secara otomatis. Cetakan briket arang tersebut
dalam bentuk tabung dan dipotong dengan mesin pemotong sepanjang 5 cm. Setelah tercetak
briket arang basah dalam bentuk tabung, briket arang basah tersebut dikeringkan manual
dibawah sinar matahari kurang lebih 5 hari.

2.5 Komponen Mesin Briket

2.5.1 Gaya Dorong Briket

Gaya dorong briket terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Tabung gerak tunggal

Pada silinder gerak tunggal, kerja yang dihasilkan oleh udara bertekanan hanya untuk satu
sisi saja. Pegas berfungsi sebagai gaya luar yang menggerakkan torak dengan arah yang
berlawanan. Piston dinetralkan oleh Oleh gaya pegas yang diteteapkan dengan kecepatan
tinggi. Aktuator yaitu suatu benda yang berbentuk silinder yang dikendalikan oleh prosesor.

Gambar 2. 2 Tabung Gerak Tunggal


Sumber: Festo didactic, 2002
24

2. Tabung gerak ganda


Gaya dorong yang ditimbulkan oleh udara bertekanan yang dapat menggerakkan torak pada
silinder gerak ganda dalam dua arah. Gaya dorong dengan besaran tertentu dapat digunakan
pada dua arah yaitu gerakan maju dan mundur. Silinder gerak ganda digunakan apabila
torak diperlukan melakukan kerja pada dua arah. Oleh karena itu tabung gerak ganda lebih
fleksibel dibandingkan dengan tabung gerak tunggal. Silinder dapat disebut juga sebagai
aktuator yaitu suatu benda yang dikendalikan oleh suatu prosesor.

Gambar 2. 3 Tabung Gerak Ganda


Sumber: Festo didactic, 2002

Gaya piston yaitu gaya yang dihasilkan oleh silinder berbanding lurus dengan besar tekanan
dan besar luasan silinder. Besar gaya piston silinder tersebut dapat dicari dengan menggunakan
persamaan, yaitu :

a. Dorongan silinder,
Gaya dorong silinder dapat dihitung dari diameter tabung silinder, diameter piston rod
dan tekanan udara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5.1
𝜋
𝐹𝑝 = 𝐷 2 . 𝑃. µ1
4

Dengan :
Fp = Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2 )
µ1 = Koefisien tekanan beban dorong

b. Tarikan Silinder
25

Gaya tarikan silinder bisa diketahui dengan menggunakan persamaan 2.6.


𝜋
𝐹𝑝 = (𝐷 2 − 𝑑2 )𝑃. µ2
4

dengan;
Fp= Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
d = diameter piston (Cm)
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2)
μ2= Koefisien tekanan beban tarik

c. Kecepatan langkah silinder,


Waktu operasi silinder tergantung pada beban dan ukuran dari lubang masuk.
Persamaan antara kebutuhan udara dengan kecepatan langkah silinder adalah
maka kebutuhan udara yang terjadi dapat dijelaskan pada persamaan 2.7.
𝑄 = 𝐷 2 . 𝑉. 𝐶𝑟
dengan;

Q = Kebutuhan udara (m3 /min)


V = Kecepatan langkah silinder (m/det)
Cr = Compression ratio
D = Diameter tabung silinder (m)

2.5.2 Volume Wadah Penampung

Wadah penampung berfungsi untuk menampung semua bahan baku briket. Untuk
mencari volume wadah penampung digunakan rumus sebagai berikut:

Vh = 3 [ A + A1 + √𝐴𝐴′ ]

Dimana : h = tinggi wadah penampung


A = luas permukaan besar
A’ = luas permukaan kecil
26

2.5.3 Kecepatan Pisau

Untuk mencari kecepatan pisau ketika berputar dapat dicari dengan rumus berikut :
𝜋.2𝑟.𝑛
V = 60.100

Dimana :

V = Kecepatan keliling putaran pisau (m/s)


r = Jarak sumbu poros dengan benda yang akan dipotong (m)
n = putaran poros (rpm)

2.5.4 Daya yang Digunakan Untuk Mencacah Bahan Baku

Besarnya daya untuk menghancurkan bahan baku dapat dihitung dengan persamaan dibawah
ini :

P=F.v.z

Dimana :
F = Gaya potong (N)
v = Kecepatan potong (m/s)
z = jumlah pisau (memotong pada waktu yang sama)
(sighley, perencanaan teknik mesin, 1986 : 162)

2.5.5 Perhitungan Daya Untuk Momen Inersia

Besarnya daya untuk momen inersia dapat dihitung dengan persamaan :

P=T.ω
P=I.α.ω

Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
α = Percepatan sudut (rad/s2)
I = Momen inersia (kg.m2)
T = Torsi (Nm)
27

2.5.6 Momen Inersia Pisau

Besarnya momen inersia pisau dapat dicari menggunakan rumus batang langsung diputar
tengah.

1
I = 12 . m . L2

Dimana :
I = Momen inersia (kg.m2)
m = Massa pisau (kg)
L = Panjang pisau (m)

2.5.7 Kecepatan Sudut

Besarnya kecepatan sudut dapat dicari menggunakan rumus :

2𝜋.𝑛
ω= 60

Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
n = Putaran poros (rpm)
(Lea Prasetyo, 1997 : 60 )

2.5.8 Percepatan Sudut

Besarnya percepatan sudut dapat dicari menggunakan rumus :

ω₁ − ω₀
α= ∆t

Dimana :
α = Percepatan sudut (rad/s2)
ω₀ = Kecepatan sudut awal (rad/s)
ω₁ = Kecepatan sudut saat beroperasi (rad/s)
∆t = Waktu yang diperlukan dari kondisi diam sampai dengan
kecepatan kecepatan konstan (s)
(Lea Prasetyo, 1997 : 60)
28

2.5.9 Menentukan Torsi

Untuk mencari besarnya torsi dapat dihitung menggunakan rumus :

T=I.α

Dimana :
I = Momen inersia (kg.m2)
α = Percepatan sudut (rad/s2)

2.5.10 Poros

Poros adalah salah satu Elemen Mesin yang berbentuk silindris memanjang dengan
penampang yang biasanya berbentuk lingkaran yang memiliki fungsi sebagai penyalur daya
atau tenaga melalui putaran sehingga poros ikut berputar. Jadi, poros bisa dikatakan
penghubung atau transmisi dari sebuah elemen mesin yang akan bergerak ke sebuah elemen
mesin yang akan digerakan. Ada berbagai macam penamaan poros mulai dari shaft maupun
axis ada juga yang menyebut poros sebagai as namun disini as lebih berperan sebagai poros
yang statis dan tidak ikut berputar sebagai penyalur daya atau tenaga.

Jenis – jenis Poros Pada Elemen Mesin


Ada beberapa jenis poros bila ditinjau dari spesifikasi masing – masing antara lain:
Jenis poros berdasarkan pembebanannya:
1. Poros Transmisi
Poros transmisi merupakan poros yang mengalami pembebabanan faktor (torsi),
pembebanan lentur murni, maupun kombinasi dari pembebanan torsi lentur.
2. Spindel
Spindel adalah poros transmisi yang memiliki dimensi lebih pendek dengan
pembebanan faktor saja. Contohnya : poros pada mesin perkakas.
3. Gandar
Gandar merupakan poros roda yang biasa dijumpai pada roda kereta api dan biasanya
disebut dengan as.
Jenis Poros Berdasarkan Bentuknya
1. Poros Lurus
2. Poros Engkol
29

3. Poros Luwes (Untuk trasmisi daya kecil)


Setelah kita mengetahui jenis – jenis serta penggunaan poros, sekarang kita harus
mengetahui bagaimana cara merancang poros yang baik dan benar. Tetapi sebelum
itu kita bahas dulu hal – hal penting yang harus diperhatikan jika kita hendak
merancang poros.
5 Hal Penting Yang Harus Diperhatikan Dalam Merancang
1. Kekuatan Poros
Kekuatan poros sangat penting dalam merancang dan menentukan poros yang
aman serta baik digunakan. Melihat pembebanan yang terjadi pada poros seperti
beban 24actor dan beban lentur, kita dapat menentukan kekuatan poros yang sesuai.
Selain itu kita harus memperhatikan faktor lainnya seperti kosentrasi tegangan,
tumbukan, dan kelelahan (fatigue).
2. Putaran Kritis Poros
Poros harus dirancang sedemikian rupa sehingga putaran kerja yang
dibutuhkan harus menjauhi putaran kritis dari poros itu sendiri. Poros dapat dibuat
bekerja di bawah putaran kritisnya ataupun di atas putaran kritisnya untuk
menghindari kegagalan.
3. Bahan Poros
Dari sisi teknis pemilihan bahan untuk pembuatan poros harus memerhatikan
ketersiaan bahan, biaya produksinya, serta manufactureability atau kemampuan
proses manufacturnya. Poros yang berasal dari bahan yang langka di daerah kita serta
membutuhkan pekerjaan yang khusus akan menaikan harga produksi, oleh karena itu
perhatikan ketersediaan bahan poros di daerah sekitar.
4. Faktor Korosi
Penggunaan dan penempatan poros akan menentukan nilai korosi pada poros.
Oleh karena itu perhatikan penempatan poros agar 29actor dapat dikurangi. Misal
poros digunakan pada pompa mesin pompa air laut maka poros tersebut harus lebih
tahan korosi jika dibandingkan dengan poros pada pompa air tawar.

Tabel 2. 4 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang yang Difinis
Dingin untuk Poros
30

Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan Tarik Keterangn


macam panas (kg/mm2)
Baja karbon S30C Penormalan 48
konstruksi S35C Penormalan 52
mesin (JIS G S40C Penormalan 55
4501) S45C Penormalan 58
S50C Penormalan 62
S55C Penormalan 66
Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin,
yang difinis S45C-D - 60 digerinda,
dingin S55C-D - 72 dibubut, atau
gabungan antara
hal-hal tersebut
(Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta
1997).

Tabel 2. 5 Jenis - jenis Faktor Koreksi Berdasarkan Data yang akan


Ditransmisikan (fc)

Data yang ditransmisikan fc

Daya rata – rata yang diperlukan 1,2 – 2,0

Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2

Daya normal 1,0 – 1,5

Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta
1997).

Pada perhitungan poros, yang akan dihitung adalah bahan dan diameternya. Pertama harus
diketahui Daya Motor (P) dan Putaran Motor (𝑛1 ) yang diinginkan, setelah itu tentukan bahan
yang akan digunakan lihat tabel 2.1,
31

2.5.11 Daya

Pd = Fc × P
Keterangan :
Pd = Daya rencana (Kw)
Fc = Faktor koreksi
P = Daya (Kw)

Setelah mengetahui daya rencana selanjutnya menentukan momen 24actor atau momen
rencana

T = 9,74 × 105 × 𝑃𝑑 ⁄𝑛1

Tegangan izin dicari dengan menggunakan persamaan

τα = 𝜎𝐵 ⁄(𝑆𝑓1 × 𝑆𝑓2 )
Keterangan :
σB = kekuatan tarik izin
Sf1 = kekuatan keamanan dari bahan S-C dengan pengaruh masa
Sf2 = pengaruh kekasaran permukaan poros

Faktor koreksi untuk momen faktor Kt dan Faktor lenturan Cb / Km.

Tabel 2. 6 Menentukan Nilai Km / Cb dan Kt

Jenis Pembebanan Km / Cb Kt
1.1 Poros Tetap
1.0 1.0
a. Beban perlahan
1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
b. Beban tiba – tiba
1.5 1.0
1.2 Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun tetap 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0

b. Beban tiba–tiba – kejutan 2.0 – 3.0 1.5 – 3.0


ringan
c. Beban tiba–tiba – kejutan
32

berat

Poros dengan beban faktor


𝑁
Mt = 71620 𝑛

Dimana : N = daya yang ditransmisikan


Mt = momen torsi
n = putaran poros
Kekakuan Poros
𝑀𝑡.𝐿
Ɵ = 584 Ɵ.𝑑𝑠4

Dimana : ds = diameter poros


Ɵ = sudut defleksi (deg)
L = panjang
Mt = momen 32actor
τizin = modulus geser

2.5.12 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menampung beban poros sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan
harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan
baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak dapat bekerja secara semestinya.

Bantalan yang dipakai adalah bantakan jenis gelinding. Pada bantalan ini terjadi
gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen
gelinding seperti bola (peluru), rol jarum, dan rol bulat.

1. Faktor kecepatan (fn)


1
33,3 3
fn = ( 𝑛 )

2. Faktor umur (fh)


𝐶
fh = f n . 𝑃
𝑟
33

Keterangan :
fh = Faktor umur bantalan
fn = Faktor kecepatan
C = Kapasitas nominal statis
P = Gaya yang bekerja pada

3. Umur nominal bantalan (Lh)


Lh = 500 . fh3

2.5.13 Pulley

Pulley adalah suatu elemen mesin yang berfungsi meneruskan atau


mentransmisikan tenaga dari poros satu ke poros lain menggunakan sabuk.
Pulley bisa dibuat dari besi tuang, baja tuang atau baja yang dicetak, tetapi biasanya
pulley pada umumnya terbuat dari besi tuang karena harganya yang relatif rendah.
Pulley dapat dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:
- Sheaves/V-Pulley, paling sering digunakan untuk transmisi, produk ini digerakkan
oleh V-Belt karena kemudahannya dan dapat diandalkan.
- Variable Speed Pulley, perangkat yang digunakan untuk mengontrol kecepatan mesin.
Berbagai proses industri seperti jalur perakitan harus bekerja pada kecepatan yang
berbeda untuk produk yang berbeda. Dimana kondisi memproses kebutuhan
penyetelan aliran dari pompa atau kipas, memvariasikan kecepatan dari drive mungkin
menghemat 33actor dibandingkan dengan teknik lain untuk kontrol aliran.
- Mi–Lock Pulleys digunakan pada pegas rem jenis ini menawarkan keamanan
operasional yang tinggi untuk semua aplikasi, melindungi personil mesin dan peralatan
dapat diandalkan untuk pengereman yang mendadak atau fungsinya menahan pada
mesin yang tiba-tiba mati atau karena kegagalan daya.
- Timing Pulley ini adalah jenis lainnya dari katrol dimana ketepatan sangat dibutuhkan
untuk aplikasi. Material khusus yang tersedia untuk aplikasi yang mempunyai
kebutuhan yang lebih spesifik.
Diameter pulley yang digerakkan:

n₁ . D₁
D2 = n₂

Dimana:
D2 = Diameter pulley yang digerakkan (mm)
34

D1 = Diameter pulley penggerak (mm)


n1 = Putaran pulley penggerak (rpm)
n2 = Putaran pulley yang digerakkan (rpm)

2.5.14 Sabuk V-Belt

Sebagian besar sabuk transmisi menggunakan sabuk “V” karena mudah penanganannya dan
harganya murah. Selain itu sistem transmisi ini juga dapat menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Dalam perhitungan besarnya daya yang di
transmisikan tergantung dari beberapa faktor antara lain:
1. Kecepatan linier sabuk
2. Tegangan sabuk yang terjadi
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan pulley
4. Kondisi sabuk yang dipakai
Bahan V – Belt:
1. Kulit
2. Anyaman benang
3. Karet
Jenis – jenis V – Belt:
a. Tipe standart; ditandai huruf A, B, C, D, & E
b. Tipe sempit; ditandai simbol 3V, 5V & 8V
c. Tipe untuk beban ringan ; ditandai dengan 3L, 4L, & 5L.

Menentukan panjang sabuk :


(𝑟₁ − 𝑟₂)2
𝐿 = 𝜋(𝑟₁ + 𝑟₂) + 2𝑥 [ ]
𝑥

Dimana:
L = panjang sabuk (mm)
x = jarak sumbu poros (mm)
r1 = jari-jari poros kecil (mm)
r2 = jari-jari poros besar (mm)

d. Kecepatan sabuk:
35

𝜋 . 𝐷𝑝 . 𝑛
𝑉=
60
Dimana:
V = Kecepatan sabuk (m/s)
Dp = Diameter puli penggerak (mm)
n = Putaran Puli penggerak (rpm)

Anda mungkin juga menyukai