Bab 2
Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) adalah tanaman yang hidup mengapung di air
dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Dapat dilihat pada
Gambar 2.1, eceng gondok tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval.
Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir,
kelopaknya berbentuk tabung. Akarnya merupakan akar serabut.
Eceng gondok (Eichornia crassipes) berkembang biak dengan sangat cepat, baik secara
vegetatif maupun generatif. Pada umumnya eceng gondok tumbuh dengan cara vegetatif yaitu,
dengan menggunakan stolon. Kondisi optimum bagi perkembangannya memerlukan kisaran
waktu antara 11 – 18 hari.
4
5
Ordo : Alismatales
Famili : Butomaceae
Genus : Eichornia
Eceng gondok memiliki karakteristik serat salah satunya memiliki massa jenis
sebesar 0,25 g/cm3, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Karakteristik Nilai
Menurut Zerrudo dan kawan - kawan (1979), tangkai daun (petioules) eceng gondok
mengandung 34,6% fiber berdasarkan berat kering oven, dengan panjang fiber rata - rata 1,53
mm dan berdinding tipis, mengandung sedikit lignin, holoseluosa, pentosa yang tinggi tetapi
mengandung sedikit silika, ekstraktif cukup larut dalam alkohol – benzena tetapi larut banyak
dalam 9 NaOH 1%. Eceng gondok dalam 100 gram memiliki kandungan nutrisi seperti yang
dijelaskan pada Tabel 2 berikut ini.
6
Energi 18 Kkal
Protein 1 gr
Lemak 0,2 gr
Karbohidrat 3,8 gr
Kalsium 80 mg
Fosfor 45 mg
Zat Besi 4 mg
Vitamin A 1000 IU
Vitamin B1 0,08 mg
Vitamin C 50 mg
Banyak peneliti melaporkan bahwa eceng gondok dapat menyerap zat pencemar dalam air dan
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan. Tercatat bahwa dalam
waktu 24 jam enceng gondok mampu menyerap logam Cd, Hg dan Ni sebesar 1,35 mg/g; 1,77
mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu berada dalam keadaan tidak tercampur dan menyerap Cd
1,23 mg/g, 1,88 mg/g, dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam – logam itu berada dalam
keadaan tercampur dengan logam lain dalam air (Aningsih, 1991). Kandungan selulosa Cross
and Bevan eceng gondok sebesar 64,51% dari berat total (Joedodibroto, 1983) memungkinkan
eceng gondok dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan papan partikel. Pemanfaatan eceng
gondok sebagai bahan baku pembuatan papan partikel merupakan salah satu alternatif manfaat
yang memberikan nilai tambah eceng gondok bagi masyarakat. Dengan bertambahnya cara
pemanfaatan eceng gondok maka populasinya diharapkan dapat dikontrol, sehingga
permasalahan yang timbul sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya dapat diatasi (Saputra
dan Prasetyo, 2005). Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara
tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai sifat –
7
sifat yang baik antara lain dapat menyerap 10 logam – logam berat, senyawa sulfida, selain itu
mengandung protein lebih dari 11,5 %. Kandungan kimia serat eceng gondok yaitu memiliki
selulosa sebesar 60 %, lignin 17 % .
2.2 Plastik
Plastik merupakan material terbuat dari nafta yang merupakan produk turunan minyak
bumi yang diperoleh melalui proses penyulingan. Karakteristik plastik yang memiliki ikatan
kimia yang sangat kuat sehingga banyak material yang dipakai oleh masyarakat berasal dari
plastik. Namun plastik merupakan material yang tidak bisa terdekomposisi secara alami (non
biodegradable) sehingga setelah digunakan, material yang berbahan baku plastik akan menjadi
sampah yang sulit diuraikan oleh mikroba tanah dan akan mencemari lingkungan. Berdasarkan
jenis produknya, terdapat 6 jenis plastik yaitu Polyethylene Terephthalate (PET), High Density
Polyethylene (HDPE), Polyvinyl Chloride (PVC), Low Density Polyethylene (LDPE),
Polypropylene (PP), Polystyrene (PS) dan Other. Umumnya sampah plastik memiliki
komposisi 46% Polyethylene (HDPE dan LDPE), 16% Polypropylene (PP), 16% Polystyrene
(PS), 7% Polyvinyl Chloride (PVC), 5% Polyethylene Trephthalate (PET), 5% Acrylonitrile-
Butadiene-Styrene (ABS) dan polimer-polimer lainnya. Lebih dari 70% plastik yang dihasilkan
saat ini adalah Polyethylene (PE), Polpropylene (PP), Polystyrene (PS), dan Polyvinyl Chloride
(PVC) sehingga sebagian besar studi yang dilakukan berhubungan dengan keempat jenis
polimer tersebut.
Berdasarkan asalnya, sampah plastik dibedakan menjadi sampah plastik industri dan
sampah plastik rumah tangga. Sampah plastik industri berasal dari industri pembuatan plastik
maupun industri yang bergerak di bidang pemrosesan. Sampah plastik rumah tangga dihasilkan
terkait dengan aktivitas manusia sehari-hari misalnya plastik kemasan, plastik tempat makanan
atau minuman. Berdasarkan sifatnya, plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu
thermoplastic dan thermosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang bila digunakan
untuk membuat material tertentu dapat didaur ulang dan dibuat menjadi bentuk material yang
lain melalui proses pemanasan. Contoh thermoplastic antara lain yaitu Polyethylene,
9
Polypropylene, Nylon, Polycarbonate. Thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat
dalam material tertentu, tidak dapat dicairkan untuk didaur ulang atau dibuat produk lain.
Contoh plastik yang termasuk thermosetting antara lain Phenol formaldehyde, Urea
Formaldehyde, Melamine Formaldehyde.
2.3 Briket
Briket adalah sebuah blok bahan yang digunakan sebagai bahan bakar untuk memulai
dan mempertahankan nyala api sebagai pengganti energi alternatif. Briket dapat dibuat dari
bahan baku disekitar kita, seperti kotoran sapi, batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk
kayu (serbuk gergaji), bongkol jagung, daun, dan lain sebagainya. Pembuatan briket dilakukan
dengan proses penekanan atau pemadatan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai kalor per
satuan luas dari suatu biomassa yang akan digunakan sebagai energi alternatif, sehingga
dengan ukuran biomassa yang relatif kecil akan dihasilkan energi yang besar. Selain itu bentuk
biomassa menjadi lebih seragam, sehingga akan lebih mudah dalam proses penyimpanan dan
pendistribusian.
Pembuatan briket tersebut dilakukan pada mesin briket 2 roller dengan kuat tekan 2 –
3 ton/cm2. Briket yang pecah dialirkan kembali secara otomatis untuk dipres kembali.
Saat ini banyak industri kecil dan menengah serta rumah tangga yang masih
menggunakan bahan baka kayu atau kombinasi kayu dan BBM. Di lain pihak hutan
sebagai sumber kayu bakar sudah banyak berubah fungsinya menjadi pemukiman,
industri atau lahan pertanian. Masalah tersebut tentunya berdampak pada
berkurangnya penyediaan kayu bakar, sementara harga minyak tanah juga cenderung
meningkat. Dengan latar belakang tersebut, Puslitbang tekMIRA berinisiatif untuk
memperkenalkan bahan bakar alternatif berupa briket bio batu bara untuk mengisi
kekurangan kayu bakar dan pengganti minyak tanah, yakni dengan membangun
sebuah pabrik percontohan briket bio batu bara di Palimanan, Jawa Barat. Pabrik
percontohan briket bio batu bara Palimanan diresmikan oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral pada 2 November 2001, sebagai hasil kerja sama antar NEDO-
METI (Jepang) dengan DESDM (Indonesia). Pabrik percontohan ini berlokasi di
Palimanan, ± 20 km sebelah barat Cirebon yang berfungsi sebagai pelabuhan batu bara,
berdekatan dengan sentra kegiatan industri kecil pembakaran bata/genteng/kapur,
industri rumah tangga (berbagai makanan), peternakan anak ayam, rotan, dan lain-lain.
Inisiatif membangun pabrik percontohan briket bio batu bara didasarkan atas perlunya
model pabrik briket dan produknya yang dapat memenuhi kebutuhan energi rakyat
yang cocok dan murah untuk industri kecil dan rumah tangga perdesaan. Hal ini
sekaligus mendukung program diversifikasi energi untuk mengurangi konsumsi
minyak tanah. Dengan adanya pabrik percontohan ini, maka tekMIRA akan
mempunyai fasilitas yang memadai untuk mengembangkan litbang briket dan
mensosialisasikannya kepada pihak pengguna. Diharapkan, ada pihak swasta yang
mengembangkannya pada tingkat komersial di kemudian hari.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
12
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar. Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai
di antaranya untuk memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang,
tembakau, padi, ikan, dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/ gerabah, dan
industri lain yang membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan
dalam pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
Produk briket yang dihasilkan direncanakan untuk dapat dipakai di rumah tangga
maupun industri kecil dan menengah, menggantikan kebutuhan energi panas dari BBM
dan kayu bakar.
Energi panas yang dihasilkan pada pembakaran briket dapat dipakai di antaranya untuk
memasak, pengeringan hasil pertanian/peternakan (teh, bawang, tembakau, padi, ikan,
dan lain-lain) pembakaran bata/ genteng/ keramik/gerabah, dan industri lain yang
membutuhkan panas. Briket ini dimungkinkan juga untuk digunakan dalam
pemenuhan energi panas di boiler uap, industri makanan, dan sebagainya.
3 Bahan yang di gunakan untuk perekat relative lebih banyak karena harus
membutuhkan bahan campuran perekat yang mengandung etanol yg lebih
banyak agar proses saat pemakaian nyala api bisa lebih tahan lama.
usaha pembuatan batu bata atau tempe. Pada proses pembuatannya diperlukan
bahan bakar untuk memasak/membakar. Bahan bakar yang biasa digunakan
adalah kayu bakar. Semakin sedikitnya kayu bakar yang ada menyebabkan
harganya semakin tinggi. Hal ini memaksa masyarakat yang memiliki usaha
tadi mencari bahan bakar alternative pengganti kayu bakar. Makrus (39 th),
pengusaha tahu di Sendang, mengungkapkan bahwa pada tahun 1985
penduduk yang memiliki usaha pembuatan tahu mendapat informasi bahwa
blotong yang dipadatkan dan dikeringkan (briket) dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar. Menurut bapak yang memiliki usaha sejak tahun 1989,
masyarakat tertarik untuk mencoba memanfaatkan blotong yang dihasilkan
oleh Pabrik Gula (PG) Mrican karena banyak yang dibuang dan belum
diketahui cara pemanfaatannya. PG. Mrican letaknya sangat dekat dengan
Desa Sendang sehingga penduduknya juga merasakan pencemaran yang
disebabkan oleh blotong. Pihak PG. Mrican memberi blotong dengan gratis
kepada masyarakat. Mulailah masyarakat memanfaatkannya sebagai bahan
bakar pengganti kayu bakar. Hal ini melegakan semua pihak karena memberi
keuntungan bagi masyarakat sekaligus mengurangi limbah dari PG. Sejak itu,
masyarakat pun sangat antusias untuk memanfaatkan blotong sebagai bahan
bakar. Akibat semakin banyak permintaan blotong dari masyarakat membuat
PG. Mrican mematok tarif harga sebagai biaya angkut ke rumah penduduk.
Di tahun 1989, PG. Mrican mematok harga sebesar Rp. 3.000 per 1 rit (truk).
Harganya terus mengalami kenaikan. Sampai musim giling tahun 2004,
harganya mencapai Rp. 35 ribu per rit. Harga ini masih lebih ekonomis
dibandingkan dengan kayu bakar atau minyak tanah. Blotong, Menarik Minat
Para Pengusaha Briket blotong pertama kali dimanfaatkan oleh pengusaha
rumah tangga pembuatan tahu. Lalu diikuti oleh pengusaha rumah tangga yang
lain, seperti: pembuat tempe atau batu bata dan warung makan. Pada tahun
1990, hampir semua penduduk Desa Sendang memanfaatkan briket tersebut.
Saiku (28 th), yang mulai tahun ini menggantungkan hidupnya dari usaha tahu,
mengatakan bahwa pada umumnya masyarakat membuat dan memakai sendiri
briket blotong yang dibuatnya. Aktivitas masyarakat sebagai petani, pembuat
tahu/tempe dan batu bata sekaligus memasarkannya, sudah membuat mereka
sangat sibuk. Sehingga, belum ada orang yang menggeluti usaha pembuatan
17
1. Bila pabrik gula tidak giling, maka stok blotong habis. Sehingga pembuatan
briket ini sangat tergantung dengan musim giling pabrik gula. Musim giling
berkisar antara bulan Mei-September. Lamanya musim giling tergantung dari
jumlah tebu yang ditanam masyarakat.
2. Blotong yang masih basah menimbulkan bau busuk yang menyengat.
Sehingga blotong yang akan dicetak menjadi briket, terlebih dulu dicampur
cairan kanji untuk mengurangi baunya dan menambah kerekatan briket.
3. Pengeringan briket memerlukan waktu 4 hari sampai 1 minggu tapi jika
mendung atau sinar matahari kurang terik diperlukan waktu yang lebih lama.
Selain itu, pembuatan briket secara manual memerlukan lahan yang luas untuk
penjemurannya.
4. Briket yang sudah jadi tidak boleh terkena air. Walaupun sudah
dikeringkan, briket yang terkena air akan mengalami kelainan pada nyala api
19
dan baranya. Api yang dihasilkan menjadi berwarna merah dan baranya
kurang panas. Seringkali briket yang sudah terkena air sulit dinyalakan.
5. Memasak dengan briket harus cepat karena jika tidak cepat menangani
masakan, dapat membuat masakan sangit atau gosong.
6. Pemakaiannya harus sekali habis, karena baranya sulit dimatikan.
Walaupun briket yang basah karena dimatikan sudah kering, briket akan sulit
dinyalakan lagi.
Bahan bakar merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Harga bahan bakar
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin membengkak dan semakin sulit
ditemukan, khususnya minyak tanah. Tingginya harga BBM ini mulai memberi
dampak yang mengkhawatirkan. Upaya pemerintah mensubsidi LPG untuk
menggantikan peran minyak tanahpun juga tidak sepenuhnya berhasil. Krisis energi
yang membuat harga minyak dunia mencapai US $ 70 / barel semakin menghimpit
kehidupan masyarakat berbagai lapisan di Indonesia. Kenaikan harga BBM yang
dilakukan pemerintah membuat harga minyak tanah menyamai harga premium
sebelum dinaikkan (Subroto, Himawanto, dan Putro, S., 2006).
Dalam situasi seperti ini pencarian, pengembangan, dan penyebaran teknologi energi
non BBM yang ramah lingkungan menjadi penting, terutama ditujukan pada keluarga
miskin sebagai golongan yang banyak terkena dampak kenaikan BBM. Salah satu
teknologi energi yang sesuai dengan persyaratan tersebut adalah teknologi biogas
(Darsin, 2006). Pemerataan pembagian LPG belum sepenuhnya merata. Apalagi
akhir-akhir ini sering terjadi ledakan tabung LPG yang membuat masyarakat semakin
khawatir. Banyak masyarakat yang kembali memanfaatkan kayu sebagai sumber
bahan bakar. Jika hal ini berlangsung lama, akan menimbulkan masalah baru yaitu
pembabatan hutan sehingga dikawatirkan dapat merusak lingkungan. Oleh sebab itu,
untuk mengatasi hal-hal tersebut perlu dicari sumber energi alternatif agar kebutuhan
bahan bakar dapat dipenuhi tanpa merusak lingkungan. Salah satu bahan bakar
alternatif ini ternyata dapat dibuat dari kotoran sapi.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang
tepat untuk mengatasi kelangkaan bahan bakar minyak. Limbah ternak merupakan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak,
rumah potong hewan, pengolahan produksi ternak dan lain – lain. Limbah tersebut
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit
telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain.
Dalam konteks itu pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi (bahan bakar)
merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan minyak tanah dan kayu
21
untuk keperluan rumah tangga. Pemanfaatan kotoran ternak dapat dihasilkan 2 jenis
bahan bakar yaitu biogas dan briket. Kotoran ternak sebagai sumber bahan bakar dalam
bentuk briket merupakan hal baru bagi masyarakat, dan peternak kita. Meskipun
banyak masyarakat yang sudah mengetahui pemanfaatan kotoran sapi sebagai bahan
bakar alternatif, tapi terkendala oleh kesan bahwa membuat biogas itu rumit dan
memerlukan banyak ketrampilan. Untuk biogas mungkin benar, tapi membuat briket
dari kotoran sapi ternyata tidak terlalu sulit. Kotoran sapi yang sudah kering, memang
mempunyai sifat mudah terbakar dalam waktu yang lama.
Briket kotoran sapi memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh
bahan bakar lain seperti minyak tanah atau gas elpiji, antara lain :
11. Sumber daya energi yang mampu menyuplai dalam jangka panjang
12. Tidak Beracun, proses yang dilakukan untuk membuat briket Kotoran
sapi sangatlah alami. Adanya bahan tambahan hanya pada tepung tapioka
yang berasal dari Singkong sebagai perekat. Hal ini menjadikan briket
arang tempurung kelapa menjadi material yang aman dan tidak beracun
(non-toxic)
1) Eceng gondok
2) Plastik HDPE
3) Tepung kanji
Limbah eceng gondok dicuci terlebih dahulu lalu dipotong kecil-kecil ± 2-3 cm.
Kemudian limbah eceng gondok dibakar hingga menjadi arang sebanyak ± 10 kg. Limbah
sampah plastik HDPE dipotong kecil-kecil ± 2-3 cm kemudian dibakar hingga menjadi arang
sebanyak 40 kg. Setelah keduanya menjadi karbon aktif kemudian dimasukkan ke wadah
penampung mesin briket.
Setelah proses pengarangan karbon aktif dan dimasukkan ke dalam wadah penampung,
selanjutnya masukkan tepung kanji yang sudah dicampur dengan air lalu dipanaskan hingga
23
menjadi kental dan merata dengan sempurna sebanyak 10% dari berat bahan baku per satuan
briket. Angka 10 persen ini masih termasuk ambang batas ketentuan bahan pengikat sesuai
pedoman permen ESDM No. 047 Tahun 2006 sebesar 5% - 10%. Setelah semua dimasukkan
ke dalam wadah penampung, bahan baku tersebut akan digiling dengan mesin penggiling
hingga menjadi serbuk. Serbuk dari arang eceng gondok dan sampah plastik HDPE disaring
dengan ketentuan lolos sekitar 50 mesh – 90 mesh.
Setelah serbuk arang eceng gondok dan sampah plastik HDPE dicampur dengan
perekat kemudian akan masuk dalam cetakan secara otomatis. Cetakan briket arang tersebut
dalam bentuk tabung dan dipotong dengan mesin pemotong sepanjang 5 cm. Setelah tercetak
briket arang basah dalam bentuk tabung, briket arang basah tersebut dikeringkan manual
dibawah sinar matahari kurang lebih 5 hari.
Pada silinder gerak tunggal, kerja yang dihasilkan oleh udara bertekanan hanya untuk satu
sisi saja. Pegas berfungsi sebagai gaya luar yang menggerakkan torak dengan arah yang
berlawanan. Piston dinetralkan oleh Oleh gaya pegas yang diteteapkan dengan kecepatan
tinggi. Aktuator yaitu suatu benda yang berbentuk silinder yang dikendalikan oleh prosesor.
Gaya piston yaitu gaya yang dihasilkan oleh silinder berbanding lurus dengan besar tekanan
dan besar luasan silinder. Besar gaya piston silinder tersebut dapat dicari dengan menggunakan
persamaan, yaitu :
a. Dorongan silinder,
Gaya dorong silinder dapat dihitung dari diameter tabung silinder, diameter piston rod
dan tekanan udara dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5.1
𝜋
𝐹𝑝 = 𝐷 2 . 𝑃. µ1
4
Dengan :
Fp = Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2 )
µ1 = Koefisien tekanan beban dorong
b. Tarikan Silinder
25
dengan;
Fp= Gaya dorong silinder (Kgf)
D = Diameter tabung silinder (Cm)
d = diameter piston (Cm)
P = Tekanan udara (Kgf/Cm2)
μ2= Koefisien tekanan beban tarik
Wadah penampung berfungsi untuk menampung semua bahan baku briket. Untuk
mencari volume wadah penampung digunakan rumus sebagai berikut:
ℎ
Vh = 3 [ A + A1 + √𝐴𝐴′ ]
Untuk mencari kecepatan pisau ketika berputar dapat dicari dengan rumus berikut :
𝜋.2𝑟.𝑛
V = 60.100
Dimana :
Besarnya daya untuk menghancurkan bahan baku dapat dihitung dengan persamaan dibawah
ini :
P=F.v.z
Dimana :
F = Gaya potong (N)
v = Kecepatan potong (m/s)
z = jumlah pisau (memotong pada waktu yang sama)
(sighley, perencanaan teknik mesin, 1986 : 162)
P=T.ω
P=I.α.ω
Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
α = Percepatan sudut (rad/s2)
I = Momen inersia (kg.m2)
T = Torsi (Nm)
27
Besarnya momen inersia pisau dapat dicari menggunakan rumus batang langsung diputar
tengah.
1
I = 12 . m . L2
Dimana :
I = Momen inersia (kg.m2)
m = Massa pisau (kg)
L = Panjang pisau (m)
2𝜋.𝑛
ω= 60
Dimana :
ω = Kecepatan sudut (rad/s)
n = Putaran poros (rpm)
(Lea Prasetyo, 1997 : 60 )
ω₁ − ω₀
α= ∆t
Dimana :
α = Percepatan sudut (rad/s2)
ω₀ = Kecepatan sudut awal (rad/s)
ω₁ = Kecepatan sudut saat beroperasi (rad/s)
∆t = Waktu yang diperlukan dari kondisi diam sampai dengan
kecepatan kecepatan konstan (s)
(Lea Prasetyo, 1997 : 60)
28
T=I.α
Dimana :
I = Momen inersia (kg.m2)
α = Percepatan sudut (rad/s2)
2.5.10 Poros
Poros adalah salah satu Elemen Mesin yang berbentuk silindris memanjang dengan
penampang yang biasanya berbentuk lingkaran yang memiliki fungsi sebagai penyalur daya
atau tenaga melalui putaran sehingga poros ikut berputar. Jadi, poros bisa dikatakan
penghubung atau transmisi dari sebuah elemen mesin yang akan bergerak ke sebuah elemen
mesin yang akan digerakan. Ada berbagai macam penamaan poros mulai dari shaft maupun
axis ada juga yang menyebut poros sebagai as namun disini as lebih berperan sebagai poros
yang statis dan tidak ikut berputar sebagai penyalur daya atau tenaga.
Tabel 2. 4 Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja Batang yang Difinis
Dingin untuk Poros
30
Sularso, Dasar – dasar Perancangan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradya Pramita, Jakarta
1997).
Pada perhitungan poros, yang akan dihitung adalah bahan dan diameternya. Pertama harus
diketahui Daya Motor (P) dan Putaran Motor (𝑛1 ) yang diinginkan, setelah itu tentukan bahan
yang akan digunakan lihat tabel 2.1,
31
2.5.11 Daya
Pd = Fc × P
Keterangan :
Pd = Daya rencana (Kw)
Fc = Faktor koreksi
P = Daya (Kw)
Setelah mengetahui daya rencana selanjutnya menentukan momen 24actor atau momen
rencana
τα = 𝜎𝐵 ⁄(𝑆𝑓1 × 𝑆𝑓2 )
Keterangan :
σB = kekuatan tarik izin
Sf1 = kekuatan keamanan dari bahan S-C dengan pengaruh masa
Sf2 = pengaruh kekasaran permukaan poros
Jenis Pembebanan Km / Cb Kt
1.1 Poros Tetap
1.0 1.0
a. Beban perlahan
1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
b. Beban tiba – tiba
1.5 1.0
1.2 Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun tetap 1.5 – 2.0 1.5 – 2.0
berat
2.5.12 Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menampung beban poros sehingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan tahan lama. Bantalan
harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan
baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun
atau tidak dapat bekerja secara semestinya.
Bantalan yang dipakai adalah bantakan jenis gelinding. Pada bantalan ini terjadi
gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan bagian yang diam melalui elemen
gelinding seperti bola (peluru), rol jarum, dan rol bulat.
Keterangan :
fh = Faktor umur bantalan
fn = Faktor kecepatan
C = Kapasitas nominal statis
P = Gaya yang bekerja pada
2.5.13 Pulley
n₁ . D₁
D2 = n₂
Dimana:
D2 = Diameter pulley yang digerakkan (mm)
34
Sebagian besar sabuk transmisi menggunakan sabuk “V” karena mudah penanganannya dan
harganya murah. Selain itu sistem transmisi ini juga dapat menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Dalam perhitungan besarnya daya yang di
transmisikan tergantung dari beberapa faktor antara lain:
1. Kecepatan linier sabuk
2. Tegangan sabuk yang terjadi
3. Bentuk sisi kontak sabuk dan pulley
4. Kondisi sabuk yang dipakai
Bahan V – Belt:
1. Kulit
2. Anyaman benang
3. Karet
Jenis – jenis V – Belt:
a. Tipe standart; ditandai huruf A, B, C, D, & E
b. Tipe sempit; ditandai simbol 3V, 5V & 8V
c. Tipe untuk beban ringan ; ditandai dengan 3L, 4L, & 5L.
Dimana:
L = panjang sabuk (mm)
x = jarak sumbu poros (mm)
r1 = jari-jari poros kecil (mm)
r2 = jari-jari poros besar (mm)
d. Kecepatan sabuk:
35
𝜋 . 𝐷𝑝 . 𝑛
𝑉=
60
Dimana:
V = Kecepatan sabuk (m/s)
Dp = Diameter puli penggerak (mm)
n = Putaran Puli penggerak (rpm)