Anda di halaman 1dari 11

SOP TANAM JAGUNG PEMBENIHAN

METODE HAYATI 20 TON PERHEKTAR

Zaka Bagus 085 258 215 169


Pendiri & Pembina

METODE HAYATI 2018


SOP TANAM JAGUNG PEMBENIHAN
METODE HAYATI 20 TON PERHEKTAR

@metodehayati

SPESIFIKASI JAGUNG :

 pH :
o Umum : 5,5 - 7,5
o Optimum : 6,8
 Suhu :
o Siang : 23°C - 30°C
o Malam : 15°C - 18°C
o Optimum : 24°C - 28°C
 Sinar : NOR- NOR NOR+
 Kelembaban : NOR
 Curah hujan : ideal sekitar 85 – 200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan
sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhunnya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal.
 Kemiringan tanah kurang dari 8%. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8%, sebaiknya dilakukan
pembentukan teras dahulu.
 Ketinggian optimum : 50 – 600 mdpl dan 1.000 – 1.800 mdpl

TOTAL KEBUTUHAN BAHAN PUPUK DASAR :

 BT1 4 LITER
 Petroganik 500kg
 Dolomit 300kg
 Pupuk Dasar Hayati 8 paket (Info lengkap cek materi Pupuk Dasar Hayati)
METODE HAYATI 2018
o 32 sak (50kg) kotoran Hewan (Kohe)
 Untuk lahan normal dianjurkan 24 sak kambing : 8 sak ayam (3 : 1)
 Untuk lahan pasir / musim kemarau dianjurkan 24 sak sapi : 8 sak ayam (3 : 1)
o 16 sak (50kg) media organik, pilihannya :
 Hijauan (mengandung unsur Nitrogen lebih tinggi, baik untuk memacu pertumbuhan vegetatif),
contoh bahan seperti kipahit (rekomendasi), wedusan, jerami, tebon jagung (dalam keadaan
segar / bukan kering)
 Coklatan (mengandung unsur Kalium lebih tinggi, baik untuk meningkatkan hasil panen saat
pertumbuhan generatif), contoh bahan seperti serbuk kayu, limbah kulit kopi, cocopiet
 Tidak dianjurkan menggunakan abu / bahan bekas bakaran
 Dianjurkan menggunakan bahan segar dan sehat
o 8 debog pisang segar dan sehat ukuran @2 meter
o 4 sak akar PGPR, pilihannya :
 Akar Kacang Tanah dan family Fabaceae lainnya : rata-rata di akar kacang / polong ada simbiosis
dari bakteri Ryzobium dengan bintil – bintil akar kacang yang berfungsi untuk meningkatkan
kelarutan Nitrogen dalam tanah.
 Akar Bambu, akar Rumput Gajah, akar Jagung, akar Padi (Family Poaceae) : rata-rata akar ini
banyak mengandung bakteri PF (Pseudomonas Flouren), dimana bakteri ini bisa meningkatkan
kelarutan phoshate (P) dalam tanah dan bisa bersimbiosis dengan jamur Mikoriza yang bisa
meningkatkan dan penyerapan unsur mikro tanah yaitu Mg, Cu, Mn, Fe dll.
 Semua akar rumput liar seperti putri malu, rumpun teki, dll (campuran beberapa klasifikasi
family) : rata-rata akar ini memiliki bakteri lengkap, seperti Rhizobium, Bacillus sp (pelarut
phosphate & kalium, ZPT, dan penekan patogen), Pseudomonas putida (penekan fungi patogen),
Actinomycetes (penghasil antibiotik)
 Tanah disekitaran akar jangan dibersihkan karna mengandung banyak PGPR

TOTAL KEBUTUHAN PGPR (KHUSUS APLIKASI KOCOR SUSULAN)

 Gunakan 4 bonggol pisang yang telah berbuah


 Air sumur 100 liter

TOTAL KEBUTUHAN PUPUK UTAMA

 BT2 5 liter
 BT3 2 liter
 Urea 240kg
 SP46 230kg
 Kcl Canada 300kg

TOTAL KEBUTUHAN BAHAN ORGANIK


 Pupuk Daun + Mikro Organisme Lokal (MOL) +  Insektisida + Fungisida Nabati
ZPT o Urin 27 liter
o Urin 16 liter o 13 liter air kelapa
o 24 liter air kelapa o Gula pasir 40 sdm
o Gula pasir 32 sdm o Bahan bumbu :
o 3 macam bahan hijauan, dianjurkan :  Kencur 670 gr
 Daun kelor (moringa oleifera) 10  Lengkuas 2 kg
kg  Umbi Gadung 2,7 kg
 Daun kedoya (dysoxylum  Daun Sirih 1,3 kg
gaudichaudianum) 7 kg  Daun dan Biji Mimba 2,7 kg
 Kipahit (tithonia diversifolia) 10  Daun dan Biji Mindi 2,7 kg
kg  Daun pepaya 2,7 kg
 Bawang Merah 1,2 kg o BT1 300 ml
o BT1 250 ml

METODE HAYATI 2018


PRODUK KAMI

METODE HAYATI 2018


TOTAL KEBUTUHAN BAHAN ASAM AMINO
 100 kg keong mas (lengkap dengan cangkang)
 10 kg nanas mentah / nanas matang / pepaya mentah / pepaya matang (rekomendasi pepaya matang karena hasil
akhir enzimasasi paling baik)

TOTAL KEBUTUHAN PEREKAT


 Texapon / Natrium lauret sulfat / Sodium lauryl ether sulfate (SLES) 2 kg
 Sodium tripolyphosphate (STPP) 3 kg
 Air 9 liter
 Bisa ditambahkan pupuk KNO3 putih 2 kg (opsional)

TEXAPON STPP

PEMBUATAN BAHAN ORGANIK DAN PUPUK DASAR

ASAM AMINO
1. Rebus keong hingga masak
2. Setelah masak dinginkan dan tiriskan
3. Sambil menunggu keong dingin, parut / haluskan nanas / pepayanya
4. Tumbuk keong beserta cangkangnya hingga hancur
5. Aduk rata nanas / pepaya dan keong yang sudah ditumbuk
6. Siapkan wadah dan selang kemudian aturlah seperti pada gambar dibawah
7. Masukkan semua bahan dalam wadah tutup rapat (fermentasi anaerob) selama minimal 40 – 50 hari
8. Setelah masa fermentasi berlalu, aduk kemudian saring agar cairan asam amino yang sudah jadi terpisah dengan
ampas/sisa cangkang
9. Setiap 15 – 20 hari sekali dalam wadah akan menghasilkan 500 ml – 1.200 ml asam amino murni per 100 kg keong
mas. Kondisi akan terus begitu hingga bahan keong mas hancur semua dengan syarat wadah tetap dalam kondisi
fermentasi tertutup (anaerob)

PUPUK NABATI CAIR


1. Bahan padat dihaluskan terlebih dahulu (di selep / ditumbuk / cacah halus) lalu campurkan dengan bahan cair
dalam wadah lalu tutup rapat (fermentasi anaerob) dan simpan di tempat sejuk.

METODE HAYATI 2018


2. Agar fermentasi sempurna, usahakan tiap wadah ditutup dan dibuatkan seal seperti gambar dibawah ini. Biarkan
selama minimal 30 hari.

Contoh fermentasi anaerob Cara kerja seal pada botol kecil

PEMBUATAN PGPR
 Pembuatan PGPR (cek gambar disamping) :
o Siapkan akar sumber PGPR (bisa satu macam atau kombinasi),
kemudian potong kecil-kecil dengan ukuran 1 cm. Tanah diakar
jangan dibersihkan, krna mengandung banyak PGPR.
o Masukkan akar PGPR ke dalam ember bersih berisi air sumur
secukupnya. Disarankan memakai air sumur karena air sumur
relatif tidak mengandung kaporit maupun cemaran bahan
kimia.
o Aduk pelan-pelan selama 10 menit, dengan maksud agar
bakteri yang berada di sekitar perakaran maupun di dalam
Pembuatan PGPR
perakaran dapat tercampur pada air.
o Diamkan selama 3 hari. Adanya aktivitas bakteri nampak berupa gelembung udara yang menempel pada
dinding ember.
 Larutan campuran ini dapat disebut sebagai biang / starter PGPR.
 Pembuatan PGPR bonggol pisang teknisnya pun sama, hanya saja hasil akhirnya sekitar 100 liter air PGPR.

PUPUK DASAR
1. Untuk pembuatan pupuk dasar, campurkan semua bahan jadi satu yaitu : 32 sak kohe, 16 sak hijauan, 8 debog
pisang, 500 kg petroganik, 300 kg dolomit dan biang PGPR.
2. Pada proses ini dibutuhkan 4 botol BT1 (totalnya 3,45 liter karna 550 ml dipakai bahan organik).
3. Bahan pupuk dasar sebaiknya dihaluskan / dicacah terlebih dahulu, lalu ditumpuk secara beraturan. Selanjutnya
tiap ketebalan tertentu (25 – 30 cm) disemprot BT1 lalu tumpuk bahan lagi, begitu seterusnya kemudian ditutup.
4. Lalu bahan diberi air hingga mencapai kandungan sekitar 30 – 40%. Kandungan air yang ingin diuji dengan
menggenggam bahan, ditandai dengan tidak menetesnya air bila bahan digenggam. Bila bahan kekurangan air,
maka pengomposan akan berjalan lebih lama.
5. Setelah pencampuran selesai, tutup bahan dengan terpal / mulsa bekas, lalu biarkan minimal 30 hari.
6. Proses produksi pupuk dasar hayati tidak memerlukan tempat khusus, akan tetapi untuk menghasilkan kompos
yang bermutu sebaiknya dasar bangunan diberi alas dengan semen atau diberi ubin, tetapi bukanlah hal yang
mutlak, yang utama tidak tergenang air. Bila pengomposan dilakukan diatas tanah, sebaiknya diberi alas, misalnya
plastik, karung bekas, terpal, atau dedaunan.

METODE HAYATI 2018


PEMILIHAN LAHAN
• Lahan tanam yang baik untuk budidaya jagung adalah lahan
kering yang berpengairan cukup, lahan tadah hujan,
gambut yang telah diperbaiki, atau lahan basah bekas
menanam padi.
• Agar optimal pertumbuhannya diusahakan seminimal
mungkin minim naungan.
• pH toleransi tanaman Jagung berkisar antara 5,5 – 7,5 dan
optimum pada pH 6,8.

PENGOLAHAN LAHAN

1. Pengolahan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan


aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan
gulma. Pengolahan tanah berupa pembajakan/pencangkulan,
pembersihan gulma, perataan permukaan tanah, dan
pembuatan bedengan, guludan, garitan, lubang tanam.
2. Pengolahan lahan maksimum
I. Membalik, menggemburkan dan meratakan tanah
II. Traktor atau bajak kerbau
3. Pengolahan lahan minimum
I. Hanya menggemburkan bagian tanah yang akan
ditanami
II. Biasanya menggunakan cangkul dengan cara
dikesrik/kecroh
4. Tanah di daerah heavy clay (berjenis tanah berat) setelah
penanaman padi biasanya tanah sulit diolah menggunakan
traktor / bajak. Pengolahan lahan minimum cocok digunakan
untuk jenis tanah tersebut.
5. Jika diputuskan Tanpa Olah Tanah (TOT), maka tahapan ini bisa
dilewati.

METODE HAYATI 2018


PEMBERIAN PUPUK DASAR HAYATI (SISTEM BEDENGAN)

1. Pada lahan sistem bedengan, setelah bedengan selesai dibuat selanjutnya Pupuk Dasar Hayati disebar secara
merata di atas bedengan dan dicangkul merata sedalam ± 15 cm.
2. Setelah itu lahan di semprot dengan PGPR 500 ml + 20 liter = 1.250 m2
3. Semprot PGPR pada sore hari.
4. Biarkan satu malam, setelah itu lahan siap ditanam.
5. Fungsi dari metode ini adalah agar lahan bebas penyakit tular tanah dan layu tanaman, menstabilkan hama parasit
akar dan hama tanah lainnya, menstabilkan benih rumput gulma dan meningkatkan jumlah PGPR alami dalam
tanah.

MENYIAPKAN BENIH YANG BERMUTU

 Benih disini menggunakan benih yang telah ditentukan oleh pihak Metode Hayati Indonesia.
 Dengan jarak tanam 80 x 20 artinya terdapat 76.923 populasi per hektar. Jika perbandingan jantan : betina adalah
6 : 1, maka :
o Populasi jantan : 12.823 pohon
o Populasi betina : 64.100 pohon
 Jika 1 kg benih ± 4.000 bibit, maka kebutuhan benih :
o Jantan ± 3,2 kg + 15 % sulam = 3,6 kg
o Betina ± 16 kg + 15 % sulam = 18,4 kg
 Sebelum benih ditanam, siapkan BT2 600 ml + + 10 liter PGRP + 30 liter aquadest.
 Rendam benih selama 2 jam sebelum ditanam.
 Larutan tersebut selanjutnya dapat digunakan selama 4 jam atau 5 – 6 kali perendaman benih.
 Air BT2 + PGPR sisa rendaman benih jangan dibuang, selanjutnya dipakai semprot saat tanam benih di lahan.
 Untuk kelebihan benih dilanjutkan perlakuan persemaian sebagai persiapan bibit sulaman hingga maksimal usia
7 hst.

TEKNIK PENANAMAN

1. WAKTU DAN CARA TANAM : Mei-Juni-Juli (musim hujan selesai hingga memasuki kemarau) sangat baik sekali
untuk pemilihan menanam jagung karena potensi hasil panen paling optimum.
2. LUBANG TANAM DAN CARA TANAM : Lubang tanam ditugal dengan kedalaman 3 – 5 cm.
3. LAHAN TANPA OLAH TANAH (TOT) :
a. Lubang tanam ditugal dengan kedalaman 3 – 5 cm
b. Sebar benih lalu tutup dengan Pupuk Dasar Hayati sekitar 30 gr per lubang tanam.
c. Terakhir semprot dengan PGPR dosis 500 ml + sisa air BT2 & PGPR + 20 liter air = 1.250 m2.
d. Sisa air BT2 & PGPR dibagi rata luasan lahan yang ada.

METODE HAYATI 2018


JADWAL TOTAL APLIKASI

1 Buat got keliling -7 26 Pengairan 38


2 Tanam / Sebar Benih + PDH + PGPR 0 27 Penyiangan 44
3 2 liter BT2 3 29 Pengairan 48
4 Penyulaman 4 28 Pembubuhan 56
5 Pupuk Daun + AA 5 30 Pupuk Kimia ke IV 57
6 Penyulaman 6 31 Pengairan 58
7 Pupuk Kimia ke I 7 32 Penyiangan 60
8 Pengairan 8 33 PGPR 62
9 Insek + Fungi Nabati 10 34 Pengairan 68
10 PGPR 11 35 Penyiangan 75
11 Pupuk Daun + AA 12 36 Pengairan 78
12 2 liter BT3 14 37 Pupuk Daun + AA 79
13 Penyiangan 16 38 PGPR 80
14 Pupuk Kimia ke II 17 39 Insek + Fungi Nabati 81
15 Pengairan 18 40 Pupuk Daun + AA 84
16 Insek + Fungi Nabati 20 41 Pengairan 88
17 2 liter BT2 22 42 Pupuk Daun + AA 89
18 Pupuk Daun + AA 24 43 Insek + Fungi Nabati 91
19 Penyiangan 25 44 Pupuk Daun + AA 94
20 Insek + Fungi Nabati 26 45 Pengairan 98
21 Pupuk Kimia ke III 27 46 Pupuk Daun + AA 99
22 Pengairan 28 47 Insek + Fungi Nabati 101
23 Insek + Fungi Nabati 31 48 Pengairan 108
24 PGPR 33
25 Pupuk Daun + AA 34

NO KETERANGAN WAKTU Dosis Pupuk Makro (per ha) Dosis


Urea SP36/46 KCI BioTRIBA
(kg) (kg) (kg)
1 PDH - BT1 3.450 ml
2 Pupuk Nabati - BT1 550 ml
3 Perendaman benih - - - - 600 ml
BT2
4 Semprot Lahan - BT2 0 hst
5 BT2 3hst 2.400 ml
6 Pupuk Kimia ke I 7 hst 50 25 50
7 BT3 14 hst 2.000 ml
8 Pupuk Kimia ke II 17 hst 70 35 70
9 BT2 22 hst - - - 2.000 ml
10 Pupuk Kimia ke III 27 hst 100 50 100
11 Pupuk Kimia ke IV 57 hst 20 120 80

1 Pupuk Daun + AA 5 11 PGPR 62


2 Insek + Fungi Nabati 10 12 Pupuk Daun + AA 79
3 PGPR 11 13 PGPR 80
4 Pupuk Daun + AA 12 14 Insek + Fungi Nabati 81
5 Insek + Fungi Nabati 20 15 Pupuk Daun + AA 84
6 Pupuk Daun + AA 24 16 Pupuk Daun + AA 89
7 Insek + Fungi Nabati 26 17 Insek + Fungi Nabati 91
8 Insek + Fungi Nabati 31 18 Pupuk Daun + AA 94
9 PGPR 33 19 Pupuk Daun + AA 99
10 Pupuk Daun + AA 34 20 Insek + Fungi Nabati 101

METODE HAYATI 2018


KETERANGAN :
 Secara umum perawatan intensif saat tanaman fase vegetatif (usia 0 – 35 hst) dan saat tanaman usia reproduktif
(usia 79 – 101 hst).
 Aplikasi pupuk kimia sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 7 hst, 17 hst, 27 hst dan 57 hst dengan dosis :
o Usia 7 hst :
 UREA 50 kg
 SP46 25 kg
 KCL Canada 50 kg
o Usia 17 hst :
 UREA 70 kg
 SP46 35 kg
 KCL Canada 70 kg
o Usia 27 hst :
 UREA 100 kg
 SP46 50 kg
 KCL Canada 100 kg
o Usia 57 hst :
 UREA 20 kg
 SP46 120 kg
 KCL Canada 80 kg
o Campur / oplos dahulu pupuk kimia sebelum diaplikasikan.
o Pengaplikasian terbaik menggunakan cara kocor. Yaitu pupuk kimia direndam semalam lalu esoknya di
kocorkan pada tiap lubang tanam.
o Jika aplikasi kocor dirasa kesulitan, maka gunakan cara pendam selanjutnya dilakukan pengairan. Adapun
pemberian pupuk kimia perlubang tanam agar tepat takaran, dosisnya :
 Usia 7 hst : @1,6 gram perlubang tanam. [total populasi : 76.923, jantan : 12.823 (16,67%), betina
: 64.100 (83,33%)].
 Usia 17 hst : @2,2 gram perlubang tanam. [total populasi : 76.923, jantan : 12.823 (16,67%), betina
: 64.100 (83,33%)].
 Usia 27 hst : @3,2 gram perlubang tanam. [total populasi : 76.923, jantan : 12.823 (16,67%), betina
: 64.100 (83,33%)].
 Usia 57 hst : @3,4 gram perlubang tanam. [betina : 64.100 (83,33%)]
o Pemberian pupuk disarankan pagi hari setelah subuh dan selesai 2 jam setelah matahari terbit.
o Untuk meminimalisir penguapan pupuk dan meningkatkan penyerapan pupuk, tutup pupuk dengan tanah
setelah diberikan di tiap lubang tanam. Dengan cara ini tanaman dapat menyerap unsur pupuk secara
optimum.
 Indikator aplikasi semprot adalah 20 liter untuk luas area 1/8 ha atau 1250 m2
 Aplikasi BT2 total sebanyak 2 kali, yaitu pada usia : 3 hst dan 22 hst.
o Semprot BT2 hanya pada tanah pangkal batang saja
o Waktu penyemprotan adalah sore hari diatas pukul 15.00 wib
o Dosis usia 3 hst :
 BT2 300 ml + 20 liter air = 1.250 m2
o Dosis usia 35 hst :
 BT2 250 ml + 20 liter air = 1.250 m2
 Aplikasi BT3 total sebanyak 1 kali, yaitu pada usia : 14 HST.
o Semprot BT2 hanya pada tanah pangkal batang saja
o Waktu penyemprotan adalah sore hari diatas pukul 15.00 wib
o Dosis usia 22 hst :
 BT3 250 ml + 20 liter air = 1.250 m2

 Aplikasi PGPR total sebanyak 5 kali, yaitu pada usia : 0, 11, 33, 62, dan 80 hst
o Semprot PGPR secara merata pada pangkal batang.
o Waktu semprot dianjurkan pada sore hari.
o Dosis penyemprotan :
 Usia 0 hst : 250 ml per 20 liter air per luas 1.250 m2.
 Usia 11 hst : 1.500 ml per 20 liter air per luas 1.250 m2.
 Usia 33 hst : 3.000 ml per 20 liter air per luas 1.250 m2.
 Usia 62 hst : 3.000 ml per 20 liter air per luas 1.250 m2.

METODE HAYATI 2018


 Usia 80 hst : 4.500 ml per 20 liter air per luas 1.250 m2.
o Total aplikasi membutuhkan 45 liter PGPR.
o Dosis dapat ditambah jika diinginkan.
 Aplikasi Pupuk Daun + AA total sebanyak 9 kali, yaitu pada usia : 5, 12, 24, 34, 79, 84, 89, 94, 99 hst
o Semprot Pupuk Daun + MOL secara merata dari pangkal batang hingga ujung daun
o Waktu semprot dianjurkan mulai setelah subuh (saat masih ada embun) dan selesai 2 jam setelah
matahari terbit. Disini Pupuk Daun + MOL mengandung banyak sekali unsur mikro yang dimana kita
mengejar inframerah pada pagi hari yang membantu mempercepat penyerapan nutrisi dari akar ke daun.
o Dosis usia 5, 12, 24, 34 hst :
 Pupuk Daun 300 ml + AA 150 ml + Perekat 40 ml + 20 liter = 1.250 m2
o Dosis usia 79, 84, 89, 94 dan 99 hst :
 Pupuk Daun 750ml + AA 375 ml + Perekat 40 ml + 20 liter air = 1.250 m2
o Jika penyemprotan ingin lebih merata, bisa menggunakan dosis 500ml per 40 liter air per luas 1/8 ha.
o Dosis dapat ditambah jika diinginkan dengan perbandingan Pupuk Daun : AA = 2 : 1
 Aplikasi Insek + Fungi Nabati total sebanyak 7 kali, yaitu pada usia : 10, 20, 26, 31, 81, 91, 101 hst
o Semprot Insek + Fungi Nabati secara merata dari ujung daun hingga pangkal
o Waktu semprot dianjurkan sore hari. Tetapi jika ada gejala serangan penyakit jamur maka semprot pada
pagi hari saat ada embun di daun, sedangkan jika ada gejala hama serangga semprot sore hari.
o Dosis penyemprotan :
 Insek + Fungi Nabati 500ml + Perekat 40 ml + 20 liter air = 1.250 m2
 Jika penyemprotan ingin lebih merata, bisa menggunakan dosis 500ml + 40 liter air = 1.250 m2
 Dosis dapat ditambah jika diinginkan.
 Diusahakan pemberian aplikasi sesuai hari yang telah ditentukan
 PENJARANGAN DAN PENYULAMAN : Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting tajam tepat diatas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena
akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk menggantikan benih
yang tidak tumbuh / mati. Perhatian intensif terkait sulaman dilakukan mulai usia 1 – 7 hst. Setelah usia 7 hst
sudah tidak ada perlakuan sulaman agar pertumbuhan tanaman seragam. Usia bibit sulaman sama dengan usia
tanaman di lahan.
 PENYIANGAN : Karena di SOP Metode Hayati ini perlakukan bebas dari herbisida 100%, maka penyiangan gulma
dilakukan tiap 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau
cangku kecil, garpu, dll. Penyiangan jangan sampai menggangu perakaran tanaman. Penyiangan dilakukan setelah
usia 15 hst, yaitu setidaknya pada usia 16, 25, 44, 60, dan 75 hst.
 PEMBUBUHAN : Pembubuhan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar
tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya erosi.
Pembubuhan dilakukan saat tanaman berumur 56 hst sebelum atau bersamaan dengan waktu aplikasi Pupuk
Kimia ke IV pada usia 57 hst. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
 PENGAIRAN :
o Pada usia vegetatif, interval pengairan dilakukan 10 hari sekali. Yaitu pada usia 8, 18, 28, 38, 48, 58, 68
dan 78 hst.
o Sedangkan pada usia reproduktif, interval pengairan dilakukan tiap 5 hari sekali. Yaitu pada usia 83, 88,
93, 98, 103, dan 108 hst.
o Pengairan yang terjadwal pada usia vegetatif akan menghasilkan tanaman yang sehat dengan
pertumbuhan optimum, sedangkan pengairan terjadwal pada usia reporoduktif akan menghasilkan
kualitas dan kuantitas hasil panen yang optimum.
o Pada usia reproduktif antara usia 80 – 95 hst, pengairan dapat berikan tiap 3 hari sekali agar dapat
menghasilkan tongkol yang lebih bobot. Pengarian dengan interval 3 hari sekali tidak membutuhkan air
banyak, tetapi cukup dan merata.

METODE HAYATI 2018

Anda mungkin juga menyukai