Anda di halaman 1dari 18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
`

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Randugarut Kota Semarang

yang terletak di desa Randugarut Kecamatan Tugu Kota Semarang. Peneliti

memilih tempat tersebut karena SDN Randugarut dalam proses pembelajaran

mata pelajaran Bahasa Indonesia sikap komunikatif siswa kurang dan

kemampuan membaca intensif siswa tergolong rendah sehingga dengan

menggunakan model pembelajaran Complete Sentence peneliti berharap sikap

Komunikatif dan kemampuan membaca intensif siswa meningkat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Randugarut Kota Semarang

yang terletak di desa Randugarut Kecamatan Tugu Kota Semarang. Penelitian

ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016/2017, lebih

tepatnya pada bulan maret tahun 2016.

3. Jenis Penelitian

Ada dua jenis penelitian yang biasa digunakan penelitian kualitatif dan

Kuantitatif Penelitian Tindakan Kelas. Jenis penelitian yang digunakan

adalah PTK. “PTK yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk

mengetahui akibat dari tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian
dikelas tersebut” (Afandi, 2013:10). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan PTK.

B. Subjek Penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas III SD Negeri

Randugarut Kecamatan Tugu Kota Semarang tahun ajaran 2016/2017, yang

berjumlah siswa 19 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 11 orang

perempuan.

C. Teknik Dan Alat Pegumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah:

a. Teknik Tes

Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes untuk mengukur

kemampuan membaca intensif, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur

kemampuan peserta didik dalam kemampuan membaca intensif pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia. tes merupakan bagian tersempit dalam penilaian

setelah menerapkan model pembelajaran Complete Sentence dan untuk

mengetahui perbedaan sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran

tersebut.
‘Tes merupakan suatu teknik atau cara untuk mengukur aspek
perilaku peserta didik dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, mengenai berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta
didik’ (Arifin, 2014:118).

Tes yang akan disajikan yaitu dalam bentuk objektif dengan pilihan

ganda dan uraian. Tes ini akan diberikan pada akhir pembelajaran Bahasa

Indonesia dengan materi pokok masalah yang ada disekitar anak

b. Teknik Non Tes

1) Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan

sebagai alat penelitian yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah

laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati,

baik dalam situasi belajar yang sebenarnya maupun pada situasi buatan.

Jadi observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar

misalnya tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah laku guru pada saat

mengajar yang dikemukakan oleh Afandi. M ( 2013: 68 ).

‘Observasi yaitu suatu proses alami yang sering kita lakukan saat sadar
maupun tidak sadar dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk proses
pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai suatu tujuan mengenai berbagai
fenomena secara yang sistematis, logis, objektif, dan rasional’ (Arifin,
2014: 152).

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi digunakan untuk

mengukur atau menilai hasil dan proses pembelajaran terjadinya suatu

kegiatan atau proses belajar yang dapat diamati, dalam situasi sebenarnya

ataupun situasi buatan”.


.

2) Wawancara

Wawancara merupakan hal yang pokok dari sebuah penelitian,

karena dari proses ini peneliti memperoleh sumber dari narasumber secara

langsung. Arifin (2013: 157) mengemukakan bahwa “wawancara

merupakan suatu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang dilakukan

melaului percakapan dan tanya jawab dengan narasumber baik secara

langsung maupun tidak langsung”. Pendapat lain “Wawancara digunakan

untuk melakukan studi pendahuluan” (Sugiyono,2014:194).

Jadi dapat disimpulkan wawancara dilakukan untuk mengetahui

kondisi siswa sehingga proses penghimpunan keterangan-keterangan yang

dilakukan dengan tanya jawab lisan, berhadapan muka, dan memiliki arah

dan tujuan yang jelas. Proses wawancara dilakukan peneliti sebelum

maupun sesudah melakukan penelitian terhadap siswa.

3) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen.

Menurut Sugiyono (2010: 422) “dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu”. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi dalam

penelitian tindakan kelas ini yaitu berupa dokumentasi foto yang diambil

ketika proses pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

dan daftar nilai Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri

Randugarut sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran


Complete Sentence. Dokumentasi bisa berupa Foto, Video, dsb,

dokumentasi digunakan untuk menunjukan bukti otentik bahwa sudah

melakukan peneitian di SD yang di teliti “menggunakan studi dokumen

dalam metode penelitian dapat meningkatkan kredibilitas hasil penelitian

tersebut” (Sugiono dalam Afandi, 2013: 63 )

4) Angket

Dalam sebuah penelitian alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data salah satunya adalah angket. Angket memiliki kesamaan dengan

wawancara, namun dalam penerapanya angket dengan wawancara

memiliki perbedaan, yaitu apabila wawancara dilaksanakan secara lisan

sedangkan angket dilaksanakan dengan tertulis langsung oleh subjek

penelitian. Dalam Sugiyono mengemukakan “angket memiliki 2 prinsip

yaitu prinsip penulisan, prinsip pengukuran dan penampilan fisik”. Angket

memiliki beberapa keuntungan dan kelemahan menurut Arifin (2014:166)

antara lain : (1) “Respoden dapat menjawab dengan bebas tanpa

dipengaruhi oleh hubungan dengan peneliti atau penilai, dan waktu relatif

lama sehingga objektivitas dapat terjamin(2) informasi atau data terkumpul

lebih mudah karena itemnya homogen (3) dapat digunakan untuk

mengumpulkan data dari jumlah responden yang besar yang dijadikan

sampel. Sedagkan kelemahan angket dalam mengumpulkan data atau

informasi yaitu : (1) ada kemungkinan diisi oleh orang lain (2) hanya

diperuntukan bagi yang melihat saja (3) responden hanya menjawab

berdasarkan jawaban yag ada”. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa


angket adalah seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk

menjawabnya.

2. Alat Pengumpulan Data

Setelah menyelesaikan penelitian, agar memperoleh data dari penelitian

maka alat pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Lembar Sikap Komunikatif Siswa

Lembar angket yang digunakan dalam PTK ini merupakan lembar untuk

mengetahui sikap komunikatif siswa dalam proes pembelajaran dikelas,

sehingga sikap komunikatif siswa dapat terpantau dengan baik. Angket sikap

komunikatif ini langsung diisi oleh responden.

Tabel 3.1 Kisi-kisi angket sikap komunikatif siswa

No Indikator Pernyataan Sikap Skor


1 Berbicara dengan Berbicara dengan teman sekelas dengan 5
teman sekelas. sangat baik
Berbicara dengan teman sekelas dengan 4
Baik
Berbicara dengan teman sekelas dengan cukup 3

Berbicara dengan teman sekelas dengan 2


kurang baik
Berbicara dengan teman sekelas dengan 1
sangat kurang baik
2 Bergaul dengan Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat 5
teman sekelas dengan sangat baik
ketika istirahat. Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat 4
dengan baik
Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat 3
dengan cukup
Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat 2
dengan kurang baik
Bergaul dengan teman sekelas ketika istirahat 1
dengan sangat kurang baik
3 Bergaul dengan Bergaul dengan teman lain kelas dengan 5
teman lain kelas. sangat baik
Bergaul dengan teman lain kelas dengan baik 4
Bergaul dengan teman lain kelas dengan 3
cukup
Bergaul dengan teman lain kelas dengan 2
kurang baik
Bergaul dengan teman lain kelas dengan 1
sangat kurang baik
4 Berbicara dengan Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan 5
guru, kepala personalia sekolah lainnya dengan sangat baik
sekolah, dan Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan 4
personalia personalia sekolah lainnya dengan baik
sekolah lainnya. Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan 3
personalia sekolah lainnya dengan cukup
Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan 2
personalia sekolah lainnya dengan kurang
baik
Berbicara dengan guru, kepala sekolah, dan 1
personalia sekolah lainnya dengan sangat
kurang baik
5 Tidak menggunakan kekuatan fisik dalam 5
Tidak berselisih dengan teman dengan sangat baik
menggunakan Tidak menggunakan kekuatan fisik dalam 4
kekuatan fisik berselisih dengan teman dengan baik
dalam berselisih Tidak menggunakan kekuatan fisik dalam 3
dengan teman. berselisih dengan teman dengan cukup
Tidak menggunakan kekuatan fisik dalam 2
berselisih dengan teman dengan kurang baik
Tidak menggunakan kekuatan fisik dalam 1
berselisih dengan teman sangat kurang baik
6 Berbicara dengan Berbicara dengan kata-kata yang tidak 5
kata-kata yang mengundang amarah teman dengan sangat
tidak baik
mengundang Berbicara dengan kata-kata yang tidak 4
amarah teman mengundang amarah teman dengan baik
Berbicara dengan kata-kata yang tidak 3
mengundang amarah teman dengan cukup
Berbicara dengan kata-kata yang tidak 2
mengundang amarah teman dengan kurang
baik
Berbicara dengan kata-kata yang tidak 1
mengundang amarah teman dengan sangat
kurang baik
b. Lembar Tes Kemampuan Membaca Intensif

Lembar angket yang digunakan dalam PTK ini merupakan lembar

untuk mengetahui kemampuan membaca intensif siswa dalam proes

pembelajaran dikelas, sehingga kemampuan membaca intensif siswa dapat

terpantau dengan baik. Angket sikap kemampuan membaca intensif ini

langsung diisi oleh responden.

Tabel 3.2 Kisi-kisi tes kemampuan membaca intensif

No Indikator Pernyataan Skor


1 Siswa membaca Siswa membaca dalam hati tanpa menunjuk –nunjuk 5
dalam hati tanpa dengan jari, tanpa gerakan bibir dengan sangat baik
menunjuk –nunjuk Siswa membaca dalam hati tanpa menunjuk –nunjuk 4
dengan jari, tanpa dengan jari, tanpa gerakan bibir dengan baik
gerakan bibir Siswa membaca dalam hati tanpa menunjuk –nunjuk 3
dengan jari, tanpa gerakan bibir dengan cukup
Siswa membaca dalam hati tanpa menunjuk –nunjuk 2
dengan jari, tanpa gerakan bibir dengan kurang baik
Siswa membaca dalam hati tanpa menunjuk –nunjuk 1
dengan jari, tanpa gerakan bibir sangat kurang baik
2 Siswa memahami Siswa memahami bahan bacaan yang dibaca secara 5
bahan bacaan yang diam dengan sangat baik
dibaca secara diam Siswa memahami bahan bacaan yang dibaca secara 4
diam dengan baik
Siswa memahami bahan bacaan yang dibaca secara 3
diam dengan cukup
Siswa memahami bahan bacaan yang dibaca secara 2
diam dengan kurang baik
Siswa memahami bahan bacaan yang dibaca secara 1
diam dengan sangat kurang baik
3 Siswa lebih cepat Siswa lebih cepat membaca dalam hati dari pada 5
membaca dalam membaca bersuara dengan sangat baik
hati dari pada Siswa lebih cepat membaca dalam hati dari pada 4
membaca bersuara membaca bersuara dengan baik
Siswa lebih cepat membaca dalam hati dari pada 3
membaca bersuara dengan cukup
Siswa lebih cepat membaca dalam hati dari pada 2
membaca bersuara dengan kurang baik
Siswa lebih cepat membaca dalam hati dari pada 1
membaca bersuara dengan sangat kurang baik
D. Analisis Data

a. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Dalam sebuah penelitian untuk mengukur tingkat sikap komunikatif

siswa dan kemampuan membaca intensif siswa setiap siklus dilakukan

evaluasi. Untuk kemampuan membaca intensif analisis keberhasilan

dilakukan evaluasi berupa soal tertulis pada setiap pertemuan. analisis yang

penulis pilih yaitu penilaian acuan patokan (PAP). “PAP adalah penilaian

yang digunakan untuk menilai kemampuan membaca intensif siswa dengan

tolok ukur pada skor teoritis perangkat tes dan batas minimal ketuntasan“

(Poerwanti dkk dalam Afandi, 2013:83).

1. Validitas

Validitas adalah alat penilai instrument, atau ukuran untuk

menunjukkan apakah instrument itu valid atau tidak. Instrument yang valid

maka memiliki kevalidan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Untuk

menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi product moment,

sebagai berikut:

Rumus Korelasi Product Moment

r N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
xy=¿ ¿
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −( ∑ Y ) }
2 2 2 2

Keterangan :
r xy : Koefisien korelasi antara x dan y
N : Jumlah subjek atau siswa yang diteliti
ΣX : Skor tiap butir soal
ΣY : Skor total
∑ X2 : Jumlah kuadrat skor butir soal

∑Y2 : Jumlah kuadrat skor total


Tabel 3.3 Kriteria Acuan Validitas Soal

t hitung > t tabel dikatakan Valid


t hitung ≤ t tabel dikatakan Tidak Valid

(Sundayana (2014: 60)


Setelah didapat r xy , kemudian dikonsultasikan dengan harga titik r xy

yang ada pada tabel dengan taraf nyata 5%. Apabila t hitung lebih besar dari

harga tabel, maka butir soal tersebut valid. Namun, apabila t hitung lebih

kecil dari harga tabel, maka butir soal tersebut dinyatakan tidak valid

(Sundayana, 2014:60).

2. Reliabilitas

Setelah mengetahui soal yang valid dan tidak valid, langkah

selanjutnya yaitu mengukur reliabilitas. Menurut Sundayana (2014: 69)

“reliabilitas instrumen penelitian merupakan alat ukur yang hasil ukuranya

tetap sama”. dimana jumlah soal pilihan ganda ini ada 10 butir soal yang

akan diuji reliabilitasnya dengan uji belah ganjil-genap.

Rumus Spearman-Brown

2× r 1/ 21/2
r 11 =
( 1+r 1 /21/ 2 )
Keterangan:

r 11 : reliabilitas instrumen

r 1 /21/ 2 : r xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi dua instrumen


Tabel 3.4 Kriteria Acuan Nilai Reliabilitas

Nilai Kriteria
0,00-0,20 Sangat rendah
0,20-0,40 Rendah
0,40-0,60 Sedang/cukup
0,60-0,80 Tinggi
0,80-1,00 Sangat tinggi
(Sundayana, 2014: 70)
Setelah mendapat nilai r 11 maka selanjutnya mengkonsultasikan harga

r 11 dengan tabel r xy . Jika harga r 11 kurang dari r tabel (taraf kesukaran 5%),

maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Tetapi apabila harga r 11 lebih dari

harga r tabel , maka instrumen dinyatakan reliabel.

3. Tingkat Kesukaran

Setelah menentukan nilai reliabilitas, langkah selanjutnya yaitu

menguji tingkat kesukaran . Menurut Sundayana (2014: 76) “tingkat

kesukaran adalah keberadaan suatu butir soal apakah sukar, sedang, mudah

dalam mengerjakanya. untuk menghitung tingkat kesukaran soal pilihan

ganda, yang digunakan adalah rumus mencari tingkat kesukaran.

Rumus Mencari Tingkat Kesukaran

B
P=
JS
Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes


Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat

digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Kesukaran

Nilai Kriteria
1,00 sampai 0,30 Sukar
0,30 sampai 0,70 Sedang
0,70 sampai 1,00 Mudah
(Sudjana dalam Afandi, 2013:77)
4. Daya Pembeda

Daya pembeda menurut Sundayana (2014: 76) “daya pembeda adalah

kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang pandai

dan siswa yang berkemampuan rendah”. digunakan untuk membedakan mana

siswa yang pandai dan kurang. Teknik yang digunakan untuk menghitung

daya pembeda bentuk soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:

Rumus Mencari Daya Pembeda.

BA BB
D= − =P A −PB
JA JB

Keterangan :

D : Daya pembeda soal

BA : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar

JA : Banyaknya siswa kelompok atas

BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar

JB : Banyaknya siswa kelompok bawah

PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,20 – 0,40 Cukup
0,40 – 0,70 Baik
0,70 – 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik
(Arikunto dalam Afandi, 2013: 81)

b. Menghitung Aktivitas Guru

Untuk menganalisa data yang diperoleh dari observasi aktivitas guru, data

yang diperoleh dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai persen yang dicari= skor mentah yang diperoleh x 100%


Skor maksimum

Penskoran skala penilian dan kriteria penilaian yang digunakan yaitu

1 = sangat kurang baik

1 = kurang baik

2 = cukup baik

3 = baik

4 = sangat baik

(Purmanto,2010:102)

c. Menghitung Aktivitas Siswa

Untuk menganalisis hasil observasi aktivitas siswa dalam penerapan model

pembelajaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Presentase = Jumlah nilai yang diperoleh siswa x 100%


Jumlah seluruh skor
Penskoran aktivitas siswa sebagai berikut :

1 = Sangat kurang baik

2 = kurang baik

3 = cukup baik

4 = baik

5 = sangat baik

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

No Rentang % Kriteria

1 25% - 43 % Aktivitas siswa kurang baik

2 44 % - 62 % Aktivitas siswa cukup baik

3 63 % - 81 % Aktivitas siswa baik

4 82% - 100 % Aktivitas siswa sangat baik

(Trianto, 2010:241)

1) Skala Likert

Skala likert digunakan untuk menilai sikap yang diamati. Menurut Widyoko

(2014:151) “skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam

suatu kontinum sikap terhadap objek, dari negatif ke positif”. yang di Skoring

pilihan jawaban skala likert tergantung pada sikap pernyataan atau pertanyaan

yang bersifat positif skor jawaban adalah: SL(Selalu) = 5, SR (Sering) = 4, J

(Jarang) = 3, JS (Jarang sekali) = 2, TP (Tidak pernah) = 1.


2) Menghitung Sikap Komunikatif Siswa Dengan Skala 5

Menghitung sikap komunikatif siswa yang diperoleh dari angket yang

dibagikan guru untuk mengukur sikap komunikatif siswa setiap pertemuan dapat

menggunakan rumus sebagai berikut ini:

Rumus menghitung disiplin siswa menggunakan skala 5:

N = skor yang diperoleh X 5


Skor tertinggi ideal

Tabel 3.9 Kriteria Keberhasilan Komunikatif

Skor akhir Klasifikasi


> 4,2 – 5 Sangat Baik (SB)
>3,4 – 4,2 Baik (B)
>2,6 – 3,4 Cukup (C)
> 1,8 – 2,6 Kurang (K)
1 – 1,8 Sangat Kurang (SK)
(Widyoko, 2014: 144)
Kriteria ketuntasan komunikatif siswa apabila siswa memperoleh klasifikasi

baik atau rentang skor >3,4 – 4,2.

E. Indikator Keberhasilan

Model pembelajaran Complete Sentence dapat meningkatkan

pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Negeri Randugarut

dengan indikator sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan komunikatif siswa pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia dalam materi membaca dalam hati ( intensif ) sekurang-

kurangnya 80% atau dengan kriteria baik dan sangat baik.


2. Adanya peningkatan kemampuan membaca intensif siswa pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca dalam hati ( intensif )

sekurang-kurangnya 80% dari nilai seluruh siswa di kelas III SD Negeri

Randugarut memperoleh nilai KKM ≥ 65 dari siklus 1 ke siklus 2.

F. Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah penelitian

tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

dalam bidang sosial yang menggunakan metode utama yang digunakan yaitu

metode refleksi diri. Metode ini dilakukan oleh orang yang terlibat

didalamnya dan tujuan utama yaitu untuk melakukan perbaikan dalam

berbagai aspek. Dapat ditarik kesimpulan dari pendapat bahwa penelitian ini

dilakukan oleh guru dalam pembelajaran melalui refleksi diri agar siswa

dapat menerima materi dengan baik sehingga komunikatif dan kemampuan

membaca intensif siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.

Gambar 3.1 Alur PTK Model Kemmis dan MC Taggart

(dalam Afandi, 2013: 17)


Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus, dengan tiap

siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Waktu pertemuan yang digunakan yaitu 2x35 menit setiap pertemuan.

Rincian prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral

Kemmis dan Mc Taggart dengan melalui beberapa siklus tindakan dan terdiri

dari empat komponen yaitu adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan

Dalam tahapan perencanaan ini terdidri dari beberapa point, yaitu :

a. Menyusun RPP Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran


Complete Sentence
b. Menyiapkan skenario dalam pembelajaran di kelas
c. Menyusun Lembar kerja siswa
d. Menyusun alat evaluasi
e. Menyusun alat pengumpulan data
2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini didalamnya terdapat kegiatan awal, inti, dan akhir

yang dilakukan oleh peneliti. Pelakasanaan tindakan ini dilaksanakan

berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Penelitian diamati oleh

seorang observer yakni guru kelas dan teman sejawat dengan bantuan

beberapa alat instrumen penelitian yaitu instrumen tes yang berisi soal

uraian sebanyak 5 soal dalam setiap siklus. Instrumen non tes berupa lembar

observasi aktifitas yang meliputi aktifitas guru dan aktifitas siswa.

Pelaksanaan penelitian terdiri dari dua siklus, setiap siklus disajikan dalam

dua pertemuan.
3. Pengamatan / Observasi

Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif dengan guru yang

bersangkutan untuk mengadakan pengamatan langsung pada kegiatan

pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SD Negeri Randugarut Kota

Semarang untuk menyesuaikan data dan informasi yang diperoleh. “Observasi

adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat “(Arikunto, dkk.

2009: 19). Kegiatan yang diamati meliputi: (1) keterampilan guru dalam

mengelola pembelajaran; (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran; dan (3) hasil

belajar siswa. Hasil observasi dicatat dalam lembar observasi untuk dianalisis

pada saat refleksi

4. Refleksi

Setelah melakukan kegiatan observasi/pengamatan kegiatan selanjutnya

yaitu refleksi, “Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah terjadi dan sudah dilakukan “(Arikunto, dkk. 2009: 19). Hasil

refleksi digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya

mencapai tujuan PTK. Setelah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan hingga observasi. Peneliti bersama kolaborator mengkaji kualitas

pembelajaran dari keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas

siswa, dan hasil belajar siswa apakah sudah efektif, dengan melihat

ketercapaian dalam indikator kinerja. Serta mengkaji kekurangan dan membuat

daftar permasalahan yang muncul. Apabila indikator belum tercapai maka

peneliti bersama kolabolator tetap melanjutkan pada siklus berikutnya sampai

mencapai indikator yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai