Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
Daftar Isi
Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan
Seksual
Siska Lis Sulistiani.......................................................................................... 99-108
i
ii eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
PRATA’DIB
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga Jurnal
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam Volume V Nomor 1 Tahun 2016 dapat hadir kembali di lingkungan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung setelah lama vakum dari aktivitas
penerbitan.
Jurnal ta’dib merupakan arena atau ruang bagi pengungkapan gagasan dan pemikiran yang
berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan Islam, baik secara teoretis maupun praktis. Tulisan
yang tampil dalam volume ini dibuka dengan perbincangan seputar masalah penilaian pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penulis menawarkan model penilaian otentik.
Penilaian otentik merupakan salah satu bentuk penilaian yang tidak hanya menekankan pada hasil,
namun juga memperhatikan aspek proses. Penilaian otentik menekankan paada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh peserta didik dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes
yang didasarkan pada norma formal, akan tetapi mengacu pada kriteria tertentu atau ipsative
(yaitu tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan prestasinya yang lalu).
Selain paparan mengenai penilaian otentik, dalam jurnal ini juga dipaparkan mengenai
kepemimpinan madrasah dan pesantren dalam rangka meningkatkan layanan mutu pendidikan
Islam. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim pesantren
dan madrasah yang kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang
kondusif akan menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula.
Di samping gaya kepemimpinan yang perlu diperhatikan oleh lembaga pesantren. Lembaga
pesantren perlu tuntutan dan tuntunan di era perdagangan bebas. Saat ini era majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan umat manusia dan juga
memiliki dampak negatif terhadap norma agama dan nilai-nilai utama kehidupan umat manusia
yang bersumber dari nilai ketuhanan. Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang
lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi
keadilan dalam penyelenggaraan perekonomian dalam menciptakan kesejahteraan umat manusia
dan semakin intens menyiapkan para santri dengan jiwa entrepreneurship serta berbagai skill
untuk kehidupannya sehingga dapat bersaing di era perdagangan bebas.
Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga diangkat dalam paparan volume ini.
Model pengembangan kreativitas melalui permainan konstruktif (PKPK) dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif anak-anak di Indonesia masih rendah dibanding dengan kemampuan
kreatif anak-anak Negara tetangga semisal Malaysia, Singapore dan Brunei Darussalam.
Penanaman kemampuan berpikir kreatif sejak dini akan sangat mendukung peningkatan
kemampuan anak di usia berikutnya. Di samping kemampuan berpikir kreatif, pengembangan
nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Akhirnya redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan
gagasan dan pemikirannya. Sehingga gagasan dan pemikiran yang dituangkan dalam Jurnal
“Ta’dib” volume ini dapat membangun dialog yang lebih dalam dan dapat dijadikan rujukan
dalam mengtasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat khususnya pendidikan Islam.
Redaksi Ta’dib
iii
daftar isi
iv eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
Email: bashoribashori@gmail.com
Abstract
Leadership style is one of the factors determining the creation of a school climate that
is conducive and good organizational system performance. In a conducive environment
will create a good quality of education services. To improve the quality of education
services, this paper aims to retrieve a research model of leadership style is done at
MAN Godean Sleman, Yogyakarta. Based on this study, showed that the leadership style
of headmaster in improving the quality of education services at the MAN Godean use
democratic leadership style, it can be seen from the behavior of the leadership, namely;
(a) to develop the resources and creativity of employees; (b) develop a participatory
employees; (c) deliberation and consensus, to plan and evaluate all activities; and (d) the
division of tasks and responsibilities tailored to the abilities of educators and education
personnel, so that the duty and authority can be accomplished. From these results
certainly influence the quality of education services at the school for the better because
it uses democratic leadership style.
Keywords: leadership style, Quality of Service, Education
Abstrak
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim sekolah yang
kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang kondusif akan
menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula. Untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan, tulisan ini bertujuan menperoleh hasil penelitian model gaya kepemimpinan
yang dilakukan di MAN Godean Sleman Yogyakarta. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh
hasil bahwa gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu layanan
pendidikan di MAN Godean menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, hal ini dapat
dilihat dari perilaku kepemimpinan yaitu; (a) mengembangkan sumber daya dan kreativitas
karyawan; (b) mengembangkan partisipatif karyawan; (c) musyawarah dan mufakat,
dalam merencanakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan; dan (d) pembagian tugas dan
wewenang disesuaikan dengan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga
tugas dan wewenang tersebut dapat terlaksana. Dari hasil tersebut tentu pengaruh mutu
layanan pendidikan di sekolah tersebut menjadi lebih baik karena menggunakan gaya
kepemimpinan demokratis.
Kata Kunci: Gaya kepemimpinan, Mutu layanan, Pendidikan
19
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran Penilaian kinerja kepemimpinan adalah
strategis kepala madrasah dalam menjalankan proses menentukan baik buruknya kinerja
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan organisasi, program-program, kegiatan
kepala madrasah merupakan salah satu mencapai maksud yang ditetapkan
faktor penentu terciptanya iklim madrasah sebelumnya. Strategi yang dikembangkan
yang kondusif dan kinerja madrasah yang pemimpin tersebut adalah efektivitas proses
baik. Gaya mengandung makna tanggapan penilaian guna menghasilkan perbaikan
atau reaksi individu yang terwujud dalam program, prosedur dan usaha mencapai
sikap, tindakan dan ucapan. Dalam konteks tujuan (Sagala, 2009: 174). Untuk itu
kepemimpinan, gaya dimaknai sebagai jelas peranan seorang pemimpin dalam
proses hubungan antara pimpinan dengan sebuah lembaga pendidikan menjadi sangat
staf yang menampilkan sifat-sifat, khas, penting demi menjawab tantangan layanan
watak, keterampilan, kecenderungan, dan pendidikan yang berkualitas.
perhatian terhadap individu melalui interaksi. Layanan merupakan persoalan yang
Gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh serius bagi para manager pendidikan Islam.
kepala madrasah merupakan implikasi dari Ini terutama ketika mereka menghendaki
kemampuannya mengelola kecerdasan peningkatan di segala bidang sebagai modal
spritiualnya (Masaong & Tilome, 2011: 8). dasar dalam memajukan lembaga pendidikan
Seiring dengan usaha peningkatan yang dikendalikannya. Terlebih lagi, manager
kualitas sumber daya manusia saat ini dan yang merencanakan lembaganya bisa
sesuai dengan era desentralisasi, dimana mengungguli lembaga lain, tentu pelayanan
bidang pendidikan juga dikelola secara menjadi salah satu komponen pengelolaan
otonomi oleh pemerintah daerah, sehingga pendidikan yang harus mendapat perhatian
praktis pendidikan sudah barang tentu harus khusus (Qamar, 2007: 193). Dengan demikian
ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam tidak berlebihan jika peranan kepemimpinan
arti relevansinya bagi kepentingan daerah dan seorang figur lembaga pendidikan mmenjadi
kepentingan nasional. Agar desentralisasi dan penentu kualitas lembaga pendidikan.
otonomi pendidikan dapat berhasil dengan Berdasarkan asumsi-asumsi di atas,
baik, maka kepemimpinan kepala madrasah maka penulis tertarik mengupas bentuk gaya
perlu diberdayakan. Pemberdayaan yang kepemimpinan kepala madrasah MAN Godean
dimaksud adalah peningkatan kemampuan Sleman Yogykarta sebagai objek kajian
secara fungsional, sehingga kepala madrasah dalam meningkatkan mutu layanan lembaga
mampu berperan sesuai dengan tugas, pendidikan.
wewenang dan tujuannya. Kepala madrasah
harus bertindak sebagai manajer dan
pimpinan yang efektif. Sebagai manajer ia Tinjauan Pustaka
harus mampu mengelola agar semua potensi Pengertian Gaya Kepemimpinan
madrasah dapat berfungsi secara optimal Secara umum definisi kepemimpinan
(Daryanto, 2011: 194) berarti kemampuan dan kesiapan yang
Pendidikan sebagai usaha membantu anak d i m i l i k i o l e h s e s e o ra n g u n t u k d a p a t
didik mencapai kedewasaan, diselenggarakan mempengaruhi, mendorong, mengajak,
dalam suatu kesatuan organisasi sehingga menuntun, menggerakkan, mengarahkan,
usaha yang satu dengan yang lainnya saling dan kalau perlu memaksa orang atau
berhubungan dan saling mengisi. Pengelolaan kelompok agar menerima pengaruh tersebut
pendidikan dengan menciptakan lingkungan dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
belajar yang kondusif secara berkelanjutan membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
merupakan komitmen dalam pemenuhan yang telah ditetapkan (Tim, 2009: 125-126).
janji sebagai pemimpin pendidikan. Peranan Dengan kata lain, kepemimpinan berarti
kepala madrasah adalah sangat penting peranan sentral dalam menggerakkan sebuah
dalam menentukan operasional kerja harian, keorganisasian dalam mencapai suatu tujuan.
mingguan, bulanan, semesteran, dan Kepemimpinan merupakan topik yang
tahunan yang dapat memecahkan berbagai menarik untuk dibicarakan, didiskusikan,
problematika pendidikan di madrasah. ditulis dan diteliti, sehingga memunculkan
Pemecahan berbagai problematika ini definisi yang beraneka ragam. Kepemimpinan
sebagai komitmen dalam meningkatkan secara etimologi (asal kata) menurut Kamus
mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi, Besar Bahasa Indonesia, berasal dari
konsultasi, dan perbaikan-perbaikan penting kata dasar “pimpin”. Dengan mendapat
guna meningkatkan kualitas pembelajaran. awalan “me” menjadi “memimpin” yang
20 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
21
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
yang mendasari perilaku seseorang. Gaya dimensi. Pertama, dimensi yang berkenaan
kepemimpinan yang menunjukkan, secara dengan tingkat kemampuan mengarahkan
langsung maupun tidak langsung, tentang (direction) dalam tindakan atau aktivitas
keyakinan seorang pemimpin terhadap pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan
kemampuan bawahannya. Dengan kata lain, dengan tingkat dukungan (support) atau
gaya kepemimpinan merupakan perilaku keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok
falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang atau organisasi.
sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia Secara operasional, fungsi kepemimpinan
mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
Perilaku kepala madrasah harus dapat sebagai berikut: (1) Fungsi Intruksi: fungsi
mendorong kinerja para guru dengan ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan sebagai komunikator merupakan pihak yang
penuh pertimbangan terhadap para guru, baik menentukan apa, bagaimana, bilamana,
sebagai individu maupun sebagai kelompok. dan dimana perintah itu dikerjakan agar
Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
yang diorientasikan dan secara langsung Kepemimpinan yang efektif memerlukan
diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas kemampuan untuk menggerakkan dan
para guru, sebagai individu dan sebagai memotivasi orang lain agar mau melaksanakan
kelompok. Perilaku pemimpin yang positif perintah; (2) Fungsi Konsultasi: fungsi
dapat mendorong kelompok mengarahkan ini bersifat komunikasi dua arah. Pada
dan memotivasi individu untuk bekerja sama tahap pertama dalam usaha menetapkan
dalam kelompok dalam rangka mewujudkan keputusan, pemimpin kerap memerlukan
tujuan madrasah (Depag RI, 2005: 49-50). bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
Kepala madrasah sebagai pengelola berkonsultasi dengan orang-orang yang
pendidikan kepala madrasah bertanggung d i p i m p i n nya ya n g d i n i l a i m e m p u nya i
jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan berbagai bahan informasi yang diperlukan
kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan dalam menetapakan keputusan. Pada tahap
administrasinya dengan seluruh substansinya. berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada
Di samping itu, kepala madrasah bertanggung orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan
jawab terhadap kualitas sumber daya manusia setelah keputusan ditetapkan dan sedang
yang ada agar mereka mampu menjalankan dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan
tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu untuk memperoleh masukan berupa umpan
sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki balik (feed back) untuk memperbaiki dan
tugas untuk mengembangkan kinerja para menyempurnakan keputusan-keputusan
personal terutama para guru. Dalam hal ini yang telah ditetapkan dan dilaksanakan;
kepala madrasah bertugas melaksanakan (3) Fungsi Partisipasi: dalam menjalankan
fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan
yang berhubungan dengan pencapaian orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dan budaya madrasah yang kondusif bagi dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak
terlaksananya proses belajar mengajar secara berarti bebas melakukan semuanya, tetapi
efektif, efisien, dan produktif (Hidayat & dilakukan secara terkendali dan terarah
Machali, 2011: 106). berupa kerjasama dengan baik mencampuri
atau mengambil tugas pokok orang lain.
Ke i k u t s e r t a a n p e m i m p i n h a r u s t e t a p
Fungsi Kepemimpinan dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang pelaksana; (4) Fungsi Delegasi: fungsi
dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja delegasi dilaksanakan dengan memberikan
suatu bagian tubuh. Fungsi kepemimpinan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan
berhubungan langsung dengan situasi sosial keputusan, baik melalui persetujuan amupun
dalam kehidupan kelompok atau organisasi tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
setiap pimpinan berada di dalam dan bukan Orang-orang penerima delegasi itu harus
di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan diyakini merupakan pembantu pemimpin
merupakan gejala sosial karena harus yang memiliki kesamaan prisnsip, persepsi
diwujudkan dalam interaksi antar individu dan aspirasi; (5) Fungsi Pengendalian:
di dalam situasi sosial suatu kelompok atau Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua kepemimpinan yang sukses (efektif) mampu
22 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
mengatur aktivitas anggotanya secara teratur asumsi bahwa hanya dengan kekuatan
dan dalam koordinasi yang efektif sehingga kelompok, tujuan pendidikan yang bermutu
memungkinkan tercapainya tujuan bersama dapat dicapai. Pimpinan yang demokratis
secara maksimal. fungsi pengendalian dapat berusaha lebih banyak melibatkan anggota
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, kelompok dalam mencapai tujuan; (3)
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan Pseudo-Demokratis, seorang pemimpin
(Kurniadin & Machali, 2012: 309-311). yang bersifat pseudo-demokratis sering
Seluruh fungsi tersebut diselenggarakan memaknai “topeng”. Gaya kepemimpinan
dalam aktivitas kepemimpinan secara integral, ini berpura-pura memperlihatkan sifat
yaitu pemimpin berkewajiban menjabarkan demokratis di dalam kepemimpinannya,
program kerja, mampu memberikan petunjuk memberikan hak dan kuasa kepada pendidik
yang jelas, berusaha mengembangkan untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu,
kebebasan berfikir dan mengeluarkan tetapi sesungguhnya gaya kepemimpinannya
pendapat, mengembangkan kerjasama yang bekerja dengan perhitungan dan mengatur
harmonis, mampu memecahkan masalah siasat agar kemauannya terwujud kelak
dan mengambil keputusan masalah sesuai (Indrafachrudi, 2006: 3). Pemimpin yang
batas tanggung jawab masing-masing, pseudo-demokratis ini menjadikan demokrasi
menumbuhkembangkan kemampuan sebagai selubung untuk memperoleh
memikul tanggung jawab, dan pemimpin kemenangan tertentu. Gaya kepemimpinan ini
harus mendayagunakan pengawasan sebagai sebenarnya otoriter, akan tetapi seolah-oleh
alat pengendali (Kurniadin dan Machali, 2012: demokratis; (4) Laissez faire, kepemimpinan
309-311). laissez faire diartikan membiarkan orang
berbuat sekehendaknya. Pemimpin tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap
Macam-macam Gaya Kepemimpinan pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian
Teori kepemimpinan dalam penelitian ini tugas dan kerja sama diserahkan kepada
akan penulis gunakan dalam menganalisis anggota-anggota sekelompok tanpa petunjuk
gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam atau saran-saran dari pemimpin. Kekuasaan
meningkatkan mutu layanan pendidikan di MAN dan tanggungjawab bersimpang-siur,
Godean Sleman Yogyakarta. Selain itu, hal ini berserakan di antara anggota kelompok
juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah dan tidak merata. Dengan demikian, mudah
pemimpin mengelola hanya berdasarkan surat terjadi kekacauan dan bentrokan. Tingkat
keputusan, kecintaan, berorientasi hasil, keberhasilan organisasi atau lembaga yang
dan berusaha menumbuhkan pribadi-pribadi dipimpinnya semata-mata disebabkan karena
dalam organisasi. kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
Adapun macam-macam gaya kepemim kelompok, dan bukan karena pengaruh
pinan dapat terbagi sebagai berikut: (1) pimpinannya (M. Ngalim Purwanto, 2003: 49).
Otokratis, kata otokratis dapat diartikan Kepemimpinan semacam ini sama dengan
sebagai tindakan menurut kemauan kepemimpinan pemisif. Kata pemisif bisa
sendiri, setiap produk pemikiran dipandang bermakna serba boleh, serba mengiyakan,
benar, keras kepala, atau rasa “aku” yang tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam
keberterimaannya pada khalayak bersifat sikap sesungguhnya dari apatis. Pemimpin
dipaksakan. Ketika perilaku atau sikap itu yang pemisif tidak mempunyai pendirian yang
ditampilkan oleh pemimpin, lahirlah yang kuat, sikapnya serba boleh. Dia memberikan
disebut dengan kepemimpinan otokratis atau kebebasan kepada manusia organisasional,
kepemimpinan yang otoriter. Kepemimpinan begini boleh, begitu boleh dan sebagainya.
otokratis bertolak dari anggapan pemimpinlah Bawahan tidak mempunyai pegangan yang
yang memiliki tanggung jawab penuh jelas, informasi diterima simpang siur dan
teerhadap organisasi. Pemimpin otokratis tidak konsisten; (5) Militeristis, seorang yang
berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi menggunakan gaya kepemimpinan militeristis
hanya bergantung kepada dirinya. Dia bekerja adalah seorang pemimpin yang memiliki
sungguh-sungguh, bekerja keras, tertib, dan sifat-sifat yaitu, a) Dalam menggerakkan
tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa bawahan sering menggunakan cara perintah;
mau menang sendiri, tertutup terhadap ide b) Dalam menggerakkan bawahan senang
dari luar, dan hanya idenya yang dianggap bergantung pada pangkat/jabatan; Senang
akurat; (2) Demokratis, demokrasi adalah kepada formalitas yang berlebihan; c)
keterbukaan dan keinginan memotivasikan Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada
pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama. bawahan; d) Sukar menerima kritikan atau
Kepemimpinan demokratis bertolak dari saran dari bawahan; e) Formal seremonial
23
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
dalam melaksanakan tugas (Purwanto, atau Total Quality Management (TQM) yang
2003: 51); (6) Paternalistis, kepemimpinan bermacam-macam.
paternalistis adalah: a) Menyepelekan Menurut Hari Suderadjat (2005: 56),
kemampuan anak buah, b) Over protective, manajemen mutu terpadu (Total Quality
terlalu memanjakan anak buah dan terlalu Management) adalah pengembangan dan
melindungi, c) Tertutup bagi pengembangan peningkatan dari quality assurance. Sementara
kaderisasi, d) Kreativitas anak buah tertekan dalam buku manajemen pendidikan yang di
oleh sikap god father-nya, e) Mahatahu, jadi tulis oleh Tim Dosen Administrasi Pendidikan
anak buah belum banyak tahu, f) Jarang UPI menjelaskan bahwa mutu sebagai
memberi kesempatan kepada bawahan untuk kondisi yang terkait dengan kepuasan
mengembangakan kreasi dan fantasinya, g) pelanggan terhadap barang atau jasa yang
Jarang memberi kesempatan kepada bawahan diberikan oleh produsen (TIM, 2011: 295).
untuk mengambil keputusan (Hikmat, Sedangkan menurut Ara Hidayat dan Imam
2009: 256); (7) Karismatis, kepemimpinan Machali (2010: 265) menjelaskan bahwa
karismatis dapat diartikan sebagai manajemen mutu dalam konteks pendidikan
kemampuan menggunakan keistimewaan dapat diartikan sebagai sebuah cara atau
atau kelebihan dalam mempengaruhi pikiran, metode meningkatkan performansi secara
perasaan dan tingkah laku orang lain, terus menerus (Continuous Performance
sehingga dalam suasana batin mengagumi Improvement) pada hasil atau proses
dan mengagungkan pemimpin bersedia di sebuah lembaga pendidikan dengan
berbuat sesuatu yang dikehendaki pemimpin mendayagunakan semua sumber daya
(Nawawi, 1993: 175). Dengan kata lain, manusia (resource) dan modal yang tersedia.
pemimpin dan kepemimpinannya dipandang Dan manajemen mutu dalam pendidikan
istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya menurut Edward Sallis yang dikutip oleh
yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam Nur Zazin menyebutkan bahwa manajemen
kepribadian itu pemimpin diterima dan mutu mengutamakan pelajar atau program
dipercaya sebagai orang yang dihormati, perbaikan madrasah, yang mungkin dilakukan
disegani dan dipatuhi secara rela dan secara lebih kreatif dan konstruktif (Zazin,
ikhlas; (8) Populistisis, menurut Kartini 2011: 57).
Kartono (2010: 85, kepemimpinan populistis
Pemaparan tersebut, maka dapat penulis
merupakan kepemimpinan yang dapat
simpulkan bahwa TQM atau manajemen mutu
membangun solidaritas rakyat. Misalnya
pendidikan adalah keseluruhan metode untuk
soekarno dengan ideologi marhaenismenya
mengatur mutu dalam suatu organisasi yang
(Kartono, 2010: 85), yang menekankan
meliputi produk, jasa, kinerja, proses dan
masalah kesatuan nasional, nasionalisme,
sumber daya manusia secara terus menerus
dan sikap yang berhati-hati terhadap
dan berkesinambungan.
kolonisme dan penindasan-penghisapan serta
penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing Suatu produk dikatakan bermutu
(luar negeri) (Kartono, 2010: 85); dan (9) bila dapat memberikan kepuasan kepada
Administratif atau eksekutif, kepemimpinan konsumen, konsumen merupakan penilai
administratif adalah kepemimpinan yang terhadap mutu sebuah produk. Mutu dapat
mampu menyelenggarakan tugas-tugas didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
administrasi secara efektif. Sedang para memuaskan dan melampaui keinginan dan
pimpinannya terdiri dari teknokrat dan kebutuhan pelanggan, definisi ini dikenal
administrator-administrator yang mampu dengan mutu sesuai persepsi (quality in
menggerakkan dinamika modernisasi dan persepstion) dalam hal ini pelanggan yang
pembangunan. Dengan demikian dapat membuat keputusan mutu.
dibangun sistem administrasi dan birokrasi Lebih lanjut, pengertian layanan adalah
yang efisien untuk memerintah, yaitu usaha suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang
pembangunan pada umumnya. Dengan terjadi dalam interaksi langsung antara
kepemimpinan administrasi ini diharapkan sesorang dengan orang lain atau mesin
a d a n ya p e r k e m b a n g a n t e k n i s , ya i t u secara fisik, dan menyediakan kepuasan
teknologi, industri, manajemen modern dan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa
perkembangan sosial di tengah masyarakat. Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan
sebagai usaha melayani kebutuhan orang
lain. Sedangkan melayani adalah membantu
Pengertian Mutu Layanan Pendidikan menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan
Banyak para ahli mendefinisikan “mutu” seseorang (Tim Penyusun Kamus Pusat
dalam konteks manajemen mutu terpadu Bahasa, 2008: 891). Dari pengertian di atas
24 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
dapat disimpulkan bahwa interaksi langsung harus mampu membawa lembaganya ke arah
maupun tidak langsung seseorang, atau suatu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
unit organisasi dengan tujuan utamanya Kepala madrasah selaku pemimpin dalam
adalah kepuasan maka hal tersebut dapat lembaga pemimpin hendaknya juga harus
dikatakan layanan. selalu mengembangkan diri untuk bisa
Praktiknya, kegiatan suatu layanan menyesuaikan gaya seperti apa yang akan
dalam sebuah organisasi selalu dikaitkan diperankan dalam situasi dan kondisi yang
dengan pencapaian pada level tertinggi ada, karena gaya kepemimpinan sangat
suatu layanan, yaitu layanan terbaik atau menentukan keberhasilan kepemimpinan
berkualitas. Karena kualitas pelayanan kepala madrasah dalam mencapai tujuan
berpusat pada upaya pemenuhan dari yang telah ditetapkan bersama. Oleh karena
keinginan pelanggan serta ketepatan itu, kepala madrasah dituntut memiliki
penyampaian untuk mengimbangi harapan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
pelanggan, pelayanan berkualitas adalah yang tangguh agar mampu meningkatkan
penyampaian secara ecxellent atau superior mutu layanan pendidikan serta mencapai
dibandingkan dengan harapan konsumen. tujuan madrasah.
Artinya apabila pelanggan atau konsumen Untuk mempengaruhi bawahan kepala
suatu layanan merasakan kesenangan, maka madrasah, seorang pemimpin memerlukan
itulah pelayanan berkualitas. gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
Kenyataan bahwa pelanggan merupakan merupakan cara yang digunakan kepala
raja bagi sebuah organisasi, memaksa madrasah dalam mempengaruhi bawahan.
kualitas layanan mengacu pada kepuasan Gaya efektif tergantung pada situasi dan
sebagaimana dijelaskan di atas. Hubungan kondisi madrasah itu sendiri. Kepala madrasah
antara penyedia layanan dan konsumen harus mampu menganalisis situasi dan kondisi
tidaklah harus terinteraksi secara langsung madrasah, sehingga gaya kemimpinan yang
namun dapat dilakukan berdasarkan digunakan sangat tepat dengan situasi
komitmen terhadap pelanggan, janji yang dan kondisi madrasah itu sendiri, sehingga
terbukti, dan sinkronasi antara kebutuhan rencana kegiatan yang sudah ditetapkan
pelanggan dan kualitas layanan. bersama mampu dilaksanakan dengan baik
yang akhirnya akan mampu meningkatkan
Dalam konteks manajemen layanan,
mutu layanan pendidikan di madrasah.
manajer pendidikan Islam harus bersikap
adil dan proporsional sehingga ada perhatian Berdasarkan hasil observasi, wawancara
khusus pada para guru. Manajer harus berifikir yang telah peneliti lakukan menghasilkan
general, yakni berusaha secara maksimal gambaran bahwa gaya kepemimpinan
untuk memberikan pelayanan yang terbaik MAN Godean Sleman Yogyakarta bahwa
kepada siapapun sesuai dengan potensi yang kepemimpinan kepala madrasah menggunakan
dimilikinya. Sebab, sebagai unit layanan jasa, gaya kepemimpinan demokratis, gaya
ada banyak pelanggan yang harus dilayani kepemimpinan demokratis itu sendiri yaitu
oleh para pelaksana pendidikan. pengembangan sumber daya, kreativitas,
d a n p e n g e m b a n g a n p a r t i s i p a t i f ya n g
didukung penuh oleh kepala madrasah,
Pembahasan kepala madrasah mengadakan musyawarah
Gaya Kepemimpinan Kepala Ma- dengan mufakat dalam setiap merencanakan
drasah MAN Godean dan mengevaluasi kegiatan madrasah. Hal ini
Ke p e m i m p i n a n k e p a l a m a d r a s a h sesuai dengan pemaparan kepala madrasah:
merupakan bagian penting yang turut “Dalam pengembangan sumber daya manusia
menentukan gagal dan berhasilnya madrasah melalui banyak sekali, sekarang kebetulan
dalam mencapai tujuan. Keberhasilan bapak/ibu guru disini hampir sebagian
kepala madrasah dalam melaksanakan sudah menempuh jenjang pendidikan S2,
kepemimpinannya mampu menggerakkan kemudian disini ada MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) dan juga seminar-
semua sumber daya manusia yang ada di
seminar dan pelatihan-pelatihan. Yang
madrasah dalam peningkatan mutu layanan kita tekankan untuk pengembangan guru
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah disamping ada PKG (Penilaian Kinerja Guru)
ditetapkan. PKB (Penilaian Kinerja Berkelanjutan).
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan Layanan pendidikan ada 2, akademik dan non
sangat tergantung pada kepemimpinan kepala akademik. Non akademik meliputi bimbingan
belajar, pendampingan siswa, pembinaan-
madrasah. Karena kepala madrasah sebagai
pembinaan prestasi, dan yang akademik
pemimpin di lembaganya, kepala madrasah
sudah terjadwal, yang biasanya dilakukan
25
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
26 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
27
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan
28 eISSN 2528-5092