Anda di halaman 1dari 18

TA’DIB, Volume V, No.

1, (November 2016) eISSN 2528-5092

Daftar Isi

Daftar Isi ......................................................................................................... i

PraTA'DIB ........................................................................................................ iii

Implementasi Penilaian Otentik dalam Pembelajaran PAI Berbasis Multiple Intelligences


di Sekolah Dasar Islam Terpadu Buahati Jakarta
Alhamuddin.................................................................................................... 1-8

Kepemimpinan Kyai Dalam Menjaga Tradisi Pesantren


Helmi Aziz, Nadri Taja.................................................................................... 9-18

Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan


Mutu Layanan Pendidikan
Bashori........................................................................................................... 19-28

Model Pesantren Kewirausahaan di Era Kompetisi


Hasbi Indra.................................................................................................... 29-38

Model Pengembangan Kreativitas Melalui Permainan Konstruktif (PKPK) dalam


Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia Dini
Masnipal ........................................................................................................ 39-48

Pengembangan Nilai-nilai Agama dan Moral di Taman Kanak-Kanak


Arif Hakim...................................................................................................... 49-60

Implementasi Pembentukan Karakter pada Peserta Didik


di MI Asih Putera Kota Cimahi
Enoh, Khambali.............................................................................................. 61-70

Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di STIK Bina Husada Palembang


Maryance........................................................................................................ 71-76

Perilaku Prososial Remaja dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islami


Nurul Afrianti, Dian Anggraeni ....................................................................... 77-90

Perbandingan Implementasi Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran PAI di SMP Negeri


5 Bandung dan SMP Negeri 51 Bandung
Yuyun Juariah................................................................................................ 91-98

Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan
Seksual
Siska Lis Sulistiani.......................................................................................... 99-108

Kontribusi Pendidikan Agama Islam terhadap Perubahan Sikap


Keagamaan Mahasiswa Di STIK Bina Husada Palembang
Rahmi Musaddas ........................................................................................... 109-114

Petunjuk Penulis ............................................................................................... 115-116

i
ii eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

PRATA’DIB

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga Jurnal
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam Volume V Nomor 1 Tahun 2016 dapat hadir kembali di lingkungan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung setelah lama vakum dari aktivitas
penerbitan.
Jurnal ta’dib merupakan arena atau ruang bagi pengungkapan gagasan dan pemikiran yang
berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan Islam, baik secara teoretis maupun praktis. Tulisan
yang tampil dalam volume ini dibuka dengan perbincangan seputar masalah penilaian pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penulis menawarkan model penilaian otentik.
Penilaian otentik merupakan salah satu bentuk penilaian yang tidak hanya menekankan pada hasil,
namun juga memperhatikan aspek proses. Penilaian otentik menekankan paada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh peserta didik dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes
yang didasarkan pada norma formal, akan tetapi mengacu pada kriteria tertentu atau ipsative
(yaitu tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan prestasinya yang lalu).
Selain paparan mengenai penilaian otentik, dalam jurnal ini juga dipaparkan mengenai
kepemimpinan madrasah dan pesantren dalam rangka meningkatkan layanan mutu pendidikan
Islam. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim pesantren
dan madrasah yang kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang
kondusif akan menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula.
Di samping gaya kepemimpinan yang perlu diperhatikan oleh lembaga pesantren. Lembaga
pesantren perlu tuntutan dan tuntunan di era perdagangan bebas. Saat ini era majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan umat manusia dan juga
memiliki dampak negatif terhadap norma agama dan nilai-nilai utama kehidupan umat manusia
yang bersumber dari nilai ketuhanan. Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang
lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi
keadilan dalam penyelenggaraan perekonomian dalam menciptakan kesejahteraan umat manusia
dan semakin intens menyiapkan para santri dengan jiwa entrepreneurship serta berbagai skill
untuk kehidupannya sehingga dapat bersaing di era perdagangan bebas.
Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga diangkat dalam paparan volume ini.
Model pengembangan kreativitas melalui permainan konstruktif (PKPK) dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif anak-anak di Indonesia masih rendah dibanding dengan kemampuan
kreatif anak-anak Negara tetangga semisal Malaysia, Singapore dan Brunei Darussalam.
Penanaman kemampuan berpikir kreatif sejak dini akan sangat mendukung peningkatan
kemampuan anak di usia berikutnya. Di samping kemampuan berpikir kreatif, pengembangan
nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Akhirnya redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan
gagasan dan pemikirannya. Sehingga gagasan dan pemikiran yang dituangkan dalam Jurnal
“Ta’dib” volume ini dapat membangun dialog yang lebih dalam dan dapat dijadikan rujukan
dalam mengtasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat khususnya pendidikan Islam.

Redaksi Ta’dib

iii
daftar isi

iv eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH


DALAM MENINGKATKAN MUTU
LAYANAN PENDIDIKAN
(Studi Kasus di MAN Godean Sleman Yogyakarta)
BASHORI1
STAI Tuanku Tambusai, Pasir Pengaraian Rokan Hulu
1

Email: bashoribashori@gmail.com

Abstract
Leadership style is one of the factors determining the creation of a school climate that
is conducive and good organizational system performance. In a conducive environment
will create a good quality of education services. To improve the quality of education
services, this paper aims to retrieve a research model of leadership style is done at
MAN Godean Sleman, Yogyakarta. Based on this study, showed that the leadership style
of headmaster in improving the quality of education services at the MAN Godean use
democratic leadership style, it can be seen from the behavior of the leadership, namely;
(a) to develop the resources and creativity of employees; (b) develop a participatory
employees; (c) deliberation and consensus, to plan and evaluate all activities; and (d) the
division of tasks and responsibilities tailored to the abilities of educators and education
personnel, so that the duty and authority can be accomplished. From these results
certainly influence the quality of education services at the school for the better because
it uses democratic leadership style.
Keywords: leadership style, Quality of Service, Education

Abstrak
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim sekolah yang
kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang kondusif akan
menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula. Untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan, tulisan ini bertujuan menperoleh hasil penelitian model gaya kepemimpinan
yang dilakukan di MAN Godean Sleman Yogyakarta. Berdasarkan penelitian ini, diperoleh
hasil bahwa gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu layanan
pendidikan di MAN Godean menggunakan gaya kepemimpinan demokratis, hal ini dapat
dilihat dari perilaku kepemimpinan yaitu; (a) mengembangkan sumber daya dan kreativitas
karyawan; (b) mengembangkan partisipatif karyawan; (c) musyawarah dan mufakat,
dalam merencanakan dan mengevaluasi seluruh kegiatan; dan (d) pembagian tugas dan
wewenang disesuaikan dengan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga
tugas dan wewenang tersebut dapat terlaksana. Dari hasil tersebut tentu pengaruh mutu
layanan pendidikan di sekolah tersebut menjadi lebih baik karena menggunakan gaya
kepemimpinan demokratis.
Kata Kunci: Gaya kepemimpinan, Mutu layanan, Pendidikan

Pendahuluan untuk berkembangnya potensi peserta didik


U n d a n g - U n d a n g N o m o r 2 0 Ta h u n agar menjadi manusia yang beriman dan
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memposisikan madrasah dan lembaga berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
pendidikan lainnya adalah sama, yaitu kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
sebagai bagian tak terpisahkan dari Sistem yang demokratis serta bertanggung jawab
Pendidikan Nasional. Sebagai lembaga (Hidayat & Machali, 2012: 157).
pendidikan, baik sekolah maupun madrasah Undang-undang tersebut mengindikasikan
berfungsi mengembangkan kemampuan bahwa pengembangan kecerdasan
dan membentuk watak serta peradaban intelektual, emosional, dan spiritual dalam
bangsa yang bermartabat dalam rangka p e n y e l e n g g a ra a n p e n d i d i k a n m u t l a k
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan diwujudkan. Untuk mewujudkan tujuan

19
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan

pendidikan tersebut tidak terlepas dari peran Penilaian kinerja kepemimpinan adalah
strategis kepala madrasah dalam menjalankan proses menentukan baik buruknya kinerja
kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan organisasi, program-program, kegiatan
kepala madrasah merupakan salah satu mencapai maksud yang ditetapkan
faktor penentu terciptanya iklim madrasah sebelumnya. Strategi yang dikembangkan
yang kondusif dan kinerja madrasah yang pemimpin tersebut adalah efektivitas proses
baik. Gaya mengandung makna tanggapan penilaian guna menghasilkan perbaikan
atau reaksi individu yang terwujud dalam program, prosedur dan usaha mencapai
sikap, tindakan dan ucapan. Dalam konteks tujuan (Sagala, 2009: 174). Untuk itu
kepemimpinan, gaya dimaknai sebagai jelas peranan seorang pemimpin dalam
proses hubungan antara pimpinan dengan sebuah lembaga pendidikan menjadi sangat
staf yang menampilkan sifat-sifat, khas, penting demi menjawab tantangan layanan
watak, keterampilan, kecenderungan, dan pendidikan yang berkualitas.
perhatian terhadap individu melalui interaksi. Layanan merupakan persoalan yang
Gaya kepemimpinan yang ditampilkan oleh serius bagi para manager pendidikan Islam.
kepala madrasah merupakan implikasi dari Ini terutama ketika mereka menghendaki
kemampuannya mengelola kecerdasan peningkatan di segala bidang sebagai modal
spritiualnya (Masaong & Tilome, 2011: 8). dasar dalam memajukan lembaga pendidikan
Seiring dengan usaha peningkatan yang dikendalikannya. Terlebih lagi, manager
kualitas sumber daya manusia saat ini dan yang merencanakan lembaganya bisa
sesuai dengan era desentralisasi, dimana mengungguli lembaga lain, tentu pelayanan
bidang pendidikan juga dikelola secara menjadi salah satu komponen pengelolaan
otonomi oleh pemerintah daerah, sehingga pendidikan yang harus mendapat perhatian
praktis pendidikan sudah barang tentu harus khusus (Qamar, 2007: 193). Dengan demikian
ditingkatkan ke arah yang lebih baik dalam tidak berlebihan jika peranan kepemimpinan
arti relevansinya bagi kepentingan daerah dan seorang figur lembaga pendidikan mmenjadi
kepentingan nasional. Agar desentralisasi dan penentu kualitas lembaga pendidikan.
otonomi pendidikan dapat berhasil dengan Berdasarkan asumsi-asumsi di atas,
baik, maka kepemimpinan kepala madrasah maka penulis tertarik mengupas bentuk gaya
perlu diberdayakan. Pemberdayaan yang kepemimpinan kepala madrasah MAN Godean
dimaksud adalah peningkatan kemampuan Sleman Yogykarta sebagai objek kajian
secara fungsional, sehingga kepala madrasah dalam meningkatkan mutu layanan lembaga
mampu berperan sesuai dengan tugas, pendidikan.
wewenang dan tujuannya. Kepala madrasah
harus bertindak sebagai manajer dan
pimpinan yang efektif. Sebagai manajer ia Tinjauan Pustaka
harus mampu mengelola agar semua potensi Pengertian Gaya Kepemimpinan
madrasah dapat berfungsi secara optimal Secara umum definisi kepemimpinan
(Daryanto, 2011: 194) berarti kemampuan dan kesiapan yang
Pendidikan sebagai usaha membantu anak d i m i l i k i o l e h s e s e o ra n g u n t u k d a p a t
didik mencapai kedewasaan, diselenggarakan mempengaruhi, mendorong, mengajak,
dalam suatu kesatuan organisasi sehingga menuntun, menggerakkan, mengarahkan,
usaha yang satu dengan yang lainnya saling dan kalau perlu memaksa orang atau
berhubungan dan saling mengisi. Pengelolaan kelompok agar menerima pengaruh tersebut
pendidikan dengan menciptakan lingkungan dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
belajar yang kondusif secara berkelanjutan membantu tercapainya suatu tujuan tertentu
merupakan komitmen dalam pemenuhan yang telah ditetapkan (Tim, 2009: 125-126).
janji sebagai pemimpin pendidikan. Peranan Dengan kata lain, kepemimpinan berarti
kepala madrasah adalah sangat penting peranan sentral dalam menggerakkan sebuah
dalam menentukan operasional kerja harian, keorganisasian dalam mencapai suatu tujuan.
mingguan, bulanan, semesteran, dan Kepemimpinan merupakan topik yang
tahunan yang dapat memecahkan berbagai menarik untuk dibicarakan, didiskusikan,
problematika pendidikan di madrasah. ditulis dan diteliti, sehingga memunculkan
Pemecahan berbagai problematika ini definisi yang beraneka ragam. Kepemimpinan
sebagai komitmen dalam meningkatkan secara etimologi (asal kata) menurut Kamus
mutu pendidikan melalui kegiatan supervisi, Besar Bahasa Indonesia, berasal dari
konsultasi, dan perbaikan-perbaikan penting kata dasar “pimpin”. Dengan mendapat
guna meningkatkan kualitas pembelajaran. awalan “me” menjadi “memimpin” yang

20 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

berarti menuntun, menunjukkan jalan sebagian besar ditentukan oleh kemampuan


dan membimbing. Perkataan lain yang pemimpin dalam melaksanakan fungsi-
disamakan pengertiannya adalah “mengetuai fungsi pokok kepemimpinan, baik sebagai
atau mengepalai, memandu dan melatih leader maupun manager. Pelaksanaan fungsi
dalam arti mendidik dan mengajari supaya sebagai leader lebih menekankan pada usaha
dapat mengerjakannya sendiri”. Perkataan interaksi manusiawi (human interactions)
memimpin bermakna sebagai kegiatan, untuk mempengaruhi orang yang dipimpin,
sedang yang melaksanakannya disebut menemukan sesuatu yang baru, mengadakan
pemimpin. Bertolak dari kata pemimpin perubahan dan pembaruan (Mutohar, 2013:
berkembang pula perkataan kepemimpinan, 236).
berupa penambahan awalan ‘ke’ dan Mulyasa (2007: 108) mengemukakan
akhiran ‘an’ pada kata pemimpin. Perkataan bahwa gaya kepemimpinan adalah cara yang
kepemimpinan menunjukkan pada semua dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
perihal dalam memimpin, termasuk juga para pengikutnya. Gaya kepemimpinan
kegiatannya (Nawawi, 1993: 28-29). merupakan suatu pola perilaku seorang
Wahjdosumidjo (2002: 17) mener­ pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi
jemahkan kepemimpinan ke dalam istilah: anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin
sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak
orang lain, pola-pola interaksi, hubungan dalam mempengaruhi anggota kelompok
kerjasama antar peran, kedudukan dari suatu membentuk gaya kepemimpinannya. Dalam
jabatan administratif, dan persepsi. konteks pendidikan, sebagaimana yang
Soetopo (2010: 210) menyatakan bahwa dikatakan Edward Sallis (2011: 170),
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi, bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat
mengarahkan dan mengoordinasikan segala mengantarkan institusi pada revolusi mutu.
kegiatan organisasi dan kelompok. Kisbiyanto Penulis pahami bahwa kepemimpinan
(2011:32) menjelaskan bahwa kepemimpinan kepala madrasah yang efektif harus
pendidikan dibentuk oleh tiga dimensi dalam mempunyai hukum dasar kepemimpinan yang
kepemimpinan, yaitu kepemimpinan sebagai baik dan bertanggung jawab penuh terhadap
“pengaruh”, kepemimpinan berkaitan dengan jalannya lembaga yang dipimpinnya. Kepala
“nilai-nilai” dan kepemimpinan berkaitan madrasah dituntut memiliki kemampuan
dengan “visi”. Jadi kepemimpinan pada manajemen dalam mengelola suatu lembaga
hakekatnya merupakan kemampuan seseorang dan kepemimpinan yang tangguh agar mampu
untuk mempengaruhi orang-orang dalam mengambil keputusan dan inisiatif untuk
organisasi dengan sistem nilai tertentu dan visi meningkatkan mutu madrasah, memobilisasi
tertentu pula untuk mencapai tujuan. Dengan sumber daya manusia, agar mencapai mutu
demikian, pengertian kepemimpinan pendidikan pendidikan yang tinggi serta membawa
adalah kemampuan pemimpin pendidik lembaga pendidikan yang dipimpinnya
dalam mempengaruhi para pendidik, tenaga menuju tujuan yang dicita-citakan.
kependidikan, dan siswa dalam mencapai Definisi ini cukup jelas bahwa gaya
tujuan pendidikan serta mengoptimalkan kepemimpinan kepala madrasah merupakan
sumber daya yang dimiliki (Rohmat, 2010: 45). sutau pola perilaku yang digunakan oleh
Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan seorang pemimpin lembaga pendidikan
bahwa kepemimpinan dalam pendidikan dalam mempengaruhi anggota kelompoknya,
adalah proses mengajak, mempengaruhi, perilaku pemimpin berpengaruh terhadap
mengarahkan, mengoordinasikan, proses dan keberhasilan dalam mempengaruhi
menggerakkan, dan membimbing orang yang anggota bawahannya tersebut. Dengan kata
terlibat dalam pendidikan untuk mencapai lain, gaya kepemimpinan pada dasarnya
tujuan pendidikan tanpa adanya tekanan mengandung pengertian sebagai suatu
dan paksaan dalam melaksanakan pekerjaan perwujudan tingkah laku dari seorang
dengan penuh tanggung jawab. pemimpin yang menyangkut kemampuannya
Secara operasional, kepemimpinan dalam memimpin yang dapat mempengaruhi
berfungsi sebagai tindakan yang dilakukan bawahannya.
oleh pemimpin dalam upaya menggerakkan Gaya kepemimpinan merupakan pola
bawahan agar mau berbuat sesuatu guna menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin,
menyukseskan program-program kerja yang baik yang tampak maupun yang tidak tampak
telah dirumuskan sebelumnya. Dalam konteks oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan
ini, berhasil tidaknya program pemberdayaan menggambarkan kombinasi yang konsisten
sumber daya manusia dalam organisasi dari falsafah keterampilan, sifat dan sikap

21
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan

yang mendasari perilaku seseorang. Gaya dimensi. Pertama, dimensi yang berkenaan
kepemimpinan yang menunjukkan, secara dengan tingkat kemampuan mengarahkan
langsung maupun tidak langsung, tentang (direction) dalam tindakan atau aktivitas
keyakinan seorang pemimpin terhadap pemimpin. Kedua, dimensi yang berkenaan
kemampuan bawahannya. Dengan kata lain, dengan tingkat dukungan (support) atau
gaya kepemimpinan merupakan perilaku keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam
dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok
falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang atau organisasi.
sering diterapkan seorang pemimpin ketika ia Secara operasional, fungsi kepemimpinan
mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. dapat dibedakan dalam lima fungsi pokok
Perilaku kepala madrasah harus dapat sebagai berikut: (1) Fungsi Intruksi: fungsi
mendorong kinerja para guru dengan ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
menunjukkan rasa bersahabat, dekat dan sebagai komunikator merupakan pihak yang
penuh pertimbangan terhadap para guru, baik menentukan apa, bagaimana, bilamana,
sebagai individu maupun sebagai kelompok. dan dimana perintah itu dikerjakan agar
Perilaku instrumental merupakan tugas-tugas keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.
yang diorientasikan dan secara langsung Kepemimpinan yang efektif memerlukan
diklarifikasi dalam peranan dan tugas-tugas kemampuan untuk menggerakkan dan
para guru, sebagai individu dan sebagai memotivasi orang lain agar mau melaksanakan
kelompok. Perilaku pemimpin yang positif perintah; (2) Fungsi Konsultasi: fungsi
dapat mendorong kelompok mengarahkan ini bersifat komunikasi dua arah. Pada
dan memotivasi individu untuk bekerja sama tahap pertama dalam usaha menetapkan
dalam kelompok dalam rangka mewujudkan keputusan, pemimpin kerap memerlukan
tujuan madrasah (Depag RI, 2005: 49-50). bahan pertimbangan, yang mengharuskannya
Kepala madrasah sebagai pengelola berkonsultasi dengan orang-orang yang
pendidikan kepala madrasah bertanggung d i p i m p i n nya ya n g d i n i l a i m e m p u nya i
jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan berbagai bahan informasi yang diperlukan
kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan dalam menetapakan keputusan. Pada tahap
administrasinya dengan seluruh substansinya. berikutnya, konsultasi dari pimpinan pada
Di samping itu, kepala madrasah bertanggung orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan
jawab terhadap kualitas sumber daya manusia setelah keputusan ditetapkan dan sedang
yang ada agar mereka mampu menjalankan dalam pelaksanaan. Konsultasi itu dimaksudkan
tugas-tugas pendidikan. Oleh karena itu untuk memperoleh masukan berupa umpan
sebagai pengelola, kepala madrasah memiliki balik (feed back) untuk memperbaiki dan
tugas untuk mengembangkan kinerja para menyempurnakan keputusan-keputusan
personal terutama para guru. Dalam hal ini yang telah ditetapkan dan dilaksanakan;
kepala madrasah bertugas melaksanakan (3) Fungsi Partisipasi: dalam menjalankan
fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi fungsi ini, pemimpin berusaha mengaktifkan
yang berhubungan dengan pencapaian orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam
tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim keikutsertaan mengambil keputusan maupun
dan budaya madrasah yang kondusif bagi dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak
terlaksananya proses belajar mengajar secara berarti bebas melakukan semuanya, tetapi
efektif, efisien, dan produktif (Hidayat & dilakukan secara terkendali dan terarah
Machali, 2011: 106). berupa kerjasama dengan baik mencampuri
atau mengambil tugas pokok orang lain.
Ke i k u t s e r t a a n p e m i m p i n h a r u s t e t a p
Fungsi Kepemimpinan dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan
Fungsi artinya jabatan (pekerjaan) yang pelaksana; (4) Fungsi Delegasi: fungsi
dilakukan atau kegunaan sesuatu hal atau kerja delegasi dilaksanakan dengan memberikan
suatu bagian tubuh. Fungsi kepemimpinan pelimpahan wewenang membuat/menetapkan
berhubungan langsung dengan situasi sosial keputusan, baik melalui persetujuan amupun
dalam kehidupan kelompok atau organisasi tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan.
setiap pimpinan berada di dalam dan bukan Orang-orang penerima delegasi itu harus
di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan diyakini merupakan pembantu pemimpin
merupakan gejala sosial karena harus yang memiliki kesamaan prisnsip, persepsi
diwujudkan dalam interaksi antar individu dan aspirasi; (5) Fungsi Pengendalian:
di dalam situasi sosial suatu kelompok atau Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
organisasi. Fungsi kepemimpinan memiliki dua kepemimpinan yang sukses (efektif) mampu

22 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

mengatur aktivitas anggotanya secara teratur asumsi bahwa hanya dengan kekuatan
dan dalam koordinasi yang efektif sehingga kelompok, tujuan pendidikan yang bermutu
memungkinkan tercapainya tujuan bersama dapat dicapai. Pimpinan yang demokratis
secara maksimal. fungsi pengendalian dapat berusaha lebih banyak melibatkan anggota
diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, kelompok dalam mencapai tujuan; (3)
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan Pseudo-Demokratis, seorang pemimpin
(Kurniadin & Machali, 2012: 309-311). yang bersifat pseudo-demokratis sering
Seluruh fungsi tersebut diselenggarakan memaknai “topeng”. Gaya kepemimpinan
dalam aktivitas kepemimpinan secara integral, ini berpura-pura memperlihatkan sifat
yaitu pemimpin berkewajiban menjabarkan demokratis di dalam kepemimpinannya,
program kerja, mampu memberikan petunjuk memberikan hak dan kuasa kepada pendidik
yang jelas, berusaha mengembangkan untuk menetapkan dan memutuskan sesuatu,
kebebasan berfikir dan mengeluarkan tetapi sesungguhnya gaya kepemimpinannya
pendapat, mengembangkan kerjasama yang bekerja dengan perhitungan dan mengatur
harmonis, mampu memecahkan masalah siasat agar kemauannya terwujud kelak
dan mengambil keputusan masalah sesuai (Indrafachrudi, 2006: 3). Pemimpin yang
batas tanggung jawab masing-masing, pseudo-demokratis ini menjadikan demokrasi
menumbuhkembangkan kemampuan sebagai selubung untuk memperoleh
memikul tanggung jawab, dan pemimpin kemenangan tertentu. Gaya kepemimpinan ini
harus mendayagunakan pengawasan sebagai sebenarnya otoriter, akan tetapi seolah-oleh
alat pengendali (Kurniadin dan Machali, 2012: demokratis; (4) Laissez faire, kepemimpinan
309-311). laissez faire diartikan membiarkan orang
berbuat sekehendaknya. Pemimpin tidak
memberikan kontrol dan koreksi terhadap
Macam-macam Gaya Kepemimpinan pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian
Teori kepemimpinan dalam penelitian ini tugas dan kerja sama diserahkan kepada
akan penulis gunakan dalam menganalisis anggota-anggota sekelompok tanpa petunjuk
gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam atau saran-saran dari pemimpin. Kekuasaan
meningkatkan mutu layanan pendidikan di MAN dan tanggungjawab bersimpang-siur,
Godean Sleman Yogyakarta. Selain itu, hal ini berserakan di antara anggota kelompok
juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah dan tidak merata. Dengan demikian, mudah
pemimpin mengelola hanya berdasarkan surat terjadi kekacauan dan bentrokan. Tingkat
keputusan, kecintaan, berorientasi hasil, keberhasilan organisasi atau lembaga yang
dan berusaha menumbuhkan pribadi-pribadi dipimpinnya semata-mata disebabkan karena
dalam organisasi. kesadaran dan dedikasi beberapa anggota
Adapun macam-macam gaya kepemim­ kelompok, dan bukan karena pengaruh
pinan dapat terbagi sebagai berikut: (1) pimpinannya (M. Ngalim Purwanto, 2003: 49).
Otokratis, kata otokratis dapat diartikan Kepemimpinan semacam ini sama dengan
sebagai tindakan menurut kemauan kepemimpinan pemisif. Kata pemisif bisa
sendiri, setiap produk pemikiran dipandang bermakna serba boleh, serba mengiyakan,
benar, keras kepala, atau rasa “aku” yang tidak mau ambil pusing, tidak bersikap dalam
keberterimaannya pada khalayak bersifat sikap sesungguhnya dari apatis. Pemimpin
dipaksakan. Ketika perilaku atau sikap itu yang pemisif tidak mempunyai pendirian yang
ditampilkan oleh pemimpin, lahirlah yang kuat, sikapnya serba boleh. Dia memberikan
disebut dengan kepemimpinan otokratis atau kebebasan kepada manusia organisasional,
kepemimpinan yang otoriter. Kepemimpinan begini boleh, begitu boleh dan sebagainya.
otokratis bertolak dari anggapan pemimpinlah Bawahan tidak mempunyai pegangan yang
yang memiliki tanggung jawab penuh jelas, informasi diterima simpang siur dan
teerhadap organisasi. Pemimpin otokratis tidak konsisten; (5) Militeristis, seorang yang
berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi menggunakan gaya kepemimpinan militeristis
hanya bergantung kepada dirinya. Dia bekerja adalah seorang pemimpin yang memiliki
sungguh-sungguh, bekerja keras, tertib, dan sifat-sifat yaitu, a) Dalam menggerakkan
tidak boleh dibantah. Sikapnya senantiasa bawahan sering menggunakan cara perintah;
mau menang sendiri, tertutup terhadap ide b) Dalam menggerakkan bawahan senang
dari luar, dan hanya idenya yang dianggap bergantung pada pangkat/jabatan; Senang
akurat; (2) Demokratis, demokrasi adalah kepada formalitas yang berlebihan; c)
keterbukaan dan keinginan memotivasikan Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada
pekerjaan dari, oleh dan untuk bersama. bawahan; d) Sukar menerima kritikan atau
Kepemimpinan demokratis bertolak dari saran dari bawahan; e) Formal seremonial

23
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan

dalam melaksanakan tugas (Purwanto, atau Total Quality Management (TQM) yang
2003: 51); (6) Paternalistis, kepemimpinan bermacam-macam.
paternalistis adalah: a) Menyepelekan Menurut Hari Suderadjat (2005: 56),
kemampuan anak buah, b) Over protective, manajemen mutu terpadu (Total Quality
terlalu memanjakan anak buah dan terlalu Management) adalah pengembangan dan
melindungi, c) Tertutup bagi pengembangan peningkatan dari quality assurance. Sementara
kaderisasi, d) Kreativitas anak buah tertekan dalam buku manajemen pendidikan yang di
oleh sikap god father-nya, e) Mahatahu, jadi tulis oleh Tim Dosen Administrasi Pendidikan
anak buah belum banyak tahu, f) Jarang UPI menjelaskan bahwa mutu sebagai
memberi kesempatan kepada bawahan untuk kondisi yang terkait dengan kepuasan
mengembangakan kreasi dan fantasinya, g) pelanggan terhadap barang atau jasa yang
Jarang memberi kesempatan kepada bawahan diberikan oleh produsen (TIM, 2011: 295).
untuk mengambil keputusan (Hikmat, Sedangkan menurut Ara Hidayat dan Imam
2009: 256); (7) Karismatis, kepemimpinan Machali (2010: 265) menjelaskan bahwa
karismatis dapat diartikan sebagai manajemen mutu dalam konteks pendidikan
kemampuan menggunakan keistimewaan dapat diartikan sebagai sebuah cara atau
atau kelebihan dalam mempengaruhi pikiran, metode meningkatkan performansi secara
perasaan dan tingkah laku orang lain, terus menerus (Continuous Performance
sehingga dalam suasana batin mengagumi Improvement) pada hasil atau proses
dan mengagungkan pemimpin bersedia di sebuah lembaga pendidikan dengan
berbuat sesuatu yang dikehendaki pemimpin mendayagunakan semua sumber daya
(Nawawi, 1993: 175). Dengan kata lain, manusia (resource) dan modal yang tersedia.
pemimpin dan kepemimpinannya dipandang Dan manajemen mutu dalam pendidikan
istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya menurut Edward Sallis yang dikutip oleh
yang mengagumkan dan berwibawa. Dalam Nur Zazin menyebutkan bahwa manajemen
kepribadian itu pemimpin diterima dan mutu mengutamakan pelajar atau program
dipercaya sebagai orang yang dihormati, perbaikan madrasah, yang mungkin dilakukan
disegani dan dipatuhi secara rela dan secara lebih kreatif dan konstruktif (Zazin,
ikhlas; (8) Populistisis, menurut Kartini 2011: 57).
Kartono (2010: 85, kepemimpinan populistis
Pemaparan tersebut, maka dapat penulis
merupakan kepemimpinan yang dapat
simpulkan bahwa TQM atau manajemen mutu
membangun solidaritas rakyat. Misalnya
pendidikan adalah keseluruhan metode untuk
soekarno dengan ideologi marhaenismenya
mengatur mutu dalam suatu organisasi yang
(Kartono, 2010: 85), yang menekankan
meliputi produk, jasa, kinerja, proses dan
masalah kesatuan nasional, nasionalisme,
sumber daya manusia secara terus menerus
dan sikap yang berhati-hati terhadap
dan berkesinambungan.
kolonisme dan penindasan-penghisapan serta
penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing Suatu produk dikatakan bermutu
(luar negeri) (Kartono, 2010: 85); dan (9) bila dapat memberikan kepuasan kepada
Administratif atau eksekutif, kepemimpinan konsumen, konsumen merupakan penilai
administratif adalah kepemimpinan yang terhadap mutu sebuah produk. Mutu dapat
mampu menyelenggarakan tugas-tugas didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
administrasi secara efektif. Sedang para memuaskan dan melampaui keinginan dan
pimpinannya terdiri dari teknokrat dan kebutuhan pelanggan, definisi ini dikenal
administrator-administrator yang mampu dengan mutu sesuai persepsi (quality in
menggerakkan dinamika modernisasi dan persepstion) dalam hal ini pelanggan yang
pembangunan. Dengan demikian dapat membuat keputusan mutu.
dibangun sistem administrasi dan birokrasi Lebih lanjut, pengertian layanan adalah
yang efisien untuk memerintah, yaitu usaha suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang
pembangunan pada umumnya. Dengan terjadi dalam interaksi langsung antara
kepemimpinan administrasi ini diharapkan sesorang dengan orang lain atau mesin
a d a n ya p e r k e m b a n g a n t e k n i s , ya i t u secara fisik, dan menyediakan kepuasan
teknologi, industri, manajemen modern dan pelanggan. Dalam Kamus Besar Bahasa
perkembangan sosial di tengah masyarakat. Indonesia dijelaskan bahwa pelayanan
sebagai usaha melayani kebutuhan orang
lain. Sedangkan melayani adalah membantu
Pengertian Mutu Layanan Pendidikan menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan
Banyak para ahli mendefinisikan “mutu” seseorang (Tim Penyusun Kamus Pusat
dalam konteks manajemen mutu terpadu Bahasa, 2008: 891). Dari pengertian di atas

24 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

dapat disimpulkan bahwa interaksi langsung harus mampu membawa lembaganya ke arah
maupun tidak langsung seseorang, atau suatu tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
unit organisasi dengan tujuan utamanya Kepala madrasah selaku pemimpin dalam
adalah kepuasan maka hal tersebut dapat lembaga pemimpin hendaknya juga harus
dikatakan layanan. selalu mengembangkan diri untuk bisa
Praktiknya, kegiatan suatu layanan menyesuaikan gaya seperti apa yang akan
dalam sebuah organisasi selalu dikaitkan diperankan dalam situasi dan kondisi yang
dengan pencapaian pada level tertinggi ada, karena gaya kepemimpinan sangat
suatu layanan, yaitu layanan terbaik atau menentukan keberhasilan kepemimpinan
berkualitas. Karena kualitas pelayanan kepala madrasah dalam mencapai tujuan
berpusat pada upaya pemenuhan dari yang telah ditetapkan bersama. Oleh karena
keinginan pelanggan serta ketepatan itu, kepala madrasah dituntut memiliki
penyampaian untuk mengimbangi harapan kemampuan manajemen dan kepemimpinan
pelanggan, pelayanan berkualitas adalah yang tangguh agar mampu meningkatkan
penyampaian secara ecxellent atau superior mutu layanan pendidikan serta mencapai
dibandingkan dengan harapan konsumen. tujuan madrasah.
Artinya apabila pelanggan atau konsumen Untuk mempengaruhi bawahan kepala
suatu layanan merasakan kesenangan, maka madrasah, seorang pemimpin memerlukan
itulah pelayanan berkualitas. gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan
Kenyataan bahwa pelanggan merupakan merupakan cara yang digunakan kepala
raja bagi sebuah organisasi, memaksa madrasah dalam mempengaruhi bawahan.
kualitas layanan mengacu pada kepuasan Gaya efektif tergantung pada situasi dan
sebagaimana dijelaskan di atas. Hubungan kondisi madrasah itu sendiri. Kepala madrasah
antara penyedia layanan dan konsumen harus mampu menganalisis situasi dan kondisi
tidaklah harus terinteraksi secara langsung madrasah, sehingga gaya kemimpinan yang
namun dapat dilakukan berdasarkan digunakan sangat tepat dengan situasi
komitmen terhadap pelanggan, janji yang dan kondisi madrasah itu sendiri, sehingga
terbukti, dan sinkronasi antara kebutuhan rencana kegiatan yang sudah ditetapkan
pelanggan dan kualitas layanan. bersama mampu dilaksanakan dengan baik
yang akhirnya akan mampu meningkatkan
Dalam konteks manajemen layanan,
mutu layanan pendidikan di madrasah.
manajer pendidikan Islam harus bersikap
adil dan proporsional sehingga ada perhatian Berdasarkan hasil observasi, wawancara
khusus pada para guru. Manajer harus berifikir yang telah peneliti lakukan menghasilkan
general, yakni berusaha secara maksimal gambaran bahwa gaya kepemimpinan
untuk memberikan pelayanan yang terbaik MAN Godean Sleman Yogyakarta bahwa
kepada siapapun sesuai dengan potensi yang kepemimpinan kepala madrasah menggunakan
dimilikinya. Sebab, sebagai unit layanan jasa, gaya kepemimpinan demokratis, gaya
ada banyak pelanggan yang harus dilayani kepemimpinan demokratis itu sendiri yaitu
oleh para pelaksana pendidikan. pengembangan sumber daya, kreativitas,
d a n p e n g e m b a n g a n p a r t i s i p a t i f ya n g
didukung penuh oleh kepala madrasah,
Pembahasan kepala madrasah mengadakan musyawarah
Gaya Kepemimpinan Kepala Ma- dengan mufakat dalam setiap merencanakan
drasah MAN Godean dan mengevaluasi kegiatan madrasah. Hal ini
Ke p e m i m p i n a n k e p a l a m a d r a s a h sesuai dengan pemaparan kepala madrasah:
merupakan bagian penting yang turut “Dalam pengembangan sumber daya manusia
menentukan gagal dan berhasilnya madrasah melalui banyak sekali, sekarang kebetulan
dalam mencapai tujuan. Keberhasilan bapak/ibu guru disini hampir sebagian
kepala madrasah dalam melaksanakan sudah menempuh jenjang pendidikan S2,
kepemimpinannya mampu menggerakkan kemudian disini ada MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) dan juga seminar-
semua sumber daya manusia yang ada di
seminar dan pelatihan-pelatihan. Yang
madrasah dalam peningkatan mutu layanan kita tekankan untuk pengembangan guru
pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah disamping ada PKG (Penilaian Kinerja Guru)
ditetapkan. PKB (Penilaian Kinerja Berkelanjutan).
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan Layanan pendidikan ada 2, akademik dan non
sangat tergantung pada kepemimpinan kepala akademik. Non akademik meliputi bimbingan
belajar, pendampingan siswa, pembinaan-
madrasah. Karena kepala madrasah sebagai
pembinaan prestasi, dan yang akademik
pemimpin di lembaganya, kepala madrasah
sudah terjadwal, yang biasanya dilakukan

25
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan

keseharian di madrasah (Wawancara dengan bahwa dalam meningkatkan mutu layanan


Bapak Ulul Ajib, pada tanggal 27 Februari pendidikan di MAN Godean Sleman Yogyakarta
2015). menggambarkan aktivitas pendekatan
Disamping itu, peneliti melakukan yang lebih mengarah pada keakraban
wawancara dengan lainnya, yaitu diantaranya (kekeluargaaan), semangat kepala madrasah
dengan Tri Al Muti’ah, beliau menyatakan untuk selalu berubah dalam pengembangan
bahwa: diri, mengutamakan musyawarah mufakat,
kedisiplinan dalam menjalankan tugas,
“Untuk mengikuti pelatihan kepala madrasah
sangat mendorong. Karena sering guru dan mampu menjadi teladan bagi pendidik, tenaga
pegawai dikirim untuk pelatihan-pelatihan kependidikan, siswa, melakukan monitoring
dan workshop. Terus kalau dari madrasah supervisor, pengembangan sumber daya dan
sendiri kita sering mengadakan workshop, kreativitas pendidik, tenaga kependidikan,
peningkatan mutu dll. Kemudian ada siswa, dan pengembangan partisispasi
pengajian guru dan pegawai yang sudah karyawan.
setahun ini macet dan akan kami hidupkan
kembali (Wawancara dengan Ibu Tri Al
Muti’ah, pada tanggal 17 Februari 2015). Simpulan
Selain itu, Eka Widyaningrum juga Berdasarkan hasil analisis data dari hasil
menambahkan bahwa: observasi, wawancara, dan dokumentasi yang
mendukung penelitian ini yang terkait dengan
“Kalau ada pelatihan itu disarankan, selain
gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam
itu juga kepala madrasah memberikan
kesempatan bagi guru-guru untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan di
melanjutkan pendidikan S2. Untuk mengurus MAN Godean Yogyakarta yang telah diuraikan
surat izin untuk kuliah juga tidak susah. di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
Selain melanjutkan pendidikan S2 juga guru- gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam
guru diberi tugas untuk mendampingi anak- meningkatkan mutu layanan pendidikan
anak kelas 1 dan kelas 2, jadi setiap guru tergambarkan dari perilaku kepemimpinannya
diberi murid untuk mengetahui seluk beluk yaitu; (a) mengembangkan sumber daya
murid tersebut (Wawancara dengan Ibu Eka
dan kreativitas karyawan dilakukan dengan
Widyaningrum, pada tanggal 17 Februari
pembinaan dari kepala madrasah untuk
2015).
mengikuti pelatihan sesuai tugas masing-
Disamping itu, dalam kegiatan bimbingan masing; (b) mengembangkan partisipatif
BK yang dilakukan oleh Suwarti menjelaskan karyawan dilakukan dengan dijadikan panitia
bahwa: pada setiap kegiatan dan pembagian tugas dan
“Pendampingan dari BK biasanya bekerjasama wewenang masing-masing; (c) musyawarah
dengan UKS, dari UKS bekerjasama dan mufakat, dalam merencanakan dan
dengan Puskesmas. Jadi BK setiap tahun mengevaluasi seluruh kegiatan peningkatan
mengadakan sosialisasi tentang reproduksi. kualitas madrasah dilaksanakan melalui rapat
Tapi kadang juga bekerjasama dengan bersama pendidik, tenaga kependidikan, wali
perguruan tinggi seperti Stikes Surya Global
siswa, dan komite madrasah untuk mencari
yang jurusan kebidanan. Ada juga melalui
kajian kewanitaan setiap Jum’at dari Masjid kemufakatan; dan (d) pembagian tugas dan
Syuhada’. Dilaksanakan ketika hari Jum’at, wewenang disesuaikan dengan kemampuan
yang laki-laki sholat jum’at dan yang pendidik dan tenaga kependidikan, sehingga
perempuan kajian kewanitaan (Wawancara tugas dan we we nang te rse but dap at
dengan Ibu Suwarti, pada tanggal 17 terlaksana.
Februari 2015).

Dari pernyataan-pernyataan di atas, Daftar Pustaka


pengembangan sumber daya dan kreativitas Daryanto. (2011). Kepala madrasah Sebagai
pendidik, tenaga kependidikan dan siswa Pemimpin Pembelajaran, Yogyakarta:
didukung penuh oleh kepala madrasah Bava Media.
ya i t u d i a n t a ra n ya m e n g i k u t i l o m b a - Hidayat, A., dan Machali, I. (2012).
lomba, pelatihan-pelatihan dan workshop, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip,
pendampingan siswa, kegiatan pengembangan dan Aplikasi dalam Mengelola Madrasah
sumber daya dan kreativitas masing-masing, dan Madrasah, Bandung: Kaukaba.
seperti pelatihan peningkatan mutu, seminar, _______________________. (2012).
melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua Pengelolaan Pendidikan; Konsep, Prinsip
dan lain sebagainya. Dan Aplikasi Dalam Mengelola Madrasah
Dari beberapa penjelasan di atas, maka Dan Madrasah, Yogyakarta: Kaukaba.
peneliti dapat menyimpulkan secara jelas

26 eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)

Hikmat. (2009). Manajemen Pendidikan, Qamar, M. (2007). Manajemen Pendidikan


Bandung: CV Pustaka Setia. Isla: Strategi Baru Pengelolaan Lembaga
Indrafachrudi, S. (2006). Bagaimana Pendidikan, Jakarta: Erlangga.
Memimpin Madrasah yang Efektif, Bogor: RI, Depag. (2005). Pedoman Manajemen
Penerbit Ghalia Indonesia. Madrasah, Jakarta: Kelembagaan Agama
Ka r t o n o , K . ( 2 0 1 0 ) . P e m i m p i n d a n Islam.
Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Rohmat. (2010). Kepemimpinan Pendiidkan;
Abnormal Itu, Jakarta: PT Raja Grafindo Konsep dan Aplikasi, (Purwokerto: STAIN
Persada. Press.
Kisbiyanto. (2011). Manajemen Pendidikan Sagala, S. (2009). Administrasi Pendidikan
P e n d e k a t a n T e o r i t i k D a n P r a k t i k, Kontemporer, Bandung: Alfabeta.
Yogyakarta: Idea Press. Sallis, E. (2011). “Total Quality Management,
Kurniadin, D., dan Machali, I.. (2012). Terj. Ahmad Ali Riyadi & Fahrurrozi”,
Manajemen Pendidikan: Konsep, Yogyakarta: IRCiSoD.
dan Praktik Pengelolaan Pendidikan, Soetopo, H. (2010). Perilaku Organisasi;
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Teori dan Praktik di Bidang Pendidikan,
Masaong, A.K dan Arfan A. T. (2011). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kepemimpinan Berbasis Multiple Suderadjat, H. (2005). Manajemen
Intellegence: Sinergi Kecerdasan Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah
Intelektual, Emosional dan Spiritual (MPMBS): Peningkatan Mutu Pendidikan
untuk Meraih Kesuksesan yang Gemilang, Melalui Implementasi KBK, Bandung: CV
Bandung: Alfabeta. Cipta Cekas Grafika.
Mulyasa, E. (2007). Manajemen Berbasis Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas
Madrasah: Konsep, Strategi, dan Pendidikan Indonesia. Manajemen
Implementasi, Bandung: PT Remaja Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009.
Rosdakarya. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008).
Mutohar, P.M. (2013). Manajemen Mutu Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Madrasah: Strategi Peningkatan Mutu dan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Nasional.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Wahdjosumudjo. (2002). Kepemimpinan
Nawawi, H. (1993). Kepemimpinan Menurut Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan
Islam, Yogyakarta: Gajah Mada University Permasalahannya, Jakarta: PT Raja
Press. Grafindo Persada.
Purwanto, M. N. (2003). Administrasi dan Zazin, N. (2011). Gerakan Menata Mutu
Supervisi Pendidikan, Bandung: Rosda Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Karya.

27
Bashori, Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan

28 eISSN 2528-5092

Anda mungkin juga menyukai