Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah: Analisis Kajian Pendidikan Islam di Indonesia
Oleh
NIM. 2310160249
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat,
taufik, hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat
serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisa Kajian Pendidikan
Islam di Indonesia, dengan judul ―Analisis SWOT Terhadap Rencana Strategis Lembaga
Pendidikan Islam yang dipandang Baik oleh Masyarakat‖. Makalah ini disusun dengan segala
kemampuan dan semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari
itu kritik dan saran sangat diperlukan terutama dari dosen pengampu mata kuliah yang
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 21
B. Saran ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan.
Dengan pendidikan, bisa memajukan kebudayaan dan mengangkat derajat bangsa di mata
diungkap oleh Soesilo bahwa pendidikan merupakan alat yang menentukan sekali untuk
mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup
yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia2. Pendidikan terasa gersang apabila tidak
berhasil mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (baik dari segi spiritual,
intelegensi, dan skill). Untuk itu, perlu diusahakan peningkatan mutu pendidikan, agar
supaya bangsa tidak tergantung pada status bangsa yang sedang berkembang tetapi bisa
menyandang predikat bangsa maju dan tidak kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya.
Sebagai salah satu negara yang mempunyai laju perkembangan yang cukup cukup
cepat dibandingkan negara-negara lainnya. Perubahan yang terjadi, baik dalam bentuk
perubahan social budaya, ekonomi, atau pola pikir keagamaan terjadi seiring dengan
keharusan yang tidak bisa dihindari oleh Negara berkembang seperti Indonesia. Perubahan
tersebut juga terjadi dalam sistem pendidikan di Indonesia sebagai respon atas
perkembangan dan tuntutan perubahan yang terjadi. Demikian halnya dengan perubahan-
perubahan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang merupakan respon positif para
1
Hawi, A., ―Tantangan Lembaga Pendidikan Islam.,‖ Tadrib 3 (1) (2017): 143–61.
2
Prasojo, L. D. P., Buku Manajemen Strategi (Lantip, 2018).
1
modernis Muslim terhadap ketertinggalan umat Islam dari kemajuan Barat modern.
Modernisasi sendiri merupakan sebuah gerakan Islam yang mencakup gerakan- gerakan
pembaruan Islam3.
dan rasionalisasi adalah keharusan mutlak sebagai perintah Tuhan. Maka dari itu modernitas
membawa pada pendekatan (taqarrub) kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan identitas
peradaban Barat dapat dilihat dari dua periode penting yaitu modernisme dan
postmodernisme. Modernisme adalah aliran pemikiran Barat modern yang timbul dari
pengalaman Sejarah mereka sejak empat abad terakhir. Ringkasnya modernisme adalah
paham yang muncul menjelang kebangkitan masyarakat Barat dari abad kegelapan kepada
Pendidikan Islam merupakan suatu usaha yang menanamkan nilai-nilai dan tradisi
keislaman terhadap generasi Islam guna menjawab tantangan kehidupan yang multi
kompleks. Namun hingga kini pendidikan Islam senantiasa dihadapkan pada berbagai situasi
dan kondisi global yang kian kompetitif pada berbagai sistem secara global yaitu baik pada
level formal, informal maupun non formal. Era globalisasi sekarang ini yang turut
berpengaruh pada semua bidang kehidupan manusia termasuk pendidikan dan mutunya serta
implikasi manajemen pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan Islam khususnya
sebagai basis transformasi nilai science and knowledge,4 didalamnya terdapat komponen
3
Supriani, Y., Tanjung, R., Mayasari, A., & Arifudin, O., ―Peran Manajemen Kepemimpinan dalam Pengelolaan
Lembaga Pendidikan Islam,‖ JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5 (1) (2022): 332–38.
4
Trihastuti, A. E., & SI, K., Manajemen Pemasaran Plus++ (Deepublish, 2020).
2
yang tidak perlu vakum dalam satu situasi (ruang dan waktu) tetapi memerlukan
yang tengah terjadi dewasa ini cenderung menimbulkan permasalahan dan tantangan baru
Islam dalam manajemen akan berdampak sistemik pada berbagai rangkaian pendidikan yang
ada di dalamnya baik proses internalisasi hingga berdampak pada mutu hal tersebut tentu
akan menghambat kualitas seseorang dan sumber dayanya. 6 Potensi Lembaga pendidikan
Islam dalam pembangunan masyarakat Indonesia sangatlah besar dan selalu diperhitungkan
oleh masyarakat modern, oleh karena itu Upaya optimalisasi organisasi lembaga pendidikan
demikian konsep yang baik dan matang sangat menentukan berhasilnya suatu proses
pendidikan. Keterbatasan pengetahuan dan manajemen akan menghambat dan menjadi salah
satu faktor yang melatarbelakangi implementasi pendidikan Islam yang kurang memadai.
Dari kenyataan tersebut sangat urgen mendapat perhatian guna mengoptimalisasikan fungsi
dan tujuan utama lembaga pendidikan Islam yaitu melalui manajemen strategik Analisis
Swot.
5
Adelia, I., & Mitra, O., ―Permasalahan pendidikan islam di lembaga pendidikan madrasah,‖ Islamika: Jurnal Ilmu-
Ilmu Keislaman, 21 (1) (2021): 32–45.
6
Nengsih, S., Gusfira, R., & Pratama, R., ―Kepemimpinan Transformatif di Lembaga Pendidikan Islam,‖ PRODU:
Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2 (1) (2020).
3
SWOT merupakan singkatan dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunity (peluang) dan Threats (ancaman). Metode strategis yang digunakan dalam
kesempatan maupun kekuatan dan serta mengatasi bentuk-bentuk ancaman dan kelemahan.
Dengan analisis SWOT memungkinkan dapat diidentifikasi faktor- faktor positif maupun
negatif yang mempengaruhi implementasi suatu organisasi baik secara internal maupun
eksternal. Analisis SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan
strategis pendidikan, namun ia tetap merupakan alat yang efektif dalam menempatkan
potensi institusi.7
B. Rumusan Masalah
4. Bagaimana strategi lembaga pendidikan islam dalam membentuk branding image yang
C. Tujuan
7
Tarantein, E. F., Sulasmono, B. S., & Iriani, A., ―Perencanaan strategi marketing mix dalam meningkatkan
kuantitas peserta didik.,‖ JMSP (Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan), 3 (3) (2019): 156–69.
4
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud lembaga pendidikan islam.
islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, lembaga adalah badan atau organisasi. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa, lembaga adalah badan atau organisasi yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu usaha.8 Badan atau lembaga
pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu dan lain hal memikul
tanggung jawab pendidikan kepada peserta didik sesuai dengan misi badan tersebut.9
laku individu ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar.10
adalah tempat atau organisasi yang menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mempunyai
struktur yang jelas dan bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan Islam. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan Islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang
Secara garis besar, ada tiga macam lembaga pendidikan, yaitu sebagai berikut:
8
Riyuzen, S. P., Buku Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah, 2018.
9
Fatimah, F. N. A. D., Teknik analisis SWOT. (Anak Hebat Indonesia., 2016).
10
Rahman, K., ―Perkembangan lembaga pendidikan islam di indonesia.,‖ Jurnal Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan
Islam, 2 (1) (2018): 1–14.
11
Suharto, T., ―Indonesianisasi islam: Penguatan islam moderat dalam lembaga pendidikan islam di indonesia.,‖ Al-
Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 17 (1) (2017): 155–78.
6
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa
lembaga pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.12 Lembaga
pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan nasional juga dinyatakan bahwa setiap warga
negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal minimal sampai selesai tingkat SMP.
a. Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh lembaga
pendidikan formal.
7
c. Sekolah Dasar (SD)
Universitas.
lembaga pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Lembaga pendidikan non formal adalah
lembaga pendidikan yang disediakan bagi warga negara yang tidak sempat mengikuti
atau menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu dalam pendidikan formal. Kini,
diantaranya ialah:
a. Semakin banyaknya jumlah Angkatan muda yang tidak dapat melanjutkan sekolah.
b. Lapangan kerja, khususnya sektor swasta mengalami perkembangan cukup pesat dan
15
Na’im, Z., Yulistiyono, A., Arifudin, O., Irwanto, I., Latifah, E., Indra, I., ... & Gafur, A., Manajemen Pendidikan
Islam., 2021.
8
Adapun program-program pendidikan nonformal yang disetarakan dengan
pendidikan formal, contohnya kejar paket A, kejar paket B, kejar paket C. Pendidikan
nonformal ada pula yang diselenggarakan oleh organisasi Masyarakat seperti organisasi
pelatihan kerja, serta pendidikan lainnya. Adapun ciri-ciri pendidikan nonformal tersebut
16
Syaban, M., ―Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam.,‖ Al-Wardah: Jurnal Kajian Perempuan, Gender Dan
Agama, 12 (2) (2019): 131–41.
17
Umam, M. K., ―Lembaga Pendidikan Islam Dalam Telaah Lingkungan Strategik.,‖ Jurnal Tinta: Jurnal Ilmu
Keguruan Dan Pendidikan 1 (2) (2019): 16–29.
9
a. Kelompok bermain (KB)
c. Lembaga khusus
d. Sanggar
e. Lembaga pelatihan
f. Kelompok belajar
h. Majelis taklim
pendidikan informal adalah pendidikan yang ruang lingkupnya lebih terarah pada
keluarga dan masyarakat. Pendidikan keluarga adalah pendidikan pertama dan utama.
Dikatakan pertama, karena bayi atau anak itu pertama kali berkenalan dengan
tersebut.18
belum ditangani seperti pada pendidikan formal, sehingga masuk akal jika Sebagian besar
18
Kaimuddin, K., ―Pembentukan Karakter Anak Melalui Lembaga Pendidikan Informal.,‖ Al-MAIYYAH: Media
Transformasi Gender Dalam Paradigma Sosial Keagamaan, 11 (1) (2018): 132–52.
10
keluarga belum memahami dengan baik tentang cara mendidik anak-anak dengan benar.
program dan praktek pendidikan Islam terbagi kedalam lima jenis yaitu: Pertama,
pendidikan pondok pesantren. Kedua, Pendidikan madrasah, dan pendidikan lanjutan seperti
IAIN/STAIN atau perguruan tinggi Islam yang bernaung dibawah Departemen Agama.
Ketiga, Pendidikan umum yang bernafaskan Islam yang diselenggarakan oleh dan atau
berada dibawah naungan yayasan dan organisasi Islam. Keempat, Pelajaran agama Islam
saja. Kelima, Pendidikan Islam dalam keluarga atau tempat-tempat ibadah, dan atau forum-
selain pondok pesantren dan madrasah yang banyak dikenal ialah pendidikan umum yang
bernafaskan Islam yang diselenggarakan oleh dan atau berada dibawah naungan suatu
yayasan dan organisasi Islam, serta forum- forum kajian pendidikan Islam21. lembaga-
lembaga tersebut hingga kini masih dihadapkan pada berbagai persoalan manajemen.
Berbeda dengan pondok pesantren maupun madrasah yang telah memiliki tingkat
19
Tafsir, A., Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008).
20
Arsyam, M., Manajemen pendidikan islam., 2020.
21
Arsyam, M.
11
manajemen yang memadai. Namun sebagian besar pun masih terkendala seperti madrasah
kemerdekaan, orde lama, orde baru, masa reformasi hingga sekarang. Seiring dengan
perkembangan global lembaga pendidikan Islam terus mengalami pembenahan sistem untuk
dapat bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada umumnnya. Selain itu
Islam yang tidak hanya terfokus pada pendidikan keislaman semata, maka Lembaga
pendidikan seperti pesantren secara perlahan dikonversi baik metode maupun sistemnya
agama itu memang berkembang ke arah yang memang mirip dengan sistem sekolah. Namun
ia berbeda karena lebih menekankan pengajaran agama. Selain itu beberapa lembaga-
lembaga forum kajian Islam dan majelis taklim memiliki sistem tersendiri dalam
manajemennya23.
tengah masyarakat cukup menandakan perkembangan positif secara kuantitas baik yang
tumpang tindih melahirkan masalah-masalah besar dalam dunia pendidikan, dari persoalan
filosofis, hingga persoalan metodologis. disamping itu perubahan Masyarakat yang cepat
22
Ghaybiyyah, F., Psi, M., Octarina, R., Psi, S., Suwarno, S. A., & Tahrim, T., Manajemen Pendidikan Islam., 2021.
23
Muhaimin, M. A., Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah). (Prenada Media., 2015).
12
dan terus menerus serta perkembangan ilmu pengetahuan dan kelembagaan modern yang
Dalam suatu lembaga pendidikan Islam, sering kita jumpai adanya sistem dan pola
manajemen yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Kegiatan- kegiatan yang ada dalam
lembaga pendidikan Islam tanpa kita sadari merupakan bentuk dari manifestasi manajemen.
satu komponen yang penting dalam organisasi atau lembaga pendidikan Islam. Dengan
adanya manajemen tersebut, maka semua aktifitas akan terarah, efektif dan efisien, dan
SWOT.26 Analisis SWOT pada dasarnya uji kekuatan dan kelemahan dan merupakan audit
internal tentang seberapa efektif performa institusi pada konteks eksternal atau lingkungan
setempat sebuah institusi beroperasi. Analisis SWOT bertujuan untuk menemukan aspek-
aspek penting dari hal-hal tersebut, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Tujuan
mereduksi ancaman dan membangun peluang.27 Analisis SWOT dalam Lembaga pendidikan
24
Sabri, A., & Monia, F. A., Manajemen Pendidikan Islam. (Global Eksekutif Teknologi., 2023).
25
Hidayat, Y., Alfiyatun, A., Toyibah, E. H., Nurwahidah, I., & Ilyas, D., ―Manajemen pendidikan Islam. Syi’ar:
6(2), 52-57.,‖ Jurnal Ilmu Komunikasi, Penyuluhan dan Bimbingan Masyarakat Islam 6 (2) (2023): 52–57.
26
David, F. R., Manajemen strategis. (Salemba Empat, 2006).
27
Pearce, J. A., & Robinson, R. B., Manajemen strategis: formulasi, implementasi, dan pengendalian. (Jakarta:
Salemba Empat., 2008).
13
Islam dapat dikembangkan strateginya sebagaimana yang dikemukakan oleh Hidayat dan
Machali28 yaitu:
khusus/spesifik, SDM yang memadai, image organisasi, kepemimpinan yang cakap dan
lain-lain.
dimiliki, produk yang tidak berkualitas, image yang tidak kuat, kepemimpinan yang
c. Opportunity (peluang) adalah kondisi sekarang atau masa depan yang menguntungkan
d. Threats (tantangan) adalah kondisi eksternal sekolah/madrasah, sekarang dan yang akan
datang yang tidak menguntungkan. Tantangan ini dapat berupa munculnya pesaing-
langkah strategis. Berikut beberapa contoh analisis SWOT di Lembaga pendidikan Islam29:
a. Kekuatan: Knowledge atau kepakaran yang dimiliki, lulusan dihasilkan atau pelayanan
yang unik, lokasi tempat lembaga pendidikan berada, kualitas lulusan atau proses.
28
Kotler, P., & Susanto, A. B., Manajemen pemasaran di Indonesia. (Jakarta: Salemba Empat, 2001).
29
Rochman, I., ―Analisis SWOT dalam Lembaga Pendidikan (Studi Kasus di SMP Islam Yogyakarta). 3(1), 36-
52.,‖ Al Iman: Jurnal Keislaman Dan Kemasyarakatan, 3 (1) (2019): 36–52.
14
b. Kelemahan: Kurangnya pengetahuan sosialisasi lembaga pendidikan, lulusan yang tidak
lembaga pendidikan yang terpencil, kualitas lulusan yang jelek, reputasi yang buruk.
c. Peluang: Lembaga yang terus berkembang dan pendidikan merupakan kebutuhan bagi
d. Ancaman: Adanya lembaga pendidikan Islam baru di area yang sama, persaingan harga
dengan lembaga pendidikan lain, lembaga pendidikan lain mengeluarkan lulusan baru
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori
recognition), ingat terhadap merek (brand recall) dan merek menjadi pilihan utama (top
of mind).31 Dengan demikian, brand awareness merupakan salah satu cara yang dapat
digunakan oleh siapapun termasuk lembaga pendidikan Islam dalam meningkatkan daya
30
Cholil, A. M., 150 Brand Awareness Ideas. (Anak Hebat Indonesia., 2021).
31
Yunus, U., Digital Branding. (Bandung: Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, 2019).
32
Sitorus, S. A., Romli, N. A., Tingga, C. P., Sukanteri, N. P., Putri, S. E., Gheta, A. P. K., ... & Ulfah, M., BOOK of
BRAND MARKETING: THE ART OF BRANDING., 2022.
15
melakukan berbagai macam upaya untuk mengelola harapan masyarakat terhadap
kemajuan peserta didik dan memberikan hasil nyata kegiatan belajar mengajarnya
mengenali dan mengingat (brand awareness) bahwa lembaga pendidikan Islam juga
kemampuan dan layak dipertimbangkan untuk dipilih menjadi sekolah anak mereka dan
tidak menjadi pilihan nomor dua (second choice) setelah sekolah negeri.34 Berdasarkan
fakta yang ada, banyak pengguna dan masyarakat yang tidak mengetahui keunggulan dari
lembaga pendidikan Islam sehingga tidak mengherankan jika lembaga pendidikan Islam
menjadi pilihan nomor dua setelah sekolah lainnya. Dalam tahap ini, lembaga
pendidikan Islam harus mengupgrade mutu output dan outcome sehingga pada akhirnya
dapat memberikan kepuasan pada masyarakat. Dengan kata lain, mutu lulusan dengan
masyarakat akan keunggulan yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam harus diikuti
oleh tahap brand recognition dengan cara memberikan edukasi dan sosialisasi yang
dilakukan dengan membuat event-event lomba kreatifitas calon siswa, seminar, bhakti
sosial, pameran pendidikan, melibatkan sekolah dalam event-event lokal dan nasional,
dan publikasi prestasi sekolah di media cetak baik lokal dan nasional. Setelah tahapan
33
Bafadhol, I., ―Lembaga pendidikan islam di indonesia.,‖ Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 6 (11) (2017):
14.
34
Mundiri, A., ―Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Membangun Branding Image.,‖ Pedagogik: Jurnal
Pendidikan 3 (2) (2016).
35
Suriono, Z., ―Analisis SWOT dalam identifikasi mutu pendidikan. 94-103.,‖ ALACRITY: Journal of Education,
2022, 94–103.
16
brand recognition dilakukan maka lembaga pendidikan Islam dapat membangun ingatan
yang kuat terhadap lembaganya (brand association) dengan cara lembaga pendidikan
Islam mau tidak mau harus memiliki karakter yang kuat yang membedakannya dengan
Dengan kata lain, lembaga pendidikan Islam perlu memiliki karakter kuat dan
unik sehingga dapat diingat, dan memberikan kesan postif sekaligus membuat masyarakat
Dalam hal ini, brand association merupakan segala sesuatu yang muncul dan terkait
dengan ingatan konsumen mengenai suatu merek. Asosiasi merek (brand association)
mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya
dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut, produk, geografis, harga, pesaing,
selebriti, dan lain-lain. Brand associaton pada lembaga pendidikan utamanya lembaga
pendidikan Islam tentunya berbeda dengan dunia industri yang mempersepsikan karakter
yang kuat dalam bentuk produk. Dalam lembaga pendidikan, karakter yang kuat mengacu
pada mutu secara keseluruhan (total quality management) yang jika diterapkan secara
lulusan yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan atau harapan para stakeholdernya.
Manajemen Mutu Terpadu yang dalam hal ini biasa disebut dengan TQM (Total Quality
36
Bafadhol, I., ―Lembaga pendidikan islam di indonesia.‖
37
Mundiri, A., ―Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Membangun Branding Image.‖
17
berusaha memaksimalkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas
sumber daya manusia (SDM) yang memberikan layanan, yaitu kepala madrasah, para
guru dan staf, proses layanan pembelajarannya dan lingkungannya. Pendidikan yang ber-
mutu menghasilkan SDM yang bermutu sehingga meniscayakan adanya perbaikan mutu
atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan
service on basis of variety of informational cues that they associate with the product”.
Dengan demikian, perceived quality menurut Schiffman dan Kanuk merupakan kesan
kualitas adalah penilaian konsumen terhadap kualitas barang atau jasa yang berdasarkan
Persepsi dalam hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan pengetahuan khu-
sus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja dan dimana
saja ketika stimulus menggerakan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai
38
Paramansyah, A., & Wicaksono, Z., ―Analisis SWOT Lembaga Pendidikan.‖ 3 (1) (2023): 31–42.
39
Umar, H., Desain penelitian manajemen strategik. Jakarta [ID]. (Jakarta: Rajawali Press, 2010).
18
proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan Indera/
Perceived quality selanjutnya dapat dibagi menjadi dua jenis sebagai berikut:
pada tanda atau karakteristik fisik dari suatu produk, seperti rasa, aroma, ukuran
warna, dan lain sebagainya. Dengan demikian, persepsi kualitas produk dalam hal ini
persepsi mereka sendiri. Uraian tersebut secara tidak langsung menegaskan bahwa
yang melekat erat dan bahkan sulit dipisahkan atau memang sudah menjadi
mereka justru sering tidak mampu membedakan merek yang mereka pilih tersebut
didasarkan pada karakteristik jasa yang ditawarkan atau diberikan oleh suatu
lembaga baik lembaga profit ataupun lembaga non profit. Dalam perceived quality
jenis ini, konsumen selaku aktor utama yang mempunyai pikiran akan persepsi
kualitas produk. Dengan kata lain, kualitas produk dalam lembaga profit sangat kasat
mata sedangkan kualitas layanan tidak kasat mata karena karakteristik tertentu dari
40
Mundiri, A., ―Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Membangun Branding Image.‖
19
suatu layanan memiliki nilai khas. Dengan demikian, kualitas layanan tidak berwujud
(intangible), yang tidak tahan lama (perishable), dan kondisi ketika diproduksi dan
lembaga profit. Dalam hal ini, perceived quality dalam lembaga profit dapat diukur
layanan merupakan dua hal yang sama-sama penting. Dalam hal ini, sebagai suatu
cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang
diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke otak, kemudian diarti- kan,
ditafsirkan serta diberi makna melalui prose yang rumit, baru dihasilkan persepsi.
stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan
cara yang dapat mempengaruhi prilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat
proses pembentukan persepsi yang dalam hal ini berupa pemaknaan hasil
pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada
dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
41
Amirullah, S. B., Manajemen Strategi. (Graha Ilmu., 2000).
20
tersebut menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan
persepsi baik layanan maupun produk pada lembaga pendidikan Islam dilakukan
(pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut
pengalaman yang bersangkutan. Dengan bahasa lain, bahwa persepsi baik layanan
maupun produk ditentukan oleh bangunan stimuli yang yang berangkat dari dua
atas pembelian suatu produk atau jasa.43 Demikian pula dengan proses pemilihan
produk kaitannya dengan lembaga pendidikan, ketika konsumen akan memilih jasa
pendidikan mereka juga dipengaruhi banyak faktor. Pandangan yang berbeda dari
tidak mengherankan jika pada lembaga pendidikan pesantren terdapat banyak pilihan
lembaga pendidikan formal dan kualitas produknya sesuai dengan jenisnya masing-
42
David, F. R., Manajemen strategis: konsep-konsep. (Jakarta, 2004).
43
Nata, H. A., Manajemen pendidikan: Mengatasi kelemahan pendidikan Islam di Indonesia., 2012.
21
masing mulai dari lembaga bahasa baik Arab maupun Inggris, sekolah kejuruan,
dipandang efektif dan efisien untuk menginformasikan berbagai hal dalam rangka
lembaga pendidikan Islam tentunya berbeda dengan perusahaan, yang sebagai sebuah
lembaga bisnis yang tentunya mengejar keuntungan atas kegiatan yang dijalankannya
salah satu sisi juga dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik. Dengan
material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi
44
Romlah, M. P. I., Manajemen pendidikan islam. (Harakindo Publishing, 2016).
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
pendidikan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku individu kearah
yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dan perubahan yang
dimaksud tentu dilandasi dengan nilai-nilai Islami. Pendidikan Islam sebagai lembaga
sekolah, madrasah dan perguruan tinggi. Pendidikan Islam, yaitu: lembaga pendidikan
informal, lembaga pendidikan non formal dan lembaga pendidikan formal. Analisa SWOT
strategi hasil analisis SWOT dapat digunakan sebagai pertimbangan menetapkan strategi
tahun berikutnya, dari fokus masalah yang telah dikemukakan. Dalam mengoptimalkan
lembaga pendidikan Islam prinsip analisis SWOT sebagai metode pengembangan organisasi
organisasi sehingga prinsip tersebut hal mutlak dikembangkan dalam organisasi (lembaga
pendidikan Islam)
B. Saran
Sebagai penyusun, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
23
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah yang disusun ini memberikan manfaat dan
24
DAFTAR PUSTAKA
Adelia, I., & Mitra, O. ―Permasalahan pendidikan islam di lembaga pendidikan madrasah.‖
Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 21 (1) (2021): 32–45.
Ghaybiyyah, F., Psi, M., Octarina, R., Psi, S., Suwarno, S. A., & Tahrim, T. Manajemen
Pendidikan Islam., 2021.
Hidayat, Y., Alfiyatun, A., Toyibah, E. H., Nurwahidah, I., & Ilyas, D. ―Manajemen pendidikan
Islam. Syi’ar: 6(2), 52-57.‖ Jurnal Ilmu Komunikasi, Penyuluhan dan Bimbingan
Masyarakat Islam 6 (2) (2023): 52–57.
Kotler, P., & Susanto, A. B. Manajemen pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat, 2001.
Na’im, Z., Yulistiyono, A., Arifudin, O., Irwanto, I., Latifah, E., Indra, I., ... & Gafur, A.
Manajemen Pendidikan Islam., 2021.
25
Nata, H. A. Manajemen pendidikan: Mengatasi kelemahan pendidikan Islam di Indonesia.,
2012.
Nengsih, S., Gusfira, R., & Pratama, R. ―Kepemimpinan Transformatif di Lembaga Pendidikan
Islam.‖ PRODU: Prokurasi Edukasi Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2 (1) (2020).
Paramansyah, A., & Wicaksono, Z. ―Analisis SWOT Lembaga Pendidikan.‖ 3 (1) (2023): 31–
42.
Rochman, I. ―Analisis SWOT dalam Lembaga Pendidikan (Studi Kasus di SMP Islam
Yogyakarta). 3(1), 36-52.‖ Al Iman: Jurnal Keislaman Dan Kemasyarakatan, 3 (1)
(2019): 36–52.
Sabri, A., & Monia, F. A. Manajemen Pendidikan Islam. Global Eksekutif Teknologi., 2023.
Sitorus, S. A., Romli, N. A., Tingga, C. P., Sukanteri, N. P., Putri, S. E., Gheta, A. P. K., ... &
Ulfah, M. BOOK of BRAND MARKETING: THE ART OF BRANDING., 2022.
Suharto, T. ―Indonesianisasi islam: Penguatan islam moderat dalam lembaga pendidikan islam di
indonesia.‖ Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 17 (1) (2017): 155–78.
Supriani, Y., Tanjung, R., Mayasari, A., & Arifudin, O. ―Peran Manajemen Kepemimpinan
dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam.‖ JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5
(1) (2022): 332–38.
Suriono, Z. ―Analisis SWOT dalam identifikasi mutu pendidikan. 94-103.‖ ALACRITY: Journal
of Education, 2022, 94–103.
Tafsir, A. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
26
Tarantein, E. F., Sulasmono, B. S., & Iriani, A. ―Perencanaan strategi marketing mix dalam
meningkatkan kuantitas peserta didik.‖ JMSP (Jurnal Manajemen dan Supervisi
Pendidikan), 3 (3) (2019): 156–69.
Umam, M. K. ―Lembaga Pendidikan Islam Dalam Telaah Lingkungan Strategik.‖ Jurnal Tinta:
Jurnal Ilmu Keguruan Dan Pendidikan 1 (2) (2019): 16–29.
Umar, H. Desain penelitian manajemen strategik. Jakarta [ID]. Jakarta: Rajawali Press, 2010.
Yunus, U. Digital Branding. Bandung: Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, 2019.
27