Konsep Pendidikan Anak Dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan Dan Penyimpangan Seksual
Konsep Pendidikan Anak Dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan Dan Penyimpangan Seksual
Daftar Isi
Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan
Seksual
Siska Lis Sulistiani.......................................................................................... 99-108
i
ii eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
PRATA’DIB
Puji dan syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya, sehingga Jurnal
Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam Volume V Nomor 1 Tahun 2016 dapat hadir kembali di lingkungan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Bandung setelah lama vakum dari aktivitas
penerbitan.
Jurnal ta’dib merupakan arena atau ruang bagi pengungkapan gagasan dan pemikiran yang
berkaitan dengan masalah-masalah pendidikan Islam, baik secara teoretis maupun praktis. Tulisan
yang tampil dalam volume ini dibuka dengan perbincangan seputar masalah penilaian pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah. Penulis menawarkan model penilaian otentik.
Penilaian otentik merupakan salah satu bentuk penilaian yang tidak hanya menekankan pada hasil,
namun juga memperhatikan aspek proses. Penilaian otentik menekankan paada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh peserta didik dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan. Teori ini menganjurkan sistem yang tidak bergantung pada tes standar atau tes
yang didasarkan pada norma formal, akan tetapi mengacu pada kriteria tertentu atau ipsative
(yaitu tes yang membandingkan prestasi peserta didik saat ini dengan prestasinya yang lalu).
Selain paparan mengenai penilaian otentik, dalam jurnal ini juga dipaparkan mengenai
kepemimpinan madrasah dan pesantren dalam rangka meningkatkan layanan mutu pendidikan
Islam. Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu terciptanya iklim pesantren
dan madrasah yang kondusif dan kinerja sistem organisasi yang baik. Dalam lingkungan yang
kondusif akan menciptakan mutu layanan pendidikan yang baik pula.
Di samping gaya kepemimpinan yang perlu diperhatikan oleh lembaga pesantren. Lembaga
pesantren perlu tuntutan dan tuntunan di era perdagangan bebas. Saat ini era majunya ilmu
pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan umat manusia dan juga
memiliki dampak negatif terhadap norma agama dan nilai-nilai utama kehidupan umat manusia
yang bersumber dari nilai ketuhanan. Karenanya pesantren harus memberikan perhatian yang
lebih intens kepada para santrinya tentang urgensi pengembangan ekonomi syariah yang memberi
keadilan dalam penyelenggaraan perekonomian dalam menciptakan kesejahteraan umat manusia
dan semakin intens menyiapkan para santri dengan jiwa entrepreneurship serta berbagai skill
untuk kehidupannya sehingga dapat bersaing di era perdagangan bebas.
Perhatian terhadap pendidikan anak usia dini juga diangkat dalam paparan volume ini.
Model pengembangan kreativitas melalui permainan konstruktif (PKPK) dalam meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Beberapa temuan penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif anak-anak di Indonesia masih rendah dibanding dengan kemampuan
kreatif anak-anak Negara tetangga semisal Malaysia, Singapore dan Brunei Darussalam.
Penanaman kemampuan berpikir kreatif sejak dini akan sangat mendukung peningkatan
kemampuan anak di usia berikutnya. Di samping kemampuan berpikir kreatif, pengembangan
nilai-nilai agama dan moral perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Akhirnya redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang telah menyumbangkan
gagasan dan pemikirannya. Sehingga gagasan dan pemikiran yang dituangkan dalam Jurnal
“Ta’dib” volume ini dapat membangun dialog yang lebih dalam dan dapat dijadikan rujukan
dalam mengtasi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat khususnya pendidikan Islam.
Redaksi Ta’dib
iii
daftar isi
iv eISSN 2528-5092
TA’DIB, Volume V, No. 1, (November 2016)
Abstract
Education is a necessity in shaping a person’s character, particularly in the phase of the
child. In the golden phase of Islam emphasize the aspects of special education, because
children are more easily embed phase of moral and ethical aspects. Islam has teached that
one’s children should be introduced to his identity as male or female genitalia limits and
manners as well as basic norms in the association so as to form a human being faithful
and devoted. In addition to forms of education it is a form of prevention of crime and
the sexual perversion. The aims of this study to determine the basic concepts of Islam in
the education of children, especially to prevent crime and sexual perversion. This study
is a qualitative research study of literature by studying some relevant secondary data
sources. This research resulted in seven concept of education for children according to
Islam in preventing forms of crime and sexual perversion.
Keywords: Children, Islam, concept, crime, education.
Abstrak
Pendidikan adalah sebuah keniscayaan dalam membentuk karakter seseorang, khususnya
pada fase anak . Di fase keemasan ini Islam menekankan aspek pendidikan yang khusus,
karena di fase keemasan lebih mudah menanamkan aspek moral danetika. Islam
mengajarkan agar seorang anak dikenalkan mengenai identitasnya sebagai laki-laki atau
perempuan, batasan aurat dan adab serta norma dasar dalam pergaulan. Sehingga dapat
membentuk insan yang beriman dan bertaqwa. Selain bentuk pendidikan, hal tersebut
merupakan bentuk preventif terhadap kejahatan dan penyimpangan seksual. Penelitian
ini bertujuan mengetahui konsep dasar Islam dalam pendidikan anak khususnya untuk
mencegah kejahatan dan penyimpangan seksual. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan studi kepustakaan dengan mempelajari beberapa sumber data yang
terkait. Penelitian ini menghasilkan tujuh konsep pendidikan bagi anak menurut Islam
dalam mencegah bentuk tindak kejahatan dan penyimpangan seksual.
Kata Kunci: Pendidikan anak, Islam, kejahatan seksual.
99
Siska Lis Sulistiani, Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan..
diungkap, pelakunya adalah orang dekat surat kabar, jurnal dan catatan lainnya yang
korban. Tak sedikit pula pelakunya adalah memiliki relevansi dengan permasalahan yang
orang yang memiliki dominasi atas korban, akan dibahas.
seperti orang tua dan guru. Tidak ada satupun Untuk mempermudah dalam pembuatan
karakteristik khusus atau tipe kepribadian tulisan ini dan mendapat kesimpulan yang
yang dapat diidentifikasi dari seorang pelaku tepat, dalam pengumpulan data penulis
kekerasan seksual terhadap anak. Dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu
kata lain, siapa pun dapat menjadi pelaku mencari data mengenai hal-hal atau variabel
kekerasan seksual terhadap anak atau yang berupa tulisan-tulisan, buku-buku,
pedofilia. Kemampuan pelaku menguasai artikel-artikel yang relevan dengan tema
korban, baik dengan tipu daya maupun penulisan ini.
ancaman dan kekerasan, menyebabkan
Pada penelitian ini, pengolahan data
kejahatan ini sulit dihindari. Dari seluruh
hanya ditujukan pada analisis data secara
kasus kekerasan seksual pada anak baru
deskriptif kualitatif, di mana materi atau
terungkap setelah peristiwa itu terjadi, dan
bahan-bahan tersebut untuk selanjutnya
tak sedikit yang berdampak fatal (Noviana,
akan dipelajari dan dianalisis muatannya,
2015: 14).
sehingga dapat diketahui taraf sikronisasinya,
Islam mengajarkan bentuk perlindungan kelayakan norma, dan pengajuan gagasan-
awal dan pengajaran berawal dari keluarga gagasan normatif baru. Kualitatif dimaksudkan
dan diri sendiri. Fase pembentukan sikap dan yaitu analisis yang bertitik tolak pada usaha
kebiasaan sangat efektif ditanamkan sejak penemuan asas dari informasi yang bersifat
masa usia dini yaitu dari usia 2-6 tahun, monografis dan responden, memahami
yaitu penerapan nilai-nilai keIslaman, serta ke b e n a ra n ya n g d i p e r o l e h d a r i h a s i l
mengetahui identitas gender serta batas pengamatan dan pertanyaan kepada sejumlah
aurat yang diajarkan dalam Islam, sehingga responden baik secara lisan maupun tertulis
hal tersebut menjadikan anak mengetahui selama dalam melakukan kegiatan penelitian.
konsep-konsep yang mendasar sehingga
Faktor-faktor yang dianalisis dalam
dapat terhindar dari bentuk-bentuk kejahatan
penelitian ini adalah pengertian pendidikan
seksual yang kini sedang masuk dalam
anak dalam Islam, urgensi pendidikan anak
status darurat kejahatan seksual. Dengan
dalam Islam, dan konsep pendidikan anak
adanya konsep pendidikan anak dalam Islam
dalam Islam dalam mencegah kejahatan
diharapkan dapat menjadikan anak-anak
dan penyimpangan seksual. Oleh karena itu,
tersebut memiliki self difensif untuk mencegah
pembahasan difokuskan pada faktor-faktor
segala penyimpangan atau kejahatan seksual
tersebut.
yang semakin mengkhawatirkan.
Berdasarkan studi pendahuluan tersebut,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Tinjauan Pustaka
ini adalah sebagai berikut: (1) menganalisis Pendidikan Anak dalam Islam
konsep pendidikan anak dalam Islam; (2) Anak merupakan amanah, penerus
menganalisis urgensi pendidikan anak dan pelanjut estafeta kehidupan. Anak
dalam Islam; dan (3) Menganalisis konsep t e r l a h i r d e n g a n s e g a l a p o t e n s i ya n g
pendidikan anak dalam Islam khusus dalam dimilikidan tergantung orang tuanya yang
mencegah penyimpangan dan kejahatan dapat membantu dan mengarahkan segala
seksual yang kini sedang merajalela. potensi kebaikan pada anak.Oleh karena
Urgensi dari penelitian ini yaitu (1) itu, pendidikan agama pada anak sejak dini
memberikan sumbangan pemikiran dalam merupakan pendidikan yang sangat penting,
upaya pengembangan konsep pendidikan sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi
anak dalam Islam khususnya dalam mencegah Muhammad SAW sebagai berikut:
kejahatan dan penyimpangan seksual dan (2) Dari Abu Hurairah ra. ia berkata:
mengembangkan suatu konsep pemikiran Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap anak
dalam dunia pendidikan khususnya dalam dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan
mencegah penyimpangan dan kejahatan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani,
seksual. atau Majusi” (HR. Bukhari dan Muslim).
Penelitian ini merupakan penelitian Pada Pasal 1 Ayat 1 UU No 23 Tahun
kualitatif, yang dipergunakan dalam penelitian 2002 tentang Peradilan Anak, “Anak adalah
ini adalah studi kepustakaan (library research) seseorang yang belum berusia 18 (delapan
yaitu jenis penelitian kualitatif yang data- belas) tahun, termasuk anak yang masih
datanya diperoleh dari buku, kitab, majalah, dalam kandungan”. Sedangkan pengertian
perlindungan anak menurut Pasal 1 Ayat maka akan timbul rasa kehati-hatian dalam
2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 berbuat. Selain itu, Al-Qur’an berfungsi
tentang Perlindungan Anak, “Perlindungan sebagai pedoman hidup yang bukan hanya
anak adalah segala kegiatan untuk menjamin sekedar dibaca atau dihafal namun di usia
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dini anak lebih mudah mengambil nilai moral
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan yang mendasar yang diajarkan dalam Al-
berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan Qur’an. Selain itu, konsep pendidikan Islam
harkat dan martabat kemanusiaan, serta ini berusaha untuk mengenal penciptaan
mendapat perlindungan dari kekerasan dan manusia dari jenis laki-laki dan perempuan.
diskriminasi”. Saling mengenalmenuju ketakwaan kepada
Tugas dan tanggung jawab orang tua Tuhan.
terhadap anak dalam keluarga sangat penting “Hai manusia, sesungguhnya Kami
dalam pembentukan akhlak anak. Maka menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
pendidikanbagi anak-anak, terutama dalam seorang perempuan dan menjadikan kamu
masalah seks harus selalu diperhatikan. Hal berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
tersebut agar anaktumbuh dan berkembang kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
sesuai dengan tata susila, kaidah dan orang yang paling mulia diantara kamu disisi
normayang berlaku, serta tidak terperangkap Allah ialah orang yang paling takwa diantara
dalam hal-hal yang mendekati zinaapalagi kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
sampai terjerumus dalam perbuatan keji lagi Maha Mengenal” (Qs. Al-Hujurat: 13).
tersebut. Sesuai denganperintah Allah: “Hai Menurut Derajat (1971) dapat dilihat juga
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu Komariah (2011; 47) model pendidikan nilai
dan keluargamu dari api neraka” (Q S. At- moral yang dapat diberikan kepada anak-
Tahrim: 6). anak dalam keluarga yaitu: (1) penyelamatan
Islam memberikan perhatian besar hubungan Ibu-Bapak, sehingga pergaulan
pada pendidikan anak khususnnya tentang dan kehidupan mereka dapat menjadi contoh
nilai agama sebagai pondasi awal dalam bagi anak-anaknya, terutama anak yang
menjalani kehidupan. Pondasi karakter yang belum berumur enam tahun, dimana mereka
kuat dan nilai-nilai berbasiskan agama yang belum dapat memahami kata-kata dan simbol
ditanamkan sejak dini, diharapkan akan yang abstrak. Sedangkan pendidikan moral
melahirkan seorang manusia yang tidak harus dilaksanakan sejak anak masih kecil,
hanya memiliki kecerdasan spritual saja dengan jalan membiasakan mereka kepada
tetapi juga memiliki kecerdasan emosional, peraturan dan sifat baik, jujur dan adil, yang
karena nilai-nilai yang dimasukan dalam dialaminya secara langsung dan dirasakan
kegiatan sehari-hari akan teraktualisasikan akibatnya dalam kehidupannya sehari-hari;
pada kegiatan atau aktivtas di luar rumah (2) pendidikan agama, karena nilai moral yang
saat beranjak dewasa. dapat dipatuhi dengan suka rela tanpa ada
Posisi anak dalam keluarga yang amat paksaan dari lua hanya dari kesadaran sendiri,
penting tersebut membuat sejumlah tokoh karena adanya keyakinan beragama; (3)
membuat risalah, pesan khusus buat anak. orang tua harus memperhatikan pendidikan
Lukman al-Hakim memberikan pesan moral serta tingkah laku anak-anaknya,
edukatifnya yang diabadikan dalam Al-Qur’an karena pendidikan yang diterima dari orang
dan menjadi rujukan bagi pembacanya. Imam tuanya lah yang akan menjadi dasar dari
Ghazali juga membuat risalah kecil, Ayyuha pembinaan mental dan moralnya.
al-Walad, untuk anak-anak agar memiliki
perhatian yang tinggi terhadap ilmu, moral, Urgensi Pendidikan Anak dalam Is-
kerja positif, jiwa, dan spiritual (Rofiq, 2008). lam
Dari Ali ra. ia berkata : Rasulullah Saw. Menurut Sastra (2014) ketika mencatat
bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat kurang
tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi lebih 750 ayat rujukan yang berkaitan dengan
kalian,mencintai keluarganya serta membaca ilmu. Di saat yang sama, tidak ada agama
Al-Qur’an, karena sesungguhnya orang yang atau kebudayaan lain dalam kehidupan
menjunjung tinggi Al-Qur’an akan berada di manusia yang menerangkan pentingnya
bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
lindungan selain lindungan-Nya bersama para secara tegas sebagaimana yang diajarkan
Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami) oleh agama Islam. Hal tersebut menunjukan
Saat seorang anak diajarkan untuk bahwa pentingnya nilai pendidikan sebagai
mencintai Tuhan dan merasa diawasi, sarana dalam mentransfer ilmu khususnya
101
Siska Lis Sulistiani, Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan..
kepada anak sebagai tunas bangsa. Mengingat mana yang benar dan mana yang salah, dan
begitu banyaknya kemerosotan moral dan belum tau batas-batas dan ketentuan moral
akhlak yang diakibatkan kurangnya nilai yang berlaku dalam lingkungannya. Tanpa
pendidikan yang mendasar sejak dini. dibiasakan menanamkan sikap-sikap yang
Menurut Darajat (1971: 13), bahwa dianggap baik untuk pertumbuhan moral,
faktor-faktor penyebab dari kemerosotan anak-anak yang dibesarkan tanpa mengenal
moral saat ini banyak sekali, faktor faktor moral itu. Moral bukanlah suatu pelajaran
tersebut yaitu: pertama, kurang tertanamnya atau ilmu pengetahuan yang dapat dicapai
jiwa agama pada tiap-tiap orang dalam dengan mempelajari, tanpa membiasakan
masyarakat. Keyakinan beragama yang hidup bermoral dari kecil, karena moral
didasarkan atas pengertian yang sungguh- tumbuh dari rindakan kepada pengertian.
sungguh dan sehat tentang ajaran agama Di siniah peranan orang tua, guru dan
yang dianutnya, kemudian diiringi dengan lingkungan yang sangat penting.
pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut Keempat, suasana rumah tangga yang
merupakan benteng moral yang paling kokoh. kurang baik. Tidak rukunnya ibu-bapak
Apabila keyakinan beragama itu betul-betul menyebabkan gelisahnya anak-anak sehingga
telah menjadi bagian integral dari kepribadian mudah terdorong kepada perbuatan yang
seseorang, maka keyakinannya itulah yang merupakan ungkapan dari rasa hatinya,
akan mengawasi segala tindakan, perkataan biasanya akan menggangu ketentraman
bahkan perasaaannya. Jika terjadi tarikan orang lain dan mencari kepuasan diluar
orang kepada sesuatu yang tampaknya rumah.Kelima, diperkenalkannya secara
menyenangkan dan menggembirakan, populer obat-obat dan alat-alat anti hamil;
maka keimanannya cepat bertindak meneliti Keenam, banyaknya tulisan-tulisan, gambar-
apakah hal tersebut boleh atau terlarang oleh gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian
agamanya. yang tidak memperhatikan dasar-dasar dan
Jika setiap orang kuat keyakinannya tuntunan moral; Ketujuh, kurang adanya
kepada Tuhan, mau menjalankan agama bimbingan untuk mengisi waktu luang
dengan sungguh-sungguh, maka tdak (leisure time) dengan cara yang baik dan
perlu polisi, tidak perlu pengawasan ketat, yang memebawa kepada pembinaan moral;
karena setiap orang dapat menjaga dirinya dan yang kedelapan adalah tidak ada atau
sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum kurangnya markas-markas bimbingan dan
dan ketentuan Tuhannya. Semakin jauh penyuluhan bagi anak-anak dan pemuda-
masyarakat dari agama, semakin susah pemuda.
memelihara moral orang dalam masyarakat O l e h k a r e n a i t u , ke s a d a ra n a k a n
itu, dan semakin kacaulah suasana, karena p e n d i d i k a n m o ra l d a n a g a m a h a r u s
semakin banyaknya pelanggaran-pelanggaran diintensifkan dan berkesinambungan dalam
atas hak dan hukum. tiga elemen penting bangsa yaitu: keluarga,
Kedua, keadaan masyarakat yang kurang sekolah dan masyarakat. Dimana menurut
stabil, baik dari segi ekonomi, sosial dan politik. Soelaeman 1978) bahwa keluarga memiliki
Kegoncangan atau ketidakstabilan suasana fungsi religius. Artinya keluarga berkewajiban
yang melingkungi seseorang menyebabkan memperkenalkan dan mengajak anak dan
gelisah dan cemas, akibat tidak dapatnya anggota keluarga lainnya kepada kehidupan
mencapai rasa aman dan ketentraman dalam beragama, dan orang tua sebagai tokoh inti
hidup. Demikian juga dengan keadaan sosial dalam keluarga harus menciptakan iklim
dan politik, jika tdak stabil, maka akan religius dalam keluarga, dan diikuti seluruh
menyebabkan orang merasa takut, cemas anggota keluaga. Adapun pendidikan moral
dan gelisah, dan keadaan seperti ini akan di sekolah dengan cara menciptakan kultur
mendorong pula kepada kelakuan-kelakuan religius di lingkungan sekolah yang disertai
yang mencari rasa aman yang kadang-kadang dengan adanya penguatan bidang studi
menimbulkan kecurigaan, tuduhan-tuduhan Aqidah Akhlak kepada anak-anak. Selain
yang tidak beralasan, kebencian kepada orang itu pendidikan nilai moral di masyarakat
lain, adu domba, fitnah dan lain sebagainya. dengan cara mengintensifkan belajar agama
di lingkungan keluarga, masjid dan mengisi
Ketiga, pendidikan moral tidak terlaksana
waktu luang anak-anak dengan bimbingan
menurut mestinya, baik di rumah tangga,
agama.
sekolah maupun masyarakat. Pembinaan
moral seharusnya dilaksanakan sejak anak Ibnu Sina juga memberikan nasihat
kecil sesuai dengan kemapuan dan umurnya. agar memperhatikan pendidikan Al-Qur’an
Karena setiap anak lahir belum mengerti kepada anak-anak. Menurutnya segenap
potensi anak, baik jasmani maupun akalnya, orang yangg tidak dikenal. Berdasarkan data
hendaknya dicurahkan untuk menerima KPAI di atas tersebut, anak korban kekerasan
pendidikan utama ini, agar anak mendapatkan di lingkungan masyarakat jumlahnya termasuk
bahasa aslinya dan agar akidah bisa mengalir rendah yaitu 17,9 persen. Hasil monitoring
dan tertanam pada qalbunya (Syarifudin, dan evaluasi KPAI tahun 2012 di 9 provinsi
2007:12) . Dengan pendidikan Al-Qur’an menunjukkan bahwa 91 persen anak menjadi
sejak dini, fitrah suci anak niscaya dapat korban kekerasan di lingkungan keluarga,
dilestarikan dengan baik sehingga dapat 87.6 persen di lingkungan sekolah.Sehingga
terhindar dari segala bentuk kejahatan dan anak rentan menjadi korban kekerasan justru
penyimpangan. di lingkungan rumah dan sekolah. Lingkungan
yang mengenal anak-anak tersebut cukup
dekat. Artinya lagi, pelaku kekerasan pada
Pembahasan
anak justru lebih banyak berasal dari kalangan
Mencegah Kejahatan dan Penyim- yang dekat dengan anak.(http://www.
pangan Seksual Sejak Dini Menurut kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-
Islam terhadap-anak-tiap-tahun-meningkat/)
Menurut IASC (2005) kejahatan seksual Clara Kriswanto, sebagaimana yang
merupakan semua tindakan seksual, dikutip oleh Syarifuddin (2007), menyatakan
percobaan tindakan seksual, komentar yang bahwa pendidikan seks untuk anak usia 0-5
tidak diinginkan, perdagangan seks, dengan tahun adalah dengan teknik atau strategi
menggunakan paksaan, ancaman, paksaan sebagai berikut: (1) membantu anak agar
fisik oleh siapa saja tanpa memandang ia merasa nyaman dengan tubuhnya; (2)
hubungan dengan korban, dalam situasi memberikan sentuhan dan pelukan kepada
apa saja, tidak terbatas pada rumah dan anak agar mereka merasakan kasih sayang
pekerjaan. Adapun pengertian penyimpangan dariorangtuanya secara tulus; (3) membantu
seksual adalah segala bentuk penyimpangan anak memahami perbedaan perilaku yang
seksual, baik arah, minat maupun orientasi boleh dan yang tidak boleh dilakukan didepan
seksual (Sarwono, 2013). Penyimpangan umum seperti anak selesai mandi harus
adalah gangguan atau kelainan. Sedangkan mengenakan baju kembali di dalam kamar
perilaku seksual adalah segala tingkah laku mandiatau di dalam kamar. Anak diberi tahu
yang didorong oleh hasrat seksual, baik tentang hal-hal pribadi, tidak boleh disentuh,
dengan lawan jenis maupun dengan sesama dan dilihatorang lain; (4) mengajarkan anak
jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh
bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik laki-laki dan perempuan; (5) memberikan
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, penjelasan tentang proses perkembangan
dan bersenggama. Obyek seksualnya juga tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam
bisa berupa orang lain, diri sendiri maupun kalimat yang sederhana, bagaimana bayi bisa
obyek dalam khayalan. Penyimpangan dalam kandungan ibu sesuai tingkat kognitif
seksual merupakan salah satu bentuk anak. Tidak diperkenankan berbohong kepada
perilaku yang menyimpang karena melanggar anak seperti “adik datang dari langit atau
norma–norma yang berlaku Penyimpangan dibawa burung”. Penjelasan disesuaikan
seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk dengan keingintahuan atau pertanyaan anak
perbuatan yang mengabaikan nilai dan misalnya dengan contoh yang terjadi pada
norma yang melanggar, bertentangan atau binatang; (6) memberikan pemahaman
menyimpang dari aturan-aturan hukum. tentang fungsi anggota tubuh secara wajar
Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang mampu menghindarkan diri dari
(KPAI, 2015) menyatakan, kekerasan pada perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta
anak selalu meningkat setiap tahun. Hasil fungsi tubuhnya sendiri; (7) mengajarkan
pemantauan KPAI dari 2011 sampai 2014, anak untuk mengetahui nama-nama yang
terjadi peningkatan yang sifnifikan. Yaitu di benar pada setiap bagian tubuh dan fungsinya.
tahun 2011 terjadi 2178 kasus kekerasan, Vagina adalah nama alat kelamin perempuan
2012 ada 3512 kasus, 2013 ada 4311 dan penis adalah alat kelamin pria, dari
kasus, 2014 ada 5066 kasus. Adapun pelaku pada mengatakan dompet atau burung;
kekerasan pada anak bisa dibagi menjadi tiga (8) membantu anak memahami konsep
(KPAI, 2015). Pertama, orang tua. Kedua, pribadi dan mengajarkan kepada mereka
tenaga kependidikan yaitu guru dan orang- kalau pembicaraan seks adalah pribadi; (9)
orang yang ada di lingkungan sekolah seperti memberi dukungan dan suasana kondusif
cleaning service, tukang kantin, satpam, sopir agar anak mau berkonsultasi kepada orang
antar jemput yang disediakan sekolah. Ketiga,
103
Siska Lis Sulistiani, Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan..
tua untuk setiap pertanyaan tentang seks; seseorang harus tetap berpakaian sopan
(10) perlu ditambahkan, teknik pendidikan walaupun dengan sesama jenisnya, kecuali
seks dengan memberikan pemahaman seseorang yang telah terikat pernikahan yang
kepada anak tentang susunan keluarga sah yaitu suami istri.
(nasab) sehingga memahami struktur sosial Dari Muhammad bin Jahsy berkata: Rasulullah
dan ajaran agama yang terkait dengan saw melewati ma’mar sementara kedua
pergaulan laki-laki dan perempuan. Saat anak pahanya tersingkap, beliau bersabda: “Wahai
sudah bisa nalar terhadap strukturtersebut Ma’mar tutuplah kedua pahamu karena paha
orang tua bisa mengkaitkannya dengan itu adalah aurat” (HR. Ahmad, Hakim dan
pelajaran fiqh; dan (10) membiasakan dengan Bukhari).
pakaian yang sesuai dengan jenis kelaminnya Kemudian hadis berkaitan batas aurat
dalam kehidupan sehariharidan juga saat perempuan, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
melaksanakan salat akan mempermudah wa sallam pernah menegur Asma binti
anak memahami dan menghormatianggota Abu Bakar ra ketika beliau datang ke
tubuhnya. rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Oleh karena itu, pentingnya pendidikan dengan mengenakan busana yang agak tipis.
anak dalam Islamkhususnya dalam mencegah Rasûlullâh saw pun memalingkan mukanya
segala bentuk tindak kejahatan tersebut. sambil berkata: “Wahai Asma! Sesungguhnya
Sehingga dalam Islam konsep tersebut wanita jika sudah baligh maka tidak boleh
sebenarnya telah diajarkan, diantara konsep nampak dari anggota badannya kecuali ini
pendidikan anak untuk mencegah kejahatan dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan
dan penyimpangan seksual pada anak dalam telapak tangan)”(HR. Abu Dâwud, dan al-
Islam adalah: Baihaqi).
Melalui pemahaman yang baik mengenai
Memperkenalkan Jenis Laki-Laki dan batasan aurat atau anggota tubuh yang
boleh nampak dihadapan orang lain, yang
Wanita serta Batas Aurat
dapat diterapkan secara perlahan melalui
Allah SWT telah menciptakan manusia
pendidikan di keluarga atau di rumah dan hal-
dari jens laki-laki dan perempuan, agar
hal tersebut sudah harus ditananamkan pada
dapat saling melengkapi satu sama lain,
usia anak sedini mungkin. Adapun etika Islam
serta memerankan fungsi sesuai dengan
di dalam rumah pun harus diperhatikan dalam
kodratnya. Pendidikan ini dapat mengantarkan
pendidikan anak sehingga tetap terjaga sopan
pemahaman bahwa manusia (laki-laki atau
satun dalam berpenampilan dan berprilaku.
perempuan) sama di hadapan Allah yang
membedakan secara fisik hanya bentuk Dari Abi Said dari Rasulullah saw bersabda:
anatomi tubuh beserta fungsi reproduksinya “Laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki
saja sehingga karena perbedaan itu yang lain dan perempuan tidak boleh melihat aurat
laki-laki bisa membuahi dan perempuan bisa perempuan lain. Dan seorang aki-laki tidak
dibuahi, hamil, dan melahirkan. Pada wilayah boleh tidur bersama laki-laki lain dalam satu
domestik dan publik kedua jenis kelamin ini kain dan seorang perempuan tidak boleh tidur
harussaling melengkapi, menyempurnakan, bersama perempuan lain dalam satu kain”
dan mencintai untuk membangun ketakwaan (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmidzi)
dan keharmonisanhidup bersama dalam Pendidikan mengenai batasan aurat ini
keluarga dan masyarakat. khusus untuk anak sejak dini, seharusnya
Selain itu, dalam Islam dikenal dengan sudah diterangkan mengenai siapa saja,
istilah aurat yang tidak boleh nampak disaat apa saja dan dimana saja orang yang
dihadapan orang lain atau non mahram, dan boleh membantunya untuk melakukan hal
tetap memakai pakaian sopan walaupun pribadi seperti membersihkan diri setelah
dihadapan mahram seperti ayah dan ibu, buang air kecil atau besar, mandi, serta
kakak dan saudara yang termasuk kategori menggantikan baju. Artinya anak sejak dini
mahram lainnya khususnya bagi seseorang diajarkan mengenai kewaspadaan pada orang
yang telah masuk kedalam fase balig atau lain khususnya untuk mencegah kejahatan
dewasa. Hal tersebut demi menghindari hal- ataupun penyimpangan seksual. Pola
hal yang termasuk dalam perbuatan asusila pembiasaan dalam pendidikan lebih memiliki
atau kejahatan serta penyimpangan seksual dampak yang lebih terhadap pembentukan
lainnya. Adapun sesama jenis, baik laki-laki karakternya, sehingga nilai-nilai ini sudah
dengan laki-laki dan perempuan dengan dapat disampaikan anak sejak dini.
perempuan itu diharamkan melihat auratnya
m as i n g - m a sin g seh in g g a men ja dikan
105
Siska Lis Sulistiani, Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan..
gendernya namun dari nilai ketaqwaannya. IASC. (2005). Panduan Pencegahan Kekerasan
Selain itu, konsep pendidikan tentang berbasis Gender, Masa Keadaan
batasan aurat, adab pergaulan dan nilai Kedaruratan Kemanusiaan: Berfokus
pernikahan sebagai bentuk penyempurna pada Pencegahan dan Penanganan
agama perlu diberikan pada anak sebagai Kekerasan Seksual dalam Masa Darurat,
bentuk pencegahan terhadap bentuk tindak Jakarta: IASC.
kejahatan ataupun penyimpangan seksual. Soelaeman, MI. (1978). Pendidikan dalam
Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti Keluarga, Bandung: Diktat kuliah UPI.
mengusulkan beberapa rekomendasi sebagai Noviana, Ivo. (2015). Kekerasan
berikut: (1) pengembangan model pendidikan Seksual Terhadap Anak: Dampak dan
pada anak dalam mencegah kejahatan dan Penanganannnya. Jurnal Sosio Informa
penyimpangan seksual;(2) pengawasan Vol.1. No.1, pp 34-56.
dan sosialisasi mengenai konsep pendidikan Komariah, Kokom Siti. (2011). Model
berkarakter yang berbasis islam; (3) bagi Pendidikan Nilai Moral. Jurnal Pendidikan
peneliti lebih lanjut, pengembangan pola Islam-Ta’lim Universitas Pendidikan
pendidikan yang dapat mencegah kejahatan Indonesia Vol.9 No.1, pp 126-145.
dan penyimpangan seksualdi lembaga- Rofiq, M.. (2008). Pendidikan Seks Anak Usia
lembaga terkait perlu dikaji. Dini, Insania Jurnal Pemikiran Alternatif
Pendidikan. Vo.13. No.2, pp 56-68.
Sulistiani, Siska Lis. (2016). Kejahatan dan
Daftar Pustaka Penyimpangan Seksual dalam Hukum
Ka n ’ a n , A h m a d . ( 2 0 0 7 ) . M a b a d i ’ a l - Islam dan Hukum Positif Indonesia.
Mu’asyarah al-Zaujiyyah, Kado Terindah Bandung: Nuansa Aulia.
untuk Mempelai, Terj. Ali Muhdi Amnur, . Sarwono, Sarlito W. (2013). Psikologi
Yogyakarta: Mitrapustaka. Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.
Sastra, Ahmad. (2014). Filosofi Pendidikan Darajat, Zakiyah. (1971). Membina nilai-
Islam, Bogor: Darul Muttaqien Press. nilai moral di Indonesia, Jakarta: Bulan
Syarifuddin, Ahmad. (2007). Mendidik bintang.
Anak, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, Tanpa Nama. (2016). Kekerasan terhadap
Jakarta: Gema Insani Press. anak tiap tahun meningkat, (http://www.
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. (1997). Fathul Bari, kpai.go.id/berita/kpai-pelaku-kekerasan-
Jakarta: Pustaka Azzam. terhadap-anak-tiap-tahun-meningkat/)
Ibnu Rusd, Imam. (tt). Bidayah al-Mujtahid diunduh pada 21 November 2016.
wa Nihayah al-Muqtashid, Surabaya: al-
Hidayah.
107
Siska Lis Sulistiani, Konsep Pendidikan Anak dalam Islam Untuk Mencegah Kejahatan dan Penyimpangan..