Anda di halaman 1dari 6

Week 8

Nomor Slide Caption-p-p


1 Halo, perkenalkan saya Niki Prastomo, dosen di Program Studi Teknik Fisika Universitas
Multimedia Nusantara.

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan materi mengenai Tanggung Jawab dan
Hak Seorang Sarjana Teknik.
2 Kita akan mulai dengan mengkaji tanggung jawab profesional dari seorang Sarjana
Teknik. Terdapat tiga tanggung jawab utama yang akan dibahas, yaitu kaitannya dengan
kerahasiaan informasi, konflik kepentingan, dan penawaran yang kompetitif.
3 Pertama kita akan bahas mengenai kerahasiaan informasi. Seorang profesional, secara
umum diharapkan untuk dapat menjaga informasi rahasia tertentu dari klien mereka.
Penjagaan kerahasiaan ini sering muncul atau disebutkan dalam sebagian besar kode
etik bagi engineer. Ini adalah prinsip yang mapan dalam profesi seperti bidang
kedokteran, di mana informasi medis pasien harus dirahasiakan, dan dalam bidang
hukum, di mana hak istimewa pengacara-klien sudah menjadi doktrin yang umum.
Persyaratan ini berlaku sama untuk insinyur, yang memiliki kewajiban untuk menjaga
kerahasiaan informasi hak milik klien mereka.

Mengapa beberapa informasi teknik harus dirahasiakan? Kebanyakan informasi


tentang bagaimana bisnis dijalankan, produknya dan pemasoknya, secara langsung
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk bersaing di pasar. Informasi tersebut
dapat digunakan oleh pesaing untuk mendapatkan keuntungan atau untuk mengejar
ketinggalan. Jadi, akan menjadi hal yang baik bagi perusahaan (dan karyawan) untuk
menjaga kerahasiaan informasi tersebut sedapat mungkin.

Jenis informasi apa yang harus dirahasiakan? Beberapa jenis tersebut adalah sangat
jelas, termasuk hasil tes dan data, informasi tentang rilis produk mendatang, dan desain
atau formula untuk produk. Informasi lain yang harus dijaga kerahasiaannya tidak
terlalu ketat juga ada, termasuk informasi bisnis seperti jumlah karyawan yang
mengerjakan proyek, identitas pemasok, pemasaran strategi, biaya produksi, dan hasil
produksi. Sebagian besar perusahaan memiliki kebijakan ketat mengenai
pengungkapan informasi bisnis dan mewajibkan semua karyawan menandatanganinya.

Seringkali, komunikasi internal perusahaan akan diberi label sebagai "milik". Engineer
yang bekerja untuk klien sering diminta untuk menandatangani sebuah perjanjian
larangan pengungkapan informasi rahasia. Tentu saja, para engineer yang bekerja
untuk pemerintah, khususnya di industri pertahanan, memiliki persyaratan yang lebih
ketat lagi.
4 Tampaknya cukup mudah bagi para engineer untuk menjaga kerahasiaan informasi,
karena biasanya sudah jelas apa yang harus dirahasiakan dan dari siapa harus
dirahasiakan. Namun, seperti di banyak topik yang kita diskusikan, dalam konteks etika
rekayasa, ada wilayah abu-abu yang harus diperhatikan. Misalnya, adalah pertanyaan
tentang berapa lama kerahasiaan perlu dijaga setelah seorang engineer meninggalkan
pekerjaanya di suatu perusahaan.
Secara hukum, seorang engineer diharuskan untuk menjaga informasi rahasia bahkan
setelah dia pindah ke perusahaan baru. Dalam praktiknya, melakukannya hal ini dapat
menjadi kesulitan tersendiri. Bahkan jika tidak ada informasi spesifik diungkapkan
kepada perusahaan baru, seorang engineer membawa serta banyak pengetahuan dari
apa yang berhasil, bahan apa yang harus dipilih, dan komponen apa yang tidak boleh
dipilih. informasi tersebut mungkin dianggap hak milik oleh mantan perusahaannya.
Namun, ketika pergi ke pekerjaan baru, seorang engineer tidak dapat diharapkan untuk
melupakan semua pengetahuan atau pengalaman profesionalnya yang sudah
diperoleh selama bertahun-tahun.

Secara hukun, pengadilan telah mempertimbangkan masalah ini dan telah berusaha
untuk mencapai keseimbangan antara persaingan kebutuhan dan hak individu dan
perusahaan. Individu memiliki hak untuk mencari kemajuan karir di mana pun mereka
memilih, bahkan dari pesaing perusahaan mereka saat ini. Perusahaan memiliki hak
untuk menyimpan informasi jauh dari pesaing mereka. Beban untuk memastikan
bahwa keduanya diseimbangkan terletak pada individu sang engineer.
5 Selanjutnya, kita akan bahas mengenai konflik kepentingan.

Menghindari konflik kepentingan penting dalam profesi apa pun, dan bidang teknik
tidak terkecuali. Konflik kepentingan muncul ketika suatu kepentingan, jika dikejar,
dapat mencegah seorang profesional dari pemenuhan salah satu kewajibannya.
Misalnya, seorang engineer bidang sipil yang bekerja untuk departemen jalan raya
mungkin memiliki kepentingan keuangan di perusahaan yang memiliki penawaran pada
proyek konstruksi. Jika engineer tersebut memiliki tanggung jawab untuk menentukan
tawaran perusahaan mana yang akan menerima proyek, maka ada konflik kepentingan
yang jelas. Mengejar kepentingan keuangannya di perusahaan itu mungkin
membuatnya tidak secara objektif dan dapat melepaskan keprofesionalnya kepada
Departemen jalan raya.

Kode etik di bidang rekayasa sangat menjelaskan tentang perlunya menghindari konflik
kepentingan seperti ini. Ada tiga jenis konflik kepentingan yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, konflik kepentingan yang jelas atau nyata, seperti contoh yang dijelaskan
sebelumnya. Ada juga konflik kepentingan yang potensial, yang dapat dengan mudah
Berubah menjadi konflik kepentingan yang jelas. Misalnya, seorang engineer mungkin
berteman dengan pemasok untuk perusahaannya. Meskipun situasi ini tidak tentu
merupakan konflik, ada potensi bahwa penilaian engineer tersebut mungkin menjadi
konflik oleh keinginan untuk mempertahankan persahabatan. Ketiga, situasi yang
nampak seperti konflik kepentingan. Ini mungkin terjadi ketika seorang engineer
dibayar berdasarkan persentase dari biaya desain. Memungkinkan engineer tersebut
membuat desain yang lebih mahal yang tidak sepatutnya perlu hanya untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar.

Contoh-contoh konflik kepentingan tersebut dapat menimbulkan ketidakpercayaan


dan mempengaruhi penilaian kepada soerang engineer dalam hal kemampuan untuk
melakukan suatu pekerjaan di masa depan. Cara yang baik untuk menghindari konflik
kepentingan adalah dengan mengikuti panduan atau kebijakan perusahaan kebijakan.
Jika tidak ada kebijakan seperti itu, tanyakan kepada rekan kerja atau pimpinsn untuk
memperoleh pendapat dan akan memperjelas bahwa kita tidak berusaha
menyembunyikan sesuatu.
6 Tanggung Jawab seorang sarjana teknik atau engineer yang akan kita bahas terakhir
adalah Penawaran yang kompetitif.

Kode etik bidang rekayasa mencakup larangan tentang penawaran kompetitif untuk
layanan teknik. Larangan ini sama halnya dengan larangan serupa dalam kode etik
profesi lain seperti hukum dan kedokteran. Penawaran kompetitif dilarang karena
beberapa alasan. Terutama, terdapat kekhawatiran bahwa jika para insinyur terlibat
dalam penawaran yang kompetitif, akan terarah pada bahwa untuk kesepakatan
kontrak, secara signifikan hanya berdasarkan penetapan harga tender. Hal ini dapat
menyebabkan para engineer mengambil jalan pintas pada pekerjaan desain dan pada
akhirnya dapat merusak tugas untuk melindungi keselamatan dan kesejahteraan
masyarakat.

Dari sudut pandang engineer atau sarjana teknik, penawaran kompetitif dapat
menimbulkan godaan seperti mengajukan tawaran rendah yang tidak realistis untuk
mengamankan kontrak pekerjaan (lowballing) dan kemudian menebusnya melalui
perintah perubahan setelah pekerjaan selesai, melebih-lebihkan kualifikasi untuk
mengamankan pekerjaan, membuat persepsi negatif dan komentar merendahkan
tentang calon penawar lain, dan mencoba mengolkan proses penawaran atau tender
melalui kontak saluran belakang.

Ada juga kekhawatiran bahwa jika sebuah perusahaan mengajukan tawaran dengan
harga yang rendah dan kemudian diterima, mereka kemudian berada di posisi harus
mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan pekerjaan dengan harga penawaran yang
kecil tersebut. Oleh karena itu, ketika berpartisipasi dalam proses penawaran atau
tender, seorang engineer harus dapat bersikap adil, jujur, dan etis.

Terima kasih telah menyimak paparan mengenai Tanggung Jawab seorang Sarjana
Teknik.
7
8 Halo, perkenalkan saya Niki Prastomo, dosen di Program Studi Teknik Fisika Universitas
Multimedia Nusantara.

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan materi mengenai Hak Seorang Sarjana
Teknik.
9 Kita telah membahas bagaimana status profesional seorang sarjana teknik memberikan
beragam tanggung jawab. Namun, di sisi lain, engineer juga memiliki hak yang sejalan
dengan tanggung jawab ini.

Tidak semua hak ini muncul karena status profesionalnya di bidang teknik. Ada hak yang
dimiliki oleh individu terlepas dari status profesionalnya, termasuk hak privasi, hak
untuk berpartisipasi dalam memilih aktivitas sendiri di luar pekerjaan, hak untuk secara
wajar menolak kebijakan perusahaan tanpa rasa takut akan pembalasan, dan hak atas
proses hukum.
Hak yang paling mendasar dari seorang engineer adalah hak nurani. Ini melibatkan hak
untuk menjalankan profesinya, menjalankan tugas untuk melaksanakan suatu penilaian
dengan cara yang etis. Hak ini merupakan dasar bagi praktik profesional seorang
engineer. Hak nurani profesional dapat memiliki banyak aspek. Salah satunya adalah
disebut sebagai "Hak Penolakan Hati Nurani". Ini adalah hak untuk menolak terlibat
dalam suatu perilaku yang tidak etis. Sederhananya, tidak ada pemberi kerja yang dapat
meminta atau menekan karyawan untuk melakukan sesuatu yang dia anggap tidak etis
dan tidak dapat diterima.

Meskipun masalah ini sangat jelas, contohnya dalam kasus ketika seorang engineer
diminta untuk memalsukan hasil tes atau memalsukan data keamanan suatu produk,
kadang kala menjadi abu-abu dalam contoh kasus ketika engineer menolak penugasan
berdasarkan prinsip etika yang tidak dimiliki oleh semua orang. Misalnya, seorang
engineer berhak untuk menolak bekerja pada proyek militer, karena pada dasarnya,
senjata militer sering kali dirancang untuk satu tujuan, yaitu membunuh manusia
ataupun menolak lingkungan pekerjaan yang berbahaya jika hati nuraninya
mengatakan bahwa pekerjaan tersebut tidak bermoral. Perusahaan perlu
mengakomodasi permintaan engineer tersebut secara wajar.

10 Sekarang kita beralih pada pembahasan salah satu jenis aksi yang terkait dengan hak
dan kewajiban sarjana teknik, yaitu “whistle-blowing”.

Ada peningkatan perhatian yang diberikan dalam 30 tahun terakhir terhadap whistle-
blowing, baik di pemerintahan maupun di industri swasta. Whistle-blowing adalah
tindakan yang dilakukan oleh karyawan yang menginformasikan kepada publik atau
manajemen yang lebih tinggi tentang perilaku yang tidak etis atau ilegal oleh atasannya.
Menurut kode etik masyarakat teknik, engineer memiliki kewajiban untuk melindungi
kesehatan dan keamanan publik, sehingga dalam banyak kasus, seorang engineer
terpaksa melakukan whistle blowing pada tindakan atau proyek yang merusak nilai-
nilai ini. Engineer juga memiliki hak profesional untuk mengungkapkan kesalahan
dalam organisasi mereka dan berharap untuk melihat tindakan yang tepat dapat
diambil.

Whistle blowing dapat dikategorikan sebagai internal, ketika laporan diberikan kepada
manajemen yang lebih tinggi, dan proses ini hanya berkutat dalam perusahaan atau
organisasi. atau dikategorikan eksternal whistle blowing, ketika ketika karyawan
menghubungi pihak luar perusahaan atau instansi dan melaporkan kesalahan kepada
media atau otoritas penegak hukum. Jenis whistle-blowing apa pun kemungkinan besar
akan terjadi dianggap sebagai ketidaksetiaan. Namun, jika informasi hanya diketahui
pihak internal saja sering dianggap sebagai usaha yang kurang serius dibandingkan
dengan mengnfokan kepada pihak di luar dari perusahaan atau institusi.

Ada juga perbedaan antara whistleblowing yang diakui dan anonim. Whistle-blowing
anonim terjadi ketika karyawan yang mengeluarkan info menolak untuk membocorkan
namanya saat membuat tuduhan. Karyawan tersebut mungkin juga berbicara dengan
media berita tetapi menolak namanya digunakan sebagai sumber tuduhan kesalahan.
Di sisi lain, whistle-blowing yang diakui terjadi ketika karyawan mencantumkan
namanya di balik tuduhan dan bersedia untuk menerima konsekuensi pengawasan
yang ditimbulkan oleh tuduhannya.

Whistle-blowing bisa sangat buruk dari sudut pandang perusahaan karena dapat
menyebabkan ketidakpercayaan, ketidakharmonisan, dan ketidakmampuan karyawan
untuk bekerja sama. Oleh karena itu, Whistle-blowing hanya boleh dilakukan jika empat
kondisi berikut terpenuhi:
 Kebutuhan. Harus ada kerugian yang jelas dan penting yang dapat dihindari
dengan whistle blowing. Dalam memutuskan apakah akan go public, karyawan
perlu memiliki rasa proporsional. Kita tidak perlu membocorkan segala hal,
hanya hal-hal yang penting saja. Tentu saja, jika ada pola dari banyak hal kecil
yang sedang terjadi, ini dapat menambah masalah besar dan penting yang
mengharuskan adanya whistle blowing.
 Kedekatan. Pelapor harus berada dalam posisi yang sangat jelas untuk
melaporkan masalah tersebut. Kabar angin tidak memadai. Pengetahuan
langsung sangat penting untuk membuat laporan yang efektif tentang
perbuatan salah. Poin ini juga menyiratkan bahwa pelapor harus memiliki
keahlian yang cukup di bidang tersebut untuk membuat penilaian situasi yang
realistis.
 Kemampuan. Pelapor harus memiliki peluang sukses yang wajar dalam
menghentikan aktivitas berbahaya. Kita tidak berkewajiban untuk
mempertaruhkan karir dan keamanan finansial keluarga jika kita tidak dapat
menyelesaikan kasus ini sampai selesai atau kita tidak merasa bahwa kita
memiliki akses ke saluran yang tepat untuk memastikan bahwa situasi tersebut
diselesaikan.
 Usaha terakhir. Whistle-blowing harus dicoba hanya jika tidak ada orang lain
yang lebih mampu atau lebih dekat untuk meniup peluit dan jika kita merasa
bahwa semua tindakan lain dalam konteks organisasi telah dieksplorasi dan
dimatikan.
11 Sepertinya tidak mungkin untuk menghilangkan semua kesalahan di perusahaan atau
lembaga pemerintah. Nah, dari sudut pandang perusahaan, bagaimana caranya untuk
mencegah adanya Whistle-blowing? Beberapa tips akan hal ini adalah:
 Pertama, harus ada budaya etika perusahaan yang kuat. Ini harus mencakup
komitmen yang jelas terhadap perilaku etis, mulai dari tingkat manajemen
tertinggi, dan pelatihan etika wajib untuk semua karyawan.
 Kedua, harus ada jalur komunikasi yang jelas di dalam korporasi. Keterbukaan
ini memberikan jalan yang jelas bagi karyawan yang merasa ada sesuatu yang
harus diperbaiki untuk menyampaikan keprihatinannya.
 Ketiga, semua karyawan harus memiliki akses yang baik ke manajer tingkat
tinggi untuk menyampaikan kekhawatiran mereka. Akses ini harus datang
dengan jaminan bahwa tidak akan ada pembalasan. Sebaliknya, karyawan yang
mau memberi info harus diberi penghargaan atas komitmen mereka untuk
mendorong perilaku etis perusahaan.
 Dan keempat, harus ada kemauan dari pihak manajemen untuk mengakui
kesalahan, secara terbuka jika diperlukan. Sikap ini akan memberikan teladan
untuk perilaku etis oleh semua karyawan.
Demikian paparan mengenai Tanggung Jawab dan Hak Seorang Sarjana Teknik, terima
kasih telah menyimak.

Anda mungkin juga menyukai