Teori 2
Teori 2
2. Indikasi
Operasi Craniotomy dilakukan untuk pengangkatan tumor pada otak, untuk
menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk mengendalikan perdarahan dari
pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral), untuk memperbaiki malformasi
arteriovenosa (koneksi abnormal dari pembuluh darah), untuk menguras abses otak,
untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak, untuk melakukan biopsi, atau untuk
memeriksa otak.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Brunner dan Suddarth (2000:65) gejala-gejala yang ditimbulkan pada
klien dengan craniotomy dibagi menjadi 2 yaitu
a) Manifestasi klinik umum (akibat dari peningkatan TIK, obstruksi dari CSF),
seperti sakit kepala, nausea atau muntah proyektit, pusin, perubahan mental,
kejang.
b) Manifestasi klinik lokal (akibat kompresi tumor pada bagian yang spesifik dari
otak)
- Perubahan penglihatan, misalnya: hemianopsia, nystagmus, diplopia,
kebutaan, tanda-tanda papil edema.
- Perubahan bicara, msalnya: aphasia
- Perubahan sensorik, misalnya: hilangnya sensasi nyeri, halusinasi sensorik.
- Perubahan motorik, misalnya: ataksia, jatuh, kelemahan, dan paralisis.
- Perubahan bowel atau bladder, misalnya: inkontinensia, retensia urin, dan
konstipasi.
- Perubahan dalam pendengaran, misalnya : tinnitus, deafness. 7) Perubahan
dalam seksual.
3. Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa
teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang
meyebabkan timbulnya meningioma. Selain itu faktor resiko yang meningkatkan
kejadian meningioma adalah a. Trauma
Menurut penelitian oleh Philips (2002), resiko kejadian meningioma
meningkat pada klien dengan resiko kejadian meningioma. Pada beberapa kasus ada
hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya tumor.
Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya kanker tersebut adalah trauma.
a) Kehamilan
Meningioma, dapat timbul pada akhir kehamilan, hal ini dapat dijelaskan atas
dasar adanya hidrasi otak yang meningkat pada saat akhir kehamilan.
b) Radiasi Ionisasi
Proses neoplastik dan perkembangan tumor akibat paparan radiasi disebabkan
oleh perubahan produksi base-pair dan kerusakan DNA yang belum diperbaiki
sebelum replikasi DNA. Penelitian pada orang yang selamat dari bom atom di
Hiroshima dan Nagasaki menemukan bahwa terjadi peningkatan insiden
meningioma yang signifikan (Calvocoressi & Claus, 2010).
c) Genetik
Umumnya meningioma merupakan tumor sporadik yaitu tumor yang timbul
pada klien yang tidak memiliki riwayat keluarga dengan penderita tumor otak
jenis apapun. Sindroma genetik turunan yang memicu perkembangan
meningioma hanya beberapa dan jarang. Meningioma sering dijumpai pada
penderita dengan Neurofibromatosis type 2 (NF2), yaitu kelainan gen autosomal
dominan yang jarang dan disebabkan oleh mutasi germline pada kromosom
22q12 (Smith, 2011).
d) Hormon
Angka kejadian meningioma meningkat pada wanita karena adanya pengaruh
hormon, atau penggunaan kontrasepsi. Penelitian-penelitian pada paparan
hormon endogen memperlihatkan bahwa resiko meningioma berhubungan
dengan status menopause, paritas, dan usia pertama saat menstruasi meningkat
(Wiemels, 2010). Pada sekitar 2/3 kasus meningioma ditemukan reseptor
progesterone.Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan
pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untuk
platelet derived growth factor.
4. Manifestasi Klinik
Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-gejala
dalam waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Gejala-gejala umum, seperti
juga pada tumor intracranial yang lain misalnya sakit kepala, muntah-muntah,
perubahan mental atau gejala-gejala fokal seperti kejang-kejang, kelumpuhan, atau
hemiplegia.
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada
otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya
fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh
darah). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal. Gejala
umumnya seperti:
a) Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi
hari.
b) Perubahan mental
c) Kejang
d) Mual muntah
e) Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
e) Meningioma fossa posterior: nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otototot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya
berjalan,
5. Patofisiologi
Meningioma adalah jenis tumor yang berkembang pada meninges (atau
membrane yang melapisi system saraf puasat yaitu otak dan tulang belakang). Faktor
resiko yang seperti radiasi, genetic, trauma, kehamilan dan hormone menyebabkan
pertumbuhan sel-sel tumor meningkat, yang lama kelamaan akan menekan pada otak.
Penekanan pada bagian otak tertentu dapat menyebabkan gangguan pada bagian otak
yang tertekan, misalnya pada bagian sphenoidalis menyebabkan klien mengalami
gangguan lapang pandang dan berkurangnya sensibilitas wajah.
Pertumbuhan sel-sel tumor yang terus membesar, apabila berlangsung secara
terus menerus dapat menyebabkan perubahan suplai darah, sehingga dapat
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut
dan dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Selain itu
bertambahnya massa dalam otak dapat menyebabkan peningkatan TIK. Apabila
peningkatan TIK berlangsung cepat menyebabkan mekanisme tubuh untuk
mengkompensasi hal tersebut berkurang karena mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari ataupunn berbulan-bulan untuk menjadi efektif . Mekanisme
kompensasi ini meliputi menurunkan volume darah intrakranial, menurunkan volume
CSS, menurunkan kandungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak.
Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus serebellum.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Foto polos
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos.
Diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi
sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran
pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai
darah ke tumor.
b) CT-Scan
c) MRI
d) Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
e) Angiografi Serebral
f) Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada meningioma dapat berupa embolisasi, pembedahan,
radiotherapi, dan radiasi.
a. Pembedahan
Terdapat dua tujuan utama dari pembedahan yaitu paliatif dan reseksi tumor.
Pembedahan merupakan terapi utama pada penatalaksanaan semua jenis
meningioma. Tujuan dari reseksi meningioma adalah menentukan diagnosis
definitif, mengurangi efek massa, dan meringankan gejala-gejala. Reseksi harus
dilakukan sebersih mungkin agar memberikan hasil yang lebih baik. Sebaiknya
reseksi yang dilakukan meliputi jaringan tumor, batas duramater sekitar tumor,
dan tulang kranium apabila terlibat. Reseksi tumor pada skull base sering kali
subtotal karena lokasi dan perlekatan dengan pembuluh darah (Modha & Gutin,
2005).
b. Radiotherapi
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu
atau dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel
tumor pada klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan
ini diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu
yang singkat, diikuti waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat
telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah
tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak. (Febri : 2012)
d. Angiografi preoperative
Angiografi preoperative dapat menggambarkan suplai pembuluh darah terhadap
tumor dan memperlihatkan pembungkusan pembuluh darah. Selain itu, angiografi
dapat memfasilitasi embolisasi preoperatif. Beberapa jenis meningioma terutama
malignan umumnya memiliki vaskularisasi yang tinggi, sehingga embolisasi
preoperatif mempermudah tindakan reseksi tumor. Hal ini disebabkan oleh
berkurangnya darah yang hilang secara signifikan saat reseksi. Embolisasi
preoperatif dilakukan pada tumor yang berukuran kurang dari 6 cm dan dengan
pertimbangan keuntungan dibandingkan dengan resiko dari embolisasi (Levacic et
al; 2012).
8. PROSES KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Biodata klien
Berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No.
Medical Record, NamaSuami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama,
Alamat, TanggalPengkajian.
b. Keluhan utama : klien dengan meningioma biasanya mengeluh nyeri kepala,
muntah, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan penglihatan atau
penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia),
hilangnya ketajaman atau diplopia.
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, seperti adakah riwayat jatuh, atau
angota keluarga yang menderita meningioma.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aspek neurologis yang dikaji adalah tingkat kesadaran, biasanya GCS < 15,
disorientasi orang, tempat dan waktu. Adanya refleks babinski yang positif,
perubahan nilai tanda-tanda vital kaku kuduk, hemiparese. Nervus cranialis
dapat terganggu bila cedera kepala meluas sampai batang otak karena udema
otak atau perdarahan otak juga mengkaji nervus I, II, III, V, VII, IX, XII.
2) Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung,
sehingga terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun
iramanya, bisa berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi,
stridor, ronkhi, wheezing ( kemungkinana karena aspirasi), cenderung terjadi
peningkatan produksi sputum pada jalan napas.
3) Blood
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi.
Tekanan pada pusat vasomotor akan meningkatkan transmisi rangsangan
parasimpatik ke jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi
lambat, merupakan tanda peningkatan tekanan intrakranial. Perubahan
frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi dengan bradikardia,
disritmia).
4) Brain
Gangguan kesadaran merupakan salah satu bentuk manifestasi adanya
gangguan otak akibat tumor pada otak. Kehilangan kesadaran sementara,
amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran,
baal pada ekstrimitas. Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak
akan terjadi gangguan pada nervus cranialis, maka dapat terjadi :
a) Perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi,
pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).
b) Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan
sebagian lapang pandang, foto fobia.
c) Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata
d) Terjadi penurunan daya pendengaran, keseimbangan tubuh.
e) Sering timbul hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus
menyebabkan kompresi spasmodik diafragma.
f) Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah
satu sisi, disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
5) Bladder
pada post craniotomy sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
ketidakmampuan menahan miksi.
6) Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah
(mungkin proyektil), kembung dan mengalami perubahan selera. Gangguan
menelan (disfagia) dan terganggunya proses eliminasi alvi.
7) Bone
Pada klien dengan meningioma sering datang dalam keadaan parese,
paraplegi. Pada kondisi yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi
dan dapat pula terjadi spastisitas atau ketidakseimbangan antara otot-otot
antagonis yang terjadi karena rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf
di otak dengan refleks pada spinal selain itu dapat pula terjadi penurunan
tonus otot.
2) Diagnosa Keperawatan
Menurut Nurarif (2013) diagnosa keeprawatan yang muncul adalah sebagai
berikut:
a. Pre operasi
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK,
edema serebri, hematoma.
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan medulla oblongata.
3) Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya operasi
b. Intra operasi
1) Perdarahan berhubungan dengan insisi pembedahan
c. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal,
distensi kandung kemih/abdomen.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah.
3) Intervensi
a. Pre operasi
1) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK,
edema serebri, hematoma.
Tujuan: perfusi jaringan baik
Kriteria hasil: Tanda vital stabil (TD: 120/80-140/90 mmHg, Nadi:60-100
x/mnt, RR: 16-24x/mnt), tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK (pupil edema,
muntah proyektil, nyeri kepala ), orientasi baik.
Intervensi:
a) Tentukan faktor-faktor yg menyebabkan koma/penurunan perfusi jaringan
otak dan potensial peningkatan TIK.
b) Monitor secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK.
c) Pantau /catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai
standar GCS.
d) Evaluasi keadaan pupil, ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan, reaksi
terhadap cahaya.
e) Pantau tanda-tanda vital: TD, nadi, frekuensi nafas, suhu.
f) Pantau intake dan out put, turgor kulit dan membran mukosa.
g) Turunkan stimulasi eksternal dan berikan kenyamanan, seperti lingkungan
yang tenang.
h) Bantu pasien untuk menghindari /membatasi batuk, muntah, mengejan.
i) Tinggikan kepala pasien 15-45 derajad sesuai indikasi/yang dapat
ditoleransi.
j) Batasi pemberian cairan sesuai indikasi.
k) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
l) Berikan obat sesuai indikasi, misal: diuretik, steroid, antikonvulsan,
analgetik, sedatif, antipiretik.
b. Intra operasi
1) Perdarahan berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : perdarahan minimal atau tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda syok akibat perdarahan yang berlebihan
Intervensi :
a) Siapkan kantong darah sesuai golongan darah pasien untuk transfusi klien
b) Siapkan suction pump atau kassa untuk menekan perdarahan agar
perdarahan tidak lebih banyak.
c) Monitor keluaran darah/perdarahan.
c. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal,
distensi kandung kemih/abdomen. Tujuan : Nyeri berkurang Kriteria hasil :
a) Nyeri hilang atau terkontrol (skala nyeri 1-0).
b) Tampak rileks, mampu tidur atau istirahat dengan tepat.
c) Ekspresi wajah menyeringai Intervensi :
a) Kaji nyeri dengan PQRST, catat lokasi, karakteristik, beratnya skala (010).
b) Kontrol lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap nyeri seperti suhu,
suara, dll.
c) Ajarkan pasien teknik non farmakologis seperti nafas dalam.
d) Berikan aktivitas hiburan.
e) Kolaborasi dengan berikan analgesik sesuai indikasi.
4) Evaluasi
a. Pre Operasi
1) Perfusi jaringan baik
2) Pola nafas
efektif.
3) Ansietas berkurang.
b. Intra Operasi
1) Perdarahan minimal
c. Post Operasi
1) Nyeri berkurang
2) Tidak terjadi infeksi dan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brain Trauma Foundation, AANS, Joint Section of Neurotrauma and Critical Care.
Guidelines for the management of severe head injury. J Neurotrauma.
Brown CV, Weng J, Oh D, et al. Does routine serial computed tomography of the head
influence management of traumatic brain injury? A prospective evaluation. J Trauma.
Nov 2004.
Bullock MR, Chesnut R, Ghajar J, et al. Surgical management of acute subdural hematomas.
Neurosurgery. Mar 2006.
Chesnut RM, Gautille T, Blunt BA, et al. The localizing value of asymmetry in pupillary size
in severe head injury: relation to lesion type and location. Neurosurgery. May 1994.
Guilburd JN, Sviri GE. Role of dural fenestrations in acute subdural hematoma. J Neurosurg.
Aug 2001.