Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara
langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan
berkembangnya industri kayu karet, sasaran program pemuliaan tidak hanya
menghasilkan klon unggul yang memiliki potensi hasil lateks tinggi tetapi juga
produksi kayu yang tinggi.
Penemuan teknik perbanyakan vegetatif secara okulasi pada tahun 1916 telah
memberikan peluang bagi pemulia untuk melakukan seleksi pohon induk sehingga
menghasilkan klon-klon unggul primer sebagai bahan tanaman komersial.
330, RRIC 100, RRIM 717, AVROS 2037, BPM 107,BPM 109,PB 217, PR 303,
RRIC 102, TM 2, TM 6, TM 8 dan TM 9.
Klon-klon quick starter seperti PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, RRIM712,
IRR 103, IRR 104, IRR 105, IRR 106, IRR 107, IRR 109, IRR 110,IRR 111, IRR
112, IRR 117, IRR 118, IRR 119, IRR 120.
5) Klon dengan Ketahanan Genetik Terhadap Penyakit Gugur Daun
Penyakit gugur daun utama pada tanaman karet antara lain disebabkan oleh jamur
Colletotrichum gloeosporioides, Oidium heveae dan Corynespora cassiicola. Ketiga
penyakit daun tersebut merupakan penyakit penting karena dapat menyerang tanaman di
pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan maupun di kebun kayu
okulasi/entres. Pada tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena daun-
daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat, produksi
lateks menurun bahkan mengakibatkan kematian tanaman.
Pada tanaman karet di lapangan serangan C. gloeosporioides mengakibatkan
gugurnya daun-daun muda sehingga tajuk tanaman tipis, perkembangan lilit batang
terhambat dan tertundanya matang sadap. Serangan Oidium mengakibatkan daun- daun
muda yang baru terbentuk menjadi hitam dan akhirnya gugur, yang juga diikuti gugurnya
tangkai daun, sedangkan serangan penyakit gugur daun C. cassiicola mengakibatkan
gugurnya daun karet terus menerus sepanjang tahun karena dapat menyerang daun muda
maupun tua, sehingga tanaman tidak dapat berproduksi dan lambat laun mengalami
kematian.
Di Indonesia, perakitan klon unggul baru penghasil lateks tinggi dan tahan penyakit
gugur daun, menjadi program utama dalam pemuliaan karet dengan memanfaatkan
berbagai klon tahan penyakit sebagai tetua persilangan. Tersedianya berbagai klon
introduksi merupakan sumber keanekaragaman genetik (plasma nutfah) karet yang sangat
bermanfaat untuk digunakan dalam persilangan buatan. Tetua yang dipilih adalah klon-
klon tahan penyakit dan klon produksi tinggi yang digunakan
dalam program persilangan secara luas dengan teknik resiprocal cross maupun back
cross.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi penyakit gugur daun
antara lain :
(1). Memilih bibit karet yang berasal dari klon unggul untuk dibudidayakan. Hindari
menanam klon karet yang rentan di daerah-daerah yang terindikasi rawan serangan
jamur Oidium heveae. Klon-klon tersebut antara lain GT1, PR255, dan WR101.
(2). Memberikan rangsangan tertentu untuk mempercepat pertumbuhan daun sehingga
terhindar dari serangan penyakit, khususnya pada waktu musim penghujan. Cara yang
dilakukan dengan memberikan pupuk nitrogen sesuai dosis anjuran.
(3). Memberikan perlindungan terhadap tanaman sehingga terhindar dari serangan
penyakit gugur daun. Anda bisa mengaplikasikan fungisida Bayfidan 250 EC,
Bayleton 250 EC, belerang atau Tilt 250 EC seminggu sekali sebanyak 5 kali dimulai
saat tanaman telah membentuk daun mencapai 10 persen.
Pengendalian penyakit embun tepung pada tanaman karet dapat bersifat tidak
ekonomis dikarenakan pencegahan masih menjadi metode yang paling direkomendasikan.
Khusus untuk tanaman menghasilkan, pencegahan pertumbuhan jamur O. heveae dapat
dilakukan melalui pemberian pupuk ekstra pada awal dan akhir musim penghujan.
Hasil pengujian lab berbagai klon karetintroduksi terhadap penyakit gugur daun
Colletotrichum gloeosporioides, O. heveae dan C. cassiicola menunjukkan klon RRIC
100 dan PB 260 memiliki ketahanan yang paling baik terhadap ketiga penyakit gugur
daun,menyusul klon yang tergolong moderat resisten yaitu PB 254, PB 312, PB 314 dan
RRIM 921.
4) Keterangan Tentang Singkatan Nama-Nama Klon
GT : Gondang Tapen
WR : Wangun Reja
PR : Proefstation Rubber
LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf
AVROS : Algemene Vereniging van Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra
PPN : Perusahaan Perkebunan Negara
Tjir : Tjirandji
GYT : Good Year Type
RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia RRIC
: Rubber Research Institute of Ceylon IAN
: Instituto Agronomico dede Norte (Brazil)
BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan
BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember
RCG : Rubber Research Center Getas
IRR : Indonesian Rubber Research
mempelajari ekologi, maka Kajian ekologi tumbuhan dapat dibagi dalam dua pendekatan,
yaitu:
Autekologi merupakan ilmu yang kajiannya membahas tentang individu-individu yang
menyusun suatu spesies ataupun populasi yang terkait dengan faktor lingkungan.
Autekologi sering juga disebut ekologi populasi. Autekologi tumbuhan adalah kajian
mengenai interaksi ekologi spesies atau populasi tumbuhan dengan lingkungannya.
Contoh dari kajian ini adalah bagaimana distribusi populasi tumbuhan bambu di
sepanjang gradasi lingkungan.
Sinekologi merupakan ilmu yang memusatkan kajiannya pada komunitas sebagai
komponen dari ekosistem. Kajian ini bertujuan untuk memahami bagaimana asal mula,
perkembangan, dan cara komunitas mempertahankan keberlangsungannya, serta
tercakup di dalamnya adalah klasifikasi vegetasi. Sinonim dari sinekologi adalah
ekologi komunitas, ekologi vegetasi, geobotani, ilmu vegetasi, dan pytososiologi. Asal
mula sinekologi sangat dipengaruhi oleh ilmu geografi tumbuhan.
Lingkungan dapat dimaknai sebagai gabungan dari seluruh kondisi eksternal dan faktor-
faktor yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan dari suatu organisme.
Lingkungan dapat berupa:
Lingkungan biotik yakni unsur dari lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup
berupa manusia, tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme.
Lingkungan abiotik yakni unsur dari lingkungan yang terdiri atas benda tak hidup
seperti tanah, udara, dan air.
Lingkungan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan cakupan ruangnya, yaitu:
Lingkungan Makro
Lingkungan Mikro
Di dalam Undang-Undang Rep. Indonesia no. 32 tahun 2009 disebutkan bahwa
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu