Anda di halaman 1dari 28

2.

Penilaian Status Gizi Dan Pengelolaan Pasien Obesitas

Semester :6
Modul : Ketrampilan Klinis 4
Waktu : 200 menit

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan skill lab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan penilaian status obesitas
2. Membuat perencanaan penurunan berat badan pasien obesitas
3. Melakukan edukasi manajemen meal plan pada pasien dengan obesitas

B. RENCANA PEMBELAJARAN
Waktu 200 menit (100 menit synchronous dan 100 menit asynchronous)
praktikum
Panduan Tutor Pada 100 menit pertama dilakukan secara synchronous:
1. Instruktur menerangkan tentang obesitas (penilaian status obesitas dan
prinsip manajemen obesitas)
2. Instruktur membagi mahasiswa menjadi 3 kelompok
3. Instruktur menyampaikan tugas mahasiswa untuk mendiskusikan
skenario dan berlatih menilai obesitas, melakukan perencanaan
manajemen berat badan, serta melakukan edukasi
4. Instruktur melakukan penilaian terhadap penampilan setiap mahasiswa
5. Instruktur menyampaikan tugas yang harus dilakukan mahasiswa
secara asynchronous dengan membuat meal plan dan video edukasi
berdurasi maksimal 8 menit
Pada 100 menit kedua dilakukan secara asynchronous:
1. Instruktur memberikan feedback dan penilaian terhadap meal plan dan
video edukasi yang dikirimkan mahasiswa tentang cara edukasi
manajemen obesitas.
2. Penilaian dengan I-class maksimal Minggu, 20 Februari 2022, pukul
18.00
Tugas Mahasiswa Pada 100 menit pertama dilakukan secara synchronous:
1. Mahasiswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh instruktur
terkait materi obesitas dan prinsip manajemen obesitas
2. Mahasiswa berdiskusi dalam kelompok kecil (breakout room) dan
berlatih mengenai penilaian dan edukasi (membuat perencanaan
penurunan berat badan) obesitas selanjutnya dilakukan penilaian oleh
instruktur
Pada 100 menit kedua dilakukan secara asynchronous:
1. Mahasiswa memperhatikan penjelasan dari instruktur terkait cara/teknik
penilaian dan cara edukasi manajemen obesitas
2. Mahasiswa mempraktekkan cara/tehnik penilaian dan cara edukasi
manajemen obesitas
3. Tugas dibuat dalam video edukasi dengan durasi 8 menit, dikumpulkan
maksimal Sabtu, 19 Februari 2022, pukul 12.00

1
C. DASAR TEORI
I. Obesitas
Obesitas adalah bertambahnya berat badan melebihi rentang normal IMT yang ditandai
dengan akumulasi lemak di dalam tubuh. Obesitas berbeda dengan keadaan kelebihan
berat badan yang sering dijumpai di antara para atlet olahraga beban atau pada orang-
orang tertentu dengan kerangka tubuh yang besar. Obesitas yang morbid akan disertai
dengan peningkatan prevalensi berbagai penyakit, seperti diabetes, stroke, & jenis-jenis
kanker tertentu.
Etiologi
Penyebab obesitas adalah multifaktor, antara lain:
1. Genetik
2. Lingkungan
3. Psikologi
4. Fisiologi
Dasar: konsumsi kalori (intake) yang berlebihan dibandingkan dengan energi yang
dikeluarkan (expenditure)
Hal-hal yang diperhatikan: Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap obesitas
Temuan (anamnesis) yang bermakna, antara lain:
 Zat gizi yang biasa dimakan, meliputi:
o kebiasaan makan dan jajan
o jenis & jumlah makanan yang biasa & jarang dikonsumsi di setiap waktu
makan
o metode penyiapan makanan (digoreng, ditumis, dll)
o minuman ringan (termasuk alkohol)
 Kondisi di mana makan terjadi, meliputi:
o waktu makan utama & camilan
o dengan siapa (sendirian, keluarga, teman, dll)
o di mana dan kapan (di meja makan, sambil nonton TV, ketika belajar, dll)
o perasaan yang mempengaruhi makan (kesepian, bosan, depresi, dll)
Penyimpanan catatan (lihat lampiran) dari makanan membantu seseorang
mengetahui kondisi yang mempengaruhi makan.
 Tingkat aktivitas, meliputi:
o ada/tidak jadwal olahraga yang teratur (jenis, frekuensi, lamanya, dan
intentitas)
o lama & intensitas aktivitas fisik yang biasa dilakukan pada jam kerja atau di
luar jam kerja (aktivitas yang diperlukan selama kerja, sekolah, tugas rumah
tangga, atau hobi, dll)
o lama tidur siang & malam

II. PROSEDUR
1. Penilaian obesitas
Dengan data BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa Tubuh), dapat
diklasifikasikan overweight & obesitas menurut WHO seperti pada Tabel 1. Namun,
suatu penelitian meta-analisis pada berbagai etnis menunjukkan bahwa pada kadar
lemak tubuh, umur, dan jenis kelamin yang sama; orang China, Indonesia, dan
Thailand mempunyai BMI 1.9, 3.2, 2.9 kg/m2 lebih rendah dibanding Kaukasian.

2
Hal ini menunjukkan bahwa cut-off point BMI untuk obesitas pada populasi tertentu
perlu untuk dikembangkan. Untuk kawasan Asia- Pasifik kini mulai dikembangkan
kriteria overweight & obesitas seperti pada Tabel 2. Sedangkan di Indonesia,
Riskesdas menggunakan klasifikasi pada Tabel 3.
Tabel 1. Klasifikasi WHO
Klasifikasi BMI (kg/m2)
Underweight < 18.5
Normal range 18.5 – 24.9
Overweight > 25
Pre-obese 25.0 – 29.9
Obese class I 30.0 – 34.9
Obese class II 35.0 – 39.9
Obese class III > 40

Tabel 2. Klasifikasi overweight & obesitas berdasarkan BMI, waist


circumference

Tabel 3. Klasifikasi ambang batas BMI atau IMT untuk orang Indonesia
Kategori IMT (kg/m2)
Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17
Kekurangan BB tingkat ringan 17.0 – 18.4
Normal 18.5 – 25.0
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan (BB berlebih) 25.1 – 27.0
Kelebihan BB tingkat berat (Obesitas) > 27.0

2. Lingkar perut pada obesitas sentral


Obesitas sentral dapat dinilai memakai beberapa cara. Cara yang paling baik
adalah memakai compared tomography (CT) atau magnetic resonance imaging
(MRI), tetapi kedua cara ini mahal harganya dan jarang digunakan untuk menilai
keadaan ini. Lingkar perut atau rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul (WHR,

3
Waist-Hip Ratio) merupakan alternatif klinis yang lebih praktis. Lingkar perut dan
rasio lingkar perut dengan lingkar pinggul berhubungan dengan besarnya risiko
untuk terjadinya gangguan kesehatan.
Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan di antaranya tidak termasuk
sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa otot yang besar
yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi basil pengukuran. Ukuran lingkar
perut ini berkorelasi baik dengan rasio lingkar perut dan pinggul (WHR) baik pada
laki-laki maupun perempuan serta dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal
yang tampaknya sudah mendekati deposisi lemak abdominal bagian viseral. Lingkar
perut juga berkorelasi baik dengan IMT laki-laki dan perempuan: r = 0,89, P<0,001).
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar perut > 102
cm pada laki-laki dan > 88 cm pada perempuan berhubungan dengan peningkatan
substansial risiko obesitas dan kumplikasi metabolik. Sedangkan Asia Pasifik
memakai ukuran lingkar perut laki-laki 90 cm dan perempuan 80 cm sebagai
batasan.
Walaupun IMT < 25 kg/m2, obesitas sentral dapat saja terjadi, sehingga
penyesuaian IMT pada keadaan obesitas sentral perlu diperhatikan, terutama bila
IMT di antara 22–29 kg/m2. Lingkar perut dikatakan mempunyai korelasi yang
tinggi dengan jumlah lemak intra abdominal dan lemak total dan telah digunakan
baik secara mandiri atau bersama-sama tebal kulit subkutan untuk mengembangkan
suatu korelasi regresi untuk mengoreksi massa lemak intra abdominal. Ekuasi ini
telah divalidasi dalam sebuah penelitian yang besar jumlahnya di negeri Belanda.
Ekuasi dengan menggunakan lingkar perut saja disesuaikan untuk umur
menunjukkan prediksi lemak tubuh yang baik pada spesimen subyek orang Belanda
(r2=78%) dengan kesalahan yang sama dalam prediksi seperti penelitian lainnya.
3. Penatalaksanaan obesitas
1. Diet: Rendah Kalori Gizi Seimbang
2. Psikoterapi
3. Perubahan perilaku
4. Latihan fisik
5. Obat-obatan
6. Pembedahan
7. Akupunktur
4. Weight-management program
 Merupakan program yang personal dan harus disertai dengan motivasi yang
kuat, dan dukungan dari keluarga atau orang-orang terdekat.
 Prinsip: mengurangi asupan kalori dan meningkatkan pengeluaran energi
 Tujuan yang rasional: 0,5 – 1 kgBB/minggu
 Kalori diturunkan sesuai kebutuhan
Penurunan 500 Kal/hr untuk menurunkan 0,5 kgBB/minggu
 Nutrisi adekuat; dengan komposisi:
o Karbohidrat 50 – 55%
o Protein 15 – 25%
o Lemak 20 – 25%
o Kaya serat
Hasil penurunan BB dengan mengurangi asupan energi dan peningkatan aktivitas

4
fisik jarang bertahan lama karena berat badan akan naik kembali setelah program
selesai, karena kembali ke pola makan semula dan aktivitas fisik berkurang kembali.
Sebaliknya, hasil penurunan BB akan lebih lestari bila disertai dengan upaya
mengubah perilaku makan dan aktivitas fisik, sehingga perlu diketahui aktivitas
makan & perilaku sebelumnya.
5. Edukasi obesitas
Edukasi yang dapat diberikan untuk mencegah atau menurunkan obesitas meliputi
penurunan asupan kalori (modifikasi diet) dan peningkatan pengeluaran kalori.
Pasien ditekankan untuk bisa mengubah gaya hidup karena program penurunan berat
badan tidak bisa secara instan dan membutuhkan motivasi dan kedisiplinan.
Pengaturan asupan kalori bisa menggunakan perhitungan kalori (seperti Skill Terapi
Gizi Medis pada Pasien DM atau dengan menghitung 25-30 kkal dikalikan BB
ideal). BB ideal dihitung berdasarkan rumus Brocca:
BBI (kg) = (TB dalam cm – 100) x 0,9
(untuk laki-laki dengan TB <160 cm atau perempuan TB < 150 cm tidak perlu
dikalikan 0,9).
Apabila BBI jauh di bawah BB aktual, sehingga dikhawatirkan compliance pasien
rendah, perhitungan dapat dikalikan dengan menggunakan BB adjusted, yang
terletak di antara BB ideal dan aktual, sambil dicek kembali hasil perhitungan BMI
untuk BB yang digunakan.
Kemudian mengatur diet pasien (bisa memilih bahan makanan dan penukarnya
seperti pada Lampiran). Aktifitas fisik disarankan untuk berolahraga secara teratur,
minimal 150 menit per minggu, dengan intensitas sedang, durasi masing-masing
minimal 30 menit. Macam-macam olahraga dan kalori yang dikeluarkan bisa dilihat
pada Lampiran.
Contoh strategi untuk mengurangi porsi makan utama:
 Cuci tangan sebelum makan
 Ambil makanan dengan jumlah yang sesuai
 Tata makanan ke arah lebar piring
 Jauhi meja makan
 Baca doa sebelum makan
 Jangan disertai dengan aktivitas lain
 Porsi suapan keci, mengunyah dengan santai
 Suapan berikutnya setelah mulut kosong
 Hentikan makan sebelum kenyang
 Akhiri makan dengan minum, doa, dan cuci tangan.
Contoh strategi untuk mengurangi cemilan:
 Makan sesuatu harus sesuai jadwal
 Simpan cemilan di tempat yang agak tersembunyi dan sulit dijangkau
 Belanja sesuai kebutuhan dan bawa uang pas
 Minta dukungan orang lain
Contoh strategi untuk meningkatkan pengeluaran energi pada kegiatan sehari-hari:
 Kurangi menyuruh orang lain
 Berkebun, membersihkan daun, memotong rumput
 Tingkatkan kegiatan rumah tangga, misal mencuci piring, membersihkan
lantai, dll

5
 Parkir kendaraan di tempat yang cukup jauh dari tujuan
 Gunakan tangga daripada lift/eskalator
 Stel TV tanpa remote
 Tingkatkan kebiasaan berolah raga
III. ALAT
1. Alat pengukur tinggi badan
2. Alat pengukur berat badan
3. Tali pengukur
4. Alat tulis
5. Kalkulator
6. Meja & kursi pemeriksaan

D. SKENARIO
Seorang mahasiswi, sebut saja Ana, berusia 21 tahun ingin menurunkan berat badannya.
Dari anamnesa didapatkan bahwa ia seorang anak tunggal dari keluarga menengah ke
atas, tinggal di pusat kota metropolitan. Kedua orang tua bekerja mengelola perusahaan
tekstil. Tidak satu pun dari orang tuanya yang nampak gemuk. Pola makan Ana cukup
teratur 3 kali sehari, dengan diselingi makan snack atau camilan. Jika sedang berada di
luar rumah, baik dengan orang tua maupun dengan teman-temannya, Ana selalu makan
di restoran. Apabila dia merasa sepi atau sedih, pola makannya bisa meningkat,
terutama es krim, coklat, atau kripik kentang kegemarannya. Menurut pengakuan Ana,
dulunya dia cukup langsing dan mulai bertambah gemuk sejak lulus SMA 3 tahun yang
lalu. Kegiatan sehari-hari berkuliah diantar sopir pulang pergi. Di rumah ada beberapa
pembantu, jadi Ana hampir tidak pernah melakukan kegiatan olah raga. Tidak seperti
ketika di SMA dimana Ana aktif ikut kegiatan OSIS, kini selama kuliah dia tidak
mengikuti kegiatan di luar jadwal kuliahnya. Olahraga juga tidak pernah dilakukan
dengan alasan sulit membagi waktu antara olahraga, jadwal kuliah & belajar. Keluhan
kesehatan lain tidak ada, Ana hanya merasa gemuk dan ingin menurunkan berat
badannya sekitar 10 kg dalam 1 bulan.
Data antropometri Ana: TB 155 cm, BB 72 kg, lingkar perut 84 cm.

Tugas mahasiswa:
1. Melakukan latihan anamnesa berdasar pada kasus di atas. (catatan: jawaban
anamnesa dapat dikembangkan)
2. Menghitung BMI Ana dan menginterpretasikan hasilnya
3. Melakukan edukasi berkaitan dengan pola makan atau aktivitas fisiknya
4. Mendiskusikan keinginan Ana dalam menurunkan BBnya selama 1 bulan
sebesar 10 kg.

E. DAFTAR PUSTAKA
Hartono, A. 1999. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit: Diagnosis, konseling, dan preskripsi.
Penerbitan Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Instalasi Gizi Perjan RSCM & Asosiasi Dietisien Indonesia. 2007. Penuntun Diet edisi
baru, editor: Sunita Almatsier. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Moore, M.C. 1997. Buku Pedoman Terapi Diet dan Nutrisi, edisi II. Alih bahasa, Oswari,
LD.; editor: Melfiawati S. Penerbit Hipokrates, Jakarta.

6
Sidartawan Sugondo. Obesitas, dalam Buku Ajar Penyakit Dalam FKUI Jilid III edisi IV
halaman 1941-1947.
Whitney E, Rolfes SR. 2008. Energy Balance and Body Composition, in Understanding
Nutrition 11th ed. Int’l student ed. Thomson Learning Inc., USA.
Williams SR, Schlenker ED. 2003. Appendix: Expenditure Table, in Essentials of Nutrition
& Diet Therapy 8th ed. Mosby. USA.
Wiramihardja, K.K. 2004. Behavior Modification in Nutrition and Physical Activity to
Support Weight Reduction Program dalam Buku Abstrak Konas III PDGMI,
Simposium Ilmiah Gizi Medik, Bandung.

F. CHECK LIST
No Aspek ketrampilan dan medis yang dilakukan Nilai
0 1 2 3
Melakukan anamnesis (skenario)
1 a. Makanan/minuman yang biasa dikonsumsi
b. Kondisi dimana makan terjadi
c. Tingkat aktivitas
Melakukan penilaian obesitas
a. Menghitung BMI (skenario dan diri sendiri)
2 b. Mengukur lingkar perut (diri sendiri)
c. Mengukur lingkar pinggul (diri sendiri)
d. Menghitung WHR (diri sendiri)
e. Mengklasifikasikan status gizi (seknario & diri sendiri)

Melakukan edukasi (skenario)


a. Weight management program
4 b. Mengurangi intake
c. Meningkatkan expenditure
5 Menyusun meal plan (untuk diri sendiri)
- Hitung kebutuhan kalori dulu sebelumnya
6 Membuat video edukasi (skenario)
Total

Catatan: nomer 1 – 4 secara synchronous; sedangkan nomer 5 – 6 secara asynchronous

7
Sumber: Whitney E, Rolfes SR. 2008

8
Dikutip dari Whitney E, Rolfes SR. 2008

9
Dikutip dari Wiramihardja, K.K. 2004

10
Dikutip dari Instalasi Gizi Perjan RSCM & Asosiasi Dietisien Indonesia 2007
11
Keterangan:
1. Anjuran ini berlaku untuk orang sehat dengan aktivitas kerja sedang.
2. Bahan makanan yang tertera, dapat ditukar dengan bahan makanan lain dari golongan
yang sama, sesuai dengan satuan penukar.
3. 100 gram nasi berasal dari 50 gram beras
4. lauk, sayuran, dan buah diukur dalam keadaan mentah

12
Contoh pembagian porsi dan frekuensi makan

13
DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR I

Ukuran Rumah Tangga (urt)

Arti singkatan:

bh : buah sdg : sedang


bj : biji bsr : besar
btg : batang ptg : potong
btr : butir sdm : sendok makan
bks : bungkus sdt : sendok teh
pk : pak gls : gelas
kcl : kecil ckr : cangkir

Berikut ini adalah persamaan antara ukuran rumah tangga dengan rata-rata berat:
1 sdm gula pasir : 10 g
1 sdm susu bubuk : 5g
1 sdm tepung beras, tepung sagu : 6g
1 sdm tepung terigu, maizena, hunkwe : 5g
1 sdm margarin, mentega, minyak goreng : 10 g
1 sdm kacang-kacangan kering : 10 g
(kacang tanah, kacang kedelai, kacang tolo, kacang hijau, dll.)
1 gls nasi : 140 g atau 70 g beras
1 ptg pepaya 5 x 15 cm : 100 g
1 bh pisang 3 x 15 cm : 75 g
1 ptg tempe sdg 4 x 6 x 1 cm : 25 g
1 ptg daging sedang 6 x 5 x 2 cm : 50 g
1 ptg ikan sdg 6 x 5 x 4 cm : 50 g
1 bj tahu bsr 6 x 6 x 2 ½ cm : 100 g
1 sdm = 3 sdt = 10 ml
1 gls = 24 sdm = 240 ml
1 ckr = 1 gls = 240 ml

14
Berikut adalah 7 golongan bahan makanan. Bahan makanan pada tiap golongan,
dalam jumlah yang dinyatakan dalam daftar bernilai sama. Oleh karenanya, satu sama
lain dapat saling menukar dan disebut satu satuan penukar.

Golongan I: BAHAN MAKANAN SUMBER HIDRAT ARANG


Satu satuan penukar mengandung: 175 kkalori, 4 gram protein, 40 gram hidrat arang

Golongan II: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN HEWANI


Satu satuan penukar mengandung: 95 kkalori, 10 gram protein, 6 gram lemak

15
Golongan III: BAHAN MAKANAN SUMBER PROTEIN NABATI
Satu satuan penukar mengandung: 80 kkalori, 6 gram protein, 3 gram lemak, 8 gram
hidrat arang

Golongan IV: SAYURAN


Sayuran kelompok A, mengandung sedikit sekali energi, protein, dan hidrat arang.
Sayuran ini boleh dipergunakan sekehendak tanpa memperhitungkan banyaknya.

Sayuran kelompok B, dalam satu satuan penukar mengandung: 50 kkalori, 3 gram


protein, dan 10 gram hidrat arang. Satu satuan penukar = 100 gram sayuran mentah
dalam keadaan bersih = 1 gelas setelah direbus dan ditiriskan.

16
Golongan V: BUAH – BUAHAN
Satu satuan penukar mengandung: 40 kkalori, 10 gram hidrat arang.

Golongan VI: SUSU


Satu satuan penukar mengandung: 130 kkalori, 7 gram protein, 9 gram hidrat arang, 7
gram lemak.

Golongan VII: MINYAK


Satu satuan penukar mengandung: 45 kkalori, 5 gram lemak

17
DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR II

Ukuran Rumah Tangga (urt)

Untuk memudahkan penggunaan, daftar makanan dalam daftar ini selain dalam ukuran
gram, juga dinyatakan dalam alat ukuran yang lazim terdapat dalam rumah tangga
(urt). Cara ini terbukti cukup teliti dan praktis dalam penyusunan diet. Di bawah ini
dicantumkan keterangan singkatan ukuran rumah tangga.

bh = buah g = gram
bj = biji kcl = kecil
btg = batang ptg = potong
btr = butir sdg = sedang
bsr = besar sdm = sendok makan
gls = gelas (240 ml) sdt = sendok teh

Bahan makanan pada tiap golongan dalam jmlah yang dinyatakan pada daftar, bernilai
gizi hamper sama, oleh karena itu satu sama lain dapat saling menukar. Untuk
singkatnya disebut dengan istilah 1 satuan penukar.

GOLONGAN I
SUMBER
KARBOHIDRAT
1 satuan penukar mengandung: 175 kkalori, 4 g protein, 40 g karbohidrat

18
GOLONGAN II SUMBER
PROTEIN HEWANI
1. Rendah Lemak
1 satuan penukar mengandung: 50 kkalori, 7 g protein, 2 g lemak

2. Lemak Sedang
1 satuan penukar mengandung: 75 kkalori, 7 g protein, 5 g lemak

19
3. Tinggi Lemak
1 satuan penukar mengandung: 150 kkalori, 7 g protein, 5 g lemak

GOLONGAN III
SUMBER PROTEIN NABATI
1 satuan penukar mengandung: 75 kkalori, 5 g protein, 3 g lemak, 7 g karbohidrat

GOLONGAN IV SAYURAN

Sayuran A
Bebas dimakan. Kandungan energi dapat diabaikan.
baligo lobak
gambas (oyong) slada air
jamur kuping segar slada
ketimun tomat
labu air

20
Sayuran B
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung: 25 kkalori, 1 g protein, 5 g
karbohidrat.
bayam kangkung
bit kucai
buncis kacang panjang
brokoli kecipir
caisim labu siam
daun pukis labu waluh
daun wuluh pare
genjer papaya muda
jagung muda rebung
jantung pisang sawi
kol tauge kacang hijau
kembang kol terong
kapri muda wortel

Sayuran C
1 satuan penukar – 1 gls (100 g) mengandung: 50 kkalori, 3 g protein,
10 g karbohidrat.
bayam merah kacang kapri
daun katuk kluwih
daun melinjo melinjo
daun papaya nangka muda
daun singkong tauge kacang kedelai
daun tales

21
GOLONGAN V
BUAH DAN GULA
1 satuan penukar mengandung: 50 kkalori, 12 g karbohidrat.

22
GOLONGAN VI
SUSU

1. Susu Tanpa Lemak


1 satuan penukar mengandung: 75 kkalori, 7 g protein, 10 g karbohidrat

2. Susu Rendah Lemak


1 satuan penukar mengandung: 125 kkalori, 7 g protein, 6 g lemak,
10 g karbohidrat

3. Susu Tinggi Lemak


1 satuan penukar mengandung: 150 kkalori, 7 g protein, 10 g lemak
10 g karbohidrat

23
GOLONGAN VII
MINYAK
1 satuan penukar mengandung: 50 kkalori, 5 g lemak
1. Lemak Tidak Jenuh

2. Lemak Jenuh

GOLONGAN VIII MAKANAN


TANPA ENERGI

agar-agar gula alternatif: aspartame, sakarin


air kaldu kecap
air mineral kopi
cuka teh
gelatin

Keterangan:

Daftar yang lengkap dapat dibaca pada buku kecil Daftar Bahan Makanan Penukar>
Petunjuk Praktis Sistemik Lengkap untuk Perencanaan Makan. Oleh Kartini S, Sarwono W,
Slamet S, Roza R. 1997. Subbag Metabolik - Endokrin RSCM/FKUI & Instalasi Gizi RSCM

24
Expenditure Table

25
26
27
28

Anda mungkin juga menyukai