Anda di halaman 1dari 4

RESUME

BAB 6
Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
JUDUL BUKU : BIMBINGAN & KONSELING POPULASI KHUSUS
PENULIS
NURODIN, S.Kom.I., M.A.
Dr. H. AEP KUSNAWAN, S.Ag., M.Ag.

Oleh : Fikriyansyah
BKI – SMT 6
NIM : D.201904394

Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

A. Pengertian Cognitive Behavioral Therapy (CBT)


Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan model pendekatan dalam
bimbingan dan konseling yang dikembangkan oleh Aaron T. Beck. Cognitive
Behavioral Therapy (CBT) menekankan pada pikiran (kognisi) yang
melibatkan perasaan (emosi), serta reaksi atau prilaku konseli yang
diakibatkan pikiran yang irrasional. Konseli dituntut untuk menemukan
pikiran-pikiran irasionalnya yang menekan perasaannya, kemudian konselor
menstimulus konseli untuk memasukkan pikiran yang lebih produktif.

B. Implikasi Multikultural Teknik yang Didasarkan pada Cognitive Behavioral


Therapy (CBT)
Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) cocok dengan penggunaan
banyak teknik yang dapat digunakan kedalam konteks kultural, termasuk
konteks gender, ras, etnik, social-ekonomi, disabilitas dan orientasi seksual
(Beck dan Weinshaar, 2007).
C. Teknik-teknik Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
1. Self-talk
a. Sekilas tentang self-talk
Self-talk menekankan kepada konseli untuk berkomunikasi dengan
diri sendiri. Komunikasi yang dilakukan untuk membangkitkan
keberanian dan antusias positif konseli dalam kehidupannya sehari-
hari.
b. Skema dan Implementasi Self-talk
Implemantasi dari teknik self-talk, konselor dan konseli membuat
kesepakatan untuk mengembangkan sikap positifpada diri konseli.
Terdapat empat langkah pelaksanaan teknik self-talk, countering, self
monitoring, konselor memasukkan pikiran-pikiran positif kepada
konseli, dan meninjau kembali counter dengan cara
mempraktikkannya.
c. Ragam teknik self-talk dalam konseling
2. Reframing
a. Sekilas tentang reframing
Reframing adalah untuk membantu konseli melihat situasinya dari
sudut pandang lain, yang membuatnya tampak tidak terlalu
problematic, lebih normal, dan dengan demikian lebih terbuka
terhadap solusi (Corey, 2015).
b. Implementasi teknik reframing
Reframing dapat dimplementasikan dengan tiga langkah, pertama,
konselor harus menggunakan suatu siklus mendengarkan tanpa
menghakimi. Kedua, begitu konselor memahami masalahnya, konselor
dapat membangun sebuah jembatan dari sudut pandang konseli
dengan cara baru untuk melihat masalahnya. Ketiga, konselor harus
menegakkan jembatan sampai perubahan dalam perspektif
berkembang.
c. Variasi dalam teknik reframing
Ada beberapa variasi metode yaitu, relabeling, denominalizing dan
positive connotation.

3. Thought Stopping
Merupakan kemampuan seseorang untuk memblokir secara kognitif
serangkaian tanggapan terhadap diri konseli. Thought stopping melatih
konseli untuk menyingkirkan setiap pikiran yang tidak diinginkannya.

4. Cognitive Restructuring
a. Sekilas tentang teknik Cognitive Restructuring
Merupakan teknik untuk membantu respon emosional dengan lebih
baik, dengan mengubah kebiasaan-kebiasaan/habitual sedemikian
rupa sehingga tidak terlalu terbiasa. Teknik cognitive restructuring
didasarkan pada asumsi pikiran rasional dan kognitif efektif yang
menghasilkan self-defeating behavior (perilaku sengaja yang memiliki
efek negatif dari diri sendiri). Teknik cognitive restructuring dapat
dilaksanakan dengan langkah : (1) konseli perlu disadarkan terlebih
dahulu, (2) perlu mengubah proses pikirannya, (3) konseli perlu
bereksperimen untuk mengeksplorasi dan mengubah ide tentang
dirinya dan dunianya (Bredley, 2012).
b. Ragam variasi dalam Teknik Cognitive Restructuring
1. Konseli diharuskan membuat catatan harian tentang pikiran-
pikiran dan perasaan-perasaan sebelum, selama dan setelah
mengalami sebuah insiden yang penuh tekanan.
2. Konselor membaca catatan konseli dan menganalisisnya
3. Konselor membantu konseli mengganti pikiran self-defeating
dengan pikiran-pikiran coping (pernyataan pikiran positif yang
merupakan respon rasional terhadap pernyataan self-defeating).

D. Keterkaitan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dengan sudut pandang islam


Cognitive Behavioral Therapy (CBT) diharapkan individu mampu
mengendalikan diri sepenuhnya dengan mengingkari dorongan-dorongan
negatif yang mendorong kepada perubahan perilaku. Pikiran yang selalu
berhusnuzan (berprasangka baik) pada setiap tekanan psikis yang dialaminya,
serta bertindak tidak berlebihan (sewajarnya) dalam mengalami distorsi
kognitif. Justru, sebaiknya individu lebih banyak mengalihkan perasaan
distorsi kognitif nya kepada mengingat Allah SWT, diantaranya berzikir, salat
sunah dan membaca Al-Qur’an.

E. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dengan kecemasan


Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dengan kecemasan memiliki keterkaitan
pada pikiran, perasaan dan tindakan individu yang mengalami kecemasan.
Karena pada dasarnya, pikiran akan memengaruhi sikap atau prilaku individu,
apabila pikiran positif, perilaku pun akan positif. Terlepas dari pada itu, ketika
pikiran negatif, maka perilaku yang dimunculkan akan negatif pula.

F. Intervensi Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dalam mereduksi kecemasan


menghadapi dunia kerja penyandang tunadaksa
Terdapat banyak faktor penyebab kecemasan dalam menghadapi dunia kerja
yang membuat dirinya merasa tidak nyaman dan khawatir tentang
kehidupannya dimasa yang akan datang. Tekanan pikiran yang diakibatkan
oleh lingkungan keluarga, social, dan keraguan dalam diri, membuat subjek
merasakan kekhawatiran terhadap pekerjaannya. Tekanan-tekanan tersebut
membuat subjek tidak siap dalam menghadapi segala kemungkinan ketika
bekerja nanti.

Anda mungkin juga menyukai