(REBT)
TAHAP-TAHAP KONSELING
Tahap 1
Prosese di mana konseli diperhatikan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional.
Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa dapat menjadi irasional. Pada
tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.
Tahap 2
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan perasaan negatif tersebut rdapat
ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-
tujuan rasional. Konselor juga mendebat pemikiran irasional konseli dengan menggunakan
pertanyaan untuk tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik konseling Rational-Emotive
Behavior Therapy (REBT) untuk membantu konseli mengembangkan pikiran rasional.
Tahap 3
Tahap skhir ini konseli dibantu intuk secara terus menerus mengembangkan pikiran rasional
serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak dalam
masalah yang dinyebabkanoleh pikiran irasional (George & Cristiani, 1990, pp. 85-86).
Tahap-tahap konseli ini merupakan proses natural dan berkelanjutan. Tahap-tahap ini
menggambarkan keseluruhan pross konseling yang dilalui oleh konselor dan konseli. Darri
tahap-tahap terdapat dua tugas utama konselor yaitu:
· Interpersonal, yaitu membangun hubungan terapeutik, membangun rappport, dan suasana yang
kolaboratif
· Organisational, yaitu bersosialisasi dengan konseli untuk memulai terapi, mengadakan proses
asasmen awal, menyetujui wilayah masalah dan membangun tujuan konseling (walen et. al.,
1992, p. 39).
TEKNIK-TEKNIK KONSELING
1. Lihat pada generalisasi yang berlebihan (overgeneralisation), seperti: “saya mendapatkan nilai
50 pada mata pelajaran matematika, maka saya memang tidak bisa matematika”.
2. Lihat pada distorsi (distortion), kadang-kadang mengacu pada pikiran yang beranggapan tentang
keseluruhan atau tidak sama sekali (all or nothing thinking), berpikir hitam putih, semua baik
atau semua buruk, seperti: saya tidak dapat nilai A pada mata kuliah, lihatt saja KRS saya, saya
memang bukan mahasiswa yang baik”.
3. Lihat pada hal-hal yang dihapus (deletion), yaitu tendensi untuk berfokus pada kejadian negatif
dan menghapus kejadian positif, seperti: “saya kalah dua kali dan menang satu kali pada
permainan berikutnya, saya pasti kalah”.
4. Lihat pada hal-hal yang dianggap tragedi atau bencana (catastrophsing), yaitu kesalahan yang
dilebih-lebihkan dan keberhasilan yang dikecilkan, seperti: “saya Cuma beruntung mendapatkan
nilai A”.
5. Lihat pada penggunaan kata-kata absolut seperti harus, selalu, tidak boleh, tidak pernah. “saya
tidak boleh berbuat kesalahn”.
6. Lihat pada pernyataan yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap sesuatu atau seseorang yang
konseli pikir mereka tidak dapat menahanya, sepert: “dia seharusnya dihukum dan tidak
diperbolehkan begitu saja.”
7. Lihat pada ramalan (fortune telling) atau prediksi masa depa, seperti: “saya hanya tahu bahwa
teman saya tidak akan senang dengan pesta saya.”
Teknik Kognitif
Dispute Kognitif (cognitive disputation)
Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation,
didactic presentation, socratic dialogue, vicarious expenriences, dan berbagai ekspersi verbal
lainya. Eknik untuk menggunakan cognitive disputation adalah dengan bertanya (questioning).
· Pertanyaan-pertanyaan untuk melakukan dispute logis:
Apakah itu logis? Apa benar begitu? Mengapa tidak? Mmengapa harus begitu? Apa yang kamu
maksud dengan kalimat itu? Mengapa itu perkataan yang tidak benar? Apakah itu bukti yang
kuat? Jelaskan kepada saya kkenapa... mengapa harus begitu? Di mana aturan itu tertulis?
Apakah kamu bisa melihat ketidak konsistenan keyakinan kamu? Mengapa kamu harus begitu?
Sekarang kita lihat kembali, kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang mengapa kamu harus
tidak melakukan itu?
· Pertanyaan untuk reality testing:
Apa buktinya, apa yang terjaddi kalau... mari kita bicara kenyataanya. Aapa yang dapat diartikan
dari cerita kamu tadi? Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat menakutkan/menyakitkan.
· Pertanyaan untuk pragmatic disputation
Selama kamu meyakini hal tersebut, akan bagaimana perasaan kamu? Apakah ini berharga
untuk dipertahankan? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir demikian? (Walen et. al., 1992,
pp. 156-164).
Teknik Behavioral
Dispute tingkah laku (behavioral disputation)
Behavior dispute atau risk taking, yaitu memberikan kesempatan kepada konseli untuk
mengalami kejadian yang mengalami kejadian yang menyebabkan berpikir irasional dan
melawan keyakinan tersebut. Contoh, bila konseli memiliki keyakinan bahwa ia harus
sesempurna mengerjakan tugas, maka konseli diminta untuk mengerjakan tugas seadanya
(Walen et. al., 1992, p. 169).