Anda di halaman 1dari 137

PERATURAN DAERAH

NOMOR 06 TAHUN 2009


TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH (RPJPD) PROVINSI
SULAWESI TENGAH TAHUN 2005 - 2025

PEMERINTAH
PROVINSI SULAWESI TENGAH

1
!
GUBERNUR'SULAWESI'TENGAH'
!
!
KATA'SAMBUTAN'

Puji! syukur! ke! hadirat! Allah! SWT,! Tuhan! Yang! Maha! Kuasa,! saya!
menyambut!baik!ditetapkannya!Peraturan!Daerah!Nomor!!6!Tahun!2009!
tentang!Rencana!Pembangunan!Jangka!Panjang!Daerah!(RPJPD)!Provinsi!
Sulawesi!Tengah!Tahun!2005!–!2025!yang!mengusung!visi!pembangunan!
20! tahun! Sulawesi! Tengah! ke! depan! “Sulawesi! Tengah! yang! Maju,!
Mandiri,! Sejahtera,! Aman! dan! Berkeadilan”! dengan! akronim! Juri! Teradil.!
yang! bermakna! bahwa! dalam! mewujudkan! tujuan! pembangunan! yang!
memberi! maslahat! bagi! masyarakat! Sulawesi! Tengah! dibutuhkan! tidak!
hanya! sekedar! kecerdasan! tetapi! kearifan! dan! sifat! bijaksana,! dengan!
demikian! menunjukkan! bahwa! pembangunan! di! sulawesi! tengah! ! harus!
dituntun!oleh!kemampuan!dan!kejernihan!hati!nurani!atau!moralitas!yang!
prima!dari!setiap!individu!dan!masyarakat!Sulawesi!Tengah.!
Pelaksanaan! RPJPD! tahun! 2005R2025! terbagi! dalam! periodisasi!
perencanaan! pembangunan! jangka! menengah! 5! (lima)! tahunan,! yang!
dituangkan!dalam!RPJMD!I!tahun!2006!–!2011,!RPJMD!II!tahun!2011!–!2016,!
RPJMD!III!tahun!2016!–!2021,!dan!RPJMD!IV!tahun!2021!–!2025!yang!akan!
menjadi!acuan!para!kandidat!kepala!daerah!dalam!menyusun!visi!dan!misi!
jangka! menengah! serta! menjadi! dasar! dalam! penyusunan! RPJMD! pada!
tahapan!berikutnya.!

!
Saya! berharap! Rencana! Pembangunan! Jangka! Panjang! Daerah!
Sulawesi! Tengah! ini! menjadi! pedoman! dalam! penyusunan! Rencana!
Pembangunan! Jangka! Menengah! dan! menjadi! acuan! penyusunan!
Rencana! Jangka! Panjang! Daerah! Kabupaten! /Kota,! serta! menjadi! dasar!
penyusunan!perencanaan!lainnya!yang!dilakukan!oleh!intansi!pemerintah!
daerah,! masyarakat! dan! kalangan! lembaga! swadaya! masyarakat! serta!
dunia! usaha! dan! berkewajiban! melaksanakan! sesuai! tugas! pokok! dan!
fungsinya!masing!masing.!
!
!
PALU,'17''AGUSTUS''2009'
'
'
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
!
H.B.$PALIUDJU$
GUBERNUR$SULAWESI$TENGAH$
!
!
!
H.AHMAD&YAHYA&
WAKIL&GUBERNUR&SULAWESI&TENGAH&
DAFTAR&ISI&
&
PERATURAN) DAERAH) PROVINSI) SULAWESI) TENGAH) NOMOR) ) ) ) ) ) ) ) ) 06)
TAHUN) 2009) TENTANG) RENCANA) PEMBANGUNAN) JANGKA) PANJANG)
DAERAH)PROVINSI)SULAWESI)TENGAH)TAHUN)2005)–)2025)
)
BAB&I& :) PENDAHULUAN& )
1.1. Pengantar)………………………………………….) 1)
1.2. Pengertian)…………………………………………) 2)
1.3. Maksud)dan)Tujuan)………………………………) 2)
1.4. Landasan)…………………………………………..) 3)
1.5. Tata)Urutan)……………………………………….) 5)
BAB&II& :& GAMBARAN&UMUM&KONDISI&DAERAH& )
2.1. Kondisi)Saat)Ini)……………………………………) 6)
2.1.1. Geomorfologi)………………………………….) 7)
2.1.2. Sosial)Budaya)dan)Kehidupan)Beragama)…….) 9)
2.1.3. Ekonomi)………………………………………..) 15)
2.1.4. Ilmu)Pengetahuan)dan)Teknologi)……………) 23)
2.1.5. Sarana)dan)Prasarana)………………………….) 24)
2.1.6. Pemerintahan)dan)Demokrasi)………………..) 28)
2.1.7. Ketertiban)dan)Keamanan)Masyarakat)………) 29)
2.1.8. Hukum)dan)Aparatur)………………………….) 30)
2.1.9. Wilayah)dan)Tata)Ruang)……………………...) 31)
2.1.10. Sumberdaya)Alam)dan)Lingkungan)Hidup)….) 33)
2.2. Tantangan)………………………………………….) 34)
2.2.1. Sosial)Budaya)dan)Kehidupan)Beragama)……) 35)
2.2.2. Ekonomi)………………………………………..) 38)
2.2.3. Ilmu)Pengetahuan)dan)Teknologi)……………) 44)
2.2.4. Sarana)dan)Prasarana)………………………….) 45)
2.2.5. Pemerintahan)dan)Demokrasi)………………..) 52)
2.2.6. Ketertiban)dan)Keamanan)Masyarakat)………) 53)
2.2.7. Hukum)dan)Aparatur)………………………….) 54)
2.2.8. Wilayah)dan)Tata)Ruang)……………………...) 56)
2.2.9. Sumberdaya)Alam)dan)Lingkungan)Hidup)….) 57)
2.3. Modal)Dasar)…………………………………..…..) 59)
BAB&III& :) VISI&DAN&MISI&PEMBANGUNAN&DAERAH&2005&–&2025& )
3.1. Visi)………………………………………………..) )
3.2. Misi))………………………………………………) 61)
63)

i
BAB&IV& :) ARAH& TAHAPAN& DAN& PRIORITAS& PEMBANGUNAN& )
JANGKA&PANJANG&DAERAH& )
4.1. Arah)Pembangunan)Daerah)…………………..) 66)
4.1.1. Meningkatkan)Kualitas)Sumberdaya)Manusia).)) 66)
1. Kependudukan)…………………………….) 67)
2. Pendidikan)…………………………………) 67)
3. Kesehatan)………………………………….) 68)
4. Agama)……………………………………...) 69)
5. Kebudayaan)Dan)Kesenian)……………….) 70)
6. Pemuda)Dan)Olahraga)……………………) 71)
7. Penelitian)Dan)Pengembangan)IPTEK)…..) 72)
8. Ketenagakerjaan)…………………………..) 73)
9. Perempuan)Dan)Keluarga)………………..) 75)
10. Kesejahteraan)Sosial)………………………) 75)
4.1.2. Meningkatkan) Kualitas) Lingkungan) Kehidupan) )
Bermasyarakat,) Berbangsa) Dan) Bernegara) )
……………………………………….) 75)
1. Keamanan,) Ketentraman) Dan) Ketertiban) )
Masyarakat)………………………………...) 77)
2. Pembangunan)Hukum)……………………) 78)
3. Peningkatan) Kualitas) Informasi) Dan) )
Komunikasi)………………………………..) 79)
4.1.3. Meningkatkan)Ketahanan)Ekonomi)Daerah)Dan) )
Kualitas)Infrastruktur)Wilayah)................) 80)
1. Perekonomian)Daerah)……………………) 80)
2. Pertanian) Tanaman) Pangan) Dan) )
Holtikultura………………………………...) 81)
3. Perkebunan)………………………………..) 82)
4. Kehutanan)…………………………………) 82)
5. Peternakan)…………………………………) 83)
6. Kelautan)Dan)Perikanan)………………….) 84)
7. Investasi)Daerah)…………………………..) 85)
8. Perindustrian,) Perdagangan) Dan) Usaha) )
Kecil)Menengah)dan)Koperasi)…………...) 85)
9. Pariwisata)………………………………….) 87)
10. Pertambangan)Dan)Migas)………………..) 87)
11. Perumahan)Dan)Pemukiman)…………….) 87)
12. Transportasi)………………………………..) 88)
13. Sumberdaya)Air)……………………………) 89)

ii
14. Energi)Listrik)……………………………….) 89)
4.1.4. Meningkatkan) Kualitas) Kelembagaan) )
Pemerintah) Daerah) Dan) Kelembagaan) )
Masyarakat)................................................) 90)
1. Pemberdayaan) Lembaga) Pemerintahan) Di) )
Daerah)……………………………………..) 91)
2. Pemberdayaan)Kelembagaan)Masyarakat.)) 92)
4.1.5. Meningkatkan)Kualitas)Lingkungan)Hidup)Yang) )
Berkelanjutan).......................................) 94)
1. Penataan) Ruang) Dan) Kawasan) Perbatasan) )
…………………………………) 95)
2. Lingkungan)Hidup)………………………..) 96)
4.2. Peran) Pusat) Kegiatan) Pembangunan) Yang) )
Mengacu)Pada)RTRWP)………………………..) 96)
4.2.1. Sulawesi) Tengah) Dalam) Perspektif) )
Internasional)……………………………………) 97)
4.2.2. Sulawesi) Tengah) Dalam) Perspektif) Nasional) )
Dan)AntarWilayah)……………………………..) 98)
1. Pusat)Kegiatan)Nasional)………………….) 98)
2. Pusat)Kegiatan)Wilayah)…………………..) 99)
3. Pusat)Kegiatan)Lokal)……………………...) 104)
4.3. Tahapan)Dan)Skala)Prioritas)………………….) 107)
4.3.1. Perencanaan)Tahun)2005)…………………….) 107)
4.3.2. RPJMD)Ke)I)(2006)–)2011))……………………) 110)
4.3.3. RPJMD)Ke)II)(2011)–)2016))……………………) 111)
4.3.4. RPJMD)Ke)III)(2016)–)2021))………………….) 112)
4.3.5. RPJMD)Ke)IV)(2021)–)2025))…………………) 114)
)
BAB&V& :) KAIDAH&PELAKSANAAN&………………………….) 118)
) ) )
) ))

iii
Lampiran Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
Nomor : 06 Tahun 2009
Tanggal : 26 Agustus 2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Pengantar
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Provinsi Sulawesi Tengah
sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
telah mengalami pasang surut pelaksanaan pembangunan dan menjadi
pelajaran serta pengalaman yang berharga dalam melangkah ke depan
untuk melanjutkan pembangunan daerah secara menyeluruh, bertahap
disesuaikan dengan tuntutan peradaban dan dinamika kehidupan
masyarakat.
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 1 ayat 4 bahwa Rencana
Pembangunan Jangka Panjang yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah perspektif 20 (dua puluh)
tahun, selanjutnya pasal 5 ayat 1 bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi,
dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sulawesi Tengah
Tahun 2005 – 2025 merupakan kelanjutan, peningkatan dan
pembaharuan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mencapai
tujuan pembangunan dalam wujud semakin meningkatnya kesejahteraan
dan kualitas kehidupan masyarakat.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
dilakukan melalui pendekatan sebagai berikut :

4
1. Proses politik yaitu penyusunan rencana melalui pengumpulan
informasi preferensi (keinginan) masyarakat sebagai awal dari proses
perencanaan yang disusun.
2. Proses teknokratik yaitu penyusunan rencana melalui pengamatan
terhadap data yang ada yang dilakukan oleh pengamat profesional
dalam hal ini pejabat pemerintah, kalangan profesi, dan akademisi
dengan menggunakan kaidah-kaidah dan metode ilmiah.
3. Proses partisipatif yaitu penyusunan rencana yang diawali dari
sebuah prakarsa pembangunan masyarakat yang ditentukan oleh
seluruh pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut melalui
musyawarah perencanaan.
4. Proses perencanaan top-down dan bottom-Up yaitu proses
perencanaan dari pemerintah ke pemerintah daerah, demikian pula
sebaliknya untuk menyelaraskan program-program guna menjamin
adanya sinergitas dari seluruh kegiatan pemerintahan dan
masyarakat.

1.2. Pengertian
Rencana Pembangunan Jangka panjang (RPJP) Daerah Provinsi
Sulawesi Tengah adalah Dokumen perencanaan pembangunan perspektif
jangka panjang 20 (dua puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah, yang mengacu pada Undang – Undang Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 - 2025.

5
1.3. Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah sebagai dokumen perencanaan umum pembangunan daerah
ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan
bagi seluruh komponen pemerintah, elemen masyarakat dan dunia usaha
di daerah dalam mewujudkan visi pembangunan daerah yang disepakati
bersama. RPJP Daerah selanjutnya menjadi pedoman dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan menjadi acuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten dan Kota.
Tujuan penyusunan RPJPD adalah untuk :
1. Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam
mencapai tujuan nasional dan daerah
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar-
daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah Provinsi
dan Kabupaten maupun antara pemerintah pusat dan daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan
4. Menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien,
efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan
5. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

1.4. Landasan
Landasan operasional RPJP Daerah Provinsi Sulawesi Tengah meliputi
seluruh ketentuan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan
pembangunan daerah sebagai berikut:

6
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 tahun
1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi tengah dan
Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan mengubah UU Nomor
47 Prp tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi
Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1964 Nomor 7)
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1964 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2687);
2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahujn 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti UU Nomor 3
tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah menjadi UU (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548), sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

7
4. Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2007 nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indoesia Tahun
2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4817);
7. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 02 Tahun 2004
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

1.5. Tata Urutan


RPJP Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2005–2025 disusun
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan memuat Pengantar, Pengertian, Maksud dan
Tujuan, Landasan serta Tata Urutan.
Bab II : Gambaran Umum Kondisi Daerah yang menguraikan
Kondisi saat ini, Tantangan dan Modal Dasar.
Bab III : Visi dan Misi Pembangunan Daerah Tahun 2005 - 2025
Bab IV : Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Tahun 2005 - 2025
Bab V : Kaidah Pelaksanaan

8
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. KONDISI SAAT INI


Setelah menjalani masa penyelamatan (rescue) dan masa
pemulihan (recovery) akibat krisis moneter dan ekonomi yang bergulir
menjadi krisis sosial dan politik yang berdampak multidimensional dari
tahun 1998 sampai dengan tahun 2005, semenjak tahun 2006
pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah kembali menunjukkan
kondisi ke arah yang normal atau tahap pengembangan ( development),
karena seluruh sektor yang memberi kontribusi pada pembentukan PDRB
telah tumbuh secara simultan dan terintegrasi. Demikian halnya
pembangunan yang terkait dengan pemenuhan pelayanan sosial dasar,
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, politik, hukum,
pemerintahan, infrastruktur wilayah, ketentraman dan ketertiban
masyarakat, pengembangan wilayah dan tata ruang, sumberdaya alam
dan lingkungan hidup, terus diupayakan pengembangannya, pembinaan
dan peningkatannya sehingga lebih memberi maslahat kepada
masyarakat.
Khusus menyangkut keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat dalam kondisi terpelihara dengan baik sehingga lingkungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terus dipertahankan
dan berlangsung harmonis. Malapetaka kemanusiaan yang pernah terjadi
di Kabupaten Poso harus terus diupayakan agar tidak terulang kembali di
daerah ini, sedapat mungkin pemerintah daerah bersama seluruh elemen
masyarakat dapat mengeliminir dan mencegah munculnya potensi

9
konflik di tengah kehidupan masyarakat, untuk menggapai kehidupan
masyarakat yang aman, adil dan sejahtera pada 20 (dua puluh) tahun
yang akan datang.

2.1.1. Geomorfologis.
Sulawesi Tengah secara geografis terletak pada 20 22’ Lintang
Utara dan 30 48’ Lintang Selatan, serta 1190 22’ dan 1240 22’ Bujur Timur,
dengan luas wilayah daratan 68.033 Km2 atau 35,96 persen dari luas
Pulau Sulawesi dan perairan laut seluas 193.923,75 Km 2, terdiri atas
pulau besar dan pulau kecil berjumlah 1.142 pulau yang masing-masing
terletak di :
a. Kabupaten Banggai 42 pulau
b. Kabupaten Banggai Kepulauan 342 pulau
c. Kabupaten Buol 13 pulau
d. Kabupaten Donggala 32 pulau
e. Kabupaten Morowali 160 pulau
f. Kabupaten Poso 1 pulau
g. Kabupaten Parigi Moutong 21 pulau
h. Kabupaten Tolitoli 47 pulau
i. Kabupaten Tojo Unauna 483 pulau
j. Kabupaten Sigi 1 pulau

Batas wilayah Propinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut:


a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Gorontalo dan Laut
Sulawesi
b. Sebalah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku dan Provinsi
Maluku Utara.
10
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi
Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tenggara.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Provinsi
Sulawesi Barat
Wilayah Sulawesi Tengah pada umumnya terletak pada
ketinggian 0-1000 meter dari permukaan laut, dan hanya sekitar
1.693.226 hektar atau 26,59 persen terletak pada ketinggian di atas
1.000 meter dari permukaan laut. Kondisi fisik wilayah sebagian besar
merupakan non budidaya karena faktor kemiringan lereng di atas 40
persen, dengan karateristik fisik wilayah berupa bentangan pegunungan
tinggi membentuk formasi berbaris dan melintang hingga menyentuh
bibir pantai. Kondisi ini sangat rawan menimbulkan bencana erosi,
sehingga di samping sebagai tantangan sekaligus ancaman dari sisi
pelestarian lingkungan jika kita tidak arif dalam mengelolahnya.
Sulawesi Tengah memiliki iklim tropis dengan kelembaban tinggi.
Temperaturnya cenderung pada titik yang hampir sama setiap tahun,
suhu udara disiang hari berkisar antara 22,60 – 24,30 celcius untuk
dataran tinggi, sedang di dataran rendah berkisar 31,10 – 35,90 celcius.
Curah hujan berkisar antara 500 milimeter – 2.500 milimeter.
Kondisi potensi bencana di Provinsi Sulawesi Tengah secara
deformasi kerak bumi terdapat interaksi dinamis dari ketiga lempeng
utama dunia yakni lempeng fisik Eurasia dan India-Australia yang saling
bertemu di sekitar Pulau Sulawesi yang menjadikan pulau ini mengalami
deformasi gerak bumi aktif yang juga diperkuat oleh gaya-gaya tektonik
regional seperti desakan pemekaran Selat Makassar dari arah barat,
desakan lempeng mikro Banggai Sula dari arah timur, subduksi lempeng

11
Laut Sulawesi dari arah utara dan desakan lempeng mikro Buton dari
arah tenggara. Sebagian kenampakan permukaan dari proses deformasi
kerak bumi aktif khusus di Provinsi Sulawesi Tengah adalah tingginya
aktifitas gempa dan banyaknya dijumpai sesar (patahan kerak bumi).
Sesar utama yang terdapat di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah adalah
Sesar Palu-Koro dan Sesar Matano, keduanya merupakan sesar aktif.
Sesar-sesar lain yang dimensinya lebih kecil adalah sesar Batui, sesar
Pesini, sesar Janedo, sesar Lariang-Pasangkayu, sesar Poh, sesar Lobu,
sesar Banggai-Sula dan pemekaran Selat Makassar.
Secara geomorfologi terdapat 2 proses yaitu proses endogen
yang dicirikan adanya sesar normal dan sesar geser pada lembah dan
perbukitan dan proses eksogen meliputi pelapukan, erosi, pengendapan
dan gerakan massa tanah/batuan yang hampir meliputi seluruh wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah.

2.1.2. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama


1. Jumlah penduduk Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 1995–2000
(hasil sensus penduduk) mengalami peningkatan dari 1.896.724 jiwa
menjadi 2.079.201 jiwa, dengan laju pertumbuhan 2,04 persen
pertahun, dan pada tahun 2004 bertambah menjadi 2.324.506
jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 34 jiwa/Km2 dengan
konsentrasi penduduk tertinggi berada di wilayah Kota Palu
(kepadatan mencapai 742 jiwa/Km 2) dan terendah di Kabupaten
Morowali (11 jiwa/Km2). Komposisi umur penduduk pada tahun
2003 adalah sekitar 32,11 persen pada kelompok umur 0-14 tahun
(usia anak); 64,72 persen pada kelompok usia 15–64 tahun (usia

12
produktif); dan 3,17 persen usia 65 tahun lebih. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa angka ketergantungan (dependency ratio)
penduduk mencapai 54 pada tahun 2003. Hal ini berarti bahwa
pada Tahun 2003 setiap 100 penduduk produktif menanggung
beban sekitar 54 orang penduduk yang tidak produktif.
2. Terjadi peningkatan yang cukup baik di bidang pendidikan, yang
dapat dilihat dari capaian bidang pendidikan, antara lain: angka
melek huruf, yaitu 95,39 persen di tahun 2004 dan meningkat
menjadi 95,65 persen pada tahun 2005, Angka Partisipasi Sekolah
(APS) menurut jenjang pendidikan pada tahun 2004 untuk Sekolah
Dasar 92,41 persen dan pada tahun 2005 mengalami peningkatan
menjadi 94,32 persen, Angka Partisipasi SMP 68,48 persen pada
Tahun 2004 meningkat menjadi 77,18 persen tahun 2005. Tingkat
pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2005 adalah 862.230
orang (37,74 persen) untuk tingkat SD, SMP sebesar 391.362 orang
(17,13 persen), SMA/SMK sebesar 355.950 orang (15,58 persen),
Diploma berjumlah 34.498 orang (1,51 persen) dan Perguruan
Tinggi 53.233 orang (2,33 persen).
3. Pembangunan kesehatan di Sulawesi Tengah ditandai dengan
semakin meratanya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan
sampai ke pelosok pedesaan, tetapi belum sepenuhnya mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara memadai dan
merata. Indikator capaian pembangunan kesehatan antara lain :
a. Angka Harapan Hidup dari 64,6 tahun pada tahun 2004

menjadi 65,4 tahun pada tahun 2005. Artinya secara rata-rata

13
pertambahan usia harapan hidup atau yang mungkin dicapai
penduduk Sulawesi Tengah meningkat.
b. Angka Kematian Bayi (AKB) di Sulawesi Tengah pada tahun

2004 sebesar 62,98 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 48,97


per 1000 kelahiran hidup.
c. Angka kematian ibu maternal Tahun 2005 adalah sebesar 311

per-100.000 kelahiran hidup.


d. Penduduk bersalin yang menggunakan jasa tenaga medis, bidan

dan dokter mengalami peningkatan dari 47,39 persen Tahun


2004, meningkat menjadi 62,51 persen pada tahun 2005.
e. Pada periode tahun 2002–2005, jumlah puskesmas (termasuk
Puskesmas Perawatan) terus meningkat dari 132 unit pada tahun
2002 menjadi 149 unit pada tahun 2005.
f. Prevalensi Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) selama

kurun waktu 5 tahun terakhir telah mengalami penurunan


sebesar 5,7 persen dari keadaan sebelumnya yaitu 16,5 persen
pada tahun 1998 menjadi 10,8 persen pada tahun 2003, sedikit
lebih baik bila dibandingkan dengan angka rata-rata nasional
yaitu 11 persen.
4. Kesadaran dan ketaatan melaksanakan ibadah dan ajaran agama
termasuk ibadah haji terus berlangsung dan berkembang dengan
baik, demikian halnya jumlah sarana dan prasarana keagamaan
menunjukan perkembangan yang cukup membanggakan termasuk
kesadaran yang kuat di kalangan masyarakat dengan bimbingan dari
para pemuka/tokoh agama untuk membangun harmoni dan
hubungan intern dan antar-umat beragama yang damai dan saling

14
menghargai dalam satu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
Keadaan yang baik ini belum sepenuhnya diikuti dengan perbaikan
akhlak dan moral yang tergambar dalam kehidupan sehari hari dari
sebagian anggota masyarakat, karena itu kualitas keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa masih perlu terus
ditingkatkan, agar perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai ajaran
agama, berupa penganiayaan dan pembunuhan antar sesama
manusia, terpengaruh oleh aliran agama yang sesat, perilaku
asusila, korupsi, kolusi, dan nepotisme, penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika dan Zat Aditif lainnya (NAPZA), pornografi, pornoaksi,
perjudian, tingginya angka perceraian dan kekerasan dalam rumah
tangga, yang masih menjadi masalah sosial dan terus meningkat
intensitasnya. Hal ini menunjukkan kesenjangan antara ajaran
agama dengan pemahaman dan pengamalannya dalam kehidupan
sehari hari.
5. Untuk pengembangan kebudayaan termasuk di dalamnya kesenian
daerah cenderung masih mendapat porsi perhatian yang belum
memadai, tetapi berbagai upaya untuk meneguhkan jati diri dan
identitas daerah melalui kebudayaan dan kesenian telah dilakukan,
namun belum menunjukan hasil yang cukup menggembirakan yang
ditandai antara lain berupa kesadaran dan pemahaman akan
pentingnya pembangunan jati diri dan identitas daerah serta nilai-
nilai kearifan lokal masih rendah. Untuk itu maka masih dibutuhkan
upaya untuk meningkatkan pengelolaan dan pengembangan nilai
dan keragaman budaya serta perlindungan dan pemanfaatan
kekayaan budaya di samping menjadi kebanggaan daerah sekaligus

15
untuk membentuk dan meningkatkan rasa dan karsa setiap individu
dalam membentuk etika dan perilaku yang terpuji yang dibangun
dari tata nilai budaya dan ajaran agama yang diyakininya.
6. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa masih membutuhkan
peningkatan kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta kemampuan keterampilan sehingga mampu
menunjukkan jati dirinya dalam memberikan peranannya dalam
pembangunan. Sebahagian kalangan pemuda masih terjebak dalam
tawuran dan kriminalitas lainnya, penyalahgunaan Narkoba,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), minuman keras,
penyebaran penyakit HIV/AIDS atau penyakit menular akibat
pergaulan bebas. Kelembagaan pemuda sebagai wadah berhimpun
bagi pemuda belum mampu menuntun keberadaan pemuda yang
memiliki kemandirian, semangat dan etos kerja dalam
mengembangkan kemampuan berkreasi, berinovasi dan bahkan
terjadi kecenderungan sebagai epigon.
7. Bidang olahraga, secara umum Sulawesi Tengah belum dapat
bersaing di tataran kompetisi tingkat nasional. Pada Pekan Olahraga
Nasional (PON) Tahun 2005, Sulawesi Tengah masih berada dalam
10 urutan terbawah. Karena itu pembinaan dan pengembangan
olahraga perlu mendapat perhatian yang lebih besar dan serius,
khususnya dengan mengidentifikasi olahraga unggulan daerah serta
pembinaan bibit olahragawan yang berprestasi, yang terfokus pada
cabang olahraga tertentu yang digemari dan telah berkembang
dalam kehidupan masyarakat, dan sedapatnya cabang olah raga
yang tidak membutuhkan dana yang besar, sehingga kebutuhan

16
biaya yang akan dikeluarkan dapat dipenuhi secara memadai dan
sasaran serta tujuan yang akan dicapai dapat terwujud dengan baik
dan berkelanjutan.
8. Untuk indikator keadilan dan kesetaraan gender juga merupakan
salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Dalam tataran
implementasi, pembangunan sejatinya memberikan manfaat yang
sama bagi laki-laki dan perempuan. Dalam konteks gender,
kesenjangan merupakan bentuk ketimpangan pembangunan yang
dirasakan perempuan akibat rendahnya akses terhadap berbagai
program pembangunan.
Profil gender tahun 2004 menunjukan terdapat perbedaan atau
kesenjangan peranan antara laki-laki dan perempuan dalam
berbagai bidang. Persentase perempuan di DPRD se Sulawesi
Tengah misalnya, pada periode 1999-2004 hanya ada 15 orang
(8,89 persen) dari total 317 kursi yang ada. Di tingkat
pemerintahan, hanya ada 2,6 persen perempuan yang memegang
jabatan eselon dari total jumlah pegawai perempuan yang ada.
Sementara persentase perempuan pekerja professional, teknisi,
kepemimpinan dan ketatalaksanaan sebesar 47,8 persen (Data
Kementerian Pemberdayaan Perempuan, 2005), karena itu maka
masalah pengarusutamaan gender yang mampu memposisikan
peranan yang sejatinya bagi kaum perempuan sebagaimana halnya
kaum lelaki akan terus diupayakan sehingga mewujudkan harmoni
kehidupan dan peran bersama mengabdi bagi bangsa dan Negara
dari kaum perempuan dan laki laki sebagaimana mestinya.

17
9. Keberhasilan pembangunan antara lain dinilai dari sejauhmana
suatu rezim pemerintah mampu menekan jumlah penduduk miskin
dalam satu kurun waktu tertentu. Fenomena penduduk miskin di
Sulawesi Tengah pada kurun waktu 1998 s/d 2004 menunjukan,
tercatat berjumlah sekitar 34,93 persen pada tahun 1998, pada
tahun 1999 berhasil diturunkan menjadi sekitar 28,69 persen. Tiga
tahun berikutnya, yaitu pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin
berhasil diturunkan jumlahnya menjadi 24,89 persen atau 664.600
jiwa, jumlah ini berkurang lagi jumlahnya menjadi 23,04 persen
atau 509.100 jiwa pada tahun 2003. Data terakhir tahun 2004
menunjukan jumlah penduduk miskin sebanyak 21,69 persen atau
486.300 jiwa. Dengan demikian menunjukan bahwa selama kurun
waktu tersebut jumlah penduduk di Sulawesi Tengah secara
berkesinambungan setiap tahun dapat diturunkan jumlahnya.

2.1.3. Ekonomi
1. Pengalaman selama krisis ekonomi menunjukan bahwa
perekonomiaan Sulawesi Tengah tidak terlalu terpuruk dibanding
daerah lainnya di Indonesia, karena perekonomian Sulawesi Tengah
bertumpu pada sektor pertanian yang memiliki input sebagian besar
dapat dipenuhi secara lokal.
2. Perekonomian daerah kembali berada pada tahap pengembangan
(development) dan telah mencapai pertumbuhan ekonomi 7,35
persen tahun 2005 dibanding tahun 1998 minus 3,96 serta 5,10
persen tahun 2001. Pada saat ini semua sektor yang membentuk
PDRB telah berkembang positif dan bersifat simultan dan saling

18
terintegrasi, diharapkan kondisi ini terus akan ditingkatkan sehingga
secara bertahap dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yang berkualitas secara berkesinambungan.
3. Pendapatan perkapita Sulawesi Tengah meningkat dari Rp.
4.929.912 tahun 2001 menjadi Rp. 7.478.969 tahun 2005, namun
masih jauh lebih rendah dibanding pendapatan perkapita nasional
pada tahun yang sama yang mencapai Rp. 10.641.732
4. Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan indikator
makro dalam kurun waktu tahun 2000 - 2005 cenderung
mengalami peningkatan berdasarkan angka pertumbuhan ekonomi
4,21 persen pada tahun 2000 meningkat menjadi 7,57 persen tahun
2005. Struktur perekonomian yang masih didominasi oleh sektor
pertanian yang memberikan konstribusi sebesar 45,65 persen
terhadap pembentukan PDRB Sulawesi Tengah.
Kontribusi ini akan lebih meningkat melalui pergeseran dari pola
tradisional menuju pertanian moderen yang berbasis agribisinis dan
agroindustri.
5. Perkembangan ekonomi antar wilayah kabupaten/kota dan antar
sektor masih menjadi fenomena yang menunjukan disparitas antar-
daerah/wilayah. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita tertinggi
yakni di Kota Palu sebesar 9,8 juta rupiah sementara itu yang
terendah adalah Kabupaten Tojo Unauna sebesar 3,9 juta rupiah.
Demikian halnya terjadi pada kesenjangan antar-sektor dalam
memberikan kontribusi terhadap PDRB Sulawesi Tengah, pada
tahun 2005 sektor pertanian paling dominan yakni sebesar 45,65
persen, bila dibandingkan dengan sektor perdagangan hotel

19
restoran dan jasa-jasa masing-masing sebesar 12,22 persen dan 9,97
persen.
6. Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dinilai melalui peningkatan
pendapatan perkapita pada tahun 2005 yang telah mencapai 7,5
juta rupiah; penurunan jumlah penduduk miskin tahun 2004
sebesar 21,69 persen (486.300 jiwa) dibanding tahun 2002
berjumlah 22,89 persen (564.600 jiwa) serta tersedianya lapangan
kerja yang memadai bagi rakyat dengan tingkat kesempatan kerja
89,83 persen tahun 2005.
7. Perkembangan produksi pangan padi pada tahun 2000 sebesar
546.558 ton dengan luas panen 149.811 hektar atau sekitar 83,63
persen dari luas sawah dengan produktivitas sebesar 3,64
ton/hektar, luas panen tahun 2001 sebesar 132.183 hektar dengan
produksi sebesar 455.596 ton, tahun 2002 luas panen sebesar
202.907 dengan produksi sebesar 780.390 ton, tahun 2003 luas
panen 184.929 hektar dengan produksi sebesar 726.554 ton dan
tahun 2004 luas tanam 169.467 hektar dengan produksi sebesar
680.727 ton, kemudian pada tahun 2005 sebesar 716.905 ton
dengan luas panen 175.489 hektar atau sekitar 93,88 persen dari
luas tanam dengan produktivitas sebesar 4,08 ton/hektar.
Ketersediaan pangan sebagai sumber kalori berkisar 2.134 kilo
kalori per kapita per hari, berada di atas standar nasional yaitu
sebesar 2.000 kilo kalori per kapita per hari. Saat ini ketersediaan
kalori di Sulawesi Tengah masih didominasi oleh beras, sehingga
perlu upaya melakukan diversifikasi bahan pangan lainnya.

20
8. Struktur ekonomi berbasis pertanian baik dari segi produksi maupun
kesempatan kerja. Jumlah tenaga kerja pada tahun 2000 yang
terserap mencapai 981.100 orang dengan tingkat pengangguran
5,09 persen, pada tahun 2005 sebesar 931.892 orang dengan
tingkat pengangguran 10,15 persen. Pengangguran yang terjadi tidak
hanya disebabkan oleh faktor permintaan tenaga kerja yang
menurun akibat dampak krisis ekonomi, tetapi disebabkan pula oleh
faktor penawaran tenaga kerja yang kualitasnya masih rendah serta
tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Hal ini
menggambarkan bahwa kualitas sumberdaya manusia Sulawesi
Tengah masih rendah dibandingkan dengan rata rata nasional
terutama dari segi pendidikan dan kesehatan, kondisi ini menjadi
tantangan dalam pembangunan masa mendatang.
9. Komoditas utama perkebunan terdiri dari Kakao, Kelapa, cengkeh,
dan jambu mete. Pada tahun 2005 luas areal kelapa dalam 173.139
hektar dengan produksi sebesar 185.050 ton, komoditas kakao
sebesar 168.607 hektar tahun 2005 dengan produksi sebesar
145.353 ton. Komoditas cengkeh pada tahun 2005 menghasilkan
produksi sebesar 9.548 ton dengan luas areal sebesar 44.266 hektar.
komoditas jambu mete luas areal tanam pada tahun 2005 dengan
luas tanam sebesar 21.289 hektar menghasilkan produksi sebesar
3.878 ton.
10. Luas kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Tengah 4.394.932 hektar
atau sekitar 64,06 persen, sedangkan kawasan non hutan seluas
2.408.368 hektar atau sekitar 35,4 persen. Berdasarkan hasil
inventarisasi lahan kritis tahun 2002 luas lahan kritis di Provinsi

21
Sulawesi Tengah sekitar 625.257,80 hektar (di dalam kawasan
hutan seluas 220.288,33 hektar dan di luar kawasan hutan seluas
404.969,47 hektar) yang tersebar di 9 kabupaten dan 1 kota.
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) tahun 2001 – 2006
telah terlaksana seluas 43.155 hektar sehingga dapat mengurangi
luas areal lahan kritis.
11. Sub sektor peternakan belum memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap PDRB Sulawesi Tengah. Populasi hewan ternak besar dan
kecil tahun 2000 berjumlah 542.381 ekor dan menurun menjadi
515.894 ekor pada tahun 2001 atau terjadi penurunan sebesar 5,1
persen, kemudian tahun 2002 sebesar 552.988 ekor mengalami
peningkatan kembali sebesar 6,70 persen, tahun 2003 sebesar
547.620 atau menurun sebesar 0,9 persen dan tahun 2004 sebesar
513.301 ekor atau terjadi penurunan lagi sebesar 6,68 persen
selanjutnya tahun 2005 berjumlah 549.440 ekor atau terjadi
peningkatan sebesar 6,58 persen. Untuk ternak unggas yang terdiri
dari ayam buras, ayam potong, ayam petelur dan itik, dengan
populasi masing-masing pada tahun 2000 sebesar 2.740.397 ekor,
tahun 2001 sebesar 3.009.785 ekor, tahun 2003 sebesar 2.657.112
ekor, tahun 2004 sebesar 2.144.804 ekor dan tahun 2005 sebesar
5.354.016 ekor. Masing-masing jenis ternak unggas perkembangan
populasinya sangat fluktuatif dari tahun ke tahun.
12. Kontribusi terhadap pembentukan PDRB sub sektor kelautan dan
perikanan masih rendah yaitu sebesar 7,46 persen pada tahun
2005. Potensi sumber daya kelautan dan perikanan belum
dimanfaatkan secara optimal, seimbang, dan merata. Komoditas

22
perikanan seperti tuna, rumput laut, dan udang memiliki peluang
ekspor sangat strategis bagi perolehan devisa. Produksi perikanan
yang terdiri dari perikanan laut dan perairan umum menunjukkan
peningkatan yakni dengan rincian perikanan laut pada tahun 2004
sebesar 85.565 ton kemudian meningkat menjadi 92.088 ton pada
tahun 2005. Sedangkan untuk perairan umum pada tahun 2004
sebesar 131,90 ton meningkat menjadi 299,10 ton pada tahun
2005.
13. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian selama periode
2003 sebesar 1,74 persen dan 2005 mencapai 1,81 persen, dengan
nilai produksi Rp. 225.815 tahun 2003 dan Rp. 308.548 juta
Tahun 2005.
14. Bahan tambang galian strategis berupa minyak dan gas bumi dalam
eksplorasi masing- masing di Blok Surumana oleh Exxon Mobile, di
Blok Donggi Senoro berupa gas alam cair, sedangkan Blok Tomori/
Lapangan Tiaka berupa minyak bumi telah eksploitasi oleh Medco
Energi Job Pertamina E & P menghasilkan 6.000 barel/hari. Potensi
pertambangan lainnya berupa bahan galian strategis, bahan galian
vital potensinya tersebar di beberapa kabupaten dan sebagian telah
di kelola oleh masyarakat secara liar, untuk bahan galian yang
bukan strategis dan vital tersebar di semua kabupaten/ kota se
Sulawesi Tengah antara lain telah diekploitasi yaitu pasir dan batu,
batu gamping, batu marmer, tanah liat.
15. Kontribusi industri terhadap pembentukan PDRB masih rendah yaitu
sebesar 7,08 persen tahun 2004. Pada tahun 2000 sebesar Rp.
248.999.130.000.- dan meningkat menjadi Rp. 660.276.000.000.-

23
pada tahun 2004 serta tahun 2005 Rp. 725.320.986.000.- atau
naik rata-rata sebesar 9,35 persen. Eksport hasil industri Provinsi
Sulawesi Tengah pada tahun 2003 mencapai USD$ 26.421 juta.
Tahun 2004 mencapai USD$ 35,058 juta sedangkan tahun 2005
sebesar USD$ 18,380 juta. Atau naik rata-rata sebesar 22,33
persen/tahun meskipun pada tahun 2005 mengalami penurunan
sebesar 47,57 persen dari tahun sebelumnya.
16. Pariwisata Sulawesi Tengah memiliki destinasi wisata yang menjadi
andalan meliputi Kepulauan Togean, Danau Poso, Kawasan Teluk
Palu, Taman Nasional Lore Lindu dan lain sebagainya. Potensi ini
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian daerah,
meningkatkan pendapatan masyarakat serta sumber-sumber
penerimaan daerah lainnya. Jumlah penerimaan daerah dari sektor
pariwisata ditentukan oleh jumlah kunjungan, pengeluaran
wisatawan dan lama kunjungan / lama tinggal ( length of stay ).
Jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2005 sebanyak
62.238 orang meningkat dibandingkan tahun 2000 sebanyak
31.773 orang. Peningkatan ini terutama terjadi pada wisatawan
domestik yang meningkat dari 30.273 orang pada tahun 2000
menjadi 61.565 orang pada tahun 2005.
Jumlah hotel di Sulawesi Tengah tahun 2005 meningkat 205 unit
dibandingkan dengan tahun 2000 yang jumlahnya mencapai 172
unit.
Lama menginap (length of stay) rata-rata untuk wisatawan asing
pada tahun 2000 sebesar 4,00 hari untuk hotel berbintang dan 2,70
hari untuk yang non bintang. Namun, pada tahun 2005 hanya 2,60

24
hari untuk hotel berbintang dan 2,12 hari untuk yang non bintang.
Sedangkan rata – rata menginap wisatawan domestik sebesar 2,85
hari untuk hotel bintang dan 2,41 hari untuk hotel non bintang
pada tahun 2000 mengalami penurunan menjadi hanya 2,6 hari
untuk hotel bintang dan 2,12 hari untuk hotel non bintang pada
tahun 2005.
17. Penanaman Modal dalam kurun waktu 2002 s/d 2005 yang terdiri
dari investasi PMA sebesar USD$ 18.199.800. dan PMDN sebesar
Rp.6.350.490.000.000. Rendahnya nilai investasi dipengaruhi oleh
terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
18. Jumlah Angkatan kerja pada tahun 2003 sebanyak 966.911 orang,
pria sebesar 676.017 orang (75,20 %) dan wanita sebanyak
290.894 orang (31,47 %), dengan tingkat partisipasi (TPAK) sebesar
55,84 persen. Tahun 2004 sebanyak 932.054 orang dengan TPAK
sebesar 53,73 persen.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tahun 2004 sebesar 5,42
persen atau sebanyak 50.480 jiwa dan pada tahun 2003 sebanyak
48.234 jiwa, jumlah pencari kerja terdaftar yang belum di
tempatkan sebanyak 33.927 orang.
Peningkatan jumlah angkatan kerja antara lain berasal dari migrasi
dan urbanisasi dari desa ke kota, yang umumnya menunjukan
pemuda dari desa ke kota serta dari daerah provinsi lainnya yang
berdekatan merupakan tenaga kerja produktif tetapi tidak terampil
karena itu menimbulkan masalah lapangan kerja di perkotaan dan
bahkan masalah pemukiman, di sisi lain kawasan pedesaan
kehilangan tenaga kerja produktif untuk kegiatan pertanian.

25
19. Program transmigrasi baik transmigrasi umum maupun transmigrasi
swakarsa pada akhir tahun 2005 telah berhasil menempatkan
85.106 kepala keluarga atau 342.410 Jiwa yang tersebar di 225 Unit
Pemukiman Transmigrasi (UPT) dan telah diserahkan pembinaannya
kepada pemerintah daerah sebanyak 214 UPT.
20. Kegiatan perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
(KUKM), dalam kurun waktu tahun 2000 – 2004 mengalami
fluktuasi yang memperlihatkan kecenderungan terjadinya surplus
neraca perdagangan. Tahun 2000 – 2003 nilai ekspor mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, tetapi pada tahun 2004 total nilai
ekspor Sulawesi Tengah mengalami penurunan sebesar US $
9.676.570 atau 6,53 persen yaitu dari US $ 152.473.760, pada
tahun 2003 menjadi US $ 142.797.190 tahun 2004. Sementara nilai
import tahun 2000 sebesar US $ 1.066.460, naik menjadi US $
1.586.340 pada tahun 2001 dan US $ 5.0395.140 tahun 2002. Pada
tahun 2003 menurun menjadi US $ 4.044.950, selanjutnya tahun
2004 sebesar US$ 3.232.920. Tahun 2005 nilai ekspor naik kembali
menjadi sebesar US $ 26.960.
Secara kuantitatif jumlah koperasi setiap tahun mengalami
peningkatan. Tahun 2003 sebanyak 1.212 unit, pada tahun 2004
sebanyak 1.259 unit dan tahun 2005 sebanyak 1.285 unit atau naik
rata–rata sebesar 6,91 persen per tahun. Jumlah anggota koperasi
pada tahun 2003 sebanyak 226.611 orang, tahun 2004 sebanyak
215.743 orang tahun 2005 sebanyak 218.152 orang.

2.1.4. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

26
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus diupayakan
peningkatannya terutama teknologi tepat guna, yaitu teknologi yang
mampu meningkatkan produktifitas, pertumbuhan ekonomi, perluasan
lapangan kerja, pemerataan hasil pembangunan dan pelestarian
lingkungan hidup.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi disesuaikan dengan kemampuan biaya yang
tersedia, berupa penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, bimbingan
teknik dan kursus keterampilan, bantuan tenaga ahli dari dalam dan luar
negeri dalam rangka alih teknologi, pemanfaatan teknologi tepat guna di
berbagai bidang pembangunan terutama pertanian dan industri (padat
tenaga kerja). Di samping itu telah pula dikembangkan teknologi tinggi
dan menengah berupa komputer, tenaga mikro hydro pedesaan dan
tenaga surya. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan dan
pemanfaatan hasil penelitian untuk menunjang pembangunan, maka
kegiatan penelitian dikoordinasikan dan dikerjasamakan dengan lembaga
perguruan tinggi, lembaga penelitian dan LSM. Kegiatan penelitian yang
telah dilakukan mencakup tentang sumberdaya alam dan pengembangan
komoditas unggulan, bidang ekonomi, sosial budaya serta berbagai
penelitian terapan lainnya.

2.1.5. Sarana dan Prasarana


1. Pembangunan prasarana jalan yang telah diupayakan selama ini
meliputi peningkatan jalan, penggantian jembatan, rehabilitasi jalan
dan jembatan serta pembangunan jalan-jalan baru yang
diprioritaskan untuk membuka daerah – daerah terisolir menuju

27
pada kantong – kantong produksi serta dimaksudkan untuk
melengkapi sistem jaringan infrastruktur transportasi Pulau Sulawesi.
Panjang jalan nasional dan jalan provinsi 3.843,52 kilometer.
Kondisi tidak mantap pada tahun 2005 sepanjang 1.405,44
kilometer atau 36,6 persen. Kondisi ini akan terus bertambah
apabila kendala akibat keterbatasan pembiayaan pembangunan,
peningkatan dan operasi serta pemeliharaan masih terus berlanjut
seperti selama ini. Penurunan kondisi jalan secara linear akan
menyebabkan peningkatan biaya produksi yang pada akhirnya
berimbas pada tingginya harga barang/jasa.
2. Transportasi laut berupa armada laut dengan kondisi alam Sulawesi
Tengah sebagian besar wilayahnya terletak di daerah pantai,
memungkinkan untuk dapat beroperasi dari dan ke pelabuhan
yang ada di setiap kabupaten dan kota. Terdapat 18 pelabuhan
yang melakukan aktifitas masuk dan keluar penumpang/barang
yaitu 4 buah Pelabuhan di kabupaten Donggala, Wani, Parigi, dan
Moutong; 6 buah Pelabuhan di kabupaten Poso yaitu pelabuhan
Poso, Wakai, Ampana, Bungku, Kolonedale dan Wosu; 5 Pelabuhan
di kabupaten Banggai yaitu pelabuhan Luwuk, Banggai, Bunta,
Pagimana dan Salakan; 2 buah Pelabuhan di kabupaten Buol dan
Tolitoli yakni pelabuhan Tolitoli dan Leok, dan 1 Pelabuhan di Kota
Palu. Jumlah penumpang yang datang tercatat 207.038 orang dan
berangkat 470.141 orang. Untuk aktifitas bongkar muat barang
tercatat 176.667 ton dibongkar dan 1.001.733 ton dimuat.
3. Perusahaan jasa penerbangan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
transportasi udara telah relatif mampu menyediakan pelayanan

28
penerbangan kepada masyarakat dengan memadai. Hal ini terlihat
dari tingkat partisipasi perusahaan penerbangan yang terus
meningkat di Palu, tetapi dilain pihak kondisi prasarana dan sarana
pelabuhan udara belum memadai. Sampai saat ini Bandara Mutiara
Palu belum dapat didarati oleh pesawat berbadan lebar tipe Boeing
747 - 400 ke atas, karena panjang dan lebar landasan pacu dan
terminal penumpang yang belum memenuhi syarat teknis yang
dibutuhkan. Keterbatasan sarana dan prasarana penerbangan udara
terjadi pula pada lapangan terbang perintis yang ada di Kabupaten
Banggai, Poso, Tolitoli dan Buol.
4. Ketersediaan sarana perumahan merupakan salah satu kebutuhan
dasar masyarakat yang memerlukan perhatian serius. Tahun 1999 –
2003, kebutuhan akan rumah setiap tahun sekitar 9.300 unit.
Kemampuan Perum Perumnas dan Pengembang Swasta lainnya
yang dibiayai melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) hanya 400
unit per tahun dan pembangunan yang dilakukan secara per
orangan sekitar 570 unit rumah sehingga terjadi kekurangan atau
backlog sebanyak 8.330 unit rumah per tahun. Dengan asumsi laju
pertumbuhan penduduk berkisar 1,5 persen per tahun, maka untuk
memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat Sulawesi Tengah 20
tahun yang akan datang diperlukan pembangunan rumah layak
huni sekitar 193.000 unit atau rata rata 9.650 unit pertahun.
Pembangunan perumahan saat ini diperhadapkan pada masalah
kualitas dan kuantitas perumahan layak huni bagi masyarakat
berpenghasilan menengah (MBM) dan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR). Terdapat kawasan yang tidak dilengkapi dengan

29
prasarana dan sarana pendukung seperti penyediaan air bersih layak
konsumsi, penyediaan sanitasi, fasilitas sosial dan fasiltas umum. Di
sisi lain kualitas struktur bangunan belum dirancang cukup kuat
untuk menahan gempa serta masih terdapat pemukiman kumuh
akibat daya tampung melebihi daya dukung lingkungan.
5. Kondisi infrastruktur dalam pengelolaan sumberdaya air dari tahun
ke tahun mengalami penurunan sehingga menyebabkan
produktifitas lahan menurun dan hasil panen secara otomatis ikut
merosot. Hal ini terutama disebabkan tingginya tingkat kerusakan
pada jaringan irigasi. Secara keseluruhan tingkat kerusakan jaringan
adalah 57,14 persen terdiri dari 45,74 persen kondisi rusak berat
dan 11,40 kondisi rusak ringan. Identifikasi kerusakan ini dilakukan
terhadap 30 (tiga puluh) Daerah Irigasi yang menjadi kewenangan
Pemerintah Provinsi yang mengairi lahan dengan luas rencana
48.667 hektar dan luas fungsional 28.824,23 hektar. Di sisi lain
pasokan air terhadap daerah irigasi juga terganggu akibat bencana
alam banjir yang relatif terjadi setiap tahun. Kondisi di atas akan
terus menurunkan tingkat layanan daerah irigasi jika tidak didukung
oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat pemerintah
dan tidak didukung oleh pembiayaan yang memadai.
6. Masyarakat Sulawesi Tengah pada umumnya bermukim di
sepanjang daerah aliran sungai dan sepanjang pesisir pantai serta di
pedalaman. Hal ini terlihat dengan banyaknya sungai yang meliputi
Wilayah Sungai (WS) Palu Lariang, WS. Buol Lambunu, WS. Parigi
Poso, WS. Bongka Mentawa, dan WS. Laa Tambalako.

30
7. Bangunan sarana prasarana pengendali banjir sungai dan
pengamanan abrasi pantai saat ini sangat terbatas jumlahnya dan
hanya mampu menangani sekitar 15 persen dari keseluruhan titik-
titik rawan banjir dan pengamanan pantai yang tersebar di wilayah
Sulawesi Tengah. Hal ini berarti masih banyak permukiman
penduduk yang berada di sepanjang daerah aliran sungai dan pesisir
pantai terancam bahaya banjir, abrasi dan tsunami.
8. Kondisi riil pembangkit tenaga listrik di Sulawesi Tengah: daya
terpasang 154.618 kilowatt, daya mampu 97,541 kilowatt, beban
puncak 88,348 kilowatt, cadangan 9,193 kilowatt. Dari data kondisi
riil tersebut tergambar bahwa salah satu masalah pembangkit tenaga
listrik adalah kondisi pembangkit sudah sangat tua, hal ini dapat
dilihat dari daya terpasang sebesar 154.618 kilowatt daya
mampunya hanya sebesar 97,541 kilowatt.
9. Kebutuhan akan informasi yang cepat menuntut tersedianya sarana
dan prasarana komunikasi yang memadai dan mudah dijangkau
oleh masyarakat. Jumlah pelanggan dan pemakai pulsa dari tahun
2001-2005 sejumlah 31.202, jumlah pulsa lokal 42.139.435 unit;
Saluran Langsung Jarak Jauh 256.058.457 unit, jumlah pelayanan
Wartel 739 buah dengan jumlah pulsa lokal 4.490.397 unit, Saluran
Langsung Jarak Jauh 83.917.363 unit

2.1.6. Pemerintahan dan Demokrasi


1. Penguatan kapasitas aparatur pemerintahan dilaksanakan melalui
peningkatan kapasitas kelembagaan, profesionalisme aparatur dan
kapasitas keuangan daerah yang mendukung terselenggaranya

31
fungsi-fungsi pemerintahan yang baik. Beberapa hal penting yang
telah dilakukan sampai dengan tahun 2005 meliputi: (1) telah
disusun berbagai peraturan perundang-undangan guna menata
kelembagaan pemerintah daerah dan menata pelayanan kepada
masyarakat ; (2) terlaksananya berbagai pendidikan dan pelatihan
dalam rangka meningkatkan kapasitas aparatur yang mendukung
penyelenggaraan pemerintahan daerah, peningkatan koordinasi dan
kerjasama antar pemerintah daerah serta dengan lembaga lainnya ;
dan (3) Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD),
Sistem Informasi Kepegawaian Daerah, Sistem Informasi
Pembangunan Daerah dalam rangka efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Penguatan kelembagaan dan kapasitas aparatur yang semakin
terstruktur dalam mengelolah pluralisme kehidupan masyarakat
yang menunjukkan kecenderungan menguatnya orientasi kelompok,
etnik, dan agama, yang berpotensi menimbulkan konflik sosial yang
dapat mencipkatan dis-integrasi sosial dan bahkan dis-integrasi
bangsa. Masalah ini semakin serius dengan terbatasnya ruang publik
yang dapat digunakan dan dikelolah bersama masyarakat
multikultur untuk penyaluran aspirasi. Pluralisme seharusnya
memperkuat Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara
bangsa yang menganut faham demokrasi yang sedang berkembang
mencari bentuk dan nilai-nilai hakiki berdemokrasi serta
berkeadilan.

32
3. Kebebasan berpolitik semakin terwujud yang ditandai dengan
kebebasan berkumpul, mengemukakan pendapat, dan berorganisasi
yang ditunjukan dengan keberadaan jumlah organisasi politik yang
tidak terbatas sepanjang layak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku serta organisasi sosial kemasyarakatan yang
bergerak diberbagai bidang pembangunan.
4. Kelembagaan sosial kemasyarakatan umumnya relatif menunjukan
kemajuan terutama kelembagan yang bergerak bidang pendidikan,
kelembagaan di bidang kesehatan dan kelembagaan di bidang
ekonomi. Prakarsa masyarakat dalam menginisiasi kegiatan
pembangunan intensitas dan frekuensinya masih perlu ditingkatkan,
hal ini terkait dengan kemampuan kelembagaan masyarakat yang
belum sepenuhnya optimal. Pada saat ini hampir semua lembaga
sosial kemasyarakatan tradisional mengalami stagnasi karena kurang
mendapat dari pemerintah.

2.1.7. Ketertiban dan Keamanan Masyarakat


1. Lingkungan kehidupan masyarakat semakin kondusif walaupun di
beberapa wilayah masih ada potensi gangguan keamanan dan
trauma masyarakat sebagai dampak konflik masa lalu. Kondisi ini
tidak lepas dari keberhasilan pemerintah dalam menangani konflik
dan mengelolah setiap potensi ancaman yang timbul.
2. Keamanan dan ketertiban mengalami distorsi beberapa tahun
terakhir yang terindikasi oleh adanya pengungsian penduduk dari
daerah asalnya, disebabkan kerusuhan di Kabupaten Poso, yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Berbagai fasilitas

33
layanan publik yang vital mengalami kerusakan termasuk
permukiman penduduk.
3. Kesadaran masyarakat terus dibangun agar semakin baik sehingga
tidak terpengaruh adanya berbagai bentuk provokasi dan teror
sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
menginginkan kehidupan kebersamaan dalam masyarakat yang
lebih harmonis, tenteram dan damai untuk terjaminnya suasana
dalam melakukan aktifitas kehidupan.
4. Kepastian hukum dan keadilan terus ditingkatkan karena bila faktor
ini terabaikan akan dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan
keamanan sehingga menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah terutama lembaga peradilan di daerah. Pada
sisi lain, berbagai peraturan yang berlaku belum sepenuhnya
mengakomodir kepentingan masyarakat di daerah.

2.1.8. Hukum dan Aparatur


1. Pembaruan peraturan daerah terus menerus dilaksanakan melalui
pergantian dan penyempurnaan peraturan daerah maupun
peraturan lainnya yang dianggap sudah tidak sesuai dengan
keadaan dan dinamika masyarakat. Penyempurnaan praktek hukum
dengan memberdayakan lembaga-lembaga hukum di daerah
termasuk lembaga adat. Pemberdayaan lembaga adat dan hukum
adat sebagai bagian dari sistem hukum nasional yang mengatur
perikehidupan masyarakat maka lembaga adat dan hukum adat
akan diberi penguatan dan legitimasi dalam bentuk peraturan
daerah untuk mengisi celah-celah kebutuhan pelayanan hukum yang

34
disepakati masyarakat untuk memenuhi rasa keadilan dan kepastian
hukum.
2. Manajemen pemerintah saat ini lebih menitiberatkan pada
penyediaan pelayanan dasar kepada rakyat. Oleh karena itu jenis
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat perlu ditingkatkan.
Hak-hak masyarakat dalam mendapatkan pelayanan publik,
sedapatnya dipenuhi secara memadai sesuai dengan sumberdaya
yang tersedia.
3. Pembangunan hukum yang mendukung terwujudnya suasana yang
kondusif dalam berbagai aspek pembangunan yang berkelanjutan
dengan meningkatkan kesadaran hukum serta penegakan Hak Asasi
Manusia (HAM) terus menurus diupayakan disamping itu, dilakukan
pula pemberantasan KKN dengan mencegah kemungkinan
terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan
menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait KKN.
4. Birokrasi pemerintah daerah berada pada proses penyesuaian
dengan perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal.
Penyesuaian ini terutama ditujukan pada pemberian pelayanan
publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan. Penataan
birokrasi telah mengarah pada penguatan desentralisasi dan
demokratisasi dalam menghadapi globalisasi dan revolusi teknologi
informasi.

2.1.9. Wilayah dan Tata Ruang

35
1. Berdasarkan kondisi pemanfaatan lahan maka pola tata ruang
wilayah yang teridentifikasi luas 6.803.300 hektar meliputi :
Kawasan Lindung 2.166.171 hektar (31,84 persen), Kawasan
Budidaya 2.228.761 hektar (32,76 persen) dan Areal Penggunaan
Lain 2.408.368 hektar (35,40 persen).
2. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan penataan ruang di Provinsi
Sulawesi Tengah terdapat 9 (sembilan) kawasan strategis yang
terdiri dari : 1). Kawasan pengembangan ekonomi terpadu (KAPET)
Batui, 2). Kawasan Andalan yang meliputi Palu dan sekitarnya,
Tolitoli dan sekitarnya, Luwuk dan sekitarnya, Kolonodale dan
sekitarnya, Poso dan sekitarnya 3). Kawasan Cepat Tumbuh
meliputi Parigi-Ampibabo dan sekitarnya, Danau Poso dan
sekitarnya, Ampana dan sekitarnya, Moutong-Tomini dan
sekitarnya, Damsol-Damsel dan sekitarnya, Lalundu dan sekitarnya.
4). Kawasan Potensial Berkembang meliputi : Buol dan sekitarnya,
Banggai dan sekitarnya Bungku dan sekitarnya, 5). Kawasan
Perbatasan meliputi Tidantana (perbatasan Poso dan Luwu Provinsi
Sulawesi Selatan), Teluk Matarape (perbatasan Morowali dan
Provinsi Sulawesi Tenggara), Surumana (perbatasan Donggala
dengan Provinsi Sulawesi Barat), Umu (perbatasan Buol dengan
Provinsi Gorontalo), Molosipat (perbatasan Parigi Moutong dengan
Provinsi Gorontalo), Kepulauan Togean (perbatasan Tojo Unauna
dengan Provinsi Gorontalo), Pulau Sonit (perbatasan Banggai
Kepulauan dengan Provinsi Maluku Utara). 6). Kawasan Kritis
Lingkungan meliputi DAS Buol – Lambunu, DAS Bongka – Malik,
DAS Palu – Lariang, DAS Dolago – Torue, DAS Parigi – Poso, DAS

36
Lombok – Mentawa. 7). Kawasan Penanganan Khusus Endemik
Schistosomiasis meliputi Kulawi, Lindu, Lore Utara dan Lore Tengah.
8) Kawasan Pertahanan Keamanan meliputi seluruh wilayah
Provinsi Sulawesi Tengah dengan daerah perlawanan akhir pada
Taman Nasional Lore Lindu. 9). Kawasan Ekonomi Khusus Kota
Palu di Kecamatan Palu Utara.
3. Struktur dan pola pemanfaatan ruang merupakan kebijakan
penyusunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam,
lingkungan sosial dan lingkungan buatan yang digambarkan secara
hirarkis dan berhubungan satu dengan lainnya membentuk struktur
ruang dan pola ruang wilayah Provinsi.

2.1.10. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


1. Sumber daya alam sebagai salah satu modal dasar pembangunan
pemanfaatannya terus ditingkatkan tanpa mengabaikan aspek
lingkungan hidup sehingga memberikan nilai ekonomi yang optimal
bagi masyarakat. Kontribusi sumber daya alam terhadap
pembentukan PDRB akan ditingkatkan nilainya tanpa mengabaikan
keberlanjutannya bagi kebutuhan generasi yang akan datang, baik
sumberdaya alam yang terdapat di perut bumi atau di bawah tanah
berupa gas dan minyak bumi, di dalam tanah berupa bahan galian
dan mineral, di atas tanah berupa hamparan hutan, persawahan
dan perkebunan dan pengembangan peternakan, pariwisata, serta
di pesisir dan kelautan akan dimanfaatkan sebaik baiknya dan
sebesar besarnya dapat memberi maslahat kepada masyarakat.

37
2. Khusus pemanfaatan sumberdaya hutan dibutuhkan kearifan dalam
pemanfaatannya karena kondisi hutan saat ini sudah membutuhkan
rehabilitasi sebagai dampak dari pengelolaan selama 40 (empat
puluh) tahun terakhir.
3. Kawasan hutan memiliki keaneka ragaman hayati yang cukup tinggi,
di kawasan Taman Nasional Lore Lindu terdapat 40 spesies mamalia
Sulawesi, 27 spesies diantaranya endemik (67,5 persen). Selain itu
juga terdapat 83 persen burung langka. Demikian juga Cagar Alam
Morowali yang merupakan habitat hutan rawa gambut yang
memiliki spesies mamalia, ikan, flora dan fauna endemik. Demikian
halnya Taman Nasional Kepulauan Togean yang merupakan
ekosistem terumbu karang, padang lamun, mangrove dan hutan
dataran rendah serta sangat kaya akan keragaman hayati dan fauna.
4. Kondisi hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya hutan yang
memiliki peranan penting saat ini keberadaannya semakin kritis.
Hutan mangrove yang berada di wilayah pantai, secara geografis
maupun ekonomis sangat rawan terhadap kerusakan, dimana
mangrove sebagian besar diakibatkan oleh perubahan fungsi
peruntukan lain baik secara legal maupun illegal.
Luas hutan mangrove mengalami laju kerusakan yang sangat tinggi,
hal ini dapat dilihat dari data mangrove pada tahun 1989 seluas
46.000 hektar, tahun 1992 seluas 43.000 hektar, tahun 1996 seluas
35.200 hektar, tahun 2005 seluas 29.621 hektar. Dari luas tahun
2005 tersebut di atas terdapat 13.649,49 hektar rusak berat,
6.633,21 hektar rusak dan 9.338,86 hektar tidak rusak.

38
2.2. TANTANGAN

Pembangunan daerah Sulawesi Tengah 20 (dua puluh) tahun ke


depan masih membutuhkan kerja keras untuk menegaskan arah
pembangunan yang akan dilaksanakan beserta permasalahan dan
tantangan yang akan dihadapi. Dalam era globalisasi yang ditandai
dengan fenomena pasar bebas yang berwujud persaingan, serta era
demokratisasi dan desentralisasi/otonomi daerah yang sedang mencari
dan membentuk nilai-nilai hakiki di Indonesia, sangat membutuhkan
kemampuan dan daya saing yang memadai, baik dari segi fisik maupun
non fisik, karena secara langsung akan menghadapkan Sulawesi Tengah
pada persaingan global. Karena itu pembangunan Daerah Sulawesi
Tengah tidak akan sepi dari berbagai permasalahan yang akan
mengganggu serta dapat menghambat pelaksanaan pembangunan
sekaligus menjadi tantangan pembangunan dalam kurun 20 tahun yang
akan datang, meliputi :

2.2.1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama


1. Dalam kurun waktu dua dasawarsa ke depan, Sulawesi Tengah akan
menghadapi laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Jumlah
penduduk yang besar akan berimplikasi pada pemenuhan
pelayanan dasar sosial, perumahan dan pemukiman, penyediaan
lapangan kerja, pengelolaan sumberdaya alam yang terbatas,
karena itu pengendalian pertumbuhan penduduk merupakan
39
tantangan ke depan, karena penduduk menjadi tujuan akhir dari
semua kegiatan pembangunan.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2005 berada pada peringkat 21 dibandingkan dengan
provinsi lainnya. Tantangan pada perspektif jangka panjang 20
tahun yang akan datang yang harus dicermati dan disikapi secara
baik dan tepat adalah rendahnya kualitas sumberdaya manusia
terkait dengan kualitas pendidikan, kesehatan dan kemampuan
daya beli masyarakat yang menyebabkan masih rendahnya
produktifitas.
3. Dalam kaitan dengan Indeks Pembangunan Manusia, maka
pembangunan pendidikan adalah meningkatkan proporsi penduduk
yang menyelesaikan pendidikan dasar ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, menghilangkan penduduk buta aksara dan
memeratakan akses masyarakat pada pelayanan pendidikan serta
meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenjang pendidikan.
4. Di bidang kesehatan adalah masih tingginya angka kematian bayi,
balita dan ibu melahirkan, serta tingginya proporsi balita kurang
gizi. Kesenjangan status kesehatan dan rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan, antara lain akibat rendahnya pendapatan
masyarakat, mutu tenaga kesehatan, ketersediaan, keterjangkauan
dan keamanan obat yang belum memadai, selain itu pemahaman
pentingnya makna kesehatan dalam kehidupan individu merupakan
prasyarat bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas kehidupan.
5. Di bidang agama adalah mengupayakan peningkatan pemahaman
dan pengamalan nilai – nilai ajaran agama berdasarkan kaidah-

40
kaidah agama yang dianut serta mampu menjadi perekat bagi
kerukunan inter dan antar-umat beragama, mencegah pengaruh
kecenderungan berkembangnya ajaran agama yang menyimpang
nilai-nilai ajaran agama yang dianutnya. Pembentukkan moral
berbasis nilai-nilai ajaran agama untuk mewujudkan etos kerja,
penghargaan pada prestasi, serta dorongan mencapai kemajuan,
sehingga ahlak yang mulia yang dituntut dari setiap individu / umat
manusia dapat terinternalisasi dengan baik dalam kehidupannya
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
6. Dari sisi kebudayaan, kecenderungan terabaikannya nilai-nilai
budaya daerah/bangsa dalam membentuk jati diri bangsa serta
perilaku hidup individu dan masyarakat dalam pergaulan hidup
sehari-hari akibat penetrasi budaya asing yang sangat intensif
melalui berbagai media dan dalam pergaulan masyarakat, di pihak
lain tata nilai budaya bangsa yang berfungsi untuk membangun sifat
rasa dan karsa, yang menjunjung nilai nilai kebhinekaan budaya
yang membentuk etika dan perilaku hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, terus dikembangkan dan dilestarikan
sebagai kebanggaan untuk kita junjung bersama, karena itu maka
menghargai dan mengamalkan budaya nasional/daerah menjadi
sangat penting dan menjadi tantangan pembangunan kebudayaan
dalam perspektif jangka panjang 20 tahun mendatang.
7. Tantangan pembinaan kepemudaan meliputi luaran pendidikan
tidak sesuai dengan pasar kerja yang tersedia terutama kaitannya
dengan keterampilan sehingga menjadi salah satu penyebab
tingginya pengangguran. Belum optimalnya kelembagan pemuda

41
dalam mewadahi peran pemuda, semangat dan etos kerjanya,
dalam mengembangkan kemampuan berkreasi, berinovasi,
membentuk pemuda yang berahlak mulia dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi.
8. Pembinaan olahraga akan diperhadapkan pada tantangan :
lemahnya kemampuan meraih prestasi membanggakan dalam
event-event olahraga baik skala regional maupun nasional,
minimnya sarana dan prasarana yang memadai, pelatih dan
manager yang profesional, dukungan pemerintah dan masyarakat
serta peranan kelembagaan, teknologi yang mendukung.
9. Berkaitan dengan eksistensi perempuan dalam pembangunan maka
tantangan yang akan dihadapi adalah rendahnya kualitas hidup dan
peran perempuan dalam berbagai bidang pembangunan akibat
masih rendahnya nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan
lemahnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender di
daerah, selanjutnya tingginya tindakan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) dan pelecehan seksual di kalangan perempuan.
10. Tantangan bagi perlindungan anak adalah menciptakan suasana
yang kondusif sehingga memberi peluang bagi anak – anak
memanfaatkan masa kecil dengan sebaik-baiknya dalam
pengembangan bakat, kemampuan daya nalar merupakan
tantangan sehingga terhindar dari putus sekolah, korban penculikan
dan perdagangan anak, adopsi illegal, eksploitasi seksual dan
eksploitasi kerja.
11. Di bidang kesejahteraan sosial tantangan yang akan dihadapi
meliputi keterbatasan kemampuan lembaga pelayanan

42
kesejahtaraan sosial berupa panti asuhan, panti jompo, panti lansia,
anak tuna grahita, tuna daksa, tuna wicara, tuna wisma, pekerja
seks komersial, penyandang masalah sosial lainnya serta masalah
pengungsi pasca konflik poso dan korban bencana alam, di pihak
lain kemampuan pemerintah daerah untuk memberi dukungan
optimal bagi pemenuhan kebutuhan pelayanan kesejahteraan sosial
sangat terbatas.

2.2.2. Ekonomi
1. Kemajuan perekonomian mendatang adalah meningkatkan
perekonomian yang cukup tinggi dan berkualitas secara
berkelanjutan. Sehingga untuk mendukung pencapaian
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas tersebut menghadapi
tantangan yang sangat besar karena struktur ekonomi saat ini masih
didominasi oleh sektor pertanian sehingga perkembangan ekonomi
ke depan didominasi oleh sektor pertanian, industri, perdagangan
dan jasa melalui peningkatan daya saing ekonomi daerah,
penguatan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Seiring
dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka tingkat
pendapatan perkapita masyarakat juga meningkat tetapi
besarannya masih di bawah rata-rata nasional.
2. Pendekatan pembangunan ekonomi yang mengarah pada
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas belum sepenuhnya merata
karena fenomena kesenjangan kemajuan wilayah/daerah serta
kemampuan ekonomi antar-individu dan masyarakat, antar-daerah
dan wilayah masih cukup tinggi. Karena itu pengurangan

43
kesenjangan pembangunan menjadi salah satu tantangan untuk
kurun waktu 20 tahun mendatang, terutama aspek kesejahteraan
dan kualitas hidup masyarakat sekaligus untuk merekat dan menjaga
stabilitas dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Ukuran keberhasilan program dan kegiatan pembangunan daerah
dan nasional antara lain dilihat dari kemampuan menurunkan angka
kemiskinan masyarakat, di samping dilihat dari indikator
pemerataan pembangunan, IPM, dan PDRB dan Perkapita
masyarakat. Jumlah masyarakat miskin di Sulawesi Tengah tahun
2005 sebanyak 527.500 jiwa atau 21,8 persen dari jumlah
penduduk Sulawesi Tengah. Jumlah masyarakat miskin tersebut
sebagian besar berada di perdesaan dan selebihnya di perkotaan,
dari fenomena kemiskinan tersebut maka untuk 20 tahun
mendatang upaya untuk mengatasi penurunan angka kemiskinan
masih merupakan tantangan pembangunan di Provinsi Sulawesi
Tengah.
4. Perekonomian Sulawesi Tengah saat ini masih bertumpuh pada
sektor pertanian yang didukung oleh teknostruktur masyarakat di
samping teknologi maju yang di introdusir selama ini.
Mengandalkan pertanian sebagai sektor utama untuk membentuk
PDRB Sulawesi Tengah dan menjadi tumpuan utama mata
pencaharian masyarakat untuk jangka panjang adalah suatu hal
yang riskan, karena secara alamiah berbagai faktor produksi
terutama tanah karena perubahan fungsi dan tingkat kesuburannya
yang berkurang akan melemahkan kemampuan ekonomi daerah,
untuk itu upaya mengembangkan industri berbasis sumberdaya alam

44
dalam bentuk agro industri dan agrobisnis menjadi tantangan
pembangunan ekonomi Sulawesi Tengah mendatang.
5. Tantangan ke depan yang berkaitan dengan pertanian adalah
pemenuhan pangan dan asupan gizi yang berpengaruh pada
kesehatan masyarakat, ketergantungan pada konsumsi beras dinilai
masih tinggi, sementara di pihak lain produksi padi setiap tahunnya
menunjukan peningkatan yang tidak terlalu besar jumlahnya akibat
adanya konversi lahan pertanian ke non-pertanian serta
terdegradasinya lingkungan pada Kawasan Hulu atau Daerah Aliran
Sungai (DAS) sebagai sumber utama air irigasi sawah.
6. Tantangan lainnya yang berkaitan langsung dengan pertanian dalam
rangka meningkatkan ketahanan pangan adalah penguasaan dan
akses teknologi masih sangat lemah, rendahnya penguasaan
informasi dan akses pasar, harga komoditas pertanian berfluktuasi,
akses permodalan sangat terbatas, sistem usaha tani yang tidak
menentu, akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan keluarga petani.
7. Dalam rangka meningkatkan produksi, mutu serta daya saing
komoditi perkebunan yang diperhadapkan pada persaingan
ekonomi global maka pengembangan komoditi perkebunan ke
depan yaitu mengandalkan produk-produk perkebunan yang
menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah tinggi dan
berdaya saing global melalui rehabilitasi tanaman, peremajaan
tanaman dengan menggunakan bibit unggul, dan sistem agribisnis
perkebunan untuk semua komoditi serta keberpihakan pemerintah

45
dengan memberikan insentif untuk mengembangkan komoditi
tersebut.
8. Sumberdaya kehutanan yang selama ini telah dimanfaatkan secara
intensif untuk menunjang pembangunan menunjukan
kecenderungan mengalami degradasi bahkan pengelolaannya perlu
menegaskan pemanfaatan dengan nilai tambah yang terbatas ( zero
growth) karena akan menimbulkan berbagai masalah lingkungan
yang lebih parah, karena itu pemanfaatannya akan datang di
samping mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat
dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian dan prinsip
pengelolaan yang arif dan bijaksana sehingga member dampat
pengelolaan yang berkelanjutan.
9. Tantangan yang berkaitan dengan sub sektor peternakan adalah
semakin meningkatnya kebutuhan akan protein hewani seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga ke depan
diperlukan suatu pengembangan teknologi budidaya ternak dalam
rangka mengoptimalkan semua potensi untuk meningkatkan
populasi, produktivitas, dan kualitas ternak. Selain itu, potensi
padang penggembalaan yang tersedia juga belum dapat
dimanfaatkan secara optimal.
10. Tantangan bagi sub sektor kelautan dan perikanan ke depan adalah
meningkatkan pengawasan akibat terjadinya illegal fishing dan
destructive fishing, mengurangi resiko akibat pemanasan global
(global warning) yang sangat berpengaruh terhadap perubahan
lingkungan sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk
meningkatkan pemenuhan protein seiring semakin bertambahnya

46
jumlah penduduk ke depan diperlukan suatu pengembangan
teknologi budidaya perikanan dalam rangka mengoptimalkan
semua potensi untuk meningkatkan produksi, produktivitas, dan
kualitas hasil perikanan. Tantangan lainya untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sektor perikanan adalah meningkatkan
akses terhadap teknologi baru, permodalan, informasi dan pasar
serta menghasilkan produk perikanan yang berdaya saing tinggi.
11. Tantangan di bidang pertambangan adalah mengupayakan nilai
tambah dari sektor pertambangan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat secara langsung, mencegah
dampak pengelolaannya terhadap degradasi lingkungan, lapangan
kerja yang tersedia dari kegiatan ekploitasi pertambangan dapat
menyerap tenaga kerja dari masyarakat setempat sesuai dengan
kualifikasi keahlian dan keterampilannya.
12. Tantangan yang berkaitan dengan sektor industri akan datang
adalah sektor industri diharapkan dapat menjadi penggerak utama
perekonomian daerah sehingga pembangunan industri ke depan
berdasarkan pada industri yang berbasis pada sumberdaya alam
lokal yang didukung oleh sumberdaya manusia yang menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi.
13. Tantangan utama yang dihadapi oleh sektor perdagangan ke depan
adalah kecenderungan menghasilkan produk yang berdaya saing
rendah, fenomena pasar yang ditentukan oleh buyers dan ekonomi
biaya tinggi, sehingga perlu didukung ketersediaan infrastruktur
wilayah yang memadai, energi listrik, infrastruktur perdagangan

47
internasional, pelabuhan bongkar muat, bandara dengan fasilitas
pelayanan yang memadai dan akses informasi pasar.
14. Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) sebagai salah satu basis perekonomian rakyat masih
merupakan tantangan kedepan meliputi aspek manajemen, aspek
sumberdaya manusia, pengembangan usaha dan pemasarannya
sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap perekonomian
daerah terutama penyediaan lapangan kerja.
15. Tantangan bagi bidang penanaman modal ke depan adalah
menciptakan situasi dan kondisi yang kondusif bagi kegiatan
investasi serta meningkatkan pola kerjasama yang lebih kreatif dan
kooperatif serta memberikan pelayanan prima (one stop service),
serta insentif dan kemudahan lainnya sehingga menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya di Sulawesi Tengah.
16. Kepariwisataan Sulawesi Tengah bila dikaitkan dengan tahap
perkembangan pariwisata suatu daerah adalah masih bersifat sangat
dini atau berada antara tahap eksplorasi dan development sehingga
tantangan 20 tahun ke depan yang berkaitan dengan sektor
pariwisata adalah masih membutuhkan kemampuan sumberdaya
manusia bidang pariwisata, peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana yang mendukung kegiatan wisata berupa infrastruktur
wilayah (transportasi darat, udara, laut), energi listrik, biro jasa
perjalanan wisata, industri perhotelan, industri souvenir serta
menciptakan paket-paket wisata yang strategis dan menarik minat
para wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

48
17. Jumlah penduduk yang meningkat yang diikuti oleh meningkatnya
jumlah angkatan kerja 20 tahun ke depan perlu disikapi dengan
tersedianya tenaga terampil, berkualitas, produktif dan berdaya
saing tinggi sehingga dapat mengurangi permasalahan
pengangguran yang diakibatkan adanya ketidakseimbangan antara
penawaran tenaga kerja dengan penyediaan lapangan kerja.

2.2.3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pelaksanaan penelitian untuk 20 tahun mendatang di
Provinsi Sulawesi Tengah masih akan diperhadapkan pada tantangan
sebagai berikut :
1. Terbatasnya kemampuan pembiayaan daerah untuk
mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta melakukan penelitian, terutama teknologi terapan
yang dibutuhkan untuk memacu produktivitas masyarakat baik
kuantitas maupun kualitasnya, serta tindak lanjut terhadap
penerapan teknologi dan hasil penelitian belum sepenuhnya
dilakukan sebagai bahan masukan untuk penyusunan program dan
kegiatan pembangunan.
2. Kemampuan aparat pemerintah daerah sebagai pelaksana belum
memadai mengakibatkan alih teknologi berjalan lambat dan
kegiatan penelitian belum tersusun secara baik sesuai tuntutan
kebutuhan, baik dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi bekerjasama dengan perguruan tinggi, maupun

49
penelitian yang terkait dengan perumusan kebijakan dan program
pembangunan daerah.
3. Terbatasnya tenaga peneliti yang memiliki kualifikasi yang memadai
termasuk fasilitas sarana penelitian baik kualitas maupun kuantitas
dibandingkan dengan luasnya aspek-aspek yang perlu diteliti secara
lebih mendalam.
4. Koordinasi sistem data dan statistik daerah belum operasional
mantap, serta relatif rendahnya kemampuan petugas yang
menangani, terutama dinas, badan dan Satuan Kerja Pemerintah
Daerah (SKPD) lainnya, termasuk lembaga swasta sebagai sumber
data.

2.2.4. Sarana dan Prasarana


1. Pembangunan prasarana jalan terutama ditujukan untuk
mendapatkan suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang dapat
melayani pertumbuhan dan perkembangan lalu lintas barang dan
jasa yang terus meningkat secara luas, aman, tertib, lancar dan
efisien dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, serta mampu
menunjang sektor-sektor lain yang dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat dan mendorong pemerataan pembangunan keseluruh
wilayah. Pembangunan prasarana jalan untuk jangka panjang 20
tahun mendatang, akan diperhadapkan pada tantangan sebagai
berikut :
1). Menciptakan sistem transportasi yang andal, efisien dalam rangka
memperlancar arus lalulintas barang, orang dan jasa lainnya,
melengkapi sistem jaringan infrastruktur transportasi Pulau

50
Sulawesi serta membuka jaringan jalan untuk menjangkau
daerah-daerah terisolir.
2). Faktor geografi dan kondisi alam Sulawesi Tengah yang pada
umumnya sangat rentan terjadi longsor, erosi dan banjir,
sehingga mengganggu dan menghambat kelancaran angkutan
orang, barang dan jasa lainnya karena ruas jalan dan jembatan
yang putus, serta terkendala pada fungsi kawasan hutan lindung
dan konservasi dan sejenisnya sehingga membatasi dan
menghambat pembangunan ruas jalan, sampai saat ini masih ada
beberapa ruas yang belum berlangsung pembangunannya, atau
tidak dapat dibangun karena melintasi kawasan taman nasional,
hutan lindung atau kawasan lainya, yang pembangunannya
memerlukan izin pemanfaatan yang tidak mudah untuk
mendapatkannya.
3). Pembangunan ruas / jaringan jalan sampai saat ini masih
tergantung sepenuhnya kepada pemerintah, dipihak lain
pembangunan prasarana jalan membutuhkan investasi yang
sangat besar, serta prioritas pembangunan daerah lainnya juga
sangat mendesak, kondisi ini menyebabkan tidak semua ruas
jalan dapat tertangani secara serentak, diharapkan dimasa yang
akan datang diupayakan pihak swasta akan berminat menangani
jaringan/ruas jalan tertentu di Sulawesi Tengah bersama-sama
dengan pemerintah daerah, sehingga dapat mengurangi beban
pemerintah dan pemerintah daerah.
2. Pembangunan lalu lintas angkutan jalan raya dimaksudkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan angkutan orang, barang dan jasa

51
lainnya, dengan demikian maka akan dapat diwujudkan lalu lintas
angkutan jalan raya yang tertib, teratur, aman, cepat, murah,
efisien. Untuk ini dibutuhkan peningkatan fasilitas pengawasan dan
pengaturan lalulintas yang diselaraskan dengan pembangunan
prasarana jalan. Sedangkan untuk lalu lintas angkutan
penyeberangan yang memiliki tujuan yang sama dengan angkutan
jalan raya diarahkan untuk terselenggaranya arus lalu lintas
penyeberangan yang aman, lancar, tertib dan murah terutama
pada pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan transportasi
antar pulau dalam wilayah Sulawesi Tengah dan Provinsi dan
Kabupaten/kota lainnya yang berdekatan. Adapun tantangan yang
akan dihadapi dalam perspektif jangka panjang 20 tahun
mendatang untuk pelayanan angkutan jalan raya dan
penyeberangan berupa pelayanan yang prima yang akan
berdampak pada pencegahan dan menurunnya kejadian kecelakaan
angkutan jalan raya dan penyeberangan melalui penyediaan fasilitas
angkutan jalan raya dan penyeberangan yang memadai pada semua
ruas jalan yang menghubungkan transportasi antar provinsi,
kabupaten dan kota serta di dalam kota, sedang angkutan
penyeberangan berupa penyediaan sarana dan prasarana
penyeberangan yang memadai sehingga mewujudkan pelayanan
yang prima dan manusiawi.
3. Pembangunan fasilitas perhubungan laut dan udara ditujukan untuk
dapat meningkatkan kemampuan pelayanan jasa angkutan laut dan
udara, meliputi angkutan perintis, angkutan lokal dan angkutan
nusantara, yang dapat menghubungkan daerah/wilayah potensial,

52
daerah terisolir serta menunjang mobilitas penduduk dan tenaga
kerja. Untuk ini maka dibutukan tersedianya jasa pelayanan
angkutan laut dan udara yang memadai kepada masyarakat, yang
lebih tertib, teratur, aman, lancar, murah dan cepat dapat dijangkau
oleh masyarakat di daerah. Untuk memenuhi jasa angkutan laut dan
udara tersebut dalam 20 tahun mendatang akan diperhadapkan
pada tantangan pada kondisi dan dukungan sarana dan prasarana
serta manajemen pelabuhan laut dan udara yang belum sepenuhnya
memadai dikaitkan dengan perkembangan tuntutan kebutuhan
pelayanan dari masyarakat dan peningkatan minat masyarakat
menggunakan moda angkutan udara khususnya yang terus
meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan
ekonomi masyarakat serta dinamika kehidupan perekonomian
Sulawesi Tengah yang terus berkembang dalam kurun waktu 20
tahun ke depan.
4. Rumah merupakan kebutuhan dasar manusia setelah pangan dan
sandang, selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan
alam / cuaca dan mahluk lainya, rumah juga memiliki peran sosial
budaya sebagai pusat pendidikan keluarga. Dalam kerangka
hubungan ekologis antara manusia dengan lingkungannya maka
terlihat jelas bahwa kualitas sumberdaya manusia dimasa yang akan
datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan
pemukimannya.
5. Pembangunan perumahan diyakini sangat berpotensi menggerakan
roda ekonomi, dan upaya penciptaan lapangan kerja bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Sebaliknya pembangunan

53
industri semestinya dapat dilihat sebagai titik tolak untuk menangani
permasalahan perumahan terutama di kawasan – kawasan yang
berkembang sebagai sentral atau koridor industri. Produktifitas dan
efesiensi industri akan dapat ditingkatkan selaras dengan
penanganan permasalahan perumahan bagi pekerja industri.
6. Tantangan pembangunan perumahan ke depan adalah
mewujudkan daerah perkotaan yang bebas dari pemukiman kumuh,
diperlukan atau mengedepankan strategi pemberdayaan, melalui
pelibatan seluruh unsur stakeholder dengan menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama upaya perbaikan penanganan
perumahan kumuh, dalam rangka untuk mewujudkan lingkungan
perumahan yang sehat , aman, harmonis dan berkelanjutan dalam
mendukung terbentuknya masyarakat yang dan produktif,
tantangan lain adalah pembangunan perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah, dengan mencari pola
pembangunan perumahan berkualitas yang dapat terjangkau oleh
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dengan
mengembangkan pembangunan kawasan perumahan yang
berimbang, antara perumahan mewah dan sederhana, atau melalui
pembangunan rumah susun sederhana sewa, pembangunan rumah
susun milik yang diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah, serta bedah rumah bagi masyarakat miskin di
daerah perkotaan dan pedesaan melalui program khusus dengan
pendekatan pemberdayaan bagi masyarakat yang kurang mampu
dari sisi ekonomi.

54
7. Kondisi sumberdaya air telah menjadi perhatian utama saat ini
sebelum menimbulkan masalah yang rumit dan kompleks akibat
dari pemanfaatannya yang tidak terkelolah dengan baik, khususnya
kepeduliaan terhadap kelestarian sumberdaya air itu sendiri dan
pemanfaatannya yang optimal dan terkendali dengan baik dan
bertanggungjawab bagi keberlanjutan ketersediaannya. Untuk ini
maka diperlukan upaya penanganan yang tepat baik berdimensi
jangka menengah maupun jangka panjang. Tantangan ke depan
adalah kepedulian dan kemampuan untuk mengelolah dan
mengendalikan daya rusak air dan konservasi sumberdaya air
dengan konsep satu perencanaan, satu sungai dan satu pengelolaan
(one plan, one river, one management) untuk penanganan wilayah
sungai, sedangkan untuk penanganan jaringan irigasi yang tersebar
di 30 (tiga puluh) Daerah Irigasi diperlukan konsep perencanaan
yang terpadu dengan keterlibatan seluruh stakeholders, serta
pendanaan yang cukup berdasarkan prioritas penanganan
berdasarkan tingkat kerusakan. Selanjutnya untuk pengamanan
pantai dilaksanakan berdasarkan tahapan pada titik kerawanan
ancaman dimana terdapat konsentrasi permukiman penduduk.
Tantangan lain adalah yang akan dihadapi berupa semakin
tingginya frekuensi kejadian banjir dan tingginya gelombang laut
akibat perubahan iklim dan pemanasan global dan kerusakan hutan
yang merupakan sumber penyimpan air, kesiapan penyediaan dana
yang cukup untuk pembangunan serta mencari alternatif sumber
dana selain APBD, kesadaran, ketaatan dan kesiapan masyarakat
untuk menjaga kelestarian sumberdaya air.

55
8. Penggunaan energi di Sulawesi Tengah meningkat cukup pesat
sehubungan dengan membaiknya dinamika perekonomian daerah
dan diikuti kemampuan ekonomi masyarakat. Konsumsi energi
listrik sekarang masih didominasi oleh kebutuhan rumah tangga
ternyata hampir seimbang dengan kemampuan penyediaannya. Sisa
kapasitas mampu dari sumber energi PLTD sekarang menjadi
kendala dalam pengembangan industri dan sarana – prasarana
ekonomi lainnya. Kegiatan ekonomi yang meningkat akan
membutuhkan penyediaan energi yang semakin besar. Dalam kaitan
ini, tantangan utama dalam pembangunan energi adalah
membangun dan memperbanyak infrastruktur energi untuk
memenuhi pelayanan energi kepada konsumen baik industri
maupun rumah tangga. Untuk mengatasi masalah energi listrik
dalam rencana jangka menengah telah dibangun PLTU dan PLTA
Poso II Sulewana. Selain itu pengembangan energi baru sebagai
alternatif yaitu PLTA Danau Lindu, di samping mengembangkan
energi mikro hidro, tenaga angin, tenaga matahari untuk daerah –
daerah terisolasi sehingga dimasa mendatang tidak akan mengalami
kekurangan pasokan energi.
9. Dalam era globalisasi, informasi mempunyai nilai ekonomi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan daya saing
suatu daerah sehingga mutlak diperlukan suatu kemampuan untuk
mengakses informasi. Beberapa masalah yang dihadapi antara lain:
terbatasnya ketersediaan infrastruktur telematika yang sampai saat
ini belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; tidak meratanya
penyebaran infrastruktur telematika dan masih terkonsentrasi di ibu

56
kota Provinsi. Terbatasnya kemampuan pembiayaan penyediaan
infrastruktur telematika dan kurang optimalnya pemanfaatan
infrastruktur alternatif lainnya yang dapat dimanfaatkan dalam
mendorong peningkatan layanan telematika akan menyebabkan
rendahnya kemampuan masyarakat Sulawesi Tengah untuk
mengakses informasi dan pada akhirnya menimbulkan kesenjangan
dengan daerah lain.

2.2.5. Pemerintahan dan Demokrasi


1. Peningkatan kualitas kehidupan yang demokratis merupakan
tantangan lainnya yang perlu dicermati seiring dengan
berkembangnya infrastruktur demokrasi melalui pembangunan dan
penataan sistem politik yang demokratis, yang didukung oleh
supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi manusia,
peningkatan ekonomi, kualitas sumberdaya manusia yang memadai
serta penciptaan ketertiban dan keamanan, sehingga seluruh unsur
dalam sistem politik daerah, baik suprastruktur, infrstruktur maupun
masyarakat dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing
secara sinergis dan saling menguntungkan.
2. Tantangan di bidang politik adalah pada masa transisi dari alam
demokrasi yang semu dan rezim otoriter selama 3 dekade
pemerintahan ke era reformasi yang saat ini sedang membangun
dan mencari nilai-nilai hakiki demokrasi yang tepat untuk bangsa
Indonesia, serta pelaksanaaan desentralisasi dan otonomi daerah
yang masih menimbulkan debat pendapat pemaknaannya. Kondisi
demikian mewujudkan fenomena di masyarakat dengan

57
kecenderungan ada kelompok masyarakat yang lebih berorientasi
pada kepentingan kelompok, etnik, agama, dari pada rasa
kebangsaannya sebagai anak bangsa Indonesia, sehingga berpotensi
menimbulkan konflik sosial dan ancaman desintegrasi bangsa.
Dengan dibukanya peluang untuk kebebasan mendirikan partai
politik saat ini masih menimbulkan pro dan kontra akan
maslahatnya bagi kehidupan perpolitikan kita, demikian halnya
penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala daerah, anggota legislatif
dan presiden / wakil presiden merupakan bagian dari tantangan
dalam perpolitikan dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, baik
penyelenggaraannya maupun kualitas hasilnya yang akan
menggambarkan kemampuan kelembagaan dan rezim
pemerintahan yang berkuasa memimpin bangsa dan negara periode
pemerintahannya, apakah mampu mengemban mandatnya berhasil
mensejahterakan dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
secara lebih merata dan adil serta berkelanjutan.
3. Kelembagaan masyarakat meliputi sosial, ekonomi dan budaya
relatif belum mampu memerankan fungsinya secara optimal,
disebabkan kualitas pengurus masih memiliki keterbatasan untuk
menemukenali dan merumuskan kebutuhan – kebutuhan essensial
masyarakat serta dalam mengartikulasikan aspirasi yang
berkembang, disamping itu lemahnya sumber keuangan organisasi
kemasyarakatan, sangat rentan dengan potensi konflik.

2.2.6. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

58
1. Keamanan dan ketertiban masyarakat pada hakekatnya merupakan
kebutuhan mutlak semua warga negara dan seluruh elemen
masyarakat dalam rangka mewujudkan masyarakat yang aman,
damai, tertib, adil dan sejahtera baik material, maupun spiritual.
2. Konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Poso telah
meninggalkan dampak yang negatif bagi seluruh aspek
pembangunan daerah dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Keamanan dan ketertiban masyarakat terganggu dan
korban jiwa manusia yang tidak berdosa menjadi sia-sia, karena
tidak ada yang mendapat predikat atau gelar sebagai pemenang
dari konflik yang dapat dikategorikan sebagai malapetaka
kemanusiaan tersebut. Walau lingkungan kehidupan masyarakat
saat ini sudah pulih kembali tetapi menjadi tantangan ke depan agar
peristiwa tersebut tidak terulang kembali melalui pendekatan
dengan membangun aspek keamanan dan ketentraman masyarakat
baik melalui peningkatan kemampuan aparat keamanan maupun
secara swakarsa oleh masyarakat, mewujudkan kepastian hukum
dan keadilan dalam kehidupan masyarakat, karena ketidakadilan
dan diskriminasi yang dirasakan masyarakat dapat menjadi benih
atau potensi konflik dalam kehidupan masyarakat, serta
membangun harmoni sosial melalui pembinaan dan kerelaan
membangun kebersamaan di antara individu, kelompok
masyarakat, serta semua tatanan masyarakat untuk hidup dalam
suasana kekeluargaan dan keakraban yang ikhlas dan intim.

59
2.2.7. Hukum dan Aparatur
1. Pembangunan dan pembinaan hukum dimaksudkan agar dapat
memantapkan dan mengamankan hasil-hasil pembangunan yang
telah dicapai dan masyarakat dapat menikmati suasana hidup dan
iklim kepastian hukum sehingga menumbuhkan dan
mengembangkan disiplin dan rasa tanggungjawab sosial bagi setiap
anggota masyarakat. Ketidakadilan dan ketidakpastian hukum yang
masih dirasakan masyarakat dapat menjadi pemicu terjadinya
gangguan ketertiban dan keamanan serta menurunkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah terutama lembaga
peradilan di daerah, pada sisi lain berbagai peraturan perundang
undangan yang berlaku belum sepenuhnya mengakomodir rasa
keadilan masyarakat atau tidak sesuai lagi dengan tuntutan
kebutuhan berbagai aspek pembangunan, pembangunan dan
pembinaan hukum yang benar dan tepat diharapkan dapat lebih
mendorong makin berkembangnya kreatifitas masyarakat,
meningkatkan gairah hidup dan memperluas peran serta masyarakat
dalam pembangunan.
2. Tantangan ke depan yang dihadapi dalam bidang aparatur adalah
derasnya arus globalisasi yang dapat membawa efek positif
sekaligus negatif. Globalisasi membawa perubahan paradigma yang
mendasar pada sistem dan mekanisme pemerintahan. Dalam kaitan
tersebut di atas telah terjadi revolusi teknologi informasi yang akan
mempengaruhi terjadinya perubahan dalam bidang aparatur negara
yang menuntut pelayanan publik yang lebih cepat, lebih baik dan
lebih murah.

60
3. Demokratisasi sebagai akibat dari pelaksanaan reformasi dan
desentralisasi juga mengalami perubahan yang signifikan. Proses
demokratisasi yang dijalankan telah membuat rakyat Indonesia
semakin sadar akan hak dan tanggungjawabnya. Namun demikian
sebagai akibat dari tidak dipenuhinya hak dan tanggungjawab
masyarakat pada masa lampau, masih terdapat permasalahan dalam
pelaksanaan demokratisasi, utamanya adalah rendahnya tingkat
pendidikan sebagian masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat,
aparatur negara tidak mampu menghasilkan kebijakan yang tepat
dalam program-program pembangunan. Ketidaksiapan aparatur
negara dalam mengantisipasi proses demokratisasi ini perlu
dicermati agar mampu menghasilkan kebijakan dan pelayanan yang
dapat memenuhi aspek-aspek transparansi, akuntabel dan kualitas
yang prima dari kinerja organisasi publik.

2.2.8. Wilayah dan Tata Ruang


1. Pembangunan yang berdimensi kewilayahan dimaksudkan untuk
memacu pembangunan dengan memperhatikan secara seksama
aspek fisik wilayah yang akan dibangun, aspek manusia dalam suatu
wilayah serta aspek sektoral dan aspek lainnya yang berpengaruh,
sedangkan tata ruang dimaksudkan untuk membentuk dan
memantapkan faktor konservasi dalam membangun suatu wilayah,
faktor efesiensi, harmoni dan sekaligus estetikanya, sehingga
bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, pelestarian
lingkungan dan keberlanjutan pembangunan yang akan memberi

61
manfaat tidak sebatas generasi saat ini tetapi bagi generasi
berikutnya.
2. Tantangan yang dihadapi dalam perspektif jangka panjang 20 tahun
mendatang meliputi hal-hal, masih terdapat wilayah yang
menunjukan posisi ruang strategis yang dapat menjadi pusat
pertumbuhan dan pengembangan wilayah, serta wilayah-wilayah
yang masih terbelakang, tertinggal dan miskin yang belum
sepenuhnya tersentuh kegiatan pembangunan secara memadai,
Rencana tata ruang yang disusun dan ditetapkan menjadi acuan
pembangunan belum sepenuhnya dijadikan sebagai acuan dasar
bagi pelaksanaan pembangunan, penyelenggaraan arahan
pemanfaatan ruang, arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan
penetapan kawasan strategis provinsi dan kabupaten/kota yang
merupakan implikasi dari hasil perubahan kondisi geografis
termasuk batas administrasi antar-wilayah provinsi yang bertetangga
dan kabupaten/kota secara internal, tata batas kawasan yang perlu
mengkaji aspirasi, ekologis wilayah dan keanekaragaman hayati,
serta isu pengembangan interaksi wilayah dan penetapan zonasi
lahan untuk komoditas unggulan bermatra ruang, dengan
memperhatikan evoria pemekaran wilayah dalam konteks grand
strategic baik nasional maupun regional.
3. Tantangan lainnya adalah alih guna lahan yang meliputi
ketidaksesuaian antara strategi dan kebijakan pemanfaatan ruang
dengan kebutuhan terhadap ruang, di samping itu alokasi rencana
pembangunan tidak sesuai dengan kapasitas dan daya dukung
lingkungan. Kemampuan aparat penyelenggaraan penataan ruang

62
masih perlu ditingkatkan kapasitasnya, pengendalian pemanfaatan
ruang belum berjalan secara optimal sebagai akibat dari kurangnya
koordinasi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) kabupaten/ kota dengan BKPRD provinsi.

2.2.9. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup


1. Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup bertujuan
untuk mengelolah sumber daya alam bagi pengembangan
lingkungan hidup agar mampu memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat dengan tetap
memelihara keseimbangan dan keserasian fungsinya sehingga
tercipta pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Pemanfaatan hutan alam tropis secara besar-besaran dan
bergesernya penggunaan lahan dari tradisional ke modern yang
semula bertujuan untuk pembangunan, namun karena tanpa
perhitungan yang matang justru menyebabkan rusaknya
sumberdaya air, lahan dan hutan, dampaknya adalah terjadinya
banjir, erosi , tanah longsor, kekeringan akhirnya bermuara pada
terjadinya degradasi lingkungan.
2. Meningkatnya kegiatan ekonomi menyebabkan meningkatnya
permintaan terhadap barang dan jasa, terutama yang disediakan
oleh alam dan memberi dampak negatif pada ketersediaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kecenderungan ini
tercermin pada meningkatnya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
sumberdaya alam yang mengakibatkan tekanan terhadap
keberadaan sumberdaya alam. Hal ini berpengaruh pada penurunan

63
kualitas dan kuantitas sumberdaya alam yang pada akhirnya
menjadi ancaman bagi kelangsungan kehidupan masyarakat.
3. Tantangan lain yang dihadapi adalah perubahan iklim global,
khususnya yang terkait dengan strategi pembangunan sektor
kesehatan, pertanian, pemukiman dan tata ruang. Dilain pihak, isu
perubahan iklim memberi peluang tersendiri dengan adanya Taman
Nasional Lore Lindu yang merupakan salah satu paru-paru dunia
yang menjadi perhatian dunia dan bagi negara-negara industri maju
dapat ‘menurunkan emisinya’ dalam bentuk kompensasi melalui
program Clean Development Mechanism (CDM).
4. Pembangunan Sulawesi Tengah mengandalkan eksploitasi
sumberdaya alam baik yang ada di perut bumi atau bawah tanah, di
dalam tanah, di atas tanah, pesisir dan kelautan serta pariwisata,
pemanfaatan yang serampangan memiliki potensi besar
menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan untuk itu diperlukan
adanya pemantauan secara seksama terhadap tingkat dan pola
pemanfaatan sumberdaya alam, untuk ini diperlukan data yang
akurat atau profile tentang potensi sumberdaya alam yang dimiliki
saat ini
5. Perpindahan antara pemahaman pengambil kebijakan dengan
masyarakat, sistim pengolahan yang tidak tepat dan lemahnya
pengawasan dan koordinasi di antara pihak-pihak terkait, pelibatan
masyarakat yang belum optimal serta belum berkembangnya
pemanfaatan sumberdaya alam yang ramah lingkungan menjadi
faktor utama terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas
sumberdaya alam.

64
2.3. MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan daerah adalah keseluruhan sumber
kekuatan daerah, baik yang efektif maupun potensial, yang dimiliki dan
didayagunakan masyarakat dalam pembangunan daerah yaitu :
1. Letak geografis Provinsi Sulawesi Tengah yang berada di jalur
pelayaran internasional Selat Makassar dan berada di lintasan garis
katulistiwa yang dipengaruhi oleh iklim sub tropis yang berpeluang
untuk pengembangan pertanian.
2. Luas wilayah darat dan laut yang merupakan wilayah terluas di
pulau Sulawesi serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dapat dikelolah secara berkelanjutan dan dapat dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat
3. Jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebagai modal dasar tenaga
kerja yang berpotensi bagi pembangunan daerah yang diupayakann
untuk peningkatan kualitasnya.
4. Sumberdaya alam Provinsi Sulawesi Tengah cukup besar, baik yang
berada di bawah tanah atau di perut bumi berupa gas dan minyak
bumi, yang berada di dalam tanah berupa bahan tambang dan
mineral, di atas tanah berupa hamparan lahan pertanian,
perkebunan, kehutanan, Peternakan, pariwisata, kelautan dan
perikanan
5. Nilai-nilai budaya lokal yang arif yang menjadi perekat persatuan
dan kesatuan masyarakat

65
6. Ketersediaan sarana dan prasarana infrastruktur yang akan terus-
menerus ditingkatkan kualitasnya.

66
BAB III
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005 - 2025

3.1. VISI

Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah kurun waktu


2005–2025 dilaksanakan dengan visi yang didasarkan pada kondisi,
potensi, hasil pembangunan yang telah dicapai, masalah dan isu pokok
pembangunan serta tantangan, kendala dan peluang pembangunan yang
dihadapi, maka dirumuskan visi sebagai berikut :
“Sulawesi Tengah Yang Maju, Mandiri, Sejahtera, Aman dan
Berkeadilan”
Rangkaian kata – kata kunci dalam visi ini dapat dibentuk menjadi
satu akronim “JURI TERADIL”.
Juri Teradil memberi makna bahwa dalam mewujudkan tujuan
pembangunan yang memberi maslahat bagi masyarakat Sulawesi Tengah
dibutuhkan tidak hanya sekedar kecerdasan tetapi kearifan dan sifat
bijaksana, dengan demikian menunjukkan bahwa pembangunan di
Sulawesi Tengah harus dituntun oleh kemampuan dan kejernihan hati
nurani atau moralitas yang prima dari setiap individu dan masyarakat
Sulawesi Tengah.
Visi pembangunan Sulawesi Tengah ini mengandung pengertian
yang luas dan menggambarkan cita – cita seluruh masyarakat Sulawesi
Tengah dalam kurun waktu 25 tahun mendatang. Dengan menghayati
dan mengamalkan makna Juri Teradil diharapkan Sulawesi Tengah
menjadi perintis dalam mewujudkan tuntutan reformasi yang sudah
terangkum dalam visi Sulawesi Tengah ini.

67
Gambaran yang akan dicapai dalam masa jangka panjang dalam
Juri Teradil tersebut adalah :

Maju ; adalah selalu menginginkan peningkatan, pertumbuhan dan


pengembangan, berorientasi kemasa depan, tidak mudah terpuaskan
dengan kondisi yang ada, selalu terdorong mencari hal – hal yang baru
dan berpandangan luas, terbuka dengan hal yang baru dan nilai – nilai
baru.
Mandiri ; adalah tidak tergantung pada sesuatu, ketergantungan
terhadap sesuatu tidak sampai menjadi kendala dan selalu berusaha
mencari jalan keluar, mempunyai kemampuan, prakarsa dan motivasi,
inovatif, mempunyai rasa percaya diri, mampu mengelolah dan
mengembangkan potensi yang dimiliki.
Sejahtera ; adalah kondisi kehidupan yang memadai dari segi ekonomi,
aman sentosa dan makmur, terlepas dari segala macam hambatan,
gangguan dan kesulitan hidup, masyarakat hidup rukun dan penuh
kebersamaan dan kekeluargaan, saling mengamankan, mewujudkan
kesenangan hidup bersama.
Aman ; adalah suasana kehidupan masyarakat yang harmonis sebagai
satu kebutuhan hidup masyarakat untuk terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dan berkeadilan serta sebagai sebuah sinergitas kesadaran,
ketaatan dan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat dalam menjalani tahapan pelaksanaan pembangunan dua
puluh tahun ke depan.
Berkeadilan ; adalah sifat, perbuatan, perlakuan yang adil, pengakuan
dan mempertahankan hak – hak masyarakat, memberikan perlakuan

68
yang sama di hadapan hukum dan mampu menentukan mana yang
benar dan mana yang salah, tidak sewenang – wenang, menghargai dan
menghormati supremasi hukum dan HAM di atas segala – galanya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.

3.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan serangkaian misi


pembangunan Propinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
Melalui : penyediaan kebutuhan dan mutu pelayanan dasar sosial
yang memadai untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat, sehat jasmaninya, yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, mampu menerapkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, baik teknologi maju maupun
teknologi tepat guna, menjunjung tata nilai budaya bangsa yang
luhur dalam membentuk rasa dan karsa setiap individu, yang
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup
masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Dalam wujud menciptakan dan memelihara suasana kehidupan
yang rukun, aman dan tenteram antar-sesama manusia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, manusia dan
lingkungan hidupnya dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa,

69
memiliki etika dan moralitas sesuai dengan nilai – nilai keagamaan,
patuh pada hukum nilai keadilan dan HAM guna meneguhkan
komitmen menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Meningkatkan ketahanan ekonomi daerah dan kualitas infrastruktur
wilayah
Melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara arif dan bijaksana
sebagai potensi yang memberi kekuatan pada semua aktifitas
perekonomian daerah yang pada gilirannya meningkatkan
kemampuan keuangan daerah guna membelanjai kegiatan
pembangunan daerah serta memberi maslahat yang merata dan adil
bagi masyarakat, serta didukung oleh kondisi prasarana fisik wilayah
yang memadai tanpa menafikan keselarasan pembangunan yang
ramah terhadap kelestarian lingkungan, mengatasi dan terus
mencegah kesenjangan tingkat kehidupan masyarakat yang dapat
berakibat pada ketertinggalan, pengangguran dan kemiskinan di
pedesaan dan perkotaan.
4. Meningkatkan kualitas kelembagaan pemerintah daerah, dan
kelembagaan masyarakat.
Meningkatkan kemampuan semua tatanan baik pemerintah maupun
masyarakat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, dalam
membangun kualitas nilai – nilai hakiki berdemokrasi yang
berwujud suasana kehidupan kepemerintahan,
sosial/kemasyarakatan, ekonomi, politik yang beretika dan
bermoral, mampu mandiri sesuai dengan nilai agama, nilai budaya
bangsa dan hakekat demokrasi, menjunjung tinggi supremasi hukum
dan HAM, bebas dari praktek penyimpangan KKN, pembinaan

70
kehidupan beragama untuk meningkatkan kualitas keamanan dan
ketaqwaan individu dan masyarakat, menjunjung dan memberi
apresiasi pengembangan tata nilai budaya dan kearifan lokal serta
budaya bangsa, serta terus menguatkan pelaksanaan desentralisasi
dan otonomi daerah dengan memantapkan pemberdayaan dan
peningkatan peranserta masyarakat dalam pembangunan daerah,
meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur pemerintah Propinsi
Sulawesi Tengah dalam mengemban tugas dan fungsi serta
tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan fungsi – fungsi
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan
masyarakat.
5. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
Menata kembali kondisi lingkungan hidup yang menunjukkan
kecenderungan penurunan kualitas, meliputi lahan kritis, kerusakan
hutan lindung, menipisnya luas hutan mangrove, kerusakan
kawasan pantai dan terumbu karang, meningkatkan kesadaran
lingkungan masyarakat, mencegah dampak negatif pengelolaan
sumberdaya alam berupa pencemaran dan degradasi lingkungan
hidup, mengintegrasikan pengelolaan sumberdaya alam dengan
kelestarian lingkungan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
daerah yang berkelanjutan, menserasikan pemanfaatan fungsi tata
ruang meliputi tanah, air, udara dan sumberdaya daya alam dengan
sektor – sektor perekonomian termasuk sistem pemukiman,
prasarana dan sarana wilayah secara terpadu sehingga memenuhi
asas konservasi, efesiensi dan harmoni yang menjadi asas dalam
perencanaan tata ruang.

71
BAB IV
ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG DAERAH TAHUN 2005 – 2025

4.1. ARAH PEMBANGUNAN DAERAH


4.1.1. MENINGKATKAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
Secara umum, arah pembangunan jangka panjang Sulawesi
Tengah adalah peningkatan kualitas SDM. Kualitas sumberdaya manusia
memiliki dimensi yang luas tidak sebatas dimensi fisik saja tetapi meliputi
dimensi non fisik atau non lahiriah terkait dengan watak, perilaku dan
hal yang bersifat spiritual serta berbagai aspek pembangunan lainnya
yang sangat terkait. Karena itu maka peningkatan kualitas hidup manusia
di Sulawesi Tengah dilakukan melalui pengelolaan dan pengendalian
aspek kependudukan baik jumlah, distribusi, struktur dan peningkatan
kualitas lingkungannya, peningkatan pengetahuan, berupa kemudahan
akses, pemerataan, relevansi, dan mutu pelayanan sosial dasar dan sosial
budaya terutama pendidikan agar pengetahuan masyarakat meningkat,
di bidang kesehatan agar masyarakat memiliki falsafah hidup sehat dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan ekonomi
yang ditunjukkan dengan paritas daya beli masyarakat, kesejahteraan
sosial peningkatan kualitas kehidupan beragama dan kerukunan hidup
antar umat beragama, pembinaan kebudayaan dan keseniaan,
keolahragaan, serta pengelolaan dan pengendalian pertumbuhan dan
persebaran serta mobilitas penduduk, pengentasan kemiskinan,

72
penggarusutamaan gender, ketahanan pangan, pembangunan wilayah
dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan,
keseluruhan aspek pembangunan ini diharapkan menjadi akumulasi
program dan kegiatan pembangunan untuk mencapai terwujudnya
masyarakat Sulawesi Tengah yang sehat, cerdas, produktif dan berahlak
mulia, yang akan dicapai melalui arah kebijakan pembangunan jangka
panjang sebagai berikut :
1. KEPENDUDUKAN
a. Peningkatan kualitas penduduk sebagai pelaku dan sasaran
pembangunan melalui pemahaman yang baik tentang keluarga
kecil bahagia dan sejahtera, membatasi kelahiran dan laju
pertumbuhan penduduk, menata penyebaran dan mobilitas
penduduk disesuaikan dengan pembangunan wilayah terutama
transmigrasi.
b. Peningkatan kualitas perencanaan dan pengembangan
admiistrasi kependudukan melalui penyempurnaan kegiatan
pencatatan, pengolahan dan analisa data dalam rangka
pengembangan sistem informasi dan administrasi
kependudukan sehingga menjamin ketersediaan data yang
akurat dan sistimatis guna mengendalikan perkembangan
penduduk di semua tingkatan wilayah administrasi.

2. PENDIDIKAN
a. Peningkatan akses dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu di semua jenjang pendidikan bagi
seluruh masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan

73
melalui pemanfaatan anggaran yang sesuai dengan amanat
konstitusi secara tepat guna dan tepat sasaran, sehingga dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan sarana dan sarana pendidikan
yang dibutuhkan, memadai dan berkualitas, penataan sistem
belajar dan mengajar yang relevan dengan peningkatan mutu
keluaran pendidikan.
b. Peningkatan kemampuan akademis dan professional tenaga
pendidik melalui pendidikan dan pelatihan, jaminan
kesejahteraan tenaga pendidik serta pembaharuan dan
pemantapan manajemen pendidikan pada semua strata
pendidikan berdasarkan prinsip desentralisasi dan otonomi
daerah.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan
bidang pendidikan dan menuntaskan program wajib belajar 9
dan 12 tahun terutama bagi masyarakat miskin dengan
membebaskan mereka dari biaya pendidikan serta semakin
menegaskan relevansi antara program dan kegiatan pendidikan
dengan kebutuhan pasar kerja dalam rangka pemanfaatan
sumberdaya alam yang tersedia dan mengatasi pengangguran di
kalangan pemuda.

3. KESEHATAN
a. Penataan manajemen pelayanan kesehatan pada semua
tingkatan dan jenis pelayanan kepada masyarakat sehingga
menghasilkan pelayanan kesehatan yang prima, berkualitas dan
merata menjangkau semua lapisan masyarakat, serta penataan

74
dan penyediaan sumberdaya kesehatan dan IPTEK yang
memberi jaminan peningkatan mutu dan penyebaran
pelayanan.
b. Peningkatan kesadaran masyarakat pada nilai hidup sehat
dalam kehidupannya sehingga muncul ketaatan dan budaya
hidup sehat yang sebenarnya melalui sosialissi dan promosi.
c. Peningkatan dan pengembangan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan sesuai kebutuan daerah dan masyarakat
dengan memberikan pelayanan prima terutama bagi
masyarakat yang kurang mampu dan miskin, baik yang berada
di perkotaan maupun di perdesaan baik yang berciri kepulauan,
pedalaman dan kawasan pesisir tanpa diskriminatif.
d. Meningkatkan ketanggapan terhadap munculnya penyakit
menular yang berkembang di masyarakat melalui pemeliharaan
lingkungan yang sehat, perbaikan asupan gizi masyarakat dan
upaya lainnya sehingga memberi jaminan tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang memadai untuk berproduksi.

4. AGAMA
a. Peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama
sehingga membentuk pribadi yang memilki kualitas moral yang
prima, sehingga menjadi acuan dalam kehidupan setiap individu
sebagai warga masyarakat, bangsa dan negara yang berwujud
pada pengambilan keputusan di bidang pembangunan dan
aspek kemasyarakatan lainnya, membina kerukunan hidup
antar-umat beragama dalam suasana kebersamaan dan

75
keakraban yang intim, mencegah perilaku yang bertentangan
dengan ajaran agama sehubungan dengan dampak negatif di
era globalisasi.
b. Peningkatan fungsi dan peran lembaga keagamaan dan tokoh
agama dalam rangka pembinaan kehidupan beragama yang
suasana pluralisme kehidupan masyarakat, peningkatan
pelayanan bagi semua ummat pemeluk agama dalam
menjalankan ibadahnya, terutama peningkatan mutu pelayanan
ibadah haji bagi ummat Islam dengan peranan bersama
pemerintah daerah dan lembaga keagamaan yang terkait.
c. Peningkatan kualitas pendidikan agama melalui
penyempurnaan proses belajar mengajar, mengakomodir
kurikulum yang bermuatan lokal sehingga lebih sesuai dengan
budaya dan dinamika tuntutan kehidupan masyarakat, serta
mengupayakan kesadaran setiap anggota masyarakat yang
belum beragama untuk menganut salah satu agama yang diakui
Negara, tidak mengikuti aliran yang bertentangan dengan
ajaran agama atau aliran yang sesat.

5. KEBUDAYAAN DAN KESENIAN


a. Peningkatan pembinaan nilai-nilai budaya lokal sebagai bagian
dari budaya bangsa Indonesia yang dapat membentuk watak
dan perilaku warga masyarakat yang beradab, sopan dan
santun, beretika dalam pergaulan hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, menyerap akulturasi budaya asing

76
secara positif dan kreatif untuk memperkaya budaya bangsa
yang harus dijunjung bersama.
b. Peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan pertemuan dan
diskusi budaya terutama bagi kalangan pemuda dan mahasiswa
termasuk kesenian dan pergelarannya terutama budaya dan
kesenian tradisional guna membentuk dan menajamkan rasa
dan karsa untuk menyempurnakan nilai indeks pembangunan
manusia melalui nilai penghayatan dan pengamalan terhadap
tata nilai kebudayaan dan kesenian yang hidup, tumbuh dan
berkembang di masyarakat.
c. Pemanfaatan tata nilai budaya lokal yang relevan sebagai acuan
dalam perumusan kebijakan pembangunan daerah, serta
pemeliharaan bangunan dan benda-benda bersejarah, cagar
budaya dan peninggalan purbakala sebagai kebanggaan
sekaligus sebagai wahana pendidikan, peningkatan apresiasi
terhadap penggunaan bahasa daerah di samping bahasa
nasional menjadi wahana komunikasi sosial, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian.

6. PEMUDA DAN OLAHRAGA


a. Peningkatan peran dan fungsi pemuda dalam kegiatan
pembangunan melalui peningkatan kualitas kelembagaan dan
organisasi kepemudaan; peningkatan kegiatan pemuda dalam
berorganisasi; pendidikan politik bagi generasi muda,
pembinaan peningkatan kepemimpinan pemuda, peningkatan

77
penguasaan iptek; peningkatan di bidang kewirausahaan, dan
perlindungan terhadap bahaya narkoba, NAPZA.
b. Peningkatan peran serta dan gairah masyarakat dan dunia
usaha dalam mengembangkan pembinaan olahraga guna
memasyarakatkan kegiatan olahraga secara luas yang mampu
mendorong minat berbagai kalangan masyarakat, serta
menumbuhkan budaya olahraga sejak usia dini melalui
pendidikan olahraga di sekolah dan di dalam kehidupan
masyarakat, sehingga dapat mewujudkan atau membentuk
jasmani yang sehat, produktif, kreatif dan inovatif bagi
pembangunan dan keharuman nama daerah.
c. Peningkatan prestasi olahraga terutama cabang olahraga yang
menjadi andalan pada berbagai kejuaraan olahraga, baik di
tingkat regional, nasional dan bahkan internasional, melalui
penyediaan pembiayaan, sarana dan prasarana olahraga yang
memadai, tenaga professional sebagai pelatih, kesadaran,
ketekunan dan disiplin para atlit untuk berlatih pembinaan
serta pengembangan sportifitas dan insentif yang menarik dan
memadai bagi atlit yang berprestasi.

7. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK


a. Peningkatan kemampuan professional tenaga peneliti,
kemampuan kelembagaannya dari sisi organisasi dan
manajemen, sarana dan prasarana pendukung yang memadai
sehingga mampu melakukan penelitian, menjalin kerjasama
penelitian dan mengkordinasikan kegiatan penelitian yang

78
dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian serta memfasilitasi
sosialisasi dan pemanfaatan hasilnya.
b. Peningkatan kuantitas dan kualitas kegiatan lembaga penelitian
dan lembaga pendidikan perguruan tinggi serta LSM, dalam
upaya melaksanakan peneltian, mengembangkan dan
mensosialisasikan IPTEK terutama yang gayut dengan kebutuhan
perumusan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
daerah, terutama dalam rangka pemanfaatan potensi
sumberdaya alam daerah yang di nilai potensil dan prospektif
menjadi andalan daerah dan memberi maslahat kepada
masyarakat.
c. Peningkatan apresiasi dan pengembangan teknologi tepat guna
yang dimiliki dan dikembangkan oleh masyarakat atau berupa
teknostruktur masyarakat yang telah dikuasai selama ini, baik
di perkotaan maupun perdesaan dalam rangka mendukung
berbagai kegiatan usaha produktif dalam rangka meningkatkan
produksi, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.

8. KETENAGAKERJAAN
a. Perluasan kesempatan kerja di berbagai sektor untuk dapat
menampung meningkatnya arus migran pemuda sebagai tenaga
kerja produktif dari desa ke kota tetapi tidak memiliki
keterampilan yang memadai serta pemberdayaan masyarakat
melalui program padat karya.
b. Peningkatan kualitas tenaga kerja melalui melalui berbagai
pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, yang

79
dilaksanakan melalui fasilitasi pemerintah daerah dengan peran
serta pihak swasta, dan menciptakan tenaga kerja dengan
sertifikasi standard nasional dan internasional, guna memenuhi
kelayakan penyaluran tenaga kerja keluar negeri dengan
keterampilan khusus yang dibutuhkan oleh pasar kerja yang
ditawarkan, serta perlindungan tenaga kerja di luar negeri
melalui peningkatan pengawasan, pra penempatan dan selama
penempatan hingga purna penempatan.
c. Peningkatan dan pengembangan talenta wirausaha baru dari
kalangan lulusan perguruan tinggi dan tenaga kerja terdidik
lainnya, sehingga menghasilkan wirausaha yang mampu
menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan tenaga
kerja lainnya, serta mengembangkan bursa tenaga kerja melalui
pengembangan sistem informasi pasar kerja.
d. Peningkatan perlindungan dan pengawasan pelaksanaan hak-
hak pekerja, peningkatan kesejahteraannya, aktualisasi
pembinaan hubungan industrial yang harmonis antara
manajemen perusahaan dan para pekerja dalam rangka
meningkatkan produksi dan produktivitasnya

9. PEREMPUAN DAN KELUARGA


a. Peningkatan kesetaraan gender, peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan dari tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi
terhadap perempuan dan anak.

80
b. Peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan
sebagai salah satu bagian dari sumberdaya manusia termasuk
perlindungan tenaga kerja wanita.
c. Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender

10. KESEJAHTERAAN SOSIAL


Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada peningkatan
kualitas pelayanan, rehabilitasi dan pemberdayaan sosial masyarakat
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), yang didukung
oleh sistem hukum dan perlindungan sosial termasuk penyediaan
sarana pelayanan sosial yang memadai. Selain itu, sistem jaminan
sosial dikembangkan bagi seluruh rakyat sebagai wahana yang luas
untuk pengembangan mekanisme permberdayaan masyarakat yang
lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan dan
diupayakan tidak merusak budaya tolong menolong yang berakar
di masyarakat.

4.1.2. MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN KEHIDUPAN


BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Agenda pembangunan ini dimaksudkan agar keberagaman atau
pluralisme kondisi kehidupan masyarakat Indonesia dapat terkelolah
dengan komitmen dan konsistensi yang teguh dari semua elemen
masyarakat dalam berbagai tatanan serta masing masing dapat
berkembang dan membangun dirinya dengan baik dan tidak lepas dari
prinsip keberagaman yang disepakati oleh pendiri bangsa ini (The
Founding Fathers), yang telah berjasa memperjuangkan, mengisi dan

81
mewariskan kepada generasi berikutnya selanjutnya menjadi kewajiban
kita untuk mengisi dan menjaga lebih bermakna lagi bagi generasi bangsa
Indonesia selanjutnya.
Kondisi sosial, ekonomi dan budaya serta suku, agama dan ras
yang beragam memerlukan peningkatan kemampuan untuk mengelolah
untuk menjamin tetap tegaknya NKRI. Adanya gangguan keamanan
masyarakat yang berwujud berbagai bentuk kejahatan serta teror yang
berpotensi konflik dalam kehidupan masyarakat telah menimbulkan
keresahan, kehidupan yang tidak aman, bahkan akan menimbulkan
malapetaka kemanusiaan berupa korban jiwa manusia seperti halnya
terjadi di Kabupaten Poso, yang telah menjadi inspirasi bagi masyarakat
Sulawesi Tengah bahwa faktor keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat menjadi sangat - sangat strategis dalam menuntun
pembangunan di daerah.
Terdapat beberapa aspek pembangunan yang perlu dilakukan
mengisi agenda pembangunan ini, meliputi peningkatan keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat, peningkatan makna dan
manfaat kepastian hukum serta jaminan keadilan melalui penataan
sistem legislasi daerah serta penataan sistem informasi dan komunikasi
kepada masyarakat, baik antar-masyarakat maupun antar-masyarakat
dengan pemerintah daerah, dengan arah pembangunan jangka panjang
sebagai berikut :

1. KEAMANAN, KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT


a. Peningkatan kualitas keamanan melalui peningkatan kemampuan
aparat keamanan dalam menjalankan tugasnya, yang terkait

82
dengan sistem rekrutmen yang benar, penambahan jumlah yang
memadai personil dengan jumlah masyarakat yang dilayani,
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan profesi kebutuhan
penugasan, pemenuhan perlengkapan tugas serta perbaikan
tingkat kesejahteraan.
b. Peningkatan solidaritas sosial dalam kehidupan masyarakat,
akulturasi budaya yang berlangsung harus membangun harmoni
dan saling menenrima dan mengisi sehingga memperkuat perekat
persatuan, serta peningkatan pemahaman dan pengamalan ajaran
agama yang semuanya bermakna dan bermanfaat untuk
peningkatan kerukunan hidup antar-masyarakat, antar-suku
bangsa sebagai satu Bangsa Indonesia.
c. Menumbuhkan budaya dialogis antar-komunitas dan organisasi
keagamaan, antar-pemimpin dan tokoh agama dan organisasi
keagamaan, sehingga terwujud komitmen kebersamaan,
keakraban, suasana harmonis, keterbukaan, semangat toleransi
yang tumbuh dengan kesadaran dan alamiah sehingga
menghilangkan rasa kecurigaan antar-sesama warga masyarakat,
warga bangsa dan warga negara.

2. PEMBANGUNAN HUKUM
a. Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap upaya dan tekad
pemerintah daerah untuk mewujudkan sistem hukum yang dapat
memberikan makna dan bermanfaat memberi jaminan rasa
keadilan, serta ketegasan dan kepastian hukum bagi segenap
elemen masyarakat tanpa diskriminasi.

83
b. Peningkatan kualitas Peraturan Daerah (PERDA) yang memiliki
materi bermuatan budaya lokal yang secara sosiologis
mencerminkan tata keadilan yang hidup di tengah masyarakat
yang sesuai dengan nilai budaya dan nilai agama yang
diyakininya, PERDA yang memberi kemudahan dan kesempatan
yang sama bagi masyarakat untuk melakukan usaha atau
aktivitasnya, menyalurkan aspirasinya, kesempatan yang sama dan
luas untuk memberikan peran sertanya, tidak ada nilai
diskriminasi, sehingga menginspirasi masyarakat untuk menjaga
dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban
masyarakat.
c. Peningkatan sosialisasi dan penyuluhan hukum bagi segenap lapisan
masyarakat terutama masyarakat di perdesaan dengan
menyesuaikan kemampuan dan karateristik nilai budaya
masyarakat setempat yang menjadi responden atau target
groupnya.
3. PENINGKATAN KUALITAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI
a. Menata arus informasi dari pemerintah daerah kepada masyarakat
dan dari masyarakat kepada pemerintah daerah lebih transparan,
bertanggungjawab sehingga tidak mengalami distorsi yang dapat
menimbulkan perbedaan persepsi yang keliru, pemberitaan media
massa yang lebih akurat dijamin kebenarannya dan
bertanggungjawab, tidak bernuansa proaktif yang memicu potensi
konflik di masyarakat, serta penyebarluasan informasi yang dapat
menjangkau sebagian besar masyarakat yang membutuhkan.

84
b. Mencegah dan mengelimir dampak kemajuan teknologi informasi
yang sangat mudah, cepat menjangkau masyarakat, membentuk
opini yang dapat direkayasa ke arah yang bertendensi memicu
konflik di masyarakat.
c. Peningkatan intensitas, kualitas penyebarluasan kebijakan
pembangunan melalui berbagai media dan lembaga pengelolah
informasi, serta mencegah dan atau meluruskan isu-isu dalam
bentuk pemberitaan yang dapat mengganggu keamanan,
ketentraman dan ketertiban masyarakat terutama yang cenderung
bernuansa SARA.
d. Peningkatan kinerja Pusat Pelayanan Informasi Pemerintah Daerah
yang dapat melayani kebutuhan informasi secara menyeluruh yang
terkait dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat, termasuk
bagi para investor dan pelaku ekonomi lainnya dalam
mnegembangkan usahanya.
e. Meningkatkan kegiatan komunikasi melalui pendekatan hiburan
terutama media elektronik, media cetak dan atau pertunjukan
rakyat bagi kepentingan pembentukan sikap positif dan
memperluas wawasan dan cara berpikir masyarakat,
meningkatkan serta membuka akses kepada masyarakat untuk
menyampaikan aspirasinya.

4.1.3. MENINGKATKAN KETAHANAN EKONOMI DAERAH DAN


KUALITAS INFRASTRUKTUR WILAYAH

85
Upaya peningkatan ketahanan ekonomi daerah ditentukan oleh
kemampuan daerah untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi
sumber daya alam yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur, UKM
yang memiliki produktifitas yang tinggi serta penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Dalam rangka peningkatan ketahanan ekonomi daerah serta
upaya untuk mendorong kemajuan perekonomian maka peningkatan
pertumbuhan ekonomi harus dapat diarahkan pada pertumbuhan yang
berkualitas yang dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan
mengurangi jumlah penduduk miskin serta harus mempertimbangkan
ketersediaan pangan, peningkatan daya saing. Harapan tersebut dapat
dicapai melalui :

1. PEREKONOMIAN DAERAH
a. Peningkatan perekonomian daerah melalui penguatan ekonomi
dengan melakukan perubahan struktur ekonomi melalui
penguatan industri pengolahan sebagai motor penggerak yang di
dukung oleh kegiatan pertanian serta pertambangan yang
menghasilkan produk-produk secara modern dan berkelanjutan.
b. Penguatan daya saing perekonomian secara global bertumpu pada
penguatan sektor industri hulu-hilir guna menciptakan lingkungan
usaha mikro yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri
yang sehat dan kuat.

2. PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HOLTIKULTURA

86
a. Peningkatan nilai tambah komoditas ekspor, yang berorientasi
pada efisiensi, perbaikan kualitas, keamanan dan berkelanjutan
sehingga mempunyai keunggulan kompetitif di pasar global.
b. Peningkatan pembangunan sentra pertanian dan peningkatan
efisiensi lahan melalui diversifikasi pertanian serta perluasan lahan
pertanian dengan menerapkan teknologi budidaya yang adaptif
dan ramah lingkungan.
c. Pengembangan kawasan pertanian dan pedesaan melalui
pengembangan jaringan infrastruktur antara sentra pertanian dan
pusat-pusat pertumbuhan.
d. Pengembangan berbagai komoditas pertanian yang berorientasi
pada sumber daya lokal dan kebutuhan pasar dengan
memperhatikan pendekatan keterpaduan antara sub sistem hulu
dan hilir.

3. PERKEBUNAN
a. Peningkatan mutu dan kualitas produksi perkebunan dalam rangka
meningkatkan nilai tambah ekspor perkebunan.
b. Pengembangan perkebunan sebagai pilar ekonomi melalui
peningkatan peran masyarakat lokal dalam upaya menghidupkan
ekonomi masyarakat sekitar dan peningkatan kerjasama dengan
pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri, untuk
menanamkan investasi.
c. Pengembangan perkebunan yang berpotensi dan bernilai ekonomi
tinggi melalui pemanfaatan lahan-lahan tidur untuk diubah /

87
digunakan sebagai pengembangan perkebunan yang lebih
produktif dan intensif.
d. Peningkatan akses pemasaran melalui pengembangan jejaring bisnis
yang berorientasi saling menguntungkan.

4. KEHUTANAN
a. Pembangunan hutan secara lestari melalui peningkatan peran serta
masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya hutan yang
diimbangi dengan peningkatan kualifikasi sumber daya manusia.
b. Revitalisasi industri kehutanan yang dikembangkan sesuai dengan
konsep pengelolaan hutan lestari dan berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang mengacu pada prinsip
efisiensi, ramah lingkungan, variasi produk, nilai tambah, jaminan
pasokan dan akses pasar, dan mampu bersaing secara global.
c. Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan melalui percepatan
pemulihan lahan / DAS yang kritis dan meningkatkan partisipasi
masyarakat serta peningkatan akses masyarakat setempat dalam
pemanfaatan sumber daya hutan dan melestarikannya.

5. PETERNAKAN
a. Peningkatan nilai tambah peternakan dengan melakukan
peningkatan produksi hasil pengolahan produk peternakan
melalui peningkatan sumber daya manusia peternakan, baik petani
ternak maupun petugas teknis dan peningkatan keterampilan serta
teknologi pengelolaan hasil peternakan dengan memfasilitasi

88
sarana dan prasarana penunjang untuk pengolahan hasil
peternakan.
b. Perluasan peluang pemasaran seluas-luasnya kepada pelaku usaha
dan petani ternak untuk memasarkan produk peternakan dengan
membangun sarana dan fasilitas pemasaran produk peternakan,
dan pemberian kemudahan izin untuk memasarkan produk
peternakan ke luar daerah maupun luar negeri.
c. Pengembangan peternakan yang berbasis kerakyatan melalui
peningkatan usaha peternakan dengan skala ekonomis dengan
membangun sistem informasi teknologi dan pemasaran sehingga
dapat menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi.
d. Peningkatan peranan kelembagaan peternakan dalam mendukung
ekonomi kerakyatan.

6. KELAUTAN DAN PERIKANAN


a. Pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara optimal
dan lestari melalui penguatan sarana dan prasarana serta
penguatan penelitian dan pengembangan agribisnis dengan
memperhatikan wilayah konservasi sumber daya ikan, pesisir,
pulau-pulau kecil, dan danau melalui pengembangan kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi kawasan sentra produksi
perikanan dan peningkatan pengawasan di perairan laut untuk
mencegah illegal fishing.
b. Pengembangan berbagai komoditas perikanan dan kelautan yang
berorientasi pada sumber daya lokal dan kebutuhan pasar melalui
diversifikasi pengolahan hasil perikanan dan pengembangan

89
industri olahan untuk menghasilkan produk perikanan yang
berdaya saing tinggi.
c. Peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi seluruh
stakeholders bidang kelautan dan perikanan melalui pendidikan
dan pelatihan sumber daya manusia bagi seluruh stakeholders
kelautan dan perikanan dan peningkatan kelembagaan masyarakat
pembudidaya, nelayan dan masyarakat pesisir.
d. Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi
masyarakat, pendidikan, kesehatan serta pembinaan terhadap
koperasi kelautan dan perikanan, dan dukungan permodalan.
e. Pengembangan iklim kemitraan dan kewirausahaan yang berbasis
pada pengembangan ekonomi lokal masyarakat pesisir dengan
menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan
kemitraan dengan lembaga ekonomi masyarakat.

7. INVESTASI DAERAH
Pembangunan investasi daerah diarahkan pada peningkatan nilai
investasi yang bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri dan
Penanaman Modal Luar Negeri (PMDN / PMA) dengan mewujudkan
iklim investasi yang kondusif serta penjaminan kepastian usaha dan
kepastian hukum dalam berusaha serta penciptaan kemudahan usaha
dan investasi melalui berbagai deregulasi dan sistem insentif.

8. PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN USAHA KECIL


MENENGAH DAN KOPERASI

90
a. Peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan,
pengembangan kemitraan peningkatan produktivitas yang
didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap
kebutuhan pasar serta pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan
teknologi dalam iklim usaha yang sehat, sehingga mampu
memberikan kontribusi untuk memperkuat perekonomian
domestik.
b. Pengembangan industri kecil dan menengah perlu didorong
sehingga mampu berdaya saing di pasar lokal maupun
internasional dan memberikan kontribusi untuk memperkuat
perekonomian domestik.
c. Penataan perindustrian yang terintegrasi dengan pemanfaatan
seoptimal mungkin sumberdaya alam yang dimiliki sesuai dengan
unggulan daerah melalui pengembangan kawasan industri dan
kawasan ekonomi khusus untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi melalui keberkaitan antar-sektor potensial dan sebagai
upaya perwujudan pembentukan struktur industri yang mapan
mulai dari industri hulu sampai hilir.
d. Peningkatan aktifitas perdagangan yang mampu memberikan
dukungan terhadap pengembangan perekonomian wilayah
melalui pengembangan sentra pemasaran produk unggulan daerah
serta peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis produk
unggulan daerah.
e. Peningkatan produktivitas industri skala besar dengan
pemanfaatan seoptimal mungkin sumberdaya alam yang dimiliki
sesuai dengan unggulan daerah melalui peningkatan iklim investasi

91
bidang perindustrian dan peningkatan nilai tambah berbagai
sumberdaya alam melalui pengolahan dan berbagai proses
industrialisasi dari hulu sampai hilir.
f. Pengembangan dunia usaha dalam pembangunan ekonomi
diarahkan pada pengembangan dan pelaksanaan iklim persaingan
usaha secara sehat, peningkatan kemitraan antara pelaku
pembangunan untuk memperkuat basis lokal.
g. Penguatan jaringan perdagangan ekspor.

9. PARIWISATA
a. Peningkatan pengembangan kawasan unggulan pariwisata
sehingga mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal serta memberikan
perluasan kesempatan kerja.
b. Peningkatan promosi wisata terpadu dan terintegrasi pada objek
wisata unggulan propinsi, regional dan nasional.

10. PERTAMBANGAN DAN MIGAS


a. Pengendalian eksploitasi migas dalam upaya penghematan
pemanfaatan migas dalam jangka panjang melalui diversifikasi
hasil pengolahan minyak bumi dan sumberdaya alam lainnya.
b. Peningkatan pengelolaan bahan migas melalui pengembangan
migas dengan mengutamakan pada kawasan yang memiliki
cadangan besar

92
11. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN
a. Pembangunan perumahan dan permukiman yang berwawasan
lingkungan sesuai dengan kemampuan masyarakat, pemerataan
kebutuhan hunian bagi masyarakat serta mewujudkan kota tanpa
permukiman kumuh dengan melibatkan peran serta swasta
b. Pembinaan peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan
pemukiman yang sesuai dengan kondisi lingkungan, disertai
penyediaan infrastruktur dasar yang memadai
c. Pemenuhan perumahan dan permukiman sesuai tingkat
kemampuan pendapatan masyarakat.

12. TRANSPORTASI
a. Pemerataan pelayanan transportasi darat antar-wilayah maupun di
dalam wilayah perkotaan dan perdesaan melalui peningkatan
aksesibilitas jaringan jalan yang menghubungkan pusat pusat
aktifitas dan wilayah sekitarnya terutama dengan kawasan
pedalaman dan perbatasan.
b. Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana ASDP
untuk menunjang pergerakan intermoda melalui peningkatan
prasarana dermaga sungai dan peningkatan keterkaitan
transportasi intermoda yang berhubungan antara daratan yang
terpisah oleh sungai dan antar pulau dengan dukungan
transportasi sungai.
c. Penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang mendukung
terhadap pembentukan kawasan strategis daerah sehingga terjadi

93
keterpaduan yang saling mendukung dengan membangun jalan
baru yang mengarah pada akses ke kawasan strategis daerah.
d. Peningkatan kualitas sistem transportasi udara untuk keperluan
pergerakan international, nasional, maupun pergerakan lokal
dengan pemantapan sistem hirarki jaringan transportasi udara
sesuai tingkat kebutuhan dan rencana pengembangan yang
mendukung terhadap tingkat cakupan pergerakan dan wilayah
pelayanan.
13. SUMBERDAYA AIR
a. Pengembangan jaringan irigasi/pengairan untuk melayani perluasan
areal sawah, penyediaan sarana dan prasarana pengendali banjir
dan pengembangan sumber air baku melalui peningkatan
kelayakan, dan rehabilitasi jaringan irigasi/pengairan dan
bendung/ bendungan serta pengembangan embung pada lokasi
strategis.
b. Pengembangan jaringan daerah rawa dengan peningkatan dan
pembangunan jaringan tata air daerah rawa dan pembangunan
dan pengelolaan irigasi, rawa, dan tambak
c. Konservasi sumberdaya air melalui peningkatan partisipasi
masyarakat untuk melakukan konservasi sumberdaya air serta
peningkatan pengamanan pantai dan sungai

14. ENERGI LISTRIK


a. Pemenuhan kebutuhan tenaga listrik untuk jangka pendek,
menengah dan jangka panjang melalui rehabilitasi, repowering
pembangkit yang ada dan pembangkit baru serta pengembangan

94
diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang
tersedia melalui peningkatan kapasitas pembangkit listrik yang
sudah beroperasi sehingga mampu mendukung pasokan listrik
pada beban puncak. Serta pembangunan pembangkit listrik
dengan jenis PLTU untuk penyediaan jangka Menengah dan PLTA
untuk penyediaan jangka panjang.
b. Peningkatan kualitas layanan dan pengembangan sistem
ketenagalistrikan dengan melakukan manajemen sumber daya
listrik yang berwawasan lingkungan

4.1.4.MENINGKATKAN KUALITAS KELEMBAGAAN PEMERINTAH


DAERAH DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT
Upaya mewujudkan kualitas kelembagaan pemerintah daerah dan
kelembagaan masyarakat di daerah dimaksudkan untuk memberi
penguatan terhadap pergeseran peran dan kewenangan dari pemerintah
pusat ke pemerintah daerah (desentralisasi/otonomi daerah) yang
menuntut peran sekaligus tanggungjawab pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan di daerahnya akan semakin dominan,
berkembang dan di tuntut lebih berkualitas, termasuk pemerintahan desa
sehingga aspirasi masyarakat dan pelayanan kepada masyarakat dapat
berlangsung dengan baik dan prima. Demikian halnya kelembagaan
masyarakat, karena otonomi daerah harus dipahami tidak sebatas
pelimpahan sebagian kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah
daerah, tetapi merupakan refleksi dari pergeseran peran masyarakat
sebagai pemrakarsa dan pelaksana pembangunan dari pemerintah
kepada masyarakat. Karena itu maka kelembagaan masyarakat harus

95
dimotivasi untuk mengembangkan diri untuk memiliki kemandirian
dalam melaksanakan visi dan misinya, tidak sepenuhnya
menggantungkan kebutuhannya kepada pemerintah daerah,
kelembagaan masyarakat maksudkan di sini meliputi, yang bergerak di
bidang ekonomi, organisasi politik sebagai penyalur dan pengartikulasi
kehendak dan aspirasi politik masyarakat, pendidikan, kesehatan,
keagamaan, perepuan dan keluarga, pemuda serta organisasi pelayanan
sosial lainnya seperti panti asuhan, jompo dan tunanetra. Jenis
kelembagaan masyarakat seperti ini akan disentuh melalui pendekatan
pemberdayaan, untuk maksud tersebut maka akan ditempuh arah
pembangunan jangka panjang daerah untuk agenda pembangunan ini
sebagai berikut :
1. PEMBERDAYAAN LEMBAGA PEMERINTAHAN DI DAERAH
a. Memperkuat pelaksanaan otonomi daerah bagi kesinambungan
pembangunan dan mempertahankan keberlangsungan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
b. Membangun mental aparatur pemerintah daerah dari cenderung
bersifat penguasa (abdi negara) menjadi pelayan masyarakat (abdi
masyarakat), serta terciptanya tranparansi, akuntabilitas,
konsistensi dan demokratisasi dalam manajemen pemerintahan
daerah, sehingga tercipta pemerintahan yang baik antara lain
dapat di nilai dari berkembangnya sinergi antara pemerintah
daerah, masyarakat dan kalangan swasta.
c. Peningkatan profesionalisme dan mental aparatur pemerintah
daerah sehingga memiliki moral dan kemampuan yang prima
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, melaksanakan

96
pembangunan dan menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintahan
sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
d. Peningkatan kesejahteraan aparatur daerah sehingga dapat hidup
layak bagi kemanusiaan dan kelangsungan hidup keluarganya,
memotivasi melalui pemberian penghargaan atas pengabdiannya
yang terbaik bagi masyarakat dan negara serta mencegah
timbulnya potensi terjadinya KKN dalam menjalankan tugas,
fungsi dan kewenangaannya, sekiranya terjadi maka harus
diberikan sanksi hukum yang tegas sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Peningkatan kemampuan lembaga legislatif daerah beserta
anggota DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dalam
memerankan tugas dan fungsi serta kewenangannya, meliputi
tugas dan fungsi legislasi, pengawasan dan budgeting sehingga
tercipta keseimbangan dan hubungan yang harmonis dan saling
mendukung bagi terselenggaranya fungsi fungsi pemerintahan
daerah, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat
yang prima bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas
masyarakat.

2. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT


a. Peningkatan kemampuan organisasi sosial, ekonomi, politik dan
kemasyarakatan lainnya agar memiliki kemandirian sebagai wadah
untuk mengembangkan profesi, memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat, penyalur aspirasi masyarakat, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, budaya

97
bangsa/lokal, nilai-nilai keagamaan dengan memanfaatkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan.
b. Pengembangan lembaga lembaga swadaya masyarakat di
perkotaan dan perdesaan terutama yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (pendidikan dan
kesehatan) pemeliharaan lingkungan kehidupan masyarakat yang
kondusif (ketentraman dan ketertiban), peningkatan pemahaman
nilai nilai keagamaan serta peningkatan solidaritas sosial.
c. Peningkatan fungsi partai politik sebagai sarana sosialisasi politik,
komunikasi politik, rekrutmen politik serta sebagai sarana
pengatur dan pemecahan konflik dalam masyarakat dengan
memberikan penyuluhan dan pelatihan, sehingga terbentuk
budaya politik masyarakat yang sesuai nilai-nilai Pancasila, nilai
agama dan nilai hakiki kehidupan berdemokrasi yang sedang
berproses mencari bentuk saat ini.
d. Peningkatan kemampuan kewirausahaan usaha kecil dan
menengah, koperasi dan revitalisasi kelembagaan keuangan
tradisional sehingga menjadi lembaga ekonomi masyarakat yang
memiliki mutu tenaga kerja yang memadai, mutu produksi
dengan standar yang memanfaatkan kemajuan IPTEK termasuk
distribusi dan jaminan pemasaran.
e. Meningkatkan kemampuan lembaga penelitian yang dibutuhkan
untuk mendukung pembangunan daerah, serta mengkordinasikan
kegiatan penelitian yang dilakukan oleh berbagai lembaga
penelitian, serta mendorong sosialisasi dan pemanfaatan hasil
penelitian.

98
f. Peningkatan peran dan kemadirian organisasi perempuan dan
keluarga dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender meliputi aspek pendidikan,kesehatan, sosial, ekonomi,
politik, hukum dan HAM.
g. Peningkatan kualitas kelembagaan dan organisasi kepemudaan,
kesempatan dalam berorganisasi, pendidikan politik, peningkatan
kepemimpinan, keunggulan dalam pengasaan IPTEK, potensi
kewirausahaan serta perlindungan terhadap bahaya narkoba dan
zat additive lainnya, memprakarsai kegiatan pembangunan
dilingkungannya meliputi sosial budaya, ekonomi, politik,
ketertiban dan ketentraman serta suasana kepemudaan yang sehat,
cerdas, bermoral, dinamis dan demokratis.

4.1.5. MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP YANG


BERKELANJUTAN
Menata kembali kondisi lingkungan hidup yang menunjukan
kecenderungan penurunan kualitas, meliputi lahan kritis, kerusakan
hutan lindung, menipisnya luas hutan mengrove, kerusakan kawasan
pantai dan terumbu karang, meningkatkan kesadaran lingkungan
masyarakat, mencegah dampak negatif pengelolaan sumberdaya alam
berupa pencemaran dan degradasi lingkungan hidup, mengintegrasikan
pengelolaan sumberdaya alam dengan kelestarian lingkungan untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan,
menserasikan pemanfaatan fungsi tata ruang meliputi tanah, air, udara
dan sumberdaya daya alam dengan sektor – sektor perekonomian
termasuk sistem pemukiman, prasarana dan sarana wilayah secara

99
terpadu sehingga memenuhi asas konservasi, efesiensi dan harmoni yang
menjadi asas dalam perencanaan tata ruang.
1. PENATAAN RUANG DAN KAWASAN PERBATASAN
a. Pengembangan struktur ruang yang menuju pada pertumbuhan
wilayah sekaligus mengurangi kesenjangan melalui sistem kota-
kota dan sistem interaksi desa-kota yang optimal dengan
pembangunan infrastruktur serta sarana dan prasarana pendukung
sosial ekonomi dalam mengembangkan kawasan strategis.
b. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah berdasarkan fungsi
kawasan dalam menopang daya dukung lingkungan dalam jangka
panjang dengan penetapan dan pengembalian fungsi kawasan
lindung sesuai dengan rencana tata ruang dan pengendalian
fungsi kawasan lindung sesuai dengan jenis peruntukan yang telah
ditetapkan.
c. Percepatan pembangunan kawasan perbatasan sebagai kawasan
andalan yang mandiri dan pusat kegiatan ekonomi melalui
pengamanan dan pemanfaatan wilayah perbatasan (termasuk
pulau terluar) untuk kepentingan ekonomi dan penetapan batas
wilayah

2. LINGKUNGAN HIDUP
a. Menciptakan lingkungan hidup masyarakat yang ramah lingkungan
diperlukan perhatian dan kepedulian baik dari pemerintah daerah
sebagai fasilitator pembangunan, dunia usaha dan masyarakat

100
yang peduli dan mengambil bagian dalam memelihara lingkungan
hidup sehat.
b. Melakukan kajian lingkungan hidup strategis secara arif dan
bijaksana dalam mewujudkan keserasian, keseimbangan,
keselarasan, harmoni, penciptaan estetika lingkungan, dan
keberlanjutan melalui pengembangan kebijakan strategis mengenai
program ramah lingkungan dan lingkungan sehat, penerapan
insentif dan dis-insentif terpadu dan sinergi dengan daya tampung
dan daya dukung lingkungan dalam rangka menciptakan
pemanfaatan ruang wilayah yang tepat guna, tepat sasaran, dan
tepat waktu.

4.2. PERAN PUSAT KEGIATAN PEMBANGUNAN YANG


MENGACU PADA RENCANA TATA RUANG WILAYAH.
Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan kondisi geografis, dalam
penentuan arah pengembangan pengelolaan ruang berlandaskan pada
potensi eksternal dan internal wilayah sehingga dapat memanfaatkan
keunggulan komparatif dalam sistem wilayah yang ada.
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah masing masing memiliki
kompotensi yang membedakan antara daerah satu dengan lainnya,
untuk itu dimungkinkan setiap wilayah memanfaatkan peluang sebesar
besarnya dan sekaligus meminimalkan ancaman eksternal dengan (1).
menggali kompotensi inti wilayah (2). Peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia lokal (3). Mengembangkan daerah dalam kerangka
desentralisasi (4). Menciptakan iklim investasi dan iklim usaha yang
kondusif.

101
Undang Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang merupakan pelimpahan desentralisasi otonomi kepada
pemerintah daerah dan penyelenggaraan penataan ruang daerah yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan dapat dilaksanakan secara
efesien dan efektif dengan peningkatan kreatifitas dan inovasi daerah
dalam mengembangkan kapabilitas untuk mencapai keunggulan daya
saing yang berkelanjutan.

4.2.1. SULAWESI TENGAH DALAM PERSPEKTIF INTERNASIONAL


Dalam perspektif Internasional, Propinsi Sulawesi Tengah,
khususnya wilayah Kabupaten Tolitoli, Buol dan Donggala berbatasan
langsung dengan wilayah perdagangan internasional BIMP-EAGA (Brunai
Darusalam-Indonesia-Malaysia-Philipina – East ASEAN Growth Triagle)
dalam pengembangan pengelolaan ruang diarahkan pada pemanfaatan
jalur perdagangan BIMP-EAGA, sehingga memberikan pengaruh
perekonomian, perdagangan antar wilayah dan antar pulau serta
mengoptimalkan sumberdaya yang ada.

4.2.2.SULAWESI TENGAH DALAM PERSPEKTIF NASIONAL DAN


ANTAR WILAYAH
Pola pengembangan sistem permukiman nasional, arahan
pengembangan sistem permukiman di propinsi Sulawesi Tengah meliputi
arahan fungsi kawasan dalam hubungannya dengan skala pelayanan
fasilitas dan wilayah pelayanannya, terdiri dari 1(satu) Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) yang berfungsi sebagai kota orde pertama dan 6 (enam)

102
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu Poso dan sekitarnya, Luwuk dan
sekitarnya, Buol dsk, Kolonodale dan sekitarnya, Tolitoli dan
sekitarnya,dan Donggala dan sekitarnya yang berfungsi sebagai kota
orde kedua sedangkan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berfungsi untuk
kota orde ketiga yaitu Parigi dan sekitarnya, Ampana dan sekitarnya,
Salakan dan sekitarnya, dan Bungku dan sekitarnya selanjutnya kota
orde keempat akan ditetapkan didalam RTRW Propinsi Sulawesi Tengah:
1. Pusat Kegiatan Nasional
Kota kota sekitar dalam kawasan darat yaitu Palu dengan fungsi Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) dengan kriteria:
a. Merupakan ibukota propinsi
b. Merupakan gerbang nasional dan memiliki akses cepat dengan
kota-kota internasional, yang diindikasikan dengan bandara
primer dan pelabuhan primer.
c. Berfungsi sebagai simpul utama jaringan transportasi nasional yang
menghubungkan antara PKN satu dengan PKN lainnya baik lokal,
regional maupun nasional.
d. Berfungsi sebagai pusat pengumpul, produksi dan pemasaran
komoditi unggulan nasional berorientasi eksport dengan
memanfaatkan jaringan jalan lalulintas negara, atau jalur
penerbangan nasional sebagai jalur distribusi.
e. Merupakan pusat lokasi ekonomi nasional yang mempunyai
potensi mendorong pengembangan nasional dan daerah.
f. Memiliki fungsi palayanan jasa-jasa pemerintahan dan jasa-jasa
publik/ kemasyarakatan.

103
2. Pusat Kegiatan Wilayah
Merupakan kota-kota yang berfungsi sebagai pusat pelayanan
dan penghubung transportasi baik antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan wilayah maupun antarpusat kegiatan wilayah
itu sendiri, selain berfungsi melayani kabupaten itu sendiri juga
sekaligus melayani kabupaten yang ada di belakangnya.
a. Kawasan Poso dan Sekitarnya
1). Sektor unggulan : Pertanian, Peternakan, dan Pariwisata
2). Kawasan laut yang terkait yaitu Teluk Tomini dan sekitarnya,
dengan sektor unggulan perikanan, kelautan dan pariwisata.
3). Kawasan yang terkait dengan Danau Poso diarahkan untuk
pengembangan pariwisata.
4). Kota dalam kawasan darat yaitu Poso dengan fungsi PKW dan
tentena dengan fungsi PKL.
5).Perkembangan kedepan, selain berfungsi sebagai PKW
sekitarnya juga berfungsi sekaligus melayani wilayah
hinterlandnya seperti : Kawasan Lore dan Kawasan Poso
Pesisir.

b. Kawasan Luwuk dan Sekitarnya


1). Sektor unggulan : perkebunan dan peternakan, pertambangan,
perdagangan dan industry
2). Kawasan laut yang terkait dengan Teluk Tolo dan sekitarnya
dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata, kota
orientasi Luwuk

104
3). Kota dalam kawasan darat yaitu Luwuk dengan fungsi PKW,
Bunta dan Ampana dan Banggai Kepulauan dengan fungsi PKL.
4). Kawasan Luwuk dan sekitarnya berkembang dengan pusat
pelayanan wilayah propinsi Sulawesi Tengah di bagian timur,
ketersediaan Pelabuhan Luwuk dan jalan trans Sulawesi dan
perkembangan wilayah hinterland sebagai sentra produksi
wilayah menyebabkan kawasan ini berkembang menjadi salah
satu kawasan yang berpengaruh pada lingkup propinsi dan
nasional, dikawasan Luwuk dan sekitarnya berkembang karena
adanya pengaruh dari perkembangan KAPET (kawasan
Andalan Pengembangan Ekonomi Terpadu) Batui sebagai
kawasan strategis nasional, dimana Pelabuhan Luwuk berfungsi
sebagai outlet kawasan yang menunjang kawasan strategis
andalan propinsi Teluk Tolo-Kepulauan Banggai.
5). Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna
peningkatan perekonomian wilayah yaitu pertambangan,
perikanan, perkebunan dan pertanian tanaman pangan.

c. Kawasan Buol dan sekitarnya


1). Sektor unggulan : Perkebunan, Pertambangan, Peternakan,
Pertanian, perikanan dan pariwisata.
2). Memiliki aksesibilitas tinggi sebagai inlet maupun outlet
kawasan hinterlandnya, dimana posisinya tepat berada
dijalur BIMP-EAGA.
3). Merupakan pengembangan kawasan terpadu mandiri yang
memiliki aksesibilitas baik darat maupun laut sebagai kawasan

105
pengumpul produksi sekaligus sebagai pemasarannya untuk
pengembangan daya saing wilayah di pasar global.

d. Kawasan Kolonodale dan Sekitarnya


1). Sektor unggulan : Pertanian, Pertambangan, Perkebunan, dan
perikanan.
2). Kawasan laut yang terkait dengan tolo dan sekitarnya dengan
sektor unggulan perikanan dan pariwisata, kota Kolonadale
sebagai orientasi.
3). Kota dalam kawasan darat yaitu Bungku, Tomata, Tokala Atas
dengan fungsi masing masing sebagai PKL.
4). Kondisi geografi yang menyebabkan kawasan ini berfungsi
sebagai pusat pelayanan hinterland yang potensial, tersedianya
pelabuhan Kolonadale dapat dijadikan sebagai outlet kawasan
untuk distribusi produk produk unggulan. Fungsi Kawasan yang
semakin penting memberikan point penting bagi kawasan ini
sekaligus menunjang peran kawasan andalan strategis propinsi
Kolonodale.
5).Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna
peningkatan perekonomian wilayah yaitu pertambangan,
perikanan laut, perkebunan dan pertanian tanaman pangan
serta kehutanan.

e. Kawasan Tolitoli dan Sekitarnya


1). Sektor unggulan : Perkebunan, perikanan dan pariwisata

106
2). Kota dalam kawasan darat Tolitoli berfungsi sebagai PKW dan
Laulalang, Ogotua dan Bangkir berfungsi sebagai PKL.
3). Lokasi yang berbatasan dengan jalur perdagangan bebas BIMP-
EAGA, merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan sebagai
pusat jalur utama transportasi dalam menunjang
perkembangan perekonomian. Dengan komoditas unggulan
yang dapat menjadi produk kawasan ditunjang dengan sarana
dan prasarana.
4). Perkembangan kawasan menunjukan adanya perkembangan
diantaranya, perkembangan kawasan dengan berkembangnya
Kawasan Strategis Andalan Propinsi Tolitoli dan sekitarnya
dengan komoditi unggulan perkebunan, pertanian tanaman
pangan, kehutanan dan perikanan.
f. Kawasan Donggala dan Sekitarnya
1). Sektor unggulan : Pertanian, industri, perikanan kelautan, dan
pertambangan.
2). Kota-kota sekitar dalam kawasan darat yaitu : Donggala
dengan fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan kriteria:
a). Berfungsi sebagai simpul jaringan transportasi wilayah untuk
beberapa kabupaten
b). Pusat Penghubung antara PKN dan PKN serta PKN dan PKL
Parigi Moutong
c). Memiliki pelabuhan pengumpan
d).Memiliki fungsi pelayanan jasa pemerintahan dan
kemasyarakatan.

107
3). Banawa sebagai Pusat Kegiatan Wilayah melayani Labuan,
Dolo, Kulawi dan Tambu sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
dengan kriteria:
a).Berfungsi sebagai pusat pengumpul dan pemasaran komoditi
unggulan lokal berorientasi pasar wilayah beberapa
kecamatan atau lokal.
b). Berfungsi sebagai simpul jaringan transportasi lokal
c). Memiliki fungsi pelayanan jasa pemerintahan dan
kemasyarakatan beberapa kecamatan.
4). Berdasarkan pada perkembangan kawasan yang terjadi maka
Donggala dan sekitarnya berkembang menjadi salah satu
kawasan yang berpengaruh baik lingkungan nasional maupun
propinsi.
5).Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna
peningkatan perekonomian wilayah yaitu komoditas minyak
bumi (pertambangan), budidaya ikan kurapu dan rumput laut
(perikanan laut), kakao, kelapa (perkebunan) serta padi dan
palawija (pertanian).

3. Pusat Kegiatan Lokal


Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/ Kota atau
beberapa kecamatan
PKL di Propinsi Sulawesi Tengah terdiri dari : Parigi, Ampana,
Salakan, dan Bungku.

a. Kawasan Parigi dan Sekitarnya


108
1). Sektor unggulan : Pertanian, Perkebunan, perikanan dan
pariwisata
2). Kota dalam kawasan darat Parigi berfungsi sebagai PKL yang
member aksesibilitas pelayanan pertumbuhan kawasan tumbuh
cepat Tolai, Kasimbar dan Kota Raya.
3). Memilik akses dan asset yang sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai pusat cagar budaya yang titik
pengembangannya dipusatkan di Tugu Katulistiwa Desa Sinei
yang mempunyai prospek untuk pengembangan pengkajian
dan penelitian astronologi.
4). Perkembangan kawasan menunjukan adanya perkembangan
diantaranya, perkembangan kawasan dengan berkembangnya
pengembangan pariwisata Teluk Tomini Kepulauan Togean
dengan komoditi unggulan perkebunan, pertanian, kehutanan
dan perikanan.

b. Kawasan Ampana dan Sekitarnya


1). Sektor unggulan : perkebunan, kehutanan, dan peternakan.
2). Kawasan laut yang terkait dengan Teluk Tomini dan sekitarnya
dengan sektor unggulan perikanan kelautan dan pariwisata.
3). Kota dalam kawasan darat yaitu Ampana dengan fungsi PKL,
Wakai, Popoli’I, Uekuli, Pasokan dan Ampana Tete dengan
fungsi sebagai Pusat Kegiatanm Lokal Kota orde keempat.
4). Kawasan Ampana dan sekitarnya berkembang dengan pusat
pelayanan wilayah propinsi Sulawesi Tengah di bagian timur,
ketersediaan Pelabuhan Ampana dan jalan trans Sulawesi dan

109
perkembangan wilayah hinterland sebagai sentra produksi
wilayah menyebabkan kawasan ini berkembang menjadi salah
satu kawasan yang berpengaruh pada lingkup propinsi dimana
Pelabuhan Ampana berfungsi sebagai outlet kawasan yang
menunjang kawasan strategis andalan propinsi Teluk Tomini.
5). Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna peningkatan
perekonomian wilayah yaitu pariwisata, perikanan, perkebunan
dan pertanian.

c. Kawasan Salakan dan Sekitarnya


1). Sektor unggulan : Perikanan dan Kelautan, Pariwisata,
pertambangan, Pertanian dan Perkebunan
2). Kawasan laut yang terkait dengan Teluk Tolo dan sekitarnya
dengan sektor unggulan perikanan dan pariwisata.
3). Kota dalam kawasan darat yaitu Salakan dengan fungsi PKL,
menjadi orientasi bagi kota-kota Lipulalango, Liang dan Sambiut.
4). Ketersediaan Pelabuhan Banggai menjadikan pergerakan dan
proses koleksi dan distribusi barang dan manusia mudah selain
itu aksesibilitas ke wilayah eksternal seperti Jakarta, Surabaya
dan kota lainnya dihubungkan dengan transportasi laut.
5). Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna peningkatan
perekonomian wilayah yaitu pertambangan, perikanan,
perkebunan dan pertanian tanaman pangan.

d. Kawasan Bungku dan Sekitarnya

110
1). Sektor unggulan : Pertanian, Pertambangan, Perkebunan, dan
perikanan.
2). Kawasan laut yang terkait dengan tolo dan sekitarnya dengan
sektor unggulan perikanan dan pariwisata, kota Bungku
sebagai orientasi.
3). Bungku merupakan Pusat pelayanan Lokal sosial dan ekonomi
Kota Kaleroang dan Ukunambo.
4). Kondisi geografi yang menyebabkan kawasan ini berfungsi
sebagai outlet hasil – hasil perkebunan.
5).Komoditi unggulan yang dapat dikembangkan guna
peningkatan perekonomian wilayah yaitu pertambangan,
perikanan laut, perkebunan dan pertanian serta kehutanan.

4.3. TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS


Untuk kesinambungan program dalam mencapai visi dan misi
pembangunan jangka panjang dibutuhkan tahapan dan skala prioritas
yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka
menengah.
Setiap tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mengacu
kepada tahapan dan skala prioritas rencana pembangunan jangka
panjang nasional dan mencerminkan kondisi riel dan permasalahan
daerah yang hendak diselesaikan, dan menjadi skala prioritas dalam
setiap tahapan berbeda-beda, yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka
mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang Sulawesi
Tengah.

111
4.3.1. PERENCANAAN TAHUN 2005
Sebagai arahan dan pedoman dalam pembangunan Sulawesi
Tengah Tahun 2005, telah dirumuskan Visi Pembangunan yaitu
Terwujudnya Tatanan Masyarakat Madani Melalui Otonomi Daerah
Dalam Format Baru Sulawesi Tengah dengan Misi yaitu Restrukturisasi,
Refungsionalisasi, Revitalisasi, Reaktualisasi dan Reposisi Kelembagaan
Pemerintah Daerah, Pemberdayaan Organisasi Politik, Kemasyarakatan
dan LSM, serta Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan sebagai Jembatan ke
Arah Pelaksanaan Otonomi Daerah dalam rangka Mewujudkan Tatanan
Masyarakat Madani dalam Format Baru Sulawesi Tengah, yang tertuang
dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pola Dasar
(POLDAS) Pembangunan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2001 -
2006, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2001 tentang Program
Pembangunan Daerah (PROPEDA) Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2001
– 2006.
Dalam upaya pencapaian visi dan misi pembangunan daerah
sebagai penjabaran dari Poldas dan Propeda secara konkrit disusun
dokumen perencanaan Rencana Strategis (RENSTRA) Daerah Propinsi
Sulawesi Tengah Tahun 2001 – 2006 yang menjabarkan permasalahan
pembangunan daerah serta indikasi program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan secara berencana dan bertahap melalui sumber pembiayaan
APBD sesuai dengan prioritas dan kebutuhan pembangunan daerah.
Tatanan Masyarakat Madani, atau secara sederhana dapat
diartikan dengan masyarakat yang maju, beradab, mandiri, demokratis
yang berlandaskan moral agama. Kegiatan yang lakukan tahun 2005

112
adalah berkonotasi pada, bagian dari pengertian tatanan, yakni
membangun interaksi yang saling menguntungkan menuju satu tujuan
yang lebih memberi maslahat, dengan agenda utama pembangunan
Propinsi Sulawesi Tengah; yakni 9 (sembilan) prioritas pembangunan
Sulawesi Tengah, yaitu:
a. Reformasi Kelembagaan Pemerintahan Daerah;
b. Peningkatan Layanan Publik;
c. Peningkatan Efisiensi dan Efektifitas Pengelolaan Keuangan Daerah;
d. Pembinaan Persatuan dan Kesatuan.
e. Pembangunan Supremasi Hukum dan HAM.
f. Pengembangan Sumberdaya Manusia;
g. Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan;
h. Pengelolaan SDA Berwawasan Lingkungan;
i. Pengembangan Iklim Investasi dan Pembangunan Interkoneksitas.

Sesuai hasil evaluasi yang termuat dalam Laporan Keterangan


Pertanggungjawaban Akhir Masa Jabatan Gubernur Sulawesi Tengah
Periode 2001 – 2006, bahwa melalui prioritas pembangunan telah
dilaksanakan 1). Restrukturisasi, Refungsionalisasi, Revitalisasi,
Reaktualisasi dan Reposisi kelembagaan pemerintah daerah sehingga
dapat melakukan pelayanan yang prima kepada masyarakat guna
terwujudnya misi I yaitu Penataan Kelembagaan Pemerintah Daerah; 2).
Meningkatnya keikutsertaa masyarakat melalui organisasi politik,
pemerintah daerah, kemasyarakatan dan LSM berdemokrasi dan secara
proaktif mengawasi kerja dan kinerja pemerintah daerah dalam
semangat keterbukaan dan demokratisasi sebagai indicator pencapaian
misi II yaitu Pemberdayaan terhadap Organisasi Politik, Kemasyarakatan

113
dan LSM. 3). Pemberdayaan masyarakat, utamanya masyarakat lokal
sehingga benar-benar menjadi subjek pembangunan daerah yang dapat
meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat setiap tahunnya
merupakan capaian dalam mewujudkan misi III yaitu Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat.

Dari gambaran umum capaian tersebut sebagai jembatan menuju visi


yang diamanatkan oleh masyarakat yang perlu di rumuskan
keberlanjutan dari berbagai capaian yang telah di peroleh untuk
perencanaan pembangunan jangka panjang Sulawesi Tengah.

4.3.2. RPJMD Ke I (2006 – 2011)


Berdasarkan hasil pembangunan yang telah dicapai dan aspirasi
masyarakat Sulawesi Tengah yang mengacu kepada kondisi tahun
sebelumnya maka skala prioritas yang akan dicapai RPJM – 1 adalah
Terciptanya suasana aman dan damai yang ditandai dengan
meningkatnya rasa aman dan damai serta tidak terjadi lagi konflik antar
masyarakat dengan terciptanya harmonisasi kerukunan antar umat
beragama khususnya di daerah konflik.
Terciptanya kondisi daerah dalam suasana aman dan damai
sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan ekonomi. Dengan
demikian maka pemberdayaan ekonomi rakyat yang didukung
pembangunan infrastruktur dasar yang menunjang pemberdayaan
ekonomi masyarakat dapat meningkatkan pendapatan perkapita
masyarakat Sulawesi Tengah serta penurunan angka kemiskinan hingga 5
persen.

114
Di samping itu tingkat kesehatan masyarakat semakin meningkat
yang ditandai dengan menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu hamil
serta terjangkaunya pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang disertai
dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan,
serta tingkat pendidikan masyarakat cukup tinggi yang ditandai dengan
wajib belajar 9 tahun dan peningkatan angka melek huruf.
Bersamaan dengan hal tersebut Pemerintah daerah diharapkan
benar – benar dapat memberikan pelayanan optimal pada masyarakat
sesuai stándar pelayanan minimal, yang ditandai dengan meningkatnya
nilai – nilai keadilan, demokratis, persamaan hak dan kewajiban serta
partisipasi publik dalam pembangunan semakin tinggi.

4.3.3. RPJMD Ke II (2011 – 2016)


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJMD Tahap Pertama, RPJMD Tahap Kedua ditujukan untuk lebih
memantapkan penataan di segala bidang dengan menekankan upaya
pemberdayaan ekonomi masyarakat, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia serta penguatan daya saing perekonomian daerah.
Meningkatnya rasa aman dan damai diikuti kemampuan daerah
dalam mengelola keragaman (orientasi kelompok, etnik dan agama)
yang berpotensi menimbulkan konflik sosial, diikuti meningkatnya
kesadaran dan penegakkan hukum serta penegakkan hak asasi manusia.
yang didukung oleh suasana berusaha yang kondusif. Di lima tahun
kedua RPJPD ini diharapkan dapat menurunkan angka kemiskinan
hingga 10 persen.

115
Penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan
pembangunan kelautan dan sumberdaya alam lainnya secara terpadu
terus dilakukan dengan penyediaan berbagai infrastruktur yang semakin
mantap dan lengkap serta peningkatan dan pengembangan teknologi
tepat guna sehingga produktifitas dapat ditingkatkan.
Peningkatan kesehatan masyarakat terus diupayakan terutama
status gizi masyarakat dengan mengupayakan peran gender dalam
lingkungan keluarga di samping tu meningkatnya jumlah angka
partisipasi sekolah menengah atas dengan lulusan siap terjun di dunia
usaha.
Pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan
peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan partisipasi aktif
masyarakat dalam proses rehabilitasi dan konservasi sumberdaya alam
dan pemeliharaan keanekaragaman hayati. Kondisi ini didukung oleh
peningkatan kualitas perencanan tata ruang, pemanfaatan serta
pengendalian pemanafaatan ruang.
Sulawesi Tengah yang kaya akan budaya yang merupakan modal
dasar bagi pengembangan pembangunan terus di lestarikan dan
dikembangkan sehingga dapat menjadi asset bagi daerah.

4.3.4. RPJMD Ke III (2016 – 2021)


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJM ke-2, RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan
kembali Sulawesi Tengah di segala bidang dengan menekankan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan

116
kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian yang didukung oleh suasana aman dan damai dalam
kehidupan masyarakat.
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia ditandai dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang cukup tinggi terutama tingkat menengah
keatas dan kejuruan di samping itu pula terbukanya lapangan pekerjaan
yang berimplikasi pada berkurangnya angka pengangguran.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan
semakin tinggi sehingga usia harapan hidup turut meningkat, kecukupan
gizi serta hilangnya penyakit seperti TBC, BCG, campak dan polio di
masyarakat.
Daya saing perekonomian semakin kuat dan kompetitif dengan
penerapan teknologi terpadu antara industri pengolahan dengan
pertanian, kelautan dan sumber daya alam lainnya secara berkelanjutan;
terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh mantapnya
kerja sama pemerintah daerah dan dunia usaha, makin selarasnya
pembangunan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri
serta terlaksananya penataan kelembagaan ekonomi untuk mendorong
peningkatan efisiensi, produktivitas, penguasaan dan penerapan
teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian.
Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang
ditandai oleh mantapnya jaringan infrastruktur transportasi serta
berkembangnya jaringan jalan ke pusat-pusat kegiatan; terpenuhinya
pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga
elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan dapat tercapai,
terselenggaranya pelayanan pos dan telematika yang efisien dan

117
modern; terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga
keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya
air serta terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu, pengembangan infrastruktur
perdesaan akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung
pembangunan pertanian. Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi
seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem
pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan
akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa
permukiman kumuh.

4.3.5. RPJMD Ke IV (2021 – 2025)


Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan
RPJM ke-3, RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat
Sulawesi Tengah yang, maju, damai, sejahtera dan mandiri melalui
percepatan pembangunan diberbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM
berkualitas dan berdaya saing.
Kelembagaan politik dan hukum telah tercipta ditandai dengan
terwujudnya konsolidasi demokrasi yang kokoh dalam berbagai aspek
kehidupan politik serta supremasi hukum dan penegakan hak-hak asasi
manusia; terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh masyarakat.
Kondisi itu didukung oleh mantapnya ketertiban dan keamanan;
terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa yang

118
berdasarkan hukum, serta birokrasi yang profesional dan netral;
terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat politik, dan masyarakat
ekonomi yang mandiri, serta terwujudnya kemandirian dalam konstelasi
regional dan gobal.
Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin
tinggi dan meratanya tingkat pendapatan masyarakat dengan jangkauan
lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; mantapnya sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara lain ditandai oleh
meningkat dan meratanya akses, tingkat kualitas, dan relevansi
pendidikan seiring dengan makin efisien dan efektifnya manajemen
pelayanan pendidikan; meningkatnya kemampuan Iptek; meningkatnya
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya tumbuh
kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak; dan
terwujudnya kesetaraan gender; bertahannya kondisi dan penduduk
tumbuh seimbang. Sejalan dengan tingkat kemajuan bangsa, sumber
daya manusia diharapkan berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan
dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat yang beragama,
beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
toleran terhadap keberagaman, bergotong royong, patriotik, dinamis
dan berorientasi Iptek. Kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat
makin mantap dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
fungsi lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas
kehidupan sehingga masyarakat mampu berperan sebagai penggerak
bagi konsep pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

119
Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya
saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan
antara industri, pertanian, kelautan dan sumber daya alam, dan sektor
jasa. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata, serta
berfungsi dengan baik.
Kondisi itu didukung oleh keterkaitan antara pelayanan pendidikan, dan
kemampuan Iptek yang makin maju sehingga mendorong perekonomian
yang efisien dan produktivitas yang tinggi; serta berkembangnya usaha
dan investasi dari perusahaan-perusahaan baik dalam negeri maupun
modal asing dalam rangka peningkatan perekonomian daerah. Sejalan
dengan itu, pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan
berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada
tahun 2025 mencapai kesejahteraan setara dengan propinsi lainnya
berpendapatan menengah dengan tingkat pengangguran terbuka dan
jumlah penduduk miskin yang makin rendah. Kondisi maju dan sejahtera
makin terwujud dengan terselenggaranya jaringan transportasi pos dan
telematika yang andal bagi seluruh masyarakat yang menjangkau seluruh
wilayah; tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah
tangga; serta terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung
oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan,
efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman
kumuh.
Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan,
keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam terus dipelihara
dan dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya

120
saing serta meningkatkan modal pembangunan daerah pada masa yang
akan datang.
Dalam mewujudkan kondisi tersebut di atas diperlukan
kesinambungan perencanaan pembangunan pada tahapan selanjutnya
yaitu perencanaan pembangunan jangka panjang tahap II yaitu 2025 –
2045.

121
BAB V
KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Propinsi


Sulawesi Tengah Tahun 2005–2025 merupakan kerangka landasan
penyelenggaraan pembangunan secara terencana dan berkelanjutan serta
menjadi pedoman umum penyusunan perencanaan pembangunan
daerah oleh seluruh aparat dan lembaga pemerintah daerah, masyarakat
dan dunia usaha di daerah.
RPJP Daerah ini juga menjadi arah dan pedoman di dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) lima
tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) setiap tahunnya,
selain itu juga menjadi koridor dalam penyusunan visi dan misi serta
program calon kepala daerah yang akan dituangkan dalam perencanaan
pembangunan jangka menengah.
Keberhasilan pembangunan dalam mewujudkan visi dan misi
pembangunan daerah Sulawesi Tengah membutuhkan aktualisasi peran
aktif seluruh masyarakat serta sikap mental, tekad dan semangat serta
ketaatan dan disiplin penyelenggaran pemerintah daerah serta seluruh
rakyat Sulawesi Tengah.
Berdasarkan latar belakang, pengertian , kedudukan dan fungsi
dalam sistem perencanaan pembangunan daerah serta maksud dan
tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Sulawesi Tengah dibutuhkan langkah langkah sebagai berikut:

122
a. Gubernur Sulawesi Tengah berkewajiban melaksanakan materi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah secara konsisten
dan bertanggungjawab dengan memanfaatkan secara tepat dan
terarah semua potensi pembangunan yang dimiliki, berdaya guna
dan berhasilguna serta berkelanjutan.
b. Sebagai wujud dari upaya mengaktualisasikan dan
memperjuangkan aspirasi masyarakat serta mengontrol kinerja
pemerintah daerah, Dewan Perwakilan Rakyat daerah Propinsi
Sulawesi Tengah memiliki kewenangan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaannya.
c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sulawesi Tengah
menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah dan menjadi acuan penyusunan Rencana Jangka
Panjang Daerah Kabupaten /Kota, serta menjadi dasar penyusunan
perencanaan lainnya yang dilakukan oleh intansi pemerintah
daerah, masyarakat dan kalangan lembaga swadaya masyarakat
serta dunia usaha dan berkewajiban melaksanakan sesuai tugas
pokok dan fungsinya masing masing.
d. Agar pembangunan daerah Sulawesi Tengah dapat mewujudkan
visi dan misi yang disepakati, maka perencanaan pembangunan
harus lebih proaktif, aspiratif, akomodatif dan partisipatif terhadap
kebutuhan dan potensi masyarakat, sinergi antarpelaku
pembangunan, lintas kabupaten/ kota, antarwilayah dan kawasan
pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kesamaan pola
pikir dan pola tindak guna mewujudkan koordinasi dan
keterpaduan perencanaan dalam pelaksanaan pembangunan.

123
Untuk itu perlu kemampuan aparat dan kelembagaan pemerintah
daerah yang amanah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan.
e. Tahun 2025 adalah merupakan masa transisi dari perencanaan
jangka panjang Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, dimana akan
disusun kembali perencanaan pembangunan jangka panjang
daerah Propinsi Sulawesi Tengah untuk periode 2025 – 2045.
Untuk itu kepada kepala daerah pada periode tahun 2025
diharapkan agar menyusun RPJPD Sulawesi Tengah Tahun 2025 –
2045 untuk kesinambungan dari perencanaan pembangunan
Sulawesi Tengah dengan memperhatikan kondisi daerah serta
capaian pembangunan tahun – tahun sebelumnya.

GUBERNUR SULAWESI TENGAH


TTD + CAP

H.B. PALIUDJU

124
MATRIKS"TAHAPAN"PRIORITAS"PEMBANGUNAN"RPJMD"DALAM"RPJPD"2005"–"2025"

BIDANG'PEMBANGUNAN' 2006'/'2011' 2011'/'2016' 2016'/'2021' 2021'/'2025'


1. PENDIDIKAN" 1. Percepatan"penuntasan"wajib" 1. Peningkatan"angka"melek" 1. Penuntasan"program"wajib" 1. Tuntas"Program"Wajib"
belajar"9"tahun" huruf"dan"rataPrata"lama" belajar"12"tahun" Belajar"12"Tahun"
2. Rintisan"wajib"belajar"12" sekolah" 2. Peningkatan"daya"tampung" 2. Penegembangan"kurikulum"
tahun" 2. Akselesrasi"Program"Wajib" pada"lembagaPlembaga" berbasis"kompetensi"yang"
3. Pemberantasan""buta"aksara" Belajar"12"Tahun"di"kota" PAUD." dipadukan"dengan"muatanP
terpilih" 3. Pendidikan"keterampilan" muatan"kurikulum"
3. Peningkatan"pemenuhan" dan"penguasaan" internasional"
tenaga"kependidikan,"sarana" multimedia"bagi" 3. Meningkatkan"kehidupan"
dan"prasarana"dan" masyarakat,"khususnya" ekonomi"masyarakat"melalui"
peningkatan"kesejahteraan" masyarakat"perdesaan" kegiatankewirausahaan"
pendidik"secara"bertahap" 4. Peningkatan"upaya" dengan"multimedia"
4. Pengembangan"sekolah" kerjasama"dengan" 4. Peningkatan"kualitas"dan"
kejuruan"berbasis" perguruan"tinggi,"dengan" kuantitas"implementasi"hasil"
kompetensi"dan"keunggulan" pemberian"beasiswa"dan" penelitian"dan"
lokal." implementasi"hasilPhasil" pengembangan"perguruan"
penelitian"perguruan"tinggi" tinggi"yang"selaras"dengan"
bagi"pembangunan" prioritas"pembangunan"
daerah"
5. KESEHATAN" 1. Peningkatan"derajat" 1. Peningkatan"angka"harapan" 1. Peningkatan"kualitas"dan" 1. Peningkatan"upaya"
kesehatan" hidup" kuantitas"tenaga" pencegahan,"
2. Penurunan"angka"kematian" kesehatan" pemberantasan"dan"
ibu"dan"bayi" 2. Peningkatan"pelayanan" pengendalian"penyakit"
kesehatan"terutama"ibu" menular"serta"tidak"
dan"anak"serta" menular."
peningkatan"kualitas"dan" 2. Pengembangan"dan"
kuantitas"sarana"dan" penguatan"system"
prasarana"pelayanan" kesehatan"
kesehatan" 3. Peningkatan"partisipasi"
masyarakat"dalam"
meningkatkan"derajat"
kesehatan"

1"
"
6. KEAGAMAAN" 1. Mewujudkan"kerukunan" 1. Pengembangan"fungsi"dan" 1. Pemantapan"fungsi"dan" 1. Peningkatan"fungsi"dan"
hidup"inter"dan"antarumat" peran"Forum"kerukunan" peran"Forum"kerukunan" peran"Forum"kerukunan"
beragama" umat"beragama"(FKUB)" umat"beragama"(FKUB)" umat"beragama"(FKUB)"
2. Peningkatan"pemahaman"dan"
pengamalan"agama"
7. KEBUDAYAAN" 1. Identifikasi"nilaiPnilai" 1. Pelestarian"nilaiPnilai" 1. Mengembangkan"nilaiPnilai" 1. Penguatan"nilaiPnilai"
tradisional"dan"kearifan"lokal" tradisional"dan"kearifan"lokal" tradisional"dan"kearifan" tradisional"dan"kearifan"lokal"
lokal"
8. KETENAGAKERJAAN" Peningkatan"kompetensi"dan" 1. Peningkatan"sarana," 1. Peningkatan"sarana,"1. Peningkatan"sarana,"
daya"saing" prasarana"dan"kurikulum" prasarana"dan"kurikulum"
prasarana"dan"kurikulum"
pelatihan"tenaga"kerja"yang" pelatihan"tenaga"kerja"pelatihan"tenaga"kerja"yang"
berbasis"peluang"kerja"dan" yang"berbasis"peluang" berbasis"peluang"kerja"dan"
potensi"lokal"serta" kerja"dan"potensi"lokal"
potensi"lokal"serta"
kewirausahaan" serta"kewirausahaan" kewirausahaan"
2. Pemantapan"unsure" 2. Pemantapan"unsure" 2. Menumbuhkembangkan"
tripartite"untuk" tripartite"untuk" pelaksanaan"hubungan"
menciptakan"peningkatan" menciptakan"peningkatan"
industrial"untuk"
produktivitas,"kualitas"dan" produktivitas,"kualitas"dan"
menciptakan"peningkatan"
peningkatan"kesejahteraan" peningkatan"kesejahteraan"
produktivitas,"kualitas"dan"
pekerja" pekerja" peningkatan"kesejahteraan"
pekerja"
"
9. PEMUDA"DAN"OLAHRAGA" 1. Mengoptimalkan"peran" 1. Pembangunan"sarana"utama" 1. Penyiapan"kemandirian" 1. Upaya"pencapaian"
lembaga"kepemudaan" oahraga" pemuda" kemandirian"pemuda"yang"
2. Meningkatkan"prestasi" 2. Peningkatan"ruang"public" 2. Pencanangan"budaya" mampu"mensejahterakan"
olahraga" berolahraga" gerak"pada"semua"lapisan" dirinya"juga"mampu"
masyarakat" berkontribusi"secara"nyata"
bagi"peningkatan"
kesejahteraan"masyarakat"
2. Mempertahankan"
kerunggulan"olehraga"
10. PEMBERDAYAAN"PEREMPUAN" 1. Penyelenggaraan"advokasi"yg" 1. Peningkatan"upaya" 1. Peningkatan"upaya" 1. Peningkatan"upaya"
DAN"PERLINDUNGAN"ANAK" berhubungan"dengan" pemberdayaan"perempuan" pemberdayaan"perempuan" pemberdayaan"perempuan"
pengarusutamaan"gender" berbasis"kemandirian" berbasis"kemandirian" berbasis"kemandirian"

2"
"
ekonomi,"pendidikan"dan" ekonomi,"pendidikan"dan" ekonomi,"pendidikan"dan"
kesehatan" kesehatan" kesehatan"
2. Pencegahana"kekerasan" 2. Pencegahana"kekerasan" 2. Pencegahana"kekerasan"
dalam"rumah"tangga," dalam"rumah"tangga," dalam"rumah"tangga,"
pengembangan"partisipasi" pengembangan"partisipasi" pengembangan"partisipasi"
lembaga"sosial"masyarakat" lembaga"sosial"masyarakat" lembaga"sosial"masyarakat"
dalam"penenganan"masalah" dalam"penenganan" dalam"penenganan"masalah"
perempuan"dan"anak" masalah"perempuan"dan" perempuan"dan"anak"
anak"
11. SOSIAL" 1. Peningkatan"kualitas"dan" 1. Peningkatan"kualitas"dan" 1. Peningkatan"kualitas"dan" 1. Peningkatan"kualitas"dan"
kuantitas"kesejahteraan"sosial" kuantitas"kesejahteraan" kuantitas"kesejahteraan" kuantitas"kesejahteraan"
perseorangan,"keluarga," sosial"perseorangan," sosial"perseorangan," sosial"perseorangan,"
kelompok"dan"komunitas" keluarga,"kelompok"dan" keluarga,"kelompok"dan" keluarga,"kelompok"dan"
masyarakat" komunitas"masyarakat" komunitas"masyarakat" komunitas"masyarakat"
2. Peningkatan"penggalian" 2. Peningkatan"penggalian" 2. Peningkatan"penggalian" 2. Peningkatan"penggalian"
potensi"sumber"kehidupan" potensi"sumber"kehidupan" potensi"sumber"kehidupan" potensi"sumber"kehidupan"
penyandang"masalah" penyandang"masalah" penyandang"masalah" penyandang"masalah"
kesejahteraan"sosial"(PMKS)" kesejahteraan"sosial"(PMKS)" kesejahteraan"sosial" kesejahteraan"sosial"(PMKS)"
(PMKS)"
12. IPTEK" 1. Penggalangan"kerjasama" 1. Pendayagunaan"dan" 1. Peningkatan""kerjasama" 1. Pemantapan""kerjasama"
antara"lembagaP"lembaga" pengembangan"hasilPhasil" dengan"lembaga"penelitian" dengan"lembaga"penelitian"
penelitian"dan"perguruan" penelitian"terapan"" internasional"dalam" internasional"serta"
tinggi"dengan"pemda." penciptaan"teknologi"tepat" pengembangan"ekoomi"
guna" sebagai"hasil"pnerapan"
teknologi"tepat"guna"
13. INDUSTRI"DAN"PERDAGANGAN" 1. Revitalisasi,"konsolidasi"dan" 1. Peningkatan"peran"sektor" 1. Penciptaan"linkungan" 1. Perkuatan"potensi"industry,"
restrukturisasi"struktur" industry"kecil"dan"menengah" usaha""yang"nyaman"dan" penciptaan"kesempatan"
industry" dalam"struktur"industry" kondusif,"pengembangan" kerja"dalam"jumlah"besar"
2. Penataan"system"pemasaran" 2. Peningkatan"industry"antar" kemampuan"inovasi." dan"
dan"sarana"distribusi"barang" industry" 2. Peningkatan"kemampuan" 2. Mengoptimalkan"
serta"perintisan"pembentukan" 3. Mengoptimalkan"pasar" sumberdaya"industry"dan" pendayagunaan"potensi"
KEK" dalam"negeri" pengembangan"industry" dalam"negeri"serta"
kecil"yang"tangguh." perluasan"jaringan"
3. Perluasan"kawasan" perdagangan"luar"negeri"

3"
"
perdagangan"ekspor,"
penataan"distribusi"barang"
4. Pemberdayaan"produk"
dalam"negeri"dan"
pengembangan"pasar"
dalam"negeri"
14. PERTANIAN"DAN"KELAUTAN" 1. Penguatan"Sub"Sistem" 1. Peningkatan"kesejahteran" 1. Pemantapan"mutu"melalui" 1. Integrasi"vertical"dan"
Agribisnis" petani" pengembangan"teknologi" integrasi"horizontal"dalam"
2. Pembenahan"TPI/PPI," 2. Perbaikan"infrastruktur" pertanian"hulu"sampai" system"pertanian."
pemberdayaan"masyarakat" pendudkung"pertanian" hilir." 2. Pengembangan"perikanan"
pengolah,"" 3. Pengembangan"perikanan" 2. Penumbuhan"dan" komersial""
komersial" pengawasan"perikanan" 3. Pengembangan"perikanan"
komersial" rekreasi"
3. Pengembangan"perikanan" 4. Pengembangan"wisata"
rekreasi" kelautan"dan"
pengembangan"ekoP
konservasi"
15. KEPARIWISATAAN" 1. Penataan"obyek"dan"daya" 1. Peningkatan"keuanggulan" 1. Penciptaan"destinasi" 1. Pemantapan"kinerja"
tarik"wisata" daya"taris"wisata" pariwisata" pemangku"kepentingan"
2. Pngembangan"pariwisata" 2. Peningkatan"kualitas"sarana" pariwisata"
berbasis"masyarakat" dan"prasarana"pariwisata" 2. Pengembangan"
3. Peningkatan"infrastruktur" dengan"standar" kelembagaan"parisiwsata"
pendukung"pariwisata" internasional" dan"penataan"destinasi"
periwista"serta"penciptaan"
daya"taris"wisata"
16. KUMKM" 1. Penyiapan"pranata"KUMKM" 1. Optimalisasi"sumberdaya" 1. Peningkatan"kualitas"serta" 1. Pengembangan"jaringan"
produktif"melalui" kehandalan"KUKM"dengan" kelembagaan"KUKMK"
peningkatan"pemberdayaan" meningkatkan" melalui"pola"kemitraan"yang"
KUMKM" produktifitas"dan"efesiensi" tersinergi,"kebersamaan,"
2. Pengembangan"incubator" dalam"melakukan"aktifitas" kesetiakawanan"yang"harus"
KUMKM" bisnis" dilakukan"oleh"semua"
komponen"terkait"denan"
pengembangan"KUKMK"
17. INVESTASI" 1. Penyiapan"prasarana"dan" 1. Mempertahankan" 1. Peningfkayan"dan" 1. Pengembangan"investasi"

4"
"
sarana"iklim"investasi," keberadaan"investasi"yang" pemantapan"regulasi" yang"memiliki""daya"saing"
inventarisasi"potensi"investasi" ada"dan"menarik"investasi" dibidang"investasi"serta" dengan"basis"ilmu"dan"
serta"promosi"investasi" baru" memperluas"kerjasama" teknologi"
investasi"dengan"provinsi"
lainnya."
18. ENERGI" 1. Penyiapan"pranata"dalam" 1. Penyiapan"desain"dan" 1. Mendorong"kehandalan" 1. Mantapnya"desa"mandiri"
pengelolaan"energy" rencana"induk"energy" pasokan"listrik." energy."
regional" 2.Terciptanya"desa"mandiri" 2. Mantapnya"infrastruktur"
2. Pengembangan"desa" energi" energy"
mandiri"energy" 3.Mencari"cadangan"energy" 3. Meningkatnya"investasi"
terbarukan" swasta"dalam"
4.Mengembangkan"energy" pengembangan"energy"
alternative"lainnya"dan" alternative"
sumber"panas"bumi"dal" 4. Meningkatkan"kemampuan"
lainnya" masyarakat"dalam"
pengusahaan"energi""
19. INFRASTRUKTUR"WILAYAH" 1. Penyiapan"pranata" 1. Melanjutkan"pembangunan" 1. Percepatan"pembangunan" 1. Pemantapan"pengelolaan"
pendukung"pengembangan" infrastrutur"wilayah"strategis" infrastruktur"wilayah" infrastruktur"wilayah"dan"
infrastruktur" yang"telah"direncanakan" dengan"meningkatkan" meningkatkan"keberlanjutan"
2. Memantapkan"infrastruktur" kemampuan"kelembagaan" pemanfaatan"infrastruktur"
yang"telah"ada" pengelola." terbangun,"dengan"tetap"
3. Mengembangkan"system" 2. " meningkatkan"kualitas"
transportasi"massal" kemitraan"antara"
pemerintah"dengan"swasta"
"
20. SUMBERDAYA"ALAM"DAN" 1. Pengelolaan"sumberdaya" 1. Pengendalian"pencemaran" 1. Peningkatan"peran"aktif" 1. Mempertahankan"secara"
LINGKUNGAN"HIDUP" alam"dan"dan"pelestarian" dan"krusakan"lingkungan" masyarakat"dalam" konsisten"upaya"untuk"
fungsi"lingkungan" dengan"menerapkan" pengelolaan"lingkungan" melestarikan"kualitas"dan"
teknoloi"ramah"lingkungan" 2. Menjaga"dya"dukung" fungsi"lingkungan"
2. Melakukan"penataan" lingkungan"yang"memadai" 2. Memperkuat"ketahanan"
lingkungan"kawasan"pesisir" bagi"proses"pembangunan" masyarakat"kawasan"resiko"
dan"laut"yang"terintegrasi" bencana,"serta"penataan"
dengan"kawasan"darat" kawasan"rawan"bencana""
21. KEPENDUDUKAN" 1. Pengendalian"pertumbuhan" 1. Peningkatan"kuantitas" 1. Peningkatan" 1. Kemandirina"keluarga"

5"
"
penduduk" akseptor"dan"kualitasnya" pemberdayaan"keluarga" 2. Peningkatan"kualitas"data"
2. Penataan"penyelenggaraan" berkualitas,"pemantapan" penduduk""
system"administrasi" sistim"administrasi" 3. Peningkatan"persebaran"
kependudukan"dan" kependudukan." penduduk"sesuai"dengan"
penataan"persebaran" 2. Peningkatan"persebaran" potensinya"serta"
penduduk" penduduk"sesuai"dengan" penyelenggaraan"program"
potensinya"serta" transmigrasi"
penyelenggaraan"program"
transmigrasi"
22. POLITIK" 1. Penguatan"semangat" 1. Pemantapan"kehidupan" 1. Perwujudan"demokrasi" 1. Membangun"consensus"
kebangsaan,"pemahaman"hak" demokratis,"pemantapan" pada"proses"politik," antar"pemangku"
dan"kewajiban"dalm" semangat"kebangsaan," pemantaan"semangat" kepentingan"dalam"
kehidupan"berdemokrasi," pemantapan"peran"dan" kebangsaan." penerapan"demokrasi"
penguatan"peran"dan"fungsi" fungsi"partai"politik" 2. Membangun"kemandirin" 2. Penataan"daerah"otonomi"
partai"politik"dan"legislative," " partai"pollitik"dan" serta"penguatan"kerjasama"
peingkatan"peran"masyarakat" pemantapan"peran" antar"institusi"
daam"demokrasi,"penguatan" masyarakat"madani"
lembaga"legislative"serta" 3. Perluasan"akses"partisipasi"
pengembanan"kemitraan" publik"
eksekutif"dan"legislative"
23. HUKUM"DAN"HAM" 1. Penataan"hukum"daerah"serta" Penataan"hukum"daerah"untuk" 1. Penguatan"penerapan" 1. Pemantapan"pelaksanaan"
penciptaan"landasan"hukum" memperkuat"otonomi"daerah" produk"hukum" peraturan"perundangan"dan"
untuk"memperkuat"otonomi" dan"penyelenggaraan" 2. Mewujudkan"harmonisasi" harmojisasi"produk"hukum"
daerah" pemerintahan" produk"hukum"yang" dari"sisi"substansi,"
memihak"kepentingan" pelaksanaan,"dan"penegakan"
masyarakat" hukum"
3. Membangun"kepercayaan" 2. Membangun"kepercayaan"
terhadap"aparat"hukum" terhadap"aparat"hukum"dan"
dan"lembaga"peradilan" lembaga"peradilan"
24. KETERTIBAN"DAN"KEAMANAN" 1. Mewujudkan"rasa"tentram" 1. Membangun" senergi" 1. Meminimalkan"gangguan" 1. Mewujudkan"dan"
dan"suasana"tertib." penyelenggaraan" keamanan" keamanan"dan"ketertiban" memelihara"kondisi"yang"
dan"ketertiban"masyarakat" masyarakat." dapat"memberikan"rasa"
2. Pencegahan" gangguan" 2. Mengoptimalkan"potensi" aman,"tenteram,"kepastian"
terhadap" keamanan" dan" masyarakat"dalam" hukum"dan"bebas"dari"rasa"

6"
"
ketertiban" masyarakat" serta" memelihara"keamanan"dan" takut"baik"secara"fisik"
membangun" masyarakat" ketertiban"masyarakat" maupun"psikis"
patuh"hukum" yang"berbasis"pada" 2. Peningkatan""pelayanan"
masyarakat"patuh"hukum" potensi"keamanan"
serta"peningkatan" masyarakat"dalam"
pelayanan"keamanan"dan" mewujudkan"ketentraman"
perlindungan"masyarakat" dan"ketertiban"masyarakat"
dari"berbagai"gangguan"
25. APARATUR"DAN"PELAYANAN" 1. Peningkatan"kompetensi"dan" 1. Penataan"organisasi" 1. Pemantapan" 1. Pemantapan"
PUBLIK" profesionalisme"pegawai." perangkat"daerah" profesionalisme"aparatur" profesionalisme"aparatur"
2. Penyelenggaraan"pelayanan" yang"didukung"oleh" yang"didukung"oleh"
public"secara"bertahap"" penataan"system"dan" penataan"system"dan"
prosedur"serta"standarisasi" prosedur"serta"standarisasi"
kualitas"pelayanan," kualitas"pelayanan,"
pemantapan"teknologi" pemantapan"teknologi"
Informasi"dan"komunikasi" Informasi"dan"komunikasi"
26. KEUANGAN"DAERAH" 1. Peningkatan"efektifitas"dan" 1. Peningkatan"pelayanan" 1. Peningkatan"daya"guna" 1. Pemantapan"upaya"yang"
dayaguna"keuangan"daerah" kepada"masyarakat"wajib" kekayaan"dan"asset"daerah" telah"dilakukan"dengan"
pajak"dan"retribusi." 2. Optimalisasi"kinerja" terus"mendorong"peranan"
2. Optimalisasi"kinerja"" organisasi"perangkat" sektor"swasta"dalam"
organisasi"perangkat"daerah" daerah"dalam"pengelolaan" berkontribusi"meningkatkan"
penghasil" belanja"daerah,"penerapan" kesejahteraan"masyaakat"
konsentrasi"kewilayahan"
dalam"pembangunan"
daerah,"dan"menjaga"
kesinambungan"fiscal"
daerah"
27. TATA"RUANG" 1. Mewujudkan"peninkatan"daya" 1. Penyiapan"petunjuk" 1. Koordinasi"dalam"konteks" 1. Pembangunan"wilayah"
dukung"dan"daya"tampung" pelaksanaan"RTRWP." pengaturan,"pembinaan," semakin"merata""
lingkungan" 2. Koordinasi"dalam"konteks" pelaksanaan"dan" 2. Koordinasi"penataan"ruang"
pengaturan,"pembinaan," pengawasan"penataan" telah"sesuai"dengan"RTRWP"
pelaksanaan"dan" ruang"antar"provinsi" 3. Infrastruktur"data"spasial"
pengawasan"penataan"ruang" dengan"kabupaten/kota" telah"dapat"digunakan"
antar"provinsi"dengan" 2. Penggunaan"data"dan" dengan"mantap"dalam"

7"
"
kabupaten/kota" Informasi"spasial"yang" mendukung"pelaksanaan"
mutakhir"serta"operasional" penataan"ruang"
dalam"kerangka" "
pengembangan"
infrstruktur"data"spasial"
"

8"
"

Anda mungkin juga menyukai