Anda di halaman 1dari 176

BAB III

STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

3.1 KERANGKA DASAR KURIKULUM


Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan
karakteristik sebagai berikut.
1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai
situasi di sekolah dan masyarakat;
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar;
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetahuan, dan keterampilan;
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi
inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi
(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan
proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti;
6. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas penerapan
kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang diwujudkan
dengan menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem masyarakat.
3.1.1 Landasan Filosofis
Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut:
a. Pendidikan yang dilaksanakan berakar pada budaya bangsa maupun
kearifan lokal untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan
masa mendatang.
b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
c. Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual
dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.
d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan
yang lebih baik daripada masa lalu melalui peningkatan kemampuan
intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian,
dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan
bangsa yang lebih baik (experimentalism and social
reconstructivism).
3.1.2 Landasan Sosiologis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan
akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka
memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara,
sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional.
Perkembangan bangsa Indonesia tidak mungkin lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini
dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat,
dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada
tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus.
3.1.3 Landasan Pedagogis
Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perwujudan konsepsi pendidikan yang bersumbu pada perkembangan
peserta didik beserta konteks kehidupannya sebagaimana dimaknai
dalam konsepsi pedagogik transformatif. Konsepsi ini menegaskan
bahwa kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan
peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan
mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan
dan jamannya.
Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain
mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban
manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta didik
sepanjang hayat.
3.1.4 Landasan Teoritis
Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan
berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum
berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan
guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan
berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan
(2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh
peserta didik menjadi hasil kurikulum.
3.1.5 Landasan Yuridis
Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset
dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2022 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan
Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2022 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan
Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 7 tahun
2022 tentang Standar Isi. Lebih lanjut, pengembangan Kurikulum 2013
diamanatkan oleh Rencana Pendidikan Pendidikan Menengah Nasional
(RJPMN). Landasan yuridis pengembangan Kurikulum 2013 lainnya
adalah Instruksi Presiden Republik Indonesia tahun 2010 tentang
Pendidikan Karakter, Pembelajaran Aktif dan Pendidikan
Kewirausahaan.
3.2 STRUKTUR KURIKULUM
Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi
Nomor 262/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka
Pemulihan Pembelajaran menyatakan bahwa struktur kurikulum pada
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan
utama, yaitu: 1. pembelajaran intrakurikuler; dan 2. projek penguatan profil
pelajar Pancasila.
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler untuk setiap mata pelajaran
mengacu pada capaian pembelajaran. Kegiatan projek penguatan profil pelajar
Pancasila ditujukan untuk memperkuat upaya pencapaian profil pelajar
Pancasila yang mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan.
Pada pelaksanaan kurikulum 2013, muatan kurikulum sesuai dengan
pasal 37 Undang-Undang Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Permendikbud No. 21 tahun 2016. Struktur kurikulum merupakan
sekelompok matapelajaran yang dapat diikuti dan diambil selama peserta
didik menempuh pendidikan seperti tertuang dalam PP No. 32 tahun 2013,
Pasal 77 B ayat (1) Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian
Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata pelajaran,
dan beban belajar pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan,
dalam ayat (4). Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan menengah
terdiri atas: a) muatan umum; b) muatan peminatan akademik; c) muatan
akademik kejuruan; dan d) muatan pilihan lintas minat/peminatan.
3.2.1 Kompetensi Inti
Kompetensi Inti Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik
SMA/MA pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk
setiap kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai
kompetensi dasar antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat
dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai kompetensi dasar pada
mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMA/MA dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Deskripsi Kompetensi Inti Jenjang SMA/MA
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
Sikap Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang
dianutnya.

Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku


a. jujur,
b. disiplin,
c. santun,
d. peduli (gotong royong, kerja sama,
toleran, damai),
e. bertanggung jawab,
f. responsif, dan
g. pro aktif,
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam
sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan
internasional.
Pengetahuan 3. memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat
teknis, spesifik, detail, dan kompleks
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
a. ilmu pengetahuan,
b. teknologi,
c. seni,
d. budaya, dan
e. humaniora,
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah,
dan menyaji secara:
a. efektif,
b. kreatif,
c. produktif,
KOMPETENSI
DESKRIPSI KOMPETENSI
INTI
d. kritis,
e. mandiri,
f. kolaboratif,
g. komunikatif, dan
h. solutif,
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah,
serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan
kaidah keilmuan.

3.2.2 Mata Pelajaran


Struktur Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum
Kelompok A, mata pelajaran umum Kelompok B, dan mata pelajaran
peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik
Kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan mata pelajaran Lintas minat Ilmu
Pengetahuan Sosial serta lintas minat Bahasa dan Budaya.
a. Mata Pelajaran Umum
Mata pelajaran umum kelompok A merupakan program kurikuler
yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik sebagai
dasar penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Mata pelajaran umum kelompok B merupakan program kurikuler
yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan peserta didik terkait
lingkungan dalam bidang sosial, budaya, dan seni.
b. Mata Pelajaran Peminatan Akademik
Mata pelajaran peminatan akademik kelompok C merupakan
program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi
sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan
peserta didik sesuai dengan minat, bakat dan/atau kemampuan
akademik dalam sekelompok mata pelajaran keilmuan.
Tabel 3.2 Mata Pelajaran Peminatan
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
3 Bahasa dan Sastra Jepang 3 4 4
4 Antropologi 3 4 4
Mata pelajaran Pilihan
Pilihan lintas minat dan/atau
6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
pendalaman minat
Bimbingan TIK 2

3.2.3 Alokasi Waktu.


Tahun pelajaran 2023/2024 SMAIT AT-TAQWA menggunakan
sistem kredit semester (SKS) yang mengacu pada Kurikulum 2013
untuk Kelas X, XI dan XII sebagai berikut:
Tabel 3.3 Alokasi Waktu Per Minggu Mata Pelajaran
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
MATA PELAJARAN X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi
3 3 3
Pekerti
2. Pendidikan Pancasila dan
2 2 2
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3 3 3
Kesehatan
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
MATA PELAJARAN X XI XII
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
10. Bahasa Jawa 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B
per minggu 26 26 26
KELOMPOK C (PEMINATAN)
Mata pelajaran peminatan akademik 9 atau 12 atau
12 atau 16
12 16
Mata pelajaran pilihan lintas minat
6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
dan/atau pendalaman minat
Jumlah jam pelajaran kelompok A, B,
44 46 46
dan C per minggu
Keterangan:
 Mata pelajaran Kelompok A dan C merupakan kelompok mata
pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat.
 Mata pelajaran Kelompok B merupakan kelompok mata pelajaran
yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat dan dapat
dilengkapi dengan muatan/konten lokal.
 Mata pelajaran Kelompok B dapat berupa mata pelajaran muatan
lokal yang berdiri sendiri.
 Muatan lokal dapat memuat Bahasa Daerah
 Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri,
maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Untuk meningkatkan ketrampilan teknologi khusus kelas X terdapat
tambahan matapelajaran bimbingan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dengan jumlah jam 2 (dua) jam/minggu.
 Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik
mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester,
aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
 Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas Pendidikan Kepramukaan
(wajib), usaha kesehatan sekolah (UKS), palang merah remaja
(PMR), dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi masing-
masing satuan pendidikan.
3.2.4 Struktur Kurikulum SMA Negeri 2 Malang
Struktur kurikulum SMA Negeri 2 Malang pada tahun pelajaran
2022/2023 sebagai berikut.

Tabel 3.4 Struktur Kurikulum untuk Kelas X


Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya
Semester/Beban
NO Mata Pelajaran (JP) JML
1 2
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 6
2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 4
3 Bahasa Indonesia 4 4 8
4 Matematika 4 4 8
5 Sejarah Indonesia 2 2 4
6 Bahasa Inggris 3 3 6
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 4
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 6
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 4
10 Bahasa Jawa 2 2 4
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Antropologi 3 3 6
12 Bahasa dan Sastra Indoensia 3 3 6
13 Bahasa dan Sastra Inggris 3 3 6
14 Bahasa Jepang 3 3 6
15 Lintas Minat 1 : 3 3 6
16 Lintas Minat 2 : 3 3 6
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 45 45 90
Bimbingan
17 Teknologi Informasi & Komunikasi 2 2 4
18 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 2 2 4
Tabel 3.5 Struktur Kurikulum untuk Kelas X
Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Semester/Beban
NO Mata Pelajaran (JP) JML
1 2
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 6
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 4
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 8
4 Matematika 4 4 8
5 Sejarah Indonesia 2 2 4
6 Bahasa Inggris 3 3 6
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 4
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 6
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 4
10 Bahasa Jawa 2 2 4
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Matematika 3 3 6
12 Biologi 3 3 6
13 Fisika 3 3 6
14 Kimia 3 3 6
15 Lintas Minat 1: 3 3 6
16 Lintas Minat 2 : 3 3 6
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 45 45 90
Bimbingan
17 Teknologi Informasi & Komunikasi 2 2 4
18 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 2 2 4

Tabel 3.6 Struktur Kurikulum untuk Kelas X


Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semester/Beban
NO Mata Pelajaran (JP) JML
1 2
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 6
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 4
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 8
4 Matematika 4 4 8
Semester/Beban
NO Mata Pelajaran (JP) JML
1 2
5 Sejarah Indonesia 2 2 4
6 Bahasa Inggris 3 3 6
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 4
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 6
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 4
10 Bahasa Jawa 2 2 4
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Geografi 3 3 6
12 Sejarah 3 3 6
13 Sosiologi 3 3 6
14 Ekonomi 3 3 6
15 Lintas Minat 1 3 3 6
16 Lintas Minat 2 3 3 6
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 45 45 90
Bimbingan
17 Teknologi Informasi & Komunikasi 2 2 4
18 Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 2 2 4

Tabel 3.7 Struktur Kurikulum untuk Kelas XI dan XII


Kelompok Peminatan Ilmu Bahasa dan Budaya
Semester/Beban (JP)
NO Mata Pelajaran 3 4 5 6 JML
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 12
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 8
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 16
4 Matematika 4 4 4 4 16
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 8
6 Bahasa Inggris 3 3 3 3 12
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 8
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 3 3 12
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 8
10 Bahasa Jawa 2 2 2 2 8
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Antropologi 4 4 4 4 16
12 Bahasa dan Sastra Indonesia 4 4 4 4 16
13 Bahasa dan Sastra Inggris 4 4 4 4 16
Semester/Beban (JP)
NO Mata Pelajaran 3 4 5 6 JML
14 Bahasa Jepang 4 4 4 4 16
15 Lintas Minat 1 4 4 4* 4* 16
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 46 46 46 46 184

Tabel 3.8 Struktur Kurikulum untuk Kelas XI dan XII


Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Semester/Beban (JP)
NO Mata Pelajaran JML
3 4 5 6
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 12
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 8
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 16
4 Matematika 4 4 4 4 16
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 8
6 Bahasa Inggris 3 3 3 3 12
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 8
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 3 3 12
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 8
10 Bahasa Jawa 2 2 2 2 8
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Matematika 4 4 4 4 16
12 Biologi 4 4 4 4 16
13 Fisika 4 4 4 4 16
14 Kimia 4 4 4 4 16
15 Lintas Minat 1 4 4 4* 4* 16
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 46 46 46 46 184

Tabel 3.9 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII


Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan
Sosial

Semester/Beban (JP)
NO Mata Pelajaran 3 4 5 6 JML
KELOMPOK A (UMUM)
1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3 3 12
Pendidikan Pancasila dan
2 2 2 2 2 8
Kewarganegaraan
3 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 16
4 Matematika 4 4 4 4 16
Semester/Beban (JP)
NO Mata Pelajaran 3 4 5 6 JML
5 Sejarah Indonesia 2 2 2 2 8
6 Bahasa Inggris 2 2 2 2 12
KELOMPOK B (UMUM)
7 Seni Budaya 2 2 2 2 8
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
8 3 3 3 3 12
Kesehatan
9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2 2 8
10 Bahasa Jawa 2 2 2 2 8
KELOMPOK C (PEMINATAN)
11 Geografi 4 4 4 4 16
12 Sejarah 4 4 4 4 16
13 Sosiologi 4 4 4 4 16
14 Ekonomi 4 4 4 4 16
15 Lintas Minat 1 4 4 4* 4* 16
JUMLAH BEBAN BELAJAR (JP) 46 46 46 46 184

3.3 PEMINATAN DAN MATA PELAJARAN PILIHAN.


Kurikulum SMA/MA dirancang untuk memberikan kesempatan kepada
peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum
memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan
peminatan dan pilihan mata pelajaran lintas minat dan/atau pendalaman minat.
Pemilihan peminatan dilakukan peserta didik saat mendaftar pada
SMA/MA berdasarkan nilai Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang sederajat,
nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat, rekomendasi guru bimbingan
dan konseling/konselor di SMP/MTs atau yang sederajat, dan hasil tes
penempatan (placement test) ketika mendaftar di SMA/MA, atau tes bakat dan
minat oleh psikolog.
Pemilihan kelompok peminatan dilakukan sejak peserta didik mendaftar
ke SMA atau setelah peserta didik diterima di SMA sesuai dengan minat, bakat
dan/atau kemampuan akademik peserta didik.
Berikut ini adalah kelompok peminatan akademik yang dapat dipilih oleh
peserta didik.
Tabel 3.10 Kelompok Peminatan Akademik SMA Negeri 2 Malang
Kelompok Peminatan Akademik
SMA Negeri 2 Malang

Bahasa dan Budaya Matematika dan Ilmu Ilmu Pengetahuan


Pengetahuan Alam
Sosial

1. Bhs & Sastra Indonesia 1. Matematika 1. Geografi


2. Bhs & Sastra Inggris 2. Biologi 2. Sejarah
3. Bhs & Sastra Jepang 3. Fisika 3. Sosiologi
4. Antropologi 4. Kimia 4. Ekonomi

Di samping peserta didik memilih kelompok mata pelajaran sebagai kelompok


peminatan akademiknya, juga diwajibkan memilih mata pelajaran sebagai mata
pelajaran lintas minat yang dipilih dari mata pelajaran di luar kelompok
peminatan pilihannya, sebagai berikut.

Tabel 3.11 Mata Pelajaran Lintas Minat Akademik SMA Negeri 2 Malang
Kelompok Lintas Minat SMA Negeri 2 Malang

Bahasa dan Budaya Matematika dan Ilmu Pengetahuan


Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Sejarah 1. Sejarah 1. Matematika


2. Geografi 2. Geografi 2. Biologi
3. Sosiologi 3. Sosiologi 3. Fisika
4. Ekonomi 4. Ekonomi 4. Kimia
5. Bhs & Sastra Jerman 5. Bhs & Sastra Indonesia 5. Bhs & Sastra Indonesia
6. Bhs & Sastra 6. Bhs. & Sastra Inggris 6. Bhs. & Sastra Inggris
Mandarin 7. Bhs & Sastra Jepang 7. Bhs & Sastra Jepang
7. Matematika 8. Bhs & Sastra Jerman 8. Bhs & Sastra Jerman
8. Biologi 9. Bhs & Sastra 9. Bhs & Sastra
9. Fisika Mandarin Mandarin
10.Kimia 10. Antropologi 10. Antropologi

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.


 Peserta didik dapat memilih mata pelajaran di luar kelompok peminatan
pilihannya, sekalipun mata pelajaran tersebut berasal dari kelompok
peminatan akademik yang tidak ada di sekolah tersebut. Contoh: sebuah
sekolah tidak memiliki kelompok peminatan Bahasa dan Budaya, namun
peserta didik dapat memilih mata pelajaran dari peminatan Bahasa dan
Budaya sebagai mata pelajaran lintas minat.
 Untuk kelas X peserta didik dapat memilih 2 mata pelajaran di luar
kelompok mata pelajaran sebagai mata pelajaran lintas minat, dan 1
mata pelajaran untuk kelas XI dan XII.
Berikut prosedur yang dilakukan di SMA Negeri 2 Malang.

Gambar 3.1 Alur Penetapan Kelas Peminatan Peserta

Didik Pindah Kelompok Peminatan


Peserta didik dapat pindah antar kelompok peminatan akademik paling
lambat tengah semester 1 (satu) berdasarkan hasil pembelajaran pada
semester berjalan dan mendapatkan rekomendasi guru BK/Konselor.
Apabila hal ini menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya maka pindah
peminatan dimungkinkan dilakukan setelah 9 minggu pembelajaran efektif.
Ketentuan ini dituangkan dalam kurikulum dan aturan akademik satuan
pendidikan. Peserta didik yang pindah kelompok peminatan harus
mengikuti program matrikulasi.
3.3.1 Ketentuan/Kriteria Peminatan
Pemilihan peminatan dilakukan peserta didik saat mendaftar pada
SMA/MA berdasarkan nilai Laporan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) atau yang
sederajat, nilai ujian nasional SMP/MTs atau yang sederajat,
rekomendasi guru bimbingan dan konseling/konselor di SMP/MTs atau
yang sederajat, dan hasil tes penempatan (placement test) ketika
mendaftar di SMA/MA, atau tes bakat dan minat oleh psikolog.
Peserta didik dapat memilih minimal 3 mata pelajaran dari 4 mata
pelajaran yang terdapat pada satu peminatan, 1 mata pelajaran yang
tidak diambil beban belajarnya dialihkan ke mata pelajaran lintas minat.
Selain mengikuti mata pelajaran di peminatan yang dipilihnya, setiap
peserta didik harus mengikuti mata pelajaran tertentu untuk lintas
minat dan/atau pendalaman minat. Bila peserta didik mengambil 3 mata
pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik tersebut
dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 9 jam pelajaran
(3 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 8 jam pelajaran (2 mata
pelajaran) di Kelas XI dan XII. Sedangkan bila peserta didik mengambil 4
mata pelajaran dari peminatan yang dipilihnya, maka peserta didik
tersebut dapat mengambil mata pelajaran lintas minat sebanyak 6 jam
pelajaran (2 mata pelajaran) di Kelas X atau sebanyak 4 jam pelajaran (1
mata pelajaran) di Kelas XI dan XII.
Di SMA Negeri 2 Malang, peserta didik boleh memilih kelompok mata
pelajaran, yakni peminatan MIPA atau IPS atau BHS. Adapun pemilihan
kelompok peminatan didasarkan pada hal berikut.
1. Angket Peserta Didik dan Orang Tua
2. Nilai Rapor SMP/MTs atau yang sederajat.
3. Nilai Akhir PPDB SMP/MTs atau yang sederajat.
4. Tes Bakat Belajar
3. Rekomendasi guru BK/Konselor di SMP/MTs atau yang sederajat.
Jika diperlukan sekolah dapat melaksanakan seleksi dengan
menambahkan hal-hal sebagai berikut.
1. Wawancara peserta didik dan/atau orang tua.
2. Tes penempatan (placement test).
3. Tes bakat dan minat atau psikotest oleh psikolog.
Ketentuan Peminatan Terlampir.
3.3.2 Pindah Peminatan
Peserta didik masih mungkin pindah peminatan paling lambat pada
pertengahan semester satu di Kelas X sepanjang daya tampung
peminatan baru masih tersedia, berdasarkan hasil pembelajaran
berjalan pada semester pertama dan rekomendasi guru bimbingan dan
konseling, Peserta didik yang pindah peminatan wajib mengikuti dan
tuntas matrikulasi mata pelajaran yang belum dipelajari sebelum
pembelajaran pada peminatan baru dimulai.
Peserta didik dapat pindah antarkelompok peminatan akademik paling
lambat akhir seemster 1 (satu) berdasarkan hasil pembelajaran pada
semester berjalan dan mendapatkan rekomendasi guru BK/Konselor.
Apabila hal ini menimbulkan kesulitan dalam pelaksanaannya maka
pindah peminatan dimungkinkan dilakukan setelah 9 minggu
pembelajaran efektif. Ketentuan ini dituangkan dalam kurikulum dan
aturan akademik satuan pendidikan. Peserta didik yang pindah
kelompok peminatan harus mengikuti program matrikulasi.
3.3.3 Ketentuan Mata Pelajaran Pilihan / Lintas Minat
Peserta didik yang mengambil Peminatan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam atau Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, lintas
minatnya harus diluar peminatan yang dipilihnya. Sedangkan peserta
didik yang mengambil Peminatan Bahasa dan Budaya, dapat mengambil
mata pelajaran lintas minat: (1) di luar; (2) di dalam; atau (3) sebagian
di dalam dan sebagian di luar, peminatan yang dipilihnya. Mata
pelajaran lintas minat yang dipilih sebaiknya tetap dari Kelas X sampai
dengan XII.
Sebagai contoh, peserta didik Kelas X yang memilih Peminatan
Bahasa dan Budaya, dapat mengambil 3 mata pelajaran yaitu Bahasa dan
Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, dan Antropologi. Lintas
minatnya dapat mengambil mata pelajaran: (1) Biologi, Fisika, dan
Kimia; (2) Geografi, Sejarah, dan Ekonomi; (3) Matematika, Sosiologi,
dan Bahasa Jerman; atau (4) Bahasa Mandarin, Bahasa Arab, dan Bahasa
Jepang. Alternatif (1), (2), dan (3) merupakan contoh lintas minat di luar
peminatan yang dipilihnya, sedangkan alternatif (4) merupakan contoh
lintas minat di dalam peminatan yang dipilihnya. Peserta didik dapat
menentukan pilihannya masing-masing, sesuai dengan sumber daya
(ketersediaan guru dan fasilitas belajar) yang dimiliki SMA/MA.
Bagi peserta didik yang menggunakan pilihan untuk menguasai
satu mata pelajaran tertentu misalnya bahasa asing tertentu, dianjurkan
untuk memilih mata pelajaran yang sama sejak Kelas X sampai Kelas XII.
Dianjurkan setiap SMA/MA memiliki ketiga peminatan. Peserta didik di
SMA/MA Kelas XII dapat mengambil mata kuliah pilihan di perguruan
tinggi yang akan diakui sebagai kredit dalam kurikulum perguruan
tinggi yang bersangkutan. Pilihan ini tersedia bagi peserta didik
SMA/MA yang memiliki kerjasama dengan perguruan tinggi terkait.
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
 Peserta didik dapat memilih mata pelajaran di luar kelompok
peminatan pilihannya, sekalipun mata pelajaran tersebut berasal
dari kelompok peminatan akademik yang tidak ada di sekolah
tersebut. Contoh: sebuah sekolah tidak memiliki kelompok
peminatan Bahasa dan Budaya, namun peserta didik dapat memilih
mata pelajaran dari peminatan Bahasa dan Budaya sebagai mata
pelajaran lintas minat.
 Untuk kelas X peserta didik dapat memilih 2 mata pelajaran di luar
kelompok mata pelajaran sebagai mata pelajaran lintas minat, dan 1
mata pelajaran untuk kelas XI dan XII.

3.4 MUATAN KURIKULUM


3.4.1 TINGKAT KOMPETENSI DAN RUANG LINGKUP.
Dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah
ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan
kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi Tingkat Kompetensi
Pendidikan. Dasar dan Tingkat Kompetensi Pendidikan Menengah.
Tingkat Kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk
mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar
Kompetensi Lulusan.
Tingkat Kompetensi merupakan kriteria capaian Kompetensi yang
bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap
jenjang pendidikan dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi
Lulusan. Tingkat Kompetensi dikembangkan berdasarkan kriteria; (1)
Tingkat perkembangan peserta didik, (2) Kualifikasi kompetensi
Indonesia, (3) Penguasaan kompetensi yang berjenjang. Selain itu
Tingkat Kompetensi juga memperhatikan tingkat
kerumitan/kompleksitas kompetensi, fungsi satuan pendidikan, dan
keterpaduan antar jenjang yang relevan.
Tingkat kompetensi yang harus dimiliki untuk jenjang SMA sebagai
berikut:
Tabel 3.12 Tabel Kompetensi jenjang SMA

KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI


Sikap Spritual Menghayati dan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya
Sikap Sosial Menghayati dan mengamalkan perilaku
1. jujur,
2. disiplin,
3. santun,
4. peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai),
5. bertanggung jawab,
6. responsif, dan
7. pro-aktif,
Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan
perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan
alamsekitar, bangsa, negara, kawasan regional,
dan kawasan internasional.
Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif pada tingkat
teknis, spesifik, detil, dan kompleks berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang
1. ilmu pengetahuan,
2. teknologi,
3. seni,
4. budaya, dan
5. humaniora
Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
Keterampilan Menunjukkan keterampilan menalar,
mengolah, dan menyaji secara:
1. efektif,
2. kreatif,
3. produktif,
4. kritis,
KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI
5. mandiri,
6. kolaboratif,
7. komunikatif, dan
8. solutif,
Dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah, serta mampu menggunakan metoda
sesuai dengan kaidah keilmuan.

Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat


kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam
kinerja guru. Standar kompetensi guru mencakup kompetensi inti
guru yang dikembangkan menjadi kompetensi guru SMA/MA sebagai
berikut:

Tabel 3.13 Tabel Kompetensi Guru Mata Pelajaran

KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
Kompetensi Pedagodik
1. Menguasai karakteristik 1.1 Memahami karakteristik peserta
peserta didik dari aspek didik yang berkaitan dengan aspek
fisik, moral, spiritual, fisik, intelektual, sosial-emosional,
sosial, kultural, emosional, moral, spiritual, dan latar belakang
dan intelektual. sosial- budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta
didik
dalam mata pelajaran yang diampu.
1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal
peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.
1.4 Mengidentifikasi kesulitan belajar
peserta didik dalam mata
pelajaran
yang diampu.
2. Menguasai teori belajar 2.1 Memahami berbagai teori belajar
dan prinsip-prinsip dan prinsip-prinsip pembelajaran
pembelajaran yang yang mendidik terkait dengan
mendidik. mata
pelajaran yang diampu.
2.2 Menerapkan berbagai pendekatan,
strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang mendidik
secara kreatif dalam mata
pelajaran yang diampu.
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
3. Mengembangkan 3.1 Memahami prinsip-prinsip
kurikulum yang terkait pengembangan kurikulum.
dengan mata pelajaran 3.2 Menentukan tujuan
yang diampu. pembelajaran
yang diampu.
3.3 Menentukan pengalaman belajar
yang sesuai untuk mencapai
tujuan
pembelajaran yang diampu.
3.4 Memilih materi pembelajaran yang
diampu yang terkait dengan
pengalaman belajar dan tujuan
pembelajaran.
3.5 Menata materi pembelajaran
secara benar sesuai dengan
pendekatan yang
dipilih dan karakteristik
peserta didik.
3.6 Mengembangkan indikator dan
instrumen penilaian.

4. Menyelenggarakan 4.1 Memahami prinsip-prinsip


pembelajaran perancangan pembelajaran
yang mendidik. yang mendidik.
4.2 Mengembangkan komponen-
komponen rancangan
pembelajaran.
4.3 Menyusun rancangan
pembelajaran yang lengkap,
baik untuk kegiatan di dalam
kelas, laboratorium, maupun
lapangan.
4.4 Melaksanakan pembelajaran yang
mendidik di kelas, di laboratorium,
dan di lapangan dengan
memperhatikan standar keamanan
yang dipersyaratkan.
4.5 Menggunakan media
pembelajaran dan sumber belajar
yang relevan dengan karakteristik
peserta didik dan mata pelajaran
yang diampu untuk mencapai
tujuan pembelajaran secara utuh.
4.6 Mengambil keputusan
transaksional dalam pembelajaran
yang diampu sesuai dengan situasi
yang berkembang.
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
5. Memanfaatkan 5.1 Memanfaatkan teknologi informasi
teknologi informasi dan komunikasi dalam
dan komunikasi pembelajaran yang diampu.
untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfasilitasi 6.1 Menyediakan berbagai kegiatan
pengembangan potensi pembelajaran untuk mendorong
peserta didik untuk peserta didik mencapai prestasi
mengaktualisasikan 6.2 secara optimal. Menyediakan
berbagai potensi yang berbagai kegiatan pembelajaran
dimiliki. untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik, termasuk
kreativitasnya.
7. Berkomunikasi secara 7.1 Memahami berbagai strategi
efektif, empatik, dan berkomunikasi yang efektif,
santun dengan peserta empatik, dan santun, secara
didik. lisan, tulisan, dan/atau
bentuk lain.
7.2 Berkomunikasi secara efektif,
empatik, dan santun dengan
peserta didik dengan bahasa yang
khas dalam interaksi
kegiatan/permainan yang
mendidik yang terbangun secara
siklikal dari (a) penyiapan kondisi
psikologis peserta didik untuk
ambil bagian dalam permainan
melalui bujukan dan contoh, (b)
ajakan kepada peserta didik untuk
ambil bagian, (c) respons peserta
didik terhadap ajakan guru, dan
(d)
reaksi guru terhadap respons
peserta didik, dan
seterusnya.
8. Menyelenggarakan 8.1 Memahami prinsip-prinsip
penilaian dan evaluasi penilaian dan evaluasi proses
proses dan hasil belajar. dan hasil belajar sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran
yang
diampu.
8.2 Menentukan aspek-aspek proses
dan hasil belajar yang penting
untuk dinilai dan dievaluasi
sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran yang diampu.
8.3 Menentukan prosedur penilaian
dan evaluasi proses dan
hasil belajar.
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
8.4 Mengembangkan instrumen
penilaian dan evaluasi proses
dan hasil belajar.
8.5 Mengadministrasikan penilaian
proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan dengan
mengunakan berbagai instrumen.
8.6 Menganalisis hasil penilaian
proses dan hasil belajar untuk
berbagai
tujuan.
8.7 Melakukan evaluasi proses
dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil 9.1 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi penilaian dan evaluasi untuk
untuk kepentingan menentukan ketuntasan
pembelajaran. belajar
9.2 Menggunakan informasi hasil
penilaian dan evaluasi untuk
merancang program remedial dan
pengayaan.
9.3 Mengkomunikasikan hasil
penilaian dan evaluasi
kepada pemangku
kepentingan.
9.4 Memanfaatkan informasi hasil
penilaian dan evaluasi
pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran.
10. Melakukan tindakan 10.1 Melakukan refleksi terhadap
reflektif untuk pembelajaran yang telah
peningkatan kualitas dilaksanakan.
pembelajaran. 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi
untuk perbaikan dan
pengembangan pembelajaran
dalam mata
pelajaran yang diampu.
10.3 Melakukan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam mata
pelajaran yang diampu.
Kompetensi Kepribadian
11. Bertindak sesuai dengan 11.1 Menghargai peserta didik tanpa
norma agama, hukum, membedakan keyakinan yang
sosial, dan kebudayaan dianut, suku, adat-istiadat,
nasional Indonesia. daerah
asal, dan gender.
11.2 Bersikap sesuai dengan norma
agama yang dianut, hukum dan
sosial yang berlaku dalam
masyarakat, dan kebudayaan
nasional Indonesia yang
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
beragam.
12. Menampilkan diri sebagai 12.1 Berperilaku jujur, tegas, dan
pribadi yang jujur, manusiawi. Berperilaku yang
berakhlak mulia, dan mencerminkan ketakwaan dan
teladan bagi peserta didik akhlak mulia.
dan masyarakat. 12.2 Berperilaku yang dapat
diteladan oleh peserta didik dan
anggota
masyarakat di sekitarnya.
13. Menampilkan diri 13.1 Menampilkan diri sebagai
sebagai pribadi yang pribadi yang mantap dan stabil.
mantap, stabil, dewasa, 13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi
arif, dan berwibawa. yang dewasa, arif, dan berwibawa.
14. Menunjukkan etos 14.1 Menunjukkan etos kerja dan
kerja, tanggung jawab tanggung jawab yang tinggi.
yang tinggi, rasa bangga 14.2 Bangga menjadi guru dan
menjadi guru, dan rasa percaya pada diri sendiri.
percaya diri. 14.3 Bekerja mandiri secara profesional.
15. Menjunjung tinggi 15.1 Memahami kode etik profesi guru.
kode etik profesi guru. 15.2 Menerapkan kode etik profesi guru.
15.3 Berperilaku sesuai dengan kode
etik profesi guru.
Kompetensi Sosial
16. Bersikap inklusif, 16.1 Bersikap inklusif dan objektif
bertindak objektif, serta terhadap peserta didik, teman
tidak diskriminatif karena sejawat dan lingkungan sekitar
pertimbangan jenis dalam melaksanakan pembelajaran.
kelamin, agama, ras, 16.2 Tidak bersikap diskriminatif
kondisi fisik, latar terhadap peserta didik, teman
belakang keluarga, dan sejawat, orang tua peserta didik
status sosial ekonomi. dan lingkungan sekolah karena
perbedaan agama, suku, jenis
kelamin, latar belakang keluarga,
dan status sosial-ekonomi.
17. Berkomunikasi secara 17.1 Berkomunikasi dengan teman
efektif, empatik, dan sejawat dan komunitas ilmiah
santun dengan sesama lainnya secara santun, empatik
pendidik, tenaga dan efektif.
kependidikan, orang tua, 17.2 Berkomunikasi dengan orang tua
dan masyarakat. peserta didik dan masyarakat
secara santun, empatik, dan efektif
tentang program pembelajaran dan
kemajuan peserta didik.
17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta
didik dan masyarakat dalam
program pembelajaran dan dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta
didik.
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
18. Beradaptasi di tempat 18.1 Beradaptasi dengan lingkungan
bertugas di seluruh tempat bekerja dalam rangka
wilayah Republik meningkatkan efektivitas
Indonesia yang sebagai pendidik.
memiliki keragaman 18.2 Melaksanakan berbagai program
sosial budaya. dalam lingkungan kerja untuk
mengembangkan dan meningkatkan
kualitas pendidikan di daerah
yang bersangkutan.
19. Berkomunikasi dengan 19.1 Berkomunikasi dengan teman
komunitas profesi sejawat, profesi ilmiah, dan
sendiri dan profesi lain komunitas ilmiah lainnya
secara lisan dan tulisan melalui berbagai media dalam
atau bentuk lain. rangka
meningkatkan kualitas
pembelajaran.
19.2 Mengkomunikasikan hasil-hasil
inovasi pembelajaran kepada
komunitas profesi sendiri secara
lisan dan tulisan maupun bentuk
lain.
20. Menguasai materi, Jabaran kompetensi Butir 20 untuk
struktur, konsep, dan masing- masing guru mata pelajaran
pola pikir keilmuan yang disajikan setelah tabel ini.
mendukung mata
pelajaran yang diampu.
21. Menguasai standar 21.1 Memahami standar kompetensi
kompetensi dan mata pelajaran yang diampu.
kompetensi dasar mata 21.2 Memahami kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu. pelajaran yang diampu.
21.3 Memahami tujuan pembelajaran
yang diampu.
22. Mengembangkan 22.1 Memilih materi pembelajaran yang
materi pembelajaran diampu sesuai dengan tingkat
yang diampu secara perkembangan peserta didik.
kreatif. 22.2 Mengolah materi pelajaran yang
diampu secara kreatif sesuai
dengan tingkat
perkembangan peserta didik.
23. Mengembangkan 23.1 Melakukan refleksi terhadap
keprofesionalan secara kinerja sendiri secara terus
berkelanjutan dengan menerus.
melakukan tindakan 23.2 Memanfaatkan hasil refleksi
reflektif. dalam rangka peningkatan
keprofesionalan.
23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas
untuk peningkatan keprofesionalan.
23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan
belajar dari berbagai sumber.
KOMPETENSI INTI
No. KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN
GURU
24. Memanfaatkan 24.1 Memanfaatkan teknologi informasi
teknologi informasi dan dan komunikasi dalam
komunikasi untuk 24.2 berkomunikasi.
mengembangkan diri. Memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi untuk
pengembangan diri.

Ruang Lingkup Kompetensi Inti Guru butir 20 untuk setiap guru mata
pelajaran dijabarkan sebagai berikut:
1. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Agama
a. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Kristen
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
c. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Katolik
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik.
d. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Hindu
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Hindu.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Hindu.
e. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Buddha
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Buddha.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.
f. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Konghucu
 Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir
ilmu-ilmu yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama
Konghucu.
 Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Konghucu.
2. Kompetensi Guru mata pelajaran PKn
a. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Memahami substansi Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi
pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), nilai dan sikap
kewarganegaraan (civic disposition), dan ketrampilan
kewarganegaraan (civic skills).
c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
3. Kompetensi Guru mata pelajaran Seni Budaya
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
(mencakup materi yang bersifat konsepsi, apresiasi, dan
kreasi/rekreasi) yang mendukung pelaksanaan pembelajaran seni
budaya (seni rupa, musik, tari, teater) dan keterampilan.
b. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang
relevan dengan pembelajaran Seni Budaya.
4. Kompetensi Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
a. Menjelaskan dimensi filosofis pendidikan jasmani termasuk
etika sebagai aturan dan profesi.
b. Menjelaskan perspektif sejarah pendidikan jasmani.
c. Menjelaskan dimensi anatomi manusia, secara struktur dan fungsinya
d. Menjelaskan aspek kinesiologi dan kinerja fisik manusia.
e. Menjelaskan aspek fisiologis manusia dan efek dari kinerja latihan.
f. Menjelaskan aspek psikologi pada kinerja manusia, termasuk
motivasi dan tujuan, kecemasan dan stress, serta persepsi
diri.
g. Menjelaskan aspek sosiologi dalam kinerja diri, termasuk
dinamika sosial; etika dan perilaku moral, dan budaya, suku, dan
perbedaan jenis kelamin.
h. Menjelaskan teori perkembangan gerak, termasuk aspek-aspek
yang mempengaruhinya.
i. Menjelaskan teori belajar gerak, termasuk keterampilan dasar dan
kompleks dan hubungan timbal balik di antara domain kognitif,
afektif dan psikomotorik.
5. Kompetensi Guru mata pelajaran Matematika
a. Menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai
sistem bilangan dan teori bilangan.
b. Menggunakan pengukuran dan penaksiran.
c. Menggunakan logika matematika.
d. Menggunakan konsep-konsep geometri.
e. Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang.
f. Menggunakan pola dan fungsi.
g. Menggunakan konsep-konsep aljabar.
h. Menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik.
i. Menggunakan konsep dan proses matematika diskrit.
j. Menggunakan trigonometri.
k. Menggunakan vektor dan matriks.
l. Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika.
m. Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti
lunak komputer, model matematika, dan model statistika.
6. Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
a. Mengoperasikan komputer personal dan periferalnya.
b. Merakit, menginstalasi, men-setup, memelihara dan melacak serta
memecahkan masalah (troubleshooting) pada komputer personal.
c. Melakukan pemrograman komputer dengan salah satu
bahasa pemrograman berorientasi objek.
d. Mengolah kata (word processing) dengan komputer personal.
e. Mengolah lembar kerja (spreadsheet) dan grafik dengan
komputer personal.
f. Mengelola pangkalan data (data base) dengan komputer personal
atau komputer server.
g. Membuat presentasi interaktif yang memenuhi kaidah
komunikasi visual dan interpersonal.
h. Membuat media grafis dengan menggunakan perangkat
lunak publikasi.
i. Membuat dan memelihara jaringan komputer (kabel dan nirkabel).
j. Membuat dan memelihara situs laman (web).
k. Menggunakan sarana telekomunikasi (telephone,
mobilephone, faximile).
l. Membuat dan menggunakan media komunikasi,
termasuk pemrosesan gambar, audio dan video.
m. Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam
disiplin atau materi pembelajaran lain dan sebagai media
komunikasi.
n. Mendesain dan mengelola lingkungan pembelajaran/sumber
daya dengan memperhatikan standar kesehatan dan keselamatan.
o. Mengoperasikan perangkat keras dan perangkat lunak
pendukung pembelajaran.
p. Memahami EULA (End User Licence Agreement) dan
keterbatasan serta keluasan penggunaan perangkat lunak secara
legal.
7. Kompetensi Guru Mata pelajaran Biologi
a. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori biologi
serta penerapannya secara fleksibel.
b. Memahami proses berpikir biologi dalam mempelajari proses
dan gejala alam.
c. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses
dan gejala alam/biologi.
d. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar
konsep) ilmu Biologi dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
e. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses
dan hukum biologi.
f. Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika kimia dan matematika
untuk menjelaskan/mendeskripsikan fenomena biologi.
g. Menjelaskan penerapan hukum-hukum biologi dalam teknologi yang
terkait dengan biologi terutama yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari.
h. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah.
i. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang
ilmu biologi dan ilmu-ilmu yang terkait.
j. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium biologi
sekolah.
k. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti
lunak komputer untuk meningkatkan pembelajaran biologi di kelas,
laboratorium dan lapangan.
l. Merancang eksperiment biologi untuk keperluan pembelajaran
atau penelitian.
m. Melaksanakan eksperiment biologi dengan cara yang benar.
n. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khusunya
biologi dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan
tersebut.
8. Kompetensi Guru mata pelajaran Fisika
a. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori fisika serta
penerapannya secara fleksibel.
b. Memahami proses berpikir fisika dalam mempelajari proses
dan gejala alam.
c. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses
dan gejala alam.
d. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar
konsep) ilmu Fisika dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
e. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan
hukum fisika.
f. Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika untuk menjelaskan
fenomena biologi, dan kimia.
g. Menjelaskan penerapan hukum-hukum fisika dalam teknologi
terutama yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
h. Memahami lingkup dan kedalaman fisika sekolah.
i. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu
fisika dan ilmu-ilmu yang terkait.
j. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium fisika sekolah.
k. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti
lunak komputer untuk meningkatkan pembelajaran fisika di kelas,
laboratorium, dan lapangan.
l. Merancang eksperimen fisika untuk keperluan pembelajaran atau
penelitian.
m. Melaksanakan eksperimen fisika dengan cara yang benar.
n. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khususnya
fisika dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan tersebut.
9. Kompetensi Guru mata pelajaran Kimia
a. Memahami konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori kimia yang
meliputi struktur, dinamika, energetika dan kinetika serta
penerapannya secara fleksibel.
b. Memahami proses berpikir kimia dalam mempelajari proses dan
gejala alam.
c. Menggunakan bahasa simbolik dalam mendeskripsikan proses dan
gejala alam/kimia.
d. Memahami struktur (termasuk hubungan fungsional antar konsep)
ilmu Kimia dan ilmu-ilmu lain yang terkait.
e. Bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan
hukum kimia.
f. Menerapkan konsep, hukum, dan teori fisika dan matematika untuk
menjelaskan/mendeskripsikan fenomena kimia.
g. Menjelaskan penerapan hukum-hukum kimia dalam teknologi yang
terkait dengan kimia terutama yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari- hari.
h. Memahami lingkup dan kedalaman kimia sekolah.
i. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan bidang ilmu
yang terkait dengan mata pelajaran kimia.
j. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan
keselamatan kerja/belajar di laboratorium kimia sekolah.
k. Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti
lunak komputer untuk meningkatkan pembelajaran kimia di kelas,
laboratorium dan lapangan.
l. Merancang eksperiment untuk keperluan pembelajaran atau
penelitian.
m. Melaksanakan eksperiment kimia dengan cara yang benar.
n. Memahami sejarah perkembangan IPA pada umumnya khusunya
kimia dan pikiran-pikiran yang mendasari perkembangan
tersebut.
10. Kompetensi Guru mata pelajaran Ekonomi
a. Memahami materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran Ekonomi.
b. Membedakan pendekatan-pendekatan Ekonomi.
c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Ekonomi.
11. Kompetensi Guru mata pelajaran Sosiologi
a. Memahami materi, struktur, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran Sosiologi.
b. Memahami angkah-langkah kerja ilmuwan sosial.
c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sosioligi.
12. Kompetensi Guru mata pelajaran Antropologi
a. Memahami materi, struktur, dan konsep pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran Antropologi.
b. Membedakan jenis-jenis Antropologi.
c. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Antropologi.
13. Kompetensi Guru mata pelajaran Geogafi
a. Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan
objek geografi.
b. Membedakan pendekatan-pendekatan geografi.
c. Menguasai materi geografi secara luas dan mendalam
d. Menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi
14. Kompetensi Guru mata pelajaran Sejarah
a. Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek Sejarah.
b. Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah.
c. Menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam.
d. Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sejarah.
15. Kompetensi Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
a. Memahami konsep, teori, dan materi berbagai aliran linguistik
yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
b. Memahami hakekat bahasa dan pemerolehan bahasa.
c. Memahami kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.
d. Menguasai kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
e. Memahami teori dan genre sastra Indonesia.
f. Mengapresiasi karya sastra secara reseptif dan produktif.
16. Kompetensi Guru mata pelajaran Bahasa Asing
a. Kompetensi Guru Bahasa Inggris
 Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan
dalam bahasa Inggris (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).
 Menguasai bahasa Inggris lisan dan tulis, reseptif dan
produktif dalam segala aspek komunikatifnya (linguistik,
wacana, sosiolinguistik, dan strategis).
b. Kompetensi Guru Bahasa Jerman
 Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan
dalam bahasa Jerman (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).
 Menguasai bahasa Jerman lisan dan tulis, reseptif dan
produktif dalam segala aspek komunikatifnya (linguistik,
wacana, sosiolinguistik, dan strategis).
c. Kompetensi Guru Bahasa Jepang
 Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan
dalam bahasa Jepang (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).
 Menguasai bahasa Jepang lisan dan tulis, reseptif dan
produktif dalam segala aspek komunikatifnya (linguistik,
wacana, sosiolinguistik, dan strategis).
d. Kompetensi Guru Bahasa Mandarin
 Memiliki pengetahuan tentang berbagai aspek kebahasaan
dalam bahasa Mandarin (linguistik, wacana, sosiolinguistik, dan
strategis).
 Menguasai bahasa Mandarin lisan dan tulis, reseptif dan
produktif dalam segala aspek komunikatifnya (linguistik, wacana,
sosiolinguistik, dan strategis).
3.4.2 MUATAN NASIONAL
Muatan Nasional Kurikulum SMA/MA terdiri atas mata pelajaran umum
kelompok A, mata pelajaran umum kelompok B, dan mata pelajaran
peminatan akademik kelompok C. Mata pelajaran peminatan akademik
kelompok C dikelompokkan atas mata pelajaran Peminatan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, mata pelajaran Peminatan Ilmu
Pengetahuan Sosial, dan mata pelajaran Peminatan Bahasa dan Budaya.
Tabel 3.14 Muatan Nasional Kelompok UMUM Peminatan MIPA, IPS, BHS
ALOKASI WAKTU PER MINGGU
MATA PELAJARAN X XI XII
KELOMPOK A (UMUM)
1. Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti 3 3 3
2. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Matematika 4 4 4
5. Sejarah Indonesia 2 2 2
6. Bahasa Inggris 2 2 2
KELOMPOK B (UMUM)
7. Seni Budaya 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
3 3 3
Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2
Jumlah jam pelajaran kelompok A dan B
per minggu 24 24 24
Keterangan:
 Satu jam pelajaran beban belajar tatap muka adalah 45 menit.
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri,
maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan.
 Satuan pendidikan dapat menambah beban belajar per minggu
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan
akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting,
namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua)
jam/minggu.
 Untuk Mata Pelajaran Seni Budaya dan Mata Pelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan, satuan pendidikan wajib menyelenggarakan
minimal 2 aspek dari 4 aspek yang disediakan. Peserta didik
mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester,
aspek yang diikuti dapat diganti setiap semesternya.
Selain mata pelajaran kelompok Umum terdapat matapelajaran
Muatan Nasional untuk Peminatan dan Lintas Minat sebagai
berikut:
Tabel 3.15 Muatan Nasional Peminatan dan Lintas Minat
KELAS
MATA PELAJARAN X XI XII
I. Peminatan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
1 Matematika 3 4 4
2 Biologi 3 4 4
3 Fisika 3 4 4
4 Kimia 3 4 4
II. Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Geografi 3 4 4
2 Sejarah 3 4 4
3 Sosiologi 3 4 4
4 Ekonomi 3 4 4
III. Peminatan Bahasa dan Budaya
1 Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4
2 Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4
Bahasa dan Sastra Asing Lain
3 3 4 4
(Mandarin, Jepang, Jerman,)
4 Antropologi 3 4 4
Mata pelajaran Pilihan
Pilihan lintas minat dan/atau
pendalaman minat 6 atau 9 4 atau 8 4 atau 8
Jumlah jam pelajaran Peminatan
18 20 20
dan Lintas Minat
3.4.3 MUATAN LOKAL
Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh
satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah,
karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan
lingkungan sekitar sekolah yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Muatan lokal dapat berupa kurikulum yang
memuat materi tentang karakteristik daerah atau karakteristik satuan
pendidikan.
Muatan lokal dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau satuan pendidikan. Tujuan
penyelenggaraan pembelajaran muatan lokal adalah untuk membentuk
pemahaman atau penguasaan potensi daerah tempat tinggal peserta
didik sehingga bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran muatan lokal
meliputi;
1. mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya dan
spiritual di daerahnya atau satuan pendidikan dan
2. melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan
daerah atau satuan pendidikan yang berguna bagi diri dan
lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional
Prinsip pengembangan muatan lokal yang menjadi perhatian
setiap satuan pendidikan yaitu;
1) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik.
2) Keutuhan dalam pengembangan semua kompetensi.
3) Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan dimensi
(sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
4) Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu.
5) Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan
pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan
karakteristik satuan pendidikan.
6) Kebermanfaatan.
7) Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan,
pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk kepentingan
nasional dan menghadap tantangan global.
Jenis muatan lokal yang dikembangkan di SMA Negeri 2 Malang
sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2014 tentang Mulok
Bahasa Daerah adalah Bahasa Jawa.
Strategi pelaksanaan Bahasa Jawa selanjutnya dimasukkan dalam
struktur kurikulum di Kelompok B (Umum) dengan rincian Kelas X 2
JP/minggu 2 semester, Kelas XI 2 JP/minggu 2 semester, dan Kelas XII 2
JP/minggu 2 semester.
Dokumen pendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran
muatan lokal mengacu pada struktur silabus yang dikembangkan oleh
pemerintah dengan memenuhi standar berikut:
1) Kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti,
2) Silabus yang memuat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
penilaian otentik, dan
3) Buku teks pelajaran (buku peserta didik dan buku guru) berbasis
aktivitas dan karya.
4) Perangkat administrasi pembelajaran.
Mekanisme pengembangan muatal lokal pada Kurikulum 2013 di satuan
pendidikan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Analisis konteks lingkungan alam, sosial dan/atau budaya daerah
satau satuan pendidikan.
2) Identifikasi kompetensi yang menjadi keunggulan lokal;
3) Perumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar;
4) Penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap
kompetensi dasar;
5) Penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran
atau menjadi muatan pembelajaran.
6) Penyusunan silabus; dan rencana pelaksanaan pembelajaran
7) Penyusunan buku teks pelajaran.
Mekanisme pelaksanaan program muatan lokal memperhatikan
rambu-rambu berikut.
1) Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan
memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia.
2) Setiap satuan pendidikan dapat menambah beban belajar maksimal 2
(dua) jam/minggu untuk muatan lokal yang ditetapkan sebagai
muatan pembelajaran yang berdiri sendiri.
3) Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan
beban belajar muatan lokal ditanggung oleh pemerintah daerah yang
menetapkan.
Sementara, daya dukung minimal yang perlu mendapat perhatian adalah:
1) Kebijakan Muatan Lokal berupa dasar kebijakan.
2) Sumber Daya Pendidikan perlu dipenuhi sesuai dengan kemampuan
satuan pendidikan.
3) Tenaga Pendidik Tenaga pendidik yang pengampu muatan lokal yang
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga pendidik sesuai
dengan mata pelajaran muatan lokal yang diampunya.
4) Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan muatan lokal yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah harus dipenuhi oleh pemerintah
daerah, sedangkan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan harus
dipenuhi oleh satuan pendidikan.
Atas dasar panduan tersebut dan sesuai dengan Peraturan Gubernur
Jawa Timur No. 19 tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah
sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah, maka muatan lokal di
SMA Negeri 2 Malang yaitu Bahasa Jawa dengan alokasi waktu 2 JP/minggu
untuk kelas X, XI dan XII.
Berdasarkan pengembangan dari Peraturan Gubernur Jawa Timur
No. 19 tahun 2014, Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jawa
kelas X, XI dan XII sebagai berikut.
Tabel 3.16 Muatan Kewilayahan Kompetensi Dasar Bahasa Jawa
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI
(PENGETAHUAN) 4
(KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, 4. Melaksanakan tugas spesifik dengan
menganalisis, dan menggunakan alat, informasi, dan
mengevaluasitentang pengetahuan prosedur kerja yang lazim dilakukan
faktual, konseptual, operasional dasar, serta memecahkan masalah sesuai
dan metakognitif sesuai dengan dengan bidang kajian Bahasa Daerah
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI
(PENGETAHUAN) 4
(KETERAMPILAN)
bidang dan lingkup kajianBahasa (Jawa). Menampilkan kinerja di
Daerah (Jawa) pada tingkat teknis, bawah bimbingan dengan mutu dan
spesifik, detail, dan kompleks, kuantitas yang terukur sesuai
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, dengan standar kompetensi kerja.
teknologi, seni, budaya, dan Menunjukkan keterampilan
humaniora dalam konteks menalar, mengolah, dan menyaji
pengembangan potensi diri sebagai secara efektif, kreatif, produktif,
bagian dari keluarga, sekolah, dunia kritis, mandiri, kolaboratif,
kerja, warga masyarakat nasional, komunikatif, dan solutif dalam ranah
regional, dan internasional. abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta
mampu melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan, gerak mahir,
menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan
pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta
mampu melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan langsung.
KELAS X
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Mengidentifikasi, memahami, dan 4.1 Menginterpretasi, menanggapi
menganalisis teks nonsastra danmengekspresikan teks
(berita, artikel, laporan, dan nonsastra sesuai kaidah secara lisan
lainnya) secara lisan dan tulis. dan tulis.
3.2 Mengidentifikasi, memahami, dan
menganalisis unsur intrinsik 4.2 Menginterpretasi, menanggapi
maupun ekstrinsik teks sastra klasik danmengekspresikan teks sastra
dan modern secara lisan dan tulis. sesuai kaidah secara lisan dan tulis.
3.3 Memahami karakteristik bahasa lisan
dalam kegiatan bermain peran, 4.3 Bermain peran, berdialog, dan
dialog, dan berdiskusi sesuai dengan berdiskusi sesuai tatakrama.
tatakrama.
3.4 Mengidentifikasi, memahami,
dan menganalisis penggunaan 4.4 Membandingkan penggunaan
bahasa dalam teks sastra dan bahasa dalam teks sastra dan
nonsastra secara lisan dan tulis. nonsastra secara lisan dan
3.5 Mengidentifikasi, memahami, dan tulis.
menganalisis teks beraksara Jawa/
Carakan Madura sesuai kaidah. 4.5 Menyusun teks paragraf
3.6 Mengidentifikasi, memahami, dan menggunakan aksara Jawa/
menganalisis puisi tradisional atau Carakan Madura sesuai kaidah.
modern sesuai dengan karakateristik. 4.6 Membaca, mencipta, dan
mempublikasikan puisi tradisional
atau modern.
KELAS XI

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.7 Mengidentifikasi, memahami, dan 4.7 Menginterpretasi, menanggapi
menganalisis teks drama, prosa dan memperagakan teks drama,
atau puisi sesuai kaidah. puisi, dan prosa sesuai kaidah
dengan bahasa yang komunikatif.
3.8 Mengidentifikasi, memahami, dan 4.8 Menanggapi peristiwa budaya
menganalisis peristiwa budaya daerah sesuai dengan
daerah sesuai dengan karakteristik. karakteristiknya.
3.9 Mengidentifikasi, memahami, 4.9 Menyajikan kegiatan sebagai
menganalisis teks pewara atau pewara atau berpidato dengan
pidato sesuai kaidah. menggunakan tata krama sesuai
dengan konteks budaya.
3.10 Mengidentifikasi, memahami, 4.10 Menginterpretasi nilai-nilai moral
menganalisis nilai-nilai moral yang yang terkandung dalam tembang
terkandung dalam tembang macapat.
macapat. 4.11 Membaca cepat teks wacana
3.11 Mengidentifikasi, memahami, dan sastra atau nonsastra beraksara
menganalisis teks aksara Jawa/Carakan Madura
Jawa/Carakan Madura sesuai
kaidah.
KELAS XII

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR


3.12 Mengidentifikasi, memahami, dan 4.12 Melakukan simulasi penggunaan
menganalisis penggunaan bahasa bahasa daerah dalam berbagai
lisan dalam berbagai situasi sesuai konteks sesuai dengan
tatakrama tatakrama.
3.13 Mengidentifikasi, memahami, dan 4.13 Menyusun dan
menganalisis karya nonfiksi mempublikasikan karya nonfiksi
secara lisan dan tulis. (artikel, laporan, opini, anekdot,
3.14 Mengidentifikasi, memahami, dan dan kritik) sesuai kaidah.
menganalisis karya fiksi secara 4.14 Memproduksi dan mempublikasi-
lisan dan tulis. kan karya fiksi (naskah drama,
3.15 Mengidentifikasi, memahami, cerita pendek, karya terjemahan)
dan menganalisis seni 4.15 Menyajikan seni pertunjukan
pertunjukan. (musikalisasi puisi,
dramatisasi
karya sastra, si’ir, lawak, musik dan
lagu, dongeng)

3.5 PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA


Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada
Standar Kompetensi Lulusan. Projek penguatan profil pelajar Pancasila
dialokasikan sekitar 30% (tiga puluh persen) total JP per tahun. Pelaksanaan
projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel, baik secara
muatan maupun secara waktu pelaksanaan.

Gambar 3.2 Alur Perencanaan Projek

Secara muatan, projek profil harus mengacu pada capaian profil pelajar
Pancasila sesuai dengan fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan
capaian pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan waktu
pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam
pelajaran projek dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu
pelaksanaan masing-masing projek tidak harus sama.
3.5.1 TEMA PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Pemerintah dalam Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, Dan Teknologi Nomor 262/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan
Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran menetapkan tema-
tema utama untuk dirumuskan menjadi topik oleh satuan pendidikan
sesuai dengan konteks w
ilayah serta karakteristik peserta didik. Tema-tema utama projek
penguatan profil pelajar Pancasila yang dapat dipilih oleh satuan
pendidikan sebagai berikut:
1. Gaya Hidup Berkelanjutan
Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka
pendek maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia
maupun lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun
kesadaran untuk bersikap dan berperilaku ramah lingkungan,
mempelajari potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di lingkungan
sekitarnya serta mengembangkan kesiapan untuk menghadapi dan
memitigasinya.
2. Bhinneka Tunggal Ika.
Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian
dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang
keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik
juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan, secara
kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan
dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan.
3. Bangunlah Jiwa dan Raganya.
Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara
kesehatan fisik dan mental, baik untuk dirinya maupun orang
sekitarnya. Peserta didik melakukan penelitian dan mendiskusikan
masalah-masalah terkait kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan
(bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya. Mereka juga
menelaah masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan
kesejahteraan fisik dan mental, termasuk isu narkoba, pornografi, dan
kesehatan reproduksi.
4. Rekayasa dan Teknologi
Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus
kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk
berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta
didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan
persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan
penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek
teknologi.
5. Kearifan Lokal
Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri
melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau
daerah tersebut, serta perkembangannya
6. Kewirausahaan
Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan
masalah yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta
kaitannya dengan aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan
masyarakat. Melalui kegiatan ini, kreativitas dan budaya
kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta didik juga
membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan
kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta
siap untuk menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas.
7. Suara Demokrasi.
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem,
menjelaskan keterkaitan antara peran individu terhadap
kelangsungan demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta
didik merefleksikan makna demokrasi dan memahami implementasi
demokrasi serta tantangannya dalam konteks yang berbeda,
termasuk dalam organisasi sekolah dan/atau dalam dunia kerja
3.5.2 PELAKSANAAN PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Kurikulum SMA Negeri 2 Malang melaksanakan P5 sebagai kegiatan
kokurikuler yang terjadwal 2 JP per Minggu. Projek penguatan profil
pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan,
dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan
dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat
melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan
menyelenggarakan projek penguatan profil pelajar Pancasila.
3.6 PENGATURAN BEBAN BELAJAR
3.6.1 Sistem Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran di SMA Negeri 2 Malang pada tahun
pelajaran 2022/2023 menerapkan Kurikulum 2013 yang mengadopsi
dan mengadaptasi Kurikulum Merdeka pada kelas X dan Sistem Kredit
Semester (SKS) untuk kelas XI, dan XII
3.6.2 Pengaturan Alokasi Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu pembelajaran per jam tatap muka yaitu masing-
masing 45 menit, per minggu 47JP sampai dengan 59 JP dengan rincian
sebagai berikut:
1. Kelas X BHS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat meliputi Ekonomi dan TIK) : 18 JP
d. Layanan BK : 2 JP
e. Bimbingan P5 : 2 JP

2. Kelas X MIPA
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat meliputi Ekonomi dan TIK) : 18 JP
d. Layanan BK : 2 JP
e. Bimbingan P5 : 2 JP

3. Kelas X IPS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi, dan Lintas Minat meliputi Bahasa dan Sastra Mandarin
dan TIK) : 18 JP
d. Layanan BK : 2 JP
e. Bimbingan P5 : 2 JP

4. Kelas XI BHS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat meliputi Ekonomi dan TIK) : 20 JP
d. Layanan BK : 2 JP
5. Kelas XI MIPA
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat Bahasa dan Sastra Jerman) : 20 JP
6. Kelas XI IPS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi, dan Lintas Minat meliputi Bahasa dan Sastra Mandarin)
: 20 JP
7. Kelas XII BHS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat meliputi Ekonomi dan TIK) : 20 JP
d. Layanan BK : 2 JP
8. XII MIPA
a. Kelompok A (Umum) : 20 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Matematika, Biologi, Fisika,
Kimia dan Lintas Minat Bahasa dan Sastra Jerman) : 20 JP
9. Kelas XII IPS
a. Kelompok A (Umum) : 17 JP
b. Kelompok B (Umum) : 9 JP
c. Kelompok C (Peminatan meliputi Geografi, Sejarah, Sosiologi,
Ekonomi, dan Lintas Minat meliputi Bahasa dan Sastra Mandarin)
: 20 JP
3.6.3 Pembagian Alokasi Waktu Pembelajaran
Beban belajar di terdiri atas; (a) kegiatan tatap muka, (b)
kegiatan terstruktur, dan (c) kegiatan mandiri. Beban belajar kegiatan
tatap muka dinyatakan dalam jumlah jam pelajaran per minggu, dengan
durasi setiap satu jam pelajaran adalah 45 (empat puluh lima) menit.
Beban belajar kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiripaling banyak
60% (enam puluh persen) dari waktu kegiatan tatap muka yang
bersangkutan. Beban belajar satu minggu untuk kelas X adalah 46
(empat puluh enam) jam pelajaran, kelas XI adalah 46 (empat puluh
enam) jam pelajaran, dan kelas XII adalah 46 (empat puluh enam) jam
pelajaran. Beban belajar satu semester di kelas X dan kelas XI masing-
masing paling sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif. Beban belajar di
kelas XII semester ganjil paling sedikit 18 (delapan belas) minggu efektif
dan semester genap paling sedikit 16 (empat belas) minggu efektif
(Pedoman Penyelenggaraan SKS Tahun 2017). Beban belajar yang harus
diselesaikan oleh peserta didik selama 6 (enam) semester minimal 284
jam pelajaran atau 284 sks.

3.7 PANDUAN AKADEMIK


3.7.1 Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
a. pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan dan tingkat pencapaian peserta didik saat ini,
sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan
karakteristik dan perkembangan peserta didik yang beragam
sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan;
b. pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk
membangun kapasitas untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat;
c. proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi
dan karakter peserta didik secara holistik;
d. pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang
sesuai konteks, lingkungan, dan budaya peserta didik, serta
melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra; dan
e. pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
3.7.2 Pelaksanaan Program Pembelajaran Saintifik.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik dapat
secara aktif mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-
tahapan ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran
akan melibatkan keterampilan proses, seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Di dalam melaksanakan keterampilan tersebut, bantuan
guru diperlukan, baik sebagai fasilitator maupun motivator
pembelajaran.
a. Tujuan Pembelajaran Saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai
berikut:
 Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya keterampilan
berpikir tingkat tinggi peserta didik.
 Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
suatu masalah secara sistematis.
 Memperoleh hasil belajar yang tinggi.
 Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis ilmiah.
 Mengembangkan karakter peserta didik.
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
sebagai berikut:
 Berpusat pada peserta didik, yaitu kegiatan aktif peserta didik
secara fisik dan mental dalam membangun makna atau
pemahaman suatu konsep, hukum, dan prinsip.
 Membentuk istudent self concept, yaitu membangun konsep
berdasarkan pengalaman peserta didik sendiri.
 Menghindari verbalisme.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
 Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta
didik.
 Meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih
kemampuan dalam berkomunikasi.
 Memungkinkan adanya proses validasi terhadap konsep, hukum,
dan prinsip yang dikonstruksi peserta didik dalam struktur
kognitifnya.
 Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi
konsep, hukum, atau prinsip.
 Melibatkan pronsep kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan inetelektual, khususnya keterampian berpikir
tingkat tinggi (HOTS, Higher Order Thinking Skills ) peserta
didik.
c. Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Secara umum, pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan
melalui sejumlah langkah sebagai berikut:
 Melakukan pengamatan terhadap aspek-aspek dari suatu
fenomena untuk mengidentifikasi masalah.
 Merumuskan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang
ingin diketahui dan menlar untuk merumuskan hipotesis
(jawaban sementara) berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki.
 Mencoba atau mengumpulkan data informasi dengan berbagai
teknik.
 Mengasosiasi atau menganalisis data atau informasi untuk
menarik simpulan.
 Mengkomunikasikan simpulan, hasil yang diperoleh dari
pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa konsep,
hukum, atau prinsip yang dibangun oleh peserta didik dengan
bantuan dari guru.
3.7.3 Program Tahunan dan Program Semester.
Penyusunan program tahunan dan program semester diawali dengan
pemetaan KD tiap mata pelajaran. Kemudian pendidik melakukan
analisa pecan efektif pada tahun pelajaran berlangsung dan memetakan
pelaksanaan pembelajaran sesuai KD dan alokasi waktunya.
3.7.4 Pengembangan Silabus.
Istilah silabus dapat didevinisikan sebagai "garis besar, ringkasan, atau
pokok-pokok isi atau materi pelajaran". Silabus digunakan untuk
menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran
lebih lanjut dari standart kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin
dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari
peserta didik dalam mencapai standart kompetensi dan kemampuan
dasar. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan. Ini juga termasuk kedalam Berkas Administrasi Guru di
Sekolah.
Prinsip Pengembangan Silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap
satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya.
Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan di beri kebebasan dan
keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan
oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai
pengembangankurikulum nasional, maka perlu memerhatikan prinsip-
prinsip pengembangan silabus, yang meliputi :
a. Ilmiah: Pengembangan silabus berbasis KOSP harus dilakukan
dengan prinsip ilmiah, yang mengandung arti bahwa keseluruhan
materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar, logis dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
b. Relevan: Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat
perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual
peserta didik.
c. Sistematis: Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten: Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajarr, sumber belajar
dan sistem penilaian.
e. Memadai: Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktualdan Kontekstual: Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian
memerhatikkan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir
daalm kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel: Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh: Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
3.7.5 Perencanaan Pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran menggunakan SKS yang diselenggarakan
melalui pengorganisasian pembelajaran bervariasi dan pengelolaan
waktu belajar yang fleksibel.
Pengorganisasian pembelajaran bervariasi sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui penyediaan unit-unit pembelajaran utuh setiap mata
pelajaran yang dapat diikuti oleh peserta didik.
Pengelolaan waktu belajar yang fleksibel sebagaimana dimaksud
dilakukan melalui pengambilan beban belajar untuk unit-unit
pembelajaran utuh setiap mata pelajaran oleh peserta didik sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing. Unik pembelajaran utuh yang
disusun mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Berbasis KD.
b. Kelanjutan/pengembangan terhadap penguasaan BTP.
c. Dapat mengukur ketuntasan/pencapaian kompetensi setiap
mata pelajaran.
d. Bentuk kegiatan pembelajarannya berpusat pada peserta didik
(student active) dengan menggunakan berbagai model dan/atau
metode pembelajaran dengan pendekatan saintifik (berbasis
proses keilmuan) maupun pendekatan lain yang relevan.
e. Kegiatan pembelajarannya yang mendidik dan dialogis yang
bermuara pada berkembangnya kecakapan hidup Abad 21 atau
dikenal dengan 4C (critical thinking, creativity, collaboration,
communication) atau berpikir kritis, bertindak kreatif, bekerjasama,
dan berkomunikasi, tumbuhnya Higher Order Thinking Skills (HOTS)
atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KeBiTT), serta
berkarakter. Pengembangan Higher Order Thinking Skills (HOTS)
atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (KeBiTT) tersebut tidak
boleh dilepaskan dari pengembangan Lower Order Thinking Skills
(LOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Rendah (KeBiTR). Untuk
itu, seluruh proses berpikir harus dikembangkan dalam satu
kesatuan proses psikologis-pedagogis secara utuh.
f. Bersifat terapan pada tingkat berpikir analisis (C4), evaluasi
(C5), dan kreasi (C6).
g. Menerapkan pembelajaran abad 21 sesuai dengan konsep dan
prinsip pendekatan Science Technology Engineering and
Mathematic (STEM)
h. Dapat mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya sebagai pembelajar cepat, normal,
dan lambat.
i. Suasana dan proses kegiatan pembelajaran merupakan kondisi yang
menentukan keberhasilan, untuk itu pembelajarannya harus
dirancang secara menarik, dinamis, merangsang, menginspirasi,
sekaligus meyakinkan peserta didik bahwa kompetensi yang sedang
dipelajari dapat dikuasai dengan mudah, sederhana dan bermakna
untuk kehidupannya.
j. Penampilan pembelajaran menarik minat belajar peserta didik.
Prinsip-prinsip penyusunan unit kegiatan pembelajaran utuh yaitu
sebagai berikut:
a. Mastery learning (pembelajaran tuntas). Harus mengutamakan
prinsip ketuntasan belajar secara individual yang mempersyaratkan
peserta didik menguasai secara tuntas seluruh KI dan KD mata
pelajaran sesuai dengan tingkat kecepatan belajar peserta didik,
yaitu pembelajar cepat, normal, maupun lambat.
b. Proses belajar dan pembelajaran berlangsung secara interaktif yang
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk membangun sikap,
pengetahuan, dan keterampilan, serta karakter melalui tranformasi
pengalaman belajar melalui pembelajaran tatap muka, terstruktur,
dan mandiri.
c. Berbasis KD yang digunakan untuk memfasilitasi peserta didik
secara bertahap berkelanjutan dalam mempelajari dan menguasai
unit-unit pembelajaran dalam suatu mata pelajaran. Dengan
demikian, setiap peserta didik dapat belajar untuk menguasai
kompetensi sesuai dengan gaya dan kecepatan belajarnya.
d. Dirancang untuk dapat digunakan pada pembelajaran klasikal,
pembelajaran kelompok, pembelajaran individual dan/atau
pembelajaran dalam jaringan (daring/online) atau luar jaringan
(luring/offline) sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik yang
bervariasi.
e. Memuat tujuan pembelajaran untuk mencapai KD.
f. Mampu mengevaluasi ketercapaian KD. Dikembangkan berbasis KD
oleh karena itu harus merepresentasikan pencapaian KD.
g. Setiap pembelajaran diakhiri dengan adanya penilaian formatif
sebagai tanda berlanjutnya ke pembelajaran berikutnya.
h. Bersifat Komunikatif sehingga peserta didik dapat berinteraksi
dengan pembelajaran baik secara individu maupun kelompok.
i. Berbasis kegiatan, pengembangan pembelajaran pada prinsipnya
memberikan layanan utuh pembelajaran kepada peserta didik
secara individu dan dapat dipelajari secara mandiri (atas prakarsa
sendiri).
j. Bersifat hangat, cerdas, dan ramah. Hangat karena pembelajaran
harus menarik minat peserta didik untuk belajar, membangun rasa
penasaran, dan terbuka. Cerdas karena pembelajaran harus
mencerdaskan peserta didik, fokus pembelajarannya jelas,
aktivitasnya jelas, dan tujuan belajarnya jelas. Ramah karena
pembelajaran bahasanya harus mudah dipahami, selalu menyisakan
pertanyaan untuk ditindaklanjuti peserta didik.
3.7.6 Pelaksanaan Pembelajaran.
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran untuk kelas X, XI dan XII
berpedoman pada Standar Proses sesuai Permendikbudristek No. 16
Tahun 2022 di mana pelaksanaan pembelajaran merupakan
implementasi dari RPP, diselenggarakan dalam suasana belajar yang :
a. interaktif;
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang interaktif
dirancang untuk memfasilitasi interaksi yang sistematis dan produktif
antara Pendidik dengan Peserta Didik, sesama Peserta Didik, dan
antara Peserta Didik dengan materi belajar.
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang interaktif
paling sedikit dilakukan dengan cara: a. berinteraksi secara dialogis
antara Pendidik dengan Peserta Didik, serta sesama Peserta Didik; b.
berinteraksi secara aktif dengan lingkungan belajar; dan c.
berkolaborasi untuk menumbuhkan jiwa gotong royong.
Dalam melaksanakan pembelajaran, Pendidik berperan sebagai
fasilitator proses pembelajaran dan tidak menjadi satu-satunya
sumber pembelajaran
b. inspiratif;
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang inspiratif
dirancang untuk memberi keteladanan dan menjadi sumber inspirasi
positif bagi Peserta Didik.
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang inspiratif
paling sedikit dilakukan dengan cara: a. menciptakan suasana belajar
yang dapat memantik ide, mendorong daya imajinasi, dan
mengeksplorasi hal baru; dan b. memfasilitasi Peserta Didik dengan
berbagai sumber belajar untuk memperkaya wawasan dan
pengalaman belajar.
c. menyenangkan;
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
menyenangkan dirancang agar Peserta Didik mengalami proses
belajar sebagai pengalaman yang menimbulkan emosi positif.
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang
menyenangkan paling sedikit dilakukan dengan cara: a. menciptakan
suasana belajar yang gembira, menarik, aman, dan bebas dari
perundungan; b. menggunakan berbagai variasi metode dengan
mempertimbangkan aspirasi dari Peserta Didik, serta tidak terbatas
hanya di dalam kelas; dan c. mengakomodasi keberagaman gender,
budaya, bahasa daerah setempat, agama atau kepercayaan,
karakteristik, dan kebutuhan setiap Peserta Didik.
d. menantang;
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang menantang
dirancang untuk mendorong Peserta Didik terus meningkatkan
kompetensinya melalui tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan
yang tepat.
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang menantang
paling sedikit dilakukan dengan cara: a. menggunakan materi dan
kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan dan tahapan
perkembangan Peserta Didik; dan b. memfasilitasi Peserta Didik
untuk percaya potensi yang dimilikinya dapat ditingkatkan.
e. memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif;
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang memotivasi
Peserta Didik untuk berpartisipasi paling sedikit dilakukan dengan
cara: a. membangun suasana belajar yang memberikan kesempatan
kepada Peserta Didik untuk berani mengemukakan pendapat dan
bereksperimen; dan b. melibatkan Peserta Didik dalam menyusun
rencana belajar, menetapkan target individu dan/atau kelompok, dan
turut memonitor pencapaian hasil belajar.
f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik,
serta psikologis Peserta Didik.
Pelaksanaan pembelajaran dalam suasana belajar yang memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta
Didik paling sedikit dilakukan dengan cara: a. memberi kesempatan
bagi Peserta Didik untuk mengembangkan dan mengomunikasikan
gagasan baru; b. membiasakan Peserta Didik untuk mampu mengatur
dirinya dalam proses belajar; c. menciptakan suasana pembelajaran
yang memberikan kesempatan bagi Peserta Didik untuk
mengaktualisasikan diri; dan d. mengapresiasi bakat, minat, dan
kemampuan yang dimiliki oleh Peserta Didik.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan
memberikan:
a. keteladanan;
Pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan keteladanan
dilakukan dengan berperilaku luhur pada kehidupan sehari-hari.
b. pendampingan;
Pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan pendampingan
dilakukan dengan memberi tantangan, dukungan, dan bimbingan bagi
Peserta Didik dalam proses belajar.
c. fasilitasi.
Pelaksanaan pembelajaran dengan memberikan fasilitasi dilakukan
dengan memberikan akses dan kesempatan belajar bagi Peserta Didik
sesuai dengan kebutuhan.

3.7.7 Penilaian Autentik


Penilaian berdasarkan Permendikbudristek nomor 21 Tahun 2022
tentang standar penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar dan capaian
perkembangan atau hasil belajar peserta didik, Penilaian hasil belajar
Peserta Didik dilakukan sesuai dengan tujuan Penilaian secara
berkeadilan (Penilaian yang tidak bias oleh latar belakang, identitas, atau
kebutuhan khusus Peserta Didik.), objektif (Penilaian yang didasarkan
pada informasi faktual atas pencapaian perkembangan atau hasil belajar
Peserta Didik) , dan edukatif (Penilaian yang hasilnya digunakan sebagai
umpan balik bagi Pendidik, Peserta Didik, dan orang tua untuk
meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar).
a Prinsip dan Tujuan Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran merupakan asesmen terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik sendiri. Asesmen dilakukan setelah pelaksanaan
pembelajaran paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
Dapat dilakukan dengan cara: a. refleksi diri terhadap pelaksanaan
perencanaan dan proses pembelajaran; dan b. refleksi diri terhadap
hasil asesmen yang dilakukan oleh sesama Pendidik, kepala Satuan
Pendidikan, dan/atau Peserta Didik.
Selain dilaksanakan oleh Pendidik yang bersangkutan,
penilaian proses pembelajaran dapat dilaksanakan oleh:
1. sesama Pendidik;
Penilaian oleh sesama pendidik bertujuan membangun budaya
saling belajar, kerja sama, dan saling mendukung yang
dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
Asesmen oleh sesama pendidik atas perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran paling sedikit dilakukan dengan cara: a. berdiskusi
mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; b.
mengamati proses pelaksanaan pembelajaran; dan/atau c.
melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran.
2. kepala Satuan Pendidikan; dan/atau
Penilaian oleh kepala Satuan Pendidikan bertujuan untuk:
a. membangun budaya reflektif; merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh kepala Satuan Pendidikan untuk mendorong
terjadinya refleksi atas proses pembelajaran secara terus-menerus
dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran itu sendiri.
b. memberi umpan balik yang konstruktif; merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh kepala Satuan Pendidikan untuk memberikan
masukan, saran, dan keteladanan kepada Pendidik untuk
peningkatan kualitas pembelajaran.
3. Peserta Didik.
Penilaian oleh Peserta Didik bertujuan untuk: a. membangun
kemandirian dan tanggung jawab dalam proses pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari; b. membangun budaya transparansi,
objektivitas, saling menghargai, dan mengapresiasi keragaman
pendapat dalam menilai proses pembelajaran; c. membangun
suasana pembelajaran yang partisipatif dan untuk memberi umpan
balik kepada Pendidik dan Peserta Didik; dan d. melatih Peserta
Didik untuk mampu berpikir kritis.
Asesmen oleh peserta didik paling sedikit dilakukan dengan cara
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran.paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester.
b Prinsip dan Tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar Peserta Didik berbentuk:
1. Penilaian formatif; dan
Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki
proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran. Penilaian formatif dilakukan dengan mengumpulkan
informasi mengenai: a. Peserta Didik yang mengalami hambatan
atau kesulitan belajar; dan b. perkembangan belajar Peserta Didik.
Informasi tersebut digunakan sebagai umpan balik bagi: a. Peserta
Didik untuk mengembangkan kemampuan dalam memonitor
proses dan kemajuan belajar sebagai bagian dari keterampilan
belajar sepanjang hayat; dan b. Pendidik untuk merefleksikan dan
meningkatkan efektivitas pembelajara
2. Penilaian sumatif.
Penilaian sumatif bertujuan untuk menilai pencapaian hasil belajar
Peserta Didik sebagai dasar penentuan: a. kenaikan kelas; dan b.
kelulusan dari Satuan Pendidikan.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil
belajar Peserta Didik dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran.
Pelaksanaan penilaian diawali dengan kegiatan pendidik
melakukan analisis kompetensi pada aspek pengetahuan dan
keterampilan yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) ke dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)
kemudian dirumuskan menjadi indikator. pencapaian kompetensi
(IPK) pada setiap mata pelajaran. IPK untuk KD pada KI-3 dan KI-4
dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang terukur dan/atau
dapat diobservasi. Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti dan PPKn termasuk perumusan indikator sikap dari KD-KD
pada KI-1 dan KI-2. IPK dikembangkan menjadi indikator soal yang
diperlukan untuk penyusunan instrumen penilaian. Indikator soal
merupakan rambu-rambu dalam penyusunan butir soal atau tugas.
IPK untuk aspek pengetahuan dan keterampilan merupakan
ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri yang menunjukkan ketercapaian
suatu KD tertentu dan menjadi acuan dalam penilaian KD mata
pelajaran. Setiap IPK dapat dikembangkan menjadi satu atau lebih
indikator soal. Sedangkan untuk mengukur pencapaian sikap
digunakan indikator penilaian sikap yang dapat diobservasi atau
diamati. Berikut akan dipaparkan pelaksanaan penilaian pada aspek
sikap baik spiritual maupun sosial, pengetahuan dan keterampilan.
1) Sikap Spiritual
Penilaian sikap spiritual dilakukan untuk mengetahui
perkembangan sikap peserta didik dalam menghargai,
menghayati, dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
serta toleransi terhadap agama lain. Indikator sikap spiritual
pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dengan memperhatikan
butir-butir nilai sikap yang tersurat. Sementara itu, penilaian
sikap spiritual yang dilakukan oleh guru mata pelajaran lain
dirumuskan dalam perilaku beragama secara umum.
Berikut contoh indikator sikap spiritual yang dapat digunakan
untuk semua mata pelajaran dalam penilaian sikap spiritual:
a) berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan;
b) menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut;
c) memberi salam pada saat awal dan akhir kegiatan;
d) bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa;
e) mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan
diri;
f) bersyukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu;
g) berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar
ataumelakukan usaha;
h) menjaga lingkungan hidup di sekitar satuan pendidikan;
i) memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa;
j) bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa
Indonesia;
k) menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai
dengan agama yang dianut.
Dari contoh indikator umum tersebut dapat dikembangkan
secara spesifik melalui mata pelajaran PABP disesuaikan dengan
KD pada KI-1.
2) Sikap Sosial
Penilaian sikap sosial dilakukan untuk mengetahui
perkembangan sikap sosial peserta didik dalam menghargai,
menghayati, dan berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
Indikator untuk KD dari KI-2 mata pelajaran PABP dan PPKn
dirumuskan dalam perilaku spesifik sebagaimana tersurat di
dalam rumusan KD mata pelajaran tersebut. Sementara
indikator sikap sosial mata pelajaran lainnya dirumuskan dalam
perilaku sosial secara umum dan dikembangkan terintegrasi
dalam pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Berikut contoh butir-
butir sikap sosial.
a) Jujur, yaitu perilaku dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, antara lain:
(a) tidak mencontek dalam mengerjakan ujian/ulangan;
(b) tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya
orang lain tanpa menyebutkan sumber);
(c) menyerahkan kepada yang berwenang barang yang
ditemukan;
(d) membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa
adanya; dan
(e) mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
b) Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan, antara
lain:
(a) patuh pada tata tertib atau aturan bersama/satuan
pendidikan; dan
(b) mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
c) Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa,
antara lain:
(a) menerima risiko dari tindakan yang dilakukan;
(b) tidak menyalahkan/menuduh orang lain tanpa bukti
akurat;
(c) mengembalikan barang pinjaman;
(d) mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang
dilakukan;
(e) tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan
sendiri; dan
d) Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai
keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan,
antara lain:
(a) tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat;
(b) menerima kesepakatan meskipun ada perbedaan
pendapat;
(c) dapat menerima kekurangan orang lain;
(d) dapat memaafkan kesalahan orang lain;
(e) mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang
memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan
keyakinan. dan
(f) terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima
sesuatu yang baru.
e) Gotong royong, yaitu bekerja sama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan
tolong-menolong secara ikhlas, antara lain:
(a) terlibat aktif dalam kerja bakti membersihkan kelas atau
lingkungan sekolah;
(b) bersedia membantu orang lain tanpa mengharap
imbalan;
(c) aktif dalam kerja kelompok;
(d) tidak mendahulukan kepentingan pribadi;
(e) mencari jalan untuk mengatasi perbedaan pendapat
/pikiran antara diri sendiri dengan orang lain; dan
(f) mendorong orang lain untuk bekerja sama
demi mencapai tujuan bersama.
f) Santun atau sopan, yaitu sikap baik dalam pergaulan, baik
dalam berbicara maupun bertingkah laku. Norma
kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap
baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda
pada tempat dan waktu yang lain, antara lain:
(a) menghormati orang yang lebih tua;
(b) tidak meludah di sembarang tempat;
(c) mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan
orang lain;
(d) member salam, senyum, dan menyapa;
(e) meminta izin ketika akan memasuki ruangan orang lain
atau menggunakan barang milik orang lain; dan
(f) memperlakukan orang lain dengan baik sebagaimana diri
sendiri ingin diperlakukan baik.
g) Percaya diri, yaitu suatu keyakinan atas kemampuan sendiri
untuk melakukan kegiatan atau tindakan, antara lain:
(a) tidak mudah putus asa;
(b) tidak canggung dalam bertindak;
(c) berani presentasi di depan kelas; dan
(d) berani berpendapat, bertanya, atau menjawab
pertanyaan.
Indikator untuk setiap butir sikap dapat dikembangkan sesuai
kebutuhan satuan pendidikan.
3) Pengetahuan
Indikator untuk pengetahuan diturunkan dari KD pada KI-3
dengan menggunakan kata kerja operasional. Beberapa kata
kerja operasional sesuai tingkat proses berpikir yang dapat
digunakan antara lain:
(1) mengingat: menyebutkan, memberi label, mencocokkan,
memberi nama, memberi contoh, meniru, dan
memasangkan.
(2) memahami: menggolongkan, menggambarkan, membuat
ulasan, menjelaskan, mengekspresikan, mengidentifikasi,
menunjukkan, menemukan, membuat laporan,
mengemukakan, membuat tinjauan, memilih, dan
menceritakan.
(3) menerapkan: mendemonstrasikan, memperagakan,
menuliskan penjelasan, membuatkan penafsiran,
mengoperasikan, mempraktikkan, merancang persiapan,
menyusun jadwal, membuat sketsa, menyelesaikan masalah,
dan menggunakan.
(4) menganalisis: menilai, menghitung, mengelompokkan,
menentukan, membandingkan, membedakan, membuat
diagram, menginventarisasi, memeriksa, dan menguji.
(5) mengevaluasi: membuat penilaian, menyusun argumentasi
atau alasan, menjelaskan apa alasan memilih, membuat
perbandingan, menjelaskan alasan pembelaan,
memperkirakan, dan memprediksi.dan
(6) mencipta/mengkreasi: mengumpulkan, menyusun,
merancang, merumuskan, mengelola, mengatur,
merencanakan, mempersiapkan, mengusulkan, dan
mengulas.
Berikut contoh indikator pencapaian kompetensi yang
dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar Matematika
Umum kelas X.
Tabel 3.17 Pengembangan Indikator Pengetahuan
Indikator Pencapaian
No Kompetensi Dasar
Kompetensi
1 3.3 Menyusun sistem persamaan  Menjelaskan masalah
linear tiga variabel dari nyata ke dalam sistem
masalah kontekstual persamaan linear
 Menafsirkan masalah
kontekstual; ke dalam
bentuk sistem persamaan
linear
 Menentukan langkah-
langkah penyelesaian
sistem persamaan linear
tiga variabel

4) Keterampilan
Indikator untuk keterampilan diturunkan dari KD pada KI-4
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur, antara lain: menggabungkan, mengkontruksi,
merancang, membuat sketsa, memperagakan, menulis laporan,
menceritakan kembali, mempraktikkan, mendemonstrasikan,
dan menyajikan.
Berikut ini contoh perumusan indikator dari mata pelajaran
Matematika kelas X Umum.
Tabel 3.18 Pengembangan Indikator Keterampilan
Indikator Pencapaian
No Kompetensi Dasar
Kompetensi
1 4.3 Menyelesaikan masalah  Menyatakan masalah
kontekstual yang berkaitan nyata ke dalam model
dengan sistem persamaan matematika
linear tiga variabel  Menentukan
penyelesaian sistem
persamaan linear tiga
variabel
 Menginterpretasikan
hasil penyelesaian sesuai
dengan masalah yang
dimaksud

c Ruang Lingkup Penilaian


1) Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial
Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama
proses pembelajaran pada jam pelajaran) dan/atau di luar jam
pembelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas
(selama peserta didik di luar jam pelajaran), serta warga sekolah
(peserta didik).
Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus-
menerus selama satu semester. Guru mata pelajaran, guru BK, dan
wali kelas mengikuti perkembangan sikap spiritual dan sosial,
serta mencatat perilaku peserta didik yang sangat baik atau
kurang baik dalam jurnal segera setelah perilaku tersebut
teramati atau menerima laporan tentang perilaku peserta didik.
Apabila seorang peserta didik pernah memiliki catatan sikap yang
kurang baik, namun pada kesempatan lain peserta didik tersebut
telah menunjukkan perkembangan sikap (menuju atau konsisten)
baik, maka di dalam jurnal harus ditulis bahwa sikap peserta
didiktersebut telah baik atau bahkan sangat baik. Pencatatan
pada jurnal tidak hanya sikap yang sangat baik atau kurang baik
saja, tetapi juga perubahan sikap dari kurang baik menjadi baik
atau sangat baik.
Sikap dan perilaku peserta didik yang teramati oleh pendidik dan
tercacat dalam jurnal, akan lebih baik jika dikomunikasikan
kepada peserta didik yang bersangkutan dan kepadanya diminta
untuk paraf di jurnal, sebagai bentuk “pengakuan” sekaligus
merupakan upaya agar peserta didik yang bersangkutan segera
menyadari sikap dan perilakunya serta berusaha untuk menjadi
lebih baik.
2) Penilaian Pengetahuan
Pelaksanaan penilaian pengetahuan dilakukan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian oleh pendidik
dilakukan dalam bentuk penilaian harian dan dapat juga
dilakukan penilaian tengah semester melalui tes tertulis, tes lisan,
maupun penugasan. Cakupan penilaian harian meliputi seluruh
indikator dari satu kompetensi dasar atau lebih sedangkan
cakupan penugasan disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
dasar.
3) Penilaian Keterampilan
Pelaksanaan penilaian keterampilan dilakukan untuk menilai
proses dan hasil belajar peserta didik. Penilaian proses dilakukan
melalui penilaian praktik selama proses pembelajaran. Sedangkan
penilaian hasil dilakukan melalui penilaian produk, penilaian
proyek, dan penilaian portofolio yang diberikan setelah
pembelajaran. Penilaian keterampilan dapat juga dilakukan
melalui penilaian harian sesuai karakteristik kompetensi dasar.
(1) Penilaian kinerja
Pelaksanaan penilaian kinerja ditentukan oleh guru
berdasarkan tuntutan KD dan dapat dilakukan untuk satu
atau beberapa KD. Beberapa langkah dalam melaksanakan
penilaian kinerja meliputi:
(a) menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik
sebelum pelaksanaan penilaian;
(b) memberikan tugas secara rinci kepada peserta didik;
(c) memastikan ketersediaan dan kelengkapan alat serta
bahan yang digunakan;
(d) melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang
direncanakan;
(e) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik
penilaian;
(f) melakukan penilaian secara individual;
(g) mencatat hasil penilaian; dan
(h) mendokumentasikan hasil penilaian.
(2) Penilaian proyek
Penilaian proyek dilakukan untuk satu atau beberapa KD
pada satu mata pelajaran atau lintas mata pelajaran.
Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian proyek:
(a) menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik
sebelum pelaksanaan penilaian;
(b) memberikan tugas kepada peserta didik;
(c) memberikan pemahaman yang sama kepada peserta
didik tentang tugas yang harus dikerjakan;
(d) melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan proyek;
(e) memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan
memberikan umpan balik pada setiap tahapan
pengerjaan proyek;
(f) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik
penilaian;
(g) memetakan kemampuan peserta didik terhadap
pencapaian kompetensi minimal;
(h) memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun
peserta didik; dan
(i) mendokumentasikan hasil penilaian.
(3) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dilakukan untuk melihat perkembangan
pencapaian kompetensi dan capaian akhir serta dapat
digunakan untuk mendeskripsikan capaian keterampilan
dalam satu semester. Beberapa langkah dalam melaksanakan
penilaian portofolio:
(a) melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas
portofolio dan menilai pada saat kegiatan tatap muka
yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran;
(b) melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan atau disepakati bersama
dengan peserta didik;
(c) peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya
untuk bahan refleksi diri;
(d) mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai
format yang telah ditentukan;
(e) memberi umpan balik terhadap karya peserta didik
secara berkesinambungan dengan cara memberi
keterangan kelebihan dan kekurangan karya tersebut,
dan perbaikannya;
(f) memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas),
mengumpulkan dan menyimpan portofolio masing-
masing peserta didik dalam satu map atau folder di
rumah atau di loker sekolah;
(g) memberi kesempatan peserta didik untuk memperbaiki
karya yang dinilai belum memuaskan dan perlu
perbaikan;
(h) membuat “kontrak” atau perjanjian jangka waktu
perbaikan dan penyerahan karya hasil perbaikan kepada
guru;
(i) memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya
terbaik portofolio dengan cara memajangnya di kelas;
(j) mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio
ke dalam map yang telah diberi identitas masing-masing
peserta didik untuk bahan laporan kepada sekolah dan
orang tua peserta didik;
(k) mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan
informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat
terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu sebagai
bahan laporan kepada sekolah dan/atau orang tua
peserta didik; dan
(l) memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta
didik disertai umpan balik.
(4) Penilaian Produk
Penilaian Produk dilakukan untuk satu atau beberapa KD
pada satu mata pelajaran atau lintas mata pelajaran.
Beberapa langkah dalam melaksanakan penilaian produk:
(j) menjelaskan rubrik penilaian kepada peserta didik
sebelum pelaksanaan penilaian;
(k) memberikan tugas kepada peserta didik;
(l) memberikan pemahaman yang sama kepada peserta
didik tentang tugas yang harus dikerjakan;
(m) melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan produk;
(n) memonitor pengerjaan produk peserta didik dan
memberikan umpan balik pada setiap tahapan
pengerjaan produk;
(o) membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik
penilaian;
(p) memetakan kemampuan peserta didik terhadap
pencapaian kompetensi minimal;
(q) memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun
peserta didik; dan
(r) mendokumentasikan hasil penilaian.
4) Penilaian Kolaboratif
Penilaian kolaboratif merupakan penilaian yang dilakukan oleh
beberapa matapelajaran yang mempunyai indokator tagihan yang
hampir sama, penilaian ini bisa dalam bentuk projek, portofolio
yang dikerjakan oleh peserta didik dan hasil kerja bisa dinilai oleh
beberapa mata pelajaran.
d Ketuntasan Belajar
1) Kriteria Ketuntasan Belajar
Ketuntasan belajar menunjukkan tingkat ketercapaian
kompetensi peserta didik mengikuti pembelajaran yang
mencakup pengetahuan, dan keterampilan. SMA Negeri 2 Malang
menetapkan kriteria ketuntasan minimal:
a. Ketuntasan kompetensi sikap dalam bentuk deskripsi minimal
Baik;
b. Ketuntasan kompetensi pengetahuan dalam skor rata-rata
minimal 75;
c. Ketuntasan kompetensi keterampilan dalam capaian optimum
minimal 75.
Ketuntasan belajar minimal untuk pengetahuan dan
keterampilan ditetapkan dengan pertimbangan:
a. Intake peserta didik
1) untuk kelas X diperoleh dari nilai NUN/Laporan Hasil
Belajar Peserta Didik SMP tiap mapel
2) untuk kelas XI dan XII diperoleh dari nilai Laporan Hasil
Belajar Peserta Didik SMA sebelumnya
contoh: Jika intake tinggi maka KKM-nya tinggi atau
sebaliknya jika intake rendah, maka KKM-nya
rendah.
b. Kompleksitas materi pelajaran diperoleh dari tingkat
kompleksitas masing-masing materi pelajaran untuk tiap-tiap
Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing mata pelajaran
contoh: Jika kompleksitasnya tinggi maka KKM-nya rendah
atau sebaliknya jika kompleksitasnya rendah, maka
KKM-nya tinggi.
c. Daya dukung sarana prasarana terkait dengan proses belajar
mengajar
contoh: Jika daya dukungnya tinggi maka KKM-nya tinggi atau
sebaliknya jika daya dukungnya rendah, maka KKM-
nya rendah.
2) Mekanisme dan Prosedur Penentuan Ketuntasan
Belajar Ketuntasan belajar peserta didik terdiri dari:
a. Ketuntasan Belajar Klasikal yaitu 85% peserta didik di kelas
itu telah mencapai nilai ≥ 75 dalam tes formatif untuk tiap KD-
nya.
Jika secara klasikal dari KD tersebut belum tuntas maka
dilaksanakan pembelajaran ulang untuk KD tersebut.
b. Ketuntasan individual yaitu jika setiap peserta didik telah
mencapai ≥ 75 dalam tes formatif untuk tiap KD-nya.
Jika peserta didik secara individu belum tuntas maka yang
bersangkutan harus melakukan remidi.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditentukan oleh satuan
pendidikan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
dengan mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. KKM
dirumuskan setidaknya dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek,
yaitu kompleksitas materi/kompetensi, intake (kualitas peserta
didik), serta guru dan daya dukung satuan pendidikan.
1. Karakteristik materi/kompetensi ditunjukkan dengan
kompleksitas KD dengan mencermati kata kerja yang
digunakan pada KD dan berdasarkan data empiris dari
pengalaman guru mengajar.
2. Aspek intake atau bekal ajar awal dengan memperhatikan
kualitas peserta didik yang dapat diidentifikasi antara lain
berdasarkan hasil ujian nasional pada jenjang pendidikan
sebelumnya, hasil tes awal yang dilakukan oleh sekolah,
atau nilai rapor sebelumnya. Semakin tinggi aspek intake,
semakin tinggi pula nilaiKKMnya.
3. Aspek guru dan daya dukung antara lain memperhatikan
ketersediaan guru, kesesuaian kapasitas dan kapabelitas
guru guru dengan mata pelajaran yang diampu, serta
rasio jumlah peserta didik dalam satu kelas, sarana
prasarana pembelajaran, dukungan dana, dan kebijakan.
4. Semakin tinggi aspek guru dan daya dukung, semakin tinggi
pula nilai KKM-nya. KKM sebaiknya dibuat sama untuk
semua mata pelajaran pada semua tingkat kelas, artinya
nilai KKM sama untuk semua mata pelajaran pada suatu
sekolah. Nilai KKM ditulis dalam dokumen Kurikulum
Operasional Satuan Pendidikan (KOSP) dan disosialisasikan
kepada semua warga sekolah. Secara teknis prosedur
penentuan KKM mata pelajaran pada Satuan Pendidikan
dapat digambarkan pada alur sebagai berikut:
(1) Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam
bentuk angka dan predikat, yakni 1 – 100 untuk angka
yang ekuivalen dengan predikat Kurang (K), Cukup
(C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB) sebagaimana
tertera pada tabel berikut.
NILAI KETUNTASAN SIKAP
ANGKA PREDIKAT
92 – 100 Sangat Baik (SB)
84 – 91 Baik (B)
75 – 83 Cukup (C)
< 75 Kurang (K)
(2) Nilai ketuntasan kompetensi pengetahuan dan
keterampilan dituangkan dalam bentuk angka dan
huruf, yakni 1 – 100 untuk angka yang ekuivalen
dengan huruf D sampai dengan A sebagaimana tertera
pada tabelberikut.
KETUNTASAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN
NILAI PREDIKAT
92 – 100 A
83 – 91 B
75 – 82 C
< 75 D
(3) Ketuntasan Belajar pengetahuan ditetapkan dengan
nilai 75,0, untuk keterampilan ditetapkan dengan
rerata 75,0, untuk nilai sikap minimal Baik (B)
(4) Menetapkan KKM setiap kompetensi dasar (KD), yang
menggunakan kriteria analisis dengan
mempertimbangkan aspek karakteristik peserta didik
(intake), karakteristik mata pelajaran (kompleksitas
materi/kompetensi), serta guru dan kondisi satuan
pendidikan (daya dukung);
(5) Menetapkan KKM mata pelajaran yang merupakan
rata-rata dari semua KKM kompetensi dasar yang
terdapat dalam satu mata pelajaran;
(6) Menetapkan KKM pada setiap semester yang
merupakan rata-rata dari semua KKM mata pelajaran
pada setiap semester.

Contoh kriteria dan skala penilaian penetapan KKM .


Untuk memudahkan analisis setiap KD, perlu dibuat skala
penilaian yang disepakati oleh guru mata pelajaran seperti
berikut:
Kriteria dan Skala Penilaian Penetapan KKM
Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian
Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100
Guru dan Daya Dukung Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah < 65
Intake peserta didik Tinggi 80-100 Sedang 65-79 Rendah < 65

Menentukan KKM setiap KD dengan rumus berikut:

KKM per KD = Jumlah skor setiap aspek


Jumlah aspek
Misalkan aspek daya dukung mendapat skor 90 aspek
kompleksitas mendapat skor 70 aspek intake mendapat
skor 65
Jika bobot setiap aspek sama, nilai KKM untuk KD tersebut
KKM-KD= 90 + 70 + 65 = 75

3
Dalam menetapkan nilai KKM-KD, pendidik/satuan
pendidikan dapat juga memberikan bobot berbeda untuk
masing-masing aspek atau menggunakan poin/skor pada
setiap kriteria yang ditetapkan
Kriteria Penskoran
Aspek yang dianalisis Kriteria penskoran
Kompleksitas Tinggi 1 Sedang 2 Rendah 3
Guru dan Daya Dukung Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1
Intake peserta didik Tinggi 3 Sedang 2 Rendah 1

Jika KD memiliki kriteria kompleksitas tinggi, guru dan daya


dukung tinggi, serta intake peserta didik sedang, maka nilai
KKM-nya adalah:

KKM − KD = 1 + 3 + 2
X 100 = 66, 7
9
Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya
adalah 67.
(7) Menentukan KKM setiap mata pelajaran dengan rumus
Jumlah KKM per KD
KKM mata pelajaran =
Jumlah KD
(8) Menentukan KKM setiap tingkatan kelas dengan rumus
Jumlah KKM per MP
KKM tingkatan kelas =
Jumlah MP pada tingkatan kelas
(9) Menentukan KKM satuan pendidikan dengan rumus
Jumlah KKM per tingkat kelas
KKM satuan pendidikan =
3

3) Upaya Sekolah dalam Meningkatkan Ketuntasan Belajar


Peningkatan kompetensi pendidik, peserta didik dan peningkatan
kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana sekolah.
a. Penguatan Kompetensi Pendidik
1) IHT/workshop setiap hari Sabtu 2 minggu sekali dengan
topik yang berbeda-beda yang terkait dengan kompetensi
pedagogik dan profesional
2) Lesson study
3) Memberi kesempatan dan mendorong pendidik yang
masih S1 untuk studi lanjut S2 linier di perguruan tinggi
yang terakreditasi A.
4) Melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) baik secara individu maupun kolektif oleh satuan
pendidikan
5) Melaksanakan supervisi pembelajaran oleh Pengawas
Sekolah, Kepala Sekolah, dan Guru senior.
b. Dari segi Peserta Didik
1) Melaksanakan bimbingan belajar peserta didik untuk
kelas XII setiap hari Sabtu yang diampu oleh guru
pengajar di sekolah (internal).
2) Mengadakan try out US, USBN, dan UN tingkat sekolah
dan Kota berbasis kertas maupun berbasis komputer.
3) Mengadakan pembelajaran di asrama yang terjadwal dan
rutin (Study Night)
4) Melaksanakan program tutor sebaya
c. Dari segi Sarana dan Prasarana Sekolah
1) Menyediakan buku teks pembelajaran (BTP) kelompok
umum maupun kelompok peminatan dan lintas minat.
2) Menyediakan alat dan bahan
praktikum. e Pelaksanaan Penilaian oleh Satuan
Pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran
sebagai capaian pembelajaran.
1) Mekanisme penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan sebagai
berikut.
a) Menyusun perencanaan penilaian tingkat Satuan Pendidikan
meliputi: penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun, ujian
sekolah dan ujian sekolah berstandar nasional.
(1) Penilaian akhir semester merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester.
Cakupan penilaian meliputi indikator-indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.
(2) Penilaian akhir tahun adalah kegiatan yang dilakukan oleh
satuan pendidikan pada akhir semester genap untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir
semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan
sistem paket. Cakupan materi pada penilaian akhir tahun
meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada
semester genap saja, atau seluruh indikator yang
merepresentasikan KD pada semester ganjil dan semester
genap pada tingkatan kelas yang sama
(3) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) adalah kegiatan
pengukuran capaian kompetensi peserta didik terhadap
standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran tertentu
dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar.
(4) Ujian Sekolah (US) adalah kegiatan pengukuran dan
penilaian capaian kompetensi peserta didik terhadap standar
kompetensi lulusan untuk mata pelajaran yang tidak diujikan
dalam USBN. Ujian Sekolah dilakukan oleh satuan
pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi
belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari
satuan pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, bahwa mata pelajaran yang
diujikan dalam USBN dan US adalah seluruh mata pelajaran
berdasarkan struktur kurikulum kelas XII sesuai kurikulum
yang berlaku pada aspek pengetahuan dan keterampilan
yang diatur dalam POS Ujian Sekolah dan POS Ujian Sekolah
Berstandar Nasional. Ketentuan lebih lanjut mengenai US
dan USBN diatur dalam POS US dan POS USBN yang masing-
masing dibuat oleh satuan pendidikan dan Direktorat
Jenderal terkait.
b) Menentukan KKM dengan memperhatikan standar kompetensi
lulusan, karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran,
serta guru dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan
guru.
c) Menentukan kriteria kenaikan kelas tidak ada diganti oleh kriteria
ketuntasan minimal mata pelajaran.
d) Menentukan kriteria program pembelajaran melalui rapat dewan
guru bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem kredit
semester.
e) Menentukan nilai akhir sikap spiritual dan sosial sebagai bahan
pertimbangan kelulusan melalui rapat dewan guru dengan
mempertimbangkan hasil penilaian oleh semua guru mata
pelajaran, wali kelas, dan guru BK.
f) Melaporkan hasil penilaian semua mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada orang tua/wali peserta didik dalam
bentuk buku laporan pendidikan (Rapor).
g) Melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan
kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
h) Menentukan kriteria kelulusan ujian sekolah dan kriteria
kelulusan dari satuan pendidikan melalui rapat dewan guru.
i) Menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan satuan pendidikan.
j) Menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
melalui rapat dewan guru sesuai dengan kriteria minimal sebagai
berikut.
(1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
(2) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik.
(3) Lulus ujian sekolah dan ujian sekolah berstandar nasional.
k) Menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan
pendidikan.
2) Prosedur Penilaian Akhir dan Ujian Sekolah
a) Penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun, dan ujian sekolah
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) menyusun kisi-kisi penilaian/ujian berdasarkan kriteria
pencapaian kompetensi lulusan, standar isi, dan lingkup materi
pada kurikulum yang berlaku;
(2) mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi)
instrumen penilaian;
(3) melaksanakan penilaian/ujian;
(4) mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kenaikan
kelas/kelulusan peserta didik; dan
(5) melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian/ujian.
b) Teknik penilaian berupa tes tertulis dan tes praktik atau tes
kinerja sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
c) Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan
dapat dibuat oleh tim guru mata pelajaran sejenis (MGMP) tingkat
satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian
sekolah yang memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan
bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
d) Hasil penilaian pengetahuan dan keterampilan dilaporkan dalam
bentuk angka, predikat, dan deskripsi pencapaian kompetensi
mata pelajaran.
f Pengolahan Hasil Penilaian
1) Nilai Sikap Spiritual dan Sikap Sosial
Langkah-langkah menyusun rekapitulasi penilaian sikap untuk satu
semester.
a) Semua guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK memberi
informasi berdasarkan jurnal yang dibuat mengenai
sikap/perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik dari
peserta didik.
b) Wali kelas merangkum dan menyimpulkan (memberi predikat
dan merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan sosial
setiap peserta didik berdasarkan hasil kesepakatan rapat dewan
guru. Predikat terdiri atas sangat baik, baik, cukup, atau kurang,
dan deskripsi sikap ditulis dengan kalimat positif.
c) Deskripsi yang ditulis pada sikap spiritual dan sikap sosial adalah
perilaku yang sangat baik, sedangkan sikap spiritual dan sikap
sosial yang kurang baik dideskripsikan sebagai perilaku yang
perlu pembimbingan.
d) Dalam hal peserta didik yang tidak ada informasi tambahan dari
semua guru, sikap peserta didik tersebut diasumsikan
berperilaku baik.
e) Rekapitulasi hasil penilaian sikap spritual dan sikap sosial yang
dibuat oleh wali kelas berupa predikat dan deskripsi diisikan
dalam rapor.
Berikut gambar pengolahan nilai sikap.

Gambar 3.2 Pengolahan Nilai Sikap

Rambu-rambu deskripsi pencapaian sikap:


(1) Sikap yang ditulis adalah sikap spritual dan sikap sosial yang
merepresentasikan ketercapaian sikap pada KI-1 dan KI-2.
(2) Substansi sikap spiritual adalah hal-hal yang berkaitan dengan
menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
(3) Substansi sikap sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan
menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli, santun, responsif dan pro-aktif. Sikap
tersebut menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
(4) Hasil penilaian pencapaian sikap dalam bentuk predikat dan
deskripsi.
(5) Predikat dalam penilaian sikap bersifat kualitatif, yakni: Sangat
Baik, Baik, Cukup, dan Kurang.
(6) Predikat tersebut ditentukan berdasarkan judgement isi
deskripsi oleh pendidik.
(7) Apabila peserta didik tidak ada catatan apapun dalam jurnal,
sikap peserta didik tersebut diasumsikan BAIK.
(8) Deskripsi sikap terdiri atas sikap yang sangat baik dan/atau
sikap kurang baik yang memerlukan pembinaan dan
pembimbingan.
(9) Deskripsi sikap menggunakan kalimat yang bersifat memotivasi
dengan pilihan kata/frasa yang bernada positif. Hindari frasa
yang bermakna kontras, misalnya: ... tetapi masih perlu
peningkatan dalam ... atau ... namun masih perlu bimbingan
dalam hal ...
(10) Deskripsi sikap menyebutkan perkembangan sikap/perilaku
peserta didik yang sangat baik dan/atau baik dan yang
mulai/sedang berkembang.
(11) Deskripsi sikap spiritual “dijiwai” oleh deskripsi pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, sedangkan
deskripsi mata pelajaran lainnya menjadi penguat.
(12) Deskripsi sikap sosial “dijiwai” oleh deskripsi pada mata
pelajaran PPKn, sedangkan deskripsi mata pelajaran lainnya
menjadi penguat.
(13) Sikap dikembangkan selama satu semester, deskripsi
nilai/perkembangan sikap peserta didik didasarkan pada sikap
peserta didik pada masa akhir semester. Oleh karena itu,
sebelum deskripsi sikap akhir semester dirumuskan, guru mata
pelajaran, guru BK, dan wali kelas harus memeriksa jurnal
secara keseluruhan hingga akhir semester untuk melihat apakah
telah ada catatan yang menunjukkan bahwa sikap peserta didik
tersebut telah menjadi sangat baik, baik, atau mulai
berkembang.
(14) Apabila peserta didik memiliki catatan sikap KURANG baik
dalam jurnal dan peserta didik tersebut belum menunjukkan
adanya perkembangan positif, deskripsi sikap peserta didik
tersebut didiskusikan dalam rapat dewan guru pada akhir
semester. Rapat dewan guru menentukan kesepakatan tentang
predikat dan deskripsi sikap KURANG yang harus dituliskan, dan
juga kesepakatan tindak lanjut pembinaan peserta didik
tersebut. Tindak lanjut pembinaan sikap KURANG pada peserta
didik sangat bergantung pada kondisi sekolah, guru dan
keterlibatan orang tua/wali murid.
Tabel 3.20 Contoh Predikat dan Deskripsi Penilaian
Sikap Spiritual
Predikat Deskripsi
Baik Selalu bersyukur dan berdoa sebelum melakukan
kegiatan serta memiliki toleransi pada agama
yang berbeda; ketaatan beribadah mulai
berkembang.

Predikat Deskripsi
Sangat Memiliki sikap santun, disiplin, dan tanggung
Baik jawab yang baik, sangat responsif dalam
pergaulan serta memiliki kepedulian sangat
tinggi.

Predikat Deskripsi
Cukup Memiliki sikap santun, kurang peduli, percaya
diri, kurang disiplin, dan tanggung jawab mulai
meningkat. Perlu pendampingan dan pembinaan
secara intensif.

Catatan:
Kriteria penilaian sikap dibuat oleh sekolah disesuaikan
dengan peraturan dan karakteristik satuan pendidikan sebagai
rujukan untuk menentukan nilai akhir predikat dan deskripsi
sikap peserta didik pada rapor.
2) Nilai Pengetahuan
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian dan
penilaian akhir selama satu semester untuk mengetahui pencapaian
kompetensi pada setiap KD pada KI-3. Penilaian harian dapat
dilakukan melalui tes tertulis dan/atau penugasan, tes lisan sesuai
dengan karakteristik masing-masing KD. Pelaksanaan penilaian
harian dapat dilakukan setelah pembelajaran satu KD atau lebih.
Penilaian harian dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk KD
dengan cakupan materi luas dan komplek sehingga penilaian harian
tidak perlu menunggu pembelajaran KD tersebut selesai.
Hasil penilaian pengetahuan yang dilakukan oleh pendidik dengan
berbagai teknik penilaian dalam satu semester direkap dan
didokumentasikan pada tabel pengolahan nilai sesuai dengan KD
yang dinilai. Jika dalam satu KD dilakukan penilaian lebih dari satu
kali maka nilai akhir KD tersebut merupakan nilai rata-rata. Nilai
akhir pencapaian pengetahuan matapelajaran tersebut diperoleh
dengan cara merata-ratakan hasil pencapaian kompetensi setiap KD
selama satu semester. Nilai akhir selama satu semester pada rapor
ditulis dalam bentuk angka bulat pada skala 0 – 100 dan predikat,
serta dilengkapi dengan deskripsi singkat kompetensi yang
menonjol berdasarkan pencapaian KD selama satu semester.
Contoh:
Pengolahan nilai pengetahuan mata pelajaran Matematika Wajib
kelas X semester I.
Tabel 3.21 Pengolahan Nilai Pengetahuan Tanpa Pembobotan
No Nama KD Hasil Penilaian Harian Penilaian Rerata
Akhir (dibulatka
1 2 3 4 …
Semester n)
3.1 75 77 78 77
3.2 75 76 75 76
1 Ani 3.3 86 75 90 80 84
3.4 80 95 86
3.5 88 80 84
Nilai Rapor 81
Keterangan:
1. Jumlah KD dalam satu semester pada tabel tersebut sebanyak 5
KD.
2. KKM MP tersebut adalah 75.
3. Satu KD dapat dilakukan beberapa kali penilaian jika KD tersebut
memiliki cakupan materi yang luas serta memiliki kompleksitas
yang tinggi, atau satu KD hanya dinilai satu kali jika cakupan
materi tidak luas serta kompleksitas rendah, dan satu atau lebih
KD dapat satu kali penilaian jika antar KD tersebut memiliki
keterkaitan, ruang lingkup yang rendah serta kompleksitas
rendah.
4. Pada contoh tabel diatas, penilaian KD 3.1 dan KD 3.2 masing-
masing dilakukan sebanyak 3 kali, penilaian KD 3.3 sebanyak 4
kali, penilaian KD 3.4 dan KD 3.5 masing-masing dilakukan
sebanyak 2 kali.
5. Penilaian setiap KD dapat dilakukan berbagai cara. Pada contoh
diatas, penilaian harian kesatu pada KD 3.1 dilakukan melalui tes
tertulis, penilaian kedua dilakukan melalui penugasan, dan
penilaian ketiga dilakukan melalui tes tertulis pada Penilaian
Akhir Semester.
6. Cakupan materi yang diuji pada Penilaian Akhir Semester terdiri
sejumlah indikator yang merepresentasikan KD pada semester
pertama pada tahun pelajaran berjalan. Hal ini sangat
memungkinkan cakupan materi dalam satu semester tidak semua
KD.
7. Pada contoh tabel diatas, cakupan materi yang diuji pada
Penilaian Akhir Semester terdiri atas KD 3.1, KD 3.2, KD 3.3, KD
3.4, dan KD 3.5.
8. Laporan hasil belajar pada pada Penilaian Akhir Semester
berdasarkan KD yang diuji.
9. Nilai akhir setiap KD diperoleh dengan cara merata-ratakan nilai
dari KD yang sama, contoh:
Nilai akhir KD 3.1 = 75+77+78 = 77
3

Nilai akhir KD 3.3 = 86+75+90+80


= 84
4

10. Nilai rapor menggunakan rata-rata dari seluruh nilai KD dalam


satu semester dengan perhitungan sebagai berikut =
77+76+84+86+84
5 = 81
11. Nilai pengetahuan = 81 kemudian diberikan predikat (A, B, C,
atau D) sesuai dengan interval predikat yang ditetapkan satuan
pendidikan.
12. Deskripsi berisi kompetensi yang sangat baik dikuasai oleh
peserta didik dan/atau kompetensi yang masih perlu
ditingkatkan. Pada nilai di atas yang paling dikuasai Ani adalah
KD 3.4 dan yang perlu ditingkatkan pada KD 3.2.
Contoh deskripsi: “Memiliki kemampuan dalam menentukan
penyelesaian sistem pertidaksamaan dua variabel (linear-kuadrat
dan kuadrat-kuadrat), namun perlu peningkatan pemahaman
masalah penyelesaian pertidaksamaan irasional satu variabel”.
Pengolahan penilaian pengetahuan sesuai dengan konsep tujuan
penilaian yaitu untuk mengetahui tingkat kompetensi hasil belajar
yang merujuk pada KD, sehingga ketercapaian KD dalam satu
semester tergambar dengan jelas. Laporan hasil belajar melalui
penilaian akhir semester secara administratif menjadi tantangan
dalam pelaporannya karena harus dipilah berdasarkan hasil setiap
KD.
3) Nilai Keterampilan
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian unjuk
kerja/kinerja/praktik, proyek, produk, portofolio, dan kolaborasi
sesuai karakteristik KD mata pelajaran. Hasil penilaian setiap KD
pada KI-4 berdasarkan nilai optimal jika penilaian dilakukan dengan
teknik yang sama pada KD yang sama yang dilakukan beberapa kali
penilaian. Jika penilaian KD yang sama dilakukan dengan teknik
yang berbeda, misalnya proyek dan produk atau praktik dan produk,
maka hasil akhir penilaian KD tersebut dirata-ratakan. Untuk
memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata pelajaran
adalah dengan cara merata-ratakan dari semua nilai KD pada KI-4
dalam satu semester.
Selanjutnya, penulisan capaian keterampilan pada rapor
menggunakan angka bulat pada skala 0 – 100 dan predikat, serta
dilengkapi deskripsi singkat capaian kompetensi.
Contoh 1:
Mata pelajaran : Seni Budaya
Pengolahan Nilai
Keterampilan

Tabel 3.22 Pengolahan Nilai Keterampilan


Nilai Akhir
KD Praktik Produk Proyek Portofolio
(dibulatkan)
4.1 87 87
4.1 75 76 76
4.3 92 92
4.4 75 82 79
Nilai Rapor 84

Keterangan:
1. Praktik pada KD 4.1 sebanyak 1 kali dan KD 4.2 sebanyak 2 kali.
KD 4.3 dan KD 4.4 dinilai melalui satu proyek. Selain itu KD 4.4
juga dinilai melalui satu kali produk
2. Pada KD 4.1, 4.2, dan 4.3 Nilai Akhir KD diperoleh berdasarkan
nilai optimum, karena materi dan teknik penilaian yang
digunakan sama serta dilakukan beberapa kali. Sedangkan untuk
4.4 diperoleh berdasarkan rata-rata karena menggunakan proyek
dan produk.
3. Nilai akhir semester (Rapor) didapat dengan cara merata-ratakan
nilai akhir setiap KD pada KI-4.
4. Nilai rapor keterampilan dihitung berdasarkan rerata dari seluruh
nilai KD dalam satu semester dengan perhitungan sebagai
berikut.
Nilai Rapor = 87+76+92+79 = 84
4

5. Nilai keterampilan = 84 kemudian diberikan predikat (A, B, C, atau


D) sesuai dengan interval predikat yang ditetapkan satuan
pendidikan.
6. Nilai rapor keterampilan dilengkapi deskripsi singkat kompetensi
yang sangat baik dan kurang baik berdasarkan pencapaian KD
pada KI-4 selama satu semester.
7. Deskripsi nilai keterampilan berdasarkan nilai KD yang menonjol.
Pada tabel tersebut yang tertinggi adalah KD 4.3, sehingga
deskripsi singkatnya sebagai berikut: “Sangat terampil dalam
pertunjukan musik tradisional”

Contoh 2:
Mata Pelajaran : Bahasa Inggris
Kelas/Semester : X/1
Tabel 3.23 Pengolahan nilai Keterampilan MP Bahasa Inggris
Menangkap Menyusun N. Rerata
Nama KD Menyunting
Makna Teks Opt. Opt.
4.7 75 76 75 76
Yeni 4.8 85 88 98 98 87
4.9 82 80 86 86

Keterangan:
1. Praktik pada KD 4.7 dinilai melalui aspek menyusun teks, KD. 4.8
menangkap makna, dan KD 4.9 menyunting masing-masing
dilakukan sebanyak 3 kali.
2. Penilaian ketiga KD tersebut berdasarkan nilai optimum karena
materi dan teknik penilaian yang digunakan sama serta dilakukan
beberapa kali, sehingga nilai optimum KD 4.7 adalah 74, KD 4.8
adalah 98, dan KD 4.9 adalah 86.
3. Nilai rata-rata optimum didapat dengan cara merata-ratakan nilai
optimum pada setiap KD dengan perhitungan sebagai berikut.
Rerata Optimum = 76+98+86 = 87
3

4) Contoh Penghitungan IPK


Tabel 3.23 Contoh Penghitungan Indeks Prestasi Peserta Didik
Peminatan MIPA

Pengetahuan Keterampilan
Beban Rerata
No Mata Pelajaran Angk Predik Angk Predi BxN
Belajar (N)
a at a kat
Kelompok A (Umum)
Pendidikan Agama dan Budi
1. 3 80 B 82 B 81 243
Pekerti
Pendidikan Pancasila dan
2. 2 80 B 80 B 80 160
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 4 85 A 83 B 84 336
4. Matematika 4 82 B 80 B 81 324
5. Sejarah Indonesia 2 76 B 78 B 77 154
6. Bahasa Inggris 2 78 B 80 B 79 158
Kelompok B (Umum)
7. Seni Budaya 2 72 C 76 B 74 148
Pendidikan Jasmani, Olah
8. 3 83 B 85 A 84 252
Raga, dan Kesehatan
Prakarya dan
9. 2 80 B 80 B 80 160
Kewirausahaan
Kelompok C (Peminatan)
10. Matematika 3 80 B 82 B 81 243
11. Fisika 3 79 B 81 B 80 240
12. Kimia 3 82 B 82 B 82 246
13. Biologi 3 85 A 83 B 84 252
14. Ekonomi 3 80 B 80 B 80 240
15. Bahasa Inggris 3 78 B 76 B 77 231
JUMLAH 42 3387

3387

Keterangan:
Predikat IP ditentukan oleh Satuan Pendidikan masing-masing yang
disesuaikan dengan KKM yang telah ditetapkan.
g Program Remedial dan Pengayaan
Konsekuensi dari pembelajaran tuntas adalah tuntas atau belum tuntas.
Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM maka dilakukan tindakan
remedial dan bagi peserta didik yang sudah mencapai atau melampaui
ketuntasan belajar diberikan pengayaan. Pembelajaran remedial dan
pengayaan dilaksanakan untuk kompetensi pengetahuan dan
keterampilan, sedangkan sikap tidak ada remedial atau pengayaan
namun merupakan penumbuh- kembangan sikap, perilaku, dan
pembinaan karakter setiap peserta didik.
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah
berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran
remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial dan
pengayaan dapat dilakukan antara lain:
a) Remedial
Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan
bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu.
Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta didik
diketahui belum mencapai KKM. Pembelajaran remedial dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran
remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami
kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan
dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang
dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal
ini, penilaian merupakan assessment as learning.
Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga
dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang
kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran
juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik.
Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga
harus betul-betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah
peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. Dalam hal ini,
penilaian tersebut merupakan assessment for learning. Jadi remedial
bukan kegiatan tes ulang atau mengulang tes bagi peserta didik yang
belum mencapai KKM namun merupakan pembelajaran remedial
ketika peserta didik teridentifikasi oleh pendidik mengalami
kesulitan terhadap penguasaan materi pada KD tertentu yang sedang
berlangsung.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran remedial serta strateginya
digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.3 Alur Pembelajaran Remedial

Hasil penilaian dilakukan analisis kemudian diklasifikasi mana


peserta didik yang sudah tuntas dan mana yang belum tuntas. Hasil
klasifikasi peserta didik yang belum tuntas, selanjutnya diidentifikasi
kesulitannya dalam menjawab soal dan diberikan remedi sesuai
dengan kesulitan tersebut. Pembelajaran remedial dapat dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan analisa baik jenis maupun
tingkat kesulitan, diantaranya bimbingan secara individu, bimbingan
secara berkelompok, pembelajaran ulang, pemberian tugas, atau
pemanfaatan tutor sebaya. Pembelajaran remedi diberikan langsung
setelah suatu penilaian (harian).
Berikut penjelasan strategi pelaksanaan pembelajaran remedial yang
dapat disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan.
1) Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila
ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan yang
berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan secara individual.
Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan
yang dialami oleh peserta didik. Pemberian bimbingan secara
khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran
klasikal peserta didik tertentu mengalami kesulitan, perlu dipilih
alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual/perorangan. Pemberian bimbingan perorangan
merupakan implikasi peran guru sebagai tutor. Sistem tutorial
dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa orang peserta
didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
2) Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila
dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang
mengalami kesulitan sama.
3) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang
berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan variasi
cara penyajian dan penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran
ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik
belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan
belajar. Guru perlu memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.
4) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka
pelaksanaan remedial, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar
peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes
ulang. Peserta didik perlu diberi pelatihan intensif untuk
membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
5) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas atau
kakak kelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu
dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekan atau adik
kelas yang mengalami kesulitan belajar. Melalui tutor sebaya
diharapkan hubungan antar peserta didik akan lebih akrab dan
terbuka, sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
akan lebih mudah memahami materi atau kompetensi yang harus
dicapai.
Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan di luar jam pelajaran.
Hal ini dilakukan agar hak peserta didik yang sudah tuntas untuk
mengikuti pembelajaran tidak terganggu. Oleh karena itu
pembelajaran remedial dapat dilakukan sebelum pembelajaran
pertama dimulai, setelah pembelajaran selesai, atau pada selang waktu
tertentu yang tidak menggangu kegiatan pembelajaran peserta didik
yang lain disesuaikan dengan kondisi sekolah. Selanjutnya setelah
melakukan pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk
melihat pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial.
Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang
belum tuntas dan dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai
KKM dengan waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir
semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik
mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut
dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk
memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum
mencapai KKM.
Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran
remedial yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian sebagai
berikut.
Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti remedial pembelajaran. Misalnya, suatu
matapelajaran (Fisika) memiliki KKM 70. Seorang peserta didik
bernama Iwan memperoleh nilai harian-1 (KD 3.1) sebesar 50, karena
ada beberapa butir soal yang tidak dapat dijawanb dengan benar.
Karena Iwan belum mencapai KKM, maka Iwan mengikuti remedial
untuk KD 3.1. Setelah Iwan mengikuti remedial dan diakhiri dengan
penilaian, Iwan memperoleh hasil penilaian 80. Berdasarkan
ketentuan tersebut, maka nilai harian-1 (KD 3.1) yang diperoleh Iwan
adalah 80.
Manfaat dari ketentuan di atas adalah:
1) meningkatkan motivasi peserta didik selama mengikuti
pembelajaran remedial karena peserta didik mempunyai
kesempatan untuk memperoleh nilai yang maksimal.
2) sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), sehingga
setiap peserta didik berhak untuk mendapatkan capaian
kompetensi terbaiknya.
b) Pengayaan
Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada
peserta didik yang telah mencapai dan/atau melampaui KKM. Fokus
pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang
dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik
diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil penilaian harian.
Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan satu kali, tidak
berulang kali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran
pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian. Jadi dalam hal
ini berbeda perlakuannya dengan remedial.
Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan
melalui:
a. Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki
minat tertentu diberi tugas untuk memecahkan permasalahan,
membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada
jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah.
Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa
pemecahan masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta
didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau
penelitian ilmiah.
b. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar
mengenai sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang
membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek,
ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik
secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.
c. Pembelajaran berbasis tema, yaitu pembelajatan terpadu yang
memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta
didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.
Melalui pembelajaran tematik dapat mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam
pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya.
3.8 KETUNTASAN MATA PELAJARAN
Bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem SKS, tidak ada kenaikan
kelas bagi peserta didik. Kenaikan kelas otomatis berdasarkan penyelesaian
pembelajaran dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap pembelajaran diakhiri dengan penilaian formatif sebagai tanda
berlanjutnya ke pembelajaran berikutnya.
2. Jika penilaian hasil formatif belum mencapai KKM maka peserta didik
wajib mengulang dan belum bisa melanjutkan ke pembelajaran berikutnya.
3. Pada akhir semester diadakan penilaian akhir semester yang diambil dari
pembelajaran terakhir.
4. Nilai Rapor akhir semester merupakan rata-rata nilai formatif semua
pembelajaran pada semester tersebut dan seterusnya sampai
menyelesaikan 6 semester kurikulum.
3.9 KELULUSAN
3.9.1 Kriteria Kelulusan
1. Kritetia Lulus Ujian Satuan Pendidikan
Dalam pelaksanaan Ujian Sekolah, wajib membuat Prosedur
Operasional Standar (POS) sebagai rujukan teknis dalam
pelaksanaan Ujian Sekolah. Tujuan penyusunan POS untuk
mengorganisasikan pelaksanaan Ujian Sekolah yang efektif dan
profesional, mewujudkan pelayanan yang berkualitas, memuaskan,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Berikut dijelaskan kriteria kelulusan Ujian Sekolah dan Ujian Sekolah
Berstandar Nasional serta kriteria kelulusan dari Satuan Pendidikan.
a) Kriteria Kelulusan Ujian Satuan Pendidikan
Peserta didik dinyatakan lulus Ujian Satuan Pendidikan (USP) dan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Memperoleh nilai ujian satuan pendidikan (NUPS) yaitu nilai
rata-rata mata pelajaran yang diujikan minimal 65 dengan
ketentuan :
1) untuk mata pelajaran yang tidak ada ujian
praktik : NS = NUSP
2) untuk mata pelajaran yang ada praktik
NUSP = NUSP +
NP 2
NS = Nilai Sekolah
NUS = Nilai Ujian Satuan Pendidikan
NP = Nilai Ujian Praktik
b. Memperoleh nilai ujian satuan pendidikan (NUSP) setiap
mata pelajaran minimal 65.
c. Memperoleh nilai sekolah (NS) minimal 70 dengan
ketentuan:
NS = IPK +
NUS 2
NS = Nilai Sekolah
IPK = Rata-rata IP Semester 1 s.d Semester 5
d. Penentuan kelulusan ujian sekolah dilakukan melalui rapat
dewan pendidik sekolah.
2. Kriteria Kelulusan dari Satuan Pendidikan
a. Peserta didik dinyatakan lulus dari SMA Negeri 2 Malang
apabila :
1) Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal Baik
2) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran semester 1
sampai dengan semester 6, menyelesaikan beban belajar
minimal 284 JP mencakup minimal 168 JP pada mata
pelajaran kelompok A dan B (Umum) dan minimal 116 JP
pada mata pelajaran kelompok C (Peminatan), serta
memperoleh IPK minimal 75.
3) Menyelesaikan seluruh program kurikulum Bela Negara dan
Kemaritiman dengan nilai rata-rata minimal 75.
4) Memperoleh nilai ekstrakurikuler wajib kepramukaan
minimal Baik.
5) Lulus US dan USBN
6) Mengikuti Ujian Nasional.
7) Kehadiran pada 1 tahun terakhir minimal 90%.
b. Kelulusan peserta didik dari sekolah ditetapkan oleh setiap
satuan pendidikan melalui rapat dewan guru.
3.9.2 Pelaksanaan Ujian Sekolah
Pelaksanaan ujian yang dilaksanakan SMA Negeri 2 Malang mulai
Penilaian Akhir Semester, Penilaian Akhir Tahun dan Ujian Satuan
Pendidikan dilaksanakan menggunakan sistem berbasis computer dan
smartphone.
Teknis pelaksanaan ujian di sekolah sebagai berikut:
1. Guru menyusun kisi-kisi dan master soal sesuai format yang sudah
ditentukan.
2. Guru menelaah kisi-kisi dan master soal sesuai format yang sudah
disediakan.
3. Peserta didik dibagi menjadi 2 tahap yang terdiri dari: 1) Kelas X dan
XI MIPA; 2) Kelas XII dan XI Bahsa, XI IPS.
4. Setiap ruang berisikan maksimal 22 peserta.
5. Peserta didik langsung mengetahui hasil penilaian yang dilakukan
pada sat selesai melakukan penilaian.
6. Pengolahan dan entri nilai menggunakan e-rapor.
3.9.3 Target Kelulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Lulusan SMA Negeri 2 Malang diharapkan memiliki
kompetensi pada tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi lulusan akan tumbuh dan berkembang
maksimal melalui tiga dimensi yang menjadi acuan utama yaitu:
1. Dimensi Sikap dalam penguatan dan pendidikan karakter
(PPK) Kompetensi ini terdiri dari:
a Religius
b Nasionalis
c Mandiri
d Gotong royong
e Integritas
Pengintegrasian PPK dalam kurikulum SMA Negeri 2 Malang berupa:
a. Pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah
(masyarakat/komunitas);
b. Pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler;
c. Pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan
masyarakat;
Perdalaman dan perluasan dapat berupa:
a. Penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada pengembangan karakter siswa,
b. Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan
pengaturan ulang waktu belajar siswa di sekolah atau luar
sekolah;
c. Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru,
Manajemen Berbasis Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan
kebutuhan Gerakan PPK.
2. Dimensi Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks
berkenaan dengan:
a ilmu
pengetahuan, b
teknologi,
c seni,
d budaya, dan
e humaniora.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri,
keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, serta kawasan regional dan internasional.
Pengetahuan Faktual, yaitu pengetahuan teknis dan spesifik, detail
dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. Pengetahun
Konseptual, yaitu pengetahuan tentang terminologi/ istilah dan
klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori,model, dan struktur
yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik,
detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
Pengetahuan Prosedural, yaitu Pengetahuan tentang cara melakukan
sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis,
spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur
yang sesuai berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya, terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
Aspek pengetahuan ini dikembangkan melalui Higher Order of
Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis, logis,
reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kurikulum 2013 juga menuntut
materi pembelajarannya sampai metakognitif yang mensyaratkan
peserta didik mampu untuk memprediksi, mendesain, dan
memperkirakan. Pengetahuan Metakognitif, yaitu pengetahuan
tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya
dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks,
kontekstual dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
internasional. Sejalan dengan itu ranah dari HOTS yaitu analisis yang
merupakan kemampuan berpikir dalam menspesifikasi aspek-
aspek/elemen dari sebuah konteks tertentu; evaluasi merupakan
kemampuan berpikir dalam mengambil keputusan berdasarkan
fakta/informasi; dan mengkreasi merupakan kemampuan berpikir
dalam membangun gagasan/ide-ide.
3. Dimensi Keterampilan
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak:
a. kreatif,
b. produktif,
c. kritis,
d. mandiri,
e. kolaboratif, dan
f. komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari
di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri. Hal lain yang ingin
ditekankan dalam kurikulum 2013 ini adalah menjawab tantangan
pembelajaran di abad 21. Keterampilan abad 21 atau diistilahkan
dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking and
Problem Solving, dan Creativity and Innovation). Inilah yang
sesungguhnya ingin kita tuju dengan K-13, bukan sekadar transfer
materi. Tetapi pembentukan 4C. Beberapa pakar menjelaskan
pentingnya penguasaan 4C sebagai sarana meraih kesuksesan,
khususnya di Abad 21, abad di mana dunia berkembang dengan sangat
cepat dan dinamis. Penguasaan keterampilan abad 21 sangat penting, 4
C adalah jenis softskill yang pada implementasi keseharian, jauh lebih
bermanfaat ketimbang sekadar pengusaan hardskill.
3.9.4 Program Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan
Mutu pendidikan dapat diukur dari mutu input, proses, output, dan
outcome. Input pendidikan dikatakan bermutu jika siap untuk
berproses. Proses pendidikan bermutu jika menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, serta menyenangkan.
Output dinyatakan bermutu jika hasil belajar (akademik dan
nonakademik) peserta didik tinggi. Sedangkan outcome dinyatakan
bermutu jika lulusan cepat terserap dalam perguruan tinggi dan dunia
kerja serta memiliki daya saing yang tinggi.
Empat Komponen Penting Peningkatan Mutu Pendidikan Menghadapi
Abad 21 yang diterapkan SMA Negeri 2 Malang yaitu :
1. Kebijakan Pendidikan
Kebijakan pendidikan merupakan hal yang sangat penting, terutama
kebijakan yang berlaku secara nasional seperti kurikulum, SMA
Negeri 2 Malang mengacu pada kebijakan yang dikeluarkan secara
nasional dan mengembangkan sesuai kondisi di SMA Negeri 2
Malang..
2. Kepemimpinan
Kepemimpinan (leadership) kepala sekolah juga berperan penting
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Seorang kepala sekolah harus
mampu menjalakan manajemen berbasis sekolah (school based
management) secara baik dan maksimal.
Ekosistem pendidikan di lingkungan sekolah berjalan berdasarkan
manajemen berbasis sekolah yang diterapkan.
Gaya kepemimpinan yang baik, transparansi keuangan, hubungan
antara guru dengan kepala sekolah, hubungan orang tua dengan guru,
maupun hubungan guru dengan siswa dan seluruh yang ada di satuan
pendidikan harus berjalan dengan lancar dan harmonis.
Kepala sekolah yang memiliki kreativitas dan inovasi yang bagus,
dapat membuat sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih bagus juga.
Karena itulah, maka Kemendikbud juga fokus pada reformasi
manajemen sekolah.
3. Infrastruktur
Komponen ketiga adalah infrastruktur, yaitu sarana dan prasarana
yang berkaitan dengan kelas, laboratorium, maupun teknologi
informasi dan komunikasi. SMA Negeri 2 Malang berusaha terus
untuk memenuhi semua sarana prasarana yang dibutuhkan baik di
kelas, laboratorium, teknologi dan akses pembelajaran secara online.
Semua sarana dan prasarana tersebut berpengaruh terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Apalagi sekarang dunia tanpa batas,
peserta didik dapat belajar tidak hanya dari guru dan buku yang ada,
melainkan bisa belajar dari media sosial.
4. Proses Pembelajaran
Komponen keempat yang tidak kalah pentingnya dalam peningkatkan
mutu pendidikan adalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran
yang menyenangkan, yang berinovasi dan penuh kreativitas akan
mendorong peserta didik terbangun motivasinya. SMA Negeri 2
Malang selalu mengadakan pelatihan-pelatihan dalam rangka
meningkatkan mutu, potensi, kemampuan dan kecakapan guru dalam
proses pembelajaran yang inovatif menyenangkan.
Proses pembelajaran yang mendorong kreativitas juga mendukung
untuk memenuhi empat kompetensi yang harus dimiliki generasi
bangsa dalam menghadapi tantangan abad 21. Empat kompetensi
yang biasa disingkat 4C tersebut adalah Critical Thinking atau
berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan
baik, Communication atau kemampuan berkomunikasi, dan Creativity
atau kreatifitas. Keempat kompetensi yang harus dimiliki peserta
didik tersebut harus masuk ke dalam proses pembelajaran di sekolah
sehari-hari. Inovasi dan kreativitas dapat menjadi kekuatan Indonesia
yang memiliki bonus demografi, sehingga generasi bangsa akan bisa
bersaing dengan negara lain pada abad 21.
3.9.5 Program Paska Ujian Sekolah dan Kelulusan
Hal penting bagi peserta didik kelas 12 sehabis Ujian Sekolah dan
Kelulusan memilih perguruan tinggi dan jurusan. SMA Negeri 2 Malang
menyiapkan beberapa strategi diantaranya:
1. Menganalisis nilai rapor semester 1 sampai dengan semester 5.
2. Pada awal semester 5 melakukan penelusuran minat, bakat dan
kemampuan melalui beberapa kegiatan tes potensi belajar, tes
skolastik dan tes psikologi yang bekerjasama dengan beberapa
lembaga.
3. Menjalin komunikasi yang intensif dengan guru, orang tua dan
peserta didik serta selalu memberikan informasi-informasi
perkembangan tentang perguruan tinggi.
4. Melakukan bimbingan secara berkala di luar jam pelajaran untuk
mereview materi-materi yang sudah didapatkan mulai kelas 10.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan tryout secara internal dan
mengikuti kegiatan tryout yang bekerjasama dengan lembaga-
lembaga lain.
6. Pelajanan konsultasi dengan difasilitasi oleh guru-guru Bimbingan
Konseling.
7. Pada awal semester 6 menganalisis nilai rapor peserta didik mulai
semester 1 s.d semester 5.
8. Layanan pemetaan rencana pilihan jurusan untuk melihat tingkat
persaingan pilihan program studi dan universitas sebagai
pertimbangan peserta didik dalam pengambilan keputusan.

3.10 MUTASI PESERTA DIDIK


Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan
Menengah Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa beban belajar yang telah
diambil oleh peserta didik yang pindah dari satuan pendidikan
antarpenyelenggara SKS, penyelenggara SKS ke penyelenggara sistem paket,
atau penyelenggara sistem paket ke penyelenggara SKS diakui secara penuh.
Hal ini mengamanatkan bahwa satuan pendidikan wajib memfasilitasi peserta
didik yang memerlukan mutasi dari sistem paket ke SKS dan sebaliknya
maupun dari kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 dan sebaliknya. Adapun jenis
mutasi peserta didik antara lain berikut.
1. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum
2013 dari sistem paket ke SKS.
2. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum
2013 dari SKS ke sistem paket.
3. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan penyelenggara kurikulum
2013 dari SKS ke SKS.
4. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan dari Kurikulum 2006 ke
SKS kurikulum 2013.
5. Mutasi peserta didik antara satuan pendidikan dari SKS kurikulum 2013 ke
Kurikulum 2006.
Proses mutasi peserta didik diatur dalam Peraturan Akademik satuan
pendidikan dengan ketentuan (1) lulus seleksi mutasi; (2) diterima pada
semester yang setara dengan sekolah asal; dan (3) apabila memberikan
matrikulasi kepada peserta didik mutasi maka bahan matrikulasi berupa
pembelajaran yang relevan.
Satuan pendidikan diperbolehkan melayani mutasi peminatan atas
pertimbangan Wakasek Bidang Kurikulum dan Guru BK dan ketentuan lain
yang diatur dalam Peraturan Akademik satuan pendidikan.
3.11 CUTI AKADEMIK
Peserta didik diberikan kesempatan untuk cuti akademik dengan
mengajukan alasan yang dapat diterima oleh sekolah antara lain;
1. pertukaran pelajar antarnegara selama 3 – 12 bulan;
2. pemusatan latihan atau pembinaan prestasi dan
3. sakit yang membutuhkan perawatan khusus.
Untuk cuti akademik poin (1) dan (2), Satuan Pendidikan mengeluarkan
surat cuti akademik secara langsung dan ditembuskan kepada Dinas
Pendidikan Provinsi.
Sedangkan untuk cuti akademik poin 3, prosedur yang harus dilakukan oleh
orang tua/peserta didik untuk mendapatkan hak cuti akademik, meliputi:
1. orang tua mengajukan surat permohonan Cuti Akademik yang dilampiri
berkas atau dokumen yang relevan;
2. Satuan Pendidikan membahas usulan orang tua bersama Guru BK dan PA;
3. Satuan Pendidikan memberikan rekomendasi untuk menindaklanjuti surat
permohonan cuti akademik dan
4. Satuan Pendidikan mengeluarkan surat keterangan cuti akademik yang
ditandatangani oleh kepala sekolah.

3.12 PENUMBUHAN KARAKTER


3.12.1 Rasional
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelec) dan tubuh anak.
Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan
kesempurnaan hidup anak-anak kita. Demikian dinyatakan oleh
Kihajar Dewantara. Oleh karena itu, transformasi pendidikan nasional
Indonesia harus menempatkan karakter sebagai ruh atau dimensi
terdalam pendidikan nasional berdampingan dengan intelektualitas
yang tercermin dalam kompetensi yang dapat diwujudkan. Dengan
karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang
dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan,
dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain
pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik
sangatlah penting menempatan potensi-potensi intelektual dan
karakter peserta didik sebagai tujuan. Demikian juga laporan Delors
untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku
Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa
pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat
(five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning
to live together, dan learning to beserta learning to transform for
oneself and society. Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
3.12.2 Nilai Utama Pendidikan Karakter
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk
jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan
PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
a. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap
Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku
melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup
rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus,
yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama,
dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter
religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga
keutuhan ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai,
toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh
pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan,
tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi
yang kecil dan tersisih.
b. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan
berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya
bangsa sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban,
unggul, danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat
hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan
agama.
c. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak
bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga,
pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-
cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh
tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
d. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai
semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai,
kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan bersama,
musyawarah mufakat, tolong menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.
e. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku
yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan,memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga
negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran,
setia,komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab,
keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
3.12.3 Prinsip Penumbuhan Karakter
Penumbuhan karakter di sekolah menerapakan sembilan
prinsip berikut;
a. Nilai-nilai Moral Universal
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal
yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu
dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial,dan budaya.
b. Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti
pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika
(olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-
menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada
pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
c. Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional
terutama pendidikan dasar dan menengah dikembangkan dan
dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan
program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan
pendidikan.
d. Partisipatif
Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan
publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan
sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga
kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait
dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan
kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK,
menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK,
bahkan pembiayaan Gerakan PPK.
e. Kearifan Lokal
Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal
nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual
dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan
memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan
berdaulat sehingga dapat memberi indentitas dan jati diri peserta
didik sebagai bangsa Indonesia.
f. Kecakapan Abad XXI
Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang
dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara
lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif
(creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication
skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama
dalam pembelajaran (collaborative learning).
g. Adil dan Inklusif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan
prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai
kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan
martabat manusia.
h. Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan
perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis,
psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini
kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu
memperoleh perhatian intensif.
i. Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan
prinsip keterukuran agar dapat dimati dan diketahui proses dan
hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah
mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi
prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan
perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter
bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan
mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah
dan pemangku kepentingan pendidikan.
3.12.4 Strategi Implementasi dan Penilaian Penumbuhan Karakter
Pendidikan karakter dapat diimplemetasikan melalui beberapa
strategi dan pendekatan yang meliputi: (1) pengintegrasian nilai dan
etika pada mata pelajaran; (2) internalisasi nilai positif yang di
tanamkan oleh semua warga sekolah (kepala sekolah, guru, dan orang
tua); (3) pembiasaan dan latihan; (4) pemberian contoh dan teladan;
(5) penciptaan suasana berkarakter di sekolah; dan (6)
pembudayaan.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan
karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan Grand
Design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis
satuan pendidikan. Berdasarkan grand design yang di kembangkan
Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural
pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari
seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotorik) dalam konteks interaksi social kultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional
pengembangan, pelaksanaan, dan penilaianpada setiap jalur dan
jenjang pendidikan. Konfigurasi karakterdalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam:
(1) olah hati (spiritual and emotional development); (2) olah pikir
(intellectual development); (3) olah raga dan kinestetik (physical and
kinestetic development); dan (4) olah rasa dan karsa (affective and
creativity development). Keempat proses psikososial tersebut secara
terpadu saling berkait dan saling melengkapi, yang bermuara pada
pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai
luhur. Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu
ini dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.
Berikut integrasi pembelajaran pendidikan karakter di SMA Negeri 2
Malang:
a. Integrasi Dalam Mata Pelajaran.
Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan secara terintegrasi
ke dalam penyusunan silabus dan indikator yang merujuk pada
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Berikut merupakan salah satu contoh integrasi ke dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama: (1) bersalaman dengan mencium
tangan guru untuk memunculkan rasa hormat dan tawadhu
kepada guru; (2) penanaman sikap disiplin dan syukur melalui
shalat berjamaah pada waktunya; dan (3) penanaman nilai ikhlas
dan pengorbanan melalui penyantunan terhadap anak yatim dan
fakir miskin.
b. Intergrasi Melalui Kegiatan Intrakurikuler dan Ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakuriluer antara lain: (1) pramuka: peserta didik
dilatih dan dibina untuk mengembangkan diri dan meningkatkan
hampir semua karakter, misalnya: melatih disiplin, jujur,
menghargai waktu, tenggang rasa; (2) palang merah remaja
untuk menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama juga
melatih percakapan sosial dan jiwa social; (3) olahraga untuk
mengajarkan nilai sportifitas dalam bermain menang ataupun
kalah bukan menjadi tujuan utama melainkan nilai kerja keras
dan semangat juang yang tinggi; (4) karya wisata: pembelajaran
di luar kelas yang langsung melihat realitas sebagai bahan
pengayaan peserta didik dalam belajar melalui kunjungan ke
tempat tertentu; dan (5) outbond, yakni aktivitas di luar kelas
dengan menekankan aktivitas fisik yang penuh tantangan dan
petualangan.
c. Pengamatan Kultur Peserta Didik.
Dalam penerapan penilaian penumbuhan karakter dari
pengamaan kultur peserta didik dapat di nilai dari unsur:
 Kedisiplinan
Kedisiplinan di lingkungan sekolah di mana anak sedang
melakukan kegiatan belajarnya. Di lingkungan sekolah
kedisiplinan ini diwujudkan dalam pelaksanaan tata tertib
sekolah. Masih terlihat beberapa anak yang masih belum
sesuai dengan tata tertib misalnya dalam hal berpakaian
seragam. Beberapa anak juga masih terlambat mengikuti
apel pagi.
 Kerapian
Peserta didik laki-laki dalam berpakaian sudah rapi seperti
baju sudah dimasukkan, menutup aurat terbukti dengan
memakai celana panjang, sudah memakai ikat pinggang,
serta rambut juga tidak ada yang panjang bagi laki-laki ,
sedangkan putri karena .
 Sopan Santun
Peserta didik sopan terhadap guru maupun tamu yang
datang ke sekolah. Pada setiap paginya terdapat guru yang
piket menjaga gerbang sekolah untuk menyambut peserta
didik yang datang pada pagi hari untuk bersalaman, Peserta
didik mengucapkan salam dan mencium tangan ketika
bertemu dengan guru
 Kerjasama
Kerjasama peserta didik terlihat terutama pada waktu
proses pembelajaran seperti pelaksanaan tugas kelompok,
baik tugas di kelas maupun tugas di rumah.
 Tanggung Jawab
Tanggung jawab peserta didik sebagai pelajar adalah belajar
dengan baik, mengerjakan tugas sekolah yang sudah
diberikan kepadanya dan tidak meninggalkan tugasnya
sebelum berhasil menyelesaikannya, disiplin dalam
menjalani tata tertib sekolah.
 Ketaatan beribadah
Adanya sholat dhuhur berjamaah seluruh warga sekolah,
sholat dhuha dan mengaji bersama untuk yang muslim dan
kegiatan peribadatan sesuai ajarannya.
 Kepedulian
Kepedulian peserta didik-siswi akan kebersihan masih
kurang. Hal ini terbukti dengan masih terlihatnya sampah di
lingkungan sekolah khususnya di dalam kelas
 Kemandirian
Peserta didik berusaha menyelesaikan setiap tugas dengan
waktu secepat dan seefisien mungkin, kemandirian belajar
dilakukan dalam kegiatan berdiskusi. Peran aktif peserta
didik dalam berbagai kegiatan tersebut, mengindikasikan
bahwa peserta didik tersebut memiliki kemandirian belajar
yang tinggi.
 Kerajinan
Peserta didik-siswi rajin dalam melaksanakan tugas dari
guru ini terbukti setiap peserta didik diberikan tugas mata
pelajaran tidak ada peserta didik yang telat mengumpulkan
tugas.
d. Kultur Guru
 Keteladanan
Guru dapat menunjukkan sikap yang sopan, ucapan yang
menyejukkan dan mempunyai pribadi yang menyenangkan
semua peserta didiknya. Guru sudah memberikan contoh
seperti rajin, tepat waktu, bertanggung jawab dan lain
sebagainya. Selain itu, guru yang bersangkutan selalu hadir
dengan penuh keceriaan, memberikan bimbingan, bantuan,
saran, kritik yang membangun dengan niat yang ikhlas. Apa
yang dilakukan guru di luar kelas setidak-tidaknya dapat
memberikan image yang positif jikalau mampu diperankan
dengan baik
 Kedisplinan
Kedisiplinan guru dalam mengajar, sikap disiplin pribadi
guru juga terlihat adanya semangat dan rasa tanggung jawab
untuk melaksanakan tugas, tidak adanya kecintaan terhadap
pekerjaan sebagai pendidik.
 Kerapian
Guru memperhatikan kerapian berpakaian dan penampilan
selain mampu menimbulkan kepercayaan diri juga dapat
menciptakan daya tarik bagi peserta didik. Guru sudah
berpakaian serasi dan tidak mencolok agar peserta didiknya
tertarik mengikuti pelajaran yang diberikan.
 Sopan Santun
Guru berbicara dengan nada yang baik, menghargai peserta
didiknya, bersikap sabar terhadap peserta didik.
 Kerjasama
Sudah terlihat adanya kerjasama antara guru dengan
peserta didik terutama pada saat prosespembelajaran, serta
kerjasama antarguru yang terlihat pada terbukanya
terhadap saran dan kritik antar guru, serta saling tukar
menukar informasi yang positif untuk kemajuan di bidang
pembelajaran.
 Tanggung Jawab
Tanggung jawab guru sudah menguasai cara pengajaran
yang efektif dimana guru harus bisa menjadi model bagi
murid, bisa memberi nasihat, menguasai teknik bimbingan
serta layanan dan bisa membuat serta melaksanakan
evaluasi yang lain.
 Ketaatan beribadah
Ketaatan beribadah terutama disekolah terlihat ketika
adanya sholat berjamaah yang dilakukan pada waktu sholat
dhuhur.
 Kemandirian
Guru yang mandiri mampu mengembangkan kreativitas
dalam mempersiapkan desain pembelajarannya, salah
satunya guru membuat media powerpoint dalam
pembelajaran. Hal itu merupakan cara guru mengaktifkan
peserta didik agar merasa terlibat dalam proses belajar dan
cara guru memberikan informasi kepada peserta didik.
 Kepedulian
Guru mengembangkan hubungan-hubungan dengan para
muridnya, mendengarkan para muridnya, menciptakan
sebuah suasana yang hangat, mengetahui murid secara
individual, memperlihatkan empati, dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan akademik dan emosional para
muridnya

3.13 PENGEMBANGAN LITERASI


3.13.1 Ketentuan Umum Pengembangan Literasi
Konsep literasi merupakan upaya menuju kemapanan pembelajaran
di sekolah, konsep ini diharapkan menjadi budaya dan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah yang akhirnya menjadi bagian
peningkatan mutu secara nasional. Kemapanan pembelajaran
bermula dari proses yang dipersiapkan secara cermat dan
sungguhsungguh. Inilah eksistensi dalam arti yang sesungguhnya,
kecermatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilaksanakan
secara arif dan selektif. Hal ini tidak berarti bahwa kemapanan itu
akan permanen karena perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat memungkinkan sebuah kemapanan akan berubah.
Kemapanan keterampilan berbahasa yang selama ini menjadi
budaya adalah wicara dan menonton atau mendengarkan. Menepis
budaya wicara dan menonton atau mendengarkan bukan pekerjaan
mudah karena sudah mengakar, namun perlu disadari bahwa
kurikulum 2013 secara arif dan sungguh-sungguh adalah bentuk
sikap yang berusaha meletakkan pemikiran mendasar terhadap
fenomena yang berkembang. Sisi lain, yang harus dipahami adalah
pelaksanaan kurikulum 2013 yang terus beranjak menuju
penguatan, dan ini memang harus terjadi serta dilalui secara
sungguh-sungguh pula agar menghasilkan tatanan yang prospektif.
Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah pendidik dan peserta didik
sebagai komponen langsung dari berjalannya sebuah kurikulum.
Dengan demikian harus tertanam satu keyakinan bahwa usaha
pendewasaan terhadap pola pikir kurikulum 2013 harus terbentuk.
Tujuan pengembangan Literasi sebagai berikut:
a. Menjelaskan tentang kegiatan literasi yang dilaksanakan di SMA
Negeri 2 Malang sebagai perwujudan dari pelaksanaan
Kurikulum 2013
b. Menjelaskan tentang kegiatan lomba-lomba di SMA Negeri 2
Malang dalam rangka menjadi sekolah rujukan.
c. Menjelaskan kegiatan literasi di SMA Negeri 2 Malang setelah
kegiatan sebagai sekolah rujukan
3.13.2 Konsep Literasi SMA Negeri 2 Malang.
Membaca buku selama lima belas menit merupakan budaya yang
sudah dilaksanakan, Buku yang dibaca selama lima belas menit
sebelum pelajaran dimulai adalah selain buku pelajaran yaitu karya
fiksi atau karya sastra. Hal ini penting dilakukan karena mendorong
kebiasaan membaca bagi peserta didik sebagai langkah awal
pembiasaan. Buku-buku karya fiksi meliputi; novel, kumpulan puisi,
dan kumpulan cerita pendek. Hal ini dilakukan sebagai pemancing
atau motivasi terhadap peserta didik terutama pada budaya awal.
Pada pembacaan berikutnya buku-buku ilmu pengatahuan,
teknologi, dan seni budaya. Targer membaca 18 judul fiksi dan non-
fiksi dengan perbandingan berimbang sesuai dalam silabus
Kurikulum 2013 (Dalam pembelajaran berbahasa dan bersastra,
dikembangkan budaya membaca dan menulis secara terpadu. Dalam
satu tahun pelajaran peserta didik dimotivasi agar dapat membaca
paling sedikit 8 buku ( 5 buku sastra dan 3 buku nonsastra) sehingga
setelah peserta didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang
SMA/MA membaca paling sedikit 18 judul buku).
3.13.3 Evaluasi Program literasi yang sudah dilaksanakan di SMA
Negeri 2 Malang.
Target Budaya membaca sebagai berikut :
a. Target dalam semester pertama 3 buku sastra bervariasi; novel,
kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi.
b. Target dalam semester kedua 3 buku umum; ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya, bahasa, sosial, ekonomi, dan humaniora.
c. Target dalam semester ketiga 3 buku teori dan ilmu sastra;
apresiasai, resensi, kritik, dan esai sastra.
d. Target dalam semester keempat 3 buku biografi tokoh-tokoh
ternama/kharismatik Indonesia.
e. Target dalam semester kelima 3 buku buku biografi tekoh-tokoh
ternama/kharismatik dunia.
f. Target dalam semester keenam 3 buku teori drama, naskah
drama, skenario film,
Seperti pada konsep silabus pembelajaran kurikulum 2013, targer
membaca 18 judul fiksi dan non-fiksi dengan perbandingan
berimbang sesuai dalam silabus Kurikulum 2013 bahwa dalam
pembelajaran berbahasa dan bersastra, dikembangkan budaya
membaca dan menulis secara terpadu. Dalam satu tahun pelajaran
peserta didik dimotivasi agar dapat membaca paling sedikit 8 buku
(5 buku sastra dan 3 buku nonsastra) sehingga setelah peserta didik
menyelesaikan pendidikan pada jenjang SMA/MA membaca paling
sedikit 18 judul buku.
Penguatan terhadap budaya membaca adalah budaya menulis, hal ini
sesuai dengan program literasi yang dilaksanakan pemerintah yang
mendefinisikan literasi sebagai kegiatan membaca dan menulis. Pada
kegiatan literasi budaya menulis didasarkan pada penguasaan buku
yang dipelajari setiap semester yang disesuaikan dengan hasil
literasi budaya membaca sebagai berikut:
a. Kegiatan menulis pada semester pertama berupa teks
ulasan/resensi, hal ini merupakan rangkaian terhadap budaya
membaca pada semester ini. Dengan demikian teks ulasan akan
didasarkan pada target dalam semester pertama, yaitu; novel,
kumpulan cerpen, dan kumpulan puisi.
b. Kegiatan menulis pada semester kedua berupa artikel
ilmiah/populer, hal ini merupakan rangkaian terhadap budaya
membaca pada semester ini. Dengan demikian artikel
didasarkan/sesuai pada target dalam semester kedua buku
umum; ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, bahasa, sosial,
ekonomi, dan humaniora. Pada kegiatan ini diarahkan pada
penyesuaian peminatan (Peminatan Bahasa dan Budaya
diarahkan ke artikel tentang Bahasa dan Budaya; Peminatan
MIPA diarahkan ke artikel tentang Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam; dan IPS diarahkan ke artikel Pengetahuan
Sosial).
c. Kegiatan menulis pada semester ketiga berupa cerita
pendek/cerpen, hal ini merupakan rangkaian terhadap budaya
membaca pada semester ini. Dengan demikian karya cerita
pendek/cerpen didasarkan disesuaikan pada target dalam
semester ketiga yaitu buku teori dan ilmu sastra; apresiasai,
kritik, dan esai sastra.
d. Kegiatan menulis pada semester keempat berupa karya
kumpulan puisi (minimal 5 puisi) dengan inspirasi tokoh
nasional yang diidolakan, hal ini merupakan rangkaian terhadap
budaya membaca pada semester ini. Dengan demikian karya
puisi didasarkan/disesuaikan pada target dalam semester
keempat yaitu buku biografi tokoh-tokoh ternama/kharismatik
Indonesia.
e. Kegiatan menulis pada semester kelima berupa karya
drama/skenario film pendek/ bersumber inspirasi tokoh
dunia/internasional yang diidolakan, hal ini merupakan
rangkaian terhadap budaya membaca pada semester ini. Dengan
demikian karya drama/skenario film/film pendek/ didasarkan
pada target dalam semester kelima yaitu buku buku biografi
tekoh-tokoh ternama/kharismatik dunia.
f. Kegiatan menulis pada semester keenam berupa karya kritik dan
esai sastra, hal ini merupakan rangkaian terhadap budaya
membaca pada semester ini. Dengan demikian karya kritik/esai
sastra didasarkan pada target dalam semester keenam yaitu
buku teori drama, naskah drama, skenario film

3.14 PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN


Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk membentuk manusia secara
utuh (holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan
ketrampilan sebagai wirausaha. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan
dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan di sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan
oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik
secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidikan. Pendidikan
kewirausahaan diterapkan ke dalam kurikulum dengan cara
mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan
pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan kewirausahaan di
sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
3.14.1 Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata
Pelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan kewirausahaan terintegrasi di
dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai
kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya
diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya
karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke
dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran,
selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi
(materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk
menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya
perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-
nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata
pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa
dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode
pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Dalam pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ada banyak nilai
yang dapat ditanamkan pada peserta didik. Apabila semua nilai-nilai
kewirausahaan tersebut harus ditanamkan dengan intensitas yang
sama pada semua mata pelajaran, maka penanaman nilai tersebut
menjadi sangat berat. Oleh karena itu penanaman nilai nilai
kewirausahaan dilakukan secara bertahap dengan cara memilih
sejumlah nilai pokok sebagai pangkal tolak bagi penanaman nilai-nilai
lainnya. Selanjutnya nilai-nilai pokok tersebut diintegrasikan pada
semua mata pelajaran. Dengan demikian setiap mata pelajaran
memfokuskan pada penanaman nilai-nilai pokok tertentu yang paling
dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Nilai-
nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua mata
pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri,
kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan
kerja keras.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mata pelajaran
dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap
perencanaan, silabus dan RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan
nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun silabus yang terintegrsi
nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus
yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk
mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan.
Sedangkan cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai
kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah
ada dengan menambahkan pana materi, langkah-langkah
pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP
dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a. Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai
kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b. Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di
dalam SKdan KD kedalam silabus.
c. Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan
integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d. Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-
nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
3.14.2 Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam Kegiatan
Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat
mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah/madrasah. Visi kegiatan ekstra kurikuler
adalah berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta
tumbuhnya kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang
berguna untuk diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi ekstra
kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat
dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan
kesempatan peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui
kegiatan mandiri dan atau kelompok.
3.14.3 Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah.
Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan
karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik
yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan
dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan
pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan
pengembangan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-
hari peserta didik. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan
kondisi sekolah/madrasah.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan
peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas,
kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan
keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan
kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan
tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus
dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung
oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang
diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri,
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat
dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari
sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik,
dll)
3.14.4 Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan dari
Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada
pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter
wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih
besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan
dengan pemahaman konsep. Dalam struktur kurikulum SMA, pada
mata pelajaran ekonomi ada beberapa Kompetensi Dasar yang terkait
langsung dengan pengembangan pendidikan kewirausahaan. Mata
pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung
(eksplisit) mengenalkan nilai-nilai kewirausahaan, dan sampai taraf
tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-
nilai tersebut. Salah satu contoh model pembelajaran kewirausahaan
yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat
dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran, dsb.
3.14.5 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan ke dalam
Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses
pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
(task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan
adaptasi yang berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan
dapat dilakukan ke dalam bahan ajar baik dalam pemaparan materi,
tugas maupun evaluasi.
3.14.6 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur
Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana
peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru,
konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan
sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam
budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala
sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi
dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya
berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah
melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
3.14.7 Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan
Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah
yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal
harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai
luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan
lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik
dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan
sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang
berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi
lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki
nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam
rangka untuk memperoleh pendapatan.
Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama
dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam
mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.
Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun
kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP
MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan
dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan
menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau
penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan. Prinsip pembelajaran
yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan
mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai
kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas
keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan
suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini peserta
didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga
proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai
kewirausahaan.

3.15 KEGIATAN BIMBINGAN KONSELING


3.15.1 Konsep Bimbingan dan Konseling
a. Konsep dan Pengertian Bimbingan dan Konseling
Peserta didik kini berada dalam situasi kehidupan yang
kompleks, penuh dengan tekanan, paradoks dan
ketidakmenentuan sehingga memerlukan kompetensi hidup
agar berkembang secara efektif, produktif, bermartabat serta
bermaslahat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Layanan Bimbingan dan Konseling (BK) adalah upaya
sistematis, objektif, logis, berkelanjutan, dan terprogram oleh
konselor atau guru BK untuk memfasilitasi Peserta
Didik/konseli mencapai kemandirian sehingga mampu,
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan,
dan merealisasikan diri secara bertanggung jawab untuk
mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Dalam implementasi kurikulum 2013 BK dilaksanakan oleh
guru BK sesuai dengan tugas pokoknya dalam upaya membantu
tercapainya tujuan pendidikan nasional, dan khususnya
membantu peserta didik (konseli) mencapai perkembangan diri
yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam
kehidupannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan kolaborasi
dan sinergisitas kerja antar guru BK, guru mata pelajaran,
pimpinan sekolah, staf administrasi, orang tua, dan pihak yang
dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan konseli
secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar,
dan karir.
b. Visi Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 2 Malang
Dalam rangak mewujudkan layanan Bimbingan dan Konseling
yang memfasilitasi perkembangan diri peserta didik secara
optimal, berkarakter, mandiri dan unggul terjabarkan sebagai
berikut:
1) Perkembangan diri secara optimal
 Memahami diri dan lingkungan
2) Berkarakter
 Bertaqwa kepada Tuhan YME sesuai Agama yang dianut
 Mempunyai keperdulian Sosial
3) Mandiri
 Mampu mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri
4) Unggul
 Mengaktualisasikan diri sesuai dengan kompetensi dan
karakteristik
 Mampu merencanakan masa depan
c. Misi Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 2 Malang
Memberikan layanan bantuan agar peserta
didik/konseli:
1) Menemukan penghayatan terhadap keyakinan Agama yang
dianut
2) Menumbuhkan pemahaman diri dan lingkungan
3) Membiasakan diri perduli terhadap lingkungan sosial
4) Membiasakan mengambil keputusan dan menyelesaikan
masalah secara mandiri
5) Membiasakan beraktualisasi diri sesuai dengan kompetensi
dan karakteristik
6) Melaksanakan Perencanaan pengelolaan masa depan
d. Moto Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 2 Malang
“BK SAHABAT PESERTA DIDIK”
3.15.2 Fungsi, Azas dan Prinsip Layanan Bimbingan dan Konseling
a. Fungsi Bagi konseli (peserta didik) berfungsi untuk
1) Perluasan pemahaman diri dan lingkungan
2) Pendorong pertumbuhan dan perkembangan
3) Proses penyesuaian diri dengan diri sendiri dan lingkungan
4) Penyaluran pilihan pendidikan, pekerjaan dan karir
5) Pencegahan timbulnya masalah
6) Perbaikan dan penyembuhan
7) Pemeliharaan kondisi pribadi dan situasi yang kondusif untuk
perkembangan diri konseli;
8) Pengembangan potensi diri secara optimal.
b. Asas Pelayanan Bimbingan dan Konseling
1) Kerahasiaan sesuai kode etik bimbingan dan konseling
2) Kesukarelaan dalam mengikuti layanan yang diperlukan
3) Keterbukaan dalam memberikan dan menerima informasi
4) Keaktifan dalam penyelesaian masalah
5) Kemandirian dalam pengambilan keputusan
6) Kekinian dalam penyelesaian masalah pada kehidupan konseli
7) Kedinamisan dalam memandang konseli
8) Keterpaduan kerja antarpemangku kepentingan pendidikan
9) Keharmonisan layanan dengan visi dan misi sekolah serta nilai
dan norma kehidupan yang berlaku
10)Keahlian dalam pelayanan yang sesuai kaidah-akademik dan
profesional
11)Alih-tangan kasus untuk layanan di luar keahlian dan
kepentingan
12)Tut wuri handayani dalam memfasilitasi setiap konseli
c. Prinsip Bimbingan dan Konseling
1) Pelayanan bimbingan dan konseling untuk semua konseli dan
tidak diskriminatif.
2) Bimbingan sebagai proses pelayanan individu karena setiap
konseli memiliki keunikan masing-masing.
3) Bimbingan konseling memberikan bantuan untuk
membangun pandangan positif pada diri dan lingkungannya.
4) Bimbingan dan konseling merupakan tanggung jawab
bersama termasuk guru dan pemimpin satuan pendidikan
sesuai dengan tugas dan kepentingan serta peran masing-
masing
5) Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu peserta
didik / konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil
keputusan serta merealisasikan keputusannnya secara
bertanggung jawab
6) Bimbingan dan konseling berlangsung dalam konteks
kehidupan.
7) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
pendidikan.
8) Penyelenggaraan bimbingan dan konseling tidak terlepas dari
upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional
9) Bimbingan dan konseling dalam bingkai budaya Indonesia.
10) Bimbingan dan konseling bersifat fleksibel, adaptif, dan
berkelanjutan.
11) Pelayanan bimbingan dan konseling ditangani tenaga
profesional.
12) Pelayanan bimbingan dan konseling berlandaskan program
yang berbasis hasil analisis kebutuhan Peserta Didik sesuai
dengan perkembangannya.
13) Bimbingan dan konseling dievaluasi secara berkala untuk
sebagai dasar perbaikan proses layanan dan untuk mengukur
hasil yang dicapai.
3.15.3 Komponen dan Bidang Bimbingan dan Konseling
1) Komponen BK
Layanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan
secara keseluruhan dikemas dalam empat komponen layanan,
yaitu :
a) Layanan dasar (guidance curriculum) merupakan layanan
penyiapan pengalaman terstruktur dan sistematis agar dapat
menyesuaikan diri dengan tugas-tugas perkembangan secara
alamiah dan normal.
b) Layanan peminatan dan perencanaan individual agar peserta
didik belajar sesuai dengan minatnya dan mengikuti proses
sistematik untuk merencanakan masa depannya.
c) Layanan responsif, merupakan pemberi bantuan dalam
menghadap masalah dalam proses.
d) Dukungan Sistem, merupakan komponen pelayanan dan
kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya
Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan
kemampuan profesional konselor atau guru bimbingan dan
konseling secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada peserta didik/konseli atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan peserta didik/konseli
dan mendukung efektivitas dan efisiensi pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling.
2) Bidang layanan
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup
empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pada hakikatnya
perkembangan tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang
tidak dapat dipisahkan dalam setiap diri individu peserta
didik/konseli. Penjelasan lebih lanjut pada bagian dibawah ini :
a) BK Pribadi meliputi: pemahaman diri, keselarasan
perkembangan, cipta rasa, karsa; kedewasaan, aktualisasi diri,
dan tanggung jawab.
b) BK Sosial untuk memahami interaksi sosial yang positif,
keterampilan berinteraksi, dan mangatasi masalah dalam
hubungan sosial.
c) BK Belajar merupakan bantuan untuk mengenali potensi diri,
sikap dan keterampilan belajar, keterampilan merencanakan
pendidikan, kesiapan mental menghadapi ujian sehingga
mendapat hasil belajar yang optimal.
d) BK Karir merupakan bimbingan untuk mengalami
pertumbuhan, perkembangan, eksplorsi, aspirasi dan
pengambilan keputusan karir secara rasional dan realistis.
3.15.4 Struktur program
Program layanan meliputi program tahunan dan program
semesteran dengan mempertimbangkan komonen program berikut:
1) Rasional
2) Visi dan misi
3) Deskripsi Kebutuhan
4) Tujuan
5) Komponen Program
6) Bidang Layanan
7) Recana Kegiatan / Rencana Operasional
8) Tema/Topik
9) Rencana Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
(RPLBK)
10)Evaluasi, Pelaporan, dan Tindak
Lanjut 11)Rencana Anggaran Biaya
3.15.5 Bentuk dan Strategi Layanan BK
Pelaksanaan Layanan BK erat kaitannya dengan beban kerja
Guru BK / Konselor. Adapun beban kerja Guru BK/ Konselor adalah
150-160 peserta didik ekuivalen dengan 24 jam pembelajaran.
Apabila peserta didik yang diampu 80, berarti untuk memenuhi
persyaratan jumlah minimal adalah 70, dan 150–160 adalah
ekuivalen 24 jam pembelajaran. Bila diekuivalenkan dengan jam
pembelajaran, maka masih kekurangan 11 jam pembelajaran ( 70
dibagi 160 dikalikan 24 = 10,5 dibulatkan menjadi 11 jam
pembelajaran).
Paparan layanan BK dibagi menjadi 2 yaitu layanan di dalam
kelas dan layanan diluar kelas. Layanan Bimbingan dan Konseling di
dalam kelas, yaitu
1) Layanan Tatap muka terjadwal.
2) Volume kegiatan klasikal 1 jam pelajaran per rombel per
minggu.
3) Materi layanan meliputi: aspek perkembangan pribadi, sosial,
belajar, karir serta materi lain yang peserta didik perlukan.
4) Materi dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan Layanan
Bimbingan Klasikal (RPLBK)
Sedangkan bentuk layanan Bimbingan dan Konseling di luar kelas
antara lain:
1) Konseling Individual
2) Konseling Kelompok
3) Bimbingan Kelompok
4) Bimbingan kelas besar dan lintas kelas
5) Konsultasi
6) Kolaborasi dengan Guru
7) Kolaborasi dengan Orang Tua
8) Kolaborasi dengan Ahli Lain
9) Kolaborasi dengan Lembaga Lain
10) Konferensi kasus atau membahas masalah konseli
11) Kunjungan rumah (Home Visit)
12) Layanan Advokasi atau pendampingan terhadap konseli yang
mengalami perlakuan yang tidak mendidik.
13) Pengelolaan Papan Bimbingan
14) Pengelolaan Kotak Masalah
15) Pengelolaan Leaflet
16) Pengembangan dan pengelolaan media BK
17) Kegiatan tambahan (tugas koordinator BK, pembina
ekstrakulikuler, isntruktur dll)
18) Melaksanakan dan menindak lanjuti asesmen Kebutuhan
19) Menyusun dan melaporkan program kerja
20) Membuat evaluasi
21) Melaksanakan Adminstrasi dan Manajemen BK
22) Penelitian dan pengembangan
23) Pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), dan kegiatan
lain yang relevan.

3.16 LAYANAN BIMBINGAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI


Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memberikan acuan bagi
guru Teknologi Komunikasi dan Informasi (TIK) dan satuan pendidikan
dalam merancang program layanan teknologi informasi bagi peserta didik,
sesama guru mata pelajaran, dan tenaga kependidikan di sekolah untuk
memanfaatkan TIK sebagai sumber dan/atau sarana belajar di sekolah.
a. Jenis Layanan

1) Layanan Klasikal
2) Layanan Kelompok
3) Layanan Individu
b. Sasaran Bimbingan

1) Membimbing peserta didik


2) Memfasilitasi sesama guru
3) Memfasilitasi tenaga kependidikan
c. Kegiatan Layanan TIK
Program guru TIK merupakan kegiatan bimbingan dan fasilitas yang
akan dilaksanakan secara terjadwal bagi peserta didik, sesama guru, dan
tenaga kependidikan di sekolah. Program layanan pembimbingan dan
fasilitas TIK untuk setiap periode disusun dengan memperhatikan unsur-
unsur:
1) Kebutuhan peserta didik, sesama guru, dan tenaga kependidikan di
sekolah yang diketahui melalui pengungkapan individu dalam
kepeminatan peningkatan kemampuan TIK dan/atau berdasarkan
uji kemampuan TIK.
2) Jumlah peserta didik yang wajib dibimbing oleh guru pembimbing
sebanyak minimal 150 orang.
3) Bidang-bidang bimbingan meliputi hal-hal terkait dengan
peningkatan kompetensi TIK.
4) Jenis layanan : layanan klasikal, kelompok, dan individu.
5) Kegiatan pendukung : video pembelajaran TIK, dan lain-lain.
6) Frekuensi layanan : setiap peserta didik mendapatkan berbagai layan
an minimal 5 kali dalam setiap semester, baik layanan dalam format
perorangan, kelompok, maupun klasikal.
7) Lama kegiatan : setiap kegiatan (kegiatan layanan dan pendukung)
be rlangsung 2 jam pelajaran untuk kelas X.
8) Waktu kegiatan : Kegiatan layanan dan pendukung diaksanakan
pada jam pelajaran sekolah dan/atau di luar jam pelajaran sekolah.
9) Kegiatan khusus : Pada semester pertama setiap tahun pelajaran baru
diselenggarakan layanan orientasi kelas/sekolah bagi peserta didik
baru terkait dengan kemampuan TIK.
Rincian kegiatan guru TIK dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya berdasarkan permendikbud 68 tahun 2014 pasal 7 adalah
sebagai berikut:

1) Menyusun rancangan pelaksanaan layanan dan bimbingan TIK.


2) Melaksanakan layanan dan bimbingan TIK per tahun.
3) Menyusun alat ukur/lembar kerja program layanan dan bimbingan
TIK.
4) Mengevaluasi proses dan hasil layanan dan bimbingan TIK.
5) Menganalisis hasil layanan dan bimbingan TIK.
6) Melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi dengan memperbaiki
layanan dan bimbingan TIK.
7) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat sekolah dan nasional.
8) Membimbing peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler.
9) Membimbing guru dalam penggunaan TIK.
10)Membimbing tenaga kependidikan dalam penggunaan
TIK. 11)Melaksanakan pengembangan diri.
12)Melaksanakan publikasi ilmiah dan/atau membuat karya inovatif.

Tabel 3.24 Program Tahunan Bimbingan TIK Tahun Pelajaran 2022/2023

Jumlah
Jenis
Sasaran Peserta
No. Rumusan Kompetensi Bimbin Waktu
Kelas didik
gan
Sasaran
1 2 3 4 5 6
1 Komputer dan Internet X Klasikal Semester
sebagai sumber media belajar MIPA/IPS 1
2 Hardware untuk mengakses X Klasikal Semester
Internet MIPA/IPS 1
3 Menggunakan internet dengan X 340 Klasikal Semester
benar dan bijak MIPA/IPS 1
4 Etika dalam ber-Internet dan X Klasikal Semester
bermedia sosial MIPA/IPS 2
5 Aplikasi berbasis Internet / X Klasikal Semester
mobile untuk menunjang MIPA/IPS 2
pembelajaran

3.17 EKSTRAKURIKULER
3.17.1 Pengertian dan Tujuan Umum
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang
dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, dibawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan. Kegiatan ekstrakurikuler
diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian
peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas
ekstrakurikuler wajib dan pilihan.
1) Kegiatan ekstrakurikuler wajib
Kegiatan ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan
ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan
pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik
berbentuk pendidikan kepramukaan.
2) Kegiatan ekstrakurikuler pilihan
Kegiatan ekstrakurikuler pilihan adalah kegiatan ekstrakurikuler
yang dapat dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan
pendidikan dan dapat diikuti oleh peserta didik sesuai bakat dan
minatnya masing-masing.
4 Fungsi
1) Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas Peserta Didik
sesuai dengan potensi bakat dan minat mereka.
2) Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemapuan dan rasa tanggung jawab sosial
Peserta Didik
3) Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan, dan
menyenangkan bagi Peserta Didik yang menunjang proses
perkembangan.
4) Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan eksrakurikuler untuk
mengembangkan kesiapan karir Peserta Didik
5 Tujuan
Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
3.17.2 Ekstrakurikuler Wajib Kepramukaan
Ekstrakulikuler Wajib pendidikan kepramukaan diorganisasikan
dalam model sebagai berikut:

Tabel 3.25 Tabel Pengorganisasian Pendidikan Kepramukaan


No Nama model Sifat Pengorganisasian kegiatan
1. Model blok Wajib, setahun sekali,  Kolaboratif
berlaku bagi seluruh  Bersifat intramural atau
peserta didik, ekstramural (di luar dan
terjadwal, penilaian / atau didalam
umum lingkungan
satuan pendidikan)
2. Model Wajib, rutin,  Pembina pramuka
Aktualisasi terjadwal, berlaku  Bersifat intramural (dalam
untuk seluruh peserta lingkungan satuan
didik dalam setiap pendidikan )
kelas, penjadwalan,
dan penilaian formal
3. Reguler di Sepenuhnya dikelola oleh Gugus
Sukarela, berbasis
Gugus Depan minat Depan Pramuka pada satuan
pendidikan
Secara rinci untuk masing-masing model dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
a) Model Blok
Model Blok diselenggarakan pada tiap awal tahun pelajaran
pada kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Seluruh
Peserta Didik wajib mengikuti program ini sebagai kegiatan orientasi
atau pengenalan pramuka yang dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan setiap sebelum Peserta Didik memulai tahun pelajaran
baru pada tiap tahun.
(1) Tujuan Model Blok
Pelaksanaan pendidikan model blok bertujuan:
(a) Meningkatnya pemahaman Peserta Didik tentang pendidikan
kepramukaan sebagai proses yang menyenangkan dan
menantang dengan menambah wawasan tentang
keterampilan yang akan mereka kuasai dalam latihan selama
satu tahun pelajaran.
(b) Meningkatnya kompetensi (sikap dan keterampilan) peserta
didik yang sejalan dengan materi yang dipelajari dalam
kegiatan tatap muka yang diadaptasi dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, melalui:
• Aplikasi Dwi Satya dan Dwi Darma bagi peserta didik
usia Siaga,
• Aplikasi Tri Satya dan Dasa Darma khususnya Darma
ke-1 dan Darma ke-2 bagi peserta didik usia
Penggalang dan Penegak
(2) Karakteristik
(a) Diikuti oleh seluruh peserta didik.
(b) Dilaksanakan pada setiap awal tahun pelajaran.
(c) Untuk kelas I, kelas VII dan kelas X diintegrasikan di dalam
asa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
(d) Untuk SD/MI dilaksanakan selama 18 Jam, SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK dilaksanakan selama 36 Jam.
(e) Penanggungjawab kegiatan adalah Kepala Sekolah selaku
Ketua Mabigus.
(f) Pembina kegiatan adalah Guru Kelas /Guru Matapelajaran
selaku Pembina Pramuka dan/atau Pembina Pramuka serta
dapat dibantu oleh Pembantu Pembina (Instruktur
Muda/Instruktur Pramuka)
(3) Perencanaan
Perencanaan sistem blok dilakukan sebelum pelaksanaan
penerimaan Peserta Didik baru. Komponen perencanaan
meliputi;
(a) Nama kegiatan
(b) Tujuan
(c) Indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan
(d) Materi pelatihan dan uraian secara ringkas
(e) Strategi pelaksanaan pelatihan
(f) Susunan Panitia
(g) Pembina/Pelatih
(h) Tempat pelatihan.
(i) Jadwal pelatihan
(j) Rencana Anggaran
(k) Evaluasi dan Laporan
(4) Prosedur Pelaksanaan
(a) Peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok didampingi oleh seorang Pembina Pramuka dan
atau Pembantu Pembina
(b) Pembina Pramuka melaksanakan Kegiatan Orientasi
Pendidikan Kepramukaan
(c) Guru kelas / Guru Mata Pelajaran yang bukan Pembina
Pramuka membantu pelaksanaan kegiatan Orientasi
Pendidikan Kepramukaan.
(5) Penilaian
(a) Ruang lingkup penilaian:
 Penilaian dilakukan secara kualitatif
 Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik
 Peserta didik diwajibkan untuk emndapatkan nilai
minimal baik pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada
setiap semester
 Nilai yang diperoleh pada kegiatan pendidikan
kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib berpengaruh
terhadap kenaikan kelas peserta didik.
 Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal
perlu mendapat bimbingan terus menerus untuk
mencapai nilai baik
(b) Teknik penilaian
 Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi,
penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik
 Teknik penilaian ketrampilan dilakukan melalui
demonstrasi ketrampilannya
(c) Media/ alat penilaian
 Jurnal / buku harian
 Portofolio
(d) Proses Penilaian
 Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan
setiap hari di dalam proses pembelajaran
 Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai
Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai
sikap.
 Ketrampilan kepramukaan merupakan pendukung
terhadap penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri
 Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode
observasi
 Proses penilaian ketrampilan kepramukaan disesuaikan
dengan Kompetensi Dasar dari masing-masing Tema dan
Matapelajaran sebagai penguatan yang bermuatan nilai
sikap dan ketrampilan dalam Kurikulum 2013
 Proses Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/ Guru
Matapelajaran selaku Pembina Pramuka.
(6) Evaluasi dan Laporan
Pengelola kegiatan model blok seusai melaksanakan
kegiatan melakukan evaluasi dan menyusun laporan. Evaluasi
kegiatan meliputi pemenuhan dalam proses pelaksanaan
kegaitan dan mengukur pemenuhan tujuan. Evaluasi
dilakukandengan menggunakan perangkat instrumen yang
dibuat khusus untuk keperluan pengukuran keterwujudan
proses dan ketercapaian tujuan.
b) Model Aktualisasi
Model aktualisasi adalah ekstrakurikuler wajib yang
dilaksanakan tiap minggu efektif. Kegiatan ini bertujuan utama
membangun karakter dan keterampilan. Materi yang diaktualisasikan
adalah materi kepramukaan yang diitegrasikan dengan materi
pelajaran yang Peserta Didik peroleh dalam kegiatan tatap muka.
Penyelenggaraan pendidikan aktualisasi adalah bentuk
kegiatan peningkatan kompetensi dasar mata pelajaran yang relevan
yang diintegrasikan dengan materi, metode, dan prinsip dasar
pendidikan kepramukaan. Oleh karena itu sekolah perlu menyusun
silabus pelatihan terlebih dahulu dengan memetakan kompetensi
dasar mata pelajaran, materi pelajaran, tujuan, struktur jadwal, dan
alat penilaian yang relevan.
(1) Karakteristik
 Diikuti oleh seluruh peserta didik.
 Dilaksanakan setiap satu minggu satu kali.
 Setiap satu kali kegiatan dilaksanakan selama 120 menit.
(2) Perencanaan Program Aktualisasi
Perencanaan kegiatan aktualiasi idealnya disusun untuk tiga
tahun dengan menggunakan model silabus nasional. Dengan
sistem perencanan untuk tiga tahun akan memperjelas
kompetensi, materi, strategi, serta tugas yang akan peserta
latihan kerjakan, maupuan perangkat penilaian akan yang
sekolah gunakan. Pembina tiap level mendapat tanggung jawab
untuk merumuskankanya dalam kurun waktu tahunan.
Ada pun struktur program minimal memuat komponen
berikut:
(a) Nama kegiatan
(b) Tujuan kegiatan
(c) Silabus Pelatihan
(d) Materi pelatihan
(e) Pembina/Pelatih
(f) Jadwal pelatihan
(g) Sistem penilaian
(h) Perangkat evaluasi program.
(3) Pembina
Pembina dalam kegiatan aktualisasi adalah tenaga pendidik
yang sekurang-kurangnya telah mengikuti Orientasi Pendidikan
Kepramukaan (OPK) Kursus Mahir Dasar (KMD). Tujuan
pelaksanaan pendidikan ekstrakurikuler wajib model aktualisasi
adalah:
(a) Meningkatnya pemahaman peserta didik tentang
pendidikan Kepramukaan yang menyenangkan dan
menantang.
(b) Meningkatnya keterampilan peserta didik dalam
mengaktualisasikan kompetensi dasar mata pelajaran yang
relevan dengan metode dan prinsip dasar Pendidikan
Kepramukaan sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidupnya pada masa kini dan masa depannya.
(c) Meningkatkan kompetensi (mengejewantahkan nilai-nilai
dalam sikap dan keterampilan) peserta didik sesuai dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pada: Penerapan Dwisatya dan Dwidarma bagi peserta didik
usia Siaga,
(d) Penerapan Trisatya dan Dasadarma bagi peserta didik usia
Penggalang, dan Penegak.
(4) Prosedur Pelaksanaan
(a) Guru kelas/ Guru Mata Pelajaran Mengidentifikasi muatan-
muatan Pembelajaran yang dapat diaktualisasikan di dalam
kegiatan Kepramukaan
(b) Guru menyerahkan hasil identifikasi muatan-muatan
pembelajaran kepada Pembina Pramuka untuk dapat
diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan
(c) Setelah pelaksanaan kegiatan kepramukaan, Pembina
Pramuka menyampaikan hasil kegiatan kepada Guru
kelas/Guru Mata Pelajaran
(2) Penjabaran Kegiatan
Penjabaran Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Kepramukaan susuai Permendikbud 63 Tahun 2014 tentang
pendidikan kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.26 Penjabaran Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
 Pend. Syukur, yakin, jujur,  Keimanan kepada Upacara 1. Kerapihan setiap anggota 20’ Media Penilaian:
Agama disiplin, Tuhan YME Pembukaa ambalan.  Logbook
 PPKn tanggungjawab,  Ketakwaan kepada n Latihan 2. Sangga Kerja menyiapkan  Portofolio
 Bahasa santun, peduli, dan Tuhan YME perlengkapan upacara  Tanda-tanda
Indonesia percaya diri tertib,  Kecintaan pada 3. Pradana mengumpulkan pencapaian
 Matemati semangat, peduli, alam anggota ambalan dalam kecakapan atau
ka kebersamaan,  Kecintaan kepada bentuk barisan bersaf. perilaku baik
 Sejarah cermat, teliti, syukur, sesama manusia 4. Laporan Pemimpin Sangga Teknik Penilaian:
Indonesia terampil, sportif,  Kecintaan kepada kepada Pradana.  Observasi
 Bahasa bugar, dan bersih tanah air Indonesia 5. Pada waktu Pemimpin  KeterampilanKep
Inggris  Kecintaan kepada Sangga meninggalkan ramukaan
 Seni bangsa Indonesia tempat, Wakil Pemimpin  Partisipasi
Budaya  Kedisiplinan Sangga pindah ke tempat
 PJOK  Keberanian Pemimpin Sangga.
 Prakarya  Kesetiaan 6. Para Pemimpin Sangga
 Tolong menolong sesudah laporan mengambil
 Peminata
n tempat di sebelah kanan
 Bertanggungjawab
barisan.
 Dapat dipercaya
7. Pradana menjemput
 Jernih dalam
Pembina dan mengantarnya

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


4
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
berpikir ke sebelah kanan para
 Jernih dalam pemimpin Sangga.
berkata 8. Pradana mengambil tempat
 Jernih dalam di depan barisan, sesuai
berbuat dengan adat ambalan yang
 Hemat berlaku.
 Cermat Petugas bendera
 Bersahaja mengibarkan Sang Merah
 Rajin Putih, Pradana memimpin
 Terampil penghormatannya.
9. Pembacaan Dasaidarma oleh
petugas.
10. Pembina Penegak atau
Pembina Upacara membaca
Pancasila diikuti oleh
anggota ambalan.
11. Pengumuman dari
Pradana/Pembina.
12. Pradana memimpin doa
sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
13. Barisan dibubarkan oleh
Pradana dilanjutkan dengan
acara latihan.
Latihan ber Kegiatan Awal 85’
dasarkan 1. Pembina mengawali latihan
SKU Point dengan membaca basmalah

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


5
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
22 melalui 2. Pembina menginstruksikan
permainan pemimpin sangga untuk
mengisi daftar hadir dan
membayar uang kas
3. Pembina menyiapkan
perlengkapan dalam latihan :
a. Kertas HVS bertuliskan :
- Penyakit Infeksi
- Penyakit Degeneratif
- Penyakit Perilaku
Tidak Sehat
- Tetanus
- Mencret
- Influenza
- Rabies
- diabetes melitus
- stroke
- obesitas
- hipertensi
- Raja Singa (Sifilis)
- HIV /AIDS
- Pencegahan
- Agama
- Mematikan virus
b. Kertas karton yang
digulung (alat pemukul)
Kegiatan Inti

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


6
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
1. Pembina membagi peserta
didik menjadi 2 kelompok
besar (Kelompok A dan
Kelompok B)
2. Masing-masing kelompok
berjumlah 16 orang
3. Kelompok A diberikan kertas
HVS yang memiliki tulisan
tersebut.
4. Kelompok B diberikan Kertas
karton sebagai alat pemukul
5. Pembina memisahkan
kelompok A dan kelompok B
(bersebrangan)
6. Kelompok A dan kelompok B
berbaris bersaf sehingga
berpasangan namun dengan
jarak yang jauh.
7. Pembina menginstruksikan
kepada kelompok A untuk
menyimpan kertas hvs di
dada dengan posisi yang
memiliki tulisan menghadap
ke badan.
8. Kelompok B diinstruksikan
untuk
- Menyusun nama- nama di

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


7
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
kertas HVS sesuai
kategori
- Memukul penyakit yang
disebabkan oleh perilaku
tidak sehat
9. Untuk kelompok A harus
mengikuti instruksi
kelompok B
10. Kelompok B memberikan
pernyataan mengenai
penyusunan kategori
11. Kegiatan tersebut
dilakukan secara
bergantian.
Jenis Penyakit :
# Penyakit Infeksi
a. Tetanus
b. Mencret
c. Influenza
d. Rabies
# Penyakit Degeneratif
a. diabetes melitus
b. stroke
c. obesitas
d. hipertensi
# Penyakit Perilaku tidak
sehat

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


8
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
a. Raja Singa (Sifilis)
b. HIV /AIDS
Kegiatan Penutup
1. Pembina bersama peserta
didik menyimpulkan
bersama
2. Pembina memberikan
hikmah
3. Pembina mengucapkan
hamdalah
4. Persiapan upacara
penutupan
Upacara 1. Kerapihan setiap anggota 15’
Penutupan ambalan.
Latihan 2. Pradana mengumpulkan
anggota ambalan dalam
bentuk barisan bersaf.
3. Pemimpin Sangga
mengambil tempat di
sebelah kanan barisan.
4. Wakil Pemimpin Sangga
pindah ke tempat
Pemimpin Sangga.
5. Pradana menjemput
Pembina Penegak dan
mengantarkannya ke
sebelah kanan barisan.

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 15


9
SIKAP DAN NILAI-NILAI DAN

WAKTU
MATA
KETERAMPILAN KECAKAPAN
PELAJARA KEGIATAN URAIAN KEGIATAN PENILAIAN
KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN
N
KEPRAMUKAAN
6. Pradana mengambil tempat
di depan barisan sesuai
dengan adat ambalan yang
berlaku.
7. Petugas bendera
menurunkan Sang Merah
Putih untuk disimpan.
8. Pembacaan renungan atau
sandi ambalan oleh
petugas.
9. Pengumuman tentang
sangga kerja untuk latihan
yang akan datang, dan lain-
lain.Pradana memimpin
berdoa sesuai agama dan
kepercayaan masing-
masing.
10. Laporan Pradana kepada
Pembina Penegak.
11. Pradana membubarkan
barisan.

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 16


0
(5) Penilaian
(a) Ruang lingkup penilaian:
 Penilaian dilakukan secara kualitatif
 Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik
 Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai minimal
baik pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap
semester
 Nilai yang diperoleh pada kegiatan pendidikan kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib berpengaruh terhadap
kenaikan kelas peserta didik.
 Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu
mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai
baik
(b) Teknik penilaian
 Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi,
penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik
 Teknik penilaian ketrampilan dilakukan melalui demonstrasi
ketrampilannya
(c) Media/ alat penilaian
 Jurnal / buku harian
 Portofolio
(d) Proses Penilaian
 Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan setiap
hari di dalam proses pembelajaran
 Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai
Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai
sikap.
 Ketrampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap
penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri
 Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode
observasi

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 161


 Proses penilaian ketrampilan kepramukaan disesuaikan
dengan Kompetensi Dasar dari masing-masing Tema dan
Matapelajaran sebagai penguatan yang bermuatan nilai sikap
dan ketrampilan dalam Kurikulum 2013
 Proses Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/ Guru
Matapelajaran selaku Pembina Pramuka.
c) Model Reguler
Pelaksanaan kegiatan model reguler adalah kegiatan
kepramukaan yang diatur Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010
tentang Gerakan Kepramukaan. Kesertaan dalam kegiatan bersifat
sukarela. Jika dalam kegiatan Blok dan Aktualisasi wajib diikuti oleh
seluruh Peserta Didik, maka dalam kegiatan reguler hanya Peserta
Didik yang berminat saja yang mengikutinya dan mereka tergabung
dalam kegiatan Gugus Depan.
1) Karakteristik
a) Diikuti oleh peserta didik yang berminat mengikuti kegiatan
Gerakan Pramuka di dalam Gugus Depan
b) Pelaksanaan kegiatan diatur oleh masing-masing Gugus
Depan
2) Pelaksanaan kepramukaan reguler
a) Perencanaan program kerja
(1) Program kerja Gugus Depan
(a) Musyawarah Gugus Depan (Mugus) adalah kegiatan
yang sangat penting dalam upaya memajukan dan
menjaga kelangsungan kehidupan Gugus Depan
dilaksanakan 3 tahun sekali dengan kegiatan pokok
sebagai berikut:
 Evaluasi kegiatan 3 tahun sebelumnya,
 Perencanaan program Gugus Depan 3 tahun
kedepan
 Memilih pengurus Gugus Depan yang baru
(b) Program kerja tahunan di Gugus Depan harus selalu
diwujudkan sebagai pedoman kegiatan. Program

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 162


kerja tahunan adalah rencana kerja yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan hasil Mugus. Proses
pelaksanaan dilakukan oleh ketua gudep, pembina
satuan, pembina pramuka, pembantu pembina
dengan pengarahan majelis pembimbing Gudep.
Penyusunan program kerja dengan menyerap aspirasi
peserta didik yang berasal dari dewan siaga,
penggalang, penegak dan pandega.
(2) Program Kerja Satuan
Program kerja satuan meliputi :
Program kerja siaga, penggalang, penegak, pandega, gladian
pemimpin satuan. Untuk SMA Negeri 2 Malang sesuai dengan
usia peserta didik maka program yang dilakukan adalah
program kerja penegak meliputi:
(a) Pencapaian SKU (Penegak: bantara, laksana)
(b) Peminatan SKK
(c) Pelantikan
(d) Partisipasi dan prestasi yang meliputi :
 Raimuna (pertemuan pramuka penegak dan pandega
putra dan putri dilaksanakan ditingkat kwartir ranting,
cabang, daerah dan nasional)
 Perkemahan wirakarya
 Musppanitera (musyawarah penegak dan pandega)
 Pertisaka (perkemahan bakti satuan karya)
 Gladian pimpinan satuan penegak
 Latihan pengembangan kepemimpinan (LPK)
 Kursus instruktur muda
 Kursus pengelola dewan kerja (KPDK)
 Pendidikan bela negara (PBN)
 Sidang paripurna (untuk dewan kerja)
 Pelatihan tanggap bencana
3) Waktu Pelaksanaan latihan:
a) Latihan mingguan

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 163


b) Latihan bulanan
c) Latihan 6 bulanan
4) Unsur yang terlibat:
a) Unsur pelaksana
(1) Pembina satuan dan pembantu pembina melaksanakan
seluruh program latihan
(2) Pemimpin perindukan (sulung), pemimpin pasukan
(pratama), pemimpin ambalan (pradana) membantu proses
pelaksanaan
b) Unsur Pendukung
(1) Majelis pembimbing
(2) Orang tua
c) Materi latihan
Semua aspek hidup yang berisikan nilai dan kecakapan yang
disusun oleh pembina dan peserta didik
d) Tempat kegiatan
(1) Alam terbuka
(2) Tempat khusus (tempat ibadah, tempat bhakti, tempat
kegiatan pendidikan lainnya)
e) Waktu kegiatan
(1) Sesuai yang ditetapkan dalam program kegiatan
mingguan, bulanan dan 6 bulanan
(2) Bila tidak tercapai bisa ditetapkan kemudian
melalui musyawarah dewan
5) Penilaian
a) Ruang lingkup penilaian:
(1) Penilaian dilakukan secara kualitatif
(2) Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik
(3) Peserta didik diwajibkan untuk emndapatkan nilai minimal
baik pada kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester
(4) Nilai yang diperoleh pada kegiatan pendidikan kepramukaan
sebagai Ekstrakurikuler Wajib berpengaruh terhadap kenaikan
kelas peserta didik.
Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 164
(5) Bagi peserta didik yang belum mencapai nilai minimal perlu
mendapat bimbingan terus menerus untuk mencapai nilai baik
b) Teknik penilaian
(1) Teknik penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri,
dan penilaian antar peserta didik
(2) Teknik penilaian ketrampilan dilakukan melalui demonstrasi
ketrampilannya
c) Media/ alat penilaian
(1) Jurnal / buku harian
(2) Portofolio
d) Proses Penilaian
(1) Proses penilaian dilaksanakan setiap kali latihan dan setiap hari di
dalam proses pembelajaran
(2) Proses penilaian Pendidikan Kepramukaan sebagai
Ekstrakurikuler Wajib menitikberatkan pada ranah nilai sikap.
(3) Ketrampilan kepramukaan merupakan pendukung terhadap
penilaian pendidikan kepramukaan itu sendiri
(4) Proses penilaian sikap dilaksanakan dengan metode observasi
(5) Proses penilaian ketrampilan kepramukaan disesuaikan dengan
Kompetensi Dasar dari masing-masing Tema dan Matapelajaran
sebagai penguatan yang bermuatan nilai sikap dan ketrampilan
dalam Kurikulum 2013
(6) Proses Penilaian dilakukan oleh Guru Kelas/ Guru Matapelajaran
selaku Pembina Pramuka.
3.16.2 Ekstrakurikuler Pilihan
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan merupakan Kegiatan
Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan
pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik. Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dapat berbentuk latihan olah-bakat dan
latihan olah-minat.
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib
(kecuali bagi yang terkendala) dan dapat mengikuti suatu program

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 165


ekstrakurikuler pilihan baik yang terkait maupun yang tidak terkait
dengan suatu mata pelajaran di SMA Negeri 2 Malang.
Penjadwalan kegiatan ekstrakurikuler pilihan dirancang di awal tahun
ajaran oleh pembina di bawah bimbingan kepala sekolah atau wakil
kepala sekolah urusan Kepeserta didikan. Jadwal Kegiatan
Ekstrakurikuler diatur agar tidak menghambat pelaksanaan kegiatan
intra dan kukurikuler.
Target yang hendak dicapai serta strategi untuk mencapai target
pencapaian dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 3.27 Target dan Strategi Pencapaian Ekstrakurikuler SMA Negeri 2 Malang
Jenis Hari Target
No Srategi Pencapaian
Ekstrakurikuler Pelaksanaan Pencapaian
1 BDI (Badan Rabu Tercapainya Iman  Meningkatkan nilai
Dakwa Islam) dan Taqwa serta nilai religi kepada
ukuah islamiyah seluruh peserta
seluruh peserta didik melalui
didik yang berbagai kegiatan
beragama islam yang berkaitan
dengan siar atau
dakwa islam
2 PDM Jumat Peningkatan iman  Meningkatkan
(Persekutuan seluruh peserta kegiatan kegiatan
Doa Maranatha) didik yang yang berkaitan
beragama nasrani dengan keimanan
 Berperan aktif
mengikuti kegiatan
peningkatan
keimanan dengan
persekutuan lain
diluar sekolah
4 Broadcasting dan Kamis Peningkatan  Meningkatkan
Jurnalistik kemampuan keberanian
berkomunikasi, berkomunisasi,
berorasi, serta berorasi dan
percaya diri di menjadi MC dalam
depan publik setiap latihan
 Mengembangkan
dan meningkatkan
Meningkatkan keterampilan
kemampuan berkomunikasi
menulis, membuat dengan mengikuti
artikel untuk kegiatan dengan

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 166


Jenis Hari Target
No Srategi Pencapaian
Ekstrakurikuler Pelaksanaan Pencapaian
pengembangan bekerjasama
keterampilan dengan instansi
terkait
 Terjun secara
langsung ke
lapangan untuk
melihat, meliput,
dan menulis apa
yang terjadi
dilingkungan
sekolah
5 Paskibra Sabtu Juara I LFP  Meningkatkan
(lomba formasi frekuensi latihan
dan pengibaran) dan kedisiplinan
se Malang Raya
6 PMR (Palang Sabtu  Menjuarai setiap  Meningkatkan
Merah Remaja) even lomba PMR latihan PMR di
 Juara I Balaram setiap kegiatan
Tingkat kota yang ada di
Malang sekolah

7 Karate Sabtu Menjuarai setiap  Meningkatkan


even tingkat kota frekuensi latihan
Malang dan  Sering melakukan
privinsi uji coba latih
tanding
8 Pecinta Alam Kamis Menjuarai lomba  Melakukan
pecinta alam kegiatan latihan
tingkat Malang dan pemahaman
raya tentang kepencinta
alaman secara
langsung terhadap
alam dan
lingkungannya
 Pelestarian
lingkungan
hidup
9 Bola Voli Senin & Jumat Juara I Tingkat  Meningkatkan
Kota frekuensi latihan
dari 1 kali
menjadi 2 kali
dalam satu
minggu
 Meningkatkan
frekuensi try
out

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 167


10 Bola Basket Rabu, Kamis  Juara Deteksi  Menambah alokasi
& Sabtu Bola Basket waktu latihan yang
Leagae (DBL) biasanya 2 jam

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 168


Jenis Hari Target
No Srategi Pencapaian
Ekstrakurikuler Pelaksanaan Pencapaian
 Menjuarai menjadi 3 jam
kompetisi- dalam setiap kali
kompetisi bola latihan
basket yang  Menambah
diikuti tingkat jumlah bola yang
Kota dan dipakai untuk
Provinsi latihan
 Melakukan latih
tanding ke luar/ke
beberapa sekolah se
Malang raya (try
out)
11 Bulu Tangkis Rabu, Jumat Menjuarai even-  Menyeleksi pemain
even Tingkat Kota yang berpotensi
untuk dibina dan
dilatih secara
intensif
 Latihan secara rutin
dan penambahan
frekuensi latihan
13 Sepak Bola / Selasa & Juara Tingkat Kota  Meningkatkan
Futsal Sabtu frekuensi latihan
dalam mengasah
kemampuan
ketrampilan
bermain bola
baik
secara individu
maupun kelompok
14 Paduan Suara Selasa & Finalis FLS2N dan  Melakukan latihan
Kamis PPS (Pekan secara intensif 2 x
Paduan Suara) seminggu dan
2018 kondisional (sesuai
dengan kebutuhan
lomba)
15 Tari Tradidional Kamis Juara I lomba tari  Melakukan latihan
tradisional tingkat secara rutin sesuai
kota Malang dan jenis tari yang
FLS2N akan
disajikan

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 169


16 Teater Senin & Juara I lomba seni  Meningkatkan
Kamis teater se kota latihan peran seni
Malang dan FLS2N teater baik secara
individu,
berpasangan
maupun kelompok
sesuai dengan
topik yang akan
ditampilkan

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 170


Jenis Hari Target
No Srategi Pencapaian
Ekstrakurikuler Pelaksanaan Pencapaian
17 Seni Musik Kamis Juara I lomba  Melakukan latihan
musik se Malang rutin secara
raya terprogram dan
terorganisir
 Pembenahan dan
pengadaan
alat/sarana
18 SECC (SMANDA Kamis Juara debat bahasa  Mengintensifkan
English Inggris tingkat latihan
Conversation Jawa Timur dan berkomunikasi,
Club) Nasional berpidato,
berdebat
menggunakan
Bahasa Inggris
19 Modern Dance Rabu, Jumat Juara I tari  Meningkatkan
& Cheer Leader & Sabtu modern tingkat frekuensi latihan
kota Malang, dari 2 kali
provinsi dan menjadi 3 kali
nasional dalam
seminggu
20 Karawitan Rabu Juara I Pagelaran  Meningkatkan
atau pertunjukan intensitas latihan
seni karawitan  Perbaikan dan
tingkat Jawa pengadaan
Timur sarana/alat
gamelan
21 OSN (Olimpiade Setelah KBM 4-6 peserta didik  Melakukan seleksi
Sains Nasional) lolos tingkat kota, awal
1-2 peserta didik  Pembinaan oleh
lolos tingkat guru
propinsi, dan 1  Pembinaan oleh
peserta didik juara lembaga
I tingkat Nasional profersional
 Motivasi training
22 Pencak Silat Minggu  Juara I untuk  Meningkatkan
tingkat kota frekuensi latihan
Malang  Sering
 Mengirim wakil melakukan uji
sekolah untuk coba latih tanding
kegiatan O2SN  Pengadaan alat
dan sarana

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 171


23 Sepatu Roda Kamis  Juara I untuk  Meningkatkan
tingkat kota frekuensi latihan
Malang  Sering
 Mengirim wakil melakukan uji
sekolah untuk coba latih tanding
kegiatan O2SN  Pengadaan alat
dan sarana

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 172


1. Daya Dukung
Pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan,
pelaksanaan, dan penilaian kegiatan ekstrakurikuler antara lain:
a. Kebijakan Satuan Pendidikan
Pengembangan dan pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler merupakan kewenangan dan tanggung
jawab penuh dari satuan pendidikan. Oleh karena itu untuk
dapat mengembangkan dan melaksanakan Kegiatan
Ekstrakurikuler diperlukan kebijakan satuan pendidikan
yang ditetapkan dalam rapat satuan pendidikan dengan
melibatkan komite sekolah/madrasah baik langsung maupun
tidak langsung.
b. Ketersediaan Pembina
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler harus didukung
dengan ketersediaan pembina. Satuan pendidikan dapat
bekerja sama dengan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan
pembina.
c. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan
Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler memerlukan
dukungan berupa ketersediaan sarana dan prasarana satuan
pendidikan. Yang termasuk sarana satuan pendidikan adalah
segala kebutuhan fisik, sosial, dan kultural yang diperlukan
untuk mewujudkan proses pendidikan pada satuan
pendidikan. Selain itu unsur prasarana seperti lahan,
gedung/bangunan, prasarana olahraga dan prasarana
kesenian, serta prasarana lainnya.
2. Pihak Terlibat
Pihak yang terlibat dalam kegiatan ektrakurikuler di SMA Negeri 2
sebagai berikut:
a. Peserta didik
b. Pembina ektrakurikuler

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 173


c. Orang tua peserta didik,
d. Wakil Kepala Sekolah Urusan Kepeserta didikan
e. Kepala Sekolah
f. Komite Sekolah, dan
g. Organisasi Masyarakat yang linear dengan
ektrakurikuler tertentu.
3. Perencanaan Kegiatan
Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan di luar jam pelajaran
kurikuler yang terencana setiap hari. Kegiatan ekstrakurikuler
dapat dilakukan setiap hari atau waktu tertentu (blok waktu).
Kegiatan ekstrakurikuler seperti OSIS, klub olahraga, atau seni
mungkin saja dilakukan setiap hari setelah jam pelajaran usai.
Sementara itu kegiatan lain seperti Klub Pencinta Alam, Panjat
Gunung, dan kegiatan lain yang memerlukan waktu panjang dapat
direncanakan sebagai kegiatan dengan waktu tertentu (blok
waktu).
4. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada kegiatan ektrakurikuler sebagai berikut:
a. Pembina ektrakurikuler memperkenalkan ektrakurikuler
pada peserta didik baru
b. Pendaftaran peserta didik baru pada ektrakurikuler
yang diminati,
c. Pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler sesuai jadwal
yang ditentukan.
5. Pelaksanaan
a. Setiap peserta didik wajib mengikuti cabang ekstrakurikuler
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
b. Apabila jumlah peserta dalam satu cabang ekstrakurikuler
sudah melebihi kapasitas, peserta wajib memilih cabang yang
lain.
c. Peserta didik dapat mengikuti dua cabang ekstrakurikuler
selama cabang yang masih diminati masih memenuhi daya
tampung.

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 174


d. Peserta didik harus hadir mengikuti kegiatan sesuai jadwal
yang sudah ditetapkan.
e. Dana kegiatan ekstrakurikuler dialokasikan dari iuran rutin
Komite, apabila ada tambahan-tambahan dana kegiatan dapat
dilakukan dengan cara musyawarah anggota peserta
ekstrakurikuler dari masing-masing cabang.
6. Pengawasan
Pengawasan pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler dilakukan
oleh pembina ektrakurikuler dan wakil kepala sekolah urusan
kepeserta didikan. Kepala sekolah mengawasi proses dan hasil
kegiatan ektrakurikuler berkoordinasi dengan wakil kepala
sekolah urusan kepeserta didikan.
7. Evaluasi
Kinerja peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler perlu
mendapat penilaian dan dideskripsikan dalam rapor. Kriteria
keberhasilannya meliputi proses dan pencapaian kompetensi
peserta didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Penilaian dilakukan secara kualitatif.
Peserta didik wajib memperoleh nilai minimal “baik” pada
Pendidikan Kepramukaan pada setiap semesternya. Nilai yang
diperoleh pada Pendidikan Kepramukaan berpengaruh terhadap
kenaikan kelas peserta didik. Bagi peserta didik yang belum
mencapai nilai minimal perlu mendapat bimbingan terus menerus
untuk mencapainya.
Nilai ekstrakurikuler
a. Nilai ekstrakurikuler ditulis dalam bentuk nilai kualitatif: A
(sangat baik), B (baik), C (Cukup baik), K (kurang).
b. Nilai ekstrakurikuler hanya akan diberikan pada peserta didik
yang kehadirannya dalam ekstrakurikuler sekurang-
kurangnya 90%.

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 175


3.17 PENDIDKAN KECAKAPAN HIDUP
Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi
problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga mampu mengatasinya.
Pendidikan kecakapan hidup terencana dan terintegrasi di dalam setiap
mata pelajaran melalui materi pembelajaran maupun tema pembelajaran.
Secara eksplisit pendidikan kecakapan hidup termuat dalam mata pelajaran
Biologi, Kimia, Fisika, Ekonomi dan sebagainya. Sedangkan pada mata
pelajaran lain, misalnya Bahasa Indonesia, pendidikan kecakapan hidup
diwujudkan dalam tema-tema yang mendukung.
Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dengan membudayakan
kewirausahaan melalui penyisipan pesan pada mata pelajaran Prakarya di
SMA Negeri 2 Malang juga merupakan upaya memberi bekal kepada peserta
didik agar mereka memahami konsep kewirausahaan, memiliki karakter
wirausaha, memanfaatkan peluang, dan mendapatkan pengalaman langsung
berwirausaha, serta terbentuknya lingkungan sekolah yang berwawasan
kewirausahaan.

Dokumen I KTSP SMA Negeri 2 Malang | Tahun Pelajaran 2022/2023 176

Anda mungkin juga menyukai