Anda di halaman 1dari 5

Untuk mencari jumlah barang yang dibeli oleh Ibu Rahma untuk memperoleh kepuasan

maksimal, kita perlu mempertimbangkan utilitas marjinal (MU) dan harga barang.

Pertama, mari kita tentukan utilitas marjinal per dolar yang dikeluarkan untuk setiap
barang. Utilitas marjinal per dolar dikeluarkan dapat dihitung dengan membagi utilitas
marjinal (MU) dengan harga barang.

Untuk barang X: Utilitas marjinal per dolar = MU / Harga = (50 - X) / $10 = 5 - 0.1X

Untuk barang Y: Utilitas marjinal per dolar = MU / Harga = (60 - 0.5Y) / $15 = 4 -
0.0333Y

Karena kita ingin memaksimalkan kepuasan, kita harus mengalokasikan anggaran


dengan cara yang membuat utilitas marjinal per dolar yang dikeluarkan untuk setiap
barang sebanding.

Dengan asumsi Ibu Rahma akan membeli jumlah X dan jumlah Y, kita dapat membuat
persamaan berikut:

Utilitas marjinal per dolar untuk barang X = Utilitas marjinal per dolar untuk barang Y 5 -
0.1X = 4 - 0.0333Y

Kita juga perlu memperhatikan bahwa Ibu Rahma memiliki anggaran $210, yang berarti
total pengeluaran untuk barang X dan Y harus sesuai dengan anggaran tersebut.

Harga barang X * jumlah barang X + Harga barang Y * jumlah barang Y = Anggaran


$10X + $15Y = $210

Sekarang kita memiliki dua persamaan dengan dua variabel (X dan Y), dan kita dapat
mencari solusi mereka.

Saya akan menggunakan metode substitusi untuk menyelesaikan sistem persamaan ini:

Dari persamaan pertama: 5 - 0.1X = 4 - 0.0333Y Kita dapat mengubahnya menjadi: 0.1X
- 0.0333Y = 1

Kita bisa menyelesaikan persamaan ini untuk mendapatkan nilai X dalam hal Y: 0.1X =
0.0333Y + 1 X = (0.0333Y + 1) / 0.1 X = 0.333Y + 10

Sekarang kita dapat substitusikan nilai X ini ke persamaan kedua:


$10X + $15Y = $210 $10(0.333Y + 10) + $15Y = $210 $3.33Y + $100 + $15Y = $210
$18.33Y + $100 = $210 $18.33Y = $110 Y ≈ 5.999 (atau bisa dianggap sebagai 6)

Jadi, Ibu Rahma akan membeli sekitar 6 unit barang Y.

Kemudian, kita dapat mengganti nilai Y ini ke persamaan X untuk menemukan jumlah
barang X:

X = 0.333Y + 10 X = 0.333(6) + 10 X ≈ 12.998 (atau bisa dianggap sebagai 13)

Jadi, Ibu Rahma akan membeli sekitar 13 unit barang X.

Jadi, jumlah barang yang dibeli

6. The consumption function represents the relationship between an individual's income and their
consumption expenditure. In this case, we can determine Muhajir's consumption function based on
the given information.

Let's analyze the data provided:

1. At the beginning of his work, Muhajir's monthly payment was Rp. 1,750,000, and he spent the entire
amount on consumption expenses (Rp. 1,750,000).
2. After working for 2 years, Muhajir's monthly payment increased to Rp. 2,250,000, and he spent Rp.
2,000,000 on consumption expenses.

To determine the consumption function, we can consider Muhajir's monthly consumption expenses
as a function of his monthly income. Let's denote the consumption function as C(Y), where Y
represents Muhajir's monthly income.

From the given information, we can observe two data points:

1. (Y = Rp. 1,750,000, C(Y) = Rp. 1,750,000)


2. (Y = Rp. 2,250,000, C(Y) = Rp. 2,000,000)

To find the slope of the consumption function, we can calculate the marginal propensity to consume
(MPC) using the formula:

MPC = (Change in Consumption) / (Change in Income)

MPC = (C(Y2) - C(Y1)) / (Y2 - Y1)

MPC = (Rp. 2,000,000 - Rp. 1,750,000) / (Rp. 2,250,000 - Rp. 1,750,000) = Rp. 250,000 / Rp. 500,000 =
0.5
The MPC represents the proportion of additional income that an individual consumes. In this case,
Muhajir's MPC is 0.5.

Now, let's determine the consumption function using the MPC:

C(Y) = C(Y1) + MPC * (Y - Y1)

Using the first data point (Y = Rp. 1,750,000, C(Y) = Rp. 1,750,000) and the MPC value (0.5), we can
calculate the consumption function:

C(Y) = Rp. 1,750,000 + 0.5 * (Y - Rp. 1,750,000)

Simplifying the equation:

C(Y) = Rp. 1,750,000 + 0.5Y - Rp. 875,000 = 0.5Y + Rp. 875,000

Therefore, the consumption function for Muhajir based on the given information is C(Y) = 0.5Y + Rp.
875,000.

27 Untuk menghitung besarnya PPh Pasal 21 atas bonus yang diterima oleh
Pak Zulkarnain, kita perlu mengetahui beberapa informasi tambahan. Salah
satunya adalah tarif PPh Pasal 21 yang berlaku pada tahun berjalan.

Namun, sebagai gambaran umum, tarif PPh Pasal 21 biasanya berdasarkan


Tabel Tarif PPh Pasal 21 yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tarif
ini diterapkan secara progresif, artinya semakin tinggi pendapatan, semakin
tinggi pula tarif yang dikenakan.

Sebagai contoh, jika kita asumsikan tarif PPh Pasal 21 untuk bonus sebesar Rp
8.000.000 adalah 10%, maka besar PPh Pasal 21 yang harus dibayarkan dapat
dihitung sebagai berikut:

PPh Pasal 21 = Bonus x Tarif PPh Pasal 21 = Rp 8.000.000 x 10% = Rp 800.000

Namun, perlu diingat bahwa tarif yang tepat harus diperoleh dari peraturan
yang berlaku pada tahun berjalan. Jika Anda memiliki informasi lebih lanjut
tentang tarif yang berlaku, dapat menggantinya dalam perhitungan di atas
untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
28. Untuk menghitung total biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT. Mustaqim Tbk,
kita perlu menjumlahkan biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, dan biaya konversi.
Biaya Tenaga Kerja: Rp 6.600.000 Biaya Overhead Pabrik: Rp 3.960.000

Biaya Konversi: Biaya konversi dapat dihitung dengan mengalikan persentase konversi
dengan biaya produksi keseluruhan. Persentase Konversi: 40% Biaya Produksi
Keseluruhan: Rp 23.500.000

Biaya Konversi = Persentase Konversi x Biaya Produksi Keseluruhan = 0.40 x Rp


23.500.000 = Rp 9.400.000

Total biaya produksi = Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik + Biaya Konversi =
Rp 6.600.000 + Rp 3.960.000 + Rp 9.400.000 = Rp 20.960.000

Jadi, total biaya produksi yang dikeluarkan oleh PT. Mustaqim Tbk untuk menyelesaikan
produk tersebut adalah Rp 20.960.000.

29. Ilustrasitersebut sesuai dengan prinsip produksi yang berkaitan dengan etika dan
integritas, di mana Pak Imam memilih untuk berjualan secara jujur meskipun labanya
sedikit. Prinsip ini menekankan pentingnya melakukan bisnis dengan integritas,
kejujuran, dan memegang teguh nilai-nilai moral. Dalam kasus ini, Pak Imam menolak
mencampurkan plastik pada kerupuknya untuk memanipulasi konsumen, karena
tindakan tersebut tidak hanya tidak jujur, tetapi juga dapat membahayakan kesehatan
konsumen.

Pilihan Pak Imam untuk mempertahankan integritasnya dan menjual kerupuk secara
jujur mencerminkan tanggung jawab sosial dan kesadaran akan dampak yang bisa
ditimbulkan oleh praktik bisnis yang tidak etis. Meskipun laba yang diperoleh mungkin
lebih rendah, Pak Imam memilih untuk menjaga kualitas dan kejujuran produknya, serta
memprioritaskan kepentingan dan keamanan konsumen.
30. Untuk menghitung jumlah uang yang beredar dalam transaksi tersebut setelah
produksi meningkat 10%, kita perlu menghitung harga baru per unit sepeda gunung
dan jumlah unit yang terjual.

1. Harga sepeda gunung merk Police California 1,0 (27,5) setelah meningkat 10%: Harga
awal: Rp3.500.000,00 Kenaikan harga: 10% dari Rp3.500.000,00 = Rp3.500.000,00 x 0,10
= Rp350.000,00 Harga baru: Rp3.500.000,00 + Rp350.000,00 = Rp3.850.000,00
2. Jumlah unit yang terjual tetap 250 unit.
3. Kecepatan peredaran uang tetap 40 kali.

Sekarang kita dapat menghitung jumlah uang yang beredar:


Jumlah uang yang beredar = (Harga baru per unit) x (Jumlah unit yang terjual) x
(Kecepatan peredaran uang) = Rp3.850.000,00 x 250 unit x 40 kali = Rp96.250.000.000

Jadi, setelah produksi meningkat 10%, jumlah uang yang beredar dalam transaksi
tersebut adalah Rp96.250.000.000.

Anda mungkin juga menyukai