Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ILMIAH

EFEKTIVITAS PERMAINAN SNAKE & LADDER TERHADAP KETERAMPILAN


BERBICARA BAHASA INGGRIS PESERTA DIDIK KELAS 8

OLEH
INDAH TRI NURYANTI, S.Pd
NIP. 199109012019032038

MADRASAH TSNAWIYAH NEGERI 2 HULU SUNGAI TENGAH


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
2022
PENDAHULUAN
Bahasa Inggris telah menjadi bahasa internasional yang wajib dipelajari oleh

siapapun. Selain sebagai bahasa komunikasi, bahasa Inggris telah menjadi bahasa

teknologi seperti pemograman dan perangkat lunak. Bahasa Inggris dipelajari dalam

berbagai konteks yaitu sebagai bahasa kedua ( English for second language) dan bahasa

asing ( English for foreign language). Negara Indonesia menggunakan konteks bahasa

Inggris sebagai bahasa kedua, dimana tujuan pembelajaran bahasa Inggris untuk

berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai negara.

Pembelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang wajib khususnya untuk

jenjang pendidikan menengah. Terdapat empat aspek keterampilan dalam pembelajaran

bahasa Inggris yakni keterampilan membaca (reading), keterampilan menulis ( writing),

keterampilan mendengar (listening) dan keterampilan berbicara (speaking). Parupalli

(2019:8) menyatakan bahwa dari keempat keterampilan yang harus dipelajari,

keterampilan berbicara dianggap yang paling penting. Dalam kehidupan sehari-hari

sebagian besar orang menilai kemampuan berbahasa Inggris dari segi keterampilan

berbicara. Selain digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, dalam memperoleh

pekerjaan pun, keterampilan berbicara bahasa Inggris menjadi nilai plus terutama untuk

perusahaan multinasional.

Pada pembelajaran bahasa Inggris tingkat sekolah menengah pertama, peserta

didik dituntut untuk mampu menyusun teks dalam bentuk lisan baik teks interpersonal

maupun transaksional. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mengungkapkan makna dan

langkah retorika dalam bentuk ragam teks secara lisan dengan baik dan lancar.

Namun, pada praktiknya, sering dijumpai peserta didik yang masih kurang

terampil dalam mengkespresikan ide atau gagasan dalam bahasa Inggris. Hal ini yang
dialami peserta didik di MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah. Kemampuan berbicara

peserta didik di kelas VIII C MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah masih dikategorikan

rendah. Hal ini diindikasikan dengan mengungkapkan ide atau gagasan dalam bahasa

Inggris sering terhenti atau tidak lancar. Selain itu, durasi bicara rata-rata di bawah 3

menit. Setelah ditelusuri lebih jauh, peserta didik lebih cenderung kurang dalam

penguasaan kosa kata sehingga mereka sulit merangkai kalimat untuk membuat gagasan.

Selain rendahnya penguasaan kosa kata, terdapat faktor lain yang menjadi

penyebab rendahnya tingkat keterampilan berbicara siswa seperti penggunaan teknik,

metode serta media yang kurang tepat. Untuk mencapai kompetensi dasar berbicara ini

memang sangat memerlukan teknik pembelajaran yang mampu memberikan stimulus

para siswa agar lebih aktif berbicara ketimbang guru yang lebih dominan

memperkenalkan pola-pola dan ungkapan tanpa melalui konteks sehingga kurang

terjadinya interaksi antar siswa.. Teknik pembelajaran menurut Knowles

(Suprihatiningrum: 2013:157) merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam

mengelola kegiatan pembelajaran. Teknik pembelajaran merupakan sebuah implementasi

dari metode pembelajaran secara spesifik. Teknik pembelajaran bisa bermacam-macam

meskipun dengan metode pembelajaran yang sama.

Salah satu teknik pmbelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan

berbicara siswa merupakan permainan snake & ladder gunakan untuk meningkatkan

Permainan ini sudah tidak asing di telinga semua orang pun juga siswa-siswi. Permainan

ini lebih menekankan pada komunikasi secara verbal daripada kemampuan visual

sehingga sesuai untuk memberikan stimulus para siswa untuk menjadi lebih aktif

berbicara. Permainan snake & ladder ini menggunakan papan (board) dan sebuah dadu.

Dalam hal ini, papan permainan dan teknik bermainnya sudah dimodifikasi sedemikian

rupa dan disesuaikan dengan materi pembelajaran yakni giving instruction.


PEMBAHASAN

Teknik pembelajaran melalui permainan snake& ladder sebenarnya dapat

diaplikasikan dalam mata pelajaran apapun, yang membedakan adalah aturan permainan yang

disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Permainan snake & ladder mampu

menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mampu mengembangkan semangat siswa

dalam berbicara bahasa Inggris. Lingkungan yang positif tentunya dapat menghilangkan

anggapan bahwa keterampilan berbicara hanya seputar membuat dialog dan menghafal.

Permainan snake & ladder dalam kegiatan pembelajaran berorientasi pada konteks, yang

melibatkan persaingan sehat antar teman, dan menawarkan lingkungan belajar yang

menyenangkan. Rifki Afandi ( 2005:87) menyatakan bahwa media pembelajaran

menggunakan permainan snake & ladder dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

sebesar 45%. Oleh karena itu permainan ini mampu meningkatkan kefasihan dalam

berbicara. Dengan permainan ini, peserta didik juga mampu mengingat karena mereka

menemukan sendiri makna dari apa yang sudah mereka pelajari.

Penelitian pembelajaran dengan teknik permainan snake & ladder ini dilakukan di

MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah pada semester 1 pada kelas VIII C dengan materi giving

instruction. Game ini dinilai sangat efektif untuk meningkatkan kosa kata serta meningkatkan

keterampilan berbicara siswa dalam menerapkan fungsi sosial, struktur teks dan unsur

kebahasaan teks interpersonal lisan serta mampu menyusun teks tersebut berdasarkan

konteks.

Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian pre-test kepada para siswa di

kelas VIII B sebelum dilakukan pembelajaran dengan teknik permainan snake & ladder. Pre-
test kami lakukan melalui oral test atau tes lisan sebab kami ingin menilai sejauh mana

kemampuan berbicara para siswa. Terdapat 4 soal terkait materi giving instruction yang kami

berikut. Oral test dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan berbicara siswa baik

dari segi penguasaan kosa kata maupun pengucapan. Dari hasil pre-test tersebut, dapat

diketahui bahwa masih banyak peserta yang mendapat nilai di bawah KKM ( Kompetensi

Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Dari 39 jumlah peserta didik, hanya 35% yang mampu

mencapai ambang batas KKM dengan rata-rata keseluruhan 74,05.

Langkah kedua yaitu treatment. Dalam langkah ini, kami membentuk kelompok kecil

yang terdiri dari 4-5 orang tiap kelompok. Kemudian kami membagi sebuah papan, dadu dan

pion kepada masing-masing kelompok. Aturan permainan sama seperti aturan permainan

pada umumnya. Masing-masing anggota melempar dadu untuk menggerakkan pion mereka.

Jika mereka melewati tangga maka mereka mendapat kartu berwarna biru yang berisi

perintah dalam bahasa Inggris. Jika mereka melewati ular,mereka harus mengambil kartu

kuning yang berisi kalimat perintah berbeda dengan kartu sebelumnya. Para peserta didik

harus melakukan apa yang sudah ditulis dalam kartu tersebut. Jika ada salah satu peserta

didik yang tidak paham dengan maksud dalam kartu tersebut, mereka boleh berdiskusi untuk

mencari makna atau maksud dari kalimat perintah yang diberikan. Selain menambah kosa

kata, melalui permainan ini peserta didik lebih memahami dan mengingat kosa kata tersebut

sebab mereka mempelajari bahasa dalam konteks yang sebenarnya.

Tahap yang terakhir adalah melakukan post test. Langkah ini dilakukan untuk melihat

sejauh mana hasil belajar peserta didik setelah dilakukan pembelajaran dengan teknik

permainan snake & ladder. Seperti halnya pretest, post test juga dilakukan dengan oral test

atau tes lisan terkait materi giving instruction. Soal tes lisan juga terdiri dari 4 nomor

pertanyaan. Dalam hal ini kami melihat bahwa nilai peserta didik mengalami peningkatan

yang signifikan baik dari segi pengucapan maupun kosa kata. Dapat dilihat bahwa terdapat
70% peserta didik yang mencapai batas nilai minimal (KKM) dan 30% yang belum

mencapai batas nilai minimal dengan rata-rata 77,91.

Setelah hasil pre-test dan post-test dilakukan analisis menggunakan T-test, dapat

diperoleh hasil t hitung sebesar -3,19. Sedangkan t table diperoleh dari tabel nilai kritik t dengan

df 35 dan α = 0,05 yang menunjukan t tabel sebesar 2,021. Berdasarkan perbandingan antara t

hitung dan t tabel dapat diketahui bahwa -3,19 ≤ 2,021. Jadi dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh penggunakan teknik permainan snake & ladder terhadap kemampuan

berbicara peserta didik.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan snake &

ladder terbukti bahwa pembelajaran bahasa Inggris tidak selalu menjadi momok karena

kegiatan yang menegangkan dan harus selalu menghafal. Meningkatkan keterampilan

berbicara dapat dilakukan dengan pembelajaran kosa kata yang lebih bermakna dan sesuai

konteks. Dengan begitu siswa lebih mengingat kosa kata yang telah dipelajari daripada hanya

disuruh menghafal yang bisa jadi akan hilang jika tidak sering dipraktikan. Selain itu,

pembelajaran bahasa Inggris dengan teknik permainan juga mampu meningkatkan motivasi

siswa untuk giat belajar. Hal ini menunjukan bahwa teknik pembelajaran menggunakan

permainan snake & ladder sangat efektif untuk diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Rifki, Pengembangan Media Pembelajaran Permainan Ular Tangga Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar. JINop

(Jurnal Inovasi Pendidikan), Vol. 1, No. 1, 2015.


Rao, Parupalli Srinivas. The Importance of Speaking Skill In English Classroom. Alford

Council of International English & Literature Journal (ACIELJ), Vol.2, Issue-2.

Diakses pada 8 November 2022.

Suprihartiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai