OLEH
INDAH TRI NURYANTI, S.Pd
NIP. 199109012019032038
siapapun. Selain sebagai bahasa komunikasi, bahasa Inggris telah menjadi bahasa
teknologi seperti pemograman dan perangkat lunak. Bahasa Inggris dipelajari dalam
berbagai konteks yaitu sebagai bahasa kedua ( English for second language) dan bahasa
asing ( English for foreign language). Negara Indonesia menggunakan konteks bahasa
Inggris sebagai bahasa kedua, dimana tujuan pembelajaran bahasa Inggris untuk
Pembelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang wajib khususnya untuk
sebagian besar orang menilai kemampuan berbahasa Inggris dari segi keterampilan
pekerjaan pun, keterampilan berbicara bahasa Inggris menjadi nilai plus terutama untuk
perusahaan multinasional.
didik dituntut untuk mampu menyusun teks dalam bentuk lisan baik teks interpersonal
maupun transaksional. Selain itu, mereka juga dituntut untuk mengungkapkan makna dan
langkah retorika dalam bentuk ragam teks secara lisan dengan baik dan lancar.
Namun, pada praktiknya, sering dijumpai peserta didik yang masih kurang
terampil dalam mengkespresikan ide atau gagasan dalam bahasa Inggris. Hal ini yang
dialami peserta didik di MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah. Kemampuan berbicara
peserta didik di kelas VIII C MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah masih dikategorikan
rendah. Hal ini diindikasikan dengan mengungkapkan ide atau gagasan dalam bahasa
Inggris sering terhenti atau tidak lancar. Selain itu, durasi bicara rata-rata di bawah 3
menit. Setelah ditelusuri lebih jauh, peserta didik lebih cenderung kurang dalam
penguasaan kosa kata sehingga mereka sulit merangkai kalimat untuk membuat gagasan.
Selain rendahnya penguasaan kosa kata, terdapat faktor lain yang menjadi
metode serta media yang kurang tepat. Untuk mencapai kompetensi dasar berbicara ini
para siswa agar lebih aktif berbicara ketimbang guru yang lebih dominan
berbicara siswa merupakan permainan snake & ladder gunakan untuk meningkatkan
Permainan ini sudah tidak asing di telinga semua orang pun juga siswa-siswi. Permainan
ini lebih menekankan pada komunikasi secara verbal daripada kemampuan visual
sehingga sesuai untuk memberikan stimulus para siswa untuk menjadi lebih aktif
berbicara. Permainan snake & ladder ini menggunakan papan (board) dan sebuah dadu.
Dalam hal ini, papan permainan dan teknik bermainnya sudah dimodifikasi sedemikian
diaplikasikan dalam mata pelajaran apapun, yang membedakan adalah aturan permainan yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Permainan snake & ladder mampu
menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mampu mengembangkan semangat siswa
dalam berbicara bahasa Inggris. Lingkungan yang positif tentunya dapat menghilangkan
anggapan bahwa keterampilan berbicara hanya seputar membuat dialog dan menghafal.
Permainan snake & ladder dalam kegiatan pembelajaran berorientasi pada konteks, yang
melibatkan persaingan sehat antar teman, dan menawarkan lingkungan belajar yang
menggunakan permainan snake & ladder dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
sebesar 45%. Oleh karena itu permainan ini mampu meningkatkan kefasihan dalam
berbicara. Dengan permainan ini, peserta didik juga mampu mengingat karena mereka
Penelitian pembelajaran dengan teknik permainan snake & ladder ini dilakukan di
MTs Negeri 2 Hulu Sungai Tengah pada semester 1 pada kelas VIII C dengan materi giving
instruction. Game ini dinilai sangat efektif untuk meningkatkan kosa kata serta meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dalam menerapkan fungsi sosial, struktur teks dan unsur
kebahasaan teks interpersonal lisan serta mampu menyusun teks tersebut berdasarkan
konteks.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian pre-test kepada para siswa di
kelas VIII B sebelum dilakukan pembelajaran dengan teknik permainan snake & ladder. Pre-
test kami lakukan melalui oral test atau tes lisan sebab kami ingin menilai sejauh mana
kemampuan berbicara para siswa. Terdapat 4 soal terkait materi giving instruction yang kami
berikut. Oral test dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan berbicara siswa baik
dari segi penguasaan kosa kata maupun pengucapan. Dari hasil pre-test tersebut, dapat
diketahui bahwa masih banyak peserta yang mendapat nilai di bawah KKM ( Kompetensi
Ketuntasan Minimal) yaitu 75. Dari 39 jumlah peserta didik, hanya 35% yang mampu
Langkah kedua yaitu treatment. Dalam langkah ini, kami membentuk kelompok kecil
yang terdiri dari 4-5 orang tiap kelompok. Kemudian kami membagi sebuah papan, dadu dan
pion kepada masing-masing kelompok. Aturan permainan sama seperti aturan permainan
pada umumnya. Masing-masing anggota melempar dadu untuk menggerakkan pion mereka.
Jika mereka melewati tangga maka mereka mendapat kartu berwarna biru yang berisi
perintah dalam bahasa Inggris. Jika mereka melewati ular,mereka harus mengambil kartu
kuning yang berisi kalimat perintah berbeda dengan kartu sebelumnya. Para peserta didik
harus melakukan apa yang sudah ditulis dalam kartu tersebut. Jika ada salah satu peserta
didik yang tidak paham dengan maksud dalam kartu tersebut, mereka boleh berdiskusi untuk
mencari makna atau maksud dari kalimat perintah yang diberikan. Selain menambah kosa
kata, melalui permainan ini peserta didik lebih memahami dan mengingat kosa kata tersebut
Tahap yang terakhir adalah melakukan post test. Langkah ini dilakukan untuk melihat
sejauh mana hasil belajar peserta didik setelah dilakukan pembelajaran dengan teknik
permainan snake & ladder. Seperti halnya pretest, post test juga dilakukan dengan oral test
atau tes lisan terkait materi giving instruction. Soal tes lisan juga terdiri dari 4 nomor
pertanyaan. Dalam hal ini kami melihat bahwa nilai peserta didik mengalami peningkatan
yang signifikan baik dari segi pengucapan maupun kosa kata. Dapat dilihat bahwa terdapat
70% peserta didik yang mencapai batas nilai minimal (KKM) dan 30% yang belum
Setelah hasil pre-test dan post-test dilakukan analisis menggunakan T-test, dapat
diperoleh hasil t hitung sebesar -3,19. Sedangkan t table diperoleh dari tabel nilai kritik t dengan
df 35 dan α = 0,05 yang menunjukan t tabel sebesar 2,021. Berdasarkan perbandingan antara t
hitung dan t tabel dapat diketahui bahwa -3,19 ≤ 2,021. Jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh penggunakan teknik permainan snake & ladder terhadap kemampuan
KESIMPULAN
Dari hasil analisis pembelajaran dengan menggunakan teknik permainan snake &
ladder terbukti bahwa pembelajaran bahasa Inggris tidak selalu menjadi momok karena
berbicara dapat dilakukan dengan pembelajaran kosa kata yang lebih bermakna dan sesuai
konteks. Dengan begitu siswa lebih mengingat kosa kata yang telah dipelajari daripada hanya
disuruh menghafal yang bisa jadi akan hilang jika tidak sering dipraktikan. Selain itu,
pembelajaran bahasa Inggris dengan teknik permainan juga mampu meningkatkan motivasi
siswa untuk giat belajar. Hal ini menunjukan bahwa teknik pembelajaran menggunakan
DAFTAR PUSTAKA
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dan Hasil Belajar IPS Di Sekolah Dasar. JINop