Anda di halaman 1dari 135

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

keterampilan berbicara merupakan keterampilan kedua dalam

keterampilan berbahasa. Menurut Tarigan (1981:15) “berbicara adalah

kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk

mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran gagasan, dan

perasaan”. Sejalan dengan yang apa yang diungkapkan oleh Tarigan menurut

Smith (2008)” Speaking is many things — it is thinking of what one wishes to

say, choosing the right words from our vocabulary, putting the words in the

proper grammatical framework, communicating the feelings we have, and so

on.”

Dari pernyataan yang disampaikan oleh Smith tersebut tampaklah

bahwa keterampilan berbicara sangatlah penting untuk dikuasai, terutama

untuk mempermudah melakukan komunikasi. Mengajarkan keterampilan

berbicara ada beberapa prinsip, menurut Brown (1994:3) menyatakan tujuh

prinsip pembelajaran berbicara. Ketujuh prinsip yang maksud adalah

1) focus on both fluency and accuracy.


2) provide intrinsically motivating techniques.
3) Encourage the use of authentic language.
4) Provide appropriate feedback and correction.
5) Capitalize on the natural link between speaking and listening.
6) Give student opportunities to initiate oral communication.
7) Encourage the development of speaking strategies.”

1
Berdasarkan ketujuh prinsip pembelajaran yang telah disampaikan

oleh Brown, dapatlah diketahui bahwa untuk mengajarkan keterampilan

berbicara haruslah dilakukan secara terencana. Dilakukan secara terencana

karena untuk mempercepat proses penguasaan keterampilan berbicara.

Menurut Tarigan (1981:15) “tujuan utama berbicara adalah untuk

berkomunikasi.” Kemudian Menurut Albert (dalam Tarigan, 1981:26)

“kemampuan berbicara secara efektif merupakan suatu unsur penting

terhadap keberhasilan kita dalam semua bidang kehidupan.”

Dengan demikian kemampuan berbicara sangatlah penting karena

belajar bahasa pada intinya belajar berkomunikasi atau terampil bahasa. Oleh

karena itu, proses interaksi atau komunikasi antara guru dan siswa, siswa dan

siswa harus terjadi.

Dalam penelitian ini penulis memilih kelas VIII karena berdasarkan

kurikulum KTSP mata pelajaran bahasa Indonesia keterampilan berbicara

membawakan acara diajarkan di kelas VIII pada semester genap,

keterampilan berbicara penting untuk dikuasai siswa terutan untuk

berkomunikasi untuk itu diperlukan bimbingan (model) dan latihan.

Kenyataan di lapangan pada waktu penulis melakukan wawancara

awal dengan guru bahasa indonesia kelas VIII SMP Negeri 18 Pontianak,

penulis memperoleh informasi tentang pembelajaran keterampilan berbicara.

Kemampuan siswa kelas ini dalam keterampilan berbicara masih

dikategorikan rendah karena belum mencapai kriteria keberhasilan minimal.

Standar kriteria keberhasilan minimal yang ditetapkan oleh guru dalam mata

2
pelajaran ini adalah 61, sedangkan dari hasil prariset nilai rata-rata siswa

hanya mencapai 55, dengan perincian siswa yang memperoleh nilai ≥ 61

sebanyak 16 siswa dan siswa yang memperoleh nilai ≤61 sebanyak 24 orang.

Dengan data demikian dapat dikategorikan bahwa 60 % siswa belum

mencapai kriteria keberhasilan minimal. Hasil pembelajaran keterampilan

berbicara kelas VIII D ini dikategorikan rendah, hal tersebut diduga

disebabkan oleh beberapa faktor. Dugaan yang dimaksud adalah

1) Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia

keterampilan berbicara. Hal ini terbukti pada saat pembelajaran sedang

berlangsung, siswa kurang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru.

2) Siswa kurang memahami materi keterampilan berbicara. Hal ini dapat

dibuktikan pada saat mereka tampil berbicara di depan kelas, meereka

tampak kebingungan dan sulit mengimprovisasi pokok pembicaraan.

3) Guru bahasa Indonesia kurang menggunakan metode pembelajaran yang

bervariasi dalam mengajarkan pembelajaran keterampilan berbicara masih

bersifat konvensonal.

Berdasarkan kenyataan di atas penulis dan guru bahasa Indonesia

yang bernama ibu Hamsyi, sepakat untuk bekerjasama dalam melaksanakan

perbaikan dengan mengadakan tindakan melalui penelitian tindakan kelas.

Hal ini Sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Wibawa (2003:12)”

bahwa di dalam penelitian tindakan kelas diperlukan hadirnya suatu

kerjasama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega,

mahasiswa, dan sebagainya.”

3
Menurut Syamsudin dan Damaianti (2006:228) ”penelitian tindakan

kelas merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara kolaboratif dan

partisipatif”. Artinya penelitian ini dapat dilakukan dengan bantuan pihak lain

atau berkolaborasi dengan pihak-pihak yang berminat sama dalam hal

permasalahan penelitian. Untuk meningkatkan kemampuan membawakan

acara, dalam hal ini kemampuan siswa untuk lebih berimprovisasi, diperlukan

faktor pendukung. Faktor pendukung tersebut adalah pemodelan dan

pelatihan dalam pembelajaran membawakan acara perpisahan dengan bahasa

yang baik, benar dan santun.

Menurut Tarigan (1981:1) “bahasa seseorang mencerminkan

pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas

pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai

dengan jalan praktik dan banyak latihan”. Berdasarkan dari yang disampaikan

oleh Tarigan dapat diketahu bahwa keterampilan berbahasa dapat mendukung

seseorang untuk lebih cerdas dalam berpikir, untuk menguasai keterampilan

tersebut haruslah dilakukan dengan praktik dan latihan.

Sebelum melaksanakan praktik dan latihan, guru dalam mengajar

sebaiknya memberikan model. Menurut Afitri yang ditulisnya pada sebuah

situs internet (http://www.candilaras.co.cc, 29 juni 2009) “Modeling artinya

(pemodelan), tujuan adanya pemodelan adalah agar peserta didik mempunyai

gambaran nyata tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Yang

memberikan pemodelan ini biasanya adalah pengajarnya”.

4
Pemodelan dan pelatihan digunakan dalam pembelajaran

membawakan acara karena beberapa alasan berikut ini.

1) Pemodelan tepat diterapkan dalam pembelajaran berbicara dalam hal ini

membawakan acara, karena siswa mendapat acuan atau panutan untuk

membawakan acara.

2) Melalui pemodelan dapat meningkatkan semangat siswa, karena merasa

tertantang untuk melakukan hal yang sama atau lebih dari apa yang

didemonstrasikan oleh model.

3) Pelatihan diperlukan dalam keterampilan berbicara, dalam hal ini

membawakan acara karena siswa lebih memerlukan banyak praktik yang

dilaksanakan secara teratur dan terarah.

4) Melatih keterampilan berbicara berarti pula melatih keterampilan berpikir.

Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian tentang membawakan

acara perpisahan dengan menggunakan pemodelan dan pelatihan perlu

dilakukan.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah umum dalam penelitian

ini adalah bagaimanakah upaya meningkatkan kemampuan membawakan

acara perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan pada siswa kelas VIII D semester 2 SMP Negeri 18

Pontianak. Masalah tersebut akan dijabarkan ke dalam submasalah berikut

5
1) Langkah-langkah pemodelan apa saja yang dilakukan oleh guru dalam

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan dengan bahasa

yang baik, benar, dan santun di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak

tahun pelajaran 2008/2009?

2) Langkah-langkah pelatihan apa saja yang dilaksanakan oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan Sekolah

dengan bahasa yang baik, benar, dan santun di kelas VIII D SMP Negeri

18 Pontianak tahun pelajaran 2008/2009?

3) Apakah pembelajaran membawakan acara perpisahan Sekolah dengan

bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan di

kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun pelajaran 2008/2009 dapat

meningkatkatkan hasil pembelajaran siswa?

4) Bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran membawakan acara

perpisahan Sekolah dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun

pelajaran 2008/2009?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup hal-hal berikut

1) Langkah-langkah pemodelan apa saja yang dilakukan oleh guru dalam

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan dengan bahasa

yang baik, benar dan santun di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak

tahun pelajaran 2008/2009.

6
2) Langkah-langkah pelatihan apa saja yang dilaksanakan oleh guru untuk

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan Sekolah

dengan bahasa yang baik, benar dan santun di kelas VIII D SMP Negeri 18

Pontianak tahun pelajaran 2008/2009.

3) Peningkatan hasil pembelajaran membawakan acara Perpisahan Sekolah

dengan bahasa yang baik, benar dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan di kelas VIII SMP Negeri 18 Pontianak tahun pelajaran

2008/2009.

4) Bagaimanakah respon siswa dalam pembelajaran membawakan acara

perpsahan Sekolah dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun

pelajaran 2008/2009.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya guru

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan dengan bahasa

yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan pada siswa

kelas VIII D semester 2 SMP Negeri 18 Pontianak. Berdasarkan tujuan umum

tersebut, penulis merumuskan beberapa tujuan khusus sebagai berikut

1) Pendeskripsian langkah-langkah pemodelan yang dilakukan oleh guru

dalam meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan Sekolah

dengan bahasa yang baik, benar dan santun di kelas VIII D SMP Negeri 18

Pontianak tahun pelajaran 2008/2009.

7
2) Pendeskripsian langkah-langkah pelaksanaan pelatihan yang

dilaksanakan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membawakan

acara perpisahan Sekolah dengan bahasa yang baik, benar dan santun di

kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun pelajaran 2008/2009.

3) Pendeskripsian peningkatan hasil pembelajaran membawakan acara

perpisahan Sekolah dengan bahasa yang baik, benar dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun

pelajaran 2008/2009.

4) Pendeskripsian respon siswa dalam pembelajaran membawakan acara

perpsahan Sekolah dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan di kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak tahun

pelajaran 2008/2009

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penlelitian ini, sebagai berikut.

a) Bagi siswa:

(1) Meningkatkan kemampuan siswa membawakan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik, benar dan santun,

(2) Meningkatkan kreativitas siswa dalam membawakan acara, dan

(3) Meningkatakan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b) Bagi Guru:

(1) Menambah wawasan guru bahasa Indonesia mengenai bahan

pembelajaran membawakan acara yang tepat dan sesuai sehingga

8
dapat meningkatakan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran

bahasa Indonesia.

(2) Sebagai bahan masukan kepada guru bahasa Indonesia dalam

memberikan latihan atau kegiatan yang sesuai dengan keterampilan

membawakan acara dengan bahasa yang baik, benar dan santun.

(3) Meningkatkan kepercayaan diri guru ketika mengajarkan keterampilan

membawakan acara.

F. Penjelasan Istilah

Supaya pembaca tidak salah menafsirkan istilah-istilah yang

digunakan dalam penelitian ini, di bawah ini dijelaskan istilah-istilah tersebut,

istilah yang perlu dijelaskan sebagai berikut.

1) Upaya adalah usaha untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

masalah, dan mencari jalan keluar (KBBI, 2005:1250). Dalam penelitian

ini upaya adalah usaha guru untuk meningkatkan kemampuan

membawakan acara perpisahan.

2) Meningkatkan adalah menaikkan, mempertinggi (KBBI, 2005:1198).

Dalam penelitian ini meningkatkan adalah menaikkan kemampuan

membawakan acara perpisahan yang dilakukan oleh guru.

3) Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan (KBBI,

2005:7007). Dalam penelitian ini kemampuan adalah kecakapan siswa

dalam membawakan acara perpisahan.

9
4) Membawakan acara (MC) adalah profesi untuk menghantar acara satu

demi satu dengan teratur (Aryati, 2007:2). Dalam penelitian ini

membawakan acara yang akan dibahas adalah acara perpisahan secara

pelaksanaan pembelajaran dan bukan kondisi sebenarnya.

5) Bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang cocok dengan situasi

pemakainya dan penggunaannya selalu menaati kaidah bahasa Indonesia

(baku) (Sriyanto, 2009:91). Dalam penelitian ini bahasa yang baik dan

benar adalah bahasa yang digunakan dalam membawakan acara

perpisahan.

6) Santun adalah halus (budi bahasanya, tingkah lakunya (KBBI, 2005:997).

Dalam penelitian ini bahasa yang santun adalah bahasa yang lebih

mengarah pada perilaku santun, tidak arogan kepada audien dalam

membawakan acara perpisahan.

7) Pemodelan (Modeling) dalam pembelajaran dilakukan dengan cara

memberikan model atau contoh yang perlu ditiru. Pemodelan dapat

dilakukan oleh guru, orang lain (ahli), atau siswa sendiri. Dalam penelitian

ini pemodelan yang ditiru adalah guru menjadi model membawakan acara

perpisahan pelajaran bahasa indonesia.

8) Pelatihan adalah proses, cara, perbuatan melatih (KBBI, 2005:644). Dalam

penelitian ini proses melatih dilakukan oleh guru bahasa Indonesia untuik

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan.

Berdasarkan penjelasan istilah tersebut, penulis menyimpulkan bahwa

yang dimaksud upaya meningkatkan kemapuan siswa membawakan acara

10
dengan bahasa yang baik benar serta santun dengan pemodelan dan pelatihan

pada sisiwa kelas VIII D semester 2 SMP Negeri 18 Pontianak adalah suatu

usaha guru untuk meningkatkan kecakapan siswa membawakan acara dengan

bahasa yang cocok dengan situasi pemakainya, penggunaanya dan selalu

menaati kaidah bahasa Indonesia melalui model dan latihan.

11
BAB II

KERANGKA TEORI

A. Keterampilan berbicara

Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang kedua dari

empat keterampilan berbahasa. Menurut Carpio (2005:14) “ berbicara

adalah pengalaman berbagi ketika kita berbicara kita memberikan kita juga

menerima”. Tidak dipungkiri bahwa keterampilan berbicara seseorang dapat

membantu dalam berkomunikasi, berbicara merupakan berkomunikasi dan

berinteraksi sehingga saling memberi dan menerima.

According to Richards (2008:21) “there are three functions of


speaking: talk as interaction; talk as transaction; talk as
performance. Each of these speech activities is quite distinct in terms
of form and function and requires different teaching approaches.
Talk as interaction
Talk as interaction refers to what we normally mean by
“conversation” and describes interaction that serves a primarily
social function.
Talk as transaction
Talk as transaction refers to situations where the focus is on what is
said or done. The message and making oneself understood clearly
and accurately is the central focus, rather than the participants and
how they interact socially with each other.
Talk as performance
The third type of talk that can usefully be distinguished has been
called talk as performance. This refers to public talk, that is, talk that
transmits information before an audience, such as classroom
presentations, public announcements, and speeches.”

Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Richard (2008:21)

“ada tiga fungsi berbicara: berbicara sebagai informasi, berbicara sebagai

transaksi, dan berbicara sebagai penampilan. Dari ketiga fungsi tersebut

penulis akan menjelaskan fungsi berbicara sebagai penampilan, hal ini

12
penulis lakukan karena membawakan acara tergolong berbicara sebagai

penampilan. Berbicara di depan umum memiliki ciri khas, menurut Richard

(2008:28) “The main features of talk as performance are:

1) A focus on both message and audience.


2) Predictable organization and sequencing.
3) Importance of both form and accuracy.
4) Language is more like written language.
5) Often monologic.”

Dari keterangan di atas telah dijelaskan mengenai ciri khas berbicara

sebagai penampilan, diantaranya disebutkan bahwa berbicara sebagai suatu

penampilan fokusnya terletak pada pesan dan penonton. Kemudian

berbicara sebagai penampilan tentunya menuntut suatu keterampilan,

Menurut Ricard (2008:28) “ Some of the skills involved in using talk as

performance are:

1) Using an appropriate format.


2) Presenting information in an appropriate sequence.
3) Maintaining audience engagement.
4) Using correct pronunciation and grammar.
5) Creating an effect on the audience.
6) Using appropriate vocabulary.
7) Using an appropriate opening and closing.”

Dari ketujuh aspek keterampilan yang tercakup dalam berbicara

sebagai penampilan yang dijabarkan di atas, semua aspek tersebut

diperlukan untuk menguasai keterampilan membawakan acara. Untuk

menguasai keterampilan berbicara tentunya diperlukan suatu metode

pengajaran yang bagus, menurut Richard (2008:36) “ Feez and Joyce’s

approach to text-based instruction provides a good model for teaching talk

as performance. This approach involves:

13
1) Teaching explicitly about the structures and grammatical features
of spoken and written texts
2) Linking spoken and written texts to the cultural context of their
use
3) Designing units of work that focus on developing skills in relation
to whole texts
4) Providing students with guided practice as they develop language
skills for meaningful communication through whole texts

Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran

keterampilan berbicara dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan

bimbingan dan latihan. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan

yang sangat penting untuk kehidupan, karena berbicara adalah

berkomunikasi. Menurut Tarigan (1981:15) “ Berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan serta menyampaikan pikiran gagasan, dan perasaan”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa keterampilan

berbicara dapat mempermudah penyampaian ide kepada pihak lain secara

individual maupun kelompok. Pada keterampilan berbicara ini lebih

difokuskan pada keterampilan membawakan acara perpisahan. keterampilan

membawakan acara juga memerlukan adanya ide dan adanya interaksi

dengan pihak lain.

Dalam penyampaian materi membawakan acara, guru dituntut

mempunyai keterampilan dalam mengajar. hal ini karena keterampilan

membawakan acara masih sulit dikuasai siswa, hal ini terbukti dari hasil

kemampuan berbicara siswa yang masih rendah dari hasil prariset yang

penulis lakukan. Untuk itu dalam pembelajaran berbicara yang difokuskan

pada keterampilan membawakan acara perpisahan pada siswa kelas VIII

14
SMP Negeri 18 akan dilakukan dengan pemodelan dan pelatihan sebagai

upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa. keterampilan membawakan

acara merupakan keterampilan yang diajarkan pada siswa kelas VIII SMP

pada kompetensi dasar berbicara.

B. Keterampilan Membawakan Acara (Master of Ceremony)

Keterampilan membawakan acara merupakan keterampilan yang

diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa masih banyak yang belum

mengetahui tentang apa dan siapa pembawa acara. Aryati (2007:1)

menjelaskan tentang keterampilan membawakan acara yaitu apa dan siapa

pembawa acara, penjabarannya sebagai berikut.

1) Apa dan siapa pembawa acara (Master of Ceremony)?

Menurut Aryati (2007:2) pembawa acara (Master of Ceremony)

adalah suatu profesi yang dituntut untuk mampu membaca situasi,

menciptakan suasana sesuai dengan karakteristik acaranya, dan

memungkinkan adanya dialog dengan audien. Dapat juga diartikan

pembawa acara (Master of Ceremony) adalah orang yag bertugas

memandu acara dan bertanggug jawab atas lancar dan suksesnya acara.

Menurut Sosiawan dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada sebuah

situs internet (http//:edwi.dosen.upnyk.ac.id, 27 Agustus 2009)

“pembawa acara adalah orang yang membawakan acara narasi atau


informasi dalam suatu acara atau kegiatan, ataupun dalam suatu
acara televisi, radio, dan film. Pembawa acara biasanya membaca
naskah yang telah disiapkan sebelumnya, tapi sering juga mereka
harus memberikan komentar atau informasi tanpa naskah”.

15
kemudian menurut Wiyanto dan Astuti (dalam Sosiawan, 29 Agustus

2009) “pembawa acara adalah orang yang pertama yang berbicara dalam

suatu acara. Sebagai pembawa acara harus bisa menarik perhatian

hadirin untuk segera merasa terlibat dalam pertemuan itu”.

Berdasarkan kedua pendapat ahli tersebut, dapat penulis simpulkan

bahwa seorang pembawa acara (Master of Ceremony) adalah suatu

profesi yang menuntut keterampilan berbicara yang baik dan benar yag

sesuai dengan karateristik acaranya dan mampu menjalin komunikasi

dengan audien dalam hal ini bisa melalui bahasa yang santun sehingga

audien merasa nyaman dan acara dapat berlangsung dari awal hingga

akhir dengan lancar dan sukses.

2) Siapa yang cocok menjadi Pembawa Acara (Master of Ceremony)

Menurut Aryati (2007:5) orang yang benar-banar cocok untuk profesi

ini adalah orang yang memiliki kepribadian, yakni:

a) Ekstrovert yaitu orang-orang yang suka mengekspresikan apa yang


dipikirkan, dirasakan, kepada orang lain, pendek kata orang yang
suka memperbincangkan berbagai hal dengan orang lain secara
terbuka.
b) Generalis yaitu orang yang memiliki banyak pengetahuan umum,
yang akan memungkinkan dia untuk “bicara apa saja”.
c) Fleksibel yaitu orang yang luwes mudah menyesuaikan diri dengan
situasi.
d) Friendly yaitu orang yang mudah bergaul, dan pembawaannya
disenangi orang banyak.

Berdasarkan apa yang telah disamoaikan oleh Aryati dapat


disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pembawa acara haruslah
memiliki kepribadian yang satu diantaranya mampu mengekspresikan
apa yang dipikirkan. Hal ini penting untuk seorang pembawa acara
dengan tujuan mampu menjadi seorang pembawa acara yang baik.

16
C. Persyaratan Utama Membawakan Acara (Master of Ceremony)

Menurut Lusypascha dalam sebuah artikel yang ditulisnya dalam

sebuah internet (http//:adproindonesia.com, 28 Agustus 2009)

“Untuk menjadi seorang Pembawa Acara, selain modal suara yang


enak didengar, harus juga memiliki kepribadian & intelektual.
Artinya Pembawa Acara harus memiliki pengetahuan luas, kaya
akan perbendaharaan kata (meminjam istilah yang trend dikalangan
orang radio disebut Penyiar Radio adalah Seniman kata-kata).
Seorang pembawa acarapun seorang seniman kata-kata, memiliki
kemampuan bahasa yang memadai, kepribadian yang excellent,
artinya dia harus luwes, percaya diri, berjiwa besar, memiliki sense
of humor, disiplin, memiliki sikap yang benar, memahami etika,
berpenampilan bersih, wajar, sopan dan menarik”.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Lusypascha dapat dilihat

bahwa unutk menjadi seorang pembawa acara haruslah memiliki

kemampuan-kemampuan yang sesuai dengan kategori-kategori yang telah

ditetapkan. Kemudian menurut Aryati (2004:6-14) “ada delapan persyaratan

utama yang harus dimiliki oleh seorang pembawa acara (Master of

Ceremony)”. Persyaratan yang dimaksudkan Aryati dapat dijabarkan

berikut.

1) Pengetahuan dan Pengalaman yang luas

Menurut Aryati (2007:6) ”memiliki pengetahuan yang tidak cukup

dan pengalaman hidup akan membentuk sikap penuh pengertian kepada

masyarakat, serta mampu menghanyati dan memaklumi gejolak yang

hidup di sekelilingnya”.

Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Aryati maka dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan sangatlah diperlukan unutk seorang

17
pembawa acara. Memiliki pengetahuan dapat menolong seorang

pembawa acara untuk meyakinkan audian dengan sesuatu yang

disampikannya.

2) Cerdas

Menurut Aryati (2007:7) ”kalau pengetahuan dan pengalaman hidup

merupakan tuntutan utama, tidak demikian halnya dengan kualifikasi

pendidikan. Karena bukan pendidikan formal yang menjadi penentu

keberhasilan kerja seorang pembawa acara (Master of Ceremony), tetapi

kecerdasan”.

Seorang pembawa acara yang cerdas akan mampu membuat suasana

yang berbeda, suasana yang nyaman untuk para audiennya.

3) Rasa Humor

Menurut Aryati (2007:7) “orang yang tidak mempunyai rasa humor

akan mendapat kesulitan untuk mendalami profesi sebagai pembawa

acara (Master of Ceremony)”.

Rasa humor untuk seorang pembawa acara merupakan suatu nilai

tambah, sebuah acara tentunya perlu dibumbui suasana yang

menyenangkan sehungga suasana acara tersebut tidak membosankan

bagi audien.

4) Sabar

Menurut Aryati (2007:7) “pelaksanaan suatu acara melibatkan

banyak pihak, yang masing-masing mempunyai cara dan keinginan

sendiri-sendiri dalam mencapai tujuannya”.

18
Sifat sabar haruslah dimiliki seorang pembawa acara, untuk

mengendalikan sebuah acara yang dihadiri banyak orang tentunya

dituntut sebuah kesabaran sehingga suasana acara tetap terjaga dengan

baik.

5) Imajinasi

Menurut Aryati (2007:9) “pada saat-saat tertentu pembawa acara

dituntut untuk kreatif, agar acara yang biasa-biasa saja bisa menjadi

lebih meriah, bersemangat dan mengesankan”.

Sebuah imajinasi tentunya harus dimiliki oleh seorang pembawa

acara. Seorang pembawa acara (Master of Ceremony) yang baik adalah

yang bisa menumbuhkan kesan mendalam pada audiennya, justru

setelah acara ini sendiri berakhir.

6) Antusiasme

Menurut Aryati (2007:12) “banyak aktivitas manusia yang tidak

dapat dilaksanakan dengan baik tanpa antusiasme. Begitu pula

pembawa acara (Master of Ceremony), seorang pembawa acara tidak

mungkin menjalankan aktivitasnya tanpa antusiasme, sebab tanpa itu

hampir dapat dipastikan bahwa dia akan gagal menjalankan perannya”.

Antusiasme sangatlah diperlukan bagi seorang pembawa acara,

antusiasme dapat mengukur keberhasilan seorang pembawa acara.

Antusiasme dapat dikatakan menentukan keberhasilan seorang

pembawa acara dalam membawakan acara.

19
7) Rendah Hati

Menurut Aryati (2007:13) “seorang pembawa acara (Master of

Ceremony) tidak boleh terlalu bangga dengan nama besarnya, karena

kesombongan akan terpancar keluar dari penampilannya, lewat kata-

kata yang dipilihnya, dari sikap tubuhnya saat berkomunikasi dengan

audiennya”.

Sifat kerendahan hati seorang pembawa acara (Master of Ceremony)

dapat menjadikannya sosok yang ramah, berwajah cerah, dan siap

berdialog sebagaimana seorang sahabat.

8) Kemampuan Bekerjasama

Menurut Aryati (2007:14) “pada pelaksanaan kerjanya, seoarang

Pembawa Acara (Mater of Ceremony) tidak dapat bekerja seorang diri,

selalu ada pihak lain yang menunjang penampilan pembawa acara

(Master of Ceremony) seperti protokol, soundman, lightingman, dan

sebagainya”.

Kemampuan membawakan acara haruslah dimiliki seorang

pembawa acara. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan seorang pembawa

acara (Master of Ceremony) tidak seutuhnya merupakan keberhasilan

pribadi, tetapi merupakan keberhasilan bersama.

20
D. Jenis Acara

Acara menentukan jenis acara, penyelenggaraan, karakteristik dan

cara membawakannya. Karena itu sebelum menerima tugas menjadi seorang

pembawa acara (Master of Ceremony) terlebih dahulu harus mengetahui

jenis acara yang akan dibawakan.

Menurut Aryati (2007:36) ada empat jenis acara, yatu:

1) Acara resmi

2) Acara Semi Hiburan

3) Acara Hibura

4) Acara Eksibisi

Dari keempat jenis acara tersebut penulis akan menjelaskan

mengenai jenis acara yang kedua yaitu acara semi hiburan, hal ini penulis

lakukan karena acara perpisahan sekolah dapat dikategorikan termasuk

dalam acara semi hiburan. Menurut Aryati (2007:43) “acara semi hiburan

memiliki karakteristik yaitu perpaduan antara sifat formal acara resmi dan

sifat meriah acara hiburan”. Untuk mengetahui contoh-contoh acara yang

termasuk ke dalam jenis acara semi hiburan berikut penulis akan

menjabarkannya. Berdasarkan pendapat Aryati (2007:42) acara-acara yang

ternasuk ke dalam jenis acara semi hiburan yaitu

(a) Acara HUT Perusahaan


Diselenggarakan hanya untuk kalangan internal perusahaan
(karyawan) atau kalangan eksternal perusahaan (klien perusahaan).
(b) Acara Launching

21
Untuk kalangan usaha, biasanya adalah launching produk.atau bisa
juga merupakan acara peluncuran perdana buku, film atau bahkan
suatu kegiatan sosial.
(c) Acara Pisah Sambut
Diselenggarakan perusahaan untuk acara perpisahaan dengan
pejabat yang akan dipindah tugaskan atau pensiun, dan sekaligus
juga merupakan acara perkenalan dengan pejabat baru yang
menggantikan.
(d) Acara Pernikahan
Acara resepsi pernikahan termasuk dalam acara semi hiburan,
sebab karakteristik acaranya perpaduan antara khidmat dan meriah.
Meskipun ada juga tuntutan suasana khidmat di dalamnya. Selain
itu suasana acaranya juga berbeda.
Karakteristik acara ini merupakan perpaduan antara sifat formal
acara resmi dan sifat meriah acara hiburan.

E. Teknik Pelaksanaan Acara

Menurut Aryati (2007:65) “ tingkat keprofesionalan Pembawa Acara

(Master of Ceremony) dapat dilihat dari penguasaannya terhadap suara dan

cara bicara, bahasa Indonesia, bahasa tubuh, dan penampilan”. Untuk lebih

memperjelas apa yang disampaikan oleh Aryati berikut penulis akan

menjabarkannnya satu persatu.

1) Suara dan Cara Bicara

Menurut Aryati (2007:65) “bagi seorang pembawa acara (Master of

Ceremony) suara merupakan senjata dan alat komunikasi yang paling vital.

Setiap orang memiliki karaktristik suara yang berbeda, sebab produk suara

terbentuk dari susunan tulang atau gigi, pita suara, rongga mulut dan

rongga hidung seseorang”. Menurut Aryati (2007:66) jenis suara pada

dasarnya dapat dibedakan dalam empat kategori yaitu:

(a) Sopran yaitu suara wanita, dengan nada tinggi.

(b) Alto yaitu suara wanita dengan nada rendah, terdengar lebih berat.

22
(c) Tenor yaitu suara pria dengan nada tinggi, kesannya ringan.

(d) Bass yaitu suara pria dengan nada rendah dan terkesan berat.

Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Aryati maka dapat

disimpulkan bahwa kemampuan seorang pembawa acara sangat

mengandalakan pada suara dan cara bicara, suara merupakan aset yang

sangat penting unutk seorang pembawa acara.

2) Bahasa Indonesia

Menurut Aryati (2007:72) “bahasa adalah media komunikasi lisan

maupun tertulis, sebagai sarana mengekspresikan gagasan”. Bahasa

Indonesia yang dipergunakan pembawa acara (Master of Ceremony) pada

acara resmi adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, sopan,

komunikatif.

Untuk memperjelas apa yang dinamakan sebagai bahasa Indonesia

yang baik dan benar beikut penelitiakan memberikan penjelasan. Menurut

Sriyanto (2009:91) “bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa cocok

dengan situasi pemakaiannya. Ada dua situasi pemakaian bahasa, yaitu

situasi resmi dan tidak resmi”.

Menurut Sriyanto (2009:92)

Situasi resmi adalah situasi kebahasaan yang berkaitan dengan


masalah kedinasan, keilmuan, berbicara di depan umum dan
berbicara dengan orang dihormati misalnya mengajar, surat-
menyurat, membuat laporan, karya ilmiah, berbicara dengan atasan
dan guru. Pada situasi seperti ini selain sebagai alat komunikasi,
bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan. Karena itu,
perlu menggunakan bahasa baku. Sedangkan situasi tidak resmi
adalah pemakaian bahasa dalam pergaulan sehari-hari dengan
masalah pokok keseharian.

23
Menurut Sriyanto (2009:91) “bahasa Indonesia yang benar adalah

bahasa Indonesia yang penggunaannya selalu menaati kaidah bahasa

Indonesia (baku)”. Bahasa baku harus menggunakan kata-kata baku seperti

bagaimana, mengapa, memberi bukannya gimana, kenapa, kasih dan

sebagainya. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada kaidah

ketatabahasaan yaitu konsisten menggunakan hukum diterangkan

menerangkan pada pembentukan kata serta menggunakan subjek predikat

dalam pembentukan kalimat. Pada bahasa lisan, ragam baku bahasa

Indonesia adalah ragam bahasa yang relatif bebas dari atau sesedikit

mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek setempat.

3) Bahasa Tubuh

Menurut Aryati (2007:81)

“setiap gerak langkah seorang pembawa acara khususnya pada acara


hiburan atau semi hiburan adalah akting, yang paling penting adalah
bagaimana mendapatkan kesan pertama yang baik dalam waktu
sepuluh detik pertama audien akan menentukan kesannya apakah
pembawa acara (Master of Ceremony) termasuk pribadi yang
menyenangkan, cerdas, bersahabat, dan hangat atau sebaliknya
pribadi yang angkuh, masa bodoh, dan dangkal”.

Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Aryati maka dapat

disimpulkan bahwa bahasa tubuh seorang pembawa acara sangat

diperlukan, audien akan memberikan penilaian terhadap penampilan

pembawa acara terutama pada awal acara. Latihan sangatlah diperlukan

untuk membentuk karakter seorang pembawa acara.

24
4) Penampilan Pembawa Acara (Master of Ceremony)

Menurut Aryati (2007:84) “penampilan pada pelaksanaan kerja

pembawa acara (Master of Ceremony) meliputi tata busana dan tata rias,

penampilan seorang pembawa acara (Master of Ceremony) harus

merupakan suatu harmonisasi yang serasi dengan penyelenggaraan dan

karakteristik acaranya”.

Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Aryati maka dapat

disimpulkan bahwa penampilan seorang pembawa acara juga

mempengaruhi penilaian audien. Penampilan seorang pembawa acara

haruslah sesuai denhgan karakteristik acara.

F. Teknik Berbicara

Menurut Lusypascha dalam sebuah artikel yang ditulinya dalam sebuah

situs internet (http//:adproindonesia.com, 28 Agustus 2009) “ada beberapa teknik

dalam berbicara, sebagai berikut.

1. Intonasi (intonation) : Pakailan intonasi atau nada suara, irama


bicara atau alunan nada dalam melafalkan kalimat.
2. Aksentuasi (accentuation) atau logat. Lakukan stressing pada
kalimat tertentu yang dianggap penting, Hindari logat kedaerahan
yang medhok apabila menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa
asing.
3. Kecepatan (speed) bicara. Jangan bicara terlalu cepat atau terlalu
lambat
4. Artikulasi (articulation) Yaitu kejelasan pengucapan kalimat,
pelafalan kata
5. Infleksi. Lagu kalimat, perubahan nada suara, hindari pengucapan
yang sama bagian setiap kata (redundancy). Inflesi naik
menunjukkan adanya lanjutan kalimat atau menurun untuk
menunjukkan akhir kalimat.

25
Berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh Lusypascha, dapat diketahui

bahwa ketika menjadi seorang pembawa acara memerlukan beberapa teknik

untuk mendapatkan hasil yang maksmal ketika tampil. Kemudian Menurut

Aryati (2007:68) “selain teknik pembentukan suara yang baik, pada saat

berbicara ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menghasilkan cara

berbicara yang lebih baik dalam membawakan acara yaitu intonasi, artikulasi,

stressing, dan phrasing”. Untuk memperjelas apa yang dijelaskan oleh Aryati,

penulis akan memberikan penjabaran berukut.

a) Intonasi

Menurut Aryati (2007:68) “intonasi yaitu irama atau lagu, dalam

berbicara suara sebaiknya tidak datar, tetapi mengandung irama, namun

demikian sebaiknya irama tersebut tidak tampak dibuat-buat, kecuali kalau

memang kita menggunakan teknik vokal dengan tujuan tertentu”.

b) Artikulasi

Menurut Aryati (2007:69)

”artikulasi adalah titik penekanan di sini adalah kejelasan kata. Ada


kebiasaan seseorang untuk cepat menyelesaikan pembicaraannya
sehingga kata-kata diucapkan dengan cepat dan tidak jelas. Untuk
seorang pembawa acara (Master of Ceremony) setiap kata yang
diucapkan harus jelas dan benar sehingga mudah dimengerti oleh
audiennya”.

Dapat diartikan bahwa artikulasi merupakan suatu kejelasan kata, ketika

berbicara seorang pembawa acara haruslah berbicara dengan jelas

sehingga audien mengerti dengan apa yang disampaikan. Seorang

pembawa acara juga harus menghindarkan berbicara terlalu cepat hal

26
tersebut dimaksudkan untuk meminimal kesalahan dalam pengucapan

kata-kata.

c) Stressing

Menurut Aryati (2007:69) “stressing yaitu penekanan untuk

memberikan energi dalam suara sehingga tidak menimbulkan kesan loyo,

sebaiknya pada saat berbicara diberikan penekanan di sana-sini, agar

antusiasme terasa dalam suara”.

d) Phrasing

Menurut Aryati (2007:69) “pharasing yaitu mengupayakan pemutusan

kalimat atau menciptakan jeda yang tepat”.

ketika berbicara seorang pembawa acara haruslah memberikan jeda,

hal ini dilakukan dengan tujuan mudah dimengerti oleh lawan bicara. Jeda

harus ditempatkan dengan benar, karena kalau salah menempatkan jeda

arti kalimat bisa berubah.

Berdasarkan kedua teori yang telah penulis sampaikan maka dapat

disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang pembawa acara diperlukan

penguasaan terhadap tekik-teknk berbicara. Pada penelitian ini penulis

akan menyederhanakan teknik-teknik berbicara yang diperlukan oleh

seorang pembawa acara menjadi empat aspek, keempat aspek tersebut

adalah intonas, artkulasi, stressing, dan pharasing. Empat aspek ni penuls

anggap bisa mewakili aspek-aspek yang lain, empat aspek ni berdasarkan

penyederhanaan dari kedua tori yang penulis pakai. Keempat aspek yang

27
diterapkan pada siswa SMP kelas VIII dalam penelitian ini dapat

dijabarkan sebagai berikut.

1) Intonasi

Pada aspek ini bagian-bagian penilaiannya adalah tidak monoton,

panjang-pendek nada, dan tinggi rendah nada. Aspek ini didapatkan dari

perpaduan buku Aryati (2007:68) yang berjudul panduan untuk menjadi

MC profesional dan format penilaian ujian praktik berbicara mata

pelajaran bahasa Indonesia untuk tingkat SMP. Perpaduan ini dilakukan

untuk memperkuat aspek intonasi.

2) Artikulasi

Pada aspek ini bagian-bagian penilaiannya adalah jelas pengucapan

vokal dan konsonannya. Aspek ini didapatkan dari perpaduan buku

Aryati (2007:69) yang berjudul panduan untuk menjadi MC

professional dan format penilaian ujian praktik berbicara mata pelajaran

bahasa indonesia untuk tingkat SMP. Perpaduan ini dilakukan untuk

memperkuat aspek artikulasi.

3) Stressing

Pada aspek ini bagian-bagian penilaiannya adalah suara yang bulat

dan penekanannya yang baik. Aspek ini didapatkan dari buku Aryati

(2007:69) yang berjudul panduan untuk menjadi MC professional.

Tidak dilakukan perpaduan karena dari satu sumber sudah cukup

memperkuat dan menerangkan bagian-bagian penilaiannya.

28
4) Phrasing

Pada aspek ini bagian-bagian penilaiannya adalah jeda dan

pemutusan kalimat yang tepat. Aspek ini didapatkan dari buku Aryati

(2007:69) yang berjudul panduan untuk menjadi MC professional.

Tidak dilakukan perpaduan karena dari satu sumber sudah cukup

memperkuat dan menerangkan bagian-bagian penilaiannya.

Keempat aspek inilah yang akan dijadikan pedoman penilaian

kemampuan membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik,

benar, dan santtun. Peneliti melakukan ini dengan maksud tidak terlalu

berat untuk diterapkan pada siswa SMP dan adanya standar yang

diambil dalam penilaian, sehingga penelitian ini tidak mengabaikan

teori yang telah dimuat dan juga memperhatikan kondisi objek yang

akan diambil yaitu siswa SMP. Teori yang lain tetap peneliti

pertahankan dengan tujuan dijadikan bahan refrensi dan pendukung

untuk mempelajari kemampuan membawakan acara.

G. Pemodelan dan Pelatihan

Aspek-aspek yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan

membawakan acara dengan bahasa yang baik, benar dan santun yaitu

dengan dua aspek pemodelan dan pelatihan.

1) Pemodelan

Guru merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pendidikan, sebab guru berhadapan langsung dengan

29
siswa di sekolah. Oleh karena itu, peran guru sangat sangat berpengaruh

strategis dalam meningkatkan pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini,

guru perlu mengikuti perubahan-perubahan paradigma pembelajaran yang

sedang terjadi.

Kelas-kelas pembelajaran bahasa Indonesia tampak monoton. siswa-

siswa kurang diberi ruang dan waktu, dan guru belum melakukan variasi

ketika mengajar. Dengan demikian proses-proses belajar seperti ini haruslah

diubah, dalam penelitian ini penulis menggunakan pemodelan, pemodelan

merupakan bagian dari prinsip pembelajaran kontekstual. Menurut Afitri dalam

artikel yang ditulisnya pada sebuah situs internet (http://www.candilaras.co.cc,

juni 2009)

“CTL adalah pembelajaran yang menggabungkan isi/materi


dengan pengalaman harian individu, kehidupan di dalam
masyarakat dan alam pekerjaan. Diharapkan dengan
pembelajaran secara konteks, peserta didik dapat memahami
materi secara konkrit. Dikatakan konkrit karena tangan dan
“kepala” mereka ikut terlibat secara aktif dalam mempelajari dan
memahami materi yang disampaikan. Hal ini biasa disebut
dengan hands on and minds on activity.
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa
mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru
mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa)”.

Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan kontekstual merupakan

pendekatan yang melibatkan murid secara maksimal dan guru berperan

aktif mencari strategi pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan

sebuah materi pembelajaran.

30
Menurut Afitri dalam artikel yang dtulisnya pada sebuah situs internet

(http://www.candilaras.co.cc, juni 2009) “ Prinsip-prinsip pembelajaran

komtekstual yaitu konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar,

pemodelan, dan penilaian yang sebenarnya”.

Ketujuh komponen pembelajaran kontekstual ini, semuanya tidak

akan peneliti dijabarkan satu persatu, tetapi peneliti akan menjabarkan

mengenai pemodelan. Penjabaran tentang pemodelan karena

menyangkut teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Menurut

Afitri dalam sebuah artikel yang ditulisnya pada sebuah situs internet

(http://www.candilaras.co.cc, juni 2009) “tujuan adanya pemodelan

adalah agar peserta didik mempunyai gambaran nyata tentang apa yang

akan mereka lakukan selanjutnya. Yang memberikan pemodelan ini

biasanya adalah pengajarnya”. Kemudian menurut Afitri dalam sebuah

artikel yang ditulisnya pada sebuah situs internet

(http://www.candilaras.co.cc, juni 2009) “Pemodelan (Modeling) dalam

pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan model atau contoh

yang perlu ditiru. Pemodelan dapat dilakukan oleh guru, orang lain (ahli),

atau siswa sendiri”.

Dari pengertian ini tampaklah bahwa pada pembelajaran kontekstual

diinginkan peran siswa yang lebih besar, dan proses pembelajaran lebih

diutamakan, dan dalam pemodelan tentunya ada proses atau tahapan-

tahapan yang harus dilakukan. Berdasarkan acuan dari buku Aryati

(2007:83) dan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa

31
Indonesia yaitu ibu Hamsyi dapatlah dijabarkan hal-hal yang harus

dilakukan ketika menjadi model, adapun proses atau tahapan dalam

pemodelan yang akan dilakukan adalah:

(a) Pertama-tama guru berdiri dengan tegak, tenang, dan

memperhatikan siswa yang berperan sebagai pendengar.

(b) Setelah perhatian seluruh siswa tertuju padanya dan suasana tenang

barulah guru memulai acara.

(c) Gurumendemonstrasikan keterampilan membawakan acara

perpisahan.

(d) Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi tahap secara

berurutan, yaitu:

(1) Pembukaan.

(2) Sambutan.

(3) Penerimaan hadiah.

(4) Hiburan.

(5) Penutup.

(e) Guru melakukan improvisasi ketika membawakan acara dengan

memberikan sedikit rasa humor untuk memeriahkan suasana kelas.

(f) Guru membawakan acara dengan suara yang jelas (bulat) terdengar

sampai kebelakang, tidak terlalu cepat atau lambat, memperhatikan

nada bicara, pemutusan kalimat yang tepat, dan penekanan yang

tepat.

32
(g) Guru mengunakan bahasa yang baik, benar dan santun ketika

membawakan acara.

2) Pelatihan

Menurut Muradi (2006:3)

“penggunaan istilah latihan sering disama artikan dengan istilah


ulangan, padahal maksudnya berbeda. Ulangan adalah suatu
tindakan untuk sekadar mengukur sejauh mana siswa telah
menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru mereka. Sedangkan
latihan dimaksudkan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu
dapat menjadi milik siswa dan dapat dikuasai sepenuhnya”.

Menurut Muradi (2006:4) Adapun metode drill (latihan siap) itu

sendiri menurut beberapa pendapat memiliki arti sebagai berikut;

(a) Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di
mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki
ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah
dipelajari. (Roestiyah N.K,1985:125).
(b) Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan
melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
(Zuhairini, dkk, 1983:106).
(c) Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-
ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi
permanen. (Shalahuddin,dkk, 1987: 100).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran

dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil. Dari

segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan

pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing

oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan

terampil. Kemudian Menurut Pasaribu dan B. Simanjuntak (dalam

Muradi, 2006:6)“Tujuan Metode drill (latihan Siap) Tujuan metode drill

33
(latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan

tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis

pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu dan siap dipergunakan

bila sewaktu-waktu diperlukan”.

Dari pernyataan di atas tampaklah bahwa pelatihan diberikan untuk

meningkatkan kemampuan anak dalam hal ini akan diterapkan pada

pelatihan membawakan acara. kemudian ketika memberikan pelatihan

tentunya diperlukan strategi. Menurut Roestiyah N.K (dalam Muradi,

2006:6) dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latihan siap)

ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:

(a) Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata,


menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda
melaksanakan gerak dalam olah raga.
(b) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan
mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika,
ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
(c) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda
huruf dan bunyi -ing, -ny dan lain sebagainya; penggunaan
lambang/simbol di dalam peta dan -lain.

Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih

kecakapan-kecakapan motoris dan mental.

Pelatihan memiliki kelebihan-kelebihan atau kebaikan. Menurut

Yusuf dan Syaifiil Anwar (dalam Muradi, 2006:8) kebaikan metode drill

(latihan siap) adalah;

(a) Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan
dan keterampilan yang diperlukan.

34
(b) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan
lancar.
(c) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri,
melatih diri belajar mandiri.

Usaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dapat dilakukan

dengan menambah pengetahuan, keterampilan dan mengubah sikap,

sehingga dapat menjadi kekayaan bagi siswa itu sendiri yang paling

berharga, karena dengan segala potensi yang dimilikinya, siswa dapat

terus dilatih dan dikembangkan.

Terkadang dapat dikatakan adanya kesenjangan antara

kemampuan siswa dengan yang dikehendaki guru, dikatakan demikian

karena apa yang diharapkan oleh guru kepada siswa terkadang tidak

terwujud, begitu juga dengan kemampuan berbicara yang diharapkan

guru kepada sisiwa-siswanya dapat dikatakan belum sepenuhnya

terwujud. Untuk itu pada kemampuan membawakan acara yang juga

merupakan kemampuan berbicara diinginkan adanya hasil yang

maksimal, untuk itu perlunya guru menjembatani kesenjangan tersebut,

Satu diantara cara yang tepat adalah dengan pelatihan. Melalui

pelatihan diharapkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, yaitu

pengetahuan, keterampilan dan sikap dapat ditingkatkan. Dengan

demikian dalam hal ini dapat penulis katakan pelatihan adalah suatu

proses penyelenggaraan belajar-mengajar dalam rangka meningkatkan

kemampuan siswa dalam membawakan acara. Tujuannya adalah:

35
(a) Menumbuhkan kemampuan siswa dalam membawakan acara dalam

hal ini membawakan acara perpisahan yang memang konteksnya

tidak jauh dari kegiatan siswa.

(b) Diharapkan ketika ada kegiatan perpisahan di sekolah guru dengan

mudah menunjuk siapapun untuk menjadi pembawa acara dan tidak

terfokus pada beberapa orang saja.

(c) Memantapkan semangat siswa untuk belajar menjadi seorang

pembawa acara dengan suasana yang berbeda.,

(d) Meningkatkan pengetahuan, keahlian atau keterampilan, serta

pembentukan sedini mungkin kepribadian siswa untuk menjadi

seorang pembawa acara.

Dari penjelasan tersebut penulis akan menyampaikan beberapa

langkah pelatihan yang akan dilakukan ketika pembelajaran

membawakan acara dilaksanakan yang juga telah tertuang dalam

rencana pelaksanaan pembelajaran , berdasarkan acuan dari buku Aryati

(2007:83) dan hasil diskusi dengan guru mata pelajaran Bahasa

Indonesia yaitu ibu hamsyi langkah-langkah itu adalah:

1) Guru mengajarkan cara pembukaan atau membuka acara,

hal-hal yang dilakukan:

(a) Dimulai dengan sikap tubuh, pada saat berbicara

sebaiknya berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan tegak

tetapi rileks, tidak kaku. Posisi ini membuat suara terdengar

36
lebih spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan kesan

yang baik.

(b) Langkah berikutnya yang dilakukan guru adalah

mengajarkan teknik berbicara ketika membawakan acara yaitu:

(1) Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

(2) Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan

konsonannya.

(3) Phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

(4) Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang

baik.

2) Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah,hiburan, dan penutup.

Guru menyampaikan susunan acara secara umum dengan maksud

melatih siswa untuk membuat sebuah kerangka acara dan siswa

dapat menunjukkan susunan acara secara umum.

3) Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara

kepada siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa.

4) Setelah melakukan Tanya jawab guru membentuk siswa

berkelompok.

5) Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan dengan

37
bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya adalah apa yang

telah dilakukan oleh model.

6) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk

membacakan hasil diskusi.

7) Guru dan siswa membahas penampilan kelompok mengenai

kelemahan, kelebihan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam

membawakan acara perpisahan.

Tahapan-tahapan ini akan dilakukan selama proses pembelajaran

dilakukan, kemudian pada setiap pertemuan yaitu pada setiap pada

awal pertemuan dan akhir pertemuan guru selalu berperan sebagai

model untuik memberikan gambaran kepada siswa bagaimana

membawakan acara yang diinginkan oleh guru yang bersangkutan

dan guru tersebut juga telah mengetahui dengan benar bagaimana

menjadi seorang pembawa acra yang baik, benar, dan santun. Dalam

proses itu juga dapat dikatakan sebagai proses pelatihan kepada

sisiwa artinya pelatihan secara berkelanjutan karena dilakukan secara

terus-menerus selama proses pembelajaran terus berlangsung.

H. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas

(Wardhani, 2007:1.3). penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

38
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa menjadi meningkat. Kemudian menurut Syamsudin dan Damaianti

(2006:228) penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang

dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif.

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan

kelas merupakan penelitian yang dilakukan di kelas yang dilakukan oleh

guru dan dapat dilakukan dengan bantuan pihak lain atau berkolaborasi

dengan pihak-pihak yang berminat sama dalam hal permasalahan penelitian.

Pada kolaboratif dapat pertegas bahwa penelitian tindakan kelas dapat

dilakukan oleh guru dan mahasisiwa sejalan dengan apa yang diungkapkan

oleh Wibawa (2003:12) “di dalam penelitian tindakan kelas diperlukan

hadirnya suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain sepeti atasan, sejawat

atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya”. Kemudian menurut Wibawa

(2003:11)

“Penelitian tindakan kelas dapat dikategorikan sebagai jenis


penelitian kualitatif dan eksperimen. Penelitian tindakan kelas
dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data
dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa adanya analisis
statistik. dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian
ini diawali dengan adanya perencanaan, adanya perlakuan terhadap
subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai
sesudah adanya perlakuan”.

Berdasarkan pendapat Wibawa diketahui bahwa penelitian tindakan

kelas dapat dikategorokan sebagai penelitian kualitatif dan eksperimen

karena tanpa adanya pengolahan analisis statistik dan memiliki tahapan-

tahapan, dijelakan bahwa tahapan-tahapan tersebut diawali perencanaan,

kemudian disebut perlakuan atau bisa disebut pelaksaaan dan pengamatan,

39
dan evaluasi yang biasanya disebut dengan suatu siklus, menurut

Mashudismada (2009)

” Dalam PTK siklus merupakan ciri khas yang


membedakannya dari penelitian jenis lain. Oleh karena itu, siklus
harus dilaksanakan secara benar. Siklus pada hakikatnya adalah
rangkaian “riset-aksi-riset-aksi- …” yang tidak ada dalam penelitian
biasa (non PTK). Dalam penelitian non PTK hanya terdapat satu riset
dan satu aksi kemudian disimpulkan. Dalam PTK hasil yang belum
baik harus diulang kembali siklusnya sampai berhasil. Siklus terdiri
atas (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi dan perencanaan kembali. Yang diuraikan dalam siklus
hanya bagian yang diubah atau dimodifikasi melalui PTK, bukan
seluruh proses pembelajaran. Modifikasi atau perubahan secara total
jarang dilakukan dalam PTK yang berskala kelas karena
bagaimanapun sistem pendidikan secara umum masih belum
berubah.”

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Mashudismada

diketahui bahwa di dalam PTK terdapat suatu siklus yang ]merupakan ciri

khas yang membedakannya dari penelitian yang lain, kemudian sejalan

denga yang disampaikan oleh Mashudismada menurut Sulipan (2009)

“secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu tahap:

(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Namun

perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan dan pengamatan sesungguhnya

dilakukan secara bersamaan”. Adapun model dan penjelasan untuk masing-

masing tahap adalah sebagai berikut.

Menurut Sulipan berdasarkan sebuah artikel yang dituksnya dalam sebuah situs
internet (Sulipan@yahoo.com, 29 juni 2009) maka didapatlah Gambar Alur
Penelitian Tindakan Kelas dengan empat tahap kegiatan
Pelaksanaan

40

Perencanaan Perencanaan
Refleksi Pengamatan
Siklus 1

Pengamatan

Pelaksanaan

Siklus 2

Refleksi

Siklus Selanjutnya

41
1) Tahap Perencanaan tindakan

Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara

berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang

mengamati proses jalannya tindakan (apabaila dilaksanakan secara

kolaboratif). Dalam pelaksanaan pembelajaran rencana tindakan

dalam rangka penelitian dituangkan dalam bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2) Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan, yaitu

implementasi atau penerapan isi rencana tindakan di kelas yang

diteliti.

3) Tahap pengamatan terhadap tindakan

Tahap ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh

pengamat (baik oleh orang lain maupun guru sendiri). Seperti telah

dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan pengamatan ini tidak terpisah

dengan pelaksanaan tindakan karena pengamatan dilakukan pada

waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam

waktu yang sama.

4) Tahap refleksi terhadap tindakan

Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah "refleksi" dari kata bahasa

Inggris reflection, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia

pemantulan. Kegiatan refleksi ini sebetulnya lebih tepat dikenakan

42
ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian

berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi

rancangan tindakan. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika

guru pelaku tindakan mengatakan kepada peneliti pengamat tentang

hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang

belum.

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah

unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan

beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi,

yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan "bentuk

tindakan" sebagaimana disebutkan dalam uraian ini, maka yang

dimaksud dengan bentuk tindakan adalah siklus tersebut. Jadi bentuk

penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal tetapi

selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu

dalam bentuk siklus.

43
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

suatu penelitian yang dilaksanakan di dalam kelas untuk memperbaiki proses

pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.

B. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan suatu

keadaan dengan uraian. Bodgar dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4)

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam membawakan acara perpisahan

sekolah dengan improvisasi diri serta mengurangi kejenuhan atau kurang

semangat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Proses

pelaksanaan tindakan melalui dua tahap atau dua siklus sebagai berikut.

44
a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan

sebagai berikut.

(1) Guru dan penulis mendiskusikan terlebih dahulu teknik pembelajaran

yang sudah digunakan guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia

sebelumnya.

(2) Guru dan penulis mengidentifikasi terlebih dahulu faktor-faktor

hambatan dan kemudahan apa saja yang telah diperoleh guru dalam

pembelajaran bahasa Indonesia sebelumnya.

(3) Merumuskan apa saja yang telah diperoleh guru dalam pembelajaran

bahasa Indonesia sebelumnya.

(4) Merumuskan alternatif tindakan yang dilaksanakan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam membawakan acara dan semangat siswa

dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(5) Penulis dan guru berkolaborasi dalam menyusun rancangan

pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan

pemodelan dan pelatihan.

b) Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pada tahap pelaksanaan tindakan dan pengamatan, peran penulis sebagai

berikut.

(1) Penulis merancang hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan

pemodelan dan pelatihan dengan cara bekerja sama dengan guru

45
sehingga diperoleh kesepakatan tentang rancangan yang telah

dilaksanakan.

(2) Penulis bekerjasama dengan guru dalam melaksanakan tindakan yang

direncanakan.

(3) Penulis berperan mendampingi guru untuk memberikan pengarahan

dan motivasi agar guru dapat melaksanakan perannya berdasarkan

rencana.

(4) Penulis melakukan pemantauan yang komprehensif data yang sudah

dibuat, dan data tersebut dapat dijadikan untuk bahan refleksi.

c) Refleksi

Tahap refleksi ini penulis dan guru mendiskusikan hasil pengamatan

tindakan yang sudah dilaksanakan. Adapun hal-hal yang dibahas sebagai

berikut.

(1) Menganalisis tindakan yang sudah dilaksanakan.

(2) Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan

tindakan yang sudah dilaksanakan.

(3) Melakukan penyimpulan data yang telah diperoleh, serta melihat

hubungan dengan teori dan rencana yang telah ditetapkan. Dalam hal

ini dapat diidentifikasi bahwa dalam kegiatan refleksi mencakup

kegiatan analisis, interpretasi, dan evaluasi atas informasi yang

diperoleh dari kegiatan observasi.

46
D. Perencnaan Tindakan

1) Refleksi Awal

Pada refleksi awal, penulis dan guru bekerjasama menyusun

strategi pembelajaran. Proses belajar mengajar pada pembelajaran

keterampilan membawakan acara perpisahan sekolah direncanakan

dengan menggunakan pemodelan dan pelatihan.

2) Menyusun Strategi Pembelajaran

Penulis dan guru bekerjasama menyusun strategi pembelajaran

dengan mempertimbangkan alokasi waktu penyajian dan kemampuan

siswa dalam memahami materi pembelajaran yang direncanakan.

3) Penyajian Materi Pembelajaran

Penulis dan guru menyediakan materi pada pokok bahasan

keterampilan membawakan acara perpisahan dalam pembelajaran bahasa

Indonesia.

4) Melakukan Pengamatan

Penulis melakukan pengamatan pada saat berlangsungnya proses

pembelajaran di kelas dalam proses kegiatan belajar mengajar.

5) Melakukan Refleksi

Berdasarkan hasil dari pengamatan yang diperoleh, guru dan

penulis melakukan refleksi untuk mengevaluasi hasil pengamatan yang

telah dilakukan.

6) Menyusun Rencana Lanjutan

47
Penulis dan guru menyusun rencana tindakan yang berikutnya

dengan melakukan penyempurnaan pada perencanaan tindakan yang

telah dilakukan sebelumnya.

E. Data dan sumber data

1) Data

Data penelitian ini adalah hasil keterampilan membawakan acara

perpisahan, langkah-langkah pemodelan, dan pelaksanaan pelatihan.

2) Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa

Indonesia dan siswa kelas VIII D SMP Negeri 18 Pontianak.

G. Cara Pengambilan data

Data dalam penelitian ini diambil secara langsung. Artinya peneliti

melakukan pengamatan secara langsung di dalam kelas mengenai

pelaksanaan pembelajaran dari awal perencanaan sampai pada tahap refleksi

yang dilakukan secara berkolaborasi dengan guru mata pelajaran bahasa

Indonesia.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang telah penulis lakukan adalah

1) Untuk menganalisis data langkah-langkah pemodelan apa saja yang

dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan membawakan acara

48
perpisahan dihubungkan dengan lembar pedoman observasi kemampuan

guru melaksanakan pembelajaran.

2) Untuk menganalisis langkah-langkah pelatihan apa saja yang dilaksanakan

oleh guru untuk meningkatkan kemampuan membawakan acara

perpisahan dihubungkan dengan lembar pedoman observasi kemampuan

guru melaksanakan pembelajaran.

3) Untuk menganalisis apakah hasil pembelajaran membawakan acara

meningkat dihubungkan dengan hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I

dan siklus II.

49
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-Langkah Pemodelan dalam Pembelajaran Membawakan

Acara Perpisahan dengan Bahasa yang Baik Benar dan Santun.

Dalam proses pembelajaran keterampilan membawakan acara

dengan bahasa yang baik, benar, dan santun. Penulis juga menggunakan apa

yang dinamakan dengan pemodelan . Hal ini dilakukan karena untuk

meningkatkan hasil pembelajaran siswa, model yang penulis gunakan adalah

guru mata pelajaran bahasa indonesia ibu Hamsyi.

Langkah-langkah pemodelan yang telah dilakukan dalam penelitian

sangat berpengaruh terhadap hasil kemampuan siswa, adapun langkah-

langkah yang penulis maksud dapat digambarkan sebagai berikut: Hal

pertama yang dilakukan guru dengan mengucapkan salam kepada siswa,

setelah siswa menjawab salam guru memulai dengan sikap tubuh, pada saat

berbicara guru berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan tegak tetapi

rileks, tidak kaku. Posisi ini benar dilakukan oleh guru bertujuan membuat

suara terdengar lebih spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan

kesan yang baik. Setelah dilkukan hal tersebut guru melanjutkan langkah

berikutnya yaitu mengajarkan teknik berbicara ketika membawakan acara

yaitu:

a) Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-rendah. Hal-hal

tersebut disampaikan guru untuk memberikan gambaran kepada siswa

50
mengenai intonasi yang tepat ketika membawakan acara, guru

mengampaikannya secara tepat.

b) Artikulasi meliputi jelas

pengucapan vokal dan konsonannya. Intonasi juga mendukung

keterampilan membawakan acara, ketika menyampaikan tentang artikulasi

guru membacakan sedikit penggalan naskah membawakan acara, hal

tersebut dilakukan guru untuk memberikan cointoh yang nyata kepada

siswa.

c) Phrasing meliputi jeda atau

pemutusan kalimat yang tepat. Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan

sebelumnya guru juga memberikan contoh pada bagian yang mengarah

pada bagian-bagaian yang tepat untuk pemutusan kalimat atau pemberian

jeda yang tepat.

d) Stressing meliputi suara yang bulat

dan penekanan yang baik. Pada tahap ini guru lebih memberikan

penekanan pada suara dengan mengeluarkan suara yang lebih keras pada

bagian-bagian yang dianggap perlu diberikan penekanan. secara

keseluruhan yang disampaikan oleh guru telah tepat dan sesuai dengan apa

yang direncanakan antara penulis dan guru pada tahap perencanaan.

Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara: pembukaan,

sambutan, penerimaan hadiah, hiburan, dan penutup. Guru menyampaikan

susunan acara secara umum dengan maksud melatih siswa untuk membuat

51
sebuah kerangka acara dan siswa dapat menunjukkan susunan acara secara

umum. Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara kepada

siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa.Setelah melakukan Tanya

jawab guru membentuk siswa berkelompok.

Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar, dan santun acuannya adalah apa yang telah

dilakukan oleh model. Kemudian guru meminta perwakilan beberapa

kelompok untuk membacakan hasil diskusi. Setelah ada beberapa

perwakilan kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya selanjutnya guru

dan siswa membahas penampilan kelompok mengenai kelemahan,

kelebihan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawakan acara

perpisahan. Itulah gambaran langkah-langkah yang dilakukan ketika

melakukan pelatihan.

Setelah tahapan-tahapan tersebut dilakukan kemudian guru kembali

memberikan penjelasan untuk lebih memberikan penguatan kepada siswa.

Itulah gambaran dari langkah-langkah pemodelan yang dilakukan selama

pembelajaran dilakukan.

Dari beberapa langkah yang telah penulis dan guru susunan secara

kolaboratif, langkah-langkah tersebut sepenuhnya telah dilakukan. Guru

berperan sebagai model, setiap pertemuan guru kembali mengingatkan

siswa pada awal dan akhir pertemuan dan terus-menerus, dalm

52
pengulangan itu juga guru selalu mencontohkan membawakan acara

dengan bahasa yang baik, benar, dan santun.

B. Pelaksanaan Pelatihan dalam Membawakan Perpisahan dengan Bahasa

yang Baik Benar dan Santun

Pada penelitian ini penulis juga menggunakan pelatihan.

Menggunakan proses Pelatihan penulis anggap sangat tepat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan membawakan acara perpisahan dengan bahasa

yang baik, benar, dan santun. Dari beberapa pelatihan yang telah dilakukan

memang sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, pelatihan juga

dilakukan dengan proses.

Pelatihan yang telah penulis dan guru rancang dapat digambarkan

sebagai berikut. Hal pertama yang dilakukan guru dengan mengucapkan

salam kepada siswa, setelah siswa menjawab salam kemudian guru memulai

dengan sikap tubuh, pada saat berbicara guru berdiri dengan sikap tubuh yang

baik: badan tegak tetapi rileks, tidak kaku. Posisi ini benar dilakukan oleh

guru dengan tujuan membuat suara terdengar lebih spontan, tidak tertekan.

Selain itu juga memberikan kesan yang baik. Setelah dilkukan hal tersebut

guru melanjutkan langkah berikutnya yaitu mengajarkan teknik berbicara

ketika membawakan acara yaitu:

a) Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-rendah.

b) Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan konsonannya.

c) Phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

53
d) Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang baik.

Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara: pembukaan,

sambutan, penerimaan hadiah, hiburan, dan penutup. Guru menyampaikan

susunan acara secara umum dengan maksud melatih siswa untuk membuat

sebuah kerangka acara dan siswa dapat menunjukkan susunan acara secara

umum.

Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara kepada

siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa. Setelah melakukan Tanya jawab

guru membentuk siswa berkelompok. Secara berkelompok, siswa diminta

mendiskusikan cara membawakan acara dan membuat susunan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya adalah

apa yang telah dilakukan oleh model. Kemudian guru meminta perwakilan

beberapa kelompok untuk membacakan hasil diskusi. Setelah ada beberapa

perwakilan kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya selanjutnya guru

dan siswa membahas penampilan kelompok mengenai kelemahan, kelebihan

dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawakan acara perpisahan.

Tahap-tahap pelatihan yang dirancang secara kolaboratif antara

guru dan peneliti kemudian diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Semua

tahapan yang telah disusun dan dipersiapkan semuanya terlaksana dengan

baik, hasil yang dapat dilihat dari proses pelatihan itu tampak pada rata-rata

nilai yang diperoleh siswa pada kedua siklus yaitu adanya peningkatan yang

terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan proses pelatihan yang telah

54
dirancang, kemudian diaplikasikan ke dalam proses pembelajaran sudah

berhasil.

Dari penjelasan pemodelan dan pelatihan dan gambaran-gambaran

keduanya, semuanya dilakukan secara kolaboratif, disusun dan dilaksanakan

dengan tahapan yang teratur. Kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap hasil

yang didapat oleh siswa. Perkembangan dari tiap siklus menunjukkan hal

yang sangat positif.

Pomodelan dan pelatihan memang sangat tepat diterapkan dalam

pembelajaran keterampilan berbicara dalam hal ini menyangkut keterampilan

membawakan acara dengan bahasa yang baik, benar, dan santun,

keterampilan berbicara memerlukan suatu pemodelan yang dijadikan acuan

oleh siswa, pelatihan pada keterampilan berbicara haruslah dilakukan karena

diperlukan latihan dan waktu yang cukup untuk menjadi seorang pembicara

dan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sangat singkat.

Peran penting dilakukan oleh guru dengan berlaku menjadi model

dengan sangat baik dan memberikan pelatihan yang maksimal kepada siswa,

hal ini juga memberikan gambaran yang seharusnya dilakukan oleh seorang

guru ketika mengajarkan keterampilan berbicara kepada siswa.

C. Hasil Keterampilan Membawakan Acara Perpisahan dengan Bahasa

yang Baik Benar dan Santun pada Siswa Kelas VIII D Melalui

Pemodelan dan Pelatihan

55
Hasil keterampilan membawakan acara perpisahan dengan bahasa

Indonesia yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan telah

menunjukkan peningkatan pada siswa kelas VIII D. Sebelum diadakan

tindakan nilai siswa hanya berjumlah 55, nilai tersebut tergolong rendah dan

belum mencapai standar ketuntasan belajar yang telah ditentukan. Hasil

peningkatan nilai pembelajaran keterampilan menyimak siswa kelas VIII D

dapat dilihat pada siklus I dan siklus II. Siklus I nilai rata-rata siswa

berjumlah 68 dan siklus II berjumlah 85 yang artinya ada peningkatan

sebanyak 17 poin.

Hasil keterampilan siswa membawakan acara perpisahan dengan

bahasa Indonesia yang baik, benar, dan santun melalui pelatihan dan

pemodelan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel IV. 1

Hasil siklus I dan siklus II keterampilan membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik benar dan santun siswa kelas VIII D

Nilai Siklus Nilai


No Nama Siswa
I Siklus II

1 Andrew Chalsen 69 90
2 Andri 60 90
3 Apriliani R. 92 97
4 Apriliawan B.N. 75 80
5 Atika Fitriani 70 80
6 Awaludin 60 87
7 Dini Khairulisa 56 89
8 Dion Saeptian 70 84
9 Esma Syahwan A. 70 83
10 Harumiah 78 90
11 Heri Mustika 70 90

56
12 Idham Sufriyadi 55 60
13 Imanur Rizky 59 55
14 Ivan Ridwansyah 60 90
15 Kharisma 80 89
16 Kiki Indah Sari 90 95
17 M. Ziqri 58 60
18 Nur Hidayati 70 95
19 Reni Aggreni 57 85
20 Ricky Maulana 70 90
21 Ridwan Sidik 58 90
22 Rina Mauliana 80 87
23 Risky Amelia 75 89
24 Rista Novitasari 65 85
25 Rita Triani 63 90
26 Roni 50 55
27 Rudi Hermawan 80 95
28 Sandi Ganesha 58 85
29 Shanty P.R. 87 88
30 Sherly O. 50 55
31 Siseh 85 92
32 Siti Nurasnawati 80 94
33 Suci Eka W. 90 95
34 Sutiah 70 87
35 Tito Danu Rizky 80 89
36 Wella 60 90
37 Yuli Nurul Suci 65 88
38 Zainur Ridho 58 89
39 Zakiyah 69 90
40 Mirnawati 65 90
Jumlah 2757 3402
Rata-rata 68 85

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat hasil rata-rata nilai keterampilan

siswa kelas VIII D membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik,

benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan menjadi meningkat. Nilai

rata-rata siklus I berjumlah 68, dengan peincian siswa yang memperoleh nilai ≥

61 atau tuntas belajar berjumlah 26 orang dan siswa yang memperoleh nilai ≤

57
61 berjumlah 14 orang. Dengan rata-rata demikian dapat dikategorikan bahwa

siswa 35% siswa belum mencapai kriteria keberhasilan minimal.

Nilai rata-rata siklus II berjumlah 85, siswa yang memperolah nilai

≥ 65 atau tuntas belajar berjumlah 36 orang dan siswa yang memperoleh nilai

≤ 65 berjumlah 4 orang. Dengan demikian dapat dikategorikan bahwa hanya

10% siswa yang belum mencapai kriteria keberhasilan minimal. Dari

keterangan di atas dapat diketahui bahwa dengan menggunakan pemodelan dan

pelatihan dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil pembelajaran keterampilan

membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun

siswa kelas VIII D.

Peningkatan nilai rata-rata hasil pembelajaran tersebut dinilai

berdasarkan pedoman penilaian, aspek yang dinilai yaitu intonasi (irama/lagu),

artikulasi (kejelasan kata), stressing (penekanan), dan phrasing(pemutusan

kalimat/jeda yang tepat). Hasil keterampilan membawakan acara perpisahan

didapat dari empat aspek, keempat aspek itu dapat dilihat nilai rata-ratanya.

Pada siklus I dapat dilihat hasil dari keempat aspek tersebut yaitu

sebagai berikut.

1) Intonasi jumlah skor 208 dengan rata-rata nilai 5,2.

2) Artikulasi jumlah skor 500 dengan rata-rata nilai 12,5.

3) Stressing jumlah skor 144 dengan rata-rata nilai 3.6.

4) Phrasing jumlah skor 339 dengan rata-rata nilai 8,48.

Dari data di atas tampaklah aspek yang masih sulit dikuasi siswa

adalah aspek artikulasi dengan jumlah skor 500 dirata-rata didapat hasil 12,5,

58
sedangkan aspek yang paling dikuasai siswa adalah stressing (penekanan)

dengan jumlah skor 144 dirata-rata didapat hasil 3,6. Untuk itu perlu adanya

perbaikan pada siklus II.

Pada siklus II dapat dilihat hasil keempat aspek tersebut yaitu

sebagai berikut.

1) Intonasi jumlah skor 65 dengan rata-rata nilai 1.62.

2) Artikulasi jumlah skor 230 dengan rata-rata nilai 5.75.

3) Stressing jumlah skor 69 dengan rata-rata nilai 1,72.

4) Phrasing jumlah skor 166 dengan rata-rata nilai 4,16.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa aspek yang masih sulit untuk

dikuasai adalah aspek artikulasi dengan jumlah skor 230 dirata-rata didapat

hasil 5,75. Sedangkan aspek yang paling dikuasai adalah intonasi dengan

jumlah skor 65 dirata-ratakan didapat hasil 1,62.

Hasil Kedua siklus terlihat adanya perubahan ke arah yang baik,

aspek artikulasi yang awalnya memiliki rata-rata 12,5 pada siklus pertama

kemudian pada sklus kedua turun menjadi 5,75. Hasil kedua siklus ini

menunjukkan keberhasilan penggunaan pemodelan dan pelatihan.

D. Respon Sikap Siswa dalam Pembelajaran Keterampilan Membawakan

Acara Perpisahan dengan Bahasa yang Baik Benar dan Santun Melalui

Pemodelan dan Pelatihan

Pada proses pembelajaran keterampilan membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan

59
dan pelatihan, penulis mengadakan pengamatan terhadap respon dari sikap

siswa kelas VIII D. Persentase dari sikap siswa ini terdiri dari dua siklus. Dari

dua siklus yang dilaksanakan terdapat peningkatan sikap siswa yang cukup

tinggi. Pengamatan respon sikap siswa dilakukan dengan melihat sikap siswa

sangat aktif, siswa aktif, siswa cukup aktif, dan siswa yang kurang aktif. Hasil

pengamatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

1) Persentase sikap siswa pada siklus I dilakukan pada tanggal 14, 16, dan 21

April dengan alokasi waktu 6x40 menit dibagi menjadi tiga kali

pertemuan.

Tabel IV. 2

Sikap Siswa Siswa yang


Jumlah
Sangat Cukup Kurang Tergolong
Aktif Mengikuti
Siswa
Aktif Aktif Aktif Pembelajaran
4 7 13 16 24
40
(10%) (17,5%) (32,5%) (40%) (60%)

Keterangan:

Persentase respon sikap siswa pada siklus I berjumlah 60%.

Persentase rata-rata sikap siswa yang tergolong mengikuti pembelajaran

keterampilan membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik, benar,

60
dan santun melalui pemodelan dan pelatihan masih rendah karena siswa yang

tergolong tidak mengikuti pembelajaran berjumlah 16 orang.

Berdasarkan respon sikap siswa pada siklus 1, siswa belum

termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru juga kurang memberikan

motivasi kepada siswa. Hal ini terlihat ketika mengikuti pembelajaran siswa

yang sangat aktif berjumlah 4 orang dikatakan sangat aktif ketika

pembelajaran berlangsung keempat siswa ini sering bertanya, pertanyaan-

pertanyaan dari guru juga berusaha mereka jawab, saat kerja kelompok

keempat siswa ini juga terlihat sangat antusias dan berperan aktif dalam

kelompok. Untuk kategori siswa aktif bejumlah tujuh orang, kategori ini

didapat dari hasil pengamatan. Ketujuh siswa ini terlihat aktif memberikan

pertanyaan, saat mengerjakan tugas kelompok juga terlihat aktif, tetapi masih

kurang antusias seperti keempat temannya.

kategori ketiga yaitu siswa yang cukup aktif juga didapat dari hasil

pengamatan, siswa yang cukup aktif berjumlah 13 orang. Dikatakan cukup

aktif terlihat 13 siswa ini cukup aktif dalam kelompok mengerjakan tugas

yang diberikan oleh ibu Hamsyi,terlihat di dalam kelompok ada yang

mencatat, ada yang memberikan pendapat. Dari pengamatan itu peneliti

menggolongkan 13 siswa ini cukup aktif.

Kategori keempat digolongkan siswa kurang aktif, dari pengamatan

yang dilakukan didapat ada 16 siswa yang kurang aktif. Dikatakan kurang

aktif karena selama pengamatan terlihat 16 siswa ini kurang antusias ketika

guru memberikan penjelasan dan berdampak pada saat di dalam kelompok

61
16 siswa ini juga terlihat kurang aktif. Hasil pengamatan ini dapat

disimpulkan pada siklus 1 belum didapatkan hasil yang maksimal.

2) Persentase Sikap Siswa pada Siklus II dilakukan pada tanggal 23,5, dan 7

Mei 2009 dengan alokasi waktu 6x40 menit dibagi menjadi tiga kali

pertemuan.

Tabel IV. 3

Sikap Siswa
Siswa yang
Jumlah
Tergolong
Sangat Cukup Kurang
Mengikuti
Siswa Aktif
Pembelajaran
Aktif Aktif Aktif
9 10 15 6 34
40
(22,5%) (25%) (37,5%) (15%) (85%)

Persentase respon sikap siswa siklus II pada pembelajaran

keterampilan membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik,

benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan mengalami

peningkatan yaitu berjumlah 85%. Hasil respon sikap siswa pada siklus II

ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Hasil respon

siswa tetap dibagi menjadi empat kategori, kategori siswa yang sangat

aktif mengalami peningkatan yaitu ada 9 orang yang berarti dibandingkan

siklus I ada penambahan 5 orang siswa yang sangat aktif, kategori siswa

yang aktif juga mengalami peningkatan yaitu ada 10 orang yang berarti

dibanding siklus I ada penambahan 3 orang siswa yang aktif.

Kategori siswa yang cukup aktif pada siklus II juga mengalami

peningkatan, siswa yang cukup aktif pada siklus II berjumlah 15 orang

62
berarti ada penambahan 2 orang siswa yang cukup aktif. Kategori siswa

yang kurang aktif pada siklus II mengalami penurunan, siswa yang kurang

aktif pada siklus II berjumlah 6 orang siswa. Pada siklus II ada penurunan

jumlah siswa yang kurang aktif yaitu sebanyak 10 orang siswa. Hasil

siklus II dapat memberikan gambaran keberhasilan guru memberikan

motivasi belajar kepada siswa. Gambaran motivasi yang dilakukan oleh

guru yaitu dengan melakukan pemodelan dan pelatihan yang dilakukan

dengan intensif.

F. Pembahasan

Analisis data siklus I dan II sebagai berikut.

1) Siklus I

Siklus I terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan (observing),dan refleksi (reflecting).

Peneltian tindakan kelas VIII D pada siklus I sebagai berikut.

(a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 13 April 2009.

Sebelum membuat perencanaan peneliti dan guru berdiskusi terlebih

dahulu untuk menyatukan pendapat mengenai pembelajaran

keterampilan membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang

baik, benar dan santun melaui pemodelan dan pelatihan. Setelah

peneliti dan guru sepakat dengan pemahaman yang sama mengenai

pembelajaran keterampilan membawakan acara perpisahan dengan

63
bahasa yang baik, benar dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan, peneliti dan guru berkalaborasi dalam membuat perangkat

pembelajaran. Selain membuat perangkat pembelajaran peneliti juga

mempersiapkan pedoman-pedoman observasi yang akan digunakan

pada saat penelitian dilaksanakan. Pedoman observasi yang

disiapkan adalah pedoman observasi kemampuan guru dalam

melaksanakan pembelajaran keterampilan membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan.

(b) Tindakan (Action)

Tindakan kelas yang dilakukan pada kelas VIII D khususnya

pembelajaran keterampilan membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan dilaksanakan pada tanggal 14, 16, dan 21 April 2009

karena ada tiga kali pertemuan dan alokasi waktu yang digunakan 6

x 40 menit.

Kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan

siswa melalui tahapan-tahapan, tahapan awal dilakukan sebuah

perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru,

hasil diskusi tersebut didapatlah sebuah rencana pelaksanaan

pembelajaran, kemudian dari rencana tersebut mulailah dilakukan

64
apa yang dinamakan tindakan yang dilakukan didalam kelas,

tahapanpun dimulai dengan mengikuti rencana.

Guru yang bernama ibu Hamsyi mulai membuka pelajaran dengan

mengucapkan salam dan seluruh siswa menjawab salam, semua

siswa kelas VIIID beragama islam. setelah memberikan salam guru

terlebih dahulu memperkenalkan peneliti kepada siswa dengan

maksud siswa tidak merasa heran dengan kehadiran peneliti di dalam

kelas. Selanjutnya ibu Hamsyi melakukan apersepsi untuk membuka

pelajaran dan menginginkan adanya interaksi antara guru dan siswa,

ketika melakukan apersepsi ada 4 siswa yang sangat aktif

berinteraksi dengan guru. Apersepsi berlangsung cukup lama guru

lebih banyak bercerita dengan mengaitkan contoh-contoh di

kehidupan nyata dengan pembelajaran.

Tahap selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan

menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan

dari awal sampai akhir pertemuan( pertemuan pertama sampai

ketiga). Setelah itu barulah guru mulai menjelaskan materi

pembelajaran membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang

baik, benar, dan santun. Untuk lebih menguatkan perjelasan,

kemudian ibu Hamsyi berperan sebagai model.

Ketika menjadi model yang dilakukannya adalah Pertama-tama

guru berdiri dengan tegak, tenang, dan memperhatikan siswa yang

berperan sebagai pendengar. Setelah perhatian seluruh siswa tertuju

65
padanya dan suasana tenang barulah guru memulai acara. Guru

mendemonstrasikan keterampilan membawakan acara perpisahan.

Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi tahap secara

berurutan, yaitu:

(1) Pembukaan.

(2) Sambutan.

(3) Penerimaan hadiah.

(4) Hiburan.

(5) Penutup.

Tahapan-tahapan acara perpisahan inilah yang diajarkan

pada siswa. Kemudian dalam membawakan acara guru juga

melakukan improvisasi dengan memberikan sedikit rasa humor

untuk memeriahkan suasana kelas. Kemudian hal yang paling

penting dilakukan guru adalah membawakan acara dengan suara

yang jelas(bulat) terdengar sampai kebelakang, tidak terlalu cepat

atau lambat, memperhatikan nada bicara, pemutusan kalimat yang

tepat, dan penekanan yang tepat. Dengan demikian unsur-unsur

bahasa yang baik, benar dan santun ketika membawakan acara

telah dicontohkan oleh guru yang berperan sebagai model.

Setelah digambarkan bagaimana tahapan yang dilakukan

oleh model kemudian guru mulai bertanya kepada siswa untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap langkah-langkah

membawakan acara yang telah dicontohkan. Ketika guru

66
memberikan pertanyaan ada 7 siswa yang memberikan interaksi

dengan guru, memeberika tanggapan, jawaban. Setelah adanya

umpan balik dari siswa kemudian dilanjutkan pada tahap

berikutnya yaitu tahapan bimbingan atau yang dinamakan sebagai

pelatihan, pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan

kepada siswa untuk menguasai keterampilan membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun.

Tahapan pelatihan ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Hal pertama yang dilakukan guru dimulai dengan sikap tubuh, pada

saat berbicara sebaiknya berdiri dengan sikap tubuh yang baik:

badan tegak tetapi rileks, tidak kaku. Posisi ini membuat suara

terdengar lebih spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan

kesan yang baik. Setelah dilkukan hal tersebut guru melanjutkan

langkah berikutnya yaitu mengajarkan teknik berbicara ketika

membawakan acara yaitu:

(a) Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

(b) Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan konsonannya.

(c) Phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

(d) Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang baik.

Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah, hiburan, dan penutup.

67
Guru menyampaikan susunan acara secara umum dengan maksud

melatih siswa untuk membuat sebuah kerangka acara dan siswa

dapat menunjukkan susunan acara secara umum.

Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara

kepada siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa. Kali ini siswa

yang memberikan tanggapan berjumlah 6 orang yang berarti

antusias siswa kali ini lebih tinggi dibanding sebelumnya. Setelah

melakukan Tanya jawab guru membentuk siswa berkelompok.

Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya adalah

apa yang telah dilakukan oleh model.

Kemudian guru meminta perwakilan beberapa kelompok

untuk membacakan hasil diskusi. Setelah ada beberapa perwakilan

kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya selanjutnya guru dan

siswa membahas penampilan kelompok mengenai kelemahan,

kelebihan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawakan

acara perpisahan. Pada tahap ini ada 7 orang yang memberikan

tanggapan. Itulah gambaran langkah-langkah yang dilakukan

ketika melakukan pelatihan.

Setelah tahapan-tahapan tersebut dilakukan kemudian guru

kembali memberikan penjelasan untuk lebih memberikan

penguatan kepada siswa, setelah dirasa cukup guru menyampaikan

68
apa yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya yaitu akan

diambil penilaian untuk menjadi pembawa acara, kemudian guru

kembali menjadi pembawa acara untuk memberikan contoh kepada

siswa, setelah selesai membawa acara guru berpesan kepada siswa

untuk berlatih di rumah dan sesuai dengan apa yang telah diajarkan

dan dicontohkan oleh guru sebelumnya.

Sebelum menutup pelajaran guru membagikan teks acara yang

telah dipersiapkan oleh guru untuk dijadikan bahan pembelajaran

bagi siswa. Setelah itu guru menutup kegiatan belajar mengajar

pada pertemuan pertama.

Pertemuan kedua dilakukan dengan tahapan-tahapan,

dimulai dengan guru memberikan salam, setelah itu guru kembali

berperan sebagai model dengan tujuan mengingatkan siswa dan

kembali memberikan gambaran sebelum siswa tampil, kemudian

guru mengeluarkan absen dan mengingatkan apa yang telah

disampaikan pada akhir pertemuan sebelumnya dan guru

menentukan ada 20 orang siswa yang akan tampil pada pertemuan

ini. Kemudian siswa dipanggil secara acak dan diambil penilaian.

Setelah siswa yang ditentukan semuanya tampil langkah berikutnya

adalah siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan hari ini, refleksi telah dilakukan selanjutnya sesuai

rancangan yang telah dibuat guru kembali berperan sebagai model

untuk mengingatkan siswa bagaimana menjadi seorang pembawa

69
acara perpisahan. Setelah itu barulah guru mengomentari

penampilan-penampilan siswa hal ini dilakukan dengan maksud

agar siswa mengetahui dimana letak kekurangan dan hal yang

harus diperbaiki. Sebelum menutup pelajaran guru kembali

berpesan kepada siswa untuk berlatih di rumah.

Pada pertemuan ketiga hal yang dilakukuakan juga hampir

sama, guru membuka pelajaran dengan memberi salam siswa

menjawab salam, tahapan selanjutnya untuk mengingatkan siswa

guru kembali berperan sebagai model. Setelah merasa cukup

berperan sebagai model guru kembali membuka absen dan

menentukan siswa yang akan tampil dengan 20 orang yang tersisa.

Siswa dipanggil secara acak dan diambil penilaian.

Setelah semuanya tampil guru memberikan komentar terhadap

penampilan siswa dan bertanya jawab kepada siswa menganai

pembelajaran yang telah dilakukan, hal yang dianggap sulit ketika

membawakan acara. Siswa terlihat antusias ketika membahas

penampilan ketika menjadi pembawa acara, siswa yang menaggapi

telihat siswa yang sama yang sebelumnya telah memberikan

antusias terhadap pembelajaran. Setelah semuanya dibahas

kemudian guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan. Semua tahapan telah dilakukjan hal terakhir

yang dilakukan adalah menutup kegiatan pembelajaran.

(c) Pengamatan (Observing)

70
Pengamatan dilaksanakan pada tanggal 14 April 2009 pukul

07.00-08.20, 16 April 2009 pukul 09.15-10.35, dan 21 April 2009

pukul 07.00-08.20. Pengamatan dilakukan pada saat guru

melakukan tindakan. Peneliti melakukan pengamatan dengan

melihat kejadian-kejadian yang terjadi selama proses pembelajaran

berlangsung. Pengamatan ini menggunakan pedoman-pedoman

observasi yang telah disiapkan. Adapun hasil pengamatan yang

diamati sebagai berikut.

(1) Guru mengajar belum sesuai dengan RPP yang sudah

disediakan, karena dalam melakukan apersepsi guru terlalu

lama menggunakan waktunya.

(2) Guru kurang menguasai kelas sehingga interaksi antara guru

dan siswa intensitasnya tergolong sedikit.

(3) Siswa kurang antusias pada saat sesi Tanya jawab tercatat

siswa yang bisa digolongkan sangat aktif pada siklus I ini

berjumlah 4 orang, siswa yang aktif berjumlah 7 orang, siswa

yang cukup aktif berjumlah 13 orang, dan siswa yang kurang

aktif berjumlah 16 orang.

(4) Siswa yang aktif hanya siswa yang duduk bagian depan dan

tengah sedangkan yang duduk bagian belakang kurang aktif

karena merasa ada yang berbicara dengan temannya.

(5) Pada pertemuan kedua juga masih ada siswa yang kurang

memperhatikan temannya yang sedang tampil ke depan.

71
(6) Terkadang suara siswa yang tampil di depan kurang terdengar

sampai ke belakang ada karena faktor volume suara ada juga

yang masih tampak gugup sehingga suranya tidak terlalu

keluar.

(7) Ada gangguan seperti siswa yang izin keluar untuk buang air

dari pertemuan pertama sampai ketiga tercatat ada 10 orang

dengan intensitas yang berbeda, pertemuan pertama 2 orang,

pertemuan kedua 4 orang, dan pertemuan ketiga ada 2 orang.

(8) Guru belum maksimal memberikan pemodelan dan pelatihan.

(9) Semua siswa hadir pada saat pembelajaran berlangsung dari

pertemuan pertama sampai ketiga.

(d) Refleksi (Reflecting)

Setelah melakukan pengamatan. Peneliti dan guru

melakukan refleksi. Refleksi dilaksanakan pada tanggal 22 April

2009. pada kegiatan refleksi peneliti dan guru membicarakan tentang

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas dari pertemuan

pertama sampai ketiga walaupun ada evaluasi kecil pada tiap akhir

pertemuan tetapi rangkuman pembahasannya dilakukan pada tanggal

22 April 2009.

Peneliti dan guru juga menilai bersama-sama hasil

pekerjaan siswa pada siklus 1. peneliti dan guru melaksanakan

kegiatan refleksi dengan cara menganalisis hasil pengamatan pada

72
saat guru melaksanakan tindakan dari pertemuan pertama sampai

ketiga. Adapun hasil refleksi peneliti dan guru sebagai berikut.

(1) Pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu

yang telah ditentukan, berdasarkan refleksi terlihat dari mulai

aperspsi yang terlalu lama sehingga berdampak pada rencana

berikutnya,

(2) Penguasaan kelas masih terasa kurang dengan adanya berbagai

gangguan yang terjadi, terutama dari siswa yang memang

tergolong nakal. Berdasarkan refleksi.hal ini trjadi pada

pertemuan pertama dan disebabkan karena siswa masih belum

serius mengikuti pelajaran, untuk pertemuan kedua dan ketiga

sudah berkurang karena guru sudah tegas terhadap mereka.

(3) Pada pertemuan pertama siswa terlihat kurang aktif terutama

pada sesi tanya jawab dan ketika tampil masih kurang

berimprovisasi dsn terpaku pada teks susunan acara,

berdasarkan refleksi siswa terlihat masih ada yang bingung.

(4) Pemodelan dan pelatihan masih belum maksimal,. Berdasarkan

refleksi untuk pemodelan dan pelatihan kurang maksmal karena

disebabkan waktuny yang tidak sesuai perencanaan.

(5) Hasil keterampilan membawakan acara perpisahan pada siklus 1

ini masih terasa kurang walau sudah ada penigkatan dari

sebelumnya.

73
Berdasarkan hasil refleksi di atas, dapat peneliti dan guru

simpulkan bahwa indikator kerja siklus I belum tercapai dan siswa

masih kurang aktif mengikuti pembelajaran, kemampuan

membawakan acara yang diharapkan juga belum sepenuhnya

tercapai. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakat untuk melakukan

siklus II karena dala penelitian tindakan kelas apabial nilai siswa

belum mencapai ketuntasan belajar atau belum berhasil, maka harus

dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Pada siklus II diharakan dapat

memperoleh hasil yang lebih baik. Oeh karena itu, perlu adanya

perbaikan untik merencanakan tindakan selanjutnya.

Diharapkan perbaikan kemampuan guru untuk penelitian

selanjutnya dengan hal-hal berikut.

(a) Guru diharapkan bisa melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan alokasi waktu yang telah ditentukan.

(b) Lebih mengaktifkan siswa untuk bertanya jawab dan

menekankan pada siswa ketika tampil harus lebih berimprovisai

tidak terpaku pada teks susunan acara.

(c) Memberikan perhatian kepada siswa yang memiliki kemampuan

rendah dalam belajar dan siswa yang tergolong nakal agar

tercipta suasana kelas yang mendukung kelancaran proses

pembelajaran.

(d) Memberikan pelatihan dan pemodelan yang maksimal pada

siswa dan bagian inilah yang menjadi sangat penting.

74
2) Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran siklus I belum

bisa dikatakan berhasil karena nilai siswa belum mencapai target yang

telah ditentukan dan proses belajar mengajarnya belum sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, peneliti dan guru sepakat

melaksanakan siklus II untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Siklus II pada dasarnya sama dengan apa yang dilakukan

pada siklus satu baik mulai dari materi sampai perencanaannya, tetapi

padas siklus ini akan ada penekanan khusus terutama pada pemodelan

dan pelatihan, hal ini dilakukan kearena peneliti dan guru telah

mempertimbangkan apa saja yang perlu dilakukan dan kami menyadari

untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada keterampilan

membawakan acara ini haruslah dilakukan secara rutin dan

berkelanjutan. Baik itu upaya pelatihan ataupun pemodelannya, tetapi

tidak juga mengabaikan aspek yang lain, karena masalah waktu,

menumbuhkan keaktifan siswa, dan perhatian kepada siswa yang

kurang dalam belajar juga menjadi prioritas pada siklus II ini. Jadi

diharapkan nilai yang maksimal yang akan sicapai oleh siswa. Siklus

ke II terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan ( Planning ),

75
tindakan ( Action ), pengamatan ( Observing ), dan refleksi

( Reflecting). Penelitian tindakan kelas pada siklus II sebagai berikut.

(a) Perencanaan ( Planning )

Pencanaan dilaksanakan tanggal 22 April 2009. peneliti

dan guru membuat perencanaan untuik siklus kedua tepat dihari

yang sama pada saat refleksi siklus I, hal ini dilakukan dengan

beberapa pertimbangan bahwa minggu berukutnya akan libur ujian

nasional dan lebih memanfaatkan waktui yang ada, dengan

perguliran yang terhitung cepat antara siklus I dan II diharapkan

apa yang telah dilakukan pada siklus I dan kekurangan-kekurangan

yang ada dapat diperbaiki secepatnya. Ini adalah kesepakatan

antara peneliti dan guru yang tidak mau menunda waktu stelah

mempertimbangkan hal-hal tersebut.

Guru dan peneliti mempersiapkan langakah-langkah

pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II, mengenai materi

tidak ada yang berubah tetapi lebih ditekankan pemodelan dan

pelatihan, alokasi waktu yang tepat. Peneliti juga menyiapkan

pedoman-pedoman observasi untuk mengamati kegiatan

pembelajaran pada saat penelitian sedang berlangsung, pedoman

observasi yang dipersiapkan adalah pedoman observasi

kemampuan guru dan observasi siswa dalam melaksanakan

pembelajaran kemampuan membawakan acara perpisahan dengan

76
bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan.

(b) Tindakan ( Action )

Tindakan dilaksanakan pada tanggal 23 April 2009 pukul

09.15-1035, 5 Mei 2009 pukul 07.00-08.20, dan 7 Mei 2009 pukul

09.15-10.35 alokasi waktu yang digunakan adalah 6 x 40 menit

untuk tiga kali pertemuan. Kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan

guru melalui tahapan-tahapan, tahapan awal dilakukan sebuah

perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti dan guru,

hasil diskusi tersebut didapatlah sebuah rencana pelaksanaan

pembelajaran, kemudian dari rencana tersebut mulailah dilakukan

apa yang dinamakan tindakan yang dilakukan didalam kelas,

tahapanpun dimulai dengan mengikuti rencana.

Ibu Hamsyi mulai membuka pelajaran dengan

mengucapkan salam dan seluruh siswa menjawab salam, semua

siswa kelas VIIID beragama islam. Selanjutnya ibu Hamsyi

melakukan apersepsi untuk membuka pelajaran dan menginginkan

adanya interaksi antara guru dan siswa, ketika melakukan apersepsi

ada 9 siswa yang sangat aktif berinteraksi dengan guru. Apersepsi

kali ini dilakukan sesuai alokasi waktu

77
Tahap selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran

dan menjelaskan tahapan-tahapan pembelajaran yang akan

dilakukan dari awal sampai akhir pertemuan( pertemuan pertama

sampai ketiga). Setelah itu barulah guru mulai menjelaskan materi

pembelajaran membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang

baik, benar, dan santun. Untuk lebih menguatkan perjelasan,

kemudian ibu Hamsyi berperan sebagai model.

Ketika menjadi model yang dilakukannya adalah Pertama-

tama guru berdiri dengan tegak, tenang, dan memperhatikan siswa

yang berperan sebagai pendengar. Setelah perhatian seluruh siswa

tertuju padanya dan suasana tenang barulah guru memulai acara.

Guru mendemonstrasikan keterampilan membawakan acara

perpisahan. Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi

tahap secara berurutan, yaitu:

(1) Pembukaan.

(2) Sambutan.

(3) Penerimaan hadiah.

(4) Hiburan.

(5) Penutup.

Tahapan-tahapan acara perpisahan inilah yang diajarkan

pada siswa. Guru berperan secara maksimal ketika menjadi model.

Kemudian dalam membawakan acara guru juga melakukan

improvisasi dengan memberikan sedikit rasa humor untuk

78
memeriahkan suasana kelas, kemudian hal yang paling penting

dilakukan guru adalah membawakan acara dengan suara yang

jelas(bulat) terdengar sampai kebelakang, tidak terlalu cepat atau

lambat, memperhatikan nada bicara, pemutusan kalimat yang tepat,

dan penekanan yang tepat. Dengan demikian unsur-unsur bahasa

yang baik, benar dan santun ketika membawakan acara telah

dicontohkan oleh guru yang berperan sebagai model.

Setelah digambarkan bagaimana tahapan yang dilakukan

oleh model kemudian guru mulai bertanya kepada siswa untuk

mengetahui pemahaman siswa terhadap langkah-langkah

membawakan acara yang telah dicontohkan. Ketika guru

memberikan pertanyaan ada 10 siswa yang memberikan interaksi

dengan guru, memeberika tanggapan, jawaban. Setelah adanya

umpan balik dari siswa kemudian dilanjutkan pada tahap

berikutnya yaitu tahapan bimbingan atau yang dinamakan sebagai

pelatihan, pelatihan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan

kepada siswa untuk menguasai keterampilan membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik, benar, dan santun.

Pada siklus II pelatihan dilakukan secara maksimal.

Tahapan pelatihan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Pertama

yang dilakukan guru dimulai dengan sikap tubuh, pada saat

berbicara sebaiknya berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan

tegak tetapi rileks, tidak kaku. Posisi ini membuat suara terdengar

79
lebih spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan kesan

yang baik. Setelah dilkukan hal tersebut guru melanjutkan langkah

berikutnya yaitu mengajarkan teknik berbicara ketika membawakan

acara yaitu:

(a) Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

(b) Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan konsonannya.

(c) Phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

(d) Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang baik.

Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah, hiburan, dan penutup.

Guru menyampaikan susunan acara secara umum dengan maksud

melatih siswa untuk membuat sebuah kerangka acara dan siswa

dapat menunjukkan susunan acara secara umum.

Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara

kepada siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa. Pada tahap ini

siswa yang memberikan tanggapan berjumlah 8 orang . Setelah

melakukan Tanya jawab guru membentuk siswa berkelompok.

Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya adalah

apa yang telah dilakukan oleh model. Pada tahapan ini waktunya

80
lebih sedikit dibanding siklus I, dengan pertimbangan telah

disampaikan jadi hanya sebagai penguatan tapi tetap dilakukan

untuk melaksanakan tahapan perencanaan yang telah dilakukan.

Kemudian guru meminta perwakilan beberapa kelompok

untuk membacakan hasil diskusi. Setelah ada beberapa perwakilan

kelompok menyampaikan hasil pekerjaannya selanjutnya guru dan

siswa membahas penampilan kelompok mengenai kelemahan,

kelebihan dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membawakan

acara perpisahan. Pada tahap ini ada 7 orang siswa yang tercatat

memberikan tanggapan. Itulah gambaran langkah-langkah yang

dilakukan ketika melakukan pelatihan.

Setelah tahapan-tahapan tersebut dilakukan kemudian guru

kembali memberikan penjelasan untuk lebih memberikan

penguatan kepada siswa, setelah dirasa cukup guru menyampaikan

apa yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya yaitu akan

diambil penilaian untuk menjadi pembawa acara, kemudian guru

kembali menjadi pembawa acara untuk memberikan contoh kepada

siswa, setelah selesai membawa acara guru berpesan kepada siswa

untuk berlatih di rumah dan sesuai dengan apa yang telah diajarkan

dan dicontohkan oleh guru sebelumnya.

Sebelum menutup pelajaran guru membagikan teks acara

yang telah dipersiapkan oleh guru untuk dijadikan bahan

81
pembelajaran bagi siswa. Setelah itu guru menutup kegiatan belajar

mengajar pada pertemuan pertama.

Pertemuan kedua dilakukan dengan tahapan-tahapan,

dimulai dengan guru memberikan salam siswa menjawab salam,

setelah itu guru kembali berperan sebagai model dengan tujuan

mengingatkan siswa dan kembali memberikan gambaran sebelum

siswa tampil.

kemudian guru mengeluarkan absen dan mengingatkan

apa yang telah disampaikan pada akhir pertemuan sebelumnya dan

guru menentukan ada 20 orang siswa yang akan tampil pada

pertemuan ini. Kemudian siswa dipanggil secara acak dan diambil

penilaian. Setelah siswa yang ditentukan semuanya tampil langkah

berikutnya adalah siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan hari ini, refleksi telah dilakukan selanjutnya

sesuai rancangan yang telah dibuat guru kembali berperan sebagai

model untuk mengingatkan siswa bagaimana menjadi seorang

pembawa acara perpisahan. Setelah itu barulah guru mengomentari

penampilan-penampilan siswa hal ini dilakukan dengan maksud

agar siswa mengetahui dimana letak kekurangan dan hal yang

harus diperbaiki. Sebelum menutup pelajaran guru kembali

berpesan kepada siswa untuk berlatih di rumah.

Pada pertemuan ketiga hal yang dilakukuakn juga hampir

sama, guru membuka pelajaran dengan memberi salam siswa

82
menjawab salam, tahapan selanjutnya untuk mengingatkan siswa

guru kembali berperan sebagai model. Setelah merasa cukup

berperan sebagai model guru kembali membuka absen dan

menentukan siswa yang akan tampil dengan 20 orang yang tersisa.

Siswa dipanggil secara acak dan diambil penilaian.

Setelah semuanya tampil guru memberikan komentar

terhadap penampilan siswa dan bertanya jawab kepada siswa

menganai pembelajaran yang telah dilakukan, hal yang dianggap

sulit ketika membawakan acara. Siswa terlihat antusias ketika

membahas penampilan ketika menjadi pembawa acara, siswa yang

menaggapi telihat siswa yang sama yang sebelumnya telah

memberikan antusias terhadap pembelajaran. Setelah semuanya

dibahas kemudian guru dan siswa menyimpulkan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan. Semua tahapan telah

dilakukjan hal terakhir yang dilakukan adalah menutup kegiatan

pembelajaran.

(c) Pengamatan ( Observation )

Observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dilakukan

oleh peneliti pada saat tindakan dilakukan. Pengamatan

dilaksanakan pada tanggal tanggal 23 April 2009 pukul 09.15-1035,

5 Mei 2009 pukul 07.00-08.20, dan 7 Mei 2009 pukul 09.15-10.35.

83
adapun hal-hal yang diamati yaitu proses belajar mengajar di kelas

yang berkenaan dengan enelitian sebagai berikut.

(1) Dalam pelaksanaan siklus II terdapat perubahan pada siswa

dan guru.

(2) Guru lebih aktif dalam memberikan bimbingan dan arahan

kepada siswa untuk membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan.

(3) Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran tercatat siswa

yang sangat aktif berjumlah 9 orang, siswa yang aktif

berjumlah 10 orang, siswa yang tergolong cukup aktif

berjumlah 15 orang, dan siswa yang kurang aktif berjumlah 6

orang.

(4) Ketika tampil siswa tampak bersemangat.

(5) Siswa tidak lagi terlalu terpaku pada teks ketika membawakan

acara dan ada siswa yang berani mencoba tanpa teks.sehingga

lebih berimprovisasi.

(6) Keterampilan guru berperan sebagai model dan memberikan

pelatihan sudah sangat baik dan dengan usaha yang maksimal.

(7) Selama pengamatan semua kegiatan yang diencanakan

terlaksana.

(8) Semua siswa hadir pada waktu pelaksanaan pembelajaran.

84
(d) Refleksi ( Reflection )

Setelah melakukan pengamatan peneliti dan guru

melakukan refleksi. Refleksi dilaksanakan pada tanggal 8 Mei 2009.

pada kegiatan refleksi peneliti dan guru membicarakan tenyang

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di kelas dan

mendiskusikan hasil temuan-temuan untuk direfleksikan.

Berdasarkan hasil refleksi diperoleh informasi sebagai berikut.

(1) Siswa tampak lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

(2) Ketika berada di depan dan membawakan acara, siswa tidak lagi

terpaku pada teks dan sesuai dengan yang diharapkan guru yaitu

melakukan improvisasi.

(3) Tingkat kemampuan siswa untuk menyerap materi pelajaran

yang diberikan oleh guru mengalami peningkatan dibandingkan

siklus I.

(4) Alokasi waktu yang digunakan telah sesuai perencanaan.

(5) Tahapan pembelajaran semuanya terlaksana.

(6) Guru telah menunjukkan perannya sebagai sebagai fasilitator

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih

aktif dalam proses pembelajaran.

(7) Peran guru paling penting adalah ketika menjadi model dan

memberikan pelatihan secara berkelajutan.

85
Guru dan penulis merasa puas dengan perubahan dan

peningkatan yang diperoleh siswa pada siklus II. karena keterbatasan

waktu, penulis dan guru menyepakati untuk menghentikan penelitian

ini karena nilai siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar

yang telah ditentukan.oleh karena itu, tidak perlu dilanjutkan pada

siklus selanjutnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh

positif dalam penerapan pemodelan dan pelatihan terhadap hasil

belajar siswa dalam pembelajaran membawakan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik, benar, dan santun.

86
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada penelitian

tindakan kelas dan dari rata-rata yang diperoleh, dapat ditarik simpulan

sebagai berikut.

1) Pembelajaran keterampilan membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar, dan santun melalui pemodelan dan pelatihan

telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat meningkatkan hasil belajar

keterampilan membawakan acara siswa kelas VIII D SMP Negeri 18

Pontianak.

2) Pemodelan dan pelatihan sangatlah tepat diterapkan pada pembelajaran

keterampilan berbicara atau dalam hal ini membawakan acara karena

dapat melatih kemampuan siswa dan mengajak siswa kelas VIII D SMP

Negeri 18 untuk aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

berbicara memerlukan contoh dan latihan.

87
3) Langkah-langkah pemodelan yang dilakukan oleh guru sudah tepat dan

dapat dikatakan berhasil, hal ini penulis dapatkan dari lembar pedoman

observasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran.

4) langkah-langkah pelatihan yang dilakukan guru sudah tepat dan dapat

dikatakan berhasil, hal ini penulis dapatkan dari lembar pedoman

observasi kemampuan guru melaksanakan pembelajaran.

5) Rata-rata nilai keterampilan membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar dan santun siswa kelas VIII D SMP Negeri 18

Pontianak tahun pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan pemodelan

dan pelatihan mengalami peningkatan. Peningkatan hasil membawakan

acara perpisahan siswa sebagai berikut.

(a) Hasil keterampilan keterampilan

berbicara siswa kelas VIII D sebelum tindakan, rata-rata 55.

(b) Hasil keterampilan siswa kelas VIII D membawakan acara

perpisahan dengan bahasa yang baik, benar dan santun melalui

pemodelan dan pelatihan pada siklus I rata-rata adalah 68.

(c) Hasil keterampilan siswa kela VIII D membawakan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik, benar dan santun melalui pemodelan dan

pelatihan pada siklus I rata-rata adalah 68.

(d) Hasil keterampilan siswa membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik, benar dan santun melalui pemodelan dan pelatihan

pada siklus II rata-rata adalah 85.

88
B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut.

1) Dalam proses belajar mengajar hendaknya guru bahasa Indonesia SMP

Negeri 18 Pontianak dapat mengatur waktu dengan baik, agar materi

dapat disampaikan secara tuntas.

2) Untuk meningkatkan mutu pembelajaran membawakan acara dan

meningkatkan hasil belajar siswa, disarankan agar guru mata pelajaran

bahasa Indonesia SMP Negeri 18 Pontianak mempunyai kemampuan

menyusun strategi pembelajaran dengan baik. Hal ini penting agar

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dengan hasil yang

maksimal.

3) Diharapkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 18

Pontianak melakuakan pelatihan dan pemodelan ketika mengajarkan

keterampilan membawakan acara.

4) Diharapkan guru bahasa Indonesia SMP Negeri 18 Pontianak dapat

menumbuhkan semangat siswa dan keaktifan di dalam kelas sehingga

suasana belajar di kelas menyenangkan untuk siswa.

89
DAFTAR PUSTAKA

Afitri. (2008). Inovasi Model dan Evaluasi Pembelajaran. (Online). (http//www.


candilaras. co. cc. html, dikunjungi 29 juni 2009).

Aryati, Lies. 2007. Panduan Untuk Menjadi MC Profesional.Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Brown. (1994). Principle For Teaching Speaking Skills. (Online). (http//www.


slider. net/ samurai theologian. html, dikunjungi tanggal 29 juni 2009).

Carpio, Rustica C dan Encarnacion, Anacleta M. 2005. Private and Public


Speaking. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:


Balai Pustaka.

Hidajat, M.S. 2006. Publik Speaking dan Teknik Presentasi. Jakarta: Graha Ilmu.
Kasbolah, Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lusypascha. 2009. Menjadi Seorang Pembawa Acara. (Online).
(http://adproindonesia. Multiply. Com/ journal/ item/ 74)

Mashudismada. 2009. Siklus Penelitian Tindakan Kelas Karya Tulis.(online).


(http//.mashudismada.wordpress.com/2009/03/28. html, dikunjungi tanggal
29 juni 2009).

Moleong, J. Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda


Karya.

Muradi, A. 2006. Pelaksanaan Metode Drill (latihan siap) dalam Pembelajaran


Bahasa Arab. Fikrah.5 (1): 1-13.

90
Rogers, Natalie. 2003. Berani Bicara di Depan Publik. Jakarta: Nuansa.

Smith, Anne. 2008. Speaking Is No Small Task. (Online).


(http://www.stutteringhelp.org/Default.aspx?tabid=417, dikunjungi 29 juni
2009)

Sosiawan, Edwi Arif. 2009. Master of Ceremony atau Pembawa Acara. (Online).
(http://edwi. Dosen. Upnyk. Ac. Id, dikunjungi 28 agustus 2009)

Sulipan. (Sulipan @yahoo.com). 29 juni 2009. Penelitian Tindakan Kelas.


Widyaiswara pada P4TK BMTI Bandung.

Syamsuddin dan Damaianti, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Wibawa, Basuki. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas Direktorat


Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan.

91
Lampiran 1

PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN KELAS

No. Siklus I Tanggal


1. Perencanaan (planning) 13 April 2009

2. Tindakan (Action) 14 April 2009

3. Pengamatan (Observing) 16 April 2009

21 April 2009

4. Refleksi (Reflecting) 22 April 2009


No. Siklus II Tanggal
1. Perencanaan (Planning) 22 April 2009

2. Tindakan (Action) 23 April 2009

3. Pengamatan (Observing) 5 Mei 2009

7 Mei 2009

4. Refleksi (Reflecting) 8 Mei 2009

92
Lampiran 2.

PEDOMAN OBSERVSI KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN

PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I

Keterangan
No. Aspek yana diamati
Y T
1. Apakah guru mengajar sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. √
2. apakah guru (model) melaksanakan apersepsi √
3. Apakah guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan √

tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan dari awal

sampai akhir (pertemuan pertama sampai ketiga).


4. Apakah guru berperan sebagai model,yaitu: √

1. Pertama-tama guru berdiri dengan tegak, tenang, dan √

memperhatikan siswa yang berperan sebagai pendengar.

2. Setelah perhatian seluruh siswa tertuju padanya dan suasana √

tenang barulah guru memulai acara.

3. Guru mendemonstrasikan keterampilan membawakan acara √

perpisahan.

4. Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi tahap √

secara berurutan, yaitu:

93
a. Pembukaan.

b. Sambutan.

c. Penerimaan hadiah.

d. Hiburan.

e. Penutup.

5. Guru melakukan improvisasi ketika membawakan acara √

dengan memberikan sedikit rasa humor untuk memeriahkan

suasana kelas.

6. Guru membawakan acara dengan suara yang jelas(bulat) √

terdengar sampai kebelakang, tidak terlalu cepat atau lambat,

memperhatikan nada bicara, pemutusan kalimat yang tepat,

dan penekanan yang tepat.

7. Guru mengunakan bahasa yang baik, benar dan santun ketika √

membawakan acara.
5. Apakah guru mengecek pemahaman siswa dengan tanya jawab √

dan memberikan umpan balik mengenai apa yang telah

dilakukan guru sebagai model dan materi yang disampaikan oleh

model.
6. Apakah guru melakukan tahapan pelatihan,yaitu: √

1) Guru mengajarkan cara pembukaan atau membuka acara, √

hal-hal yang dilakukan:

a. Dimulai dengan sikap tubuh, pada saat berbicara sebaiknya √

berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan tegak tetapi

rileks, tidak kaku. Posisi ini membuat suara terdengar lebih

94
spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan kesan

yang baik.

b. Langkah berikutnya yang dilakukan guru adalah √

mengajarkan teknik berbicara ketika membawakan acara

yaitu:

 Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

 Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan

konsonannya.

 phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

 Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang

baik.

2) Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru √

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah,hiburan, dan

penutup. Guru menyampaikan susunan acara secara umum

dengan maksud melatih siswa untuk membuat sebuah

kerangka acara dan siswa dapat menunjukkan susunan acara

secara umum.

3) Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara √

kepada siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa.

4) Setelah melakukan Tanya jawab guru membentuk siswa √

berkelompok.

95
5) Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara √

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya

adalah apa yang telah dilakukan oleh model.

6) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk √

membacakan hasil diskusi.

7) Guru dan siswa membahas penampilan kelompok mengenai √

kelemahan, kelebihan dan hal-hal yang harus diperhatikan

dalam membawakan acara perpisahan.


7. Apakah guru menunjukkan penguasaan materi. √
8. Apakah guru selalu memberikan contoh membawakan acara √

pada awal dan akhir pembelajaran.


9. Apakah guru menguasai kelas √
10. Apakah guru memantau kemajuan siswanya. √
11. Apaka guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi √

waktu yang ditentukan


12. Apakah guru memfasilitasi terjadinya interaksi guru dan siswa √
13. Apakah guru melakukan penilaian akhir sesuai dengan √

kompetensi.
14. Apakah guru menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. √
15. Apakah guru mengomentari penampilan siswa √
16. Apakah guru melakukan refleksi pembelajaran dengan √

melibatkan siswa.
17. Apakah guru menutup pembelajaran √

Keterangan :

Y : Ya

T : Tidak

96
Lampiran 3.

PEDOMAN OBSERVSI KEMAMPUAN GURU MELAKSANAKAN

PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II

Keterangan
No. Aspek yana diamati
Y T

97
1. Apakah guru mengajar sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. √
2. apakah guru (model) melaksanakan apersepsi √
3. Apakah guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan √

tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan dari awal

sampai akhir (pertemuan pertama sampai ketiga).


4. Apakah guru berperan sebagai model,yaitu: √

1. Pertama-tama guru berdiri dengan tegak, tenang, dan √

memperhatikan siswa yang berperan sebagai pendengar.

2. Setelah perhatian seluruh siswa tertuju padanya dan suasana √

tenang barulah guru memulai acara.

3. Guru mendemonstrasikan keterampilan membawakan acara √

perpisahan.

4. Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi tahap √

secara berurutan, yaitu:

a.Pembukaan.

b.Sambutan.

c.Penerimaan hadiah.

d.Hiburan.

e.Penutup.

5.Guru melakukan improvisasi ketika membawakan acara √

dengan memberikan sedikit rasa humor untuk memeriahkan

suasana kelas.

6. Guru membawakan acara dengan suara yang jelas(bulat) √

terdengar sampai kebelakang, tidak terlalu cepat atau lambat,

memperhatikan nada bicara, pemutusan kalimat yang tepat,

98
dan penekanan yang tepat.

7.Guru mengunakan bahasa yang baik, benar dan santun ketika √

membawakan acara.

5. Apakah guru mengecek pemahaman siswa dengan tanya jawab √

dan memberikan umpan balik mengenai apa yang telah

dilakukan guru sebagai model dan materi yang disampaikan oleh

model.
6. Apakah guru melakukan tahapan pelatihan,yaitu: √

1) Guru mengajarkan cara pembukaan atau membuka acara, hal-

hal yang dilakukan:

a.Dimulai dengan sikap tubuh, pada saat berbicara sebaiknya √

berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan tegak tetapi

rileks, tidak kaku. Posisi ini membuat suara terdengar lebih

spontan, tidak tertekan. Selain itu juga memberikan kesan

yang baik.

b. Langkah berikutnya yang dilakukan guru adalah √

mengajarkan teknik berbicara ketika membawakan acara

yaitu:

-Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

-Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan

konsonannya.

-Phrasing meliputi jeda atau pemutusan kalimat yang tepat.

99
-Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang

baik.

2) Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru √

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah,hiburan, dan

penutup. Guru menyampaikan susunan acara secara umum

dengan maksud melatih siswa untuk membuat sebuah

kerangka acara dan siswa dapat menunjukkan susunan acara

secara umum.

3) Setelah memberikan penjelasan tentang susunan acara kepada √

siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa.

4) Setelah melakukan Tanya jawab guru membentuk siswa √

berkelompok.

3) Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan cara √

membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya

adalah apa yang telah dilakukan oleh model.

4) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok untuk √

membacakan hasil diskusi.

5) Guru dan siswa membahas penampilan kelompok √

mengenai kelemahan, kelebihan dan hal-hal yang harus

diperhatikan dalam membawakan acara perpisahan.


7. Apakah guru menunjukkan penguasaan materi. √
8. Apakah guru selalu memberikan contoh membawakan acara √

100
pada awal dan akhir pembelajaran.
9. Apakah guru menguasai kelas √
10. Apakah guru memantau kemajuan siswanya. √
11. Apaka guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi √

waktu yang ditentukan


12. Apakah guru memfasilitasi terjadinya interaksi guru dan siswa √
13. Apakah guru melakukan penilaian akhir sesuai dengan √

kompetensi.
14. Apakah guru menggunakan bahasa lisan secara jelas dan lancar. √
15. Apakah guru mengomentari penampilan siswa √
16. Apakah guru melakukan refleksi pembelajaran dengan √

melibatkan siswa.
17. Apakah guru menutup pembelajaran √

Keterangan :

Y : Ya

T : Tidak

101
Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI SISWA SIKLUS I

Aspek-aspek yang
No. Y T Keterangan
diobservasi
Apakah siswa aktif ketika √ Siswa yang aktif ketika guru

guru melakukan apersepsi. melakukan apersepsi berjumlah 4

1 orang dan digolongkan sangat aktif

karena antusias sampai pembelajaran

berakhir.
Apakah siswa memperhatikan √ Semua siswa memperhatikan guru

2 guru ketika mulai berperan ketika menjadi model, tetapi ada juga

menjadi model. yang belum serius.


Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

3 tanggapan ketika guru selesai berjumlah 7 orang.

menjadi model.
4 Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

102
tanggapan ketika guru selesai berjumlah 5 orang.

memberikan pelatihan.
Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

5 tanggapan tentang susunan berjumlah 3 orang.

acara.
Apakah siswa melakukan √ Siswa melakukan diskusi kelompok

6 diskusi kelompok membuat tetapi siswa yang aktif sedikit

susunan acara perpisahan. jumlahnya.


Apakah perwakilan kelompok √ Ada beberapa perwakilan kelompok

7 membacakan hasil diskusinya yang membacakan hasil diskusi di

di depan kelas. depan kelas.


Apakah siswa menaggapi √ Siswa yang memberikan tanggapan
8
hasil diskusi kelompok. berjumlah 3 orang.
Apakah siswa menyimpulkan √ Siswa yang berpartisipasi aktif dalam

9 kegiatan pembelajaran. kegiatan menyimpulkan berjumlah 2

orang.
Apakah ada siswa yang tidak √ Siswa hadir semua.
10
hadir.
Apakah siswa sudah √ Siswa belum sepenuhnya termotivasi

11 termotivasi hanya sebagian kecil siswa yang

telah termotivasi.
Apakah ada siswa yang izin √ Total ada 10 siswa yang izin keluar

keluar kelas pada saat ke kamar kecil, pertemuan pertama 2


12
kegiatan pembelajaran sedang orang, pertemuan kedua 4 orang, dan

berlangsung. pertemuan ketiga 4 orang.

103
Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI SISWA SIKLUS II

Aspek-aspek yang
No. Y T Keterangan
diobservasi
Apakah siswa aktif ketika √ Siswa yang aktif ketika guru melakukan

guru melakukan apersepsi. apersepsi berjumlah 9 orang dan


1
digolongkan sangat aktif karena antusias

sampai pembelajaran berakhir.


Apakah siswa memperhatikan √ Semua siswa memperhatikan guru ketika

2 guru ketika mulai berperan menjadi model secara serius.

menjadi model.
Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

3 tanggapan ketika guru selesai berjumlah 10 orang.

menjadi model.
Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

4 tanggapan ketika guru selesai berjumlah 6 orang.

memberikan pelatihan.
Apakah siswa memberikan √ Siswa yang memberikan tanggapan

5 tanggapan tentang susunan berjumlah 4 orang.

acara.
Apakah siswa melakukan √ Siswa melakukan diskusi kelompok

6 diskusi kelompok membuat secara aktif.

susunan acara perpisahan.


7 Apakah perwakilan kelompok √ Ada beberapa perwakilan kelompok yang

membacakan hasil diskusinya membacakan hasil diskusi di depan kelas.

104
di depan kelas.

Apakah siswa menaggapi √ Siswa yang memberikan tanggapan


8
hasil diskusi kelompok. berjumlah 3 orang.
Apakah siswa menyimpulkan √ Siswa yang berpartisipasi aktif dalam

9 kegiatan pembelajaran. kegiatan menyimpulkan berjumlah 2

orang.
Apakah ada siswa yang tidak √ Siswa hadir semua.
10
hadir.
Apakah siswa sudah √ Siswa sudah sepenuhnya termotivasi.
11
termotivasi
Apakah ada siswa yang izin √ Pengalaman dari siklus pertama banyak

keluar kelas pada saat siswa yang izin, siklus kedua lebih
12
kegiatan pembelajaran sedang diperketat.

berlangsung.

Lampiran 6

NILAI KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII D SEMESTER II

SMP NEGERI 18 PONTIANAK SEBELUM TINDAKAN

No. Nama Siswa Nilai Keteranga


1. Andrew Chalsen 50

105
2. Andri 50
3. Apriliani R. 75 Tuntas
4. Apriliawan B.N. 45
5. Atika Fitriani 70 Tuntas
6. Awaludin 55
7. Dini Khairulisa 50
8. Dion Saeptian 70 Tuntas
9. Esma Syahwan A. 40
10. Harumiah 50
11. Heri Mustika 50
12. Idham Sufriyadi 45
13. Imanur Rizky 50
14. Ivan Ridwansyah 40
15. Kharisma 55
16. Kiki Indah Sari 75 Tuntas
17. M. Ziqri 30
18. Nur Hidayati 65 Tuntas
19. Reni Aggreni 65 Tuntas
20. Ricky Maulana 65 Tuntas
21. Ridwan Sidik 45
22. Rina Mauliana 50
23. Risky Amelia 65 Tuntas
24. Rista Novitasari 65 Tuntas
25. Rita Triani 65 Tuntas
26. Roni 30
27. Rudi Hermawan 50
28. Sandi Ganesha 55
29. Shanty P.R. 45
30. Sherly O. 50
31. Siseh 50
32. Siti Nurasnawati 65 Tuntas
33. Suci Eka W. 70 Tuntas
34. Sutiah 70 Tuntas
35. Tito Danu Rizky 50
36. Wella 45
37. Yuli Nurul Suci 45
38. Zainur Ridho 65 Tuntas
39. Zakiyah 65 Tuntas
40. Mirnawati 70 Tuntas
Jumlah 2210
Rata-rata 55,25

106
Lampiran 7

NILAI KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII D SEMESTER 2

SMP NEGERI 18 PONTIANAK PADA SIKLUS I

Komponen Penilaian
No. Nama Peserta
Intonasi Artikulasi Stressing Phrasing Jumlah

107
1 Andrew Chalsen
2 Andri
3 Apriliani R.
4 Apriliawan B.N.
5 Atika Fitriani
6 Awaludin
7 Dini Khairulisa
8 Dion Saeptian
9 Esma Syahwan A.
10 Harumiah
11 Heri Mustika
12 Idham Sufriyadi
13 Imanur Rizky
14 Ivan Ridwansyah
15 Kharisma
16 Kiki Indah Sari
17 M. Ziqri
18 Nur Hidayati
19 Reni Aggreni
20 Ricky Maulana
21 Ridwan Sidik
22 Rina Mauliana
23 Risky Amelia
24 Rista Novitasari
25 Rita Triani
26 Roni
27 Rudi Hermawan
28 Sandi Ganesha
29 Shanty P.R.
30 Sherly O.
31 Siseh
32 Siti Nurasnawati
33 Suci Eka W.
34 Sutiah
35 Tito Danu Rizky
36 Wella
37 Yuli Nurul Suci
38 Zainur Ridho
39 Zakiyah
40 Mirnawati
Rata-rata nilai

Pontianak, April 2009

108
Guru mata pelajaran

Hamsyi

Lampiran 8

NILAI KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII D SEMESTER 2

SMP NEGERI 18 PONTIANAK PADA SIKLUS II

Komponen Penilaian
No. Nama Peserta
Intonasi Artikulasi Stressing Phrasing Jumlah

109
1 Andrew Chalsen
2 Andri
3 Apriliani R.
4 Apriliawan B.N.
5 Atika Fitriani
6 Awaludin
7 Dini Khairulisa
8 Dion Saeptian
9 Esma Syahwan A.
10 Harumiah
11 Heri Mustika
12 Idham Sufriyadi
13 Imanur Rizky
14 Ivan Ridwansyah
15 Kharisma
16 Kiki Indah Sari
17 M. Ziqri
18 Nur Hidayati
19 Reni Aggreni
20 Ricky Maulana
21 Ridwan Sidik
22 Rina Mauliana
23 Risky Amelia
24 Rista Novitasari
25 Rita Triani
26 Roni
27 Rudi Hermawan
28 Sandi Ganesha
29 Shanty P.R.
30 Sherly O.
31 Siseh
32 Siti Nurasnawati
33 Suci Eka W.
34 Sutiah
35 Tito Danu Rizky
36 Wella
37 Yuli Nurul Suci
38 Zainur Ridho
39 Zakiyah
40 Mirnawati
Rata-rata nilai

Pontianak, Mei 2009

110
Guru mata pelajaran

Hamsyi

Lampiran 9

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

111
Sekolah : SMP Negeri 18 Pontianak

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII D/2

Standar Kompetensi : Berbicara

Mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi

melalui kegiatan diskusi dan protokoler.

Kompetensi Dasar : Membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang

baik benar dan santun.

Indikator : 1. Mampu menunjukkan garis besar susunan acara

Perpisahan.

2. Mampu membawakan acara perpisahan dengan

bahasa yang baik benar dan santun sesuai dengan

konteks acara.

Alokasi Waktu: 6 x 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik benar

dan santun.

B. Materi Pembelajaran

Teks susunan acara

C. Metode Pembelajaran

1. Tanya Jawab

112
2. Pemodelan.

3. Pelatihan.

4. Pengajaran langsung

D. Langkah-langkah pembelajaran

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam

b) Guru melakukan apersepsi

c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tahapan-

tahapan pembelajaran yanbg akan dilakukan dari awal sampai akhir

(pertemuan pertama sampai ketiga).

2. Kegiatan Inti (65 menit)

a) Guru mulai menjelaskan materi pembelajaran mengenai membawakan

acara perpisahan dengan bahasa yang baik benar dan santun.

b) Guru berperan sebagai model,yaitu:

(1) Pertama-tama guru berdiri dengan tegak, tenang, dan

memperhatikan siswa yang berperan sebagai pendengar.

(2) Setelah perhatian seluruh siswa tertuju padanya dan suasana tenang

barulah guru memulai acara.

(3) Guru mendemonstrasikan keterampilan membawakan acara

perpisahan.

(4) Guru mendemonstrasikan acara perpisahan tahap demi tahap secara

berurutan, yaitu:

113
-Pembukaan.

-Sambutan.

-Penerimaan hadiah.

-Hiburan.

-Penutup.

(5) Guru melakukan improvisasi ketika membawakan acara dengan

memberikan sedikit rasa humor untuk memeriahkan suasana kelas.

(6) Guru membawakan acara dengan suara yang jelas(bulat) terdengar

sampai kebelakang, tidak terlalu cepat atau lambat, memperhatikan

nada bicara, pemutusan kalimat yang tepat, dan penekanan yang

tepat.

(7) Guru mengunakan bahasa yang baik, benar dan santun ketika

membawakan acara.

c) Guru mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik

mengenai apa yang telah dilakukan guru sebagai model dan materi yang

disampaikan oleh model.

d) Setelah dilakukan tanya jawab kemudian untuk lebih menguatkan

pemahaman siswa guru melakukan pelatihan.

e) Guru mulai melakukan tahapan pelatihan,yaitu:

(1) Guru mengajarkan cara pembukaan atau membuka acara, hal-hal

yang dilakukan:

(a) Dimulai dengan sikap tubuh, pada saat berbicara sebaiknya

berdiri dengan sikap tubuh yang baik: badan tegak tetapi rileks,

114
tidak kaku. Posisi ini membuat suara terdengar lebih spontan,

tidak tertekan. Selain itu juga memberikan kesan yang baik.

(b) Langkah berikutnya yang dilakukan guru adalah mengajarkan

teknik berbicara ketika membawakan acara yaitu:

- Intonasi meliputi tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-

rendah.

- Artikulasi meliputi jelas pengucapan vokal dan

konsonannya.

- Phrasing meliputi jeda atau

pemutusan kalimat yang

tepat.

- Stressing meliputi suara yang bulat dan penekanan yang

baik.

(2) Setelah menyampaikan teknik berbicara kemudian guru

menyampaikan kerangka sebuah acara atau susunan acara:

pembukaan, sambutan, penerimaan hadiah,hiburan, dan penutup.

Guru menyampaikan susunan acara secara umum dengan maksud

melatih siswa untuk membuat sebuah kerangka acara dan siswa

dapat menunjukkan susunan acara secara umum.

(3) Setelah memberikan penjelasan tentang susunan

acara kepada siswa dilakukan Tanya jawab kepada siswa.

(4) Setelah melakukan Tanya jawab guru membentuk

siswa berkelompok.

115
(5) Secara berkelompok, siswa diminta mendiskusikan

cara membawakan acara dan membuat susunan acara perpisahan

dengan bahasa yang baik benar dan santun dan acuannya adalah

apa yang telah dilakukan oleh model.

(6) Guru meminta perwakilan beberapa kelompok

untuk membacakan hasil diskusi.

(7) Guru dan siswa membahas penampilan kelompok

mengenai kelemahan, kelebihan dan hal-hal yang harus

diperhatikan dalam membawakan acara perpisahan.

f) Guru memberikan penjelasan kembali dari apa yang telah dilakukan dan

setelah dirasakan cukup guru menyampaikan pertemuan kedua akan

dilakukan penilaian secara individu.

g) sebelum mengakhiri pembelajaran guru kembali berperan sebagai

pembawa acara untuk memberikan contoh kepada siswa.

h) Siswa diminta untuk berlatih di rumah dengan teks yang telah ditentukan

oleh guru.

i) Guru memberikan teks yang telah dipersiapkan kepada siswa.

3. Kegiatan Akhir (5 menit)

Guru menutup kegiatan pembelajaran.

Pertemuan kedua

1. Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.

116
b) Guru kembali berperan sebagai pembawa acara dengan tujuan

mengingatkan siswa.

c) Guru mengeluarkan absen siswa dan mengingatkan apa yang

disampaikan pada akhir pertemuan pertama.

d) Guru menentukan ada 20 siswa yang akan ditampilkan dan diambil

penilaian pada pertemuan kedua ini.

2. Kegiatan Inti (60 menit)

a) Siswa dipanggil secara acak.

b) Penampilan siswa dan pengambilan nilai siswa.

3. Kegiatan Akhir (10 menit)

a) Guru dan siswa merefleksi kegiatan pembelajaran.

b) Guru kembali berperan sebagai pembawa acara.

c) Guru mengomentari penampilan siswa dan mengingatkan siswa yang

belum tampil untuk latihan di rumah untuk pertemuan berikutnya.

d) Guru menutup kegiatan pembelajaran.

Pertemuan ketiga

A. Kegiatan Awal (10 menit)

a) Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan

salam.

b) Guru kembali berperan sebagai pembawa acara dengan tujuan untuik

mengingatkan siswa.

c) Guru mengeluarkan absen dan melanjutkan pembelajaran.

117
d) Guru menentukan siswa yang akan tampil yaitu 20 orang berikutnya

yang belum tampil.

B. Kegiatan Inti (60 menit)

a) Siswa dipanggil secara acak.

b) Penampilan siswa dan pengambilan nilai siswa

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

a) Guru mengomentari hasil penampilan siswa.

b) Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang dihadapi ketika

membawakan acara.

c) Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.

d) Guru menutup kegiatan pembelajaran.

E. Sumber Belajar

1) Buku bahasa Indonesia.

2) teks susunan acara.

F. Penilaian

1) Teknik : Penugasan

2) Bentuk : Tes dan panduan observasi

Lampiran RPP

Contoh Urutan Acara Perpisahan

Peristiwa Perpisahan Kelas IX SMP Negeri 18 Pontianak


Orang tua/wali murid kelas IX, undangan, guru, kepala sekolah,
Undangan
murid kelas X, VIII, dan VII.
Lokasi Di Aula Sekolah
Acara 1. Pembukaan

118
2. Sambutan (kepala sekolah, wakil kelas IX, wakil orang tua)

3. Penerimaan hadiah untuk siswa berprestasi

4. Hiburan

5. Penutup

Contoh Susunan Acara Perpisahan

Pembukaan Bapak Kepala Sekolah yang saya hormati,

Bapak Ibu Guru yang saya hormati,

Para Undangan yang saya muliakan dan siswa-siswa SMP

Negeri 18 Pontianak yang saya cintai

Assalamualaikum wr. wb.!

Marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Hanya

dengan rahmat-Nya semata, pada hari ini kita dapat

melaksanakan acara pelepasan siswa-siswi kelas IX SMP Negiri

18 Pontianak tahun 2008. Marilah kta awali acara ini dengan doa

agar apa yang kita lakukan hari ini dapat membawa kebaikan

bagi kita semua. Berdoa mulai …

Hadirin yang berbahagia . . .

Kita ikuti acara kita yang pertama, yaitu sambutan Kepala

Sekolah SMP Negeri 18 Pontianak. Yang terhormat Bapak Drs.

Edih Sutardi S,Pd. saya persilahkan.

119
[Dilanjutkan Sambutan wakil siswa kelas IX]
Demikian pesan-pesan dari Bapak Kepala Sekolah. Dalam

Komentar sambutannya tadi, Bapak Kepala Sekolah berpesan kepada para

setelah alumni SMP Negeri 18 Pontianak agar tetap menjaga nama bak

sambutan almamaternya ….

kepala sekolah

[Dilanjutkan Sambutan Wakil Siswa Kelas IX]


Dua bentukan telah kita dengarkan. Sekarang, tiba saatnya kita

Komentar atas dengarkan suaa hati dari para wisudawan yang akan

sambutan meninggalkan sekolah ini. Haidar Ramli, sebagai wakil siswa

wakil wali kelas IX, saya persilakan memberikan sambutan.

murid

[Dilanjutkan sambutan wakil siswa kelas IX]


Hadirin yang saya muliakan ….

Dalam menempuh ujian akhir ini, siswa SMP Negeri 18

Pontianak telah mengukir prestasi akademik yang gemilang.

Nilai tertinggi tahun ini dicapai oleh teman kita Nia Daniati, dari

Komentar atas kelas IX A. Juara dua dicapai oleh Nonan dari kelas X D, dan

sambutan juara tiga dicapai oleh Nia Jumroh dari kelas X E. Saya

wakil sswa persilakan ketiganya naik keatas pentas untuk menerima

kelas IX penghargaan. Untuk menyerahkan penghargaan, saya persilakan

kepala sekolah SMP Negeri 18 Pontianak menuju keatas pentas

….

Terima kasih, Bapak Kepala Sekolah dan para pemenang

dipersilakan duduk kembali.

120
Beberapa acara telah kita lalui bersama.

Dan sekarang tibalah kita para acara yang kita nantikan, yaitu
Komentar
acara hiburan. Siswa-siswi SMP Negeri 18 Pontianak akan
pemberian
menunjukkan kreasi terbaiknya. Sebagai pembukaan kita sambut
hadiah
Tari Kreasiku yang akan dibawakan dara-dara cantik dari kelas

VIII A. Tepuk tangan yang meriah.


Tak terasa, tiga jamtelah kita lewati bersama. Berbagai rangkaian

acara telak kita nikmati. Tibalah saatnya kita akan mengakhiri

acara ini. Mudah-mudahan acara hari ini memberikan kesan


Penutup
mendalam bagi kita semua. Sebagai pembawa acara saya mohon

maaf jika ada hal yang kurang berkenan. Jayalah terus siswa

SMP Negeri 18 Pontianak. Terus maju meraih cita di ujung sana.

Lampiran 10

Format Penilaian

No. Aspek Penilaian Skor Nilai Perolehan


1. Intonasi 25

-Irama/lagu

2. Artikulasi 25

-Kejelasan kata

3. Stessing 25

121
-Penekanan

4. Phrasing 25

-Pemutusan kalimat/jeda yang

tepat

Pedoman penilaian ini terbentuk berdasarkan hasil modifikasi dari

berbagai sumber, untuk aspek-aspek intonasi, artikulasi, stressing, phrasing

diambil dari teknik berbicara yang bersumber dari buku yang ditulis Lies

Aryati. Penjelasan aspek-aspek tersebur sebagai berikut.

a) Intonasi: tidak monoton, panjang-pendek, tinggi-rendah.

b) Artikulasi: jelas pengucapan vocal dan konsonannya.

c) Stressing: suara yang bulat dan penekanan yang baik.

d) Phrasing: jeda dan pemutusan kalimat yang tepat.

Hal ini didapa dari berbagagai sumber, untuk aspek-aspek intonasi dan

artikulasi didapat dari format penilaian ujian praktik berbicara mata pelajaran

bahasa Indonesia untuk tingkat SMP. Aspek-aspek stressing dan phrasing

didapat dari buku yang dikarang oleh Ayati yaitu panduan untuk menjadi MC

professional.

Untuk pedoman penskoran peneliti modifikasi dari buku penelitian

tindakakn kelas yang ditulis oleh Wardhani, dalam buku ini ada yang

dinamakan untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap materi kegiatan

122
belajar yang telah dilakukan, bentuk format penilaian itu dapat digambarkan

seperti berikut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal Nilai:

Dari format tersebut kemudian peneliti memodifikasinya untuk melakukan

penilaian untuk mengukur kemampuan siswa terhadap keterampilan

membawakan acara perpisahan dengan bahasa yang baik benar dan santun

melalui pemodelan dan pelatihan. Pada bagian jumlah jawaban yang benar

peneliti ganti menjadi nilai perolehan dan jumlah soal diganti skor maksimal

hal ini dilakukan untuk menyesuaikan karena unutk mengukur kemampuan

berbicara dalam hal ini nilai akan didapat dengan cara nilai perolehan dibagi

skor maksimal, skor maksimal yang ditentukan adalah 100 hal ini didapat dari

adanya empat aspek penilaian yang masing-masing mempunyai poin 25 dan

nilai minimal adalah 61 sesuai dengan standar ketuntasan untuk siswa SMP

kelas 2, untuk penetapan angka 25 didapat dari penyesuaian terhadap format

penilaian untuk ujian praktek berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia dan

hasil diskusi dengan guru mata pelajaran. Dari hal-hal tersebut didapatlah

sebuah format penilaian. Bentuk penilaian tersebut dapat digambarkan seperti

berikut.

Pedoman penskoran:

123
Nilai = Nilai Perolehan x 100% Nilai:

Skor maksimal

Lampiran 11

124
CONTOH KONSEP UNTUK BERBAGAI JENIS ACARA

1. Contoh acara resmi

ACARA PERESMIAN GEDUNG BARU PT GRAMEDIA PUSTAKA

UTAMA SENIN, 24 OKTOBER 2002

Selamat pagi,

Yth. Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI,

Bapak Rinto Suwondo

Yth. Gubernur Propinsi Daerah Ibukota jakarta,

125
Bapak Suyoso

Yth. Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama,

Bapak Priyo Utomo

Ibu-ibu, Bapak-bapak Undangan Serta Hadirin yang kami hormati,

Assalamualaikum wr.wb,

Peresmian pembukaan gedung baru PT Gramedia Pustaka Utama, hari ini

senin tanggal 24 Oktober 2002 akan diawali dengan acara pertama, laporan

Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama, kami silakan bapak Priyo

Utomo.

Sambutan

Hadirin, sambutan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan

hormat kami silakan Bapak Suyoso.

Sambutan

Ibu-ibu, Bapak-bapak, serta hadirin yang kami hormati,

Sambutan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, dilanjutkan dengan

peresmian Gedung Baru PT Gramedia Pustaka Utama yang akan ditandai

dengan pemukulan gong. Kami mohon dengan hormat, Bapak Rinto

Suwondo.

Sambutan

Pada acara peresmian, dimohon Bapak Gubernur dan Direktur Utama PT

Gramedia Pustaka Utama untuk mendampingi Bapak Menteri.

Pemukulan Gong

Kata-kata MC/PA, saat audience bertepuk tangan.

126
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin yang terhormat, dengan terdengarnya suara

gong, telah diresmikan Gedung Baru PT Gramedia Pustaka Utama oleh

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI.

Bapak Menteri dan Bapak-ibu dimohon tetap tinggal di tempat.

Hadirin, pada kesempatan yang sangat membahagiakan ini, sebagai ucapan

terima kasih, Direktur Utama PT Gramedia Pustaka Utama akan menyerahkan

sebuah cinderamata kepada Bapak Menteri dan Bapak Gubernur, kami

silakan.

Penyerahan Cinderamata

Terima kasih, Bapak Menteri dan Bapak-bapak dipersilahkan duduk kembali.

- Menteri, Guberur dan Dirut duduk kembali-

Bapak-bapak, Ibu-ibu serta hadirin yang kami hormati, acara berikutnya

adalah pembacaan doa yang akan dipimpin oleh Bapak Bakrie, kami silakan.

Pembacaan Doa

Hadiri demikian acara peresmian Gedung Baru PT Gramedia Pustaka Utama

telah selesai. Acara selanjutnya adalah peninjauan gedung, didahului dengan

pengguntingan rangkaian melati oleh Bapak Gubernur sebagai tanda bahwa

sejak hari ini resmi digunakan Gedung Baru PT Gramedia Pustaka Utama.

Hadirin dimohon untuk bersama-sama menuju pintu gerbang utama Gedung

Baru PT Gramedia Pustaka Utama.

Pengguntingan rangkaian melati

Perkataan PA/MC saat melati telah digunting.

127
Hadirin, rangkaian melati telah digunting oleh Bapak Gubernur, dengan

demikian sejak hari ini telah resmi digunakan gedung baru PT Gramedia

Pustaka Utama.selanjutnya anda dipersilahkan untuk meninjau Gedung Baru

PT Gramedia Pustaka Utama ini. Kami silakan.

Seusai peninjauan gedung, hadirin diperilahkan menuju ruang Andrawina,

mengikuti acara ramah tamah, dan santap siang bersama.

Dan dengan berakhirnya acara santap siang nanti, keseluruhan acara

peresmian pembukaan gedung baru PT Gramedia Pustaka Utama telah selesai.

Atas nama penyelenggara, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, apabila

terdapat hal-hal yang tidak berkenan sepanjang pelaksanaan acara ini.

Akhirnya kami ucapkan terima kasih atas perhatian anda, selamat siang dan

Wassalamualaikum wr.wb.

2. Contoh acara semi hiburan

ACARA MALAM GEMBIRA MEMPERINGATI HUT KE-33 PT

GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA SABTU, 23 MARET 2004

SANTAP MALAM.

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin yang berbahagia, sebelum acara kami

mulai, terlebih dahulu kami persilahkan untuk menikmati santap malam yang

telah disajikan.

Kami mohon kepada Bapak Priyo Utomo (Dirut, Pejabat tertinggi) untuk

mengawali acara santap malam ini, diikuti oleh hadirin semuanya.

128
Santap malam

Bapak-bapak, Ibu-ibu yang terhormat, khususnya kepada Direktur Utama PT

Gramedia Pustaka Utama Bapak Priyo Utomo beserta Ibu, serta jajaran

Direksi PT Gramedia Pustaka Utama, saya ucapkan selamat malam dan

selamat datang pada acara Peringatan HUT ke-30 PT Gramdia Pustaka Utama.

Sengaja malam ini diselenggarakan dalam suasana santai, kekeluargaan untuk

meningkatakan silaturahmi antara keluarga besar PT Gramedia Pustaka

Utama.

Nah hadirin, kita mulai saja dengan acara pertama, laporan Ketua Panitia HUT

PT Gramedia Pustaka Utama. Saya silahkan bapak Ketut Mahardika.

Laporan ketua panitia

Bapak-bapak, ibi-ibu, keluarga besar PT Gramedia Pustaka Utama yang

berbahagia. Acara kita selanjutnya adalah sambutan Dirut PT Gramedia

Pustaka Utama, saya persilahkan dengan hormat bapak Priyo Utomo.

Sambutan

Hadirin, ada banyak perlombaan diselenggarakan untuk memeriahkan ulang

tahun Gramedia Pustaka Utama.malam ini kepada para pemenang akan

diserahkan hadiahnya. Untuk itu, terlebih dahulu saya bacakan nama-nama

mereka yang beruntung memenangkan berbagai lomba tersebut, dan namanya

yang saya sebutkan langsung saya persilahkan naik ke pentas.

Menyebut nama-nama pemenang

Untuk menyerahkan hadiah kepada para pemenang, saya persilakan Dirut PT

Gramedia Pustaka Utama, didampingi oleh ketua panitia.

129
Penyerahan hadiah

Terima kasih, bapak Priyo Utomo, ketua panitia dan para pemenang

dipersilakan duduk kembali.

Hadirin, selanjutnya marilah bersama-sama kita mengucapkan doa syukur

kehadirat Tuhan untuk 30 tahun yang telah dilalui dengan baik oleh PT

Gramedia Pustaka Utama, dan untuk kesuksesan kita bersama. Pembacaan doa

akan dipimpin oleh bapak Alie Bakrie. Saya persilakan.

Pembacaan doa

Bapak-bapak, ibu-ibu seluruh keluarga besar PT Gramedia Pustaka Utama

yang berbahagia,beberapa acara telah kita lalui, dan sekarang tibalah kita pada

acara yang kita nantikan,... ... Acara Hiburaaaannn!

Dan telah siap dipanggung saat ini adalah Surya Kencana Band! Sebagai awal

penampilan, mereka akan menampilkan penyanyi muda usia, dengan

segudang bakat terpendam. Rosssaaa!

Acara Hiburan

Band, Spontanitas, Door Prize, Lawak.

PENUTUP

Hadirin, keluarga besar PT Gramedia Pustaka Utama yang berbahagia.

Akhirnya tibalah kita pada akhir acara ini. Bukankah tak ada pesta yang tak

berakhir? Kita telah menikmati kebersamaan yang sangat membahagiakan.

Tapi esok, tugas telah menanti kita. Sukses untuk anda semua, sampai jumpa

dilain kesempatan...dan DIRGAHAYU PT GRAMEDIA PUSTAKA

UTAMA!!

130
oooOooo

3. Contoh acara hiburan

ACARA PANGGUNG GEMBIRA MEMPERINGATI HUT KE-575 JAKARTA

PEMBUKAAN MC/PA

Assalamualaikum wr.wb

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin yang berbahagia, selamat malam dan apa kabar

anda semua malam hari ini? Semoga semua dalam keadaaan sehat, bahagia dan

sejahtera.

Hadirin, malam ini adalah malam yang paling membahagiakan bagi kita semua

warga kota Metropolitan Jakarta, karena sekali lagi kita berkumpul bersama untuk

memperingati HUT Kota jakarta tercinta yang telah memcapai usia 575.

Kotanya semakin cantik, teratur, bersih dan indah. Diharapkan juga warga kota

semakin tertib, disiplin dan yang paling penting kota ini diharapkan semakin

damai, sehingga sumua warganya dapat hidup dalam suasana yang damai,

sejahtera dan bahagia, setujjjuuu!

Nah warga kota yang berbahagia, marilah kita mulai saja acara malam ini dengan

tari kebanggaan kota ini RONGGENG BETAWI, yang akan dibawakan oleh

Sanggar Khrisma!!

Tari Ronggeng Betawi

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin warga kita tercinta, sebelum kita lanjutkan

acara hiburan, marilah terebih dahulu kita dengarkan sambutan Gubernur DKI

Jaya Bang Yoso Dipuro, silakan Bang Yoso.

131
Sambutan Gubernur

Terima kasih Bang Yoso, dan Selamat Ulang Tahun Jakarta Tercinta!!

Tepuk Tangan

Hadirin, sekarang kita sambut kehadiran Purwa Kencana Band!dan inilah

pendatang baru dengan suara lantang NANDIE . . . .menyanyikan lagu KINCIR-

KINCIR!!!hadirin. tepuk tangan untuk NANDIEEEEE!!

Lagu

Nah hadirin, sekarang giliran penyanyi dedengkot kota Jakarta, yang sejak usia

belia telah tampil panggung musik indonesia. Inilah wanita kelahiran Gang

Kelinci LILIE NUR SANIIII!!!!

Lagu

Warga Jakarta yang berbahagia masih ada lagi warga betawi tercinta yang akan

saya hadirkan kehadapan anda. Berikan tepuk tangan anda yang paling meriah

untuk SAANDRAAA!!!

Lagu

Warga Ibu Kota Tercinta, berbicara tentang Kota Jakarta, jangan lupa dengan

LENONGnya. Kali ini Gabungan Artis Ibu Kota akan tampil dalam atraksi ala

Betawi. Berikan tepuk tangan anda yang paling meriah untuk Desy Taherdian,

Debi Permana Savi, Rotie Tubemu, Amblaskara, Nina Wijaya dan Tonny Valas.

Lenong

Luuuaaaaaar biasa hadirin!

Tepuk tangan anda, sekali lagi yang paling meriah untuk mereka!!!!

132
Hadirin, sungguh malam ini pestanya orang Jakarta. Nah, untuk melengkapi

suasana yang sudah semakin menghangat, saya yakin anda setuju kalau kita

goyang panggung ini dengan menghadirkan Iis Lahdia, berikan tepuk tangan yang

meriah untuk IIS LAHDIAAAA!!!!!

Lagu

Warga Jakarta,

Bagaimana kalau sekarang saya mengundang abahnya orang betawi yang kocak,

dan kita semua akan kembali bergoyang bersama. Inilah Abah JAYA

MUKARJAAAA!!!!

Lagu

Hadirin, warga Jakarta yang tercinta, di tengah suasana gembira, dan suka cita ini,

marilah kita akhiri acara ini. Biar kegembiraan ini membuat kita lebih

menyayangi antar sesama dan menciptakan suasana damai, dan saling

menghargai. Biar kebahagiaan kita malam ini meningkatkan semangat dalam

bekerja, menuju kehidupan yang lebih sejahtera.

DIRGAHAYU KOTA JAKARTA!!!!

4. Contoh acara pameran

ACARA PAMERAN LUKISAN INDONESIA KUSUMA JAYA

TEMA: ”GETAR GELEGAR ALAM”

Selamat malam,

Yang kami hormati Bapak Sedilo Bambang Yusodono beserta ibu,

Bapak-bapak, ibu-ibu undangan serta hadirin yang berbahagia,

133
Selamat datang dan terima kasih anda telah berkenan meluangkan waktu hadir

pada acara Peresmian Pembukaan Pameran Lukisan di Loby Diash Hotel ini.

Hadirin, setiap karya seni tercipta dari getar rasa estetika pelukisnya. Dan

getar rasa itu pula yang mengilhami para pelukis yang tergabung dalam

Indonesia Kusuma Jaya: Seykat Banjar Asri, Siri Hayadi, Yanyl Yandri, dan

Sutro Panitro, dan Mosano, untuk mengabdikan keindahan alam indonesia

lewat kanvas, dan menandai pemeran ini dengan mengambil tema: Getar

Gelegar Alam.

Hadirin, acara akan diawali dengan perkenalan para pelukis yang akan

disampaikan oleh kritikus seni lukis Bapak Bagus Marwan.

Perkenalan Pelukis

Hadirin, acara selanjutnya adalah sambutan bapak Sedilo Bambang Yusodono,

dilanjutkan dengan peresmian Pembukaan Pameran Lukisan Geleger Alam,

yang akan ditandai dengan penanda tanganan di kanvas.

Saya persilakan bapak Sedilo Bambang Yusidono.

Sambutan Sedilo Bambang Yusodono

Statement sesudah prasasti ditanda tangani.

Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin yang saya hormati, dengan telah

ditandatanganinya kanvas oleh bapak Sedilo Bambang Yusodono, telah resmi

dibuka Pameran Lukisan Karya Indonesia Kusuma Jaya dengan tema ”Getar

Gelegar Alam”.

134
Selanjutnya hadirin dipersilakan untuk meninjau pameran lukisaan yang akan

berlangsung dari sejak hari ini, tanggal 20 November sampai dengan tanggal

27 November 2003 yang akan datang.

Pameran ini menampilakan 99 buah lukisan terbaru karya Indonesia Kusuma

Jaya. Bagi anda yang terkesan dengan lukisan-lukisan tersebut dan ingin

membelinya, beberapa petugas telah siap membantu anda.

Hadirin, kami juga telah menyiapkan minuman dan makanan kecil. Sambil

melihat lukisan-lukisan yang dipajang, anda dipersilakan menikmati sajian

kami.

oooOooo

135

Anda mungkin juga menyukai