ANNE PRASASTYANE
C34050449
Kijing lokal merupakan jenis kerang yang kaya akan asam lemak dan asam
amino esensial serta memiliki kandungan kolesterol yang rendah. Kijing lokal saat
ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat sekitar yang diolah
dengan cara pengukusan. Tujuan penelitian ini dilakukan, yaitu menentukan
karakteristik kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) yang meliputi rendemen,
komposisi kimia (kadar air, abu, lemak, dan protein kasar), komposisi asam lemak
serta kandungan kolesterol pada kijing lokal segar dan setelah proses pengukusan.
Tahap penelitian dilakukan dengan mengkaji karakteristik kijing lokal,
meliputi ukuran, rendemen, serta komposisi kimia, asam lemak dan kolesterol
daging kijing segar dan setelah pengukusan. Rendemen kijing segar terdiri atas
cangkang 51,93%; daging 20,71%; dan jeroan 27,36%. Setelah perlakuan
pengukusan, rendemen daging kijing mengalami penurunan sebesar 29,73% yang
dikarenakan oleh keluarnya air dari bahan akibat perlakuan panas.
Komposisi kimia daging kijing lokal segar untuk kadar air, abu, kadar
protein, lemak dan karbohidrat dalam basis kering berturut-turut, yaitu 441,718%;
16,68%; 48,21%; 5,85% dan 29,26% dan setelah pengukusan menjadi 253,61%;
12,23%; 40,74%; 3,15% dan 43,88%. Pengolahan panas yang diberikan pada
daging kijing menyebabkan penurunan pada kadar lemak, air, protein dan mineral
kijing.
Asam lemak jenuh daging kijing yang terdiri dari laurat , miristat, palmitat
dan stearat berturut-turut, yaitu 0,005% (bk); 0,026% (bk); 1,690% (bk) dan
0,046% (bk). Asam lemak tidak jenuh terdiri atas oleat, linoleat, linolenat,
eikosapentaenoat dan dokosaheksaenoat pada daging kijing berturut-turut, yaitu
3,476% (bk); 0,317% (bk); 0,034% (bk); 0,087 mg/100 g dan 0,123 mg/100 g.
dan kolesterol 83,48 mg/ 100g.
Setelah perlakuan pengukusan kandungan asam lemak jenuh yang terdiri
dari laurat, miristat, palmitat dan stearat berubah menjadi 0,006% (bk);
0,033% (bk); 0,825% (bk); dan 0,055% (bk). Kandungan asam lemak tak jenuh
yang terdiri atas oleat, linoleat, linolenat, EPA dan DHA berubah menjadi
1,725% (bk); 0,237% (bk); 0,012% (bk); 0,072 mg/100 g; 0,103 mg/100 g dan
kolesterol menurun menjadi 72,115 mg/100 g.
KARAKTERISTIK ASAM LEMAK DAN KOLESTEROL
KIJING LOKAL (Pilsbryoconcha exillis) DARI
SITU GEDE BOGOR AKIBAT PROSES PENGUKUSAN
Skripsi
Oleh :
ANNE PRASASTYANE
C34050449
NRP : C34050449
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Anne Prasastyane
NRP C34050449
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat, Berkat, dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik yang berjudul “Karakteristik Asam Lemak dan Kolesterol
Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) dari Situ Gede Bogor Akibat Proses
Pengukusan”.
Selesainya penulisan tugas akhir ini merupakan suatu kebahagiaan
tersendiri bagi penulis, karena skripsi merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan selama penelitian ini, diantaranya:
1. Ir. Nurjanah, MS dan Dra. Ella Salamah, MSi sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran.
2. Ir. Djoko Poernomo, B.Sc dan Dr. Ir. Agoes M Jacoeb Dipl.,Biol. selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan ini
3. Papa dan Mama serta keluargaku tercinta yang telah memberikan doa,
semangat, kasih sayang, dukungan, dan motivasi, dan perhatian kepada
penulis.
4. Seluruh dosen, pegawai, dan staf TU atas bantuannya selama ini.
5. Pak Danu dan Bu Endang yang telah membantu dan mengajar dalam
penelitian.
6. Tim Kijing yaitu Pur, Uli, Lodi, Aan atas kerjasamanya, dukungan, dan
perhatian bagi penulis.
7. Istifa dan Diani Sartika yang telah memberikan semangat, hiburan, dan setia
membantu dalam penelitian.
8. Teman-teman THP 42 yang selalu memberikan doa, dukungan dan perhatian
selama ini Adrian, Fuad, Pril, Indri, Miftah, Ary, Rodi, Dan, Teteh, Adek,
v
Melda, Febri, Fahrul, Seno, Zein, Erna, Ale dan banyak teman lain yang tidak
dapat disebutkan.
9. Kak Hangga yang selalu tiada hentinya memberikan dukungan dan doa
10. Teman-teman THP 41 yang senantiasa memberikan doa dan dukungan, serta
bantuannya selama ini Anang, An’im, Laler, Teta, Dilla, Alif, Ranti dan
semuanya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
11. Teman-teman THP 39, 40, 42, 43 dan 44 atas kebersamaan dan semangatnya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13. Semua pihak yang telah membaca dan menggunakan karya ilmiah ini sebagai
bahan acuan ataupun untuk kegunaan lainnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Anne Prasastyane
C34050449
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Kijing (Pilsbryoconcha exilis) ............. 4
2.2. Komposisi Kimia Kijing ............................................................. 6
2.3. Lipid............................................... ...............................................7
2.3.1. Autooksidasi asam lemak ................................................. 9
2.3.2. Esterifikasi ...................................................................... 10
2.4. Kolesterol ......... ............................................................................11
2.5. Pengukusan.......................................................................... ........13
2.6. Kromatografi Gas (Gas Chromatography)... ...............................14
3. METODOLOGI ............................................................................... 15
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 15
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 15
3.3. Metode Penelitian ...................................................................... 15
3.3.1. Pengambilan sampel ...................................................... 15
3.3.2. Pengukusan..................................................................... 16
3.3.3. Analisis proksimat .......................................................... 17
1) Analisis kadar air (AOAC 1995) ............................ 17
2) Analisis kadar abu (AOAC 1995) .......................... 17
3) Analisis kadar protein (AOAC 1995) ..................... 17
4) Analisis kadar lemak (AOAC 1995)....................... 18
5) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 1995) .............. 19
3.3.4. Analisis asam lemak (AOAC 1999) ................................ 19
(a) Tahap ekstraksi .................................................... 20
(b) Tahap metilasi ...................................................... 20
(c) Identifikasi dengan kromatografi gas .................... 20
3.3.5. Analisis kadar kolesterol dengan GLC (AOAC 1999)..... 22
vii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23
4.1. Ukuran dan Berat Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ........... 23
4.2. Rendemen Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ....................... 24
4.3. Komposisi Kimia Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ............ 27
4.3.1. Kadar air ......................................................................... 28
4.3.2. Kadar abu ....................................................................... 29
4.3.3. Kadar protein .................................................................. 31
4.3.4. Kadar lemak ................................................................... 32
4.3.5. Kadar karbohidrat ........................................................... 34
4.4. Asam Lemak ............................................................................. 35
4.5. Kolesterol .................................................................................. 43
5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 45
5.2. Saran ......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46
LAMPIRAN .............................................................................................. 51
viii
KARAKTERISTIK ASAM LEMAK DAN KOLESTEROL
KIJING LOKAL (Pilsbryoconcha exillis) DARI
SITU GEDE BOGOR AKIBAT PROSES PENGUKUSAN
ANNE PRASASTYANE
C34050449
Kijing lokal merupakan jenis kerang yang kaya akan asam lemak dan asam
amino esensial serta memiliki kandungan kolesterol yang rendah. Kijing lokal saat
ini hanya dimanfaatkan sebagai bahan pangan oleh masyarakat sekitar yang diolah
dengan cara pengukusan. Tujuan penelitian ini dilakukan, yaitu menentukan
karakteristik kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) yang meliputi rendemen,
komposisi kimia (kadar air, abu, lemak, dan protein kasar), komposisi asam lemak
serta kandungan kolesterol pada kijing lokal segar dan setelah proses pengukusan.
Tahap penelitian dilakukan dengan mengkaji karakteristik kijing lokal,
meliputi ukuran, rendemen, serta komposisi kimia, asam lemak dan kolesterol
daging kijing segar dan setelah pengukusan. Rendemen kijing segar terdiri atas
cangkang 51,93%; daging 20,71%; dan jeroan 27,36%. Setelah perlakuan
pengukusan, rendemen daging kijing mengalami penurunan sebesar 29,73% yang
dikarenakan oleh keluarnya air dari bahan akibat perlakuan panas.
Komposisi kimia daging kijing lokal segar untuk kadar air, abu, kadar
protein, lemak dan karbohidrat dalam basis kering berturut-turut, yaitu 441,718%;
16,68%; 48,21%; 5,85% dan 29,26% dan setelah pengukusan menjadi 253,61%;
12,23%; 40,74%; 3,15% dan 43,88%. Pengolahan panas yang diberikan pada
daging kijing menyebabkan penurunan pada kadar lemak, air, protein dan mineral
kijing.
Asam lemak jenuh daging kijing yang terdiri dari laurat , miristat, palmitat
dan stearat berturut-turut, yaitu 0,005% (bk); 0,026% (bk); 1,690% (bk) dan
0,046% (bk). Asam lemak tidak jenuh terdiri atas oleat, linoleat, linolenat,
eikosapentaenoat dan dokosaheksaenoat pada daging kijing berturut-turut, yaitu
3,476% (bk); 0,317% (bk); 0,034% (bk); 0,087 mg/100 g dan 0,123 mg/100 g.
dan kolesterol 83,48 mg/ 100g.
Setelah perlakuan pengukusan kandungan asam lemak jenuh yang terdiri
dari laurat, miristat, palmitat dan stearat berubah menjadi 0,006% (bk);
0,033% (bk); 0,825% (bk); dan 0,055% (bk). Kandungan asam lemak tak jenuh
yang terdiri atas oleat, linoleat, linolenat, EPA dan DHA berubah menjadi
1,725% (bk); 0,237% (bk); 0,012% (bk); 0,072 mg/100 g; 0,103 mg/100 g dan
kolesterol menurun menjadi 72,115 mg/100 g.
KARAKTERISTIK ASAM LEMAK DAN KOLESTEROL
KIJING LOKAL (Pilsbryoconcha exillis) DARI
SITU GEDE BOGOR AKIBAT PROSES PENGUKUSAN
Skripsi
Oleh :
ANNE PRASASTYANE
C34050449
NRP : C34050449
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Anne Prasastyane
NRP C34050449
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
Rahmat, Berkat, dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik yang berjudul “Karakteristik Asam Lemak dan Kolesterol
Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) dari Situ Gede Bogor Akibat Proses
Pengukusan”.
Selesainya penulisan tugas akhir ini merupakan suatu kebahagiaan
tersendiri bagi penulis, karena skripsi merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan di Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi dukungan selama penelitian ini, diantaranya:
1. Ir. Nurjanah, MS dan Dra. Ella Salamah, MSi sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran.
2. Ir. Djoko Poernomo, B.Sc dan Dr. Ir. Agoes M Jacoeb Dipl.,Biol. selaku
dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan ini
3. Papa dan Mama serta keluargaku tercinta yang telah memberikan doa,
semangat, kasih sayang, dukungan, dan motivasi, dan perhatian kepada
penulis.
4. Seluruh dosen, pegawai, dan staf TU atas bantuannya selama ini.
5. Pak Danu dan Bu Endang yang telah membantu dan mengajar dalam
penelitian.
6. Tim Kijing yaitu Pur, Uli, Lodi, Aan atas kerjasamanya, dukungan, dan
perhatian bagi penulis.
7. Istifa dan Diani Sartika yang telah memberikan semangat, hiburan, dan setia
membantu dalam penelitian.
8. Teman-teman THP 42 yang selalu memberikan doa, dukungan dan perhatian
selama ini Adrian, Fuad, Pril, Indri, Miftah, Ary, Rodi, Dan, Teteh, Adek,
v
Melda, Febri, Fahrul, Seno, Zein, Erna, Ale dan banyak teman lain yang tidak
dapat disebutkan.
9. Kak Hangga yang selalu tiada hentinya memberikan dukungan dan doa
10. Teman-teman THP 41 yang senantiasa memberikan doa dan dukungan, serta
bantuannya selama ini Anang, An’im, Laler, Teta, Dilla, Alif, Ranti dan
semuanya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
11. Teman-teman THP 39, 40, 42, 43 dan 44 atas kebersamaan dan semangatnya.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13. Semua pihak yang telah membaca dan menggunakan karya ilmiah ini sebagai
bahan acuan ataupun untuk kegunaan lainnya.
Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan.
Anne Prasastyane
C34050449
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1. Klasifikasi dan Deskripsi Kijing (Pilsbryoconcha exilis) ............. 4
2.2. Komposisi Kimia Kijing ............................................................. 6
2.3. Lipid............................................... ...............................................7
2.3.1. Autooksidasi asam lemak ................................................. 9
2.3.2. Esterifikasi ...................................................................... 10
2.4. Kolesterol ......... ............................................................................11
2.5. Pengukusan.......................................................................... ........13
2.6. Kromatografi Gas (Gas Chromatography)... ...............................14
3. METODOLOGI ............................................................................... 15
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................... 15
3.2. Alat dan Bahan .......................................................................... 15
3.3. Metode Penelitian ...................................................................... 15
3.3.1. Pengambilan sampel ...................................................... 15
3.3.2. Pengukusan..................................................................... 16
3.3.3. Analisis proksimat .......................................................... 17
1) Analisis kadar air (AOAC 1995) ............................ 17
2) Analisis kadar abu (AOAC 1995) .......................... 17
3) Analisis kadar protein (AOAC 1995) ..................... 17
4) Analisis kadar lemak (AOAC 1995)....................... 18
5) Analisis kadar karbohidrat (AOAC 1995) .............. 19
3.3.4. Analisis asam lemak (AOAC 1999) ................................ 19
(a) Tahap ekstraksi .................................................... 20
(b) Tahap metilasi ...................................................... 20
(c) Identifikasi dengan kromatografi gas .................... 20
3.3.5. Analisis kadar kolesterol dengan GLC (AOAC 1999)..... 22
vii
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 23
4.1. Ukuran dan Berat Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ........... 23
4.2. Rendemen Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ....................... 24
4.3. Komposisi Kimia Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exillis) ............ 27
4.3.1. Kadar air ......................................................................... 28
4.3.2. Kadar abu ....................................................................... 29
4.3.3. Kadar protein .................................................................. 31
4.3.4. Kadar lemak ................................................................... 32
4.3.5. Kadar karbohidrat ........................................................... 34
4.4. Asam Lemak ............................................................................. 35
4.5. Kolesterol .................................................................................. 43
5. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 45
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 45
5.2. Saran ......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 46
LAMPIRAN .............................................................................................. 51
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan zat gizi kijing taiwan per 100 g bahan ............................. 7
2. Kandungan kolesterol pada makanan (mg/100g) ............................ ..12
3. Ukuran dan berat kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) .................... ..24
4. Komposisi kimia daging kijing lokal segar dan kukus, n=2.…............27
5. Komposisi rata-rata asam lemak jenuh daging kijing lokal ............. ..35
6. Komposisi rata-rata asam lemak tak jenuh daging kijing lokal........ ..35
7. Komposisi rata-rata asam lemak tak jenuh majemuk berantai
panjang daging kijing lokal ............................................................ ..36
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) ................................................... 4
2. Anatomi kijing lokal .......................................................................... 6
3. Struktur kimia lemak......... ...................................................................6
4. Skema autooksidasi asam lemak tak jenuh ....................................... 10
5. Struktur kimia kolesterol .................................................................. 11
6. Proses pembentukan plak…… ......................................................... 12
7. Kerangka penelitian ........ ……………………………………………16
8. Mekanisme kerja kromatografi gas……………………… .. … ……..21
9. Kijing lokal dalam keadaan cangkang terbuka ................................. 23
10. Persentase rendemen kijing lokal segar ........................................... 25
11. Persentase rendemen kijing setelah pengukusan ....... .........................25
12. Daging kijing ................................................................................... 27
13. Kadar air daging kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) ....................... 29
14. Kadar abu daging kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) … ................. 30
15. Kadar protein daging kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis)……..........31
16. Kadar lemak daging kijing lokal (Pilsbryoconcha exillis) ...………..33
17. Kandungan karbohidrat pada daging kijing ......... ...............................34
18. Kandungan asam lemak jenuh daging kijing .................................... 37
19. Kandungan asam lemak tak jenuh daging kijing lokal ………………38
20. Metabolisme asam lemak n-9, n-6, dan n-3 ..........................………..40
21. Kandungan EPA dan DHA daging kijing lokal.. …………………….41
22. Kandungan kolesterol daging kijing lokal …………………… ……..43
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Lokasi Situ Gede Bogor, Jawa Barat dan denah lokasi Situ Gede .... 51
2. Proses preparasi kijing....................................................................... 52
3. Foto kromatografi gas dan diagram proses alat Gas Cromatography 53
4. Data panjang, lebar, tinggi dan berat kijing ....................................... 54
5. Hasil pengujian analisis proksimat kijing lokal ................................. 55
6. Komposisi asam lemak dan kolesterol kijing ..................................... 58
7. Kromatogram standar asam lemak kaprat .......................................... 59
8. Kromatogram standar asam lemak laurat .......................................... 60
9. Kromatogram standar asam lemak miristat ........................................ 61
10. Kromatogram standar asam lemak palmitat ....................................... 62
11. Kromatogram standar asam lemak oleat ........................................... 63
12. Kromatogram standar asam lemak linoleat ........................................ 64
13. Kromatogram standar asam lemak linolenat ...................................... 65
14. Kromatogram standar EPA dan DHA ................................................ 66
15. Kromatogram standar kolesterol ........................................................ 67
16. Kromatogram asam lemak kijing segar ulangan ke-1 ......................... 68
17. Kromatogram asam lemak kijing segar ulangan ke-2 ......................... 69
18. Kromatogram asam lemak kijing kukus ulangan ke-1 ........................ 70
19. Kromatogram asam lemak kijing kukus ulangan ke-2 ....................... 71
20. Kromatogram EPA dan DHA kijing segar ulangan ke-1 .................... 72
21. Kromatogram EPA dan DHA kijing segar ulangan ke-2 .................... 73
22. Kromatogram EPA dan DHA kijing kukus ulangan ke-1 ................... 74
23. Kromatogram EPA dan DHA kijing kukus ulangan ke-2 ................... 75
24. Kromatogram kolesterol kijing segar ulangan ke-1 ........................... 76
25. Kromatogram kolesterol kijing segar ulangan ke-2 ............................ 77
26. Kromatogram kolesterol kijing kukus ulangan ke-1 .......................... 78
27. Kromatogram kolesterol kijing kukus ulangan ke-2 .......................... 79
xi
1. PENDAHULUAN
Kijing lokal berbentuk oval memanjang atau seperti lidah dengan bagian
samping yang lebih pipih dan bagian depan yang meruncing. Cangkang atau kulit
adalah bagian langsung yang berhubungan dengan perairan. Cangkang kijing
lokal berwarna coklat kehijauan. Kijing mempunyai dua cangkang yang sangat
keras yang dihubungkan dengan hinge ligament yang bersambungan dengan
periostrakum cangkang (Suwignyo et al. 2005). Bagian dalam cangkang terdapat
dua buah mantel.
5
Pada ujung mantel terdapat dua buah sifon yang berbeda fungsinya. Sifon
ventral berfungsi sebagai alat pemasukan air (makanan), dan sifon dorsal
digunakan sebagai alat pembuangan sisa-sisa metabolisme (Kaestner 1967). Alat
pencernaan kijing berturut-turut terdiri dari mulut yang tidak berahang atau
bergigi, sepasang palps yang bercilia, lambung, usus, rektum dan anus. Selain alat
pencernaan, di dalam tubuh kijing terdapat hati yang yang menyelubungi dinding
lambung, ginjal, pembuluh darah, dan pembuluh urat syaraf
(Storer & Usinger 1961).
Secara anatomi, hampir semua tubuh moluska terbagi menjadi tiga bagian,
yaitu kaki, mantel dan massa visceral. Rongga mantel luas dan insang biasanya
sangat besar karena selain berfungsi sebagai alat pernafasan juga berfungsi
sebagai pengumpul makanan. Massa visceral pada tubuh kerang merupakan
kumpulan organ-organ bagian dalam, seperti insang, perut, gonad, anus dan organ
penting lainnya (Suwignyo et al. 2005).
Kerang melakukan reproduksinya dengan cara kerang betina
menghasilkan sel telur dan kerang jantan mengeluarkan spermanya yang
kemudian akan terbawa aliran air menuju kerang betina. Fertilisasi terjadi didalam
insang kerang betina. Hasil pembuahan yang berbentuk larva disebut glochidium.
Perkembangan embrio di dalam insang berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu (Shan 1999).
Glochidia yang lepas memiliki dua keping cangkang dan sehelai benang
yang menempel pada ikan-ikan sebagai parasit yang akan mengambil makanan
dengan cara mengabsorbsi cairan tubuh inang. Setelah alat-alat tubuh tumbuh
lengkap sebagai anak kerang, maka segera melepaskan diri dari inang untuk hidup
bebas meneruskan perkembangannya. Glochidia memiliki ukuran sekitar
60 sampai 400 mikron. Lamanya hidup sebagai parasit tergantung dari spesies
kerang dan suhu air sekitarnya (Neves 2002 ).
6
2.3. Lipid
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform atau eter (Suhardi et al. 2007). Lipid berperan penting sebagai
1) komponen struktural membran; 2) lapisan pada beberapa jasad; 3) bentuk
energi cadangan; 4) komponen permukaan sel yang berperan dalam proses
interaksi antara sel dengan senyawa kimia di luar sel, seperti dalam proses
kekebalan jaringan, dan 5) sebagai komponen dalam proses pengangkutan melalui
membran (Grosch & Belitz 1999). Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak
atau triasilgliserol yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua
organisme (Suhardi et al. 2007).
Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi dapat
diekstraksi dengan pelarut non polar. Senyawa organik ini terdapat dalam semua
8
sel dan berfungsi sebagai sumber energi, komponen struktur sel, sebagai simpanan
bahan bakar metabolik, sebagai komponen pelindung dinding sel, dan juga
sebagai komponen pelindung kulit vertebrata (Girindra 1987).
Lemak merupakan sumber kalori penting disamping berperan sebagai
pelarut berbagai vitamin. Lemak yang dioksidasi secara sempurna dalam tubuh
menghasilkan 9,3 kalori per 1 gram lemak (Ketaren 1986). Suatu molekul lemak
tersusun dari satu hingga tiga asam lemak dan satu gliserol. Jumlah asam lemak
yang terdapat pada gugus gliserol menyebabkan adanya pembagian molekul
lemak menjadi monogliserida, digliserida, dan trigliserida yang ditunjukkan pada
Gambar 3.
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7C(O)O CH2
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7C(O)O CH
CH3(CH2)14C(O)O CH2
(c) trigliserida
LOOH LH
(hydroperoxide)
”Secondary products”
(aldehydes, ketones, alcohol, alkanes)
2.3.2. Esterifikasi
Pada analisis lemak, setelah lemak diekstrak dari daging ikan harus
melalui tahap esterifikasi. Proses esterifikasi penting dilakukan sebelum lemak
dianalisis menggunakan gas chromatography. Esterifikasi merupakan proses yang
dilakukan untuk mengubah asam lemak menjadi bentuk ester. Bentuk ester ini
memiliki sifat yang mudah menguap (volatile) sehingga dapat disuntikkan ke
dalam gas chromatography dan memiliki sifat yang cukup stabil. Prosesnya
dilakukan dengan menambahkan katalis asam pada asam lemak yang akan
diujikan (Fogerty 1971). Persiapan yang biasa dilakukan untuk sejumlah kecil
metil ester dari asam lemak untuk kromatografi gas adalah dengan menggunakan
campuran metanol-boron triflourida (BF3) (Fogerty 1971).
Reaksi esterifikasi asam lemak dalam bahan pangan adalah :
R1COOH + R2OH R1COOR2 + H2O
11
2.4. Kolesterol
Kolesterol merupakan kelompok sterol, suatu zat yang termasuk golongan
lipid. Kolesterol merupakan substrat untuk pembentukan beberapa zat esensial,
yaitu (1) asam empedu yang dibuat oleh hati, (2) homon-hormon steroid,
(3) vitamin D, (4) pembentukan semua membran sel (Freeman & Junge 2005).
2.5. Pengukusan
Pengukusan merupakan cara memasak dengan menggunakan banyak air,
tetapi air tidak bersentuhan langsung dengan produk. Bahan makanan dibiarkan
dalam panci tertutup dan dibiarkan mendidih. Pengukusan sebelum penyimpanan
bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan baku sehingga tekstur bahan
menjadi kompak (Harris & Karmas 1989).
Pengukusan tradisional dilakukan menggunakan air panas atau uap panas
sebagai medium penghantar panas. Faktor yang mempengaruhi susut gizi selama
pengukusan dengan air adalah faktor yang mempengaruhi pemindahan massa
yaitu luas permukaan, konsentrasi zat terlarut dalam air panas dan pengadukan air.
Selain itu ada beberapa metode pengukusan yang sering digunakan, yaitu
pengukusan dengan uap panas, pengukusan dengan gelombang mikro dan
pengukusan dengan gas panas (Harris & Karmas 1989).
Pengukusan dengan uap panas menghasilkan retensi zat gizi larut air yang
lebih besar dibandingkan dengan pengukusan menggunakan air karena adanya
pemanasan yang hampir sama diseluruh bagian bahan. Pada pengukusan
konvensional, bahan pada bagian tepi akan mengalami pengukusan yang
berlebihan, sedangkan pada bagian tengah hanya mengalami pengukusan yang
sedikit (Harris & Karmas 1989).
Pengukusan dengan gelombang mikro telah diterapkan untuk produk
makanan. Metode ini dipakai karena energi gelombang mikro tidak
mempengaruhi proses degradasi komponen makanan secara langsung selain
melalui peningkatan suhu. Walaupun metode ini memiliki retensi zat gizi yang
lebih besar dibandingkan dengan metode pengukusan menggunakan air panas dan
uap panas, tetapi biaya yang dibutuhkan sangat mahal (Harris & Karmas 1989).
Pengukusan dengan gas panas juga telah dikembangkan, terutama untuk
mengurangi efluen yang timbul selama pengukusan. Meskipun digunakan suhu
sampai 121 0C, suhu produk tidak akan melampaui 100 0C karena terjadi
penguapan cairan di permukaan. Produk yang dikukus menggunakan air panas
atau gas panas tidak memiliki perbedaan nyata dari kandungan gizinya
(Harris & Karmas 1989).
14
menempatkan kijing lokal pada wadah yang berisi air dari habitatnya. Setelah
sampel diperoleh, dilakukan penentuan ukuran dan berat rata-rata dari 30 ekor
kijing. Kemudian sampel dihitung rendemennya (cangkang, jeroan dan daging)
dengan rumus:
Rendemen (%) = Bobot contoh (g) x 100 %
Bobot total (g)
3.3.2. Pengukusan
Pengukusan dilakukan selama 10 menit dengan suhu awal air kukusan
sebesar 80 oC yang meningkat hingga 100 oC. Kemudian kijing diambil dagingnya
untuk dilembutkan menggunakan mortar. Daging yang telah lembut dimasukkan
ke dalam plastik dan ditutup rapat serta diberi kode yang jelas. Kerangka
penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.
Sampel kijing
Identifikasi
Preparasi Preparasi
Rendemen Rendemen
Proksimat Proksimat
Analisis kimia Asam Lemak Analisis kimia Asam Lemak
Kolesterol Kolesterol
Gambar 7. Kerangka penelitian
17
3.3.3. Analisis Proksimat
Analisis proksimat yang dilakukan terhadap daging kijing, terdiri atas air,
abu, protein, karbohidrat dan lemak.
1) Analisis kadar air (AOAC 1995)
Penentuan kadar air didasarkan berat contoh sebelum dan sesudah
dikeringkan. Cawan kosong dikeringkan di dalam oven selama 30 menit
pada suhu 105 oC, lalu didinginkan di dalam desikator selama 15 menit
kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1-2 gram dimasukkan ke dalam
cawan lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu 100-102 oC selama 6 jam
dan kemudian cawan didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan
selanjutnya ditimbang kembali. Kadar air ditentukan dengan rumus:
Kadar air (%)= B - C x 100 %
B-A
Pengendali aliran
Injektor
Kolom
Detektor
Perekam (integrator)
Secara geografis Situ Gede terletak pada 06o 30 o LS dan 06o 45 o BT. Luas
perairan sekitar 5,6 ha dengan kedalaman rata-rata 85 cm. Sumber air yang
terdapat di perairan Situ Gede berasal dari mata air, air hujan dan air dari saluran
air induk Kali Sindangbarang (Ciapus). Perairan Situ Gede merupakan jenis
perairan tergenang dengan suhu perairan berkisar 28-29 oC dan pH air 6. Kondisi
ini masih dapat ditolelir oleh organisme akuatik terutama moluska. Secara umum
suhu optimum untuk organisme akuatik berkisar 20-30 oC dengan pH mendekati
netral (Odum 1994). Ukuran dan berat rata-rata kijing lokal dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 3 serta data untuk ukuran dan berat dari 30 sampel kijing
disajikan pada Lampiran 4.
24
Tabel 3. Ukuran dan berat kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis)
jeroan dan cangkang. Persentase rendemen kijing lokal dapat dilihat pada
Gambar 10-11.
A B
Gambar 12. Daging kijing
Keterangan: A= sebelum pengukusan
B= setelah pengukusan
Tabel 4. Komposisi kimia daging kijing lokal segar dan kukus, n=2
Kijing segar (%) Kijing kukus (%)
Jenis gizi
Basis basah Basis kering Basis basah Basis kering
(bb) (bk) (bb) (bk)
Air 81,54 441,71 71,72 253,61
Abu 3,08 16,68 3,46 12,23
Lemak 1,08 5,85 0,89 3,15
Protein 8,90 48,21 11,52 40,74
Karbohidrat 5,40 29,26 12,41 43,88
Tabel 4 menunjukkan bahwa komposisi kimia kijing segar dan kukus pada
penelitian ini mengalami perubahan. Kadar air dan lemak mengalami penurunan
menjadi 71,72% (bb) dan 0,89% (bb). Sedangkan untuk kadar protein dan mineral
mengalami peningkatan menjadi. 11,52% (bb) dan 3,46% (bb). Pengukusan
merupakan cara memasak dengan menggunakan banyak air, tetapi air tidak
bersentuhan langsung dengan produk (Harris & Karmas 1989). Tujuan dilakukan
proses pengukusan pada kijing adalah untuk mematikan virus hepatitis yang
terdapat pada kerang yang menyebabkan penyakit hepatitis infectiosa (penyakit
kuning) (Budiarti 2003).
Selama proses pengukusan berlangsung terjadi penurunan kadar air dan
lemak yang diikuti dengan meningkatnya kadar protein dan abu, hal ini
disebabkan oleh proporsional akibat penurunan kadar air dan kadar lemak
(Bender 1997). Penurunan kadar air selama proses pengukusan yang
menyebabkan terlepasnya air dari bahan dan sifat air yang mudah menguap saat
proses pemanasan (Georgakis et al. 2003). Perubahan gizi yang terjadi saat proses
pengukusan dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu pengukusan, lama
pengukusan, luas permukaan dan jenis bahan (Wells et al. 1987).
4.3.1. Kadar air
Air merupakan salah satu komponen yang penting di dalam makanan.
Komponen air dalam bahan pangan dapat mempengaruhi penampakan dan
tekstur makanan serta ikut menentukan daya terima, kesegaran dan daya awet
makanan (Winarno 1997). Analisis kadar air dalam penelitian ini bertujuan
mengetahui jumlah air yang terkandung dalam daging kijing lokal. Kandungan air
dalam bahan pangan terdapat dalam dua bentuk, yaitu air bebas dan air terikat.
Air bebas merupakan air yang terdapat dalam ruang antar sel dan plasma,
dapat melarutkan berbagai vitamin, garam mineral dan senyawa-senyawa
nitrogen tertentu. Sedangkan air terikat merupakan molekul-molekul air yang
terikat pada molekul-molekul lain, seperti protein (Winarno 1997). Kadar air
daging kijing lokal dapat dilihat pada Gambar 13.
29
Kandungan air daging kijing lokal segar cukup tinggi yaitu 81,54% (bb).
Kandungan air yang terdapat pada kijing lokal tidak berbeda jauh dengan
kandungan air yang terdapat pada berbagai jenis kerang lainnya, yaitu sebesar
81,70% (Pigott & Tucker 1999). Tingginya kadar air pada kijing lokal
menyebabkan kijing mudah sekali mengalami kerusakan apabila tidak
ditangani secara baik karena akan memudahkan mikroorganisme untuk tumbuh
(Zaitsev et al. 1969).
Gambar 13 menunjukkan kandungan air pada kijing lokal mengalami
penurunan dari 441,71% (bk) menjadi 253,61% (bk), setelah diberi perlakuan
pengukusan. Penurunan kadar air setelah proses pengukusan disebabkan oleh
terlepasnya air dari bahan dan proses penguapan karena adanya pemberian panas
pada daging kijing yang meningkatkan suhu daging (Aitken & Connel 1979).
Proses penguapan terjadi akibat molekul-molekul air bergerak sangat cepat
sehingga tekanan uap air melebihi tekanan atom dan beberapa molekul terlepas
dari permukaan cairan dan membentuk gas (Winarno 1997). Kadar air umumnya
memiliki hubungan timbal balik dengan kadar lemak, semakin tinggi kadar air
yang terkandung pada daging kijing, maka semakin rendah kadar lemaknya,
demikian pula sebaliknya (Pigott & Tucker 1999; Yunizal et al. 1998).
4.3.2. Kadar abu
Penentuan kadar abu merupakan cara pendugaan mineral bahan pangan
secara kasar. Sebagian besar bahan makanan, sekitar 96% terdiri dari bahan
organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral yang juga dikenal
30
Kandungan protein pada kijing lokal sebesar 8,9 % (bb). Berdasarkan hasil
uji tersebut terlihat bahwa kandungan protein kijing lokal lebih rendah
dibandingkan dengan protein ikan pada umumnya yang berkisar 19%. Kandungan
32
protein dalam komoditas kerang tergolong dalam protein lengkap karena kaya
akan asam amino esensial. Kandungan protein yang terdapat pada kerang juga
lebih mudah diserap oleh tubuh karena protein tersebut memiliki serat protein
yang lebih pendek dibandingkan dengan serat protein daging sapi atau daging
ayam (Pigott & Tucker 1999).
Gambar 15 menunjukkan setelah proses pengukusan kandungan protein
pada daging menurun dari 48,21% (bk) menjadi 40,74% (bk). Perlakuan
pengukusan yang diberikan menyebabkan protein terdenaturasi. Kebanyakan
protein pangan terdenaturasi jika dipanaskan pada suhu yang moderat (60-90 oC)
selama satu jam atau kurang sehingga dapat menurunkan kandungan protein
Pengembangan molekul protein yang terdenaturasi akan membuka gugus reaktif
yang ada pada rantai polipeptida. Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali
pada gugus reaktif yang sama atau berdekatan. Apabila ikatan yang terbentuk
cukup banyak protein tersebut akan mengalami koagulasi. Koagulasi tersebut
menyebabkan tekstur daging setelah pengukusan menjadi lebih kenyal
(Winarno 1997).
4.3.4. Kadar lemak
Analisis kadar lemak dilakukan bertujuan untuk mengetahui kandungan
lemak yang terdapat pada daging kijing lokal. Lemak didefenisikan sebagai
bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, kloroform (benzena) dan tidak dapat
larut dalam air. Lemak terdapat hampir pada semua bahan pangan. Lemak
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat
dan protein. Selain itu lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E,
dan K (Winarno1997). Lemak yang terdapat pada komoditas perikanan sebagian
besar mengandung asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan dapat menurunkan kolesterol dalam darah serta sangat mudah untuk dicerna
langsung oleh tubuh (Morrisey 1997). Kadar lemak daging kijing lokal dapat
dilihat pada Gambar 16.
33
Tabel 6. Komposisi rata-rata asam lemak tak jenuh daging kijing lokal
Asam lemak Kijing segar (%) Kijing kukus (%)
tak jenuh
Basis basah Basis kering Basis basah Basis kering
(bb) (bk) (bb) (bk)
oleat (C18:1) 59,420 3,476 54,813 1,725
linoleat (C18:2) 5,427 0,317 7,532 0,237
linolenat(C18:3) 0,573 0,034 0,381 0,012
total 65,400 3,827 62,726 1,974
36
Tabel 7. Komposisi rata-rata asam lemak tak jenuh majemuk berantai panjang
daging kijing lokal
Gambar 19. Kandungan asam lemak tak jenuh daging kijing lokal
: kijing segar : kijing kukus
memiliki suhu yang rendah (4-9 oC), yaitu Mytilus edulis memiliki kandungan
asam lemak tak jenuh yang lebih tinggi, terutama PUFA 53,5 %. Suhu rendah
dapat meningkatkan daya larut oksigen sehingga meningkatkan sintesis asam
lemak (Guderley et al. 2007).
Asam lemak linoleat dan linolenat merupakan asam lemak esensial karena
dibutuhkan oleh tubuh, sedangkan tubuh tidak dapat mensintesisnya. Masing-
masing mempunyai ikatan rangkap pada karbon ke 6 dan ke 3 dari ujung gugus
metil. Manusia tidak dapat menambah ikatan rangkap pada karbon ke 6 dan ke 3
pada asam lemak yang ada di dalam tubuh sehingga tidak dapat mensintesis kedua
jenis asam lemak tersebut. Kandungan linoleat dan linolenat pada kijing berbeda
dibandingkan dengan kandungan rata-rata linoleat dan linolenat kerang pada
umumnya yang sebesar 2,8 % dan 2,5 %. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan
oleh pakan yang dikonsumsinya berupa tumbuhan dan plankton
(Imre & Sahgk 1997), habitat dan suhu perairan (Guderley et al. 2007).
Kijing dan hewan lainnya memiliki kemampuan terbatas dalam proses
elongasi dan desaturasi PUFA menjadi highly unsaturated fatty acid (HUFA)
yaitu asam arachidonat, eikosapentanoid (EPA) dan dokosaheksanoid (DHA).
Asam arachidonat merupakan hasil desaturasi dan elongasi asam linoleat.
Sedangkan EPA dan DHA dalam tubuh kijing hanya dapat dikonversi dari asam
α-linolenat. Desaturasi merupakan proses penambahan ikatan rangkap pada asam
lemak dengan bantuan enzim sedangkan elongasi merupakan perpanjangan dua
rantai karbon. Tubuh manusia hanya dapat mengkonversi asam α-linolenat kurang
5-10 % EPA dan 2-5% DHA (Haliloglu et al. 2004). Struktur kimia dan
metabolisme asam lemak n-9, n-6 dan n-3 dapat dilihat pada Gambar 20
(O’Keefe 2002, diacu dalam Abadi 2007).
40
20:2 (8,11) 20:3 (8, 11, 14) 20:4 (8, 11, 14, 17)
22:4 (4, 7, 10, 13) 22:5 (4, 7, 10, 13, 16) 22:6 (4, 7, 10, 13, 16, 19)
dokosatetraenoat dokosapentaenoat dokosaheksaenoat (DHA)
Asam lemak n-3 EPA dan DHA yang merupakan kelompok Long-Chain
Polyunsaturated Fatty Acid (LCPUFA) mempunyai peran penting dalam
perkembangan otak dan fungsi penglihatan. Selain itu, EPA dan DHA berfungsi
sebagai pembangun sebagian besar korteks serebral otak (bagian yang digunakan
untuk berpikir) dan untuk pertumbuhan normal organ ini, karena sangat penting
untuk tetap menjaga kandungan EPA dan DHA dalam makanan
(Whitney et al. 1998, diacu dalam Abadi 2007).
Sumber utama asam lemak n-3 sebenarnya bukanlah kijing karena sintesa
EPA dan DHA pada hewan tersebut sangat rendah. Kandungan EPA dan DHA
pada kerang tersebut diperoleh dari mikroorganisme yang menjadi pakan bagi
kerang. Mikroorganisme utama yang menjadi produsen utama n-3 adalah
Daphnia, Chlorella, Synechococcus sp, Cryptomonas sp, Rhodomonas lacustris,
Scenedesmus dan Chlamydomonas sp. yang merupakan plankton. Dengan
tingginya kandungan EPA dan DHA pada plankton tersebut dapat meningkatkan
kandungan EPA dan DHA pada kerang (Gluck et al. 1996). Suhu perairan yang
rendah pun (perairan sub tropis) dapat meningkatkan kandungan EPA dan DHA
pada kerang, plankton dan alga karena dapat meningkatkan daya larut oksigen
yang akan mempercepat sintesis asam lemak dan proses enzim pada reaksi
desaturase (Guderley et al. 2007).
Kandungan asam lemak tak jenuh yang cukup tinggi pada kijing lokal
seperti oleat dan linoleat sangat berguna bagi tubuh manusia. Asam lemak tak
jenuh yang merupakan asam lemak esensial, meliputi linoleat dan linolenat
digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel dan prekusor
sekelompok senyawa eikosanoid. Kandungan tersebut dapat bertambah dengan
adanya zooplankton (Daphnia magna) yang merupakan salah satu pakan bagi
kerang (Mazumder et al. 2004). Asam lemak esensial membantu mengatur
tekanan darah, proses pembekuan darah, lemak dalam darah dan respon imun
terhadap luka dan infeksi. Kekurangan asam lemak esensial dalam tubuh dapat
menyebabkan gangguan syaraf dan penglihatan serta menghambat pertumbuhan
(Almatsier 2006).
43
4.5 Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol yang paling dikenal oleh masyarakat.
Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda, yaitu disisi lain diperlukan
dan disisi lain dapat membahayakan tergantung seberapa banyak kolesterol di
dalam tubuh. Kolesterol adalah senyawa lemak yang dapat dihasilkan dari dalam
tubuh terutama hati dan dari luar tubuh (bahan pangan) (Colpo 2005). Salah satu
cara untuk mengetahui kandungan kolesterol dalam bahan pangan dengan
melakukan analisis menggunakan GC (Gas Cromatography). Analisis kolesterol
dalam penelitian ini dilakukan hanya pada daging kijing tanpa adanya jeroan
(organ hati). Hal ini dikarenakan hati merupakan organ dalam yang menghasilkan
kolesterol 80 % sehingga diduga apabila mengkonsumsi daging bersama jeroan
akan meningkatkan kandungan kolesterol pada produk (Cook 1958). Kandungan
kolesterol pada daging kijing lokal segar dan pengukusan dapat dilihat pada
Gambar 22.
5.1. Kesimpulan
Kijing yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Situ Gede,
Bogor yang berukuran sedang yaitu kurang dari 9 cm. Rendemen yang tertinggi
pada kijing adalah cangkang 51,92% sedangkan daging 20,71% dan jeroan
27,36%. Perlakuan pengukusan mengakibatkan penurunan rendemen sebesar
29,73 %. Pengolahan panas yang diberikan pada daging kijing juga menyebabkan
penurunan pada kadar lemak, air, protein dan mineral kijing.
Kandungan asam lemak pada kijing tergolong dalam asam lemak jenuh,
asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tak jenuh jamak. Asam lemak
jenuh yang terdiri dari laurat, miristat, palmitat dan stearat pada daging kijing
berturut-turut, yaitu 0,005% (bk); 0,026% (bk); 1,690% (bk) dan 0,046% (bk).
Asam lemak tidak jenuh terdiri atas oleat, linoleat, linolenat, EPA dan DHA pada
daging kijing berturut-turut, yaitu 3,476% (bk); 0,317 % (bk); 0,034% (bk);
0,087 mg/100 g dan 0,123 mg/100 g. Serta kandungan kolesterol pada daging
kijing, yaitu 83,48 mg/ 100g.
Perlakuan pengukusan menyebabkan perubahan zat gizi termasuk asam
lemak dan kolesterol. Setelah perlakuan pengukusan kandungan asam lemak
jenuh yang terdiri dari laurat, miristat, palmitat dan stearat berubah menjadi
0,006% (bk); 0,033% (bk); 0,825% (bk); dan 0,055% (bk). Kandungan asam
lemak tak jenuh yang terdiri atas oleat, linoleat, linolenat, EPA dan DHA
berubah menjadi 1,725% (bk); 0,237% (bk); 0,012% (bk); 0,072 mg/100 g;
0,103 mg/100 g dan kolesterol menurun menjadi 72,115 mg/100 g.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian ini, disarankan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai komposisi asam lemak dan kolesterol pada kijing lokal tanpa
dibuang jeroannya serta dengan perlakuan pengolahan pangan selain pengukusan
yaitu penggorengan, pemanggangan dan perebusan.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi R. 2007. Komposisi kimia dan asam lemak beberapa spesies ikan kakap
laut dalam di perairan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat [skripsi]. Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Ackman RG. 1994. Seafood lipids. Didalam: Shahidi F, Botta JR, editor.
Seafoods: Chemistry, Processing Technology & Quality. London:
Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall.
Aitken A, Connel. 1979. Fish, In: Effect of Heating on Foodstuff, Prietsley. Ed.
Applied Science Publisher. Ltd. London.
Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Bender AE. 1997. Countribution of meat, fish and poultry to human diet.
Didalam: Shahidi F, Botta JR, editor. Seafoods: Chemistry, Processing
Technology & Quality. London: Blackie Academic & Professional.
Chapman & Hall.
Budiarti W. 2003. Makanan Sehat. Bandung: Indonesia Publishing House.
Boonsoong B. 2008. Mollusca, http://pirun.ku.ac.th/~fscibtb. [13 Maret 200].
Cuq JL, RF Hurrel, Finot PA. 1982. Brit. Effect of processing on nutrient content
of foods. J. Nutr 47:191.
Girindra. 1987. Biokimia Patologi Hewan. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Grosch W, Belitz D. 1999. Food Chemistry. Second Ed. Didalam: Burghagen
MM, Hadziyev D, Hessel P, Jordan S, Sprinz C. Fourth German Edition
Food Chemistry. Berlin: Springer.
Guderley H, Comeau L, Tremblay R, Pernet F. 2007. Temperature adaptation in
two bivalve species from diffrent thermal habitats: enegenics and
remodeling of membrane lipid. J. Experimental Biology 210:2999-3014.
Gurr MI. 1992. Role of Fat in Food and Nutrition. Ed ke-2. Elsevier London dan
New York: Applied Science.
Haliloglu H I, Bayir A, Sirkecioglu N, Aras N M, Atamanalp M. 2004.
Comparison of fatty acid composition in some tissues of rainbow trout
(Oncorhynchus mykiss) living in sea water and freshwater.
J.Food Chem 86: 55-59.
Heidebrink L.2002. Freshwater Mussel of Iowa. USDA: Cedar Valley Resource,
Conservation & Development, Inc.
Harris RS, Karmas E. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Imre S, Saghk S. 1997. Fatty acid composition and cholesterol content of mussel
and shrimp consumed in Turkey. J.Marine Sciences 3(3): 179-189.
Jacquot R. 1962. Organic constituent of fish and other aquatic animal foods.
Didalam: Borgstrom G, editor. Fish as Foods. Volume ke-1, Production,
Biochemistry, and Microbiology. London: Academic Press.
Kaestner A. 1967. Invertebrate Zoology (1). New York: John Willey
and Sons, Inc.
Mazumder A, Atrs MT, Kainzi M. 2004. Essential fatty acid in the planktonic
food web and their ecological role foe higher trophic level.
J. Limnol Oceanogy 49 (5):1784-1793.
McNair HM, Bonelli EJ. 1988. Dasar Kromatografi Gas. Kosasih Padmawinata,
penerjemah. Ed-ke-5. Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari:
Basic Gas Chromatography.
Morrissey MT. 1997. Low fat and reduced fat fish products. Didalam: Shahidi F,
Botta JR, editor. Seafoods: Chemistry, Processing Technology & Quality.
London: Blackie Academic & Professional. Chapman & Hall.
Prihartini. 1999. Jenis dan ekobiologi kerang air tawar family Unionidae
(Molusca: Bivalva) beberapa situ dan kabupaten Bogor [tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Storer TI, Usinger JH. 1961. General Zoology. New York: McGraw Hill Book
Company, Inc.
Segar Kukus
p1 p2 p1 p2
Berat sampel+cawan (g) 28,3108 27,2912 32,4575 28,8412
Berat cawan (g) 27,1448 26,2367 31,3008 27,8162
Berat setelah oven (g) 27,3539 26,4370 31,6518 28,0850
Kadar air (%) 82,0750 81,0000 69,6600 73,7800
Rataan (%) 81,54 71,72
BC
% Kadar air x100 %
BA
Segar Kukus
p1 p2 p1 p2
Berat sampel (g) 2,0702 2,0905 2,0568 2,0294
Berat cawan (g) 20,1993 33,9255 18,2968 35,3074
Berat setelah oven (g) 20,2560 33,9972 18,3543 35,3915
Kadar abu (%) 2,74 3,43 2,80 4,13
Rataan (%) 3,08 3,46
Segar Kukus
p1 p2 p1 p2
Berat sampel (g) 2,0319 2,0587 2,0076 2,0667
Berat labu (g) 40,1434 40,1879 39,0529 38,4686
Berat setelah oven (g) 40,1725 40,2027 39,0753 38,4820
Kadar lemak (%) 1,4400 0,7200 1,1200 0,6500
Rataan (%) 1,08 0,89
= 0,72%
d. Hasil pengujian kadar protein
Segar Kukus
p1 p2 p1 p2
berat sampel 0,2809 0,1620 0,3466 0,1590
volume HCl 6,5750 4,4500 11,5750 5,1800
N HCl 0,1000 0,1000 0,1000 0,1000
kadar protein 8,2 9,61 11,7 11,35
Rataan 8,90 11,52
Segar Kukus
Komponen asam
lemak Ulangan ke-
1 2 1 2
Laurat 0,089 - 0,294 0,0573
Miristat 1,357 0,689 1,026 1,354
Palmitat 28,491 29,292 27,527 24,928
Stearat 0,815 0,749 1,850 1,662
Oleat 59,799 59,041 54,688 54,938
Linoleat 5,226 5,628 7,459 7,604
Linolenat 0,583 0,563 0,333 0,429
EPA (mg/100g) 0,086 0,087 0,074 0,067
DHA (mg/100g) 0,127 0,119 0,108 0,098
Kolesterol
(mg/100g) 83,010 83,950 72,660 71,570
Konsentrasi sampel
Asam lemak laurat (%) = x 100%
100 – (konsentrasi pelarut)
0,0654
Asam laurat kijing segar (%) = x 100%
100 – 26,8326
= 0,089%
Lampiran 7. Kromatogram standar asam lemak kaprat
Lampiran 8. Kromatogram standar asam lemak laurat
Lampiran 9. Kromatogram standar asam lemak miristat
Lampiran 10. Kromatogram standar asam lemak palmitat
Lampiran 11. Kromatogram standar asam lemak oleat
Lampiran 12. Kromatogram standar asam lemak linoleat
Lampiran 13. Kromatogram standar asam lemak linolenat
Lampiran 14. Kromatogram standar EPA dan DHA
Lampiran 15. Kromatogram standar kolesterol
Lampiran 16. Kromatogram asam lemak kijing segar ulangan ke-1
Lampiran 17. Kromatogram asam lemak kijing segar ulangan ke-2
Lampiran 18. Kromatogram asam lemak kijing kukus ulangan ke-1
Lampiran 19. Kromatogram asam lemak kijing kukus ulangan ke-2
Lampiran 20. Kromatogram EPA dan DHA kijing segar ulangan ke-1
Lampiran 21. Kromatogram EPA dan DHA kijing segar ulangan ke-2
Lampiran 22. Kromatogram EPA dan DHA kijing kukus ulangan ke-1
Lampiran 23. Kromatogram EPA dan DHA kijing kukus ulangan ke-2
Lampiran 24. Kromatogram kolesterol kijing segar ulangan ke-1
Lampiran 25. Kromatogram kolesterol kijing segar ulangan ke-2
Lampiran 26. Kromatogram kolesterol kijing kukus ulangan ke-1
Lampiran 27. Kromatogram kolesterol kijing kukus ulangan ke-2