ACHMAD GIFARI
6
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Achmad Gifari
C34070066
6
ABSTRAK
Keong macan, kerang tahu, dan kerang salju merupakan kerang konsumsi
yang pemanfaatannya belum optimal, karena kurangnya informasi mengenai
kandungan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah asam
lemak yang terdapat pada daging keong macan, kerang tahu, dan kerang salju.
Komposisi kimia dari tiga sampel diuji dengan metode termogravimetri, soxhlet
dan kjeldahl. Pengujian asam lemak menggunakan metode Gas Chromatography
(GC). Kadar air, abu, lemak, protein dan karbohidrat keong macan 78,44%,
1,20%, 0,33%, 17,38% dan 2,65% ; kerang tahu adalah 79,98%, 1,37%, 0,11%,
9,39% dan 9,02% ; dan kerang salju 83,78%, 1,19%, 0,11%, 11,37% dan 3,55%.
Keong macan, kerang tahu, dan kerang salju mengandung asam lemak jenuh,
yaitu laurat, miristat, palmitat dan stearat. Asam lemak tak jenuh tunggal yaitu
oleat dan palmitoleat, serta asam lemak tak jenuh jamak yaitu linoleat, linolenat,
arakhidonat, EPA dan DHA. Kandungan asam laurat tertinggi ditemukan pada
keong macan sebesar 0,55%. Kandungan miristat tertinggi pada kerang salju
sebesar 1,05%, asam palmitat dan stearat tertinggi ditemukan pada kerang salju
yaitu sebesar 11,22% dan 3,45%. Kandungan oleat tertinggi pada kerang salju
yaitu 3,81% dan asam palmitoleat tertinggi ditemukan pada kerang tahu yaitu
2,5%. Keong macan memiliki asam linoleat tertinggi yaitu 0,95%. Kandungan
linolenat tertinggi terdapat pada kerang salju yaitu 0,16% dan asam arakhidonat
tertinggi pada keong macan, yaitu 5,17%. Kandungan EPA dan DHA tertinggi
terdapat pada kerang tahu yaitu sebesar 2,03% dan 6,06%.
Kata kunci: asam lemak, Babylonia spirata, komposisi kimia, Meretrix meretrix,
Pholas dactylus,
ABSTRACT
6
dactylus contains saturated fatty acid is lauric, myristic, palmitic and stearic.
Monounsaturated fatty acid are oleic and palmitoleic, and polyunsaturated fatty
acids are linoleic, linolenic, arachidonic, EPA and DHA. The highest content of
lauric acid in the B. spirata at 0,55%. The highest content of myristic acid in P.
dactylus of 1,05%, the highest of palmitic and stearic acid in P. dactylus that is
equal to 11,22% and 3,45%. The highest content of oleic in P. dactylus is 3,81%
and the highest palmitoleat acid found in M. meretrix is 2,5%. B. spirata has the
highest linoleic acid at 0,95%. The highest content of linolenic acid found in P.
dactylus at 0,16% and the highest arachidonic acid in B. spirata, which is 5,17%.
The highest content of EPA and DHA found in M. meretrix are equal to 2,03%
and 6,06%.
6
KARAKTERISTIK ASAM LEMAK DAGING KEONG MACAN
(Babylonia spirata), KERANG TAHU (Meretrix meretrix) DAN
KERANG SALJU (Pholas dactylus)
ACHMAD GIFARI
C34070066
Skripsi
6
Judul : Karakteristik Asam Lemak Daging Keong Macan
(Babylonia spirata), Kerang Tahu (Meretrix meretrix) dan
Kerang Salju (Pholas dactylus)
Menyetujui,
Pembimbing I Pemimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan
Tanggal Lulus :
6
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul Karakteristik Asam Lemak Daging Keong Macan
(Babylonia spirata), Kerang Tahu (Meretrix meretrix), dan Kerang Salju
(Pholas dactylus); merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Asadatun Abdullah, S.Pi, M.Si, M.S.M dan Dr. Ir. Nurjanah masing-masing
selaku ketua dan anggota pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, masukan serta dana dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.Biol. selaku dosen penguji dan selaku ketua
program studi THP atas saran dan arahan dalam perbaikan skripsi ini.
3. Para staf Tata usaha THP terutama Pak Ade dan Bang Ismail atas arahan dan
kesabarannya.
4. Bu Ani, Mbak Mila dan mas Ian serta staf Lab Terpadu IPB yang telah
membantu dalam anlisis asam lemak.
5. Keluarga tercinta, Bapak (Supendi), Mama (Lisnawati), Kakak (Nano), Adek
(Nia Rahayu) dan Febriana Dewi K. atas segala doa, kasih sayang,
motivasinya, banyak mendukung, menemani saat susah maupun senang serta
selalu menyemangati penulis.
6. Tim bahan baku 2011 (Taufik, Dimas, Kiki, Yone, Indah, Fadil, Leni, Mprit,
Adi), Sabri, dan Azwin atas suka duka, perjuangan, kekompakkan, kerjasama
dan semangatnya dalam keadaan senang maupun susah.
7. Teman-teman THP44, THP43, THP42, THP45 dan THP46, serta pihak-
pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang memerlukan
Bogor, Juni 2011
Achmad Gifari
6
RIWAYAT HIDUP
6
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................. 2
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Keong Macan (Babylonia spirata) ........ 3
2.2 Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Tahu (Meretrix meretrix) ......... 4
2.3 Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Salju (Pholas dactylus) ............ 5
2.4 Lipid ............................................................................................... 6
2.5 Kromatografi Gas (Gas Chromatography) .................................... 11
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat ......................................................................... 14
3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 14
3.3 Metode Penelitian ........................................................................... 14
3.3.1 Persiapan contoh ..................................................................... 15
3.3.2 Rendemen ............................................................................... 15
3.3.3 Analisis kimia ......................................................................... 16
3.3.3.1 Analisis proksimat ............................................................. 16
3.3.4 Analisis asam lemak (AOAC 1995) ....................................... 18
6
4.3.3 Kadar protein .......................................................................... 28
4.3.4 Kadar abu ................................................................................. 29
4.4 Komposisi Asam Lemak ................................................................ 29
vi6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Hasil pengamatan panjang, lebar, tinggi dan bobot rata-rata
pada tiap jenis kerang ................................................................. 22
Tabel 2 Hasil pengamatan karakteristik fisik cangkang, daging, dan
jeroan keong macan, kerang tahu, dan kerang salju .................. 24
Tabel 3 Hasil uji proksimat kerang (n=2) ............................................... 26
Tabel 4 Nilai retention time asam lemak keong macan, kerang tahu,
dan kerang salju ......................................................................... 31
6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Keong macan (Babylonia spirata) ....................................... 3
Gambar 2 Kerang tahu (Meretrix meretrix) .......................................... 4
Gambar 3 Kerang salju (Pholas dactylus) ............................................ 5
Gambar 4 Struktur kimia lemak berdasarkan jumlah gliserida ............. 7
Gambar 5 Struktur EPA dan DHA ........................................................ 10
Gambar 6 Diagram alir metode penelitian ............................................ 15
Gambar 7 (a) Kromatografi, (b) Rekorder ............................................ 20
Gambar 8 Mekanisme kerja kromatografi gas ...................................... 20
Gambar 9 (a) Keong macan, (b) Kerang tahu, (c) Kerang salju, yang
diambil dari perairan Muara Angke ..................................... 23
Gambar 10 Rendemen pada tiga jenis kerang ........................................ 25
Gambar 11 Hasil analisis kadar asam lemak jenuh pada keong macan,
kerang tahu, dan kerang salju ............................................... 31
Gambar 12 Hasil analisis kadar asam lemak tak jenuh tunggal pada
keong macan, kerang tahu, dan kerang salju ....................... 32
Gambar 13 Hasil analisi kadar asam lemak tak jenuh majemuk pada ....
keong macan, kerang tahu, dan kerang salju......................... 33
6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data mofrometrik kerang tahu (Meretrix meretrix)(a), kerang
salju (Pholas dactylus)(b), dan keong macan (Babylonia spirata) .... 41
2 Gambar daging, jeroan, dan cangkang keong macan, kerang tahu,
dan kerang salju ................................................................................ 42
3 C ontoh perhitungan analisis proksimat ............................................ 43
4 Prosedur analisis asam lemak ........................................................... 46
5 Kromatogram asam lemak keong macan, kerang tahu, dan
kerang salju ....................................................................................... 47
6 Contoh perhitungan asam lemak ....................................................... 49
7 Dokumentasi kegiatan ....................................................................... 51
6
1
1 PENDAHULUAN
lemak. Hasil penelitian karakteristik asam lemak pada berbagai kerang ini
diharapkan menjadi salah satu informasi dasar dalam pengolahan kerang-kerangan
laut agar pengolahannya dapat dimanfaatkan secara optimum untuk memberikan
nilai tambah.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik, rendemen, dan kandungan gizi, serta menentukan jenis dan jumlah
asam lemak yang terdapat pada keong macan (Babylonia spirata), kerang tahu
(Meretrix meretrix), dan kerang salju (Pholas dactylus).
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi kerang bagian luar terdiri dari cangkang. Anatomi kerang bagian
dalam terdiri dari tiga bagian utama yaitu mantel, insang dan organ dalam. Mantel
besar menggantung di seluruh badan, dan membentuk lembaran yang luas dari
jaringan yang berada di bawah cangkang. Tepi mantel menghasilkan tiga lipatan
yaitu dalam, tengah dan luar. Pada lapisan luar bagian dalam permukaan terdapat
periostrakum dan di bagian luar permukaan terdapat lapisan zat kapur. Seluruh
permukaan mantel mensekresikan zat kapur (Rupert and Barnes 1994 diacu dalam
Sulistiawan 2007).
sebanyak 7000 ton/tahun dengan nilai sebesar 50-60 juta dolar Amerika. Budi
daya Haliotis iris dan Trochus sp. telah berhasil dilakukan di Australia, Fiji, dan
Kepulauan Solomon (Lawrence at al. 1998).
Cangkang keong laut juga dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dalam
pembuatan warna pakaian, antara lain Murex brandaris, M. miliaris, Thais
haemastoma, T. clavigella dan T. leucostoma. Selain itu, bubuk dari cangkang
juga sering ditambahkan dalam makanan ayam untuk memperkuat cangkang telur
ayam. Di beberapa negara seperti Cina dan Jepang, bubuk cangkang digunakan
sebagai bahan pengganti kalsium karbonat untuk membuat tanah liat cair dalam
produksi keramik. Campuran cangkang keong dan kerikil dapat digunakan
sebagai bahan pembuat beton dan semen. Zat kapur dari cangkang juga digunakan
dalam industri lem atau perekat (Bourquin & Mayhew 1999).
2.5 Lipid
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut
dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, misalnya
kloroform atau eter. Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak atau
triasilgliserol yang merupakan bahan bakar utama bagi hampir semua organisme.
Lipid itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu: 1) lipid netral, 2)
fosfolipida, 3) spingolipid dan 4) glikolipid. Semua jenis lipid ini banyak terdapat
di alam (Suhardi et al. 2007).
Lipid berasal dari bahasa Yunani, lipos yang berarti lemak yang
merupakan segolongan besar senyawa yang tidak larut air yang terdapat di alam.
Lipid berperan penting sebagai 1) komponen struktural membran; 2) lapisan pada
beberapa jasad; 3) energi cadangan; 4) komponen permukaan sel yang berperan
dalam proses interaksi antara sel dengan senyawa kimia di luar sel, seperti dalam
proses kekebalan jaringan, dan 5) sebagai komponen dalam proses pengangkutan
melalui membran (Grosch 1999).
Kelompok-kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan struktur kimia
tertentu. Kelompok-kelompok lipida tersebut (Suhardi et al. 2007), yaitu:
1) Kelompok trigliserida, yaitu lemak, minyak dan asam lemak
2) Kelompok turunan asam lemak
8
atom karbon 4-24, memiliki gugus karboksil tunggal dan ujung hidrokarbon
nonpolar yang panjang menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut
dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Johnson dan Davenport 1971).
Penamaan asam lemak berdasarkan pada jumlah atom karbon dan posisi ikatan tak
jenuh dari gugus karboksilnya (Lobb 1992).
Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan tak jenuh. Asam
lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi daripada asam lemak tak jenuh dan
merupakan dasar dalam menentukan sifat fisik lemak dan minyak. Lemak yang
tersusun oleh asam lemak tak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar,
sedangkan lemak yang tersusun oleh asam lemak jenuh akan berbentuk padat.
Asam lemak tak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap disebut asam lemak
tak jenuh tunggal (Monounsaturated fatty acid/MUFA). Asam lemak yang
mengandung dua atau lebih ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh
majemuk (Polyunsaturated fatty acid/PUFA) (Muchtadi et al. 1993). Semakin
panjang rantai karbon dan semakin banyak jumlah ikatan rangkapnya, maka
semakin besar kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Berikut ini merupakan berbagai jenis asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty
Acid) (OKeefe et al. 2002).
1. Asam lemak n-3 (Omega 3)
Bentuk paling umum dari omega 3 adalah asam eikosapentaenoat (EPA),
asam dokosaheksaenoat (DHA) dan asam alpha-linolenat, yang membantu
membentuk EPA dan DHA. Omega 3 dapat dihasilkan dari minyak ikan, terdiri
atas rantai panjang dari asam linolenat.
a) Asam -linolenat (18:3n-3)
Asam lemak ini dihasilkan di dalam tubuh tumbuhan oleh desaturasi 12
dan 15 asam oleat. Bersama asam oleat, asam -linolenat menggantikan satu dari
dua produk PUFA primer biosintesis asam lemak. Asam lemak ini terdapat pada
daun tumbuhan dan komponen kecil dari minyak biji.
b) Asam eikosapentaenoat (20:5n-3)
Asam eikosapentaenoat (EPA) dapat dihasilkan oleh alga laut dan pada
hewan melalui desaturasi atau elongasi -linolenat. Eikosapentaenoat adalah
10
produk primer asam lemak minyak ikan ( 20-25% berat) walaupun tidak
dihasilkan oleh ikan.
c) Asam dokosapentaenoat (22:5n-3)
Asam dokosapentaenoat merupakan elongasi hasil EPA dan muncul di
banyak lipid laut. Asam DPA dapat diubah menjadi DHA lewat tiga langkah
melibatkan dasaturasi 6 pada hewan.
d) Asam dokosaheksaenoat (22:6n-3)
Asam dokosaheksaenoat dihasilkan oleh alga laut dan komponen primer
minyak ikan ( 8-20% berat). Produksi DHA pada hewan berasal dari asam
linolenat terjadi melalui proses desaturasi/elongasi -linolenat menjadi 24:5n-3.
Asam lemak tak jenuh rantai yang sangat panjang ini didesaturasi oleh desaturasi
6 (kemungkinan enzim desaturasi 6) dan menghasilkan asam lemak lewat satu
siklus -oksidasi membentuk DHA.
2. Asam lemak n-6 (Omega 6)
Omega 6 umumnya ditemukan pada tanaman. Berikut merupakan
beberapa jenis asam lemak omega 6:
a) Asam linoleat (18:2n-6)
Asam linoleat dan -linolenat adalah prekursor dalam sintesis PUFA.
Asam linoleat diproduksi dari tanaman dan secara khusus banyak dikandung pada
seed oil. Walaupun alam memproduksi asam linoleat setara -linolenat, namun
dapat ditemukan beberapa cadangan makanan.
b) Asam -linolenat (18:3n-6)
Asam -linolenat (GLA) diproduksi pada hewan dan tumbuhan rendah
melalui desaturasi 6 asam linoleat. Asam linoleat pada hewan didesaturasi oleh
6 desaturase untuk menghasilkan asam -linolenat sebagai produk intermediet
dalam produksi asam arakhidonat.
c) Dihomo-asam--linolenat (20:3n-6)
Elongasi produk asam linolenat, dihomo--linolenat (DGLA) adalah
komponen terkecil fosfolipid hewan. Dihomo--linolenat berperan sebagai
prekursor pembentukan asam lemak esensial asam arakhidonat.
11
d) Asam arakhidonat
Asam arakhidonat merupakan hasil desaturasi dan elongasi asam linoleat
pada hewan. Asam arakhidonat diproduksi pada alga laut. Asam arakhidonat
merupakan asam lemak esensial sebagai prekursor untuk eikosanoid.
e) Asam dokosatetraenoat (22:4n-6)
Asam dokosatetraenoat merupakan hasil elongasi langsung asam
arakhidonat dan terdapat sedikit pada jaringan hewan.
3. Asam lemak n-9 (Omega 9)
Asam lemak omega 9 juga tergolong ke dalam jenis asam lemak non-
esensial yaitu asam lemak yang dapat disintesa oleh tubuh. Asam oleat merupakan
omega 9 yang tergolong asam lemak tak jenuh tunggal yang paling penting.
a) Asam oleat (18:1n-9)
Asam oleat merupakan produk desaturasi 9 asam stearat dan diproduksi
pada tumbuhan, hewan dan bakteri. Asam oleat adalah asam tak jenuh yang paling
umum dan merupakan prekursor untuk produksi sebagian besar PUFA.
b) Asam erukat (22:1n-9)
Asam erukat adalah asam lemak tak jenuh tunggal rantai panjang
ditemukan dalam tumbuhan, terutama dalam rapeseed. Asam erukat merupakan
produk elongasi asam oleat.
Asam lemak memiliki fungsi yang penting bagi tubuh. Asam lemak
esensial digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel dan
untuk membuat bahan-bahan seperti hormon yang disebut eikosanoid. Eikosanoid
membantu mengatur tekanan darah, proses pembekuan darah, lemak dalam darah
dan respon imun terhadap luka dan infeksi (Thoha 2004). Salah satu contoh asam
lemak tak jenuh adalah omega-3.
Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap pada atom C urutan ke-3 jika dihitung dari gugus C (metil). Asam lemak
yang merupakan kelompok omega-3 adalah asam -linolenat (18:3; ALA), asam
(22:6; DHA), dan asam (20:5; EPA). Struktur kimia EPA dan DHA dapat dilihat
pada Gambar 3.
Asam linolenat (18:3) merupakan asam lemak esensial, karena dibutuhkan
tubuh namun tubuh tidak dapat mensintesisnya. Turunan dari asam linolenat
12
adalah EPA dan DHA. Ikan dapat mengubah asam linolenat menjadi EPA dan
DHA, namun perubahan ini terjadi tidak efisien pada manusia (Almatsier 2000).
EPA dan DHA berfungsi sebagai pembangun sebagian besar korteks cerebral otak
dan pertumbuhan organ lainnya (Ackman 1994). EPA berperan dalam mencegah
penyakit degeneratif sejak janin dan
dan pada saat dewasa. EPA sangat diperlukan
dalam pembentukan sel-sel pembuluh darah dan jantung pada saat janin dalam
kandungan. EPA diperlukan dalam melancarkan pembuluh darah dan pengatur
sirkulasi pada jantung pada saat dewasa (Muchtadi et al. 1993).
3 METODOLOGI
Analisis kimia:
1. Analisis proksimat
2. Analisis asam lemak
3.3.2 Rendemen
Rendemen dihitung sebagai persentasi bobot bagian tubuh keong macan dari
bobot awal. Adapun perumusan matematik adalah sebagai berikut:
BC ( gram)
Rendemen (%) = 100%
BT ( gram)
Keterangan :
BC : Bobot contoh (gram)
BT : Bobot total (gram)
Keterangan:
A = Berat cawan abu porselen kosong (gram)
B = Berat cawan abu porselen dengan sampel (gram)
C = Berat cawan abu porselen dengan sampel setelah dikeringkan (gram)
cresol green) yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperolah
200 ml destilat yang bercampur dengan H3BO3 dan indikator dalam erlenmeyer.
Perhitungan jumlah nitrogen dalam bahan:
W3 W2
% Kadar lemak = x 100%
W1
Keterangan:
W1 = Berat sampel (gram)
W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)
melalui beberapa puncak pada waktu retensi tertentu sesuai dengan karakter
masing-masing asam lemak. Sebelum melakukan injeksi metil ester, terlebih
dahulu lemak diekstraksi dari bahan lalu dilakukan metilasi sehingga terbentuk
metil ester dari masing-masing asam lemak yang didapat (Fardiaz 1989).
Standar asam lemak yang digunakan, yaitu kaprat (C10:0), laurat (C12:0),
miristat (C14:0), palmitat (C16:0), stearat (C18:0), linoleat (C18:2), linolenat
(C18:3), EPA (C20:3), dan DHA (C22:6). Kadar asam lemak dapat dihitung
dengan:
(a) (b)
Gambar 6 (a) alat kromatografi gas; (b) tabung gas pembawa
22
Pengendali aliran
Injektor
Kolom seperator
Detektor
Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga kerang
yaitu keong macan (Babylonia spirata), kerang tahu (Meretrix meretrix) dan
kerang salju (Pholas dactylus) yang diperoleh dari pasar ikan Muara Angke di
Jakarta. Hasil pengukuran rata-rata panjang, lebar, tinggi dan bobot keong macan,
kerang tahu dan kerang salju dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengamatan panjang, lebar, tinggi, dan bobot rata-rata pada tiap
jenis Kerang.
Parameter
No Jenis Kerang Panjang Lebar Tinggi Berat
(cm) (cm) (cm) (gram)
1. Keong Macan
4,27 0,27 2,87 0,17 1,94 0,19 16,65 2,47
(Babylonia spirata)
2. Kerang Tahu
4,26 0,27 3,60 0,29 1,89 0,22 20,85 4,16
(Meretrix meretrix)
3. Kerang Salju
6,66 0,37 2,88 0,31 2,10 0,24 17,95 2,36
(Pholas dactylus)
*Menggunakan 30 ekor kerang
oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam merupakan faktor
yang sukar untuk dikontrol, contohnya keturunan. Sedangkan faktor luar
merupakan faktor yang dapat dikontrol, diantaranya adalah makanan dan suhu.
Pertumbuhan kerang sendiri dapat dilihat dari garis-garis di sekeliling umbo yang
merupakan garis pertumbuhan tahunan.
Daerah penyebaran moluska terutama meliputi wilayah Indo-Pasifik
termasuk Indonesia dan umumnya ditemukan hidup di perairan dangkal di daerah
tropik (Robert et al. 1982). Moluska yang hidup pada perairan yang realtif tenang
akan tumbuh lebih baik daripada moluska yang hidup dalam perairan yang
mengalir (Sianipar 1977 dan Anwar 1977 diacu dalam Suwigyo et al. 1981). Hal
ini karena moluska bersifat filter feeder artinya mekanisme makan bergabung
dengan mekanisme pernapasan. Ketika kerang menyaring air, maka zat-zat
makanan seperti fitoplankton serta organisme mikroskopik lain akan ikut tersaring
dan kemudian diubah menjadi jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kerang dari segi ukuran dan bobot. Morfologi keong macan, kerang
tahu dan kerang salju yang diambil dari pasar ikan Muara Angke disajikan pada
Gambar 9.
Gambar 9 a) Keong macan, b) kerang tahu dan c) kerang salju yang diambil dari
perairan Muara Angke
Sampel Keong macan, kerang tahu dan kerang salju yang diperoleh,
kemudian dipreparasi untuk mengeluarkan daging, jeroan dan memisahkannya
dari cangkang.. Bentuk cangkang, daging dan jeroan kemudian diamati
karakteristik fisiknya. Hasil pengamatan karakteristik fisik cangkang, daging dan
jeroan keong macan, kerang tahu dan kerang salju dapat dilihat pada Tabel 2.
Bentuk cangkang, daging dan jeroannya ditampilkan pada Lampiran 2.
25
Tabel 2 Hasil pengamatan karakteristik fisik cangkang, daging dan jeroan keong
macan kerang tahu dan kerang salju.
Karakteristik
Kerang Cangkang Daging Jeroan
fisik
Putih
Coklat gelap gading dan
Warna Coklat, hitam
Keong dengan pola loreng berwarna
macan orange
Lunak dan mudah
Tekstur Keras Kenyal
hancur bila ditekan
Putih dengan garis
Warna Putih Coklat kekuningan
Kerang hitam di ujung
tahu Lunak dan mudah
Tekstur Keras Kenyal
hancur bila ditekan
Putih
Warna Putih kehitaman Coklat kekuningan
Kerang gading
salju Lunak dan mudah
Tekstur Keras Kenyal
hancur bila ditekan
4.2 Rendemen
Rendemen merupakan presentase perbandingan antara berat bagian bahan
yang dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Nilai rendemen digunakan
untuk mengetahui nilai ekonomis suatu produk atau bahan. Semakin tinggi nilai
26
80
67,03 67,44
70
60,64
60
Rendemen (%)
50
40
30 21,81 23,86
18,16
20 15,48
11,16 14,8
10
0
Keong Macan Kerang Tahu Kerang Salju
Jenis kerang
Gambar 10 Rendemen keong macan, kerang tahu dan kerang salju: daging,
Jeroan, cangkang
Rendemen cangkang lebih dari setengah berat kerang yang digunakan,
yaitu sebesar 61-67%. Hal ini menunjukkan bahwa cangkang kerang sangat
potensial untuk dimanfaatkan. Cangkang kerang tersusun dari molekul-molekul
kalsium dalam bentuk kalsium karbonat (Suwignyo et al. 2005; Castro dan Huber
2007), sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber kalsium setelah melalui
proses pengolahan dan pemurnian terlebih dahulu. Proses pengolahan dan
pemurnian perlu dilakukan untuk menghilangkan pigmen-pigmen pada lapisan
pertama cangkang gastropoda, yaitu pada lapisan periostrakum yang melindungi
lapisan kalsium karbonat di bawahnya. Kalsium karbonat terdapat pada 3 lapisan
di bawah periostrakum, yaitu lapisan prismatik, lapisan lamella dan lapisan
hypostracum (Suwignyo et al. 2005).
Rendemen isi cangkang (daging dan jeroan) kerang berkisar antara
31-39% yang terdiri dari 14-22% dari daging dan 11-24% dari jeroan. Menurut
Zaitsev (1969) diacu oleh Mathlubi (2006), umumnya rendemen cangkang
27
moluska 53-65%, daging 19-28% dan cairan dalamnya sebesar 9-25%. Isi
cangkang kerang juga berpotensi untuk dimanfaatkan dengan jumlah yang
berkisar antara 31-39%. Pemanfaatannya bisa berupa dijadikan bahan pangan
karena kerang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi serta rasa yang lezat dan
mudah didapat. Sama seperti ikan dan hewan laut lainnya daging kerang
mempunyai kandungan asam lemak omega-3 dan omega-6 yang bermanfaat bagi
perkembangan otak dan untuk pencegahan penyakit jantung yaitu
docosahexaenoic acid (DHA) dan eiocasapentatonoic acid (EPA)
(Natural Hub 2000).
Kamil et al. (1998). Perbedaaan kadar air antar kerang terjadi diduga karena
adanya pengaruh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang diduga
kuat menjadi penyebab perbedaan ini adalah sifat genetik antara kerang yang di
uji berbeda dengan kerang yang diuji sebelumnya. Faktor eksternal yang diduga
berpengaruh adalah habitat dan kondisi lingkungan yang berbeda. Sifat genetik,
habitat dan kondisi lingkungan yang berbeda ini diduga berpengaruh pada kadar
komponen gizi lain dalam tubuh kerang, misalnya kadar protein dan kadar lemak.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran
dan daya tahan bahan tersebut (Winarno 2008).
Prinsip analisis kadar air yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
mengukur berat air bebas yang teruapkan dan tidak terikat kuat dalam jaringan
bahan dengan bantuan panas. Air yang teruapkan ini merupakan air tipe III
(Winarno 2008). Air tipe III ini biasa disebut air bebas dan merupakan air yang
hanya terikat secara fisik dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler,
serat dan lain sebagainya. Air ini dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba
dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi (Winarno 2008). Tingginya kadar air tipe
III ini pada kerang, dapat menyebabkan kerang mudah sekali mengalami
kerusakan (highly perishable) apabila tidak ditangani dengan benar. Hal ini
karena air tipe ini dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan mikroba dan juga reaksi
kimiawi dalam jaringan yang diduga melibatkan enzim, salah satunya enzim
protease seperti katepsin.
Analisis kadar lemak yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan lemak yang terdapat pada isi cangkang kerang. Lemak
sendiri merupakan komponen yang dibentuk dari unit struktural yang bersifat
hidrofobik. Lemak larut pada pelarut organik (non polar) dan tidak larut dalam air
(polar) (Belitz et al. 2009), sehingga penelitian ini menggunakan pelarut organik
n-heksana yang bersifat non polar, untuk mengekstrak lemak dari dalam bahan
(isi cangkang kerang).
Hasil pengujian menunjukkan bahwa keong macan mengandung lemak
dalam kadar yang cukup rendah, yaitu keong macan hanya sebesar 0,33%, kadar
29
lemak kerang tahu sebesar 0,24% dan kadar lemak kerang salju sebesar 0,11%.
Nilai ini tidak jauh berbeda dengan hasil pengujian kadar lemak kerang yang
dilakukan oleh Nurjanah et al. (1996) dan Kamil et al. (1998), dimana kadar
lemak kerang pada penelitian-penelitian tersebut berkisar antara 0,40% hingga
0,91%.
Perbedaan kadar lemak antar kerang diatas dapat terjadi karena pengaruh
beberapa faktor, yaitu umur, habitat, ukuran dan tingkat kematangan gonad. Kadar
lemak yang rendah dapat disebabkan karena kandungan air dalam kerang sangat
tinggi, sehingga secara proporsional persentase kadar lemak akan turun drastis.
Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa kadar air umumnya
berhubungan terbalik dengan kadar lemak (Yunizal et al. 1998). Hubungan
tersebut mengakibatkan semakin rendahnya kadar lemak, apabila kadar air yang
terkandung dalam bahan jumlahnya cukup tinggi.
Lemak dapat dikatakan sebagai sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Hal ini karena 1 gram lemak dapat
menghasilkan 9 kkal, dimana nilai tersebut lebih besar dibandingakn dengan
energi yang dihasilkan oleh 1 gram karbohidrat atau protein, yaitu 4 kkal. Lemak
juga dapat digunakan sebagai sumber asam lemak esensial dan vitamin (vitamin
A, D, E dan K) (Winarno 2008; Belitz et al. 2009).
oleh beberapa faktor, yaitu habitat, umur, makanan yang dicerna, laju
metabolisme, laju pergerakan dan tingkat kematangan gonad.
Protein merupakan makromolekul yang dibentuk dari asam amino-asam
amino yang berikatan peptida. Protein berfungsi sebagai bahan bakar dalam
tubuh, serta berperan sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein merupakan
sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak ataupun karbohidrat. Molekul protein juga mengandung
fosfor, belerang dan ada pula jenis protein yang mengandung unsur logam seperti
besi dan tembaga (Winarno 2008).
nonpolar yang panjang menyebabkan hampir semua lipid bersifat tidak larut
dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Johnson dan Davenport 1971).
Identifikasi tiap komponen asam lemak dilakukan dengan membandingkan
waktu retensinya dengan standar pada kondisi analisis yang sama. Retention time
merupakan waktu yang diperlukan oleh sampel mulai dari saat injeksi sampai
sampel mencapai peak maksimum (Riyadi 2009). Pada peak asam lemak sampel,
dihasilkan nilai retention time yang mendekati nilai retention time standar asam
lemak. Nilai Retention Time (RT) asam lemak pada keong macan, kerang tahu dan
kerang salju dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai retention time asam lemak keong macan, kerang tahu, dan kerang
salju.
Nilai Rata-Rata Retention
Nilai Standar
Time Sampel (menit)
No Jenis Asam Lemak Retention Time
Keong Kerang Kerang (menit)
macan tahu salju
1 Asam laurat 12,301 12,306 12,295 12,294
2 Asam miristat 14,939 14,943 14,932 14,931
3 Asam palmitat 17,770 17,789 17,760 17,757
4 Asam palmitoleat 18,778 18,785 18,767 18,768
5 Asam stearat 20,719 20,729 20,706 20,704
6 Asam oleat 21,718 21,725 21,712 21,710
7 Asam linoleat 23,368 23,370 23,357 23,354
8 Asam linolenat 25,513 25,516 25,497 25,494
9 Asam arakhidonat 30,703 30,698 30,675 30,672
10 EPA 33,778 33,790 34,056 34,053
11 DHA 40,839 40,849 40,814 40,811
lainnya seperti karbohidrat, mineral dan lemak. Sampel yang mengandung banyak
komponen di dalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak peak.
Selain itu, noise juga terbentuk akibat adanya pemecahan asam lemak yang tidak
sempurna selama hidrolisis lemak berlangsung (Riyadi 2009).
Hasil analisis memperlihatkan bahwa asam lemak yang terkandung dalam
keong macan, kerang tahu, dan kerang salju terdiri atas asam lemak jenuh, yaitu
laurat, miristat, palmitat dan stearat. Asam lemak tak jenuh tunggal, yaitu oleat
dan palmitoleat serta asam lemak tak jenuh jamak, yaitu linoleat, linolenat,
arakhidonat, EPA dan DHA. Asam laurat, miristat, palmitat dan stearat
merupakan asam lemak berantai panjang yang secara luas terdapat di alam.
Berdasarkan Gambar 11 kandungan asam laurat tertinggi ditemukan pada
keong macan yaitu sebesar 0,55%. Kandungan asam miristat ditemukan pada
keong macan, kerang tahu dan kerang salju , yaitu sebesar 0,66% dan 0,19%, dan
0,04%. Asam palmitat ditemukan pada ketiga spesies tersebut, yaitu sebesar
3,58%, 9,85%, dan 11,22%. Sama halnya dengan asam palmitat, asam stearat juga
ditemukan pada ketiga spesies tersebut, yaitu sebesar 2,58%, 2,91%, dan 3,45%.
12 11,22
9,85
Kadar asam lemak jenuh (%)
10
4 3,58 3,45
2,91
2,58
2 1,05
0,55 0,66
0,02 0,04 0,19
0
Laurat Miristat Palmitat Stearat
ditemukan pada kerang salju yaitu sebesar 11,22% dan 3,45%. Penelitian
Prasastyane (2009) menunjukkan hasil analisis asam palmitat pada kijing
(Pilsbryoconcha exillis) adalah sebesar 28,89%. Menurut Osman et al. (2007),
palmitat merupakan asam lemak jenuh yang paling banyak ditemukan pada bahan
pangan yaitu 15-50% dari seluruh asam-asam lemak yang ada. Asam palmitat
dapat meningkatkan risiko aterosklerosis, kardiovaskular dan stroke. Asam
palmitat digunakan sebagai bahan baku shampo, sabun lunak dan krim
(Nicolosi 1998 diacu dalam Witjaksono 2005). Asam stearat dapat menyebabkan
trombogenik atau pembekuan darah, hipertensi, kanker, dan obesitas
(Grundy 1994 diacu dalam Witjaksono 2005). Asam laurat sebagai monogliserida
biasa digunakan dalam industri pharmaceutical sebagai antibakteri, antivirus dan
anti protozoa serta digunakan juga dalam industri sabun dan kosmetik. Asam
laurat bertanggung jawab terhadap naiknya LDL darah dan berhubungan dengan
serangan jantung (Mary 1999 diacu dalam Witjaksono 2005).
Komposisi jumlah asam lemak jenuh yang dihasilkan dalam penelitian ini
berbeda-beda. Berdasarkan Gambar 11 asam lemak yang dimiliki kerang salju
lebih tinggi dibandingkan dengan keong macan dan kerang tahu. Hal ini diduga
karena adanya pergantian musim, letak geografis, dan salinitas lingkungan yang
berbeda (Ozyurt et al. 2006).
Kadar asam tak lemak jenuh tunggal (%)
4.5
4,5
4 3,81
3,5
3.5
3
2,5
2.5
2,5 2,2 2,27
2
1,42
1,5
1.5
1 0,78
0.5
0,5
0
Palmitoleat Oleat
Asam lemak tak jenuh tunggal
Gambar 12 Hasil analisis kadar asam lemak tak jenuh tunggal (%) keong
macan, kerang tahu, dan kerang salju
34
Gambar 12 menunjukan bahwa asam lemak tak jenuh tunggal pada keong
macan, kerang tahu dan kerang salju didominasi oleh asam oleat (C18:1), yaitu
sebesar 3,81% dan 2,27% pada kerang tahu, serta 1,42% pada keong macan.
Penelitian Prasastyane (2009) menunjukkan bahwa hasil analisis asam oleat pada
kijing (Pilsbryoconcha exillis) adalah 59,42%. Kandungan rata-rata oleat pada
berbagai kerang adalah sebesar 25 mg/100 g atau 0,025%. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan komposisi jenis lemak yang dikonsumsi dari
lingkungan hidupnya (Leblanc et al. 2008). Asam oleat lebih stabil dibandingkan
dengan asam linoleat dan linolenat, terlihat dari peranannya dalam meningkatkan
HDL kolesterol yang lebih besar dan menurunkan LDL kolesterol di dalam darah
(Muchtadi et al. 1993). Asam palmitoleat tertinggi ditemukan pada kerang tahu
yaitu sebesar 2,5%. Kerang salju 2,2% dan keong macan sebesar 0,78%.
Perbedaan komposisi asam lemak tidak jenuh pada kerang diduga adanya
perbedaan jenis spesies, ketersediaan pakan, umur dan ukuran.
Asam lemak tak jenuh majemuk (PUFA) terdiri atas linoleat (C18:2, n-6)
dan linolenat (C18:3, n-3). Jenis asam lemak tak jenuh majemuk didominasi oleh
linoleat (C18:2, n-6), yaitu 0,95% pada keong macan, 0,49% kerang tahu dan
0,31% kerang salju. Kandungan linolenat (C18:3, n-3) yaitu 0,07% pada keong
macan, 0,16% kerang tahu, dan 0,11% pada kerang salju.Kandungan arakhidonat
tertinggi ditemukan pada keong macan sebesar 5,17%. Kerang tahu dan kerang
salju memiliki kandungan arakhidonat sebesar 2,1% dan 1,8%. Jenis asam lemak
tak jenuh jamak yaitu EPA (C20:5) tertinggi ditemukan pada kerang tahu sebesar
2,03%, kerang salju sebesar 1,05% dan keong macan sebesar 0,65% . Kandungan
DHA (C22:6) tertinggi ditemukan pada kerang tahu yaitu sebesar 6,06%, kerang
salju 3,22% dan keong macan sebesar 2,91%.
Keong macan memiliki kandungan asam linoleat yang tertinggi, yaitu
sebesar 0,95% dibandingkan dengan kerang tahu dan kerang salju. Hasil ini lebih
kecil dibandingkan dengan penelitian Mursyidin (2007), dimana kandungan asam
linoleat ketam pasir (Emerita spp.) adalah 9,90%. Perbedaan tersebut dapat
disebabkan oleh ketersediaan pakan, habitat dan suhu perairan
(Guderley et al. 2007). Kandungan linolenat (omega-3) tertinggi terdapat pada
kerang salju, yaitu sebesar 0,16%. Hasil ini berbeda dibandingkan dengan
35
7
6,06
Kadar asam tak lemak jenuh
6
5,17
5
majemuk(%)
4
3,22
2,91
3
2,1 2,03
1,8
2
0,95 1,05
1 0,49 0,31 0,65
0,07 0,16 0,11
0
Linoleat Linolenat Arakhidonat EPA DHA
Gambar 13 Hasil analisis kadar asam lemak tak jenuh majemuk (%) pada
keong macan, kerang tahu, kerang salju.
Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak tidak jenuh yang kaya akan
ikatan rangkap yakni mempunyai ikatan rangkap 3 dalam struktur molekulnya,
yang mempunyai peranan positif pada kesehatan manusia yaitu antara lain: dapat
menurunkan kadar kolesterol, membantu perkembangan syaraf pada bayi,
36
5.1 Kesimpulan
Rendemen tertinggi dari keong macan, kerang tahu dan kerang salju
terdapat pada cangkang yaitu sebesar 61-67%. Kadar air tertinggi terdapat pada
kerang salju yaitu sebesar 83,78%, sedangkan kadar lemak, protein dan abu
tertinggi terdapat pada keong macan, secara berurut yaitu 0,33%, 17,38%, dan
1,4%.
Komposisi asam lemak jenuh tertinggi yaitu berupa palmitat sebesar
11,22% terdapat pada kerang salju. Komposisi asam lemak tak jenuh tunggal
didominasi oleh asam oleat yaitu sebesar 2,81% yang terdapat kerang salju.
Komposisi asam lemak tak jenuh majemuk tertinggi yaitu DHA sebesar 6,06%
terdapat pada kerang tahu. Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia dan asam
lemak, kandungan asam lemak terbaik ditemukan pada kerang tahu
(Meretrix meretrix).
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan asam lemak
keong macan, kerang tahu dan kerang salju setelah diolah, serta penelitian
tentang kandungan logam berat untuk keamanan pangan apabila akan dikonsumsi
mentah.
DAFTAR PUSTAKA
Hernandez F, Melgarejo P, Olias JM, and Artes F. 2003. Fatty Acid Composition
and Lipid Content of Seed Oil from Three Commercial Pomegranate
Cultivars. Ciheam-Options Mediterrannennes.
Hirschler B. 2002. Poison sea snail yields painkiller. http://www.
theage.com.au/news/state/2002/01/28/FFXY7QQPXWC.html, diakses
14 Mei 2002.
Kamil, Zahiruddin W, Sumaryanto H. 1998. Pengaruh metode pengolahan
terhadap mutu tepung siput murbei (Pomacea sp.). Buletin Teknologi
Hasil Perikanan 5(2):24-26.
Lawrence C. 1998a. Aquaculture in Western Australia: Trochus. Department of
Fisheries.http://www.wa.gov.au/westfish/aqua/broc/aqwa/trochus/trochu
s.04html, diakses 13 Mei 2002.
Leblanc JC, Volatier JL, Aouachria NB, Oseredczuk M, dan Sirot V. 2008. Lipid
and fatty acid composition of fish and seafood consumed in France.
Journal of Food Composition and Analysis 21:8-16.
Muchtadi D, Palupi NS, dan Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pusat
Antar Universitas, IPB. Bogor : Pustaka Sinar Harapan.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, and Rodwell VW. 1999. Biokimia Harper
(terj.). edisi ke-24. Penerbit Buku Kedokteran, E. G. C. Jakarta, hal.
242-250.
Mursyidin DH. 2007. Kandungan asam lemak omega 6 pada ketam pasir
(Emerita spp.) di pantai selatan yogyakarta. Bioscientiae 4(2):79-84.
Natural Hub. 2000. Natural food-seafood and freshwater food.
http://www.naturalhub.-com/ natural_food_guide_seafood.htm, diakses
14 Mei 2002. Passfield AT. 1996.
Nurjanah, Fitrial Y, Suwandi R, Daritri ES. 1996. Pembuatan kerupuk keong mas
(Pomacea sp.) dengan penambahan tepung beras ketan dan flavor udang.
Buletin Teknologi Hasil Perikanan 2(2):43-51.
Osman F, Jaswir I, Khazaai H, Hashim R. 2007. Fatty Acid Profiles of Fin Fish
in Lengkawi Island, Malaysia. J.Oleo Science 56: 107-113
Ozyurt G, Duysak O, Akamca E, dan Tureli C. 2006. Seasonal changes of fatty
acid of cuttlefish sepia officianals (Mollusca : Chepalopoda) in the north
eastern mediterranean sea. Food chem 95: 382-385.
Pustaka IPTEK. 2008. Konsep Biomonitoring dan Ekotoksikologik: Upaya
Pelestarian Sumberdaya Alam Secara Swadaya dari dan untuk
Masyarakat. http: //www.iptek.net.id [15 Maret 2009].
Robert D, Soemodihardjo S, Kastoro W. 1982. Shallow Water Marine Mol-lusc of
North-West Java: Jakarta: Lembaga Oseanologi Nasional, LIPI.hlm 1-
103.
Riyadi W. 2009. Identifikasi Signal Kromatogram HPLC.
http://www.wordpress.com [2 April 2011].
Rusyadi, Sefri. 2006. Karakteristik gizi dan potensi pengembangan kerang pisau
(Solen spp) di perairan kabupaten pamekasan Madura [skripsi]. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
South R, Skelton P. 2000. Status of coral reefs in the Southwest Pacific: Fiji,
Nauru, New Caledonia, Samoa, Solomon Islands, Tuvalu and Vanuatu.
Perth-Western Australia. International Ocean Institute Operational Center
For The Pacific Islands (IOI-Pacific Islands GCRMNNode). hlm 159-
180.
Sulistiawan RSN. 2007. Potensi kijing (Pilsbryoconcha exilis) sebagai biofilter
perairan di waduk Cirata, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. [skripsi].
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Supriyantini E, Widowati I, dan Ambariyanto. 2007. Kandungan Asam Lemak
Omega-3 (Asam Linolenat) pada Kerang Totok Polymesoda erosa yang
diberi pakan Tertraselmis chuii dan Skeletonema costatum. Ilmu kelautan.
2(12):97-103
Suwignyo P, Basmi J, Batu DTFL, Affandi R. 1981. Studi Biologi Kijing Taiwan
(Anodonta woodiana Lea). Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian
Bogor.
Suwigyo S, Widigdo, Wardiatno Y, Kristianti M, 2005. Avertebrata Air. Penebar
Swadaya : Bogor. [21 November 2008].
Tewfik A, Guzman HM, Jacome G. 2001. Assesment of the Queen Conch
Strombus gigas (Gastropoda: Strombidae) Population in Cayos
Cochinos, Honduras. http://www.rbt.ucr.ac.cr/revistas/suplemen/
honduras/12tew2.htm, diakses 15 Mei 2002.
Winarno FG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press.
Witjaksono HT. 2005. Komposisi Kimia Ekstrak dan Minyak dari Lintah Laut
(Discodoris boholensis) [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut
Pertanian Bogor.
Webster L, Gaeta RR, Leong MS, Ellis D. 2001. Ziconotide efficacy in patient
with chronic intractable pain of malignant origin: Efficacy as a function
of patient characteristics. http://www.asco.org/prof/me/html/
01abstracts/0037/1550.htm, diakses 13 Mei 2002.
Yunizal, Murtini JT, Dolaria N, Purdiwoto B, Abdulrokhim, Carkipan. 1998.
Prosedur Analisis Kimiawi Ikan dan Produk Olahan Hasil-Hasil
Perikanan. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan.
40
LAMPIRAN
41
a Kadar air
Kerang tahu Kerang salju Keong macan
1 2 1 2 1 2
Berat sampel + cawan (g) 30,35 29,29 26,8614 26,1060 28,87 25,03
Berat cawan (g) 25,22 24,28 25,4915 24,8152 23,87 20,06
Berat sampel (g) 5,13 5,01 1,3699 1,2908 5,00 5,01
Berat setelah dioven (g) 26,24 25,29 25,7125 25,0259 24,98 21,10
Kadar air (%) 80,12 79,84 83,87 83,68 77,80 79,07
Rata-rata (%) 79,98 83,78 78,44
= 80,12%
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan dengan daging kerang tahu (gram)
C = Berat cawan dengan daging kerang tahu setelah dikeringkan (gram)
b Kadar abu
Kerang tahu Kerang salju Keong macan
1 2 1 2 1 2
Berat sampel + cawan (g) 28,79 26,82 27,1101 26,2064 30,34 25,06
Berat cawan (g) 23,73 21,63 25,6158 24,8441 25,33 20,06
Berat sampel (g) 5,06 5,19 1,4943 1,3623 5,01 5,00
Berat setelah dioven (g) 23,79 21,71 25,6330 24,8608 25,40 20,11
Kadar abu (%) 1,79 1,54 1,15 1,23 1,40 1,00
Rata-rata (%) 1,37 1,19 1,20
= 1,15%
44
Keterangan:
A = Berat cawan kosong (gram)
B = Berat cawan dengan daging kerang salju (gram)
C = Berat cawan dengan daging kerang salju setelah dikeringkan (gram)
c Kadar lemak
Kerang tahu Kerang salju Keong macan
1 2 1 2 1 2
Berat sampel (g) 2,0866 2,0768 4,1144 4,2924 4,79 4,56
Berat labu (g) 38,6614 38,7251 38,1450 38,2616 73,92 75,05
Berat setelah dioven (g) 38,6679 38,7285 38,1489 38,2671 73,93 75,07
Kadar lemak (%) 0,31 0,16 0,09 0,13 0,21 1,40
Rata-rata (%) 0,24 0,11 0,33
= 1,40%
Keterangan :
W1 = Berat sampel keong macan (gram)
W2 = Berat labu lemak tanpa lemak (gram)
W3 = Berat labu lemak dengan lemak (gram)
d Kadar protein
Kerang tahu Kerang salju Keong macan
Berat sampel (g) 1,00 0,3931 1,03
Volume HCl blanko (ml) 0 0 0
Volume HCl sampel (ml) 1,05 11,65 2,00
N HCl 0,1022 0,11 0,1022
Kadar protein (%) 9,39 11,41 17,38
e Kadar karbohidrat
Penambahan 1 ml Hexan