Anda di halaman 1dari 46

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE GALLERY WALK DALAM

PEMBELAJARAN IPS TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


(Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII di SMPN 3 Targong Kidul)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengontrak mata kuliah skripsi

Oleh:
CECEP ROSIDIN
19813004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU SOSIAL, BAHASA, DAN SASTRA
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2023
A. Judul
“Efektivitas Penerapan Metode Gallery Walk Dalam Pembelajaran
IPS Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Kelas
VIII di SMPN 3 Tarogong Kidul)”.
B. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang masuk ke dalam kurikulum di Indonesia. Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) termasuk ke dalam penyederhanaan ilmu-ilmu yang masuk ke
dalam rumpun ilmu sosial. Dalam mata pelajaran IPS kita mempelajari
banyak sekali ilmu sosial di dalamnya, seperti ilmu geografi yang
berhubungan dengan tatanan atau susunan permukaan bumi, ilmu ekonomi
yang berhubungan dengan aktivitas atau interkasi dalam hal perekonomian
atau perniagaan, ilmu antropologi yang mempelajarai manusia dan
kebudayaan kelompoknya, ilmu sosiologi yang mempelajari manusia
dengan lingkungan sekitar dan hubungan interaksi dengan manusia
lainnya, dan masih banyak lagi ilmu yang dipelajari dalam mata pelajaran
IPS ini. IPS menjadi salah satu program pembelajaran yang harus
dipelajari oleh peserta didik di kalangan SD dan SMP (untuk jenjang SMA
sudah dipisah pembelajaran antar ilmu sosialnya),
Namun pada implementasi di lapangan, strereotype peserta didik
terhadap mata pelajaran IPS ini sudah berubah, banyak peserta didik yang
menganggap bahwa IPS itu materi pembelajarannya semua harus dihafal,
dimana melihat buku panduan atau buku paket IPS yang biasanya
cenderung lebih tebal dari buku mata pelajaran lain sehingga membuat
peserta didik kadang malas untuk mempelajari mata pelajaran IPS ini. Hal
ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran IPS, dimana hanya segelintir orang di satu kelas yang dapat
mencapai KKM ketika melaksanakan ulangan mata pelajaran IPS ini. Dari
hasil tersebut tentu asumsi peserta didik bahwa mata pelajaran IPS ini
membosankan karena banyak materi yang harus dihafal ketika
mempelajarinya. Ditambah dengan materi yang cukup banyak disetiap bab
nya membuat peserta didik sedikit kewalahan dalam memahami materi
pembelajaran IPS yang mana asumsi peneliti ini didapat ketika
melaksanakan program PLP di SMPN 3 Tarogong Kidul.
Pada saat proses pembelajaran di dalam kelas, salah satu faktor
yang menyebabkan daya tangkap peserta didik yang rendah terhadap
materi mata pelajaran IPS yaitu metode, model, dan media pembelajaran
yang kurang variatif selama proses pembelajaran berlangsung. Karena
sudah terbiasa dengan metode ceramah dan setelah mendengarkan
penjelasan pendidik lalu mengerjakan lpkd dan pola tersebut terus
berulang tanpa adanya variasi metode, model, dan media pembelajaran
selama ini sehingga peserta didik juga sudah terbentuk kebiasaan
pembelajarannya dalam pola tersebut. Kebiasaan tersebut cukup
memubuat peserta didik merasa bosan dengan pola pembelajaran yang
demikian sehingga daya tangkap serta pemahaman peserta didik dalam
mencerna suatu materi pembelajaran rendah. Mungkin juga daya tangkap
peserta didik yang rendah ini juga dibentuk oleh kebiasaan PJJ yang
melakukan pembelajaran secara daring sehingga peserta didik
menganggap bahwa asalkan mengikuti pembelajaran maka akan
mendapatkan nilai, sedangkan saat ini dalam proses pembelajaran dengan
berbagai penyesuaian terhadap kurikulum belajar yang menitikberatkan
pada student center learning yang mengharuskan peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran sehingga peserta didik cukup merasa terbebani karena
jika daya tangkap terhadap suatu materi rendah maka peserta didik cukup
sulit ketika diharuskan berpatisipasi aktif (menjawab pertanyaan yang
diberikan oleh pendidik) dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Permasalahan lain ketika melakukan pembelajaran di dalam kelas,
partisipasi aktif peserta didik dalam berbagai metode pembelajaran yang
pernah dicoba untuk diterapkan dirasa kurang karena peserta didik sudah
terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan pola menyimak materi,
mengerjakan lpkd secara berkelompok/ individu, dan mengumpulkan hasil
pengerjaan tugas pada lkpd tersebut sehingga ketika peserta didik diberi
metode pembelajaran yang berbasis game pada saat pembelajaran di dalam
kelas partisipasi peserta didik menjadi sedikit pasif karena kurangnya
motivasi dan keinginan untuk mendapat treatment pembelajaran yang
berbeda dari biasanya, dan hal ini cukup menyulitkan bagi kami
mahasiswa PLP yang bertujuan untuk mencoba meningkatkan partisipasi
aktif peserta didik dalam pembelajaran di dalam kelas. Selain itu, peserta
didik cukup sulit memahami materi pembelajaran IPS karena materi yang
harus diajarkan cukup banyak dan padat, belum lagi ditambah dengan
materi dari mata pelajaran lain sehingga banyak peserta didik yang
menyebutkan mata pelajaran IPS sulit karena materi yang banyak.
Melihat pemahaman peserta didik yang kurang terhadap mata
pelajaran IPS yang mana hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil
belajar peserta didik, maka sebagai calon pendidik IPS di masa depan
tentunya permasalahan ini menjadi tolak ukur kita dalam mencari solusi
untuk dapat sedikitnya menanggulangi permasalahan ini. Salah satu cara
yang dapat diambil dalam mencari solusi untuk permasalahan ini yaitu
dengan memberikan metode pembelajran yang inovatif dan variatif.
Metode pembelajaran yang bervariatif akan membuat peserta didik tidak
merasa bosan ketika melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Salah
satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode Gallery
Walk, dimana metode ini memaksa peserta didik untuk aktif selama proses
pembelajaran dan dapat mengingat materi pembelajaran yang telah
disampaikan yang kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan
menggunakan media yang telah dibuat sebelumnya secara berkelompok.
Maka dari itu peneliti mengambil judul penelitian “Efektivitas Penerapan
Metode Gallery Walk Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII di SMPN 3 Tarogong
Kidul)” untuk melihat apakah metode pembelajaran ini dapat berpengaruh
terhadap pemahaman dan hasil belajar peserta didik dengan melakukan
serangkaian treatment terhadap kelas eksperimen yang nantinya akan
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran secara konvensional dalam pembelajaran di dalam kelas.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, untuk memberikan
arahan peneliti maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara
sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran Gallery
Walk dalam pembelajaran IPS pada kelas eksperimen?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara
sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran IPS pada kelas kontrol?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar
peserta didik antara sebelum dan sesudah penerapan pada kelas
eksperimen dengan menggunakan metode pembelajaran Gallery
Walk pada pembelajaran IPS dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional pada
pembelajaran IPS?
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan kondisi atau karakteristik yang
dimanipulasi, dikontrol, dan diobservasi oleh peneliti. Berdasarkan dengan
rumusan masalah di atas, penelitian ini merupakan bivariat (2 variabel)
yang terdiri dari:
1. Variabel bebas (X) : Metode Gallery Walk
2. Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar Peserta Didik
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini yaitu untuk
mengetahui:
1. Perbedaan hasil belajar peserta didik antara sebelum dan sesudah
diterapkannya metode pembelajaran Gallery Walk dalam
pembelajaran IPS pada kelas eksperimen.
2. Perbedaan hasil belajar peserta didik antara sebelum dan sesudah
diterapkannya metode pembelajaran konvensional dalam
pembelajaran IPS pada kelas kontrol.
3. Perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar peserta didik
antara sebelum dan sesudah penerapan pada kelas eksperimen
dengan menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk pada
pembelajaran IPS dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
pembelajaran konvensional pada pembelajaran IPS.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoritis dengan menambah pengetahuan bagi
peneliti mengenai bagaimana Efektivitas Penerapan Metode
Gallery Walk Dalam Pembelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar
Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII di SMPN 3
Tarogong Kidul).
2. Manfaat Praktis
1) Sekolah
1) Pihak sekolah dapat menjadikan metode
pembelajaran Gallery Walk ini sebagai salah satu
alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di
dalam kelas dalam rangka untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran
IPS yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik.
2) Kepala sekolah dapat memberikan motivasi kepada
pendidik untuk menerapkan metode pembelajaran
Gallery Walk ini sebagai metode pembelajaran
yang inovatif dan berbeda dari metode
pembelajaran yang biasanya digunakan selama ini.
3) Adanya peningkatan mutu proses pembelajaran di
dalam kelas dan meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.
2) Pendidik
1) Pendidik akan memiliki banyak referensi dalam
melaksanakan proses pembelajaran dengan metode
yang lebih bervariatif guna memaksimalkan tujuan
pendidikan.
2) Pendidik memiliki pilihan untuk menerapkan
berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan
sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman
materi pelajaran yang akan berpengaruh terhadap
hasil belajar peserta didik.
3) Sebagai bahan pembanding untuk pendidik
mengenai metode pembelajaran yang cocok
digunakan untuk peserta didik di zaman
pascakebenaran.
3) Peserta Didik
Dengan diberikannya treatment dengan
menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk yang
berbeda dari metode pembelajaran yang biasanya
dilakukan oleh pendidik, diharapkan hal ini dapat
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih
aktif dan semangat dalam belajar guna meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran IPS.
4) Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pembanding
atau sebagai referensi sehingga mengetahui keunggulan
dari metode pembelajaran Gallery Walk ini, juga peneliti
selanjutnya dapat memperdalam penelitian mengenai
metode pembelajaran Gallery Walk ini sebagai acuan
supaya metode pembelajaran ini dapat diimpelemtasikan di
dalam kelas dengan baik.
G. Efektivitas Metode Pembelajaran
1. Hakikat Metode Pembelajaran
Djamarah dan Zain (2010) menyebutkan bahwa kedudukan
metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi
pengajaran dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan. Metode
pembelajaran sangat dibutuhkan dalam sekolah, khususnya bagi
pembelajaran di dalam kelas. Trianto (2010), menyebutkan bahwa
model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran tutorial. Pupuh dan Sobry S (2010)
berpendapat makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam
mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran.
Roestiyah (1989) mengatakan guru harus memiliki strategi
agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena
pada tujuan yang diharapkan. Sebagai seorang tenaga pendidikan
guru harus dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta
suasana belajar yang menyenangkan, untuk menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas, seorang guru membutuhkan
metode pembelajaran yang baik pula, yang mampu memberikan
dampak positif terhadap hasil belajar siswa, sehingga dibutuhkan
kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Setiap proses
pembelajaran wajib menggunakan metode-metode pembelajaran
agar pembelajaran tersebut dapat maksimal (Roestiyah, 2001).
Dalam menggunakan metode pembelajaran di sekolah,
seorang guru dapat menggunakan metode pembelajara yang
berbeda-beda antara kelas yang satu dengan kelas yang lain,
dengan demikian dituntut adanya kemampuan guru dalam
menguasai dan menerapkan berbagai macam metode
pembelajaran. Semakin baik metode itu, makin efektif pula
pencapaian tujuan (Surakhmad 1990). Dapat dikatakan bahwa
adanya hasil belajar siswa yang tinggi dan berkualitas, dapat
dihasilkan dari proses pembelajaran yang berkualitas, untuk
menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas seorang
tenaga pendidik membutuhkan kemampuan dalam menerapkan
metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam kelas,
ketidaksesuaian metode pembelajaran yang diterapkan dapat
menurunkan kualitas proses pembelajaran itu sendiri, dengan
demikian maka perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa di
sekolah dapat dilaksanakan dengan adanya penggunaan metode
pembelajaran yang tepat oleh guru, dengan demikan dalam
penelitian ini ingin mengetahui dan menganalisis mengenai
penggunaan metode pembelajaran dalam peningkatan hasil belajar
siswa di sekolah.
2. Hakikat Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning didasari oleh
semangat kerja sama antar individu dengan individu lainnya. Oleh
sebab itu, secara langsung model pembelajaran ini cocok
diterapkan pada mata pelajaran yang berbasis ilmu sosial. Namun,
tidak menutup kemungkinan pula model ini dapat digunakan
dalam pembelajaran ilmu-ilmu alam karena kultur masyarakat di
Indonesia adalah mengutamakan semangat gotong royong. Hal
tersebut tampaknya memunculkan kontradiksi dengan praktik di
lapangan.
Memang benar bahwa model cooperative learning didasari
oleh semangat gotong royong yang merupakan salah satu identitas
dari bangsa Indonesia. Akan tetapi, model pembelajaran ini belum
optimal dilakukan di Indonesia. Fatirul, A (2008:6) memberikan
penjelasan mengenai penyebab model cooperative learning belum
banyak diterapkan di Indonesia, alasan paling utama adalah
kekhawatian bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa
tidak belajar jika mereka ditempatkan di dalam suatu grup. Selain
itu, banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan
kerja sama atau belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak
senang disuruh bekerja sama dengan yang lain. Siswa yang tekun
merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup
mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder
ditempatkan dalam grup dengan siswa yang lebih pandai.
Agar lebih memahami konsep model cooperative learning,
berikut dipaparkan sumbangan pemikiran dari beberapa pakar
terkait hakikat model pembelajaran ini. Cooperative learning
mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama
dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Slavin, R.
1995). Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang
terdiri dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan yang
berbeda. Selanjutnya, Sanjaya (2007:240) menyebutkan bahwa
cooperative learning adalah model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil yaitu 4
sampai 6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda-beda.
Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar
untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2008). Isjoni (2009:15)
juga mengungkapkan hal yang senada dengan beberapa pendapat
para pakar sebelumnya bahwa cooperative learning adalah
pembelajaran dengan mengerjakan sesuatu secara bersama-sama
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok. Berbeda dengan pendapat-pendapat sebelumnya,
Suprijono (2009:54) mendefinisikan pembelajaran cooperative
sebagai suatu konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
atau diarahkan oleh guru.
Beberapa pendapat di atas masing-masing menunjukkan
kesamaan konsep dalam pembelajaran kooperatif. Atas dasar itu,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran coopertive learning
merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada kegiatan
kelompok, baik kelompok besar atau kecil, masing-masing
kelompok tersebut berisi individu yang bersifat heterogen.
Pelaksanaannya dipandu langsung oleh guru tetapi model ini tetap
bisa dilakukan jika guru berhalangan hadir dalam proses belajar
mengajar.
Model cooperative learning dalam pelaksanaannya perlu
memperhatikan unsur-unsur yang melatarbelakangi model itu.
Roger dan David (dalam Suprijono, 2009:58) menjabarkan unsur-
unsur tersebut menjadi 5 poin, antara lain:
a. positive independence (saling ketergantungan positif).
b. personal responsibility (tanggung jawab perseorangan).
c. face to face promotive interaction (interaksi promotif).
d. interpersonal skill (komunikasi antaranggota).
e. group processing (pemrosesan kelompok).
3. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Sudjana (1990, hlm. 50) efektivitas merupakan
tindakan keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan
tertentu yang dapat membawa hasil belajar secara maksimal.
Keefektifan proses pembelajaran sberkenaan dengan jalan, upaya
teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara
optimal, tepat dan cepat, sedangkan menurut Sumandi, Suryabrata
(1990, hlm. 5) efektivitas adalah tindakan atau usaha yang
mendapatkan hasil maksimal.
Agar metode yang digunakan dalam pembelajaran menjadi
lebih efektif, guru harus bisa melihat situasi dan kondisi peserta
didiknya, serta perangkat pembelajarannya. Aktivitas belajar
peserta didik yang kemampuannya sedang jelas berbeda dengan
peserta didik yang pandai. Misalnya, metode ceramah akan kurang
efektif bila digunakan di kelas dengan jumlah peserta didik yang
banyak, seperti sebagian peserta didik kurang memperhatikan
pembicaraan guru, berbicara dengan temannya, sehingga guru
kurang optimal dalam mengawasi peserta didik (Ismail, dkk. 2008,
hlm. 30).
Dengan mengacu pada beberapa definisi efektivitas yang
dikemukakan oleh para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang dicapai melalui
penerapan suatu model atau media dalam pembelajaran. Model
pembelajaran tersebut dapat dikatakan valid apabila hasil belajar
peserta didik meningkat dari sebelumnya. Sebaliknya jika hasil
belajar peserta didik menurun atau tetap, maka model
pembelajaran tersebut dianggap tidak efektif. Oleh karena itu,
tingkat keefektifan model pembelajaran berbasis Problem Based
Learning diukur dari outputnya.
H. Hakikat Metode Pembelajaran Gallery Walk
Penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dapat menjadi
salah satu cara untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Gallery Walk terdiri atas dua kata yaitu Gallery dan Walk. Gallery adalah
pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk,
karya atau gagasan kepada khalayak ramai. Misalnya pameran buku,
lukisan, tulisan dan lain sebagainya. Sedangkan walk artinya berjalan,
melangkah (Ismail, 2008:89). Menurut Silberman (2006:274), Gallery
Walk atau Galeri Belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan
mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini. Berdasarkan uraian
tersebut, Gallery Walk merupakan suatu metode pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk menemukan pengetahuan
baru dan dapat mempermudah daya ingat, karena sesuatu yang dilihat itu
secara langsung. Gallery Walk juga dapat memotivasi keaktifan siswa
dalam proses belajar, sebab bila sesuatu yang baru ditemukan berbeda
antara satu dengan yang lainnya maka dapat saling mengoreksi antara
sesama siswa baik kelompok maupun antar siswa itu sendiri.
Gallery Walk merupakan bagian dari cooperative leraning yang
digunakan untuk membangun kerja sama dan pembelajaran aktif (active
learning) (Djoko, 2020 dalam Pancawati, 2022). Metode pembelajaran ini
dalam kegiatannya diikuti oleh beberapa kelompok yang dibentuk dalam
kelas dimana kelompok ini bertujuan untuk berdiskusi menyelesaikan
tugas secara bersama-sama yang kemudian hasil diskusi tersebut
dipamerkan sambil berjalan kepada kelompok yang lain. Dalam Pancawati
(2022) dijelaskan bahwa:
Metode gallery walk atau disebut juga galeri belajar adalah sebagai salah
satu metode dari pembelajaran aktif (active learning), yakni suatu metode
pembelajaran efektif, yang mudah dipersiapkan asalkan memahami
langkah-langkah metode tersebut (Indah, 2021). Metode Gallery Walk
atau galeri belajar adalah metode pembelajaran yang menuntut siswa
untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun skema sesuai
hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi yang
dilakukan di setiap kelompok belajar. Hasilnya untuk dipajang di dinding
atau di depan kelas. Masing-masing kelompok diskusi menyiapkan satu
orang wakil, untuk mempresentasikan hasil diskusi yang dibuat di kertas
plano atau flip cart, yang kemudian di tempel di dinding atau depan
kelas. Sedangkan kelompok lain mendengarkan presentasi serta
mengoreksi hasil karya, secara bergantian dari kelompok satu ke
kelompok yang lain sambil berjalan mengelilingi karya-karya yang
digalerikan. Setelah selesai pameran gallery, kemudian dipertanyakan
saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan
saat peserta didik telah selesai mengerjakan tugasnya, sesuai waktu yang
telah ditetapkan sebelumnya (Tim Teaching, 2010; Marteja, 2020).
Metode Gallery Walk adalah metode pembelajaran yang dapat
memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa gambar maupun
skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh pada saat diskusi
disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Setiap kelompok menilai
hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian dipertanyakan pada
saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian hasil kerja dilakukan
pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah semua kelompok
melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan klarifikasi
sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan
demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai.
Menurut pengertian ini strategi belajar mengajar meliputi rencana,
metode, atau seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan mengajar tertentu. Untuk melaksanakan strategi tertentu diperlukan
seperangkat metode pengajaran. Asmani (2011:50), metode Gallery Walk
ini disebut dengan istilah metode keliling kelompok. Metode ini
mempunyai tujuan agar masing-masing anggota kelompok mendapat
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan serta pemikiran anggota lainnya.
Tujuan-tujuan lain dari metode Gallery Walk adalah sebagai
berikut:
1. Menarik siswa ke dalam topik yang akan dipelajari.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan
pengetahuan dan keyakinan mereka tentang topik yang akan
dibahas (pemahaman yang benar maupun keliru).
3. Mengajak siswa menemukan hal yang lebih dalam dari
pengetahuan yang sudah mereka peroleh.
4. Memungkinkan siswa mengembangkan pengetahuan dan
keterampilannya (seperti berpikir, meneliti, berkomunikasi dan
bekerjasama) dalam mengumpulkan informasi baru.
5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memilah, mengolah dan
menyajikan informasi dan pemahaman baru yang diperoleh.
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri cara
mendemonstrasikan hal yang telah dipelajari (pemahaman,
keterampilan, sikap dan nilai) (Entrepreneurship Center).
Langkah – langkah metode Gallery Walk oleh Rodgres (Ghufron,
2011:14). Langkah – langkah penerapan:
1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok.
2. Kelompok diberi kertas plano atau flip cart.
3. Tentukan topik atau tema pelajaran.
4. Hasil kerja kelompok ditempel di dinding.
5. Masing – masing kelompok berputar mengamati hasil kerja
kelompok lain.
6. Salah satu wakil kelompok menjelaskan setiap apa yang
ditanyakan oleh kelompok lain.
7. Koreksi bersama – sama.
8. Klarifikasi dan penyimpulan.
Metode Gallery Walk ini menjadikan salah satu metode
pembelajaran yang menggabungkan antara active learning dan cooperative
learning yang efektif dalan proses pembelajaran dimana dalam prosesnya
peserta didik diharuskan untuk mengingat materi yang telah dipelajari
selama proses pembelajaran berlangsung.
Dengan menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk
diharapkan dapat mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti materi
pelajaran yang sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal, sehingga
hasil belajar siswapun belum maksimal. Model ini dapat menghemat
efisiensi waktu pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami
pelajaran karena strategi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk
membuat suatu karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan
materi tersebut dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat
saling mengisi kekurangannya itu.
I. Hakikat Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar IPS
Abdurrahman (1999, hlm. 38) menjelaskan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang didapatkan oleh peserta didik
setelah melalui kegiatan belajar. menurutnya juga, peserta didik
yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh
individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat
memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,
pemahaman, sikap dan keterampilan peserta didik sehingga
menjadi lebih baik dari sebelumnya (Purwanto, 2002, hlm. 82).
Menurut Catharina (2004, hlm. 4), Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah
mengalami aktivitas belajar. Salah satu indikator tercapai atau
tidaknya suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006, hlm. 3), dapat
dipahami bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan
suatu proses untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat
menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar
mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan
bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh
pihak penyelenggara pendidikan. Hasil belajar dapat dijadikan
sebagai tolak ukur untuk mengidentifikasi dan menilai tujuan
pembelajaran (Aziz dalam Putri, dkk., 2021, hlm. 45). Sebagai
tolak ukur keberhasilan belajar, hasil belajar mencerminkan hasil
dari proses pembelajaran. Ini menunjukkan seberapa baik siswa,
guru, proses pembelajaran, dan lembaga pendidikan telah
mencapai tujuan pendidikan yang sudah ditentukan.
Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah melakukan
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya peserta didik dalam pembelajaran
disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian
hasil belajar yang berasal dari dalam peserta didik (faktor internal)
dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik (faktor eksternal).
Menurut Slameto (2003, hlm. 3), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar diantaranya:
a. Faktor internal terdiri dari:
1) Faktor jasmani
2) Faktor psikologis
b. Faktor eksternal terdiri dari:
1) Faktor keluarga
2) Faktoe sekolah
3) Faktor masyarakat
Menurut Sabri (2010, hlm. 59-60) secara garis besar faktor yang
mempengaruhi terbagi dua bagian, yaitu:
a. Faktor internal peserta didik
1) Faktor fisiologis peserta didik, seperti kondisi
kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi panca
inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis peserta didik, seperti minat,
bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi,
ingatan, berpikir dan kemampuan dasar
pengetahuan yang dimiliki.
b. Faktor-Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan siswa
Faktor lingkungan terbagi dua, pertama faktor alam
seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu
letak sekolah, dan sebagainya. Kedua faktor sosial
seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental seperti sarana fisik kelas,
media belajar, guru, dan materi belajar.
Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap upaya peserta didik untuk mencapai hasil belajar dan
dapat mendukung terselenggaranya proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
J. Hakikat Pembelajaran IPS
1. Definisi IPS
Sapriya (2012:19) mengemukakan bahwa “Nama IPS yang
lebih dikenal social studies di negara lain itu merupakan istilah
hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar kita di Indonesia dalam
Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di
Tawangmangu, Solo”. Sapriya, (2012) menyatakan bahwa
“sejumlah teori dan gagasan Social Studies telah banyak
mempengaruhi perkembangan mata pelajaran IPS sebagai bagian
dari sistem kurikulum di Indonesia”. Salah satu lembaga di luar
negeri yang berasal dari Amerika Serikat yang terkenal dengan
nama National Council for Social Studies (NCSS) mendefinisikan
dan merumuskan pengertian Social Studies sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school
program, Social studies provides coordinated, systematic study
drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology,
economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriated
content from the humanities, mathematics, and natural sciences.
(Savage, 1996:9)
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, Mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sebagai mata pelajaran
yang wajib ditempuh oleh peserta didik, merupakan mata
pelajaran yang disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat NCSS, bahwa
Social Studies adalah integrasi dari berbagai macam disiplin ilmu-
ilmu sosial dan ilmu humaniora yang dapat mengembangkan
kemampuan dan kecerdasan kewarganegaraan yang dimiliki oleh
peserta didik. Muhammad Numan (Somantri, 2001:44)
menjelaskan dan merumuskan tentang IPS di tingkat sekolah
adalah “suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi,
filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”.
Menurut Ross (2006:22) menyatakan bahwa mata
pelajaran IPS atau yang dikenal dengan Social Studies tidak hanya
sebatas disiplin ilmu sosial yang terdiri dari antropologi, ekonomi,
geografi, sejarah, dan hukum namun dapat dikaitkan dengan
berbagai multidispliner keilmuan yang terdiri dari suku, gender,
budaya, dan penyimpangan sosial. Dengan demikian, maka mata
pelajaran IPS di Indonesia ialah penyederhanaan ilmu-ilmu sosial
yang disajikan secara ilmiah dan psikologis yang memiliki tujuan
untuk bidang pendidikan.
Dari berbagai macam pendekatan yang diungkapkan oleh
para ahli, maka pada hakikatnya mata pelajaran IPS untuk tingkat
SMP dan MTs adalah integrasi dan penyederhanaan dari berbagai
macam displin ilmu-ilmu social yang disusun secara sistematis,
komprehensif, dan terpadu. Dengan pendekatan tersebut,
diharapkan peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan pengajaran IPS untuk mendidik peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik, berperilaku sopan, hormat pada
guru, orang tua, percaya diri, kerja mandiri, tidak menyontek,
jujur, disiplin, bertanggung jawab, memberantas korupsi sejak dini
dari akar-akarnya, membangkitkan Indonesia dari segala
keterpurukan, menjadi generasi muda yang mampu memecahkan
masalah, tidak menambah masalah dan tidak menjadi beban
masyarakat.
Menurut Rahmad, (2016:2) tujuan pembelajaran IPS adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah pribadi, masalah sosial yang terjadi di masyarakat,
memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari di lingkungan keluarga, baik yang
menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat
secara umum.
Beberapa pengertian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
seperti yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, maka
dapat peneliti simpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
adalah salah satu mata pelajaran yang memadukan konsepkonsep
dasar ilmu sosial seperti geografi, sejarah, antropologi, dan
psikologi untuk diajarkan pada jenjang Pendidikan. Pendidikan
IPS sebagai suatu kajian akademik di jenjang pendidikan dasar
dan menengah, pada dasarnya memiliki visi untuk membentuk
warga negara yang baik. Secara konseptual menurut Sumaatmadja
(2001, hlm. 20) tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi
di kehidupan sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun
masyarakat.
Adapun menurut Etin Solihatin (2009: 15) berpendapat
bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri
sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta
berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.
Tentang tujuan IPS juga disebutkan lebih rinci dalam
(Miftahuddin, 2016, hlm. 273), yaitu sebagai berikut: 1)
Menyiapkan siswa menjadi warga negara yang baik. 2)
Menyiapkan siswa memiliki kemampuan berpikir kreatif,
membentuk inquiry skills, mengembangkan sikap nilai. 3)
Membantu anak dapat berpikir logis, mengembangkan rasa
toleransi. 4) Membantu anak agar dapat mengemukakan ide-ide
secara selektif, secara lisan dan tertulis. 5) Membantu anak
mengerti dunia hidupnya dalam mengetahui hak dan kewajibannya
sebagai warga negara. 6) Mengembangkan rasa estetika, etika,
menghormati orang lain, memanfaatkan waktu senggang dan
sebagainya.
3. Konsep Dasar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Pada dasarnya konsep dasar dalam pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial adalah sebagai suatu kesatuan integrasi dari
berbagai disipliner ilmu. Berdasarkan pendapat dari Sapriya
(2012:48), menyatakan bahwa “Program Pendidikan IPS yang
komprehensif adalah program yang mencangkup empat dimensi
meliputi: (1) dimensi pengetahuan (knowledge); (2) dimensi
keterampilan (skills); (3) dimensi nilai dan sikap (values and
attitudes); (4) dimensi tindakan (action)”. Pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial (IPS) yang bermutu menuntut peserta didik
untuk menguasai seluruh konsep secara interdisipliner dan
transdisipliner keilmuan terpadu dengan masalah sosial budaya
dan unsur kependidikan untuk kepentingan pembelajaran peserta
didik. Pada dasarnya bahwa penerapan perilaku sosial yang sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku sebagai bagian dari
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Berdasarkan pendapat dari menurut Mulyana Eldi
(2014:26) yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan sosial
sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek
kehidupannya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan
maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar, serta
interaksi dalam lingkungan hidupnya. Sehingga pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial (IPS) memiliki peranan yang sangat penting
diajarkan kepada peserta didik, sebab setiap individu makhluk
sosial yang hidup bermasyarakat. Di mana bahwasannya setiap
individu dituntut untuk menjadi warga negara yang baik maka
perlu mendapatkan pengetahuan tentang konsep dan kaidah-
kaidah sosial, dalam upaya menentukan sikap yang sesuai dengan
pengetahuan tersebut dan memiliki keterampilan untuk
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Konsep dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang
kemudian dipertegas menurut Somantri (2001:198) yang
menyatakan bahwa pendidikan ilmu pengetahuan sosial (IPS)
memiliki peranan untuk mensintesiskan konsep-konsep yang
relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial,
melainkan juga tujuan pendidikan dan pembangunan serta
masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakatpun akan
menjadi pertimbangan bahan pendidikan ilmu pengetahuan sosial
(IPS). Kemudian bahwasannya pendidikan ilmu pengetahuan
sosial (IPS) bukan hanya bersifat hafalan teoritis, melainkan
menekankan pada konsep dan generalisasi yang diambil dari
analisis tentang manusia dan lingkungannya. Kemudian
pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan pemahaman
yang telah dimiliki peserta didik tentunya dapat mendorong
tindakan yang berdasarkan pemahaman, sehingga dapat diterapkan
dalam kehidupannya. Realisasi nilai dan sikap merupakan
komponen yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan
sikap terhadap masyarakat dan kemanusiaan khususnya yang
menjadi tolak ukur dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial
(IPS).
K. Penelitian Relevan
Dalam mengambil judul penelitian ini, peneliti telah menelaah beberapa
penelitian yang relevan dengan judul penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Luzyawati, L, dkk (2020) dengan
judul artikel ilmiah "Implementasi Metode Gallery Walk Terhadap
Minat Dan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Virus”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
metode pembelajaran Gallery Walk pada materi ajar virus dalam
rangka untuk menganalis minat dan kemampuan kognitif peserta
didik. Menurut penelitian ini, rendahnya hasil dan minat belajar
siswa pada pembelajaran biologi disebabkan oleh beberapa faktor,
salah satunya adalah kurangnya penggunaan metode pembelajaran
yang dapat membuat siswa aktif. Salah satu cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah penggunaan metode pembelajaran
gallery walk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
metode gallery walk pada materi virus terhadap kemampuan
kognitif dan minat belajar siswa di SMA Negeri 1 Losarang
Indramayu. Penelitian ini menggunakan True Experimental
Design dengan jenis rancangan Posttest-Only Control Design.
Adapun hasil dari penelitian ini berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa metode pembelajaran gallery walk
berpengaruh terhadap kemampuan kognitif siswa pada materi
virus. Analisis data minat belajar siswa pada materi virus berada
pada kategori sangat tinggi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hayyu, T, dkk. (2020) dengan
judul artikel ilmiah “Pengaruh Metode Gallery Walk Dipadu
Media Gambar Berbasis Potensi Lokal Terhadap Pemahaman
Konsep Dan Sikap Kepedulian Lingkungan Peserta Didik SMA
Negeri”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya
pengaruh media gambar berbasis potensi lokal dalam metode
gallery walk terhadap pemahaman konsep dan sikap peduli
lingkungan peserta didik. Penelitian ini merupakan Quasy
Experiment dengan Pretest-Posttest Non-equivalent Control
Group Design. Kedua kelas diberikan pre-test sebelum perlakuan.
Post-test diberikan pada akhir penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah 4 kelas X MIPA di SMA Negeri 1 Gebog.
Sampel penelitian diambil dengan teknik cluster sampling dengan
kelas X MIPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas X MIPA 3
sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen menggunakan
metode gallery walk dipadu media gambar berbasis potensi lokal,
sedangkan kelas kontrol menggunakan metode gallery walk tanpa
media gambar berbasis potensi lokal. Teknik pengumpulan data
menggunakan tes, wawancara, angket, dokumentasi. Uji hipotesis
penelitian menggunakan Independent Sample t-test dibantu
program SPSS 19 dengan taraf signifikasi 0,050. Prosedur
penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1) ada pengaruh media
gambar berbasis potensi lokal dalam metode gallery walk terhadap
pemahaman konsep (p-value 0.011 < sig. 0.050). Peserta didik
yang menggunakan metode gallery walk dipadu media gambar
berbasis potensi lokal memiliki pemahaman konsep yang lebih
baik daripada peserta didik yang diajarkana menggunakan metode
gallery walk tanpa media gambar berbasis potensi lokal; 2) ada
pengaruh media gambar berbasis potensi lokal dalam metode
gallery walk terhadap sikap kepedulian lingkungan (p-value 0.006
< sig. 0.050) peserta didik yang dibelajarkan menggunakan
metode gallery walk dipadu media gambar berbasis potensi lokal
lebih baik dibandingkan peserta didik yang dibelajarkan
menggunakan metode gallery walk tanpa media gambar berbasis
potensi lokal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh
media gambar berbasis potensi lokal dalam metode gallery walk
terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Pancawati, E (2022) dengan judul
artikel ilmiah “Impelementasi Metode Pembelajaran Gallery Walk
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran PPKn
Materi Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 di Kelas X-1 SMAN 4
Kota Bima Semester 1 Tahun Pelajaran 2021/2022. Penelitian ini
melihat bahwasanya perbaikan pembelajaran dalam penelitian
tindakan kelas ini bertujuan mendeskripsikan upaya dan dampak
peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran PPKn materi
Kewenangan Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD Negara
Republik Imdonesia 1945 dengan mengimplementasikan metode
Gallery Walk di Kelas X-1 SMAN 4 Kota Bima Semester 1 Tahun
Pelajaran 2021/2022. Pelaksanaan pembelajaran pra-siklus
menunjukkan banyak kelemahan, prestasi belajar siswa rendah.
Hal ini ditandai dengan rendahnya rata-rata nilai tes formatif siswa
71,56 dengan ketuntasan klasikal 62,50%. Indikator yang
ditetapkan peneliti rata-rata hasil belajar minimal 75 dengan
ketuntasan klasikal minimal 90%. Subyek perbaikan adalah siswa-
siswi Kelas X-1 SMAN 4 Kota Bima dengan jumlah siswa 32
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Hasil pos
tes siklus 1 rata-rata 74,53 (+2,97), tetapi nilai ini belum
memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan yakni rata-rata ≥75.
Persentase ketuntasan 81,25%, Persentase ini masih dibawah
indikator keberhasilan yakni ≥ 85%. Dari sisi hasil belajar siklus 1
belum berhasil. Skor kinerja guru pada siklus 1I 81.18% (+3,18).
Dengan demikian dari sisi kinerja guru siklus 1 belum mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan ≥90,00. Hasil pos tes siklus 2
rata-rata 76,88 (+5,31). Persentase ketuntasan 93,75% (+31,25).
Persentase ini telah memenuhi indikator keberhasilan yakni ≥
85%. Dengan demikian pada siklus 2 ini telah berhasil mencapai
indikator yang ditetapkan yakni rata-rata ≥75 dan persentase
ketuntasan ≥ 85%. Dari sisi hasil belajar siklus 2 telah berhasil.
Skor ketuntasan guru 90,59 (+12,59). Dengan perbaikan proses
pembelajaran berhasil memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan
yakni ≥ 90,00. Peningkatkan prestasi belajar siswa, disebabkan
oleh peningkatan aktivitas, interaksi guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas dengan mengimplementasikan metode
pembelajaran gallery walk yang dilaksanakan guru. Dengan
demikian setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran sampai
siklus 2, telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan,
dan penelitian dianggap telah berhasil.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Muamar, M, dkk. (2017) dengan
judul artikel ilmiah “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning (PJBL) Yang Dipadu Metode Gallery
Walk Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Penvemaran
Lingkungan Kelas X IPS SMA Negeri 1 Bireuen”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dipadu metode Gallery Walk terhadap
hasil belajar siswa di kelas X IPA Bireuen pada konsep
pencemaran lingkungan pada semester genap Tahun Ajaran
2015/2016.Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilaksanakan
penelitian ini dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan penelitian
pretest-postest control groupdesign. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA Negeri 1 Bireuen yang
terdiri dari sembilankelas dengan jumlah siswa 400 orang siswa.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas
yaitu kelas X IPA A dengan jumlah siswa 29 dan kelas X IPA B
dengan jumlah siswa 31. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan memberikan soalpretest dan soal posttest. Data
hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS
Versi 20. Hasil uji normalitas pada kelas eksperimen menunjukkan
nilai p> 0,05 (0.20>0,05), sedangkan pada kelas kontrol
menunjukkan nilai p> 0,05 (0,09>0.05). Hal ini menunjukkan
bahwa kedua kelompok penelitian ini berdistribusi normal. Hasil
uji homogenitas menunjukkan nilai p> 0,05 (0,13>0.05). Hal ini
menunjukkan bahwa kedua kelompok mempunyai standar deviasi
yang homogen. Hasil penelitian untuk uji hipotesis menunjukkan
bahwa nilai p< 0,05 (0.001 < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL) dipadu metode Gallery Walk terhadap hasil belajar siswa
di kelas X IPA SMA Negeri 1 Bireuen. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dipadu metode Gallery Walk terhadap
hasil belajar siswa di kelas X IPA SMA Negeri 1 Bireuen
5. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat, S,dan Husain, R. (2021)
dengan judul artikel ilmiah “Method Gallery Walk On Students’
Learning Outcomes In IPA Lesson In Class IV SDN 8 Kwandang,
Utara Gorontalo Regency”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan metode gallery walk dalam upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran IPA.
Gallery walk ini merupakan salah satu cara atau strategi belajar
kelompok yang memberikan kesempatan dan memberikan
kontribusi kepada setiap anggota untuk mendengarkan pendapat
anggota lain dan dapat menimbulkan daya emosional siswa untuk
menemukan pengetahuan baru. Peningkatan hasil bel;ajar tidak
hanya didukung oleh kemauan siswa untuk belajar dengan baik,
tetapi metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga
mempe
L. Kerangka Berfikir
Dewasa ini, permasalahan yang tengah dihadapi oleh pendidik
dalam sebuah proses pembelajaran yaitu pemahaman peserta didik yang
relatif rendah dalam mencerna materi atau bahan ajar yang diberikan oleh
pendidik sehingga kurangnya pemahaman terhadap materi atau bahan ajar
khususnya pada mata pelajaran IPS membuat peserta didik mendapat hasil
belajar yang rendah pula. Hal ini merupakan tantangan berat bagi pendidik
IPS dalam mengembangkan iklim atau suasana pembelajara yang efektif
dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat memahami dengan baik
materi atau bahan ajar yang diberikan dimana pemahaman tersebut akan
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik nantinya. Metode
pembelajaran yang variatif serta inovatif dapat menjadi salah satu cara
untuk dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Metode
pembelajaran inovatif yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
yaitu metode pembelajaran Gallery Walk dalam pembelajaran IPS, dimana
metode pembelajaran ini diharapkan dapat membantu peserta didik dalam
memahami materi ajar yang diberikan oleh pendidik.
Sebelum menerapkan metode pembelajaran Gallery Walk ini,
peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test atau tes awal kepada peserta
didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan tujuan untuk
mengukur sejauh mana metode pembelajaran konvensional yang telah
dilakukan sebelumnya oleh guru di sekolah tersebut dapat berpengaruh
terhadap pemahaman dan hasil belajar peserta didik, setelah dilakukan
pre-test atau tes awal kepada peserta didik hal yang dilakukan oleh peneliti
selanjutnya yaitu menerapkan treatment metode pembelajaran Gallery
Walk pada kelas eksperimen sedangkan kelas kontrol tetap menggunakan
metode pembelajaran secara konvensional, kemudian tahap terakhir yaitu
melakukan post-test atau tes akhir terhadap kelas kontrol dan kelas
eksperimen untuk melihat hasil apakah treatment yang dilakukan pada
kelas eksperimen berhasil atau tidak dengan melakukan pengukuran
terhadap hasil belajar dari kelas eksperimen dan dibandingkan dengan
hasil belajar pada kelas kontrol. Setelah penelitian ini dilakukan, kemudian
peneliti mengkaji, menganalisis serta mengolah data yang telah diperoleh
sebelumnya, lalu menarik kesimpulan dari data yang telah diolah tersebut
dimana hasilnya apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik
dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran
Gallery Walk atau tidak. Untuk lebih jelasnya perhatikan kerangka
berpikir di bawah ini:
Bagan Kerangka Berfikir

Kondisi Pendidik: Belum


Awal Peserta Didik:
menggunakan metode
Hasil Belajar
Gallery Walk

Kelas Eksperimen:
Menggunakan
metode Gallery
Walk
Perlakuan Pre- Pre-
Test Test
Kelas Kontrol:
Tidak
menggunakan
metode Gallery
Walk

Kondisi Kondisi Kondisi


Akhir Akhir Akhir
M. Hipotesis
Sebagai jawaban sementara dari permasalahan yang akan penliti
teliti dikemudian hari, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Efektivitas Penerapan Metode Gallery Walk Dalam Pembelajaran IPS
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII
di SMPN 3 Tarogong Kidul)”.
1. Rumusan Masalah Pertama

Ho : tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara


sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran
Gallery Walk dalam pembelajaran IPS pada kelas
eksperimen.

Ha : terdapat terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik


antara sebelum dan sesudah diterapkannya metode
pembelajaran Gallery Walk dalam pembelajaran IPS pada
kelas eksperimen.

2. Rumusan Masalah Kedua

Ho : tidak terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara


sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran IPS pada kelas kontrol.

Ha : terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik antara


sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran
konvensional dalam pembelajaran IPS pada kelas kontrol.

3. Rumusan Masalah Ketiga

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil


belajar peserta didik antara sebelum dan sesudah penerapan
pada kelas eksperimen dengan menggunakan metode
pembelajaran Gallery Walk pada pembelajaran IPS dengan
kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional pada pembelajaran IPS.

Ha : terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar


peserta didik antara sebelum dan sesudah penerapan pada
kelas eksperimen dengan menggunakan metode
pembelajaran Gallery Walk pada pembelajaran IPS dengan
kelas kontrol yang menggunakan metode pembelajaran
konvensional pada pembelajaran IPS.

N. Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk dalam
pembelajaran IPS dengan tujuan unutk melihat apakah metode
pembelajaran ini dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik kelas
VIII di SMPN 3 Tarogong Kidul. Gallery Walk atau Galeri Belajar
merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa
pelajari selama ini. Metode Gallery Walk adalah metode pembelajaran
yang dapat memaksa siswa untuk membuat suatu daftar baik berupa
gambar maupun skema sesuai hal-hal apa yang ditemukan atau diperoleh
pada saat diskusi disetiap kelompok untuk dipajang didepan kelas. Setiap
kelompok menilai hasil karya kelompok lain yang digalerikan, kemudian
dipertanyakan pada saat diskusi kelompok dan ditanggapi. Penggalerian
hasil kerja dilakukan pada saat siswa telah mengerjakan tugasnya. Setelah
semua kelompok melaksanakan tugasnya, guru memberi kesimpulan dan
klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.
Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai. Dengan
menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk diharapkan dapat
mengatasi kendala-kendala pembelajaran seperti materi pelajaran yang
sulit diserap oleh siswa secara tidak maksimal, sehingga hasil belajar
siswapun belum maksimal. Model ini dapat menghemat efisiensi waktu
pelajaran dan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran karena
strategi ini memberikan kesempatan pada siswa untuk membuat suatu
karya dan melihat langsung kekurang pahamannya dengan materi tersebut
dengan melihat hasil karya teman yang lainnya dan dapat saling mengisi
kekurangannya itu.
O. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Desain Penelitian
Metode atau pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode atau pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut
Musianto (2002:125) pendekatan kuantitatif ialah pendekatan
yang dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan,
analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya
menggunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus, koma dan
kapasitas data numerik. Metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik, dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pendekatan
kuantitatif bertujuan untuk menguji teori dan membangun fakta,
menunjukkan gabungan antar variabel, memberikan deskripsi
statistik, menaksir dan meramalkan hasilnya.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode
kuasi eksperimen (Quasi Eksperimental). Dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono
(2015) penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Menurut Ruseffendi (2010:52), desain ini hampir sama
dengan desain kelompok pratest-protest yang membedakan hanya
pengelompokkan subjek. Pengelompokkan untuk desain non-
equivalent control group tidak secara acak melainkan bisa dipilih
oleh peneliti tetapi dengan syarat kelompok yang akan dipilih
harus serupa atau setara dalam kategori tertentu. Kelompok
eksperimen dan kontrol dilakukan tes awal. Kedua kelompok
mendapat perlakuan berbeda, dimana kelompok eksperimen
menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk dan kelas
kontrol tidak menggunakan metode pembelajaran Gallery Walk
dan diakhiri dengan tes akhir untuk measing-masing kelompok.
Desain penelitian dapat digambarkan dengan pola desain Non-
equivalent Control Group Design sebagai berikut:

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir


(Variabel
Bebas)

Eksperimen O1 X O3

Kontrol O2 - O4

(Sugiyono, 2015)
Keterangan:
O1: Pre-test
O2: Pre-test
X: Perlakuan Metode Pembelajaran
O3: Post-test
O4: Post-test
Berdasarkan tabel rancangan penelitian melalui jenis kuasi
eksperimen bahwasanya terdapat kelas kontrol dan kelas
eksperimen, di mana kelas eksperimen dilambangkan dengan
huruf O1 sebagai kelas yang mendapatkan perlakuan dengan
menerapkan metode pembelajaran Gallery Walk, kemudian O2
sebagai kelas kontrol sebagai pembanding.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dipilih oleh peneliti yaitu di
SMPN 3 Tarogong Kidul. Sekolah tersebut peneliti rasa tepat
dipilih untuk penelitian yang sesuai dengan apa yang akan diteliti
dikarenakan sekolah tersebut merupakan tempat kegiatan PLP
peneliti yang telah dilakukan sebelumnya sehingga peneliti merasa
sudah cukup mengenal karakteristik pembelajaran yang biasa
dilakukan dan peneliti merasa perlu adanya inovasi metode
pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik di sekolah
tersebut.
3. Populasi dan Sampel
Menurut Sundayana (2015) “Pendidikan di definisikan
sebagai keseluruhan subjek atau objek yang menjadi sasaran
penelitian yang mempunyai karakteristik tertentu, ...”. Populasi
dalam penelitian ini adalah kelas VIII (Delapan) SMPN 3
Tarogong Kidul tahun ajaran 2022/2023.
Menurut Sundayana (2015) “... Sampel adalah sejumlah
(tidak semua) hal yang di observasi yang relevan dengan masalah
penelitian, dan tentunya subjek atau objek yang diteliti tersebut”.
Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan
secara purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015) purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu.
Pada penelitian ini menggunakan metode pembelajaran
Gallery Walk pada mata pelajaran IPS dengan harapan untuk
dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Sampel yang
diambil dalam penelitian ini yaitu kelas VIII SMPN 3 Tarogong
Kidul sebanyak 74 peserta didik yang terdiri dari kelas VIII F dan
VIII G tahun ajaran 2022/2023.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu hal yang digunakan untuk
mengukur suatu objek yang akan diteliti. Adapun instrumen
penelitian dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan degan
cara mengadakan pengamatan, dimana pengamatan
tersebut dilakukan secara teliti dengan pencatatan yang
sistematis. Selain itu bahwa melalui observasi peneliti
dapat mengetahui kondisional yang terjadi dilingkungan
sekitar yang menjadi objek tempat penelitian. Melalui
kegiatan observasi dalam penelitian yang telah
direncanakan secara sistematik tentang teknik dalam pola
pembelajaran yang berbasis masalah dengan
mengkombinasikan masalah-masalah sosial sederhana,
sehingga dapat memberikan peningkatan terhadap perilaku
prososial pada peserta didik dalam menjalankan kehidupan
di lingkungan sosialnya.
b. Tes
Pada penelitian ini akan dilakukan dengan suatu tes
yaitu ada pretest dan posttest. Pretest dilakukan sebelum
menerapkan media miniatur rumah adat dalam proses
pembelajaran sedangkan posttest dilakukan setelah
menerapkan media miniatur rumah adat dalam proses
pembelajaran.
c. Dokumen
Dokumen ini merupakan catatan peristiwa yang
telah terjadi sebelumnya dengan berbagai jenis bisa berupa
gambar, tulisan, atau karya monumental dari seseorang
yang dikumpulkan oleh peneliti untuk digunakan sebagai
data penelitian. Dokumentasi yang diperlukan dalam
penelitian ini seperti RPP, proses pembelajaran di kelas,
serta interaksi peserta didik dengan sesamanya dan guru.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian dalam teknik pengumpulan data yang akan
diterapkan adalah tes hasil belajar. Langkah-langkah dalam teknik
pengumpulan data yait dengan:
a. Tes awal (pretest)
Tes awal (pretest) ini dilakukan sebelem dilakukan
pembelajaran tanpa menggunakan media miniatur rumah
adat di terapkan.
b. Treatment (pemberian perlakuan)
Pemberian perlakuan ini diberikan dengan kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan media miniatur rumah
adat pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan
pemahaman keragaman sosial budaya peserta didik.
c. Test akhir (post test)
Teks akhir (posttest) ini dilakukan setelah menerapkan
media miniatur rumah adat dalam pembelajaran IPS.
6. Uji Coba Instrumen
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan ukuran yang menjelaskan tentang
tingkat kevalidan atau kesahihan suatu data instrument.
Data instrument dapat mengetahui suatu data itu valid atau
tidak. Nilai validitas ini di tentukan dengan koefisien
produk momen. Rumus yang dapat digunakan sebagai
berikut:
nƩxy−( Ʃx )( Ʃy )
rxy =
√[ nƩ x −( Ʃx ) ] ¿ ¿ ¿ ¿
2 2

Keterangan:
Rxy : koefesien validitas x dan y
x : skor yang diperoleh subjek dari seluruh item
y : skor total yang diperoleh dari seluruh item
Ʃx : jumlah skor dalam distribusi X
Ʃy : jumlah skor dalam distribusi Y
Ʃx2 : jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
Ʃy2 : jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
n : Banyaknya Responden
1) Melakukan perhitungan dengan uji t dengan rumus:

thitung=r
√n−¿ 2 ¿
√ 1−r ²
r = Koefisien korelasi hasil r hitung
n = Jumlah responden
2) Mencari ttabel dengan ttabel = tɑ (dk = n-2)
3) Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:
Jika thitung > ttabel berarti valid, atau
Jika thitung ≤ ttabel berarti tidak valid
Tabel Kriteria Validitas Butir Soal

Nilai Rata-Rata Kategori

0,80-1,00 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Sedang

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(Sumber: Suharsimi, 2007, hlm. 218)

b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat
yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten,
ajeg)” (Sundayana, 2015). Hasil pengukuran itu harus
tetap sama (relatif sama) jika pengkurannya diberikan
pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh
orang yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh
pelaku, situas dan kondisi. Alat ukur yang
reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur reliabel.
Menurut Suharsimi (2010:231) untuk menghitung
reliabilitas soal digunakan rumus Cronbach Alpha:

k Ʃsi ²
r11=[ ][1− ]
k −1 s²t

Keterangan:
r11 = koefesien reliabilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan
1 = bilangan konstan
Si2 = Varian skor total
Ʃsi2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item
7. Analisis Data
Pengolahan data yang dilakukan didalam penelitian ini adalah
dari data hasil pre-test dan post-test. Setelah data tersebut
diperoleh, selanjutnya dilakukan pengolahan data. Data hasil pre-
test dan post-test yang diperoleh, terlebih dahulu diuji
normalitasnya, jika hasil yang didapat dari pre-test dan post-test
berdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas
untuk kedua data tersebut. Hasil yang didapat dari kedua data
tersebut jika kedua data menghasilkan kedua data bervariansi
homogen, maka selanjutnya dilakukan uji t. Tetapi jika salah satu
data bervariansi tidak homogen maka selanjutnya dilakukan uji t’.
Sedangkan jika salah satu data atau kedua data tidak berdistribusi
normal, maka dilakukan uji dengan uji statistik non-parametrik
yaitu dengan uji Mann Whitney. Untuk melihat adanya
peningkatan hasil belajar peserta didik digunakan uji Gain
Ternormalisasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar
peserta didik, yang didapat dari hasil pre-test dan post-test.
Menurut Sundayana (2015) langkah-langkah analisis data hasil tes
adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data Dengan Liliefors
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji
kenormalan yang dilakukan adalah uji Liliefors (Nana. S,
2005). Dengan langkah sebagai berikut:
1) Hipotesis
Ho : data sampel tidak berasal dari populasi
berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal.
2) Taraf Signifikansi
(α) = 0,05
 Urutan data sampel dari kecil ke besar
 Menentukan nilai Zi dari tiap-tiap data
dengan
xi−x
rumus z=
s
Keterangan :
s : Simpangan Baku dan tunggal
xi: Data Tunggal
x : Rata-rata data tunggal
 Tentukan besar peluang untuk masing-
masing nilai Z berdasarkan tabel Z sebut
dengan f(Z)
 Hitung frekuensi komulatif dari masing-
masing nilai Z sebut S(Z)
 Tentukan nilai L0 dengan rumus F(Z) - S(Z)
kemudian tentukan nilai mutlaknya. Ambil
yang paling besar dan bandingkan dengan
Lt dari tabel liliefors.
 Adapun kriteria pengujiannya adalah
sebagai berikut:
Tolak H0 Jika L0 > Lt
Terima H0 Jika L0 ≤ Lt
b. Uji Homogenitas
Setelah uji normalitas, dilakukan juga uji homogenitas. Uji
homogenitas untuk mengetahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan
adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher (Nana,
2005, hlm. 273).
s1
F=
s2
Keterangan :
F : Homogenitas
S12 : Varians yang besar
S2 2 :
Varians yang kecil
c. Uji Gain Ternormalisasi
Sundayana (2015) mengemukakan bahwa “gain
ternormalisasi (g) untuk memberikan gambaran umum
peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan
kemampuan pemecahan masalah statistika antara sebelum
dan sesudah pembelajaran”. dalam penelitian ini uji gain
ternormalisasi dilakukan untuk menganalisis hasil belajar
IPS antara dua kelas yang diteliti, analisis dilakukan
dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi oleh Hake
(dalam Sundayana, 2015) yaitu:

skor tes akhir−skor tes awal


Gain Ternormalisasi=
skor tesideal−skor tes awal

d. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk menguji apakah
hipotesis yang telah dilakukan pada penelitian ini diterima
atau tidak. Uji hipotesis digunakan untuk melihat hasil tes
peserta didik dari kelompok eksperimen dan kontrol
dilakukan uji parametrik yaitu uji-t Statistik yang
digunakan dalam pengujian hipotesis, uji-t digunakan
ketika informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi
tidak diketahui. Uji-t adalah salah satu uji yang digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang
signifikan dari dua buah mean sampel (Hartono, 2008:63).
Uji hipotesis ini menggunakan uji t dengan rumus (Anas,
2010, hlm. 314):
͞ X 1−͞ X 2


Thitung = ( n 1−1 ) S 1² + ( n 2−1 ) s 22 1 ❑
1
( + )
n 2+n 2−2 n1 n 2
Ttabel=t(ɑ,n1 + n2-2)
Keterangan:
x1 : Rata-rata sampel eksperimen
x2 : Rata-rata sampel control
n1 : Banyak sampel eksperimen
n2 : Banyak sampel control
S1 : Standar Deviasi dari sampel eksperimen
S2 : Standar Deviasi dari sampel control
S : Standar Deviasi
Setelah dilakukan uji t kemudian membentuk
interprestasi terhadap (t0) dengan rumus: Df atau db =
(N1+N2) – 2
t0 ≥ t- tabel, berarti H1 diterima dan H0 ditolak
t0≤ t- tabel, berarti H1 ditolak dan H0 diterima, dengan
taraf α = 0,05
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 38.

Anas, Sudjino. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada. hlm. 314.

Anna, Catharina Tri, dkk. (2004). Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES
Press. hlm. 4.

Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta,
cet. 3. hlm. 3.

Djamarah, S.B dan Zain. A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.

Fatirul, Ahmad Noor. (2008). Model-model Pembelajaran Cooperative Learning.


http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/cooperative-
learning.pdf.

Hartono, Jogianto. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta:


CV Andi Offset. hlm. 63.

Hayyu, dkk. (2020). Pengaruh Metode Gallery Walk Dipadu Media Gambar
Berbasis Potensi Lokal Terhadap Pemahaman Konsep Dan Sikap
Kepedulian Lingkungan Peserta Didik SMA Negeri. BIOEDUKASI: Jurnal
Pendidikan Biologi, vol 13 (1), hlm. 49-52

Isjoni. (2009). Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.

Ismail, Arif & Isjoni. (2008). Model-Model Pembelajaran Mutakhir. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar. hlm. 30.

Luzyawati, dkk. (2020). Implementasi Metode Gallery Walk Terhadap Minat Dan
Kemampuan Kognitif Siswa Pada Materi Virus. Jurnal Bio Educatio, Vol.
5 (2), hlm. 1-9.
Muamar, dkk. (2017). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) Yang Dipadu Metode Gallery Walk Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Konsep Penvemaran Lingkungan Kelas X IPS SMA
Negeri 1 Bireuen. JESBIO Vol. VI No. 1, Mei 2017.

Mulyana, E. (2014). Model Pembelajaran Generatif Sebagai Upaya Meningkat


Pemahaman Konsep IPS Pada Peserta Didik. Jurmal Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Vol. 23 No. 2 Desember 2014, hal 26-33.

Pancawati, Endang. (2022). Implementasi Metode Pembelajaran Gallery Walk


untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pembelajaran PPKn Materi
Kewenangan Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 di Kelas X-1 SMAN 4 Kota Bima Semester I
Tahun Pelajaran 2021/2022. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Indonesia (JPPI), Vol 2 (1), hlm. 56-66. Doi:
https://doi.org/10.53299/jppi.v2i1.169.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006.

Pupuh Faturrohman & Sobry M. S. (2010). Strategi Belajar Mengajar melalui


Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Purwanto, M. Ngalim. (2002). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda


Karya. hlm. 82.

Putri, Giatman, & Ernawati. (2021). Manajemen Kesiswaan Terhadap Hasil


Belajar Siswa. Padang: Universitas Negri Padang. hlm. 45.

Rahmad, (2016). Kedudukan Pengetahuan Sosial (IPS) pada Sekolah Dasar.


Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 2. No. 1,

Rahmat, Sri & Husain, R. (2021). Method Gallery Walk On Students’ Learning
Outcomes In IPA Lesson In Class IV SDN 8 Kwandang, Utara Gorontalo
Regency. European Journal of Humanities and Educational
Advancements (EJHEA), Vol. 2 (11).
Roestiyah (1989). Didaktik Metodik. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Roestiyah NK., (2001). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.

Ross, E., (2006). The Social Studies Curriculum. New York: State University of
New York Press.

Sabri, Ahmad. (2010). Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching. Jakarta: PT


Ciputat Press. hlm. 59-60.

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sapriya. (2012). Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Silberman, Melvin. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta. Hhlm. 3.

Slavin, Robert E. (1995). Cooperative Learning. United states of America: Printed


Models.

Soemantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PPS-


FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.

Somantri, N. (2011). Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung:


Remaja Rosdaya dan Program Pascasarjana UPI.

Sudjana, Nana. (1990). Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Bandung: Fakultas


Ekonomi UI. hlm. 50.

Sudjana, Nana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Taristo. hlm. 273.

Sugiyanto. (2008). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Handout


Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 218.

Suharsimi, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 211, 221, & 231.

Sumaatmadja, Nursid. (2001). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: PT


Bumi Aksara. hlm. 20.

Sundayana. (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: alfabeta CV.

Sumadi, Suryabrata. (1990). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajawali. hlm. 5.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surakhmad, W. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, dan Teknik.


Bandung: Tarsito.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progesif. Jakarta:


Kencana.Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hhlm. 3.

Anda mungkin juga menyukai