Anda di halaman 1dari 56

Menulis Artikel

untuk Jurnal
Hukum

Andri G. Wibisana
OUTLINE
A. Dasar-dasar Tulisan Yang Baik
B. Pendahuluan Sebagai Kunci Tulisan
C. Format Artikel
D. Kutipan Langsung dan Parafrase
E. Bahasa
F. Jurnal Hukum atau Non-Hukum?
G. Macam-macam Jurnal
H. Jurnal AS atau Jurnal Non-AS?
1. JURNAL AS
2. JURNAL NON-AS (EROPA)
I. Penentuan Jurnal
J. Dokumen yang Disiapkan
K. Hal Penting Lainnya
2
A. DASAR-DASAR TULISAN YG BAIK
• Menurut Volokh, tulisan yang baik setidaknya
akan mampu memaparkan enam hal.
Pertama, adanya pernyataan (claim); Kedua,
bersifat baru (novel); Ketiga, bukan merupakan
hal yang selayaknya telah diketahui (non-
obvious); Keempat, berguna (useful); Kelima,
masuk akal (sound); dan Keenam dilihat oleh
pembaca sebagai artikel yang memenuhi sifat
kedua s.d. kelima.

3
• Samuelson mengemukakan dua persoalan yang
harus dihindari dari tulisan:
• Pertama, tulisan seringkali tidak memiliki sesuatu
untuk disampaikan.
• Pada satu sisi, tulisan hanya berisi uraian
deskriptif tentang hukum tertentu atau
gambaran hasil survey literatur, tanpa ada
analisa di dalamnya.
• Pada sisi lain, tulisan menunjukkan bahwa
penulisnya bersikap mendua atau bahkan tidak
memiliki sikap sama sekali terkait suatu hal.
• Kedua, tulisan juga seringkali memuat terlalu
banyak gagasan. Hal ini biasanya terjadi ketika
penulis merasa semua hal penting untuk
disampaikan, sehingga ia gagal untuk memilih
gagasan mana yang menjadi fokus dari tulisannya.
4
1. Pernyataan (Claim)
• Tesis
• Tipe: Deskriptif, Perskriptif, Campuran (Deskriptif dan Perskriptif)
• Kata kunci: deskripsi/eksplanasi/eksposisi, narasi, identifikasi, evaluasi, analisa
kritis, eksaminasi
• Tulisan yang hanya deskriptif harus dihindari
• Contoh pernyataan (Volokh):
• “Aturan X tidaklah konstitusional karena…”
• “Pembuat undang-undang seharusnya membuat undang-undang mengenai…”
• “Jika diinterpretasikan secara tepat, Pasal X memiliki makna bahwa…”
• “Aturan ini dapat memiliki dampak berupa…”
• “Aturan ini dapat memiliki akibat berupa…, karenanya harus diganti [atau
diubah sehingga berbunyi…]”
• “Pengadilan telah menginterpretasikan aturan X sebagai…, karenanya aturan
tersebut perlu diamandemen sehingga berbunyi…”
• “Beberapa aturan hukum dalam hal tertentu ternyata tidak konsisten,
sehingga berakibat pada…”
• “Penelitian empiris dari tulisan ini menunjukkan bahwa aturan X tanpa
disadari telah mengarahkan kita pada …, dan karenanya aturan tersebut harus
diubah menjadi…”
• “Penelitian empiris dari tulisan ini menunjukkan bahwa aturan X memiliki efek
positif berupa…, dan karenanya perlu dipertahankan [diperluas penerapannya
ke arah…]”
• “Pandangan umum yang menyatakan bahwa … adalah keliru [tepat], karena
…” 5
2. NOVELTY
– Alternatif:
• Menyatakan sesuatu yang belum dinyatakan oleh orang
lain, atau
• Solusi, perspektif, nuansa baru
• tulisan yang memuat Micro-legal questions
• Menganalisa persoalan hukum spesifik, misalnya
pasal/peraturan tertentu atau aturan tertentu dari sebuah
kasus.
– Misalnya mencari solusi atas persoalan hukum tertentu,
mencari interpretasi baru atas aturan hukum tertentu,
atau mengevaluasi aturan hukum tertentu
– Dimulai dari pembahasan mengenai perumusan
peraturan perundang-undangan, atau pembedaan
antara fakta, aturan, dan obiter dicta di dalam sebuah
putusan
• Bagaimana membuat tulisan semacam ini tampak “baru”? 6
Novelty (Cont’d)
• Pertama, mencari koherensi dan integritas dari aturan hukum
yang sedang dibahas
• ‘interpretive legal theory’ yang bertujuan untuk mencari
kaitan antara berbagai aspek/gambaran (features) dari
hukum, atau menggambarkan struktur dasar dari hukum
• ‘legal synthesis’ yang bertujuan untuk menyatukan
elemen-elemen yang sepertinya terpisah di dalam berbagai
peraturan atau kasus, sehingga menjadi aturan/standar
yang koheren
• “systemic approach” yang menguji apakah aturan-aturan
yang berbeda dapat menunjukkan karakteristik yang sama
sebagai sebuah bagian dari sistem yang sama
• Kedua, pendekatan sejarah hukum
• Mengkaji bagaimana sejarah hukum menjelaskan hal dari
masa lalu yang masih bisa diterapkan pada hukum
sekarang
• Sejarah hukum dapat menjadi cara untuk memahami,
mengkritisi, dan menilai aspek hukum tertentu saat in
7
Novelty (Cont’d)
• Ketiga, menambahkan topik makro ( ‘macro-legal
topics’) ke dalam ‘micro-legal analysis’
• Menambahkan konsep, masalah, atau asas hukum
tertentu yang biasanya dibahas di dalam filsafat
hukum atau teori hukum
• Misalnya pembahasan mengenai nullum crimen sine
lege.
• Keempat, perbandingan hukum
• Melakukan perbadingan antara dua atau lebih sistem
hukum dibandingkan
• Mengapa sistem hukum tersebut berbeda, dan
apakah dibutuhkan konvergensi hukum
• Membantu untuk mengetahui jawaban atas
pertanyaan tertentu terkait aturan di dalam
sistem hukum setempat
8
Novelty (Cont’d)
• Kelima, melakukan pendekatan interdisipliner
• Misalnya: kajian law and economics, law and
finance, law and sociology, law and literature
• Keenam, menghubungkan hukum dengan
kenyataan (‘connecting law to life’).
• Law in action
• Penelitian hukum perlu juga untuk
mempertimbangkan aspek politik, ekonomi,
budaya, atau kualitas penegakan hukum dari
negara di mana sebuah aturan hukum
diberlakukan

9
3. NON-OBVIOUSNESS
– Pernyataan/kesimpulan kita bisa saja merupakan
pernyataan yang baru, tetapi pada saat yang sama
merupakan pernyataan yang sangat jelas (orang lain
pun sudah mengetahuinya)
– Misalnya: Hak atas lingkungan yang baik dijamin dalam
konstitusi RI.
– Tips: memberikan nuansa tambahan (faktor-faktor
tambahan) bisa menambah non-obviousness pada
pernyataan kita.

10
4. UTILITY
• Kegunaan secara praktis dan teoritis
• Tambahkan unsur preskriptif pada hasil
deskriptif kita
• Aplikasikan temuan pada yurisdiksi lain
• Fokus pada issue yang tidak tergarap (oleh
putusan, peraturan, atau tulisan lainnya)

11
5. SOUNDNESS
– Apakah pernyataan kita masuk akal?
• Jika topik kita terkait materi non hukum, gunakan artikel/bahan
non hukum sebagai rujukan.
• Untuk mendukung kemasukakalan dari tulisan/klaim, maka
diperlukan argumen yang kuat.
• Untuk mendukung argumen yang kuat, diperlukan bukti yang
kuat:
– Peraturan
– Putusan
– Artikel/pendapat dari penulis yang memiliki otoritas
• Karena itu, referensi menjadi sangat penting
– Pastikan setiap argumen didukung oleh referensi yang kuat
– Usahakan selalu merujuk pada literatur primer
– Hindari referensi yang tidak jelas sumbernya (seperti
WIKIPEDIA)
12
5. SOUNDNESS
• MANFAAT REFERENSI
• Sebuah artikel yang baik memiliki gagasan dan argumen yang kokoh.
Untuk membentuk argumen yang kokoh ini diperlukan bukti yang kuat.
Karena itu, artikel tidak hanya harus konsisten dan koheren, tetapi juga
harus didukung oleh bahan-bahan pendukung.
• Untuk mendukung argumen/gagasan yang diajukan, maka penulis
harus merujuk pada putusan yang diterima, peraturan/hukum yang
berlaku, atau teori dari ahli hukum atau dari disiplin lain. Dalam hal ini,
penulis harus mampu menyeleksi referensi yang ada, sehingga
referensi tersebut adalah referensi yang paling penting atau relevan,
yang berasal dari sumber yang autoritatif.
• merujuk pada sumber utama (primary reference)
• Hindari blog atau Wikipedia
• Sedapat mungkin setiap pernyataan penting disertai dengan
rujukan pada referensi yang baik à untuk menunjukkan bahwa
argumen dibangun secara hati-hati dan kuat
• Referensi harus dapat diverifikasi
• Pernyataan tentang teori/konsep yang sifatnya umum, harus
merujuk pada referensi yang tersedia pada level internasional
13
5. SOUNDNESS
– Hindari logical fallacies
a. Fallacies karena dasar yang tidak relevan
• Ad hominem
• Appeal to people (Argumentum ad Populum)
• Appeal to pity (Argumentum ad Misericordiam)
• Argument from ignorant (Argumentum ad Ignorantiam):
menyatakan bahwa sebuah pernyataan tertentu benar
karena belum ada yang membuktikan sebaliknya
• Appeal to authority (Argumentum ad Verecundiam)
• Strawman fallacy
• Red herring: mendukung gagasan tertentu dengan fokus
pada issue yang tidak relevan

14
5. SOUNDNESS
b. Fallacies karena kekeliruan asumsi
• Non Causa Pro Causa: pengambilan kesimpulan yang salah
karena menganggap faktor yang irrelevan dianggap sebagai
penyebab atas sebuah akibat
• Post Hoc Ergo Propter Hoc: menyimpulkan faktor sebagai
sebuah sebab hanya karena faktor tersebut muncul terlebih
dahulu
c. Fallacies dari ambiguitas kata
• Equivocation: kata yang mengandung banyak makna
• "This team needs a new pitcher. So go and get one from off
the shelf in the kitchen!“
• Composition: menyimpulkan (secara keliru) bahwa apa yang
terjadi pada bagian juga akan terjadi pada keseluruhan
• “The pieces of this pie are (roughly speaking) triangular. So
the pie itself must be triangular too.”
• Division: menyimpulkan (secara keliru) bahwa apa yang terjadi
pada keseluruhan juga akan terjadi pada bagian
• “The pie is round. So its pieces must be round”
• Amphiboly: ambiguity karena pungtuasi,
• `"I hereby leave $5,000 to my friends John Smith and
William Jones.“ 15
5. SOUNDNESS
d.Fallacies karena dasar yang cacat
• Hasty generalisation: generalisasi
berdasarkan sampel yang terlalu
sedikit atau bias
• Accident: kekeliruan dalam
pengambilan kesimpulan karena
kegagalan melihat bahwa faktor
spesifik dapat membuat hal yang
bersifat umum tidak lagi dapat berlaku
• False dichotomy

16
Membangun Argumen
• Legal reasoning dan legal theories (Linda Edwards)
1. Rule-based reasoning, sebagai dasar teori biasanya digunakan
formalism
2. Analogical reasoning (menyamakan fakta dari satu kasus
dengan kasus lain), sebagai dasar teori biasanya digunakan
legal realism
3. Policy-based reasoning (menekankan pentingnya hukum
tertentu bagi tujuan tertentu dalam masyarakat), sebagai
dasar teori biasanya digunakan legal realism, law and
economics, CLS
4. Principle-based reasoning (menekankan pentingnya hukum
tertentu berdasarkan prinsip tertentu, seperti keadilan,
demokrasi, dll), sebagai dasar teori biasanya digunakan
natural law, fundamental right, CLS
5. Custom-based reasoning (menekankan kondisi tertentu dari
kebiasaan atau norma sosial), sebagai dasar teori biasanya
digunakan legal realism,
• Inferential reasoning (pengambilan kesimpulan dari serangkaian
bukti tertentu—misalnya dalam proses pembuktian kausalitas)
17
Membangun Argumen
• Tipe legal arguments (Helene Shapo, dkk)
1. Authority argument based on precedent
• Interpretasi putusan secara sempit
• Perluasan interpretasi utk mengisi gap
• Hati-hati: Conflicting authorities, overruling precedents
2. Authority argument based on statutes
• Plain meaning analysis
• Problem: syntactic ambiguity (ketidakjelasan karena penempatan atau
pemilihan kata), semantic ambiguity (ketidakjelasan karena kata kadang
dapat memiliki banyak makna)
• (sources of ) Legislative intent:
• Statutory context
• Legislative history
• Precedent statutes
3. Policy arguments:
• Normative: moral, social policy, corrective justice
• Economic argument
• Institutional competence argument (tentang kewenangan dan kompetensi)
• Judicial administration argument (tentang dapat/tidaknya diterapkan sebuah
aturan tertentu)
18
B. PENDAHULUAN SEBAGAI KUNCI TULISAN
1. Fungsi pendahuluan:
–Mengajak orang untuk membaca tulisan kita
lebih jauh
• Untuk mereka yang mau membaca lebih jauh:
pendahuluan juga harus berfungsi untuk
menyediakan info ttg kerangka tulisan yang akan
dilaluinya pada saat membaca tulisan ini
• Untuk mereka yang tidak mau membaca lebih
jauh: pendahuluan memberikan info ttg apa isi
dari tulisan, yaitu apa masalah yang ingin
dibahas, apa gagasan utamanya, dan apa
pentingnya tulisan ini

19
2. Muatan Pendahuluan
• Muatan:
• Latar belakang masalah, dan pentingnya
artikel
• Problem/permasalahan/pertanyaan yang
hendak dijawab
• Thesis statement!!
• Penjelasan tentang struktur tulisan: “Setelah
Pendahuluan, Bagian I akan menjelaskan
gambaran mengenai…. Selanjutnya, analisa
mengenai […] akan diberikan pada Bagian
II….Kesimpulan akan diberikan pada Bagian
[….]”
• Pendahuluan tidak terlalu panjang
20
3. Metodologi?

X
• Di Indonesia: “Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode
penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang menggunakan studi
dokumen atau kepustakaan. Artikel ini menggunakan bahan hukum
primer berupa…., bahan hukum sekunder berupa…”.
• Di luar negeri, beberapa artikel pada jurnal hukum, kalau bukan
sebagian besar, tidak memiliki bagian yang secara khusus tentang
metodologi. Bahkan banyak juga yang tidak membahas metodologi
sama sekali.
• Hal ini berlaku jika metodologi yang dipakai adalah doktrinal
(bagian metodologi hanya menjelaskan data sekunder, bahan
hukum yang dipakai).
• Yang perlu diterangkan bukanlah bagaimana data diperoleh,
tetapi bagaimana bahan hukum yang ada akan ditelaah.
• Pendekatan analitis, perspektif, atau mungkin teori
• Misalnya: perbandingan, sejarah hukum, atau
pendekatan non-hukum (law and economics, sociology of
law, dst)
• Sementara metodologi dalam arti bagaimana data diperoleh hanya
akan diterangkan jika tulisan didasarkan pada penelitian empiris
21
3. Metodologi? (Cont’d)
• Sekali lagi tentang penelitian normatif
“Legal doctrine is often called a normative discipline , which is
not only describing and systematising norms (a discipline
about norms), but also and to a large extent, a discipline which
takes normative positions and makes choices among values and
interests. This, indeed, is inevitable when, for example, some
interpretation is preferred over alternative ones. Ultimately this
choice will be determined by giving more weight to some values
or interests than to competing ones.
For some, legal doctrine is primarily looking for ‘better law’. This
refers to elements which are external to law and to legal
doctrine: philosophy, morals, history, sociology, economy and
politics. Hence, looking for ‘better law’ may require empirical
research, especially when ‘better’ means better from an
economic or sociological point of view, or when reference is
made to the ‘prevailing moral (or political) convictions’.”(Mark
van Hoecke, 2011, 10. 22
3. Metodologi? (Cont’d)
• Penelitian normatif:
• Bukan sekedar menerangkan norma, apalagi hanya
menerangkan bunyi peraturan
• Lebih penting lagi: menjelaskan posisi atau pilihan penulis
terhadap hukum ttt
• Terkadang penelitian normatif hendak menjawab pertanyaan
seperti, “seperti apa hukum yang baik?” atau “apakah
hukum/aturan yang ada tepat?”
• Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan perspektif lain,
yang terkadang bukan berasal dari peraturan atau putusan
(sumber hukum)
• HINDARI penggunaan istilah berikut untuk artikel di
jurnal internasional:
• NORMATIVE LEGAL RESEARCH (“penelitian yuridis normatif”)
jika yang dimaksud adalah penelitian dokumen/literatur
• STATUTE APPROACH (?), CASE APPROACH (?)
23
X
C. FORMAT ARTIKEL
• Umumnya di Indonesia:
a. Pendahuluan
b. Metodologi
c. Data
d. Diskusi
e. Kesimpulan
• Seringkali hanya: a. Pendahuluan, b .
Pembahasan, c. Kesimpulan
• Format di atas lebih tepat untuk tulisan
non hukum, misalnya ilmu sosial, atau
sains
24
Format Alternatif [Lebovits]
• Standar:
a. Pendahuluan
b. Latar belakang/overview
c. Diskusi tentang UU atau putusan pengadilan
d. Analisis
e. Diskusi tentang kebijakan
f. Kesimpulan
• Substantive law article:
a. Pendahuluan
b. Perkembangan hukum tertentu
c. Diskusi tentang hukum berbasarkan bahan hukum primer dan
sekunder
d. Diskusi tentang konsekuensi praktis dari hukum yg dipersoalkan
e. Kesimpulan

25
Format Alternatif:
Artikel Hukum sebagai “Drama Tiga Babak”
( Shari Motro)
Introduction
I. The Status Quo and its rationale (“The Villain’s Day
in the Sun ”)
A. The Status Quo Described
B. Rationales for the Status Quo
1. Rationale 1
2. Rationale 2
II. Argument (“Battle of the Titans”)
A. Subheading
B. Subheading
III. Proposal (“Hero Dreams Big ”)
IV. Conclusion
26
D.KUTIPAN LANGSUNG DAN PARAFRASE
• Textual references: hanya menjelaskan sumber bacaan
• Authoritative references: menunjukkan bahwa sumber
informasi/referensi yang digunakan adalah sumber yang
terpercaya (misalnya: pernyataan resmi negara, pendapat
pakar di bidangnya)
• Dua golden rules:
I. Semua yang bukan dari penulis sendiri harus
diberikan referensi
• Jujur
• Menghargai karya orang lain
II. Referensi saja belum cukup, tetapi harus:
1. jika informasi dari orang lain tidak diubah,
dijadikan kutipan langsung
2. Jika informasi tersebut tidak diberikan tanda kutip,
HARUS diubah dengan kata-kata sendiri tanpa
mengubah makna dari sumber asli
• PARAFRASE
27
KUTIPAN LANGSUNG
• Tujuan utama dari kutipan lansung:
• Menyatakan sebuah hal adalah asli dari sumbernya
(tanpa perubahan dari penulis)
• Karena itu jika ada perubahan harus dinyatakan:
• penekanan (garis bawah atau italics) ditambah “[garis
bawah dari penulis]”
• Jika ada typo di sumber asi ditambah “[sic!]”
• Jika
• Pada akhirnya, kutipan langsung hendak meyakinkan
pembaca bahwa sumber yang dikutip tersebut memang
menyatakan hal yang dimaksud

28
• Kutipan langsung:
Terkait perbuatan melawan hukum, Pasal 1365
KUHPerdata menyatakan: “[t]iap perbuatan melawan
hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”1
• Kutipan tidak langung:
Seperti dinyatakan oleh Pasal 1365 KUHPerdata, jika
seseorang melakukan perbuatan yang melawan hukum,
maka orang tersebut dibebani kewajiban untuk
mengganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan oleh
perbuatan melawan hukumnya itu.1

___________
1KUHPerdata, Pasal 1365.

vPARAFRASE!!! Sangat penting untuk kutipan tidak langsung

29
Contoh mengutip dari teks bahasa Inggris:

30
Contoh kutipan dari pengadilan Indonesia

31
PARAFRASE
• Semua yang bukan dari penulis sendiri harus
diberikan referensi
• Sebagian besar dari kutipan yang akan dibuat adalah
kutipan tidak langsung
• Membuat referensi/catatan kaki saja TIDAK CUKUP
• PERLU PARAFRASE
• ketika melakukan parafrase, perbedaan dapat dibuat
dalam bentuk:
a. urutan penyajian informasi/argumen yang berbeda dari
sumber rujukan
b. struktur kalimat yang berbeda dari sumber rujukan
• Catatan: mengubah pasif menjadi aktif, atau sebaliknya, TIDAK
CUKUP
c. pilihan kata yang berbeda dari sumber rujukan
Namun, TIDAK MENGUBAH MAKNA informasi/argumen
sumber yang dirujuk
32
PARAFRASE (Cont’d)
• Langkah:
• memulai kalimat/paragraf dari sudut pandang sendiri;
• ubah struktur kalimat. Misalnya dari S-P-O-K menjadi K-S-
P-O, mengubah kalimat dari aktif ke pasif atau sebaliknya
• CATATAN: Hanya mengubah struktur kalimat, misalnya dari pasif
ke aktif, tidak akan menghapus kemiripan.
• ubah urutan kata (dalam hal kalimat yg diparafrase), serta
kata dan kalimat (dalam hal paragraf yang diparafrase);
• ganti sebanyak mungkin kata yang dikutip dengan
sinonimnya;
• Sisakan beberapa istilah kunci dari kalimat/paragraf asli, yang jika
diubah akan mengubah makna kalimat/paragraf
• perhatikan/cek lagi kalimat atau paragraf baru yang telah
diparafrase.
• Parafrase tidak mengubah makna kalimat/paragraf yang asli!!
• jangan lupa mencantumkan rujukan ke sumber asli!!

33
E. BAHASA
• Bahasa Inggris terutama berguna untuk
membaca/memahami literatur agar tulisan kita
kaya akan referensi, dan bukan untuk menulis
• Sebuah artikel yang bagus tetaplah bagus
terlepas apakah artikel itu ditulis dalam bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris. Demikian pula
artikel yang buruk, dia akan tetap buruk meskipun
ditulis dalam bahasa Inggris yang baik
• Hindari penggunaan kata ganti orang pertama
(tunggal atau jamak), misalnya: Saya, Kami,
penulis, I, we, the author.
• Usahakan menggunakan kata yang gender-
neutral
34
1. Kalimat Efektif
• Gunakan bahasa seefisien mungkin (Sangat
penting!!!)
–Kalimat pendek. Short sentences, long
ideas
–Jika sebuah kalimat terpaksa
menggunakan anak kalimat, maka
jumlah anak kalimat dalam satu kalimat
tidak boleh lebih dari satu
–Karena kalimatnya pendek, maka kita
harus sering menggunakan kata/frase
penghubung.

35
2. Format Paragraf
• pokok pikiran dari sebuah paragraf diungkapkan
pada setiap awal paragraf.
• Kalimat berikutnya adalah penjelasan/pendukung dari
kalimat pertama ini.
• Bandingkan dengan Gorys Keraf
• Paragraf dapat ditutup dengan kalimat penutup
yang fungsinya, antara lain: menegaskan kalimat
utama atau menjadi kalimat penghubung ke
paragraf berikutnya
• Di antara (akhir) bagian (subbab) satu dengan
bagian (subbab) lainnya dapat disisipkan paragraf
penghubung
• Dapat berisi rangkuman dari apa yang telah
dibahas, dan apa yang akan dibahas
selanjutnya
36
F. Jurnal Hukum atau Non-HUkum
• Jurnal Hukum atau Non-Hukum?
+Jurnal hukum menjamin linearitas
+Jurnal hukum memiliki kerangka berfikir yang
familiar
+Sebagian besar gratis
- Jurnal hukum akan meminta bahasa Inggris
yang lebih
- Sebagian tidak terindeks scopus

37
G. MACAM-MACAM JURNAL HUKUM
I. Jurnal yang bersifat umum
(main/generalist/university flagship law
review), seperti Harvard Law Review
• Sangat bergengsi!!!
• Q1
• Untuk jurnal di AS, biasanya terbatas pada
sesuatu yang sangat Amerika atau teoretis
II. Jurnal yang bersifat khusus, misalnya:
Harvard Environmental Law Review
• Lebih sesuai dengan kekhususan ilmu/topik kita
• Sayangnya, untuk jurnal hukum AS yang seperti
ini seringkali tidak terindeks scopus à pilih jurnal
Eropa 38
III. Jurnal yang bersifat perbandingan hukum,
misalnya: American Journal of Comparative
Law,
• Jurnal semacam ini memfasilitasi
perdebatan/perkembangan hukum di satu negara
dibandingkan dengan perkembangan hukum di
negara lain atau dalam level internasional
• Sayangnya lebih sedikit lagi yang terindeks
scopus
IV. Jurnal yang bersifat regional, misalnya: Asia
Pacific Journal of Environmental Law
• Memfasilitasi artikel tentang perkembangan
hukum di satu negara yang termasuk region
tersebut
• Sangat sedikit yang terindeks scopus

39
H. JURNAL AS ATAU JURNAL NON-AS?
1. JURNAL AS
• Panjang tulisan di AS: maks. 25.000 s.d. 30.000 kata termasuk
referensi
• Sekitar 37-45 halaman A4 spasi tunggal
• Student-Edited Journals
• general-interest (or "flagship") law review (mis. Harvard
Law Review) yang mempublikasikan artikel dengan range
topik yang luas.
• Tapi banyak juga jurnal yang fokus pada satu atau beberapa
topik, misalnya: Harvard Environmental Law Review
• Dimungkinkan adanya pengiriman satu artikel ke beberapa
Student-edited journals sekaligus (biasanya melalui
Scholastica) à Tawar menawar
• Biasanya US law reviews adalah student-edited journals
40
1. JURNAL AS (CONT’D)
• Jurnalnya banyak sekali, tetapi yang teindeks
scopus kebanyakan yang university flagship
journal (sangat kompetitifàQ1)
• Waktu pengiriman: sebaiknya pada bulan Maret
dan pertengahan sampai akhir Agustus
• Disarankan untuk tidak mengirimkan artikel
pada bulan Oktober s.d. Februari
• Waktu yang kurang baik untuk pengiriman:
• Mei sampai dengan Agustus à libur
• April à menjelang libur
• Septemberà menjelang “tutup buku”
• Biaya publikasi?
• GRATIS!!!
• Jika ada biaya: pengiriman lewat scholastica $7
per artikel per jurnal
41
1. JURNAL AS (CONT’D)
+Bergengsi
+Terjamin masuk ke westlaw/lexis-
nexis/heinonline, sehingga kemungkinan
diakses/dibaca oleh orang lain lebih tinggi
+Pilihan jurnal banyak, dan hampir semuanya
tidak meminta exclusive submission
- Sangat sulit
- Bahasa Inggris
- Banyak yang meminta keterkaitan dengan
AS
- Waktu pengiriman terbatas
- Sering kali ditolak tanpa alasan
42
JURNAL AS (CONT’D)
BLUEBOOK
• Digunakan untuk artikel yang dikirim ke Jurnal Hukum dari
sekolah hukum di Amerika Serikat
• Dengan cara ini editor akan dimudahkan pekerjaannya, karena
mereka tidak lagi harus mengkonversi gaya sitasi kita ke cara
sitasi bluebook.
• Contoh:
• Working paper:
• Klaus J. Hopt, Comparative Company Law 1162-1191 (ECGI
Working Paper Series in Law Working Paper N°.77/2006,
December 2006)
• Jurnal:
• Lawrence B. Solum, Procedural Justice, 78 SOUTHERN
CALIFORNIA LAW REVIEW 181, 190 (2004).
• Buku:
• Christopher Newfield, UNMAKING THE PUBLIC UNIVERSITY: THE
FORTY-YEAR ASSAULT ON THE MIDDLE CLASS, 12 (2008)

43
• Artikel dalam buku:
– David Brown, Frances Seymour, and Leo Peskett, How Do We Achieve
REDD Co-Benefits and Avoid Doing Harm?, in: MOVING AHEAD WITH REDD:
ISSUES, OPTIONS, AND IMPLICATIONS 107, 111 (A. Angelsen, ed., 2008) .
• Pengarang buku/artikel lebih dari 3 orang: Joseph A. McCahery, et al.
• Editor lebih dari 3 orang: Joseph A. McCahery, et al. (eds.)
• cross-reference yang terselang artikel/buku lain:
– Vanessa Wilcox, supra note 28, at 30
• Cross-reference yang tidak terselang artikel/buku lain:
– Vanessa Wilcox, Id., at 31
• Cross-reference yang tidak terselang artikel/buku lain pada halaman yang
sama:
– Vanessa Wilcox, Id.
• Contoh Putusan dan Peraturan di AS
• Apex Oil Co. v. United States, 208 F. Supp. 2d 642, 658 (E.D. La. 2002)
• Comprehensive Environmental Response, Compensation, and Liability Act,
42 S.S.C. §§ 9601-9675 (1994), art....
• Contoh Bahan internasional:
• The 1992 Rio Declaration on Environment and Development, UN Doc.
A/CONF.151/26 (vol. I) / 31 ILM 874 (1992)(hereinafter Rio Declaration)
• The 1995 Barcelona Convention for the Protection of the Marine
Environment and the Coastal Region of the Mediterranean, opened for
signature 16 February 1976, amended 10 June 1995 (the Amended
Convention in force 9 July 2004), 1102 UNTS 27, art. 3(a).
• Menggunakan catatan kaki, tanpa daftar pustaka
44
2. JURNAL NON-AS
• Panjang tulisan non-AS: antara 8000-14.000 kata
• Kirim ke Eropa: ScholarOne (link dari tiap jurnal)
• GRATIS!!! (bahkan tidak ada biaya pengiriman)
+ Lebih banyak subject-specific journal yang terindeks
scopus
+ Lebih banyak professional-edited journals
+ Waktu pengiriman lebih leluasa (tidak terikat)
+ Jawaban cepat (sebulan)
+ Penolakan disertai alasan
- Meminta exclusive submission!!
- Hanya terjamin dapat diakses melalui heinonline,
tetapi tidak terakses melalui westlaw/lexisnexis 45
2. JURNAL NON-AS (CONT’D)
OSCOLA
• Untuk jurnal di Eropa (dan selain di AS).
• Contoh:
• Putusan
• Callery v Gray [2001] EWCA Civ 1117, [2001] 1 WLR
2112 [42], [45]
• Bunt v Tilley [2006] EWHC 407 (QB), [2006] 3 All ER
336 [1]–[37]
• Legislasi
• Consolidated Version of the Treaty on European
Union [2008] OJ C115/13
• Tulisan Artikel
• Paul Craig, ‘Theory, “Pure Theory” and Values in
Public Law’ [2005] PL 440
• Menggunakan catatan kaki, tidak menggunakan Daftar
Pustaka!
46
Apakah artikel tentang (US) flagship law reviews/journals; e.g.
Ya
konsep hukum AS? Harvard Law Review
Tidak

Ya (US) flagship law reviews/journals; e.g.


Apakah artikel berisi pembahasan Harvard Law Review
teoretis/filosofis?
Tidak
subject-specific law reviews; e.g.
Membahas bidang hukum tertentu Ya Harvard Environmental Law Review
Tidak

Membandingkan Comparative law reviews; e.g.


Indonesia dan negara Ya
Asian journal of comparative
lain? law
Tidak

Hanya membahas law reviews fokus pada regio tertentu (biasanya


Indonesia? Ya juga subject-specific law reviews); e.g. Asia-
Pacific Journal on Human Rights and the Law

47
I. PENENTUAN JURNAL
• Jika peduli dengan scopus:
https://www.scimagojr.com
• Jurnal hukum akan masuk dalam ASJC (All
Science Journal Classification) dengan
nomor kode: 3308
• Pentingnya jurnal hukum bagi ranking
fakultas

48
49
50
51
• Jika tidak peduli dengan “scopas-scopus”:
https://managementtools4.wlu.edu/LawJournals/

52
J. DOKUMEN YANG DISIAPKAN
• Kepala surat:
• Abstrak:
• Uraian singkat artikel
• Penjelasan mengapa artikel kita menarik dan penting
• Abstrak ini merupakan hal yang penting karena akan memberikan
gambaran awal seberapa penting dan menariknya artikel kita,
sebelum para editor membaca artikelnya
• Attachments: CV dan Artikel
• Biasanya Artikel dibagi ke dua dokumen:
• Title page: judul, nama pengarang, afiliasi
• Main document: judul dan isi artikel (tanpa ada nama
pengarang, afiliasi, dan tanda apa pun yang mengarah ke
penulis)
53
K. HAL PENTING LAINNYA
I. SITASI
• Pentingnya sitasi bagi dosen/penulis, dan bagi institusi
• Tips:
• Perhatikan SJR
• Alternatif 1: Open access
• Beberapa gratis, misalnya university flagship journals di Amerika)
• Sebagaian (besar) harus ”membeli” open access dari penerbit
• Sangat mahal (US$ 2000-3000)
• Alternatif 2: perhatikan apakah jurnal dapat diakses di journal database
• untuk hukum: westlaw, lexis-nexis, heinonline
• Kalau jurnal dapat diakses di database ini, tidak perlu kita “membeli”
open access
• Kalau tidak dapat diakses melalui database ini?
I. Perhatikan ketentuan copy right dari penerbit/jurnal
• Beberapa penerbit meminta penulis memastikan bahwa artikelnya tidak
memiliki masalah dengan copy right terkait sumber referensinya
• Biasanya terkait kutipan langsung, atau penggunaan tabel atau gambar
• Meminta izin pada pengarang/penerbit
54
Predatory journals?
• #1: Meminta bayaran (publication atau submission fee)
• Mayoritas jurnal hukum, tidak meminta bayaran
• Persoalannya, beberapa jurnal yang sangat bagus seperti Journal of
Law and Economics, meminta submission fee ($100)
• Rule of thumb: tidak semua yang meminta bayaran adalah jurnal predator,
tapi jurnal predator PASTI meminta bayaran
• #2: Proses sangat cepat, publikasi hanya beberapa hari
sampai beberapa minggu dari pengiriman artikel.
• #3: tidak jelas “publication date” (kapan artikel diterima dan
diterbutkan).
• #4: Lingkup terlalu luas dan tidak jelas: Hukum, teknologi,
ekonomi, dll
• #5: banyak sekali artikel yang diterima dalam satu nomor, dan
per tahun terdiri dari banyak nomor (1-2 bulan sekali)
• #6: agresif mengirimkan tawaran ke email kita à spam
• Hati-hati dengan jurnal yang discontinued di scopus (aktif lihat
daftar di Dikti)
• Bedakan dengan ”terlempar” dari scopus à dapat masuk lagi
55
5
6

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai