PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
1. PEMELIHARAAN
Standar itu bertujuan untuk memberikan pedoman dan petunjuk umum tentang
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan pusat listrik, agar pembangkit yang dipelihara
tersebut dapat beroperasi dengan keandalan yang tinggi serta mutu listrik yang baik,
efisien dan daya yang optimum. Sehingga tercapai umur teknis yang diharapkan dan
biaya pemeliharaan yang optimum.
1.2. Definisi
• Manajemen pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan adalah proses kegiatan pemeliharaan yang meliputi
rangkaian tahapan kerja yang teratur, dan sejak perencanaan pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, penelitian dan pengembangan.
• Pemeliharaan pusat listrik
Pemeliharaan pusat listik adalah segala kegiatan pemeliharaan yang meliputi program
pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan uji ulang dengan tujuan utama untuk dapat
mempertahankan unit pembangkit tersebut beroprasi secara optimum.
• Pemeliharaan preventif
Pemeliharaan preventif adalah pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan
yang tiba-tiba dan mempertahankan uji kerja sesuai/mendekati dengan yang
digaransikan.
• Pemeliharaan korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan
berencana pada waktu-waktu tidak tertentu ketika unit pembangkit mengalami
kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan maksud
untuk mengembalikan pada kondisi semula.
• Pemeliharaan darurat
Pemeliharaan darurat adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan
yang mendadak yang waktunya tidak tertentu, yang pelaksanaannya tidak
direncanakan sebelumnya dan sifatnya darurat.
• Jam kerja mesin/pembangkit
Jam kerja mesin/pembangkit adalah lamanya unit pembangkit beroperasi yang
dihitung secara kumulatif dalam satuan jam untuk satu periode tertentu.
• Material pemeliharaan (fast moving)
Material pemeliharaan adalah material untuk keperluan pemeliharaan yang terdiri dari
material umum dan saku cadang yang frekuensi pemakaiannya relatif tinggi.
• Material cadang (slow moving)
Material cadang adalah material yang dicadangkan dalam rangka pemeliharaan.
Khususnya komponen yang jarang rusak. Pengadaan material ini biasanya
memerlukan waktu yang lama.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pemeliharaan adalah satu fungsi dari manajemen operasi suatu instalasi tenaga listrik.
Kegiatan pemeliharaan : Pada hakekatnya adalah melakukan
• Rencana kegiatan pemeliharaan
• Pelaksanaan pemeliharaan, serta
• Kegiatan pengendalian pemeliharaan dan evaluasi atas seluruh fasilitas produksi
(energi listrik).
Kegiatan pemeliharaan juga merupakan kegiatan manajerial yang harus dapat
mempertahankan keandalan instalasi dalam segala kondisi lingkungan dan sistem
pembebanan, tetapi tetap berpedoman pada azas biaya terendah terhadap suatu output
tertentu yang ditetapkan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
2. JENIS PEMELIHARAAN
2.1. Pemeliharaan terencana dan tidak terencana
MAINTENANCE
Planed Unplaned
Maintenance Maintenance
Time-based Condition-based
Maintenance Maintenance
Overhaul unit, dilaksanakan secara periodik dengan interval waktu lebih dari 6 bulan, volume
& jenis pekerjaan mengacu pada buku petunjuk atau sumber lain yang relevan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Hal ini tergantung kepada kita dalam memilah-milah peralatan mana yang sesuai
dengan masing-masing ketiga jenis pemeliharaan tersebut. Namun diusahakan
semaksimal mungkin seluruh peralatan dilakukan dengan condition maintenance.
Geneasi II
Kondisi M SII Generasi III
SIII
Interval waktu tertentu
Sisa waktu
Sisa Waktu
R Standar batas
rusak
Umur
M = Saat mulainya kondisi menurun (menuju rusak)
S = Kapan mesin harus distop untuk tindakan pemeliharaan sebelum kerusakan
terjadi
- Pada Generasi II (preventive maintenance), ditentukan secara interval waktu
tertentu biasanya menurut rekomendasi pabrik
- Pada Generasi III (condition maintenance), ditentukan secara prediktip
berdasarkan monitoring dan analisa kita.
R = Batas rusak
Nilai Maximum
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb
Contoh grafik trend tersebut diatas adalah sbb :
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Dari data tersebut diatas kondisi mesin pada saat ini dapat diketahui.
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Kondisi tidak langsung, yaitu meliputi pengukuran vibrasi, jumlah dan ukuran
partikel suatu komponen yang terlepas, kondisi keretakan, nilai konduktivitas,
kebisingan dan tahanan listrik.
Hasil pemantauan dianalisa untuk mengetahui kondisi sekarang dan kondisi
perkiraan yang akan datang. Analisa kerusakan merupakan tulang punggung dari
pada pemeliharaan prediktip.
Ada dua jenis analisa kerusakan yaitu :
• Analisa teknik
• Analisa statistik
Analisa teknik menentukan sebab dan tingkat kerusakan. Analisa ini biasanya
dilakukan oleh tenaga ahli dibidangnya seperti : Engineer Vibrasi, Engineer
Tribologis, Metalurgis, Performance engineer, dan lain sebagainya.
Analisa statistik menentukan hubungan kerusakan terhadap waktu. Analisa ini
bertujuan untuk memprediksi kondisi peralatann yang akan datang, kapan unit
distop untuk perbaikan atau overhaul, atau bagaimana kondisi operasi yang perlu
diambil untuk menjaga kelangsungan produksi. Pekerjaan ini merupakan tugas
engineer kerjasama dengan engineer analisa teknik.
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
MESIN BEROPERASI
MESI BEROPERASI
LEBIH LAMA
TERGANTUNG
KONDISI
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
DIAGRAM POLA PREDICTIVE MAINTENANCE
- MENGETAHUI - RELIABILITY
PREDIKSI :
KERUSAKAN - AVAILABILITY
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN
- DIAGNOSA - LINGKUP O/H - PERFORMANCE
MACAM EFEKTIF - SAFETY
PT PLN (PERSERO)
TOOL :
TOOL :
10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
3.2. Tujuan
Untuk memberikan pedoman umum tentang pelaksanaan kegiatan predictive
Maintenance di Instalsai agar dapat meningkatkan Reliability (keandalan), Availability
(keterseediaan), Efficiency serta meningkatkan safety yang pada akhirnya akan
menghemat biaya operasi, memperpanjang umur instalasi dan meningkatkan
pelayanan pada pelanggan.
3.4. Sasaran
Dalam pelaksanaan Predictice Maintenance untuk suatu priode tertentu (tahunan harus
dirumuskan dan ditetapkan sasaran yang merupakan kondisi atau hal-hal yang ingin
dicapai. Sasaran yang dimaksud dapat berupa unjuk kerja, pemanfaatan waktu dan
biaya pemeliharaan, yang harus diupayakan terus membaik (ada pengingkatan) setiap
tahunnya.
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Ketua Tim berperan sebagaimana seorang fasilitator yang harus memastikan bah-wa :
• Pemantauan dilakukan dengan benar
• Anggota Tim yang melakukan pemantauan, mengerti betul tentang peralatan yang
dipantau dan tentang Predictive Maintenance
• Analisa hasil pemantauan dilakukan dengan benar
• Memelihara semangat, antusias dan komitmen anggota
• Proses analisa dilakukan dengan cepat dan tepat waktu
Alat kerja untuk pemantauan sebaiknya dimiliki setiap instalasi, atau diusahakan dari
sumber lain.
3.11. Anggaran
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
3.14. Pengendalian
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
NDT
1. Pengertian NDT
NDT adalah singkatan non destruktif test, yang artinya adalah pengujian tak merusak. Maksud
dari pengujian ini adalah bahwa bendanya tidak akan dirusak, dipanasi, dirubah yang sifatnya
akan merubah struktur benda tersebut. Jadi benda sebelum diuji dan sesudah diuji akan
mempunyai struktur logam yang sama. Selain NDT ada juga DT yang berarti pengujian dengan
jalan merusak, contohnya uji tarik, uji tekan, uji puntir dan lain – lain.
Untuk materi kursus modul II / PM akan membahas NDT pada permukaan benda saja, dan
untuk membahas NDT cacat dalam akan dibahas dalam materi kursus modul III / PM.
Untuk mengetahui keadaan fisik material atau bagian – bagian dari mesin konstruksi, maka
diperlukan beberapa cara, dari cara yang paling sederhana hingga cara yang memerlukan
pengertian khusus.
NDT bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keadaan material masih layak dipakai atau
perlu diganti, jadi dengan mengetahui adanya keretakan – keretakan akan bisa diprediksi suatu
peralatan masih biasa beroperasi atau harus dilakukan perbaikan atau perbaikan suku
cadangnya.
1. Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang – kadang memakai kaca pembesar.
2. Pengujian kebocoran dengan air sabun.
3. Pengujian dengan spot chek.
4. Pengujian dengan fluorescent dry penetrant.
5. Pengujian dengan magnetic partikel.
6. Pengujian dengan ultra sonik.
7. Pengujian dengan eddy curent.
8. Pengujian dengan crack depth.
9. Pengujian radiografi dengan sinar X.
10. Pengujian radiografi dengan sinar γ (gamma).
Dan lain – lain.
Metoda nomor 1 sampai dengan 5 termasuk metoda NDT yang sederhana, mudah
pelaksanaannya.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Persiapan: Siapkan:
Laporan:
Laporan dibuat di formulir, Laporan membuat gambar materi yang duji lokasi cacat, besar,
cacat, jenis cacat, pelaksana, catatan lainnya yang dipandang perlu.
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Sebaiknya kita juga mengetahui pengerjaan dengan spot chek. Walaupun pengujian ini
kurang teliti bila dibandungkan dengan pengujian DYE penetrant, tetapi karena masih
banyaknya pengujian spot chek dilakukan alangkan baiknya kita pelajari juga.
Persiapan: Siapkan:
• Siapkan alat – alat pembersih, lap, ampelas dan lain – lain.
• Spot chek terdiri dari cleaner, penetrant, developer.
• Alat – alat untuk membuat laporan: blangko / formulir pengamatan, alat –alat tulis /
gambar.
Pengujian:
1 Bersihkan material yang akan diuji, bersihkan hingga bersih dari kotoran, karat yang
melekat, diusahakan hingga permukaan mengkilap (gunakan batu asah / ampelas duko
untuk membersihkannya).
2 Bila permukaaan bersih dan halus, lap dengan kain yang bersih, sampai kering,
kemudian semprotkan cleaner, ini gunanya untuk menghilangkan lemak / minyak yang
ada pada celah – celah cacat dan seluruh material yang diuji.
3 Semprotkan penetrant pada seluruh permukaan material yang diuji. Warna penetrant ini
merah, Tunggu ± 15 menit supaya penetrant meresap kedalam seluruh celah – celah
cacat.
4 Setelah ± 15 menit bersihkan penetrant dengan majun / lap yang bersih, sampai
material benar – benar bersih kering, tidak ada warna merah lagi (kalau kurang bersih ,
nanti akan mengalami kesukaran dalam evaluasi).
5 Selanjutnya semprotkan developer merata keseluruh permukaan. Warna developer ini
putih, kemudian periksalah apakah warna merah itu muncul, itu adalah warna penetran
yang ada pada celah – celah cacat., karena ada developer menjadi mengembang.
Jadi bisa diketahui adanya cacat, cacat itu bisa berupa retak, luka atau goresan.
6 Ukurlah pajang cacat, untuk memudahkan pengukuran gunakan kertas tipis / kalkir,
tempelkan dan jiplak cacat tersebut, kemudian ukur gambar itu.
Laporan: gambarlah materi yang diuji diformulir laporan. Gambar cacatnya, beri ukurannya,
jenis cacat, tanggal, nama penguji.
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
4.1 Pengertian
Metode Magnetic Particle untuk memeriksa cacat luar, ketelitian metode Magnetic Particle
bergantung pada tekanan joke. Makin tinggi tegangan joke makin teliti.
Pengujian dengan Magnetic Particle lebih cepat dibanding fluorescent DYE penetrant.
Tetapi fluorescent DYE penetrant lebih teliti dibanding Magnetic Particle.
Persiapan:
1. Siapkan alat- alat pembersih: lap, ampelas , batu asah..
2. Siapkan peralatan Magnetic Particle set terdiri dari joke / koil, serbuk besi.
3. Formulir laporan, alat tulis.
Pengujian:
1. Bersihkan material yang akan diuji dengan lap, ampelas, batu asah sampai mengkilap.
2. Pasang joke / koil pada materi yang akan diuji.
3. Taburkan serbuk besi pada materi yang diuji antara dua kutub joke.
4. Amati bila serbuk besi tersebut berdiri disuatu tempat, berarti ditempat itu ada cacat.
Laporan:
Laporan dibuat di formulir laporan.
Membuat gambar materi yang diuji, lokasi cacat, ukuran cacat, jenis cacat, tanggal
pengujian, pelaksana, catatan – catatan yang dianggap perlu.
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
5. Methode Ultrasonic
1.Tebal pipa
Tebal pipa bisa diukur dengan jangka sorong, tetapi jika pipa-pipa tersebut sudah
dirangkai menjadi pemipaan maka sulitlah untuk mengetahui tebal pipa tersebut.
Mengapa tebal pipa harus diketahui ukurannya, ini karena materi pipa terkena erosi
dan korosi oleh aliran fluida dalam pipa maupun terkena udara luar. Maka palinglah
tepat pengguanaan thickness gauge untuk mendeteksinya.
2.Retak / cacat
Meskipun tidak teliti penggunan thickness gauge untuk mengetahui retak / cacat masih
bisa digunakan, walaupun nilai cacat tidak diketahui tetapi ada dan tidaknya cacat
masih bisa dideteksi.
Meskipun thickness gauge sangat praktis, harga langsung terbaca, tetapi juga ada
keterbatasannya, yaitu:
• Panjang pengukuran maksimal ±30 cm.
• Tidak bisa untuk memperkirakan besarnya cacat.
• Arah pengukurannya hanya tegak lurus.
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Gelombang ultrasonic adalah gelombang getaran mekanis suara yang mempunyai frekwensi
lebih tinggi dari frekwensi suara biasa.
Frekwensi getaran ultra sonic biasa dipakai dalam NDT adalah 0,25 – 15 Mhz
Getaran ultrasonic dapat ditimbulkan oleh kristal piezo elektrik yang diberi tegangan listrik.
Kristal piezo elektrik ini kalau diberi tegangan listrik akan mengembang – mengempis
sehingga timbul getaran.
Sebaliknya bila diberi getaran akan timbul tegangan listrik.
Jadi kristal ini bisa memancarkan getaran ultra sonic dan bisa menerima getaran ultra sonic.
Kristal ini digunakan untuk probe ultrasonic flow detector, sebagai pemancar (transmitter) dan
sebagai penerima (receiver).
Ada dua cara perambatan gelombang, yaitu longitudinal dan transfersal.
Getaran longitudinal arah rambatnya sejajar dengan arah getaran (biasa dipakai dalam probe
normal).
Getaran transfersal arah rambatnya tegak lurus arah rambatan (dipakai pada probe sudut).
Kecepatan dua macam gelombang ini tidak sama (lebih cepat longitudinal).
• Jenis transmisi
• Jenis gema
Pada jenis transmisi dipakai dua probe, satu sebagai pemancar dan satu lagi sebagai
penerima.
Pada jenis gema hanya dipakai satu probe sebagai pemancar maupun sebagai
penerima gelombang dipantulkan kembali.
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Kalibrasi dilakukan dengan menggunakn step wedge, misalkan ketebalan yang akan diukur
antara 4 mm s/d 8 mm.
• Putar tombol main switch pada posisi on
• Atur tombol range pada posisi 10 dan tombol test range regulator pada posisi paling kiri
• Tempatkan pulsa awal yang timbul pada layar CRT pada skala 0,0 dengan memutar tombol
pengatur letak pulsa awal.
• Kemudian letakkan probe pada standar step wedge ketebalan 4 mm
• Putar tombol pengatur letak pulsa awal sehingga timbul pulsa 1 kemudian putar kekiri dan
letakkna pulsa ini pada skala 4 pada layar CRT
• Kemudian letakkan probe pada standar step wedge ketebalan 8 mm atur tombol test range
regulator sehingga pulsa yang timbul terletak pada skala 8 layar CRT
• Ulangi pada step wedge 4 mm dan step wedge 8 mm berulang-ulang sehingga penunjukan
tepat pada skala 4 bila step wedge 4 mm dan pada skala 8 bila step wedge 8 mm.
• Maka ultrasonic flow detector telah terkalibrasi untuk pengukuran tebal 4 mm sampai 8 mm.
8. Pemilihan Probe
Pemilihan probe disesuaikan dengan tebal benda yang diuji. Lihat tabel grafik 7 dan tabel grafik 8
9. Kalibrasi Jarak
Kalibrasi jarak dilakukan dengan memakai standar blok V2 sebelum titik emisi harus sudah diberi
tanda.
Dengan menggunakan standar blok V2 mengadap ke R 25 timbul pulsa pada 1, 25, 5 dan 8,25
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
1. Pengertian
Dalam dunia industri, baik industri kecil maupun industri besar, termasuk pada unit-unit
pembangkit tenaga listrik, banyak dijumpai adanya penyambungan antara poros penggerak dan
poros yang digerakkan dilakukan dengan menggunakan sambungan kopling, seperti misalnya:
• Antara poros penggerak dengan poros pompa
• Antara poros disel dengan poros generator
• Antara poros turbin dengan poros generator
• dll
Meskipun metoda penyambungan poros dengan menggunakan kopling ini banyak digunakan,
namun satu hal yang tidak bisa dihindari adalah adanya ketidak sebarisan (misalignment) dari
kedua poros yang disambungkan.
Namun ketidak sebarisan tersebut bisa diatasi dengan cara melakukan penyebarisan
(alignment), baik pada saat pemasangan baru maupun dalam perawatan rutin.
Yaitu adanya penyimpangan dari garis sumbu kedua poros yang dipersambungkan, baik
arah sejajar (paralel) maupu arah axial, sehingga terjadi ketidak sebarisan dari kedua poros
yang dipersambungkan.
Adalah suatu kondisi dimana garis sumbu kedua poros yang dipersambungkan dalam
keadaan sejajar / paralel, tetapi tidak berada dalam satu garis sumbu.
Oleh karena penyimpangan dalam arah radial dari poros, maka kondisi ini disebut
ketidak sebarisan radial.
Ketidak sebarisan radial terjadi dalam dua arah, yaitu arah vertikal dan arah horizontal
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pandangan atas
Adalah suatu kondisi dimana garis sumbu dari kedua poros yang dipersambungkan
dalam keadaan tidak sejajar dan saling membentuk sudut simpangan.
Oleh karena penyimpangan yang terjadi dalam arah axial dari poros, maka kondisi ini
disebut ketidak sebarisan axial.
Ketidak sebarisan axial terjadi dalam dua arah yaitu arah vertikal dan arah horozontal.
α = sudut simpangan axial yang dibentuk oleh kedua poros yang dipersambungkan
dalam arah vertikal.
β = sudut simpangan axial yang dibentuk oleh kedua poros yang dipersambungkan
dalam arah horizontal.
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Batas penyimpangan / toleransi ketidak sebarisan (mis alignment) yang diijinkan biasanya
dipengaruhi oleh besar daya dan putaran dari poros penggerak dan poros yang digerakkan.
Dalam arti, makin besar daya dan putaran yang dipindahkan akan makin kecil toleransi
yang diijinkan. Namun demikian masih ada faktor lain yang mempengaruhi toleransi yang
diijinkan yaitu dari jenis kopling yang digunakan.
Untuk pelaksanaan dilapangan harus mengikuti petunjuk atau referensii yang telah
ditetapkan oleh pabrik pembuatnya.
Apabial tidak ada, maka referensi berikut bisa digunakan sebagai pedoman.
Mather & Platt Ltd – Inggris memberi batasan toleransi sbb:
Sedangkan Whortington – Simpson Ltd – Inggris memberikan batas maksimum untuk radial
dan angular mis alignment sebesar 0,002 inchi untuk pompa-pompa centrifugal dengan
3000 rpm.
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
2. KOPLING
Yaitu untuk memindahkan daya dan putaran dari poros penggerak ke poros yang
digerakkan.
• Kopling tetap
• Kopling tidak tetap
Adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari
poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti, dimana jumlah putaran poros
penggerak sama dengan putaran poros yang digerakkan.
Kopling tetap secara umum dapat dibedakan menjadi:
• Kopling kaku (rigid coupling)
Depergunakan apabila kedua poros harus dihubungkan dengan sumbu segaris
dalam posisi yang tetap.
• Kopling fleksibel (flexible coupling)
Dipergunakan apabila poros yang dihubungkan dapat mentolelir ketidak lurusan
sumbu kedua poros tersebut.
Bedanya dengan kopling tetap adalah, hubungan antara poros penggerak dan poros
yang digerakkan tersebut dapat dilepas (dibebaskan) baik dalam keadaan diam
maupun dalam keadaan berputar.
Dengan kata lain putaran poros yang digerakkan tidak selalu sama dengan putaran
poros penggerak, (contoh kopling fluida).
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Alat-alat kerja yang lengkap dan sesuai dengan kebutuhan dan memenuhi persyaratan akan
memperlancar proses pelaksanaan pekerjaan sehingga akan menghemat waktu dan biaya
yang akhirnya akan meningkatkan produktifitas.
Peralatan-peralatan yang digunakan untuk melakukan pekerjaan penyebarisan adalah:
Alat ini bentuknya seperti gambar dibawah ini. Gambar disebelah kanan menunjukkan dial
gauge sepenuhnya, sedangkan gambar disebelah kiri menunjukkan penampang dial gauge
yang diperbesar.
• Setiap satu kali putaran jarum besar berarti menunjukkan ukuran 1 mm, dan jarum pada
lingkaran kecil angka menunjuk 1 angka.
• Lingkaran luar / besar dial indikator dibagi menjadi 10 skala bagian (angka 1 – 10 ),
yang berarti setiap skala nilainya = 1/10 mm atau 0,1 mm.
• Setiap 1 skala (0,1 mm) dibagi menjadi 10 strip, maka nilai setiap strip = 0,1/10 mm =
0,01 mm atau 1/100 mm.
• Misalnya jarum besar bergerak dari skala 0 ke skala angka 3 + 5 strip, maka besar
pengukuran adalah = 0,3 mm + 0,05 mm = 0,35 mm.
• Jumlah putaran jarum besar dapat diketahui dari penunjukkan jarum kecil. Misalnya
jarum besar berputar 4x, maka jarum kecil akan menunjuk angka 4.
Keterangan:
Jika jarum besar berputar searah jarum jam berarti penunjukannya adalah (+), sedangkan
kebalikannya adalah (-).
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Micrometer
• Scuifmad / jangka sorong
• Kaca spion = untuk membantu membaca sisi belakang
Telah diuraikan didepan, bahwa peralatan yang lengkap dan memenuhi persyaratan akan
meningkatkan unjuk kerja.
Oleh karena itu sebelum melakukan pekerjaan alignment, maka terlebih dahulu
mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan secara lengkap seperti yang ada pada daftar
peralatan.
Pengertian dalam house keeping menyebutkan bahwa, “tempat kerja yang aman tidak
hanya menurukan tingkat resiko kecelakaan, tetapi juga akan meningkatkan gairah kerja
karyawan, yang dengan sendirinya akan meningkatkan produktifitas” .
Oleh karena itu:
• Persiapan penerangan yang cukup untuk menghindari kesalahan membaca ukuran
• Barang-barang yang tidak berguna lebih baik disingkirkan, karena akan mengganggu
kelancaran pekerjaan dan bisa menimbulkan kecelakaan
• Bersihkan ceceran minyak atau air yang menggenang yang bisa menimbulkan
kecelakaan kerja
• Sediakan balok kayu / ganjal dan scafolding bila perlu
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Tenaga kerja yang banyak, belum tentu dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan. Untuk
melakukan alignment biasanya dilakukan oleh:
• 1 orang teknisi yang berpengalaman
• Maksimal 2 orang pembantu / helper
• Matikan sumber daya atau power suply pada peralatan yang akan disebariskan
• Lakukan prosedur tagging terhadap peralatan tersebut termasuk juga peralatan atau
instalasi lain yang terkait
• Ambil data kesebarisan pada kondisi awal
• Lihat buku petunjuk dari pabrik pembuatnya dan ikuti prosedur yang telah ditentukan
• Melakukan penyebarisan sebaiknya setelah panas dari poros turun sampai dengan
temperatur ruangan
• Yakinkan bahwa peralatan / mesin yang disebariskan sudah bebas dari sistem operasi
• Gunakan pakaian dan peralatan keselamatan kerja yang dipersyaratkan
• Ikuti dan laksanakan peraturan keselamatan kerja yang berlaku di tempat kerja
• Ikuti petunjuk / rekomendasi dari pabrik pembuatnya
• Yakinkan bahwa tempat kerja aman / bebas dari:
- Benda / barang jatuh
- Pekerjaan lain yang dapat mengganggu kelancaran penyebarisan
• Jika perlu pasang pagar pembatas agar orang yang tidak berkepentingan tidak masuk
ke lokasi kerja
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Cara ini sangat sederhana sekali yaitu dengan mengguanakan mistar / penggaris yang rata,
yang ditempelkan pada keliling sisi luar dari kopling.
Dengan melakukan pengambilan data pada empat tempat, yaitu pada posisi 0o, 90o, 180o,
dan 270o, maka akan didapatan besarnya nilai ketidak sebarisan radial arah vertikal dan
arah horizontal.
Cara dapat dilakukan dengan memasukkan tapered gauge atau feeler gauge untuk
mengetahui gap / jarak antara dua permukaan kopling.
Dengan melakukan pengukuran gap antara permukaan kopling yaitu pada posisi 0o, 90o,
180o, dan 270o, maka akan didapatan besarnya nilai ketidak sebarisan axial.
Dilapangan sering ditemui penggunaan kode A
(axial) diganti F artinya Face
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Melakukan alignment dengan menggunakan dial gauge / dial indikator akan memberikan
hasil yang jauh lebih teliti bila dibandingkan dengan menggunakan mistar, tapeler gauge
maupun feeler gauge, karena tingkat ketelitiannya mencapai 0.01 mm baik untuk axial
maupun radial.
Oleh karena tingkat ketelitian yang tinggi / presisi maka metode ini selalu digunakan untuk
melakukan penyebarisan mesin-mesin dengan daya besar dan putaran tinggi.
Dengan menggunakan dial gauge maka sekaligus dapat diukur adanya ketidak sebarisan
axial dan radial.
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Kesepakatan:
Arah pandang dari sisi peralatan yang tidak disebariskan (pompa) menghadap ke
peralatan yang yang disebariskan (motor).
• Pengambilan data dilakukan pada sitiap posisi 90o lingkaran kopling dengan
referensi titik atas (RT) = 0o
• Dial indikator pasang pada poros / kopling dari peralatan yang disebariskan (sisi
pompa) diputar bersama-sama secara perlahan-lahan.
• Titik diatas RT dipakai sebagai referensi dengan menyimpang = 0 (nol)
• Jika jarum penunjuk pada dial indikator bergerak:
- Searah jarum jam : ujung dial tertekan, diberi nilai (+)
- Berlawanan jarum jam : ujung diameter memanjang diberi nilai (-)
Data ketidak sebarisan yang telah diambil ditulis diluar lingkaran bantu dalam satuan µ
(mikron) dengan ketentuan sbb:
RT
RB
RT = 0
RB = -65 selanjutnya nilai tersebut ditulis diluar lingkaran bantu seperti
RR = - 70 gambar diatas
RL = + 5
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Untuk memberikan gambar yang nyata dan jelas dari kondisi peralatan yang disebariskan
maka perlu dibuat suatu gambar ilustrasi.
+5 - 70
- 65
Dari gambar ilustrasi tampak jelas bahwa pada sisi motor harus ditambah shim
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Dari gambar ilustrasi tampak jelas bahwa pada sisi motor harus digeser ke kiri
+5 - 70
- 65
RT - RB
RV =
2
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
gambar ilustrasi
6.3.2 Menghitung Arah Ketidak Sebarisan Radial Arah Horizontal (RH) Yaitu:
RR - RL
RH =
2
RR - RR + 5 – ( - 70 ) +75
RH = = = = + 37,5 µ
2 2 2
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Catatan
Jika pengambilan data ketidak sebarisan dengan menggunakan filler gauge, maka
perlu dibat kesepakatan sbb:
Untuk memudahkan dalam pemberian nilai hasil pengambilan data, misalnya (+) atau
(-), maka yang dipakai pedoman adalah:
“Tampak pandangan depan” atau arah vertikal dari peralatan yang disebariskan yaitu
sbb:
DIKLAT PEMBIDANGAN 15
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Keterangan:
• Untuk pemberian nilai (+) atau (-) pada arah horizontal dapat berpedoman pada
referensi tersebut
• Untuk perhitungan selanjutnya bisa menggunakan cara tersebut diatas baik untuk
penambahan atau pengurangan shim maupun arah penggeseran motor
Kesepakatan
Arah pandang dari sisi peralatan yang tidak disebariskan (sisi pompa) menghadap
kearah peralatan yang disebariskan (sisi motor).
• Pengambilan data dilakukan pada setiap posisi 90o lingkaran kopling, dengan
referensi titik atas (AT) – 0o.
• Dial indikator dipasang pada sisi poros / kopling dari peralatan yang disebariskan,
dan ujung dial indikator menyentuh sisi permukaan dari kopling ( atau pada
permukaan ).
• Kopling / poros yang disebariskan (sisi motor) dan kopling yang tidak disebariskan
(sisi pompa) diputar secara bersama-sama dan perlahan-lahan.
• Titik atas (AT) dipakai sebagai referensi dengan besarnya penyimpangan = 0 (nol).
• Jika jarum penunjuk pada dial indikator bergerak:
- Ke kanan ujung dial gauge menekan permukaan diberi nilai (+)
- Ke kiri ujung dial gauge memanjang diberi nilai (-)
DIKLAT PEMBIDANGAN 16
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Data data ketidak sebarisan axial yang telah diambil, ditulis dalam lingkaran bantu
dalam satuan µ (micron) dengan ketentuan sbb:
-10 +25
+15
Tujuan pembuatan gambar ilustrasi adalah sama dengan tujuan dari ketidak sebarisan
axial, yaitu untuk menghindari kesalahan dalam penambahan atau pengurangan shim,
maupun arah pergeseran motor.
AT = 0 0
AR = + 25
AB = + 15 -10 +25
AL = - 10
+15
DIKLAT PEMBIDANGAN 17
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Tidaklah mungkin rotor yang berputar akan setitik dengan garis sumbu bantalan. Jadi pada
garis besarnya sisa unbalance akan terjadi pada benda yang berotasi pada sumbu
putarnya.
Prosedur mesin telah membuat batasan-batasan yang boleh dilalui untuk membuat mesin
itu aman beroperasi. Secara umum kita bisa membuat grafik getaran yang diperbolehkan,
tetapi bila kita mengenali suatu getaran, maka haruslah ada peralatan maupun parameter
lainnya untuk menentukan jenis getaran itu.
7.3.1 Pengaruhnya
DIKLAT PEMBIDANGAN 18
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Gambar terjadinya kerusakan dan pengaruh dari pengoperasian mesin yang tidak
balance
DIKLAT PEMBIDANGAN 19
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 20
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 21
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 22
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pengertian tipe kerusakan disini adalah bisa diartikan sama dengan tipe unbalance.
Ada 4 macam tipe unbalance dimana masing-masing tipe unbalance didapatkan
hubungan antara titik berat rotor dengan suatu putar mesin.
Statik unbalance adalah suatu kondisi unbalance dimana garis sumbu utama
bergeser paralel terhadap garis sumbu putar.
Metode Balancing
Berdasarkan iso standart 1925 dari terminologi pelaksanaan balancing rotor mempunyai
dua metode:
• Metode balancing statis
• Metode balancing dinamis
Pemakaian kedua metode tersebut adalah tergantung konstruksi mesin yang akan di
balance. balancing statis pada umumnya dilaksanakan pada putaran poros rendah atau
dapat disesuaikan dengan diameter yang poros rendah atau dapat disesuaikan dengan
diameter yang di balance. Kondisi balancing statis adalah kondisi dimana pemasangan
bobot balance hanya pada satu bidang (single palne unbalance). Contoh: knife adge,
sebuah fly wheel, sebuah impeller, runner centrifugal pump dengan sistem bantalannya.
Balancing dinamis hampir sama dengan balancing statis, bedanya konstruksi objek yang di
balance adalah kondisi dimana pemasangan bobot balance dipasang pada beberapa
bidang, lebih dari satu bidang (two plane unbalance).
Contohnya: rotor turbin uap biasanya terdiri dari tiga bidang tempat membalance, yaitu pada
cakra kurtis, sudu tekanan menengah, dan sudu tekanan rendah.
Untuk materi modul II/PM hanya akan mempelajari penyeimbangan statis.
Membalance bertujuan untuk memperkecil getaran sekecil mungkin yang diakibatkan oleh
keadaan tidak balance (unbalance). Getaran yang diakibatkan oleh selain unbalance tidak
dapat dikoreksi dengan cara-cara yang akan diuraikan dibawah ini. Sumber penyebab
getaran seperti itu harus diperbaiki terlebih dahulu. Suatu benda berputar dikatakan balance
apabila titik
DIKLAT PEMBIDANGAN 23
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
berat benda tersebut berada pada sumbu putarnya. Apabila titik berat tidak berada pada
sumbu putarnya akan mengakibatkan timbulnya gaya sentrifugal yang mengarah menjauhi
dan tegak lurus terhadap sumbu putar melalui titik beratnya.
G=mω2R
Dimana:
G = gaya sentrifugal (kg)
M = massa benda (kg det 2 / m).
Rr = jarak sumbu putar terhadap titik berat (m)
ω2 = kecepatan sudut (rad /det)
2πn
=
60
n = kecepatan putaran
Agar benda berputar tersebut menjadi balance, berarti gaya sentrifugalnya harus
dihilangkan dengan cara:
• Diimbangi dengan gaya sentrifugal lain yang sama besar tetapi berlawanan arah yaitu
dengan memasang bobot pengimbang pada lawan arah gaya sentrifugal tadi (berat
tertentu).
• Membuang sebagian (berat tertentu) berat dari benda berputar tadi pada arah gaya
sentrifugal tersebut.
Dengan salah satu cara tersebut titik berat akan bergeser kearah sumbu putarnya sehingga
menjadi balance. Demikianlah cara membalance benda berputar.
DIKLAT PEMBIDANGAN 24
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Cara melukis
• Buat garis dengan skala 01 – 02 sebesar 2a dengan titik A sebagai titik tengahnya
• Dari 01 dibuat lingkaran dengan jari-jari b
• Dari 02 dibuat lingkaran dengan jari-jari c
• Kedua lingkaran akan berpotongan di B1 dan B2
• Lukis B1 Amplitudo dan perpanjang sampai C1 dimana B1 Amplitudo = C1A
• Lukis segitiga O1 B1 C1 didapat sudut
O1 A
• Bobot pengimbang sebenarnya M1 = xM
AB1
• Lokasi bobot pengimbang sebenarnya berjarak αo dari P2 yaitu di P3 atau P4
• Pasan M1 di P3 lalu putar rotor dan catat getarannya. Kemudian pindahkan M1 ke
P4 dan catat pula getarannya. Dengan melihat getaran yang terkecil dapat diketahui
tempat memasang bobot pengimbang yang paling tepat.
DIKLAT PEMBIDANGAN 25
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 26
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Prosedurnya sbb:
• Pada rotor diberi tanda A, B, C tempat pemasangan TW. Jarak A ke B dan B ke C
dan C ke A, masing-masing 1200 atau mendekati 1200
• Tanpa dipasang TW, putar rotor sampai kecepatan penuh dan catat getaran pada
bantalan terdekat dengan lokasi yang diperkirakan tidak balance, getaran yang
diukur diutamakan arah horizontal dan vertikal, kemudian pilih yang terbesar,
misalnya horizontal
Untuk selanjutnya cukup mengukur arah horizontalnya saja
Misalnya didapat besarnya amplitudo vibrasi x µm
• Stop rotor, kemudian pasang TW di A seberat M gram, menentukan berat TW lihat
3.2
• Putar rotor dan catat getarannya, misal A µm
• Stop rotor pindahkan TW ke B
• Putar rotor dan catat getarannya, misal B µm
• Stop rotor pindahkan TW ke C
• Putar rotor dan catat getarannya, misal µm
• Selanjutnya melukis lingkaran-lingkaran dengan cara sebagai berikut;
Cara melukis:
• Dengan pusat Kopling, buat lingkaran 1 dengan jari-jari x mm
• Lingkaran 1 dibagi tiga dan diberi tanda A, B dan C. Jarak ABC sesuai pembagian
sudut pada rotor. Juga posisi pada rotor, misalnya dari A ke B ke C sesuai arah
putaran jarum jam
• Dengan pusat A dibuat 2 lingkaran berjari–jari A mm
• Dengan pusat B dibuat 3 lingkaran berjari–jari B mm
• Dengan pusat C dibuat 4 lingkaran berjari–jari C mm
• Lingkaran 1,2 dan 3 saling berpotongan di D
• Tarik garis OD dan diperpanjang sampai memotong lingkaran 1 di E berat bobot
pengimbang sebenarnya adalah
OE
M1 = xM
OD
DIKLAT PEMBIDANGAN 27
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 28
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Untuk dapat menentukan sudut phase ada berbagai macam cara sesuai dengan tipe
alat ukur yang digunakan. Oleh karenanya harus diikuti petunjuk dari instruktion
manual alat ukur tersebut.
Didalam mengukur getaran pada bantalan, dipilih bantalan terdekat dengan rotor yang
diperkirakan tidak balance, arahnya dipilih getaran terbesar, misalnya arah horizontal.
Arah ini harus tetap selama pengukuran-pengukuran selanjutnya.
Putaran rotor pada waktu mengukur getaran tidak perlu sampai putaran penuh
(demikian juga untuk metode dua titik dan tiga titik), asalkan disetiap saat pengukuran
putarannya sama dan getarannya dapat diukur dengan jelas.
• Test ke 1:
Putar rotor tanpa TW, catat amplitudo dan sudut phase getaran, misal 50 µm / 140o.
Hasil yang didapat ini dinamakan vektor O dan digambarkan pada vektor diagram
50mm pada 140o.
• Stop rotor
• Test ke 2
Pasang TW seberat M gram pada rotor dengan posisi sudut yang sembarang, akan
tetapi sebaiknya berlawanan arahdengan vektor O. misal pada 320o.
- Putar lagi didapat vibrasi T = 60 m/20o
- Stop rotor
- Hubungkan ujung vektor O dengan ujung vektor O + T diberi nama vektor T
- Ukur sudut α (sudut O antara dengan T) misalnya didapat 37o berlawanan arah
dengan arah putaran jarum jam bila diukur dari T ke O.
- Lokasi bobot pengimbang sebenarnya adalah 37o adalah digeser dari tempat TW
semula arah dengan arah putaran jarum jam, yaitu searah
- Berat boboy pengimbangsebenarnya:
O
M1 = xM
T
DIKLAT PEMBIDANGAN 29
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 30
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pada beberapa rotor, tempat memasang Correction Weight terbatas, hal yang
demikian tentu saja tidak cukup diselesaikan hanya dengan vektor diagram seperti
biasa, karena tempat pemasangan Correction Weight sesuai dengan perhitungan
diagram polar.
Contoh:
Anggap kita membalance sebuah fan dengan 6 blade, masing-masing posisi blade
adalah 60 0.
Lihat gambar.
Setelah penambahan tial weight pada blade 1, diagram vektor meminta Correction
Weight dipasang pada posisi 75o tidak ada blade tempat memasang Correction
Weight, sehingga Correction Weight harus dipasang pada blade 2 dan blade 3.
Permasalahannya sekarang adalah berapa banyak Correction Weight dipasang pada
masing-masing blade 2 dan blade 3. untuk menjawab permasalahan tersebut kita
akan membuat diagram vektor.
Pada selembar kertas polar dibuatkan garis sesuai posisi dan jumlah blade.
DIKLAT PEMBIDANGAN 31
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Gambar Correction Weight hasil perhitungan diagram polar dalam vektor, yaitu berat
29 gram dengan arah 75o searah jarum jam dari blade 1.
• Tarik garis sejajar blade 3 dari ujung vektor Correction Weight hingga memotong
garis blade 32
• Tarik garis sejajar garis blade 2 dari ujung vektor Correction Weight hingga
memotong garis blade 3.
Untuk mendapatkan berat Correction Weight pada blade 2 adalah dengan cara
mengukur panjang garis vektor OA, demikian juga ukur panjang OB untuk
mendapatkan berat Correction Weight pada blade 3.
DIKLAT PEMBIDANGAN 32
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
VIBRATION VELOCITY
(Inches / Second Peak)
Suatu toleransi unbalance dapat ditetapkan oleh pabrik pembuat mesin. Jika pabrik
pembuat tidak menetapkannya, maka ada petunjuk yang dapat dipergunakan. Cotoh,
beberapa ahli mengusulkan bahwa, gaya yang layak pada sebuah bearing karena
unbalance adalah 10% dari berat rotor yang ditumpu oleh bearing.
Sebagai gambaran, sebuah cakra berbobot 5000 pound dengan kecepatan putar 1800
rpm ditumpu oleh dua buah bearing. Masing-masing bearing menunjukkan kira-kira ½
dari berat rotor atau 2500 pound.
Dengan demikian gaya yang diijinkan karena unbalance pada masing-masing bearing
adalah 250 pound (10% dari 2500 = 250 pound). Untuk merubah harga gaya tersebut
menjadi satuan unbalance, digunakan rumus gaya sbb:
Rpm
______
Frekwensi = 1,77 x ( )2 x ons – inch
1000
rpm = 1800
1800
_____
maka, 250 pound = 1,77 x ( )2 x ons – inch
1000
250
_____________________________
ons – inch =
1800
_______
1,77 x ( )2
1000
250
___________________
=
1,77 x 324
DIKLAT PEMBIDANGAN 33
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Dari grafik dapat dilihat bahwa ada 6 kelompok toleransi dan masing-masing kelompok
disesuaikan dengan tipe tertentu dari klasifikasi rotor.
Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel.
Langkah pertama menggunakan petunjuk toleransi adalah menetapkan klasifikasi rotor.
Pada contoh, sebuah cakra dengan bobot 5000 pound diklasifikasikan sebagai “G 2,5”
karena ukurannya besar.
Langkah berikutnya, adalah melihat batas harga atas dan batas harga bawah.
DIKLAT PEMBIDANGAN 34
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Toleransi kecepatan putar yang dipilih adalah kecepatan putar maksimum normal
operasi.
Pada contoh, kecepatan putar adalah 1800 rpm, dengan demikian batas atas adalah 8,0
dan batas bawah adalah 3,5.
Batas harga atas dipakai untuk rotor yang dipakai pada rigid frame, sedangkan batas
harga bawah diipakai untuk rotor yang dipasang pada fexible frame.
Sebagai contoh, dipakai batas harga atas yaitu 8,0.
DIKLAT PEMBIDANGAN 35
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Harga toleransi 8.0 yang diambil dari grafik adalah toleransi unbalance dalam ons-inch
untuk setiap 1000 pound berat rotor. Apabila berat rotor 5000 pound, maka jumlah
toleransi akan diperoleh dengan cara membagi berat rotor dengan 1000 kemudian
dikalikan dengan hasil perolehan grafik.
Contoh:
5000
______
jumlah toleransi unbalance = x 8,0
1000
= 40 ons-inch
harga toleransi yang diperoleh dengan cara tersebut diatas adalah jumlah toleransi
unbalance rotor.
Jika rotor yang akan dibalance lebih dari satu bidang, maka jumlah harga tersebut harus
dibagi dengan sejumlah bidang yang akan dibalance.
Jika rotor single plane , maka jumlah toleransi dipakai untuk satu bidang saja.
Kesimpulan.
Petunjuk untuk menunjukkan toleransi unbalance yang dibicarakan diatas mungkin tidak
dapat menampung semua aplikasi, tetapi paling tidak dapat dipakai sebagai starting
point.
Tentu saja penampilan akhir sebuah mesin adalah smooth dari tanpa ada gangguan.
Dan untuk itu harga-harga yang terpilih dari petunjuk-petunjuk tersebut diatas dikurangi
atau ditambah sesuai dengan pengalaman.
Pergunakan skala yang sama dengan skala correction weight.
Pada gambar 29 vektor OA menggambarkan berat correction weight = 16,3 gram yang
akan dipassasng pada blade 2 dan vektor OB menggambarkan beat correction weight =
6 gram yang akan dipasang pada blade 3.
Pemasangan kedua correction weight tersebut tentu saja pada radius yang sama
dengan radius trial weight pada blade 1.
DIKLAT PEMBIDANGAN 36
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pada pembicaraan balancing terdahulu telah dikatakan, bahwa benda kerja harus di
balance hingga mencapai batas yang diijinkan.
Tetapi, berapa batas yang diijinkan?
Tentu saja balancing yang lebih baik adalah jika tidak ada lagi unbalance, dan pada
prakteknya tidak pernah tercapai. Oleh karena itu ditentukan harga realistis. Biasanya
batas realistis untuk rotor–rotor yan dibalance inplace ditetapkan oleh pabrik pembuat.
Apabila tidak ada petunjuk tersedia, maka sebagai petunjuk dipakai vibrasi tolerance
chart.
Rotor yang dibalance pada mesin balancing biasanya ditentukan batas unbalance-nya
dari radius unbalance yang diijinkan dengan satuan ons-inci, gram-inci, dll.
DIKLAT PEMBIDANGAN 37
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Pompa Multi Stage adalah pompa centrifugal yang terdiri dari beberapa impeller (lebih dari 1
impeller) dalam satu poros, jumlah impeller menyatakan jumlah tingkat pompa.
Pompa Multi Stage dibuat untuk mendapatkan tekanan fluida yang semakin tinggi. Bentuk
konstruksinya ada yang vertikal ada pula yang horizontal. Bila dipasang vertikal biasanya
ditanam didalam sumur dimana hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kapitasi, getaran dan
meredam kebisingan.
Bila dibandingkan dengan pompa type horizontal, pompa ini mempunyai keuntungan yaitu lebih
hemat tempat sehingga untuk pemkaian tertentu banyak dipakai di PLTU.
Dengan instalasi yang sedemikian rupa, pondasi pompa dapat menunjang berat pompa, motor
dan alat bantu lainnya untuk meredam segala getaran dan goncangan selama beroperasi.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Horizontal Pump
Vertical Pump
2. PRINSIP PENGOPERASIAN
Seperti kita ketahui bahwa pompa multi stage di unit pembangkit memegang peranan yang
sangat besar sebagai alat bantu unit. Karena peranannya yang sangat besar maka
kehandalannya mutlak diperlukan baik yang stand by maupun yang sedang beroperasi.
• BFP.
• Condensat Pump.
• Dll.
2.2. Pengoperasian.
a. Pada saat saklar motor masuk perhatikan tekanan pada sisi tekan normal pada
putaran penuh, kemudian buka katup sisi tekan perlahan-lahan
b. Kencangkan penekan gland packing perlahan-lahan, jangan sampai terlalu sedikit
kebocorannya (akibatnya terlalu panas pada poros dan terkikis).
Yakinkan bahwa kebocoran tersebut, aliran cukup dan temperatur airnya konstan, hal
ini mempengaruhi daya tahan gland packing dan jangan sampai tersumbat saluran
buangnya.
c. Untuk mengatasi kerusakan yang terjadi pada bearing, harus menggunakan air
sebagai media pelincir untuk bearing tersebut.
d. Pada saat pompa beroperasi perhatikan keadaan pompa dan motor untuk hal ini
perhatikan.
• Kapasitas
• Tekanan keluar pompa
• Suhu bearing motor dan kenaikan suhu pelumasnya
• Keadaan gland packingnya
• Perhatikan tegangan dan motor
• Getaran dan suara
• Rpm
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
3.2. Konstruksi.
Konstruksi BFP (Boiler Feed Pump) yang terdiri dari 2 silinder, yaitu : outer casing dan
inner casing. Pada type ini lebih aman dan mekanik outer casingnya sangat sederhana,
inner casing dalam fungsi hidraulicnya lebih efisien, selain itu mudah cara
pemasangannya.
Jarak/space antara inner casing dengan outer casing terisi fluida yang bertekanan
(didapat dari sisi tekan pompa) selain itu outer casing sebagai penahan pemuaian dari
inner casing.
Pada dasarnya pompa ini berisi :
1. Outer casing /body.
2. Inner casing/impeler.
3. Bagian/part yang berputar/poros/shaf.
4. Cincin tetap.
5. Bantalan dan mechanical seal.
6. Thrust bearing.
Gambar 4 . BFP
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Gaya axial yang ditimbulkan dari impeller tersebut, dilawan oleh tekanan keluar yang
diambilkan dari pompa itu sendiri. Tekanan keluar tersebut ditempatkan disuatu
pressure chamber melalui balance valve sehingga mampu melawan gaya axial dari
impeller. Dari balance valve ini membuat suatu lapisan air sehingga tidak terjadi kontak
metal antara piringan (balance valve seating) dengan bush (lihat gambar Balance valve)
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Selain cara tersebut diatas untuk menghilangkan gaya axial bisa ditempuh dengan
cara yang lain, yaitu dengan membalik arah fluida sehingga terjadi keseimbangan.
Tetapi cara ini terlalu rumit instalasi pemipaannya sehingga kurang praktis.
Gambar 7 . Stage.
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Condensate pump adalah salah satu jenis pompa vertical dari Multi Stage Pump.
Pompa ini ditanam pada suatu kedalam tertentu karena sisi isapnya adalah ruangan
yang vaccum (Hot well condensor), sehingga menyerupai pompa positif.
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
2. Volume air dalam pompa atau pipa 16. Arah putaran tidak benar
isap kurang
5. Nilai udara atau gas pada berlebihan 19. S.G. air terlampau besar
6. Ada gelembung udara pada saluran 20. Viskositas air terlampau besar
isap
7. Udara masuk melalui pipa isap 21. Volume air keluar terlampau kecil
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
11. Bagian pipa isap yang masuk ke 24. Alignment tidak benar
dalam air kurang panjang
14. Putaran terlampau rendah 27. Terjadi gesekan antara rotor dan
stational parts
32. Shaft atau shaft sleeve pada posisi 29. Wearing sudah aus
gland aus
33. Posisi gland packing tidak benar 30. Impeller sudah retak besar
34. Jenis packing tidak sesuai 40. Air injeksi mengandung partikel-
partikel tajam atau pasir, dan
akibatnya terjadi kerusakan pada
shaft atau shaft sleeve.
35. Alignment tidak benar, karena bearing 41. Terjadi gaya dorong yang
sudah aus atau antara poros tidak terlampau besar, yang disebabkan
center oleh komponen pompa yang tidak
balan
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
36. Vibrasi tinggi, disebabkan rotor tidak 43. Pelumasan pada bearing kurang
balan
44. Setting bearing tidak benar
37. Pelumasan air kurang, karena
setinggi tekanan pada gland packing 45. Kotoran / debu masuk ke dalam
terlampau keras bearing
38. Tidak ada air pendingin mengalir 46. Bearing berkarat karena
kedalam tabung packing kemasukan air.
39. Gland packing tertekan masuk 47. Ada air dalam bearing, karena
kegagalan dalam pompa karena terjadi kondensasi dari kelembaban
ruang antara shaft dan neck bush udara akibat pendingian yang
terlampau besar berlebihan
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
4.3. Tindakan Pencegahannya Pompa Multi Stage Bila Dikaitkan dengan Pekerjaan
Inspeksi
Condensate pump.
2) Lakukan Pengukuran VI
wearing.
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
CONDENSATE PUMP.
Clearance Record.
DIAMETER
POSITION Inside Outside CLEA- REMARK
RANCE
A 85,19 85,0 0,19 ganti
4 th B 85,185 85,010 0,175 ganti
Stage C 285,26 239,71 0,55
D 288,17 237,62 0,55
3 nd B 85,28 84,99 0,21 ganti
Stage C 235,28 234,71 0,59
D 288,15 288,59 0,56
2 nd B 85,195 84,99 0,205 ganti
Stage C 235,26 234,71 0,55
D 288,36 287,71 0,65 ganti
1 st E 85,14 84,99 0,15 ganti
Stage F 235,27 234,73 0,54
G 288,20 287,57 0,63 ganti
H 70,215 69,99 0,216 ganti
Tanggal :
Diperiksa oleh :
Catatan :
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
6) Gear 1) Gigi diperiksa dan pengaruh VI, DI Color check bila perlu
coupling lubrication
DIKLAT PEMBIDANGAN 15
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
DIKLAT PEMBIDANGAN 16
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 A B C D
a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b - -3 -2 -3 -2 -4 - -3 -2,5 -3 2 - 1,5 1 0 -2 -2
3 2 3,5
c - - -1 -1 -4 -2 - - -2 -2 2 - -1 0,5 1 -2 -2
1 1,5 1 2,5 3,5
d 1 2 0 2 1 2 2 1,5 2 1 2 1 - 0,5 -1 1 1
0,5
1/100m/m
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
CLEARANCE 30 30 30 32 32 32 30 33 32 30 32 30 30
DESIGN CLEAR 30 35
DIKLAT PEMBIDANGAN 17
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
CLEARANCE RECORD.
DIKLAT PEMBIDANGAN 18
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
05 Casing
• Visual check • Tidak ada baik
DIKLAT PEMBIDANGAN 19
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
DIKLAT PEMBIDANGAN 20
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
5. PERAWATAN RUTIN.
Perawatan rutin memegang peranan yang sangat penting dalam pengoperasian suatu
peralatan, sebab tanpa suatu perawatan yang berkesinambungan mustahil akan
menghasilkan suatu unjuk kerja peralatan secara maksimal.
DIKLAT PEMBIDANGAN 21
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Pekerjaan Persiapan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 22
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Pembongkaran.
DIKLAT PEMBIDANGAN 23
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
DIKLAT PEMBIDANGAN 24
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Pemeriksaan.
Setelah pompa dibongkar maka kegiatan yang harus dilakukan adalah membersihkan
komponen-komponen dari terak-terak/kotoran yang menempel dengan media
pembersih yang sesuai, kemudian dilajutkan dengan pemeriksaan kondisi komponen
(bentuk fisik), diantaranya :
DIKLAT PEMBIDANGAN 25
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
Analisa Kerusakan.
Merakit Pompa.
Casing pompa bagian mesin yang berputar (poros, impeller dsb.) dari pompa bertingkat
ini , sewaktu pemasangannya harus tersusun rapat dengan arah sumbu poros. Jika
permulaan dari bagian yang menempel (karena ada kotoran) tidak tegak lurus terhadap
sumbu poros, maka susunan pompa akan bengkok. Jadi kebersihan, urut-urutan
pemasangan harus diperhatikan benar-benar seperti :
DIKLAT PEMBIDANGAN 26
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
c. Impeller.
Impeller dipasang pada poros
dengan urutan yang telah ditandai
pada saat pembongkaran . Ujung
poros (sisi hisap) harus ditahan
dengan dengan sepotong kayu
dan dorong impelernya hingga
maksimum.
e. Casing stage.
Bersihkan permukaan casing dari
kotoran yang melekat. Pasang
dulu O- ring dan masukan casing
stage dengan lubang laluan udara
di bagian atas.
DIKLAT PEMBIDANGAN 27
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT.
POMPA MULTI STAGE
g. Baut pengikat.
Masukan baut pengikat dari casing sisi hisap ke casing sisi tekan dan kencangkan
sedikit. Angkat seluruh badan pompa dan hentikan beberapa kali agar keempat kali
pondasi menjadi rata.
Selanjutnya kencangkan baut pengikat secara silang dan merata
h. Cakram penghubung (23) dan selubung poros (9)/ Balancing disc dan shaft sleeve.
Pasang O-ring terlebih dahulu , mur saft sleeve (17) kencangkan dan jangan terbalik
lihat tanda yang diberikan sebelumnya. Gerakkan poros maju mundur untuk
meyakinkan adanya clearenc seperti sebelum dibongkar. Pasang kopling dan putar
dengan tangan apakah poros dapat berputar dengan mudah atau keras.
“ Bila tidak dapat diputar harus dibongkar kembali “.
i. Rumah bantalan.
Setelah terpasang penutup (cover) pada casing sisi hisap dan sisi tekan siapkan
gland packing , O-ring. Balancing valve dan sealing pipe.
Bagian dalam dari bantalan dan sealing pipe harus dibersihkan lebih dulu sebelum
dipasang.
A - 1 4
B 1 3 4
C - 4 6
D C 1 8
E B.D 5 3
F B,D 3 7
G - 1 2
H F,G 3 7
DIKLAT PEMBIDANGAN 28
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
KATUP PENGAMAN
PENGERTIAN :
Pressure releieving devices atau biasa kita sebut katup pengaman ialah suatu peralatan yang di
design untuk melindungi suatu peralatan lain dari Internal pressure yang diakibatkan suatu kondisi
yang tidak normal.
Katup pengaman didesign untuk membuka sendiri bila ia mendapat tekanan sebesar tekanan yang
telah diset di tulis pada repture disk (set pressure).
Semua bejana tekan yang termasuk dalam ruang lingkup standard baik SII, ASME dan lain-lain
harus dilengkapi piranti pelindung atau katup pengaman (dalam SII disebut katup pembebas
tekanan) apapun jenisnya asalkan sesuai.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
Tetapi safety relief valve tidak dapat digunakan untuk peralatan dengan service steam
boiler atau super heater.
2. PEMERIKSAAN
Inilah saat paling ideal untuk melakukan inspeksi, dan pada saat shutdown ini terutama
katup pengaman yang tidak dilengkapi block valve harus diperiksa dan ditest.
Ini untuk mengurangi / menghindari resiko kegagalan saat peralatan beroperasi.
2.4. Pemeriksaan Setelah Perpanjangan Shutdown.
Bila terjadi perpanjangan shutdown maka katup pengaman yang sudah terpasang
sebelum peralatan dioperasikan harus diperiksa, terutama katup pengaman yang
tertinggal pada peralatan dikarenakan saat pengujiannya belum sampai. Inspeksi ini
antara lain untuk memeriksa kondisi katup pengaman dari keadaan karat dll.
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
Katup pengaman yang terpasang sering mengalami gangguan atau kegagalan beroperasi,
banyak faktor yang menjadi penyebab kegagalan atau kerusakan, antara lain disebabkan
oleh :
3.1. Korosi
Korosi adalah jenis penyebab yang paling banyak menyebabkan katup pengaman tidak
berfungsi dengan baik. Korosi dapat menyebabkan pitting pada bagian dari katup
pengaman bahkan dapat menyebabkan bagian-bagian tersebut patah.
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
Dalam beberapa kasus dikarenakan faktor operasi yang sangat fluktuative maka sering
sekali terjadinya kenaikan tekanan meskipun belum sampai pada tekan buka penuh dari
katup pengaman, tetapi katup pengaman tersbut sudah mulai simmer. Hal ini dapat
berakibat misalignment pada valve dan akan menyebabkan terjadi kebocoran pada
tekanan operasi-operasi.
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
4.5. Machining
Machining nozzle dan disk seperlunya jangan melampui grafik penunjukan dimensi kritis
(critical dimension chart)
4.6. Lapping
Manual atau dengan mesin pada disk maupun nozzle untuk memastikan
kerapatan/kerataan (flateness)
4.9. Testing
Lakukan test sesuai dengan rekomendasi oleh pabrik pembuat atau sesuai standar.
4.10. Sealing
Setelah pengetesan dinyatakan berhasil dilakukan penyegelan oleh badan / inspector /
orang yang berwenang.
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
5. SETTING / PENYETELAN
5.1. Persiapan.
• Peralatan / Tools, pembersih abu dan benda asing lainnya didalam katup.
• Pembersih instalasi dan perangkat keras lainnya.
• Persiapan braging untuk hidraulic test.
• Bersihkan cat yang melekat pada permukaan dari kotoran didalam bagian katup.
5.2. Pembongkaran.
• Buka lever pin, lepas lever, buka cap screw dan buka cap.
• Buka tutup spring.
• Buka mur spindle.
• Beri tanda pada kepala baut sampai ke top bonnet ukur dan catat hasil
pengukurantersebut, maksudnya untuk mencocokkan pada saat dirakit /
reassemmble.
• Buka baut adjast dan lock nut.
• Buka baut-baut bonnet pada body.
• Buka spindle, disc (holder dan insert) , guide, guide (adjust) ring, bersihkan dan
periksa.
• Beri tanda lokasi guide ring untuk setting gerakan katup.
• Buka set screw nozzle ring dan beri tanda agar posisinya tidak tertukar.
• Distortion.
Akibat tidak normal, karena berkembangnya debu atau berat pipa itu sendiri terhadap
katup, juga ketidak lurusan dari bagian katup dan menjadi besar.
• Impruper ring adjustment.
Jika ring adjust dikendorkan keluar katup akan bocor karena membuka, sehingga
pada saat katup bergerak arah menutup jadi kurang tetap, maka ring diadjust lagi agar
tidak terjadi pembukaan blowdown yang lama.
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
5.4. Perbaikan.
• Seat nozzle.
Letak laping block yang diberi pasta yang kasar (gride 320) pada bagaian atas seat
nozzle dan lakukan gesekan pada nozzle tersebut secara merata dan ganti pasta
dengan yang lebih halus dan seterusnya yang lebih halus sampai kontak 100%.
5.6. Pengetesan.
• Lepas lifting gear, jangan sampai katupnya ikut membuka, kemudian pasang bug dan
kencangkan dengan jari.
o Setelah bag terpasang
dalam kondisi operasi
penuh.
o Kita set pressure 3 %,
kemudian katup akan
membuka untuk poping
sampai blowdown,
setelah itu katup diset
lagi 4 %.
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
Untuk ketepatan pembukaan katup second terus menerus ada 2 tingkat, yaitu :
a) Bila tekanan uap dibawah disc melebihi set point dari tekanan
adjust/ set katup maka disc akan mendorong spring naik keatas
perlahan –lahan dan membuka katup untuk popping, dengan
tekanan rendah sebagian uap melewati nozzle ring.
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KATUP PENGAMAN
Dibongkar artinya pengetesan dilakukan pada saat overhaul (katup dibawa ke bengkel):
• Setelah katup diadakan pekerjaan repair dan perbaikan serta gati parts siapkan
hydraulic test.
• Pasang / siapkan katup yang akan ditest.
Sambung slang hydraulic pada sisi sution katup, pompa sampai tekananya sesuai set
point katup yang dikehendaki. Bila pada set point katup membuka maka dinyatakan
baik, tapi bila set pointnya tidak bisa membuka / kerja maka harus dilakukan overhaul
lagi.
Kini telah dikembangan jenis perabotan pengujian yang tidak menggunakan test drum, tetapi
dapat dipakai untuk mengetes katup pengaman saat inline (unit dalam keadaan operasi atau
diistilahkan Hot testing). Alat tersebut juga dapat digunakan saat unit shut off/down atau
diistilahkan dengan cold testing. Kedua jenis tersebut hot / cold trevitest.
Adapun prinsip kerja trevites ialah dengan menggunkan kekuatan spindle katup untuk
mengatasi tekanan dari spring / pegas katup. Ini dapat dicapai dengan digunakannya sebuah
hydrostic power peak yang dirangkai dengan sebuah electronic force tranducer yang
disambungkan dengan recorder yang mencatat kekuatan yang digunakan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
PEMELIHARAAN KETEL
Inspection Tahunan Ketel Uap adalah pemeliharaan yang dilaksanakan atas dasar
perencanaan dan persiapan sebelumnya, dan dilaksanakan secara periodik/berkala.
1.1. Simple Inspection (SI) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 8000 jam sesudah
pelaksanaan Medium Inspection atau 8000 jam sesudah pelaksanaan serius Inspection
1.2. Medium Inspection (ME) dilaksanakan bila unit telah beroperasi 16.000 jam sesudah
pelaksanaan serious Inspection
1.3. Serious Inspection (SE) dilaksanakan setelah unit beroperasi 8000 jam dari start awal dan
selanjutnya setelah unit beroperasi 32.000 jam.
Buku petunjuk atau Instruction Manual, adalah merupakan buku petunjuk buku yang
dikeluarkan oleh pabrik membuat peralatan untuk pegangan dalam melakukan
pemeliharaan peralatan.
Buku petunjuk yang lengkap mamuat hal-hal yang segubungan dengan pemeliharaan,
antara lain meliputi :
Didalam melakukan pemeliharaan, baik dalam kondisi shut down maupun dalam kondisi
operasi harus selalu berpegangan pada buku petunjuk tersebut.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Hal-hal tersebut ini semuanya akan mempengaruhi unjuk kerja peralatan, yang dengan
sendirinya akan mempengaruhi pelaksanaan pemeliharaan.
2.2.4 Lingkungan
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pemeliharaan berkala, baik terhadap sistem pelumasan atau peralatan kontrol dan
Instrumentasi mutlak diperlukan :
• Penyimpangan dari ketidak-normalan operasi bisa dibaca langsung dari peralatan
kontrol /Instrumen, dan diketahui lebih awal.
• Adanya penyimpangan dari sistem peralatan biasanya sebagai petunjuk gejala awal
terjadinya suatu kerusakan.
Pemeliharaan yang baik dan benar tidak hanya terbatas pada rentang waktu tertentu,
tetapi bisa dilaksanakan :
• Pemeliharaan rutin dalam keadaan operasi
• Sesuai dengan sekedul yang telah di tentukan
Sebagai karyawan PLN yang mengoperasian peralatan PLN, maka diharapkan setiap
personel mempunyai rasa tanggung jawab moral dan rasa ikut memiliki, sehingga secara
individu maupun secara bersama akan melakukan pengoperasian, peralatan dan
perbaikan dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab.
Rasa tanggung jawab merupakan salah satu moral dalam pelaksanaan tugas, sehingga
bisa berhasil dengan baik, benar dan aman.
Selama Boiler/unit melakukan Start-up dan Run down, memerlukan pengamatan khusus
secara seksama dan teliti.
Laju kenaikan temperatur yang terlalu cepat akan bisa menyebabkan terjadinya
overheating pada Boiler tube, maupun pada RH dan SH atau perbedaan temperatur
logam drum melebihi batas ketentuan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
2.8. Monitoring
Maka akan diketahui awal kelainan atau penyimpangan dari sistem/peralatan, sehingga
bisa diambil tindakan penanganan dan pengamanan lebih lanjut, sebelum terjadi
kerusakan atau kegagalan operasi.
Dengan adanya penanganan/perbaikan pada awal terjadinya kelainan sistem operasi
maka :
• Kehandalan unit bisa dipertahankan
• Umur unit menjadi lebih panjang
• Akan mempertahankan nilai aset.
3. In Service Maintenance
Safety
Masalah utama yang harus diperhatikan agar ketel dapat dioperasikan dengan aman adalah :
• Mencegah terjadinya ledakan bahan bakar didalam ruang bakar
• Melindungi bagian-bagain bertekanan untuk mencegah terjadinya thermal stress atau
overheating yang bisa menyebebkan terjadinya kegagalan operasi.
Ruang Bakar
Pencegahan terhadap terjadinya ledakan didalam ruang bakar adalah merupakan prioritas
utama karena :
• Menyebebkan kecelakaan/membahayakan jiwa
• Biaya yang sangat mahal untuk melakukan perbaikan
• Mengakibatkan unit shut down
- Produksi menurun
- Terganggunya sistem kelistrikan, sehingga proses industri terganggu
Empat (4) hal untuk mencegah terjadinya ledakan dalam ruang bakar :
• Prosedur operasi yang optimum, dan perlu training untuk operator
• Pengamatan burner secara seksama dengan menggunakan “Flame faiture detector”
• Pendeteksian gas -gas yang tidak terbajar pada gas buang
• Perbandingan udara dan bahan bakar harus sesuai.
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Sebagian pengaman utama untuk bagian-bagian yang bertekanan agar tidak terjadi
tekanan lebih (over pressure) maka dipasang katub pengaman.
Keberadaan katub pengaman harus sesuai dengan kondisi peralatan yang diamankan
terutama kapasitas dan kemampuan membebaskan tekanan.
Katub pengaman secara rutin harus diuji coba/testing untuk menghindari terjadinya
kemacetan
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Monitoring temperatur dan tekanan air dan uap adalah prosedur konversional
yang sudah lama dilaksanakan.
Start uap yang cepat dan untuk mencapai suhu uap yang sesuai dengan
kebutuhan turbin perlu dimonitor dengan teliti.
Cara yang paling baik untuk menganalisa permasalahan tentang maintening Efficiency
adalah dengan menguji sejumlah besar parameter-parameter kerugian dalam penghitung
efisiensi.
Suatu tipe keseimbangan poros/heat balance untuk ketel dengan bahan bakar batu bara
adalah sbb :
• Kerugian gas panas = 5,16 %
• Kerugian karena hydrogen dan maiture = 4,36 %
• Kerugian gas yang tidak terbakar = 0,50 %
• Kerugian radiasi = 0,30 %
• Ketugian moisture dalam udara = 0,13 %
• Kerugian yang tidak terukur = 1,5 %
• Effisiensi keseluruhan = 88,05 %
Kerugian-kerugian kecil yang tidak terhitung disebut “Uncounted For” kerugian -kerugian
kecil ini cukup extersive dalam jumlah , tetapi mereka kecil terhadap jumlah kerugian
panas.
Kerugian ‘Uncounted “ yang tervesar terjadi karena panas sensibel pada abu dan slag.
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Variabel suhu gas keluar cerobong dipengaruhi oleh deposit pada permukaan
penguapan panas yang dilewati oleh gas, dan tingkat nilai mutlak udara bakar lebih
(excess air)
Kedua efek dalam gas buang tersebut sifatnya adalah menurunkan efisiensi .
Besarnya penurunan efisiensi kira-kira 1 % setiap kenaikan suhu gas buang 40 0F.
Kerugian karena gas yang tidak terbakar oleh volatil matter dan kandungan abu
dalam batu bara.
Monitoring efesiensi dapat dilakukan dengan memonitor secara kontinyu suhu gas
buang dan kandungan oksigen didalam gas buanh dengan menggunakan rekorder
atau indikator.
Pemeriksaan secara periodik pada gas-gas yang bisa terbakar dalam gas buang
akan menunjukkan adanya efisiensi yang asli (Original Effieisncy) yang perlu
dipertahankan.
Suhu gas buang yang tinggi dan kerugian isap yang tinggi pada kondisi udara lebih
yang normal, menunjukkan adanya pengotoran pada permukaan penyerapan
panas. Pengotoran tersebut selanjutnya harus di soot blowing.
Udara lebih yang tinggi, secara normal akan menaikkan temperatur gas buang dan
kerugian isap, sehingga perlu mengatur perbandingan udara dan bahan bakar.
Udara lebih (excess air) yang tinggi bisa disebabkan oleh : kebocoran casing /seal
air atau kebocoran air heater.
Tingginya kandungan gas yang bisa terbakar didalam gas buang, menunjukkan
perlunya penyetelan dan perawatan peralatan pembakar/burner.
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Ruang bakar, yang berfungsi sebagai tempat pembakaran bahan bakar, dibentuk oleh
rangkaian dinding pipa-pipa air yang merupakan permukaan perpindahan panas.
Selama proses pembakaran bahan bakar, baik bahan bakar padat ataupun bahan bakar
cair, kecuali panas sebagai produk utama, maka dihasilkan produk lain yaitu abu.
Abu dari sisa pembakaran ini, bersama-sama dengan gas panas akan menjelajah laluan,
melalui dari ruang bakar menuju ke cerobong dengan terlebih dahulu melewati SH, RH,
Ekonomizer dan AH untuk memindahkan panasnya.
Tidak semua abu bisa terbawah dan terbang lewat cerobong, namun sebagian akan
menempel pada pemukaan dinding ruang bakar,, dinding pipa SH, RH, Eco dan AH. Abu
yang menempel pada permukaan peralatan-pealatan pemindah panas tersebut harus
dibersihkan karena akan menghambat proses perpindahan panas, dan menyebabkan
over heating pada pipa-pipa. Peralatan yang digunakan untuk memberishkan abu-abu
tersebut dalam kondisi beroperasi adalah Soot Blower, termasuk juga yang digunakan
untuk membersihkan ruang bakar.
Soot Blower atau penghembus jelaga yang digunakan untuk membersihkan dinding-
dinding ruang bakar adalah tipe wall blower dan tipe wall blower short retractable.
Pembersihan dinding ruang bakar dalam keadaan beroperasi dengan menggunakan soot
blower dilakukan secara periodik minimum setiap 8 jam sekali atau sesuai kebutuhan jika
dianggap perlu. Pengoperasian soot blower dalam keadaan berbeban rendah, bisa
mempengaruhi proses pembakaran.
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Abu dari hasil proses pembakaran yang menempel pada permukaan pemindahan panas,
apabila dibiarkan akan membentuk suatu endapan atau deposit.
Deposit abu secara umum dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
• Slagging
Adalah deposit dari slag yang meledak, yang terbentuk pada permukaan dalam
dinding ruang bakar, atau permukaan perpindahan panas yang lain yang terkena
radiasi panas secara dominan.
Adalah deposit dari abu yang terjadi pada Ekonomizer dan Air Heater dimana
temperatur gas buang tidak cukup tinggi untuk membentuk sintering.
Gambar 3 . Deposits
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
4. Outgae Maintenance
Pemeliharaan preventive dalam keadaan unit shut down adalah untuk mengembalikan unjuk
kerja unit, serta untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan operasi di waktu
mendatang.
Dalam unit pembangkit tenaga listrik pelaksanaan outage maintenance, schedulnya harus
disesuaikan sistem kelistrikan yang terkait.
Secara umum, dan yang lebih baik, uit besar tidak melakukan shut down pada beban kritis,
yang di Indonesia jatuh pada musim kemarau.
Unjuk kerja ketel agar bisa beroperasi sampai dengan shut down berikutnya, harus selalu
dimonitoring dengan baik, baik dengan menggunakan peralatan kontrol maupun secara
pengamatan langsung.
DIKLAT PEMBIDANGAN 15
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Pemeriksaan bagian-bagian dalam boiler drum harus dilaksanakan pada saat shut
down
• Semua baffle dan sparator/peralatan pemisah air dan uap harus duduk pada
temperaturnya dengan sempurna.
• Semua sambungan harus rapat terhadap kebocoran dan duduk dengan kuat
Dalam membongkar plat baffl atau sparator untuk keperluan pemeriksaan, harus
diberi tanda, agar tidak terjadi kesalahan pada waktu memasang kembali.
Metoda pemberihan bagian dalam dengan chemical cleaning atau acid cleaning
memberikan hasil yang paling cepat dan sangat memuaskan untuk membuang
deposit.
(Metoda chemical cleaning akan dibahas pada bab tersendiri).
Turunnya temperatur gas AH dan Boiler, serta turunnya tekanan sisa gas, yang
diukur selama periode operasi, akan menunjukkan adanya fouling bagian luar yang
tidak bisa dibersihkan dengan pengoperasian soot blower, dan meupakan suatu
petunjuk dimana ada terjadi ekumulasi.
Selama periode shut down, sekitar unit/ boiler harus diperiksa dengan sasaran
sebagai berikut :
DIKLAT PEMBIDANGAN 16
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Mendeteksi Tube Misalignment, Lepas dari Ikatan, Hanger, Support & Spacer
Mempertahankan kesebarisan tube yang sempurna adalah sangat penting
untuk:
DIKLAT PEMBIDANGAN 17
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Petunjuk :
Jika membongkar baffle, cyclon sparator
X
atau scruber harus diberi tanda agar tidak
keliru pada saat pemasangan kembali.
DIKLAT PEMBIDANGAN 18
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 19
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 20
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 21
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN 22
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
8. Indikatr X
Penunju
k Air 1. Setiap kegagalan dari termokopel yang
terpasang pada steam drum. SH, RH
dan sistem gas resirkulasi harus
diselidiki dan dibetulkan secara unit
9. Termok shut down.
opel 2. Juga periksa peralatan temokopel
setiap rusak, selama periode “outage
maintenance”
DIKLAT PEMBIDANGAN 23
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Gambar 6 . Boiler
DIKLAT PEMBIDANGAN 24
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
Agar repair boiler tube dapat berhasil dengan baik dan memenuhi/sesuai dengan standard yang
berlaku, maka tiga (3) hal utama seprti berikut harus dipenuhi yaitu :
• Pengawas/Supervisi yang berpengalaman
• Tenaga kerja yang mempunyai skill
• Peralatan yang lengkap
5.1.5. Jika penyambungan dengan menggunakan backing ring, maka ujung pipa cukup
digerinda dan dilakukan dengan rata.
5..2. Prosedure
5.2.1 Pipa pengganti harus mempunyai ketebalan tidak kurang dari 75% ketebalan pipa
asli.
DIKLAT PEMBIDANGAN 25
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
5.2.3 Jika penyambungan menggunakan Backing ring, material Backing ring harus sesuai
dengan material tubes.
Keterangan :
Penggunaan Back Ring tidak direkondasikan pada pipa/tube yang mempunyai laju
aliran tinggi.
Jarak kampuh/gap sama dengan diameter elektroda untuk Root Pass, yaitu sebesar
antara 3/32” - 1/16 “
5.2.6 Pengelasan root pass atau pengelasan pertama sebaiknya menggunakana Las
TIG/Las Argon dengan tujuan agar tidak terjadi pengotoran didalam pipe oleh kerak
las.
Keterangan :
Jika pengelasan root pass menggunakan las SMAW, maka terjadi pengotoran kerak
las didalam pipa.
DIKLAT PEMBIDANGAN 26
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
5.2.7 Proses pengelasan harus mengikuti WPS (Welding Prosedure Spesification) yang
telah ditetapkan oleh pabrik pembuat ketel.
Keterangan :
Penyimpangan dari WPS yang sudah ditentukan, tidak menjamin akan keberhasilan
dari proses pengelasan.
• WPS mencakup :
- Logam dasar
- Jenis elektroda las yang digunakan
- Proses pengelasan
- Besar arus/amper dan vollasi pengelasan
- Posisi pengelasan
- Laju pengelasan
5.2.8 Juru Las harus Qualified untuk pengelasan bertekanan tinggi, mempunyai Sertifikat
yang masih berlaku, dan perlu diuji ulang/test ditempat untuk menyakinkan
kemampuannya.
5.2.9 Selama proses pengelasan harus dibawah pengawasan orang yang bertanggung
jawab/Engineer.
5.3. Pengujian
DIKLAT PEMBIDANGAN 27
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Pengujian dengan color check bisa dilakukan setelah dinyatakan lulus uji visual
• Pengujian dengan color check hanya bisa mendeteksi cacat-cacat luar yang
tidak nampak/tidak terdeteksi selama pengujian visual.
( Prosedur selengkapnya dibahas pada topik pengujian Tidak Merusak)
5.3.3 Pengujian dengan Ultrasonic atau dengan Radiographis.
DIKLAT PEMBIDANGAN 28
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
• Uji tekanan dilaksanakan dengan Hydro statik test, ayitu menaikkan tekanan
Boiler sampai sedikit diatas tekanan kerja, untuk mengetahui :
- Kebocoran sambungan las
- Kekuatan sambungan las
• Pengujian hydro static bisa dilaksanakan, setelah dinyatakan lulus uji
Radiographis.
• Pengujian Hydrostatis harus dilaksanakan sesuai dengan rekomendasi prosedur
yang telah ditentukan oleh pabrik pembuatnya
• Sumber tekanan untuk malakukan pengujian bisa menggunakan :
- Pompa BFP
- Pompa hydro Test
• Kecuali untuk pengujian hasil las, maka pada saat hydrostatis test bisa
dimanfaatkan untuk pemeriksaan yang lain seperti :
- Kebocoran sambungan-sambungan flange, valve pada sistem pemipaan
boiler
- Expansi boiler
- dll
Semua data kejadian, lokasi, penggantian metarial pengujain dan lain-lainnya yang
berhubungan dengan pelaksanaan perbaikan harus dicacat dan diarsipkan dengan baik
guna referensi pada perbaikan yang akan datang.
DIKLAT PEMBIDANGAN 29
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
6. Konservasi Boiler
6.1 -Pipa-pipa air Mencegah • Isikan hydrazine kedalam • Untuk shut down
- Drum korosi system air kondensate kurang dari 4 hari
- Economizer • Sirkulasikan system air kandungan
-Super heater a. Cara kondensor antara kondensat hydrazine 25 ppm
- Reheater basah dan deaerator dengan melalui • Untuk shut down
-Pipa-pipa by pass heater lebih dari 4 hari
uap utama • setelah kondisi air memenuhi kandungan
syart, isikan air kondensate hydrazine 200
kedalam boiler melalui by pass ppm
water heater • PH air dijaga 10
• Bila boiler dilengkapi dengan dengan
block valve sebelum ke pipa menggunakan
utama, pengisian dapat amoniak.
dilakukan sampai penuh.
• Bila boiler tidak dilengkapi
dengan block valve sebelum ke
pipa utama, pengisian sampai
water level dan isi Nitrogen
diatas air dengan tekanan
dijaga antara 2 - 5 psi.
DIKLAT PEMBIDANGAN 30
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
6.3 Air Heater mencegah • Air Heater dicuci setelah 1 (satu) minggu
korosi dan temperature dibawah 120 OC. sekali air heater
menghindari • Air heater dinyatakan bersih diputar ± 30 menit
kemacetan bila selisih PH air pencuci max Dilaksanakan 1
1. (satu) minggu sekali
• Juga temperatur air heater ± 40
O
C.
6.4 Force Draf Mencegah • Jalankan auxiliary oil pump bila Dilaksanakan 1
Fan poros dilengkapi. Bila tidak dilengkapi (satu) minggu sekali
bengkok beri minyak pelumas pada
bantalan luncur kemudian
putar poros 180 O atau sesuai
buku petunjuk
DIKLAT PEMBIDANGAN 31
PRAJABATAN S1/D3
PT PLN (PERSERO)
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN MESIN PEMBANGKIT
1. Gunakan selalu kaca mata pengaman atau kaca pelindung untuk melindungi mata dari
nyala yang menyilaukan serta partikel abu dan debu pada waktu melihat kondisi nyala api di
dalam ruang bakara.
2. Jangan berdiri langsung didepan pintu pengamat, khususnya pada saat pintu pengamat
terbuka, untuk menghindari adanya hembusan dari ruang bakar. Hembusan dari ruang
bakar bisa terjadi disebabkan oleh :
• Kondisi pembakaran
• Beroperasinya soot blower
• Kebocoran atau kegagalan boiler tube
Meskipun ketel beroperasi dengan tekanan seimbang/balance draft.
3. Jangan masuk kedalam boiler, sebelum semua katub-katub boiler dan katub blowdown
tertutup dengan rapat serta dipasangi kartu tagging.
4. Jangan masuk kedalam boiler sebelum :
• Ruangan menjadi dingin
• Dilakukan purging gas-gas bebahaya
• Ventilasi terbuka penerangan, dan harus mengikuti petunjuk persyaratan keselamatan
masuk kedalam ruang boiler.
5. Jika diperlukan kabel-kabel tambahan seperti untuk penerangan penggerindaan dll, maka
kabel tersebut harus digrounding dengan baik.
6. Jangan masuk, atau membuka peralatan yang berputar, sebelum peralatan berhenti total
dan sirkuit breaker dikunci.
7. Gunakan safety helm untuk menghindari kejatuhan fouling pada saat masuk kedalam ruang
bakar.
8. Sebelum masuk/melewati, amankan terlebih dahulu mekanik penggerak damper, pintu-
pintu manhole.
9. Jangan menginjak FLYASH. Biasanya hanya dingin diperlmukaan tetapi bagian dalamnya
masih cukup panas yang dapat membahayakan Fly ash baru bisa dingin setelah 1 (satu)
minggu.
10. Hindari terkena air panas dari dalam drum ketika membuka tutup manhole, atau tutup hand
hole.
11. Jangan menggunakan bahan kimia yang beracun seperti Carbon Tetrachlorid didalam
ruang yang terbatas.
DIKLAT PEMBIDANGAN 32
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
PEMELIHARAAN TURBIN.
Turbin uap merupakan komponen utama di dalam suatu Pusat Listrik Tenaga Uap yang perlu
dipelihara dengan baik, karena pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang menentukan
keandalan, safety, efisiensi dan life time. Karena itu masalah pemeliharaan harus mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh baik segi pengorganisasiannya, perencanaanya maupun
pelaksanaannya.
Akan lebih baik apabila telah dimiliki buku pedoman standard untuk pemeliharaan turbin uap,
sehingga didalam merencanakan, pemeliharaan dapat digunakan untuk mempersiapkan tenaga
kerja, peralatan, spare parts/material serta waktu yang diperlukan.
Karena sifat turbin uap yang sangat utama, maka pada umumnya turin uap dipelihara secara
periodik atau Time Based Maintenance ( Pemeliharaan berdasarkan jam operasi ) sehingga
setelah turbin uap yang bersangkutan menjalani jangka waktu operas] tertentu harus dilakukan
pemeriksaan, perbaikan atau penggantian pada komponen-komponennya.
Untuk lebih meningkatkan keandalan dan safety, Time Based Maintenance tersebut diatas akan
di tunjang oleh Condition Based Maintenance (Pemeliharaan berdasarkan kondisi) dengan cara
memonitor kondisi turbin uap secara terus menerus dan melakukan koreksi/perbaikan apabila
diperlukan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 1
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Pada umumnya ada tiga jenis pemeliharaan periodik yang diberlakukan pada turbin
uap yaitu :
Siklus Inspection tersebut diatas apabila dihitung dari saat dimulainya operasi turbin
uap akan berurutan sebagai beirkut :
Start Se Si Me Si Se
Pada tahun pertama operasi langsung dilakukan Serious Inspection atau untuk tahun
pertama ini lazim disebut (First Year Inspection)
First year Inspection ini sangat penting untuk dilakukan karena sangat diperlukan untuk
mengamati kemungkinaan kerusakan yang terjadi dan dapat digunakan untuk meng
claim kontraktor/pabrik pembuat turbin uap yang bersangkutan.
Pada umunmya First Year Inspection dilakukan oleh kontraktor/pabrik pembuat.
DIKLAT PEMBIDANGAN 2
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 3
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 4
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 5
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 6
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 7
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 8
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 9
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Beberapa pemeliharaan rutin yang dapat dilakukan saat turbin beroperasi diantaranya:
• Pertambahan grease pada bagian- bagian yang perlu diberi grease.
• Menambah minyak pelumas ke dalam tangki.
• Membersihkan minyak pelumas melalui instlasi pemurni minyak pelumas
• Membuang air dan lumpur melalui drain tangki minyak pelumas dan memeriksa
kondisi minyak pelumas
• Mengencangkan baut-baut yang longgar
• Menutup atau mengurangi kebocoran pada seal katup-katup.
Pemelharaan lengkap dari pengaman turbin beserta sistemnya dilakukan padaa saat
turbin tidak beroperasi, akan tetapi untuk melihat unjuk kerja dari peralatan pengaman
tersebut, banyak pabrik turbin membuat peralatan pengaman yang dapat diuji pada
saat turbin beroperasi dengan cara pengujian simulasi.
Karena pengujian saat beroperasi ini amat riskan yang dapat menyebabkan tripnya
turbin apabila tidak dilakukan dengan benar, maka pelaksanaanya harus sangat hati-
hati dan dengan melihat buku petunjuk/manual pabrik turbin yang bersangkutan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 10
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Amati juga :
2.5. Kebersihan
Kebersihan, besar pengaruhnya terhadap safety dari operasi turbin uap, oleh
karenanya kebersihan yang bisa dilaksanakan ketika turbin uap beroperasi tidak boleh
dilupakan.
Bocoran minyak pelumas yang belum bisa dihentikan selarna turbin uap beroparasi,
apabila tidak terlalu besar (misalnya hanya berapa tetesan pada tempat yang tidak
berbahaya) dapat ditanggulangi sementara dengan secara rutin membersihkan bagian
yang terkena tumpahan minyak tersebut.
Tidak dibenarkan untuk membuang bekas lap dan kotoran lain disembarang tempat,
juga sama sekali tidak diijinkan untuk menyimpan kaleng-kaleng/wadah lainnya yang
berisi minyak/benda mudah terbakar disembarang tempat.
Pemeliharaan dalam keadaan tidak beroperasi dapat dilakukan pada saat Periodic
Inspection (Si, Me,Se) dengan jenis pelayanan seperti pada.
Pada kondisi tertentu, misalnya pada waktu terjadi suatu kerusakan baik pada komponen
boiler maupun pada komponen turbin, dapat dilakukan pemeliharaan tak terjadual.
Pemeliharaan tak terjadual ini tentu saja tidak boleh melampaui lama waktu yang diperlukan
oleh kegiatan utama dan hanya dilakukan pada peralatan yang pada pengamatan
sebelumnya menunjukkan adanya kelainan atau indikasi tertentu yang diragukan.
Mean Inspection dan Serious Inspection merupakan pekerjaan berat dan banyak item
yang harus diselesaikan, yang harus memiliki skedul yang baik sehingga urutan satu
pekerjaan dengan pekerjaan lainnya dapat dilaksanakan tanpa adanya waktu yang
terbuang dan pada akhimya skedul yang baik akan mempercepat penyelesaian
pekerjaan dan mengurangi biaya Inspection.
DIKLAT PEMBIDANGAN 11
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 12
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Pada Simple Inspection pemeliharaan rotor turbin dilakukan tanpa mengangkat upper
cating. Pemeliharaannya berupa pemeriksaan pada sudu tingkat akhir dengan jalan
melihatnya dari bagian atas kondensor setelah manhole disisi turbine exhaust dibuka.
Pemeriksaan yang dilakukan diarnaranya adalah :
• Kemungkinan adanya kerak yang menempel pada sudu akhir, ambil sample untuk
di analisa
• Kemungkinan terjadinya keretakan
• Kemungkinan terjadinya gesekan
• Kerusakan akibat benda asing
• Korosi dan erosi
Pada Mean Inspection dan Serious Inspection, seluruh bagian rotor diperiksa dan
diperbaiki. Pemeriksaan rotor dilalakukan dengan cara membuka upper casing,-
melepas kopling, membuka bantalan dan lain-lain komponen yang menghalanginya
sehingga rotor dapat diangkat dan ditopang pada bangku/dudukan khusus yang
disediakan untuk itu. Mengangkat rotor harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena
sangat sempitnya clearance antara rotor dengan stator.
Bila ditemukan keretakan yang besar, perlu dipertimbangkan dan dievaluasi apakah
turbin tersebut layak untuk dioperasikan kembali atau tidak.
Keretakan kecil pada daun sudu, dapat diatasi dengan menggerinda bagian yang retak
tersebut dengan sedemikian rupa agar keretakannya tidak bertambah besar (Lihat
gambar 1)
DIKLAT PEMBIDANGAN 13
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Bagian daun sudu yang bengkok dapat dikembalikan ke profil aslinya dengan cara
diketuk atau dibengkokkan dengan tang. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan sangat
hati-hati agar tidak menyebabkan rusaknya sudu tersebut.
Lakukan juga pengukuran defleksi poros disepanjang rotor turbin karena rotor yang
melengkung selain mengakibatkan timbulnya vibrasi tinggi juga akan menyebabkan
terjadinya gesekan antara rotor dengan stator. Semua hasil pemeriksaan baik yang
brupa kerusakan maupun hasil pengukuran harus dicatat dengan teliti dan dibuat
gambar/fato apabila diperlukan.
Apabila ditemukan keausan yang merata diujung sudu, keausan ini pada umumnya
masih dapat ditolerir akan tetapi harus dibuat catatan untuk kemungkinan dilakukan
penggantian sudu (reblading) pada pemeliharaan yang akan datang}.
Bagian journal (tempat duduknya journal bearing) harus diperiksa dengan teliti apabila
ditemukan adanya goresan yang tidak terlalu parah, dapat dikoreksi dengan cara
diamplas. Goresan yang dalam perlu mendapat perhatian yang sangat serious, dan
cara perbaikannya mungkin harus dikonsultasikan dengan pabrik pembuat turbin
tersebut.
Periksa juga kondisi kedudukan balance weight dan kencangkan baut-bautnya.
Apakah ada sejumlah sudu yang dipotong (misalnya karena rusak) maka akan
mengakibatkan rotor turbin menjadi tidak balans, dan untuk itu perlu dilakukan
rebalancing.
Setelah baut-baut pengikat antara upper casing dengan lower casing dilepas, opper
casing diangkat dan diletakkan diiantai de.ngan posisi dibalik (bagian celung
menghadap keatas).
Mengangkat upper casing harus selalu dalam posisi datar dan selalu diawasi agar
tidak terjadi persinggungan atau benturan antara stator dengan rotor. Untuk itu dapat
digunakan guide bar dan guide column lihat gambar.
Angkat rotor dan lakukan pekerjaan pemeliharaan rotor. Lepaskan diaphragma (blade
ring) baik dari upper casing maupun lower casing dan lakukan pemeriksaan serta
perbaikannya, yaitu :
• Periksa adanya kerak-kerak yanga menempel pada sudu tetap, bersihkan dengan
sand blast apabila diperlukan.
• Bersihkan kerak dan kotoran lainnya dengan menggunakan sikat kuningan dan
sand blast bila perlu
• Laksanakan pemeriksaan pada permukaan flanges upper casing dan lower casing
menggunakan batu asah paling halus.
• Bersihkan ulir-ulir pada baut dan mur.,
• Periksa bekas bocoran uap melalui celah pada flanges antara upper casing
dengan lower casing
• Periksa akibat korosi dan erosi pada labyrinth dan sudu-sudu.
DIKLAT PEMBIDANGAN 14
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
• Periksa dan perbaiki kerusakan pada sudu tetap (seperti pada sudu putar)
• Keretakan-keretakan disetiap bagian stator, termasuk pada baut-baut, diperiksa
dengan cara NDT menggunakan dye penetrant atau ultrasonic test.
Gambar 2 . Mengangkat dan Menurunkan Upper Casing Dengan Bantuan Guide Column
DIKLAT PEMBIDANGAN 15
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Gambar 3 . Pemasangan Baut Pada Flanges Turbin dan Pengukuran Pemuaian Baut
Melalui lubang ini dimasukkan batang pemanas ( Heating Rod) ataupun udara panas
hasil pemanasan dengan Oxy Acetylene Torch sehingga baut memuai sampai ukuran
tertentu lalu mur-nya dikencangkan sampai kekuatan momen sesuai tabel yang
diberikan oleh pabrik. Untuk baut berukuran kecil, tidak dilakukan pemanasan akan
tetapi mur langsung dikencangkan sampai mulur (rnemanjang) sesuai ukuran yang
ditentukan.
Urutan pemasangan baut-baut antara lower casing dan upper casing dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi defleksi pada flanges. Salah atau ujung casing
turbin (sisi tekanan lebih rendah) bertumpu pada pondasi dengan diikat baut. Ujung ini
adalah ujung titik tetap (fixed point). Periksa baut-bautnya dari kemungkinan longgar
atau rusak. Ujung lain dari casing tersebut harus dapat bergerak bebas. Ujung inil
didudukkan diatas bedplate yang memiliki alur. Sliding shoe yang berada pada casing
harus dapat bergerak bebas didalam alur tersebut sejajar dengan sumbu rotor.
Lakukan pemeriksaan pada alur dan sliding shoe dan bagian lain jangan sampai ada
benda yang menghalangi gerakan pemuaian casing pada saat turbin beroperasi.
Turbin uap memiliki dua jenis bantalan yaitu bantalan journal aksial (Journal Bearing ).
Dan bantalan aksial (Thrust Bearing ).
Perneriksaan dan pemeliharaan pada bantalan-bantalan ini dilakukan baik pada
Simple Inspection, Mean Inspection maupun Serious Inspection. Untuk pemeriksaan
bantalan journal, bantalan tersebut dikeluarkan dari housingnya. Karena pada Simple
Inspection tidak dilakukan pengangkatan rotor, maka untuk sementara, yaitu ketika
bantalan journal dikeluarkan dari posisinya, rotor harus ditopang oleh shaft raising
gear.
DIKLAT PEMBIDANGAN 16
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Alat ini diperlukan agar tidak terjadi benturan antara rotor dengan casing. Bearing
housing dan bearing sebelah atas dibuka terlebth dahulu, kemudian rotor diangkat
(setelah upper casing dibuka) atau rotor ditopang oleh shaft raising gear, disusul
dengan membuka bearing sebelah bawah.
Sebelum bearing dibersihkan, catat kondisinya, misalnya jenis kotoran yang melekat
pada bearing dan adanya kerak pada lobang laluan minyak.
Bersihkan seluruh bagian bearing dengan cleaner/solvent yang tidak menimbulkan
karat, bila perlu bersihkan punggung bantalan dengan batu asah halus, dilap dengan
kain yang tidak berbulu dan dihembus dengan udara kering serta bersih.
Apabila pemeriksaan dan perbaikan sudah dilakukan maka bantalan journal siap untuk
dipasang kembali. Apabila dalam pemasangan diperlukan martil, gunakanlah martil
karet atau batang bronze lunak yang ujungnya dibulatkan.
Pemeriksaan dan pemeliharaan yang sama seperti pada journal bearing dilakukan
juga pada thrust bearing (bantalan aksial). Ukur juga ketebalan babbit dan yakinkan
bahwa semua pads dapat bergerak bebas sehingga selalu dapat bersinggungan
secara merata terhadap collar.
DIKLAT PEMBIDANGAN 17
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 18
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Pada Simple Inspection, labyrinth tidak dibuka karena tidak dilakukan pemeriksaan/
pemeliharaan. Pemeriksaan/pemeliharaan dilakukan hanya pada sistim uap perapat,
terutama valve pengatur tekanan uapnya. Valve tersebut dibuka, dibersihkan dan
dilakukan test kebocoran. Bila bocor, harus dilakukan pekerjaan lapping atau diganti
bila perlu.
Pada Mean Inspection dan Serious Inspection, selain dilakukan pemeriksaan /
pemeliharaan seperti pada Simple Inspection, juga dilakukan pemeriksaan/perbaikan
pada labyrinth nya. Pekerjaan ini dilakukan sesudah upper casing dibuka.
Setelah labyrinth dibuka dan dibersihkan, lakukan pemeriksaan dan perbaikan pada
sirip-sirip labyrinth dan periksa clearancenya terhadap poros. Clearance yang terlalu
besar mengharuskan labyrinth diganti baru. Seringkali penekan labyrinth patah atau
lemah sehingga perlu penggantian.
Jarak celah atau clearance antara rotor turbin dengan stator, terutama pada sisi
tekanan tinggi sangat sempit dan kemungkinan akan terjadi gesekan antara rotor
dengan stator apabila celah ini tidak disetel dengan baik. Jarak clearance baik arah
aksial maupun arah radial disetiap tingkat sudu telah ditetapkan oleh pabrik
pembuatnya. Penyetelan yang dilakukan harus dalam batas-batas yang ditetapkan
oleh pabrik tersebut.
Langkah pertama dari penyetelan ini adalah memposisikan rotor / casing terutama
dengan mengukur kearah kiri dan kanan. Penyetelan dapat dilakukan dengan
mengatur dudukan bantalan journal. Selanjutnya ukur dan stel clearance ujung sudu
terhadap stator atau daapragma baik arah radial maupun arah aksial dengan jalan
menyetel kedudukan bantalan journal, bantalan aksial dan diapragma disetel kembali
apabila diperlukan. Pengukuran dapat dilakukan mengunakan fuller, dial gauge, kawat
timah dan alat ukur lainnya.
Tentu saja bagian paling kritis dalam penyetelan clearance adalah dibagian turbin sisi
tekanan tinggi, sedangkan di sisi tekanan rendah clearancenya cukup besar sehingga
tidak kritis, akan tetapi tetap harus mengikuti batas-batas yang ditentukan oleh pabrik
pembuat turbin yang bersangkutan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 19
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Dalam kenyataannya, posisi-posisi turbin dalam keadaan diam dan dingin, tidak Iurus
sama sekali, sehingga posisi satu poros dengan poros lainnya tidak akan lurus /
sebaris, misalnya poros turbin dengan poros generator, atau poros turbin tekanan
tinggi dengan poros turbin tekanan rendah. Ketidak sebarisan ini diakibatkan oleh
melengkungnya poros akibat dibebani rotor. Besarnya kelengkungan akan tergantung
dari berat rotor dan kekakuan poros.
Dengan demikian satu poros dengan poros lainnya sengaja tidak dibuat sebaris, akan
tetapi dibuat sedemikian rupa sehingga ada ketidak sebarisan yang besarnya sudah
DIKLAT PEMBIDANGAN 20
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
ditentukan oleh pabrik pembuat. Diharapkan pada saat turbin berputar dan panas,
posisi poros akan menjadi sebaris baik arah aksial maupun radial.
Contoh penentuan ketidak sebarisan dari berbagai tipe unit Turbin-Generator dapat
dilihat pada gambar .
Dalam pelaksanaan penyebarisan pada turbin generator tertentu harus selalu di ikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh pabrik pembuat.
DIKLAT PEMBIDANGAN 21
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 22
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
DIKLAT PEMBIDANGAN 23
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
3.8.1. Katup Uap Utama, Katup Pengatur (Governor Valve) dan Intercept Valve.
Kerusakan yang terjadi pada katup-katup uap umumnya sama yaitu terjadinya
erosi atau aus atau retak pada seat dan disk, adanya kerak/deposit pada
batang katup, batang katup bengkok, bocor melalui perapat dan macet atau
sulit digerakkan.
DIKLAT PEMBIDANGAN 24
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
• Cairan Pembersih
Gunakan cairan yang efektif untuk membersihkan, tapi tidak berbahaya.
Cairan yang mudah terbakar atau membahayakan kesehatan sebaiknya tidak
digunakan. Gunakan wadah-wadah khusus baik untuk tempat cairan
pembersih maupun untuk pekerjaan pembersihan. Apabila tangki minyak
pelumas dikosongkan untuk dibersihkan, gunakan pernbersih yang aman dan
berikan ventilasi yang baik (misalnya menggunakan kipas).
Saat petugas berada dalam tangki, selalu ada petugas lain yang mengawasi
diluar tangki.
• Masker
Pada pekerjaan pembongkaran dan pemasangan isolasi, gunakan masker
yang baik karena pada umumnya isolasi terbuat dari serat asbes yang sangat
halus dan berbahaya bila terhisap.
Demikian juga saat melaksanakan Sand Blasting
DIKLAT PEMBIDANGAN 25
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
3.8.2. Sistim Kontrol Governor dan Proteksi Putaran Lebih (Over speed)
DIKLAT PEMBIDANGAN 26
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Semua peralatan sistem proteksi tersebut akan bekerja untuk menutup katup
uap utama dengan cepat apabila sistem proteksi bekerja.
Contoh harga-harga yang dicapai pada saat sistem proteksi bekerja adalah
sebagai berikut :
• Overspeed Trip bekerja bila putaran turbin mencapai 111 % dari putaran
nominalnya., atau 3330 rpm untuk turbin yang beroperasi pada 3000 rpm.
• Low Bearing Oil Pressure Trip pada 0,6-0,65 Kg/ CmZ
•
Thrust Bearing Wearing Trip terjadi bila tekanan minyak ke thrust bearing
turun mencapai 5,6 - 5,65 Kg/Cm z
• Low Vacum Trip pada 450 - 550 mm 1-lg.
3.9. Isolasi
• Menjaga agar beda temperatur casing dibagian dalam dan dibagian luar tidak
terlalu jauh berbeda yang akan menyebabkan defleksi.
• Mencegah agar tidak ada panas terbuang secara tidak berlebihan ke udara luar,
yang akan menurunkan efisiensi.
• Keselamatan kerja
Pada saat dilakukan pembukaan upper casing dan pipa-pipa uap, seringkali sebagian
isolasi menjadi rusak dan harus diperbaiki atau diganti.
Sebaiknya penggantian isolasi menggunakan bahan yang sama seperti yang sudah
terpasang, namun apabila tidak tersedia agar diganti dengan material lain yang
spesifikasi sama, terutama dari segi :
• Ketahanan terhadap temperatur tinggi
• Daya hantar panas ,
• Kemudahan dalam pemasangan
• Sifat menyerap minyak
• Berat persatuan volume
• Pengaruh terhadap kesehatan manusia, dan sebagainya.
DIKLAT PEMBIDANGAN 27
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
Keselamatan kerja pada umumnya sama setiap pekerjaan Inspection PLTU. Mengenai
keselamatan kerja selengkapnya dapat dilihat pada topik " Keselamatan Kerja"
Didalam uraian ini akan diberikan contoh aspek keselamatan kerja yang perlu mendapat
perhatian lebih pada pelaksanaan Inspection Turbin , yaitu :
• Tagging.
Tagging selain dipasang pada tombol-tombol motor yang terpasang di panel Control
Room, juga harus di back-up dengan memberi tagging atau bahkan mencabut breaker
pada motor yang bersangkutan. (Misalnya pada motor turning gear maupun motor
pompa minyak pelumas).
• Akses
Akses tempat kerja harus rapi.
Barang-barang yang sedang dikerjakan tidak boleh bertebaran tidak teratur.
Baut-baut kecil sebaiknya dimasukkan kedalam kotak, sedangkan baut besar di
jejerkan dilantai dengan dialasi lembaran karet atau kayu.
Apabila ada bagian lantai yang dibuka, maka disekeliling bagian yang dibuka tersebut
harus diberi pita pengaman atau pagar sementara.
• Lifting Crane
Lifting Crane untuk mengangkat rotor turbin, casing dan sebagainya harus diperiksa
dan diuji sebelum pekerjaan Inspection dimulai.
Bagian-bagian yang diperiksa / diperhaiki,hila perlu, diantaranya :
o Sling baja : Periksa dari kemungkinan ada yang putus, bila ada kawat bajanya
yang putus, sebaiknya diganti saja. Berikan gemuk sesuai rekomendasi.
o Brake (Rem), harus dapat bekerja dengan baik
o Limit Switch, terutam untuk batas pengangkatan/ naik.
o Motor-motor penggerak naik-turun maupun kiri - kanan
o Roda gigi, dan yang lainnya '
Dalam melaksanakan operasi Lifting Cranea harus, dilakukan oleh operator yang
berpengalaman.
DIKLAT PEMBIDANGAN 28
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
PEMELIHARAAN PLTGU.
Kebersihan seluruh plant adalah bagian yang penting pada pengoperasian mesin.
Pengalaman menunjukan bahwa cepat atau lambat, debu atau kotoran lainnya akan
menuntun kepada kegagalan alat-alat instrumen dan selanjutnya kegagalan unit turboset.
Perhatian harus diberikan terutama kepada :
• Air intake filter casing dan air intake grid.
• Cooler-cooler diluar stasiun.
• Electric dan thermal control panel.
• Control Room.
• Control Box dan Control Unit.
• Seluruh gelas pemeriksaan pada mesin.
Secara teratur seluruh plant dibersihkan, termasuk pipa-pipa dimana duct ditempatkan. Pipa
yang rusak dan berkarat harus diberbaiki atau dicat ulang.
Isolator, kabel tegangan tinggi, koneksi pentanahan harus diperiksa untuk menjamin semua
koneksi dalam keadaan solid.
Perbaikan-perbaikan kecil atau bagian-bagian dari plant yang dapat dilakukan tanpa
mematikan (shutdown) turboset, segera dikerjakan untuk mencegah kerusakan susulan.
2. Pemeriksaan mingguan.
Periksa kebocoran-kebocoran.
• Jalur minyak pelumas dan hidrolik ( power oil ).
• Jalur udara dan gas pembakaran.
• Bantalan.
• Hydraulic control unit.
• Control panel.
• Combustion chamber dan burner.
• Sistem air pendingin.
• Sistem gas bahan bakar.
• Gas turbine dan compression cylinder. (kebocoran pada flange).
DIKLAT PEMBIDANGAN
1
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
Telah dibuat modul-modul pemeliharaan untuk harian, mingguan, bulanan dan tahunan.
Ikutilah basis instruksi tersebut.
Ketika sedang berjalan dan membaca meter-meter, perhatikan juga suara-suara yang tidak
normal oleh adanya kebocoran bahan bakar, udara dan air.
Pada waktu memulai shift, periksa lampu-lampu alarm dan juga emergency lube oil pump.
Log-sheet harus dipelihara oleh operator. Secara priodik, bandingkan dengan rekaman
sebelumnya, perubahan dari tingkah laku mesin segera dicatat. Gangguan dapat diperkecil
jika segera diperbaiki..
Pengamatan unit yang beroperasi setiap hari harus dicatat dalam log. Sepesial perhatian
diperlukan pada :
• TIT.
• TAT.
• Tekanan setelah kompressor.
• MVAR generator dan arus medan.
DIKLAT PEMBIDANGAN
2
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
Data-data yang lain dapat diplot sebagai fungsi waktu. Aite-aitem tersebut :
• Vibrasi.
• Tekanan minyak pelumas.
• Temperatur minyak pelumas.
4. Inspeksi
• Inspeksi – A.
Inspeksi ukuran singkat direncanakan untuk memeriksa turboset dan fukus-fokus utama
pada komponen laluan gas panas (Hot Gas Path). Jika mungkin inspeksi ini dilaksanakan
ketika unit sedang shutdown, misalnya pembersihan kompressor. Unit tidak dibongkar. Akses
secara visual terhadap sudu-sudu turbin dilakukan melalui Boroscop. Spesifikasi
pemeriksaan lihat manual book.
• Inspeksi – B.
• Inspeksi – C.
Inspeksi ukuran besar (overhaul), inspeksi ini menyertakan semua komponen safety, control
dan alat-alat monitor turboset. Casing dibongkar dan rotor turbin diekspose. Spesifikasi
pemeriksaan lihat manual Book. Tambahan disini preventive dan corective maintenance
yang diidentifikasi pada inspeksi A dan B dilaksanakan.
DIKLAT PEMBIDANGAN
3
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
PEMELIHARAAN PLTG
DIKLAT PEMBIDANGAN
4
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN
5
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
DIKLAT PEMBIDANGAN
6
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
a. Combustion Liner
Combustion liner berbentuk silinder yang terdiri dari segmen-segmen
berlubang.Lubang-lubang berfungsi untuk mengalirkan udara sekunder sekaligus
sebagai pendingin dinding dan gas hasil pembakaran.Kedalam combustion liner
juga dialirkan udara primer agar aliran menjadi turbulen.
Combustion liner disambungkan dengan transition piece yang mengarahkan aliran
gas panas ke nozzle turbin.
Untuk perlengkapan proses pembakaran pada combustion liner dipasang fuel
nozzle, ignitor dan flame detector.
DIKLAT PEMBIDANGAN
7
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
GAMBAR 7 . LUBANG SALURAN PENDINGIN PADA SUDU GERAK DAN SUDU DIAM
DIKLAT PEMBIDANGAN
8
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
KONSERVASI HRSG
HRSG yang tidak beroperasi apabila tidak di konservasi dengan benar dapat mengalami
korosi yang sangat merugikan. Kecepatan korosi pada permukaan logam akan tergantung
pada kondisi permukaan logam tersebut.
Korosi elektrokimia didalam economiser dan superheater (misalnya pitting) serta pada
evaporator terjadi pada saat HRSG tidak beroperasi dan tidak dilakukan konservasi dengan
benar. Pemilihan metode konservasi tergantung pada lamanya stop dan jangka waktu yang
diperlukan untuk persiapan start lagi.
Korosi elektrokimia
Korosi elektrokimia yang terjadi pada temperatur rendah adalah hasil dari reaksi elektrokimia:
Oksidasi : Fe -Æ Fe- - + 2e- ………… (1)
Reaksi (1) dapat berlangsung bila besi kontak dengan air ; ion Fe- - larut didalam air,
sementara logam (anode) menyerap elektron negatif. Reaksi terhenti bila elektrode
terpolarisasi.
Pada permukaan logam (katode), reaksi (2) dan (3) dapat berlangsung. Keseimbangan
reaksi ini tergantung pada konsentrasi ion OH- didalam air, yaitu pH air. Selanjutnya reaksi
(3) digerakkan oleh kandungan oksigen.
Pencegahan korosi elektrokimia dapat dilakukan dengan menaikkan pH air untuk menyetop
reaksi (2) dan (3) secara total, sambil menghindari oksigen didalam air untuk mencegah
reaksi (3).
Metode Konservasi
Konservasi dapat dilakukan dengan metode konservasi kering dan konservasi basah.
Konservasi kering tanpa air untuk menghindari semua reaksi. Konservasi kering dicapai
apabila humidity relatif dari udara lebih kecil daripada 30 %. Konservasi basah dapat
dilakukan dengan air semua atau dengan air sebagian (setengah basah).
a. Konservasi Kering
Konservasi kering dilakukan dengan mengosongkan boiler. Kemudian isi boiler dengan
udara kering yang humidity relatif nya dibawah 30 % atau dengan nitrogen.
Apabila konservasi menggunakan udara kering, maka lakukan pengosongan boiler
dengan cara, drain boiler dalam kondisi dingin hingga tekanan HP dan LP tertentu.
Naikkan tekanan boiler dengan udara kering hingga tekanan tertentu. Buka drain lagi dan
turunkan tekanan, ulangi hingga air habis dan tekanan udara kering diatas tekanan
udara luar.
DIKLAT PEMBIDANGAN
9
PT PLN (PERSERO) PRAJABATAN S1/D3
PUSDIKLAT
1. DASAR-DASAR
PEMELIHARAAN PLTG
MESIN PEMBANGKIT
b. Konservasi Basah
Konservasi basah dilakukan dengan mengisi HRSG dengan air murni (air demin) yang
telah diberi tambahan bahan kimia ammonia sekitar 50 ppm dan hydrazin sekitar 50 ppm
dengan pH 10,7. Logam besi akan awet bila dicelup dalam air murni yang pH nya 10,7.
Caranya, ketika HRSG di stop dengan prosedur normal, maka lakukan injeksi ammonia
atau campuran ammonia dan hydrazin ke dalam HRSG. Pastikan bahan kimia
bercampur dengan baik dengan menjalankan pompa sirkulasi. Periksa pH secara berkala
dan tambahkan Ammonia atau hydrazin bila pH turun.
Konservasi basah sangat baik bila konservasi udara kering tidak memungkinkan, tetapi
HRSG harus terisi penuh air dan tidak mengalami pembekuan.
Selain kedua metode diatas, konservasi dapat pula dilakukan dengan kondisi setengah
basah. Level air di HRSG dijaga normal dan kondisinya dibuat pH 10,7 dengan
menginjeksikan ammonia dan hydrazin. Selanjutnya alirkan nitrogen ke ruangan diatas
air hingga tekanan 100 ~ 500 mmKA.
Metode ini bagus dan mudah dilaksanakan untuk periode stop yang pendek. Keuntungan
cara ini adalah HRSG dapat segera di start kembali.
DIKLAT PEMBIDANGAN
10