Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
KEBUTUHAN HYGIENE DAN NYERI DIRUANG
EDELWEIS RS M.YUNUS KOTA BENGKULU

Nama : Heni Yuli Puspita

Nim :

Prodi : Prodi Ners

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( Ns.Desi Susanti, S.kep,M.kep ) ( Ns. Nafisa, S.Kep )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


BHAKTI HUSADA BENGKULU
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2022
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Hygiene
Kurang perawatan diri (hygiene) adalah kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto
dan Wartonah 2000)
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktifitas perawatan mandi (mandi, berhias, makan, toileting)
(Nurjannah, 2004).
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis,

2. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:

a) Fisik
- Badan bau, pakaian kotor.
- Rambut dan kulit kotor.
- Gigi kotor disertai mulut bau.
- Penampilan tidak rapi
b) Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif.
- Menarik diri, isolasi diri.
- Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
- Interaksi kurang.
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
- Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
3. Klasifikasi
Jenis-jenis defisit perawatan diri menurut Nurjannah (2004) yaitu :
1. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
2. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
3. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
4. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya

2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
3. Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
3. Rentang Respon

Rentang Respon Kognitif, Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien
yang tidak dapat merawat diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup.

4. Faktor Penyebab
menurut Dep Kes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronibvm/’s yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukanperawatandiri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatandiri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatandirilingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam
perawatandiri.

5. Definisi Nyeri
Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman
adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia.
Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan
kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan
dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
a)Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis atau
bisa juga keadaan aman dan tentram yang merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan kesehatan dan
komunitas yang aman merupakan hal yang penting untuk kelangsungan hidup
klien. (Potter&Perry edisi 4 volume 2, 2006)
b)Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya/kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan
dan keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik
pada pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut. (Potter & Perry, 2006).

6. Etiologi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu penyebab
behubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
1. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal,
kimiawi, maupun elektrik )
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf
bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun
luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang
kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau
metaphase.
a. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena
adanya kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibatpembengkakan.
b. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada
pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.

7. Klasifikasi

A.Berdasarkan sumbernya

 Cutaneus/ superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan


subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).Contoh: Terkena
ujung pisau atau tergunting
 Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama
daripada cutaneus.Contoh: Sprain sendi
 Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
ischemia, regangan jaringan.
B. Berdasarkan Penyebabnya
 Fisik
Bisa terjadi karena stimulus.Contoh: fraktur femur
 Psycogenik
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/ susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/ psikis dan biasanya tidak disadari.Contoh:
orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya.

C.Berdasarkan lama/ durasi


 Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh mengalami cedera, atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi dari
berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan
akan adanya cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini kadang bisa
hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada
area yang rusak.
 Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan
biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker
yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena
gangguan progresif lain. Nyeri ini dapat berlangsung terus sampai
kematian. Klien yang m engalami kronis akan mengalami periode remisi
(gejala hilang sebagian/ keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan
penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis

D. Berdasarkan lokasi/ letak


 Radiating pain
Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (contoh:
cardiac pain).
 Reffered pain
Nyeri di rasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan berasal dari
jaringan penyebab.
 Intracable pain
Nyeri yang sangat susah dihilangkan (contoh: nyeri kanker maligna)

7. Masalah Kebutuhan Dasar

a) Stimulus mekanik
Disebut trauma mekanik adanya suatu penegangan akan penekanan
jaringan
b) Stimulus Kimia
Disebabkan oleh bahan kimia
c) Stimulus Thermal
Adanya kontak atau terjadinya suhu yang ekstrim panas yang
dipersepsikan sebagai nyeri 44 derajat Celsius -46 derajat Celsius
d) Stimulus Neurologik
Disebabkab karena kerusakan jaringan saraf
e) Stimulus Psikologik
Nyeri tanpa diketahui kelainan fisik yang bersifat psikologis
f) Stimulus Psikologik
Disebabkan oleh aliran listrik

8. Manifestasi klinis
1. Vakolasi
a. Mengaduh
b. Menangis
c. Sesak nafas
d. Mendengkur
2. Ekspresi Wajah
a. Meringis
b. Mengeletuk gigi
c. Mengernyit dahi
d. Menutup mata, mulut dengan rapat
e. Menggigit bibir
3. Gerakan Tubuh
a. Gelisah
b. Imobilisasi
c. Ketegangan otot
d. Peningkatan gerakan jari dan tangan
e. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
f. Gerakan melindungi bagian tubuh
4. Interaksi Sosial
a. Menghindari percakapan
b. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
c. Menghindar kontak social
d.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat


mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien
yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti :

1.      Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi

2.      Menggunakan skala nyeri

 Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat


berkomunikasi dengan baik
 Sedang  = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan
lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang
diberikan
 Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon,
namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.Nyeri
sangat berat = Skala 10 : Secara
 objektif pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien merespon dengan
cara memukul.
  9. Komplikasi
 Hipovolemik
 Hipertermi
 Masalah Mobilisasi
 Hipertensi
 Edema Pulmonal
 Kejang

10. Penatalaksanaan

1. Relaksasi

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan


stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa
tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi
terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada
kesan tersebut sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa
nyerinya.

2. Teknik imajinasi

Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan


memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan
darah.Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif dan dapat mengurangi ditraksi. Mengurangi
persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman
dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.

3. Teknik Distraksi

Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri


ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual
(melihat pertandingan, menonton televise,dll), distraksi pendengaran
(mendengarkan music, suara gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas
ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).

4. Terapi dengan pemberian analgesic

Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri


seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja
pada saraf perifer di daerah luka dan  menurunkan tingkatan inflamasi, dan
analgesic opioid (morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan
perasaan pasien menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.

5. Immobilisasi

Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat


kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya
penyakit baru seperti decubitus

11. Patofisiologi

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuknya zat-
zat kimia seperti bradikinin,sekatonin dan enzim proteotik kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihentikan ke hypothalamus melalui asarcf asenden sedangkan
di karteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu merangsang nyeri.
Selain dihentikan di hipotelamus nyeri dapat menurunkan stimulus terhadap
reseptor mekanik sensitive pada termosensif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit chcyatin N.Maperak.2007)
12. WOC Nyeri

Stimulus Nyeri

Kerusakan Jarungan, Neoplasma

Nosiseptor

Konsus Dorsalis

(Medula
Spinalis)

Thalamus

Korteks
Selebri

Nyeri
Asuhan Keperawatan

1.  Pengkajian

Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri


yang afektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan
dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu
mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri, seperti factor fisiologis,
psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas
dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari
klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien.
Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap
pengalaman subjek.

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

 P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringan nyeri.


 Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.
 R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.
 S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.
 T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

A. Identitas Pasien : (nama,umur,jenis kelamin,setatus perkawinan,suku bangsa,

pendidikan,pekerjaan dan alamat)

B. Riwayat Keperawatan

a) Keluhan utama : nyeri hulu hati,mual,muntah,gelisah dan lemas


b) Riwayat kesehatan saat ini : meliputi perjalanan penyakit, awal dari
gejalah yang dirasakan klien, keluhan timbul secara mendadakatau
bertahap. (pasien mengatakan mual, nyeri ulu hati dan gelisah)
c) Riwayat kesehatan dahulu : meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat di rumah sakit)
d) Riwayat kesehatan keluarga : meliputi adakah keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan (pasien mengatakan didalam keluarga tidak ada
penyakit

C.Masalah Kebutuhan Dasar

a) Aktifiitas/istirahat : lemah,lemas,gangguan pola tidur,nyeri hulu hati


b) Eliminasi : bising usus hiperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba
keras,distensi perubahan pola BAB dan BAK.
c) Nyeri/kenyamanan : nyeri eprgastrium kiri,nyeri yang disebabkan secara
tajam dan perih
d) Nutrisi : pasien makan 2x sehari dengan :bubur halus namun hanya
menghbiskan setengah porsi yang di berikan.
e) Spiritual dan fisiologisdan psikososia : pasien mengatakan cemas dengan
penyakitnya.

D.pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum
b) Ekspresi
c) Penampilan
d) TTV : TNPS
e) Pemeriksaan head to toe
1. Rambut : infeksi : -Jumlah :lebat
-Distribusi :merata
-Kebersihan :sedikit ada ketombe

2. Wajah : infeksi : -Simestris : Simestris


-Ekspresi : Pasien tanpak cemas,meringis
-Warna kulit : sawo matang

3. Mata : simestris, konjungtiva anemis,mata kering


4. mulut : -mulut : tanpak kotor,ada bau mulu
-Bibir :pucat,tidak ada kelainan bentuk
-Gigi: jumlah ggi 33, ada carises,tidak ada
perdarahan
-Lidah : warnah putih pucat,kotor,pergerakan
normal
5. leher : Bentuk leher nomal,tidak ada edema ,tidak ada tekanan vena
jugularis,tidak ada pembesaran tiroid
6. Thorak dan dada : bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang
belakanng Suara nafas normal,tidak ada suara tambahan jantung
icus cordis : ada, perkusi jantung normal
7. Pemeriksaan genetalia
-Wanita :Distribusi rambut pubis,inpeksi struktur luar,area
genetalia, warna, bau,skret,lesi
-Pria :struktur luar,letaklubang uretra,pengeluaran
secret,warna,bau,lesi,skrotum,testis
8. Anus : infeksi area porineal,scar,kemerahan,lesi jamur
9. Ekstemitas
Inspeksi: kelengkapan ekstremitas,kemampuan menggerakan
ekstemitas,warna,kelembaban,teksturmkebersihan,adanya
kemerahan,lesi,jamur,turgor kulit,edema,kapiler reffil,repleks bisep
dan trisep,respek patella,reflek babingki
2.Diagnosa keperawatan

1. Gangguan identitas diri berhubungan dengan gangguan peran sosial


dibuktikan dengan persepsi terhadap diri berubah, perasaan yang fluktuatif
terhadap diri, prilaku tidak konsisten, hubungan yang tidak efektif, strategi
koping tidak efektif, penampilan peran tidak efektif
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan tampak meringis, sibuk mengatur posisi untuk menghindari nyeri,
gelisah, sulit tidur, nafsu makan menurun, fokus pada diri sendiri, skala
nyeri 3 dan hilang timbul.
3. Gangguan rasa nyaman behubungan dengan gejala penyakit dibuktikan
dengan tidak mampu rileks, menunjukkan gejala distress
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangnya antara suplai dan kebutuhan
oksigen dibuktikan dengan mengeluh lelah, dipsnea, merasa lemah,
frekuensi jantung meningkat <20% dari kondisi istirahat, tekanan darah
berubah <20% dari kondisi istirahat,sianisis
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Luaran Intervensi


kode Diagnosis Kode Hasil kode Intervensi
D.008 Gangguan identitas diri L.090 Setelah dilakukan tindakan I.0931 Promosi koping
4 berhubungan dengan 70 keperawatan selama 3x24 2 Observasi
gangguan peran sosial jam diharapkan identitas diri 1. identifikasi kegiatan jangka pendek
dibuktikan dengan meningkat dengan kriteria dan panjang sesuai tujuan
persepsi terhadap diri hasil: 2. identifikasi kemampuan yang dimiliki
berubah, perasaan yang Identitas diri : 3. identifikasi pemahaman proses
fluktuatif terhadap diri, 1. perilaku konsisten penyakit
prilaku tidak konsisten, meningkat 4. identifikasi dampak situasi terhadap
hubungan yang tidak 2. hubungan yang peran dan hubungan
efektif, strategi koping efektif meningkat 5. identifikasi metode penyelesaian
tidak efektif, penampilan 3. strategi koping masalah
peran tidak efektif efektif meningkat 6. identifikasi kebutuhan dan keinginan
4. penampilan peran terhadap dukungan sosial
efektif meningkat
5. perasaan fluktuatif terapeutik
terhadap diri 1. diskusikan perubahan peran yang
menurun dialami
2. gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
3. fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
4. motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
5. motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
6. dukung penggunaan mekanisme
pertahanan yang tepat
7. kurangi ransangan lingkungan yang
mengancam

edukasi
1. anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
2. anjurkan penggunaan sumber spiritual
3. anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
4. anjurkan keluarga terlibat
5. latih penggunaan teknik relaksasi

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi I.0823 Manajemen nyeri


dengan agen pencedera keperawatan 3x24 jam 8 Observasi
fisiologis dibuktikan tingkat nyeri menurun. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan tampak meringis, L.080 Tingkat nyeri : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
0077 sibuk mengatur posisi 66 1. Keluhan nyeri nyeri
untuk menghindari nyeri, menurun 2. Identifikasi skala nyeri
gelisah, sulit tidur, nafsu 2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
makan menurun, fokus 3. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang memperberat
pada diri sendiri, skala menurun dan memperingan nyeri
nyeri 3 dan hilang 4. Gelisah menurun 5. Monitor keberhasilan terapi
timbul. 5. Kesulitan tidur komplementer yang diberikan
menurun 6. Monitor efek samping penggunaan
6. Berfokus pada diri analgetik
sendiri menurun Terapeutik
7. Nafsu makan 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi nyeri
8. Pola tidur membaik 2. Kontrol lingkungan yang dapat
memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
D.007 Gangguan rasa nyaman L.080 Setelah dilakukan tindakan I.0932 Terapi relaksasi
4 behubungan dengan 64 keperawatan selama 3x24 6 Observasi:
gejala penyakit jam diharapkan status 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
dibuktikan dengan tidak kenyamanan meningkat ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
mampu rileks, dengan kriteria hasil: gejala lain yang mengganggu kemampuan
menunjukkan gejala Status kenyamanan kognitif
distress 1. Rileks meningkat 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
2. Gelisah menurun digunakan
3. Keluhan sulit tidur 3. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
menurun tekanan darah, dan suhu
4. Lelah menurun 4. Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terapeutik
1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan perncahayaan dan
ruangan nyaman
2. Gunakan pakaian yang longgar

Edukasi:
1. Jelaskan tujuan, mamfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
4. Anjurkan rilek dan merasakan sensasi
relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi teknik yang
dipilih.

D.005 Intoleransi aktivitas b.d L.050 Setelah dilakukan intervensi I.0517 Manajemen energi
6 ketidakseimbangnya 47 keperawatan selama 3x24 8 Observasi
antara suplai dan jam toleransi terhadap 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
kebutuhan oksigen aktifitas membaik dengan yang mengakibatkan kelelahan
dibuktikan dengan kritria hasil : (seperti perubahan posisi secara
mengeluh lelah, dipsnea, Toleransi aktifitas : mendadak dan setelah dari wc)
merasa lemah, frekuensi 1. kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan fisik emosional
jantung meningkat <20% melakukan aktifitas (faktor pikiran)
dari kondisi istirahat, sehari-hari 3. Monitor pola dan jam tidur (untuk
tekanan darah berubah meningkat mengetahui kebutuhan jam tidur)
<20% dari kondisi 2. keluhan lelah 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
istirahat,sianisis menurun selama melakukan aktivitas
3. dipsnea saat Terapeutik
melakukan aktifitas 1. Sediakan lingkungan yang nyaman
menurun dan rendah stimulus (mis.cahaya,
4. dipsnea setelah suara, kunjungan)
melakukan aktifitas 2. Lakukan gerakan rentang gerak pasif
menurun dan aktif
5. sianosis menurun 3. Berikan akttivitas distraksi yang
6. warna kulit membaik menenangkan (mendengarkan lagu)
7. tekanan darah 4. Faslitas duduk diposisi tidur, jika tidak
membaik dapat berpindah atau berjalan
8. EKG membaik Edukasi
1. Anjurkan tirah baring (istirahat total)
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi prawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Anjurkan stratdi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli giz
tentangcara meningkakan asupan
makanan
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.


Saputra, Lyndon. 2013. Catatan Ringkasan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.
Uliyah, Musfifatul.2006. Keterampilan Dasa Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
SDKI, SIKI, SLKI

Anda mungkin juga menyukai