KESEHATAN MASYARAKAT
Oleh:
Lillah Faizah
H1A321087
Pembimbing:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan tugas laporan kasus kedokteran keluarga dengan judul ”
Primimuda dengan Riwayat Partus Prematurus Imminens” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi penugasan dalam
proses kepaniteraan klinik di bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram di Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah
Puskesmas Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada dr. I Komang Gerudug, MPH, dr. Cut Warnaini, MPH,
Dr. dr. Lina Nurbaiti, M.Kes, FISPH, FISCM, dan dr. I Dewa Gede Ngurah Agung yang
telah banyak memberikan bimbingan serta semua pihak yang berkontribusi memberikan
dukungan kepada penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
lebih sempurnanya makalah ini. Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat yang
meningkatkan dan memperluas pemahaman pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
a. Kondisi Geografis
4
b. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Narmada pada tahun 2022
mencapai 47.678 Jiwa, dengan rincian 22.924 Laki–laki dan 24.754 Perempuan, dan terbagi
dalam 15.963 Kepala Keluarga (KK) dengan kepadatan penduduk 970 jiwa/Km2.
Puskesmas Narmada memiliki 11 wilayah kerja.
5
c. Sarana dan Prasarana
1. Sarana Kesehatan
Rumah sakit umum yang berada di wilayah kerja UPT Puskesmas Narmada adalah
Rumah sakit awet muda Narmada (RSAM) yang terletak di Desa Dasan Tereng.
Puskesmas dan Jaringannya
Puskesmas Namada termasuk Puskesmas rawat inap yang dibangun pada Tahun
2016 yang terbagi dalam beberapa ruang Pelayanan dan ruang Administrasi atau ruang
Program dan ruang penunjang, antara lain:
Ruang UGD 24 jam yang dilengkapi dengan pelayanan one day care
Ruang pelayanan rawat jalan yang yaitu Poli Anak, Poli Umum, Poli Gigi
KIA/KB, Poli Lansia
Ruang Rawat Inap yang terdliri dari Ranap Umum dan Ranap Persalinan
Poned
Ruang Konseling
Ruang Laboratorium
Apotik
Gudang Obat
Gudang Alat-alat Kesehatan
Ruang Perpustakan
Aula
Ruang Program
Dapur Umum
Ruang Kepala Puskesmas
Ruang Kepala Tata Usaha
Ruang Tata Usaha
6
Selain itu, dalam operasionalnya Puskesmas Narmada ditunjang oleh 5 Puskesmas
Pembantu, yaitu:
Puskesmas Pembantu Tanak Beak di Desa Tanak Beak
Puskesmas Pembantu Batu Kuta di Desa Batu Kuta
Puskesmas Pembantu Sembung di Desa Sembung
Puskesmas Pembantu Dasan Tereng di Desa Dasan Tereng
Puskesmas Pembantu Nyurlembang di Desa Nyurlembang
Sarana produksi dan distribusi kefarmasian yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Narmada yang ada hanya apotek sebanyak 9 sarana.
7
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
pada umur kehamilan 20 – 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir
(HPHT). WHO menyatakan bahwa bayi premature adalah bayi yang lahir pada
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2500
2.1.2 Epidemiologi
mencapai 9,5% dari total kelahiran yang ada. Data persalinan preterm di negara
terjadinya kasus tertinggi persalinan preterm mencapai 12,8% pada tahun 2006.
pengukuran usia kehamilan menjadi lebih tepat. Sesudah itu angkanya mulai
baik. 1,2 Untuk di Indonesia sendiri, angka persalinan preterm masih cukup tinggi.
persalinan preterm pada tahun 2015 yaitu mencapai 675.700 kasus dengan
8
kelahiran bayi preterm mencapai 15,5 kasus per 100 kelahiran hidup.5
wanita kulit putih lebih umum merupakan PPI spontan dengan selaput amnion
utuh, sedangkan pada wanita kulit hitam lebih umum didahului ketuban pecah dini
sebelumnya. PPI juga bisa dibagi menurut usia kehamilan: sekitar 5% PPI terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu (extreme prematurity), sekitar 15%
terjadi pada usia kehamilan 28-31 minggu (severe prematurity), sekitar 20% pada
usia kehamilan 32-33 minggu (moderate prematurity), dan 60-70% pada usia
kehamilan 34-36 minggu (near term). Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan
angka kejadian PPI, yang sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah
biopsy
9
Perubahan hormonal, yaitu menurunnya progesteron yang bisa diperantarai
parturition pathway
atau bisa pada periode kehamilan. Halimi et al. melakukan penelitian mengenai
epidemiologi dan faktor risiko terkait persalinan preterm, dan mendapatkan faktor
risiko persalinan preterm adalah hubungan seksual pada minggu awal kehamilan,
ibu dengan riwayat multiparitas, jarak kehamilan saat ini terlalu dekat dengan
Kondisi ibu hamil : usia terlalu muda atau terlalu tua (<17 tahun atau >35
tahun), berat badan kurang sebelum hamil, tingkat sosio ekonomi rendah
darah
2.1.4 Diagnosis
10
beragam dari berbagai publikasi. Klasifikasi derajat prematuritas yang paling
Extremely preterm: kelahiran pada usia kehamilan kurang dari 28+0 minggu.
Very preterm: kelahiran pada usia kehamilan 28+0 sampai 31+6 minggu.
Moderate to late preterm: kelahiran pada usia kehamilan 32+0 sampai 36+6
minggu.
berdasarkan kriteria klinis berupa kontraksi uterus yang ritmik disertai dengan
(40-70%), dan hanya kurang dari 10% pasien terjadi persalinan dalam waktu 7
(ACOG) mengusulkan kriteria persalinan preterm yaitu (1) kontraksi terjadi 4 kali
dalam 20 menit atau 8 kali dalam 60 menit disertai dengan perubahan serviks; (2)
dilatasi serviks lebih dari 1 cm, penipisan lebih dari atau sama dengan 80%.9
transvaginal. Apabila dilakukan dengan tepat, pasien dengan panjang serviks lebih
pasien dengan gejala kontraksi. Pada pasien dengan gejala kontraksi dan pada
2.1.5 Tatalaksana
11
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada PPI, terutama untuk mencegah
jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontaksi
Salbutamol, dengan dosis per infus: 20-50 μg/menit, sedangkan per oral: 4 mg,
2-4 kali/hari (maintenance) atau terbutalin, dengan dosis per infus: 10-15
μg/menit, subkutan: 250 μg setiap 6 jam sedangkan dosis per oral: 5-7.5 mg
setiap 8 jam (maintenance). Efek samping dari golongan obat ini ialah:
c) Sulfas magnesikus: dosis perinteral sulfas magnesikus ialah 4-6 gr/iv, secara
bolus selama 20-30 menit, dan infus 2-4gr/jam (maintenance). Namun obat ini
jarang digunakan karena efek samping yang dapat ditimbulkannya pada ibu
ataupun janin. Beberapa efek sampingnya ialah edema paru, letargi, nyeri dada,
pada janin. Sulindac memiliki efek yang lebih kecil daripada indometasin.
12
membatasi aktivitas atau tirah baring serta menghindari aktivitas seksual.
a) Oligohidramnion
c) Preeklamsia berat
13
steroid ini tidak diulang karena risiko pertumbuhan janin terhambat. Pemberian
infeksi, seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan ialah
eritromisin 3 x 500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lainnya ialah ampisilin 3 x 500
Komplikasi kelahiran preterm dapat terjadi pada ibu, dan juga pada bayi.
Komplikasi Maternal
setelah persalinan dengan alasan yang belum diketahui. Selain itu kejadian
14
peningkatan risiko perdarahan dan infeksi pasca kelahiran.
Komplikasi Neonatal
perkembangan sistem saraf neonatus. Masalah yang dihadapi antara lain gangguan
tingkah laku seperti ansietas, depresi, autism spectrum disorders, dan attention
preterm. Komplikasi neonatal yang mungkin dialami dapat dibagi menjadi jangka
pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain distress napas,
Setiap tahunnya, lebih dari satu bayi di antara 10 kelahiran hidup lahir secara
prematur. Bayi yang lahir dari persalinan preterm tersebut umumnya memiliki
kematian neonatus yang mencapai angka 35% dan penyebab kedua tersering
kematian anak dibawah usia 5 tahun. Selain itu sepertiga dari bayi yang lahir
2.2 Primimuda
15
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.
Wanita yang pertama kali hamil sedangkan umurnya dibawah 20 tahun disebut
pimigravida muda. Usia terbaik untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun
risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam.13
Setiap tahun, diperkirakan 21 juta anak perempuan berusia 15–19 tahun di negara
angka kelahiran ibu berusia < 20 tahun telah menurun dari 64,5 kelahiran per
1000 wanita pada tahun 2000 menjadi 42,5 kelahiran per 1000 wanita pada tahun
2021. Namun, tingkat perubahan tidak merata di berbagai wilayah di dunia dengan
penurunan paling tajam di Asia Selatan, dan penurunan yang lebih lamban di
wilayah Amerika Latin dan Karibia dan sub-Sahara Afrika. Meskipun penurunan
telah terjadi di semua wilayah, Amerika Latin dan Karibia dan sub-Sahara Afrika
terus memiliki angka tertinggi secara global masing-masing pada 101 dan 53,2
Kehamilan pada usia muda di Indonesia masih cukup banyak, setiap tahun
kira-kira 15 juta remaja berusia 15- 19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi,
dan hampir 100 juta terinfeksi penyakit menular seksual (PMS). Hal ini
dunia maya. Selain itu masih adanya kebiasaan untuk mengawinkan anak-anak
16
Pada beberapa dasawarsa terakhir, kehamilan remaja telah menjadi
masalah kesehatan yang penting di sejumlah besar negara, baik di negara maju
peningkatan masalah kesehatan ibu dan anak. Permasalahan lain terkait kehamilan
remaja antara lain adalah tingkat pendidkan ibu yang rendah, status pernikahan
yang tidak jelas dan dampak sosial dari lingkungan sekitarnya yang menganggap
kehamilan usia dini, seperti adanya kebiasaan faktor tuntutan untuk kawin muda
seksual dan pengaruh media massa maupun gaya hidup yang popular. Rata-rata
usia kawin pertama yang rendah dari penduduk suatu daerah mencerminkan
keadaan sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah dari daerah tersebut.13
tekanan untuk menikah dan melahirkan anak. Pada tahun 2021, perkiraan jumlah
pengantin anak secara global adalah 650 juta, pernikahan anak menempatkan anak
17
2.2.2 Permasalahan Kehamilan dengan Primimuda
Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup tinggi,
karena pada masa remaja alat reproduksi belum cukup matang untuk melakukan
tahun,
karena pada usia ini fungsi hormonal akan bekerja maksimal. Pada usia 15-19
a) Kehamilan
Preeklampsia
Kehamilan yang pertama pada umumnya memiliki resiko yang lebih besar
imunologis yang terjadi pada tubuh seorang wanita. Reaksi antigen antibodi yang
diketahui dengan pasti. Kehamilan dengan umur yang masih sangat muda
mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsi. Keadaan ini
Perdarahan antepartum
berat badan ibu akibat perawatan diri yang kurang, yang akan berpengaruh
18
plasenta. Pada solusio plasenta, keadaan ini terjadi dapat berhubungan dengan
Anemia
muda dapat meningkatkan risiko terjadinya anemia sebesar hampir 8,4 kali
tambah darah serta diet yang kurang bergizi. Pada penelitian Indranil Dutta dkk di
Rural Medical College- Hospital Karnataka India tahun 2013, anemia merupakan
– rata kadar Hb dengan usia ibu hamil pada primigravida dimana semakin muda
b) Anak
Prematuritas
bermakna antara primigravida muda dan primigravida usia reproduksi sehat dalam
19
prematuritas sebesar hampir 2,9 kali (RR = 2,9, CI95% =1,16- 7,25, p=0,01)
yang
Indranil Dutta, Kumar Dutta dan Prashant Joshi riskio terjadinya prematuritas
pada primigravida muda sebanyak 4 kali jika dibandingkan pada primigravida usia
psiko-sosial dimana sering terjadinya kecemasaan, depresi dan stress pada seorang
primigravida muda. Stres pada ibu hamil dapat meningkatkan kadar katekolamin
Kehamilan usia muda merupakan emotional stress yang berat, kondisi ini
lain mengatakan bahwa dengan adanya kondisi stress emosional pada ibu akan
meningkatnya protein melalui urin, serta menurunnya daya tahan terhadap infeksi,
c) Masa Nifas
20
operasiterinfeksi dan perdarahan postpartum. Secara umum pada masa nifas akibat
kehamilan usia muda tidak lebih berat dibandingkan dengan wanita usia
reproduksi. Kebanyakan infeksi nifas disebabkan karena daya tahan tubuh yang
d) Psikologis
bunuh diri. Menikah pada usia muda masih berada dalam pencarian identitas dan
stabilitas cinta dan kesetiaan. Dalam hal mendidik anak, kesulitan baru timbul
oleh karena ibu tersebut secara psikologis belum dewasa dan tidak dapat menjadi
pendidik yang baik bagi anaknya. Mereka dapat melahirkan dan menjadi ibu
biologis tapi sulit untuk menjadi ibu psikologis yang bertugas untuk mengasuh
2.2.3 Penanganan
Hal ini membuat remaja rentan terhadap risiko khusus yang membutuhkan elemen
perawatan yang unik dan layak dikelola oleh petugas perawatan antenatal,
persalinan, dan nifas yang terampil. Kehamilan usia muda cukup kompleks,
tinggi.19
21
dengan sebagian besar penelitian berfokus pada faktor risiko dan outcome
kehamilan. Dokter umum memiliki peran kunci dalam deteksi dini kehamilan
remaja dan mendorong perawatan antenatal yang optimal. National Institute for
harus ditawari seorang bidan yang ditunjuk dan harus bertanggung jawab
dengan minat kehamilan remaja, dan dokter umum. Bergantung pada keadaan,
kelompok lain juga dapat terlibat dalam pengasuhan ibu remaja, termasuk pekerja
pengasuh asuh. Uji coba secara acak menunjukkan bahwa program kunjungan
perawatan primer.20
nutrisi yang baik, dan konsumsi vitamin ibu hamil sebelum melahirkan harus
dianjurkan karena remaja sering memiliki pola makan yang buruk dan
pengetahuan yang buruk tentang nutrisi yang tepat. Pada sebuah studi diet ibu
substitusi) telah dikaitkan dengan penurunan kejadian bayi berat lahir rendah di
kalangan ibu remaja (dari 11% menjadi 3%). Asam folat harus dimulai sesegera
22
Orang muda berusia 15-24 tahun mengalami tingkat infeksi menular
merugikan. Dari semua wanita berusia 16-19 tahun dengan diagnosis infeksi
menular seksual pada tahun 2009, setidaknya 11% terinfeksi kembali dalam satu
risiko ini mungkin merupakan kombinasi dari hubungan seksual tanpa pelindung,
interaksi yang lebih sedikit dengan layanan kesehatan, dan banyak hubungan
(menjalin hubungan dengan lebih dari 1 pasangan). Infeksi menular seksual yang
relevan termasuk klamidia, gonore, kutil kelamin, trikomonas, dan, baru-baru ini,
HIV dan sifilis. Akibatnya, anamnesis sensitif yang hati-hati sangat penting dan
berbagai indikasi yang dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas pada
ibu dan bayi. ada beberapa indikasi persalinan SC yang perlu di perhatikan yaitu
indikasi mutlak, indikasi janin, indikasi relatif, dan indikasi social. Indikasi SC
yang di sebabkan oleh faktor ibu meliputi umur beresiko, riwayat SC, partus tak
maju, posdate (usia kehamilan lebih dari hari perkiraan lahir), induksi gagal,
Usia ibu saat hamil yang berisiko tinggi adalah usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun. Ibu yang hamil pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki
risiko untuk mengalami komplikasi saat persalinan 3 sampai 4 kali lebih besar
daripada ibu yang berusia 20 – 35 tahun. Usia ibu pada saat kehamilan merupakan
salah satu yang menentukan tingkat risiko kehamilan dan persalinan. Usia
reproduksi sehat yang aman untuk seorang wanita hamil dan melahirkan adalah
23
20-35. Wanita hamil pada umur muda (< 20 tahun) dari segi biologis
Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun, elastisitas dari otot-otot panggul dan
arah preeklamsi, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan akan mengalami
Menurut WHO, kontrasepsi tidak mudah diakses oleh remaja di banyak tempat.
penggunaan karena efek samping, dan karena perubahan keadaan hidup dan niat
penting bagi penyediaan dan penggunaan alat kontrasepsi di kalangan remaja. Hal
remaja pada risiko kehamilan. Pendidikan seksualitas yang efektif masih kurang di
banyak negara. Cakupan global yang terkait dengan pendidikan seksualitas pada
24
pria dan wanita muda berusia 15-24 tahun di daerah berkembang memiliki
menunjukan hanya 36% dan 24%. Peningkatan pengetahuan tentang seks dan
keluarga berencana tidak hanya akan mencegah kehamilan dini dan tidak
Kontrasepsi yang memadai sangat penting untuk semua ibu remaja. Sekitar
seperempat ibu remaja memiliki anak kedua dalam waktu dua tahun sejak
lipat hasil kehamilan yang merugikan, termasuk prematuritas berat (risiko relatif
2,5, interval kepercayaan 95% 1,25 hingga 4,3) dan lahir mati (2,6, 1,3 hingga
5,3). Faktor yang berhubungan dengan kehamilan berulang antara lain tingkat
sekolah/putus sekolah, dan dukungan keluarga yang buruk. Sebagian besar ibu
mungkin setelah melahirkan dalam upaya memutus siklus kehamilan yang tidak
panjang memiliki risiko 35 kali lebih tinggi untuk mengalami kehamilan berulang
25
berhubungan seks) juga harus dianjurkan untuk mencegah penularan infeksi
menular seksual.21
26
BAB III
Umur 17 tahun
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan IRT
BAB IV
IDENTITAS KELUARGA
Keluarga yang dibina dalam kasus ini adalah Ny. LA. Bentuk keluarga pasien
adalah keluarga inti (Nuclear Family). Pasien tinggal bersama suami dan 1 orang anak laki-
laki, di Batu Kuta Lenting, Kecamatan Narmada, Nusa Tenggara Barat. Berikut adalah
identitas keluarga yang diperoleh saat dilakukan wawancara pada 12 Juni 2023:
27
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Tn. L Suami
Umur 20 tahun
Alamat Batu Kute. Lenting
Agama Islam
Pendidikan S1
Pekerjaan SMP
Status Menikah
Umur 1 bulan
Agama Islam
28
Gambar 2.1. Genogram Keluarga Pasien
BAB V
29
DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA
BAB VI
30
DATA MEDIS
Nama : Ny. LA
Umur : 17 tahun
Suku : Sasak
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
6.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
31
Saat melahirkan anak pertama pasien memiliki riwayat partus
premuturus iminens.
Riwayat Pengobatan
Saat hamil pasien mengkonsumsi Nipedipine.
Riwayat Alergi
Tidak terdapat riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan
tertentu.
32
Suhu : 36.8oC
Berat Badan : 48 kg
Tinggi Badan : 156 cm
IMT : 17.7 kg/m (underweight)
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus,
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk dan fungsi normal, serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), lidah sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Toraks
Inspeksi:
Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, pergerakan dinding dada
simetris.
Penggunaan otot bantu napas: tidak ada
Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi: BIOLOGIS
MELITUS
Cor: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
Usia: 14 bulanmerupakanusia ang
Pulmo: Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru.
DIABETES
rentanterhadapinfeksikarenadayataha
Wheezing (-/-), rhonki (-/-)yangMELITUS
ntubuh masihrendah
DIABETES
Abdomen MELITUS
PERILAKU LINGKUNGAN
DIABETES
33
MELITUS
Ventilasirumah yang kurang.
Ibu Jarak rumah yang berhimpitan
kurangadekuatdalampember
DIABETES dan padatpenduduk
Anemia dan ISPA
Mengurangikonsumsi snack tampaklembab
agar DIABETES
pasientidakcepatkenyang
Kurang
MELITUS
aktifnyaibumengajarkananak
-anaknyaterkaitcucitangan DIABETES
yang benar.
Ibu MELITUS
Inspeksi:
kurangmemperhatikankeber
sihanmakananpasien
Bentuk: simetris, tidak membuncit
pasienbeberapa kali
DIABETES
PELAYANAN
masihdiberikanpasienmakan
Umbilikus: masuk merata KESEHATAN
MELITUS
andewasa
Permukaan kulit: tanda-tanda DIABETES
inflamasi (-), ikterik (-), massa (-), distensi (-)
Kurangnyainformasimengenaiapaitu
Auskultasi: MELITUS
anemia dan bahanmakananapasaja yang
mengandungzatbesi
Bising usus (+) Kurangnyainformasimengenaitanda-
DIABETES
tanda dan pencegahan anemia
Metallic sound (-) MELITUS
Bising aorta (-)
DIABETES
Perkusi:
MELITUS
Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
Nyeri ketok (-) DIABETES
MELITUS
Palpasi:
Nyeri tekan epigastrium (-) DIABETES
Massa (-) MELITUS
Hepar/lien/ren: tidak teraba DIABETES
Shifting dullness (-) MELITUS
Ekstremitas
DIABETES
Tungkai Atas Tungkai bawah
MELITUS
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + DIABETES
+ + +
MELITUS
Edema - - - -
Sianosis - DIABETES
- - -
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
34
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
-Non Farmakologis MELITUS
1) Mengedukasi penanganan depresi paska melahirkan :
DIABETES
o Pentingnya dukungan keluarga terutama suami tidak hanya bayinya saja
yang diperhatikan
MELITUS
o Ada yang membantu mengasuh bayinya
DIABETES
o Mengajak bicara mengenai perasaannya
MELITUS
o Dilakukan konseling oleh tenaga puskesmas
2) Mengedukasi pasien menganai :
DIABETES
o Pentingnya mengkonsumsi makanan yang beraneka ragam yang
MELITUS
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-
buahan. DIABETES
o Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan pertama adalah 14
MELITUS
gelas sehari dan 6 bulan kedua adalah 12 gelas sehari.
o Menjaga kebersihan diri,DIABETES
termasuk kebersihan daerah kemaluan, ganti
pembalut sesering mungkin. MELITUS
o Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.
o Melakukan aktivitas fisik DIABETES
pasca melahirkan dengan intensitas ringan sampai
MELITUS
sedang selama 30 menit, frekuensi 3-5 kali dalam seminggu.
o Cara menyusui yang benar dan hanya memberi asi saja selama 6 bulan
o Jangan membiarkan bayi DIABETES
menangis terlalu lama karena akan membuat bayi
stress. MELITUS
o Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin bersama suami
dan keluarga DIABETES
MELITUS
6.6 Prognosis
DIABETES
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
MELITUS
Ad sanationam : dubia ad bonam
DIABETES
6.7 KIE
MELITUS
1) Mengedukasi pasien mengenai faktor risiko pasca melahirkan :
DIABETES
o Pada masa nifas seperti MELITUS
abses payudara dan febris dapat terjadi karena
infeksi nifas disebabkan oleh daya tahan tubuh yang rendah.
o Perkembangan psikologis, karena kehamilan dengan usia muda dapat
DIABETES
memberikan dampak terhadap MELITUSperkembangan psikologis dan akan
meningkatkan intensitas gangguan emosi, bahkan cendrung kearah bunuh
DIABETES
diri. Menikah pada usia muda masih berada dalam pencarian identitas dan
relatif belum menemukannya, sehingga akan membawa risiko psikologis
MELITUS
dalam hal penyesuaian diri dengan partnernya, kemantapan dalam
DIABETES
kehidupan pernikahan, stabilitas cinta dan kesetiaan.
MELITUS
DIABETES
35
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
3) Mengedukasi pasien untuk dapat mengikuti kelas ibu balita agar memperoleh
informasi penting terkait bagaimana melakukan pola asuh sesuai tahapan usia
DIABETES
anak, memperoleh informasi penting tentang tumbuh kembang, imunisasi, gizi,
MELITUS
perawatan bayi, dan anak balita serta penyakit yang sering ditemukan, serta
mendapat teman berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan
DIABETES
pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan. MELITUS
4) Mengedukasi pasien untuk perawatan ibu nifas mulai 6 jam hingga 42 hari
DIABETES
pasca bersalin oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan nifas.
MELITUS
Pertama : 6 jam-2 hari setelah persalinan
Kedua : 3-7 hari setelah persalinan
DIABETES
Ketiga : 8-28 hari setelah persalinan
Keempat : 29-42 hari setelah MELITUS
persalinan
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
36
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
BAB VII
DIABETES
KONDISI FAKTOR RESIKO
MELITUS
7.1 Keadaan Lingkungan
DIABETES
Pasien tinggal di rumah pribadi bersama suami, dan satu anak laki-lakinya di
MELITUS
Kawasan Batu Kute Lenting, Narmada, dengan ukuran rumah kurang lebih sekitar 20m x
10m dengan 1 kamar, 1 ruang keluarga, 1DIABETES
kamar mandi pribadi, dan ruangan dapur. Langit-
langit tertutup plafon dan terlihat bersih.MELITUS
Setiap ruangan terdapat jendela dengan ventilasi
udara dan pencahayaan yang cukup. Adanya jendela di rumah sesekali dibuka karena jarak
DIABETES
MELITUS Tiap ruangan disekat dengan tembok.
rumah dengan rumah tetangga terlalu berdekatan.
Lantai rumah pasien yaitu lantai semen yang beberapa bagiannya sudah rusak. Sehari-hari
DIABETES
pasien menggunakan karpet plastik.
MELITUS
Lingkungan pasien merupakan lingkungan padat penduduk, jarak antar rumah
DIABETES
hanya sekitar 1-2 meter. Disekitar rumah pasien tidak ada tanah kosong dan tipe rumah
MELITUS
tetangga mirip dengan pasien.
DIABETES
MELITUS
Terkait keperluan MCK, keluarga pasien mengaku melakukan aktivitas mandi dan
buang air menggunakan kamar mandi pribadi dan sudah mempunyai jamban sendiri.
DIABETES
Sumber air untuk keperluan sehari-hari berasal dari air sumur dan air PDAM. Sumber air
MELITUS
minum juga berasal dari air sumur, pasien mengatakan untuk air minum biasanya langsung
DIABETES
dari air sumur dan dimasak terlebih dahulu. Untuk mandi, mencuci pakaian dan peralatan
MELITUS
rumah tangga menggunakan air PDAM.
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
NO KOMPONEN KRITERIA NILAI BOBOT
DIABETES
MELITUS
DIABETES
37
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
RUMAH YG
DIABETES
DINILAI
MELITUS
I KOMPONEN RUMAH
31
DIABETES
MELITUS
DIABETES
38
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
dapur MELITUS
b. Ada, lubang ventilasi
dapur > 10% dari luas lantai
DIABETES
dapur(asap keluar dengan
sempurna) MELITUS
atau ada exhaust
fanatau ada peralatan lain
yang sejenis. 2
DIABETES
a. Tidak terang, tidak dapat
dipergunakanMELITUS
untuk
8 Pencahayaan membaca 0
DIABETES 1
b. Kurang terang, sehingga
kurang jelasMELITUS
untuk membaca
dengan normal
c. Terang dan tidak silau
DIABETES
sehingga dapat 2
dipergunakanMELITUS
untukmembaca dengan
normal.
DIABETES
MELITUS
25
II SARANA SANITASI DIABETES
MELITUS
DIABETES
a. Tidak ada. 0
MELITUS 1
b. Ada, bukan leher angsa,
tidak ada tutup, disalurkan
kesungai / DIABETES
kolam
MELITUS
c. Ada, bukan leher angsa, 2
2 Jamban (saran
ada tutup, disalurkan ke
pembuangan kotoran). DIABETES
sungaiatau kolam
MELITUS
d. Ada, bukan leher angsa,
ada tutup, septic tank 3
DIABETES
e. Ada, leher angsa, septic
tank. 4
MELITUS
a. Tidak ada, sehingga
3 Sarana Pembuangan
Air Limbah (SPAL) tergenang tidak teratur di
halaman DIABETES 0
b. Ada, diresapkan tetapi
MELITUS
mencemari sumber air (jarak 1
DIABETES
39
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
sumber air MELITUS
(jarak dengan
sumber air < 10m).
DIABETES
c. Ada, dialirkan ke selokan
terbuka 2
MELITUS
d. Ada, diresapkan dan tidak
mencemari sumber air (jarak 3
dengan DIABETES
sumber air >
10m). MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
2 Membuka jendela MELITUS
a. Tidak pernah dibuka 0
MELITUS
c. Setiap hari dibuka 2
DIABETES
MELITUS
3 Mebersihkan rumah a. Tidak pernah 0
DIABETES
40
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
a. Dibuang MELITUS
ke
sungai/kebun/kolam
4 Membuang tinja bayi sembarangan 0
DIABETES
b. Kadang-kadang ke
dan balita ke jamban jamban MELITUS 1
c. Setiap hari dibuang ke
jamban DIABETES 2
MELITUS
a. Dibuang ke sungai / kebun
5 Membuang sampah DIABETES
/ kolam sembarangan 0
b. Kadang-kadang
MELITUS dibuang
pada tempat sampah ke tempat sampah 1
c. Setiap hari dibuang ke
DIABETES
tempat sampah. 2
MELITUS
DIABETES
TOTAL HASIL PENILAIAN
MELITUS
DIABETES
Keterangan : MELITUS
: NILAI x BOBOT
Hasil Penilaian : 848 (Rumah Tidak Sehat)
Kriteria :
DIABETES
1) Rumah Sehat MELITUS
= 1068 - 1200
2) Rumah Tidak Sehat = <1068
DIABETES
MELITUS
7.2 Kondisi Sosial Ekonomi
DIABETES
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Aktivitas sehari-hari pasien hanya
MELITUS
mengurus rumah. Pasien mengatakan tidak sering bersosialisasi dengan tetangga karena
DIABETES
tetangga pasien merupakan keluarga dari suami pasien. Pasien mengaku mertua pasien
MELITUS
tidak perduli akan dirinya dan cenderung cuek sehingga membuat pasien merasa mengurus
DIABETES
anak sering sendiri saat suami pasien bekerja. Status ekonomi keluarga pasien termasuk
dalam kategori menengah. Suami pasien MELITUS
bekerja sebagai karyawan stasta sementara pasien
tidak bekerja. Sumber penghasilan keluarga di dapat dari pekerjaan suami. Berdasarkan
DIABETES
keterangan, penghasilan suami berkisar ±MELITUS
Rp. 2.500.000,00 per bulan dan dari keterangan
pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
DIABETES
MELITUS
7.3 Keadaan Budaya dan Perilaku Keluarga pasien
DIABETES
Keluarga pasien merupakan warga suku Sasak asli. Terkait masalah kesehatan
keluarga, suami dan pasien sudah lebih MELITUS
paham bahwa berobat harus di tenaga kesehatan
DIABETES
41
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
seperti bidan/klinik atau puskesmas. Keluarga pasien tidak terlalu memegang aturan adat
istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Pasien tidak pernah pergi ke dukun atau pengobatan
DIABETES
alternatif lainnya.
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
42
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
BAB VIII
MELITUS
MASALAH KESEHATAN KELUARGA
DIABETES
8.1 Identitas Masalah
MELITUS
Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari anamnesis terhadap keluarga
DIABETES
pasien, maka dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan dalam keluarga Ny. LA
MELITUS
tersebut beserta dengan kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan
dalam tabel sebagai berikut: DIABETES
Anggota
Masalah
MELITUS
Kemungkinan Penyebab
No Keluarg Keterangan
Kesehatan Masalah Kesehatan
a DIABETES
1 Ny. LA P1A0H1 MELITUS
Menikah usia muda Masalah kesehatan
primimuda dan Kehamilan pertama diketahui melalui
riwayat partus Menyusui anamnesis dan
DIABETES
prematurus Stress pemeriksaan fisik di
MELITUS
imminens Puskesmas Narmada
dan saat kunjungan
DIABETES di rumah pasien
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
43
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
Anggota Masalah Rencana Upaya Intervensi Ket.
No Keluarga Kesehatan DIABETES
1 Ny. LA Primimuda - MELITUS
Edukasi mengenai tanda depresi paska
dengan melahirkan atau post partum depression
riwayat DIABETES
seperti baby blues dapat terjadi setelah
partus melahirkan
MELITUS dan memuncak dalam
prematurus beberapa hari hingga 2 minggu dengan
imminens gejala perasaan tidak stabil, mudah
DIABETES
cemas dan mudah tersinggung. Selain itu
MELITUS
depresi paska melahirkan yang terjadi
sekitar 4 minggu setelah melahirkan,
DIABETES
minimal selama 2 minggu berturut-turut
dengan
MELITUS gejala merasa sangat sedih,
tertekan, sulit konsentrasi, gangguan
tidur, tidak selera makan/banyak makan,
DIABETES
mudah tersinggung, mudah marah,
MELITUS
merasa lelah, tidak bergairah pada
aktivitas harian, perasaan bersalah,
DIABETES
khawatir tidak dapat menjadi ibu yang
baik, pikiran untuk melukai diri/bayinya
MELITUS
dan merasa menderita terhaddapt gejala
yang dialami.
DIABETES
- Edukasi mengenai pencegahan depresi
MELITUS
paska melahirkan seperti ibu hamil dan
paska melahirkan dapat mengenali dan
DIABETEStanda-tanda atau gejala-gejala
memahami
MELITUS
masalah kesehatan jiwa, mengkonsumsi
makanan sehat bergizi dan vitamin,
deteksi
DIABETESdini faktor risiko pada paska
melahirkan, dukungan dan perhatian dari
MELITUS
suami, keluarga dan teman selama paska
melahirkan.
DIABETES
2. Tn. L Normal - MELITUS
Edukasi mengenai penanganan depresi
paska melahirkan seperti dukungan
DIABETES
keluarga terutama suami tidak hanya
MELITUS
bayinya saja yang diperhatikan, ada yang
membantu mengasuh bayinya, mengajak
DIABETES
bicara mengenai perasaannya, mengikuti
MELITUS
program kunjangan rumah oleh tenaga
puskesmas, melakukan konseling oleh
DIABETES
tenaga kesehatan.
4. An. P Normal - MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
44
MELITUS
DIABETES
DIABETES
MELITUS
DIABETES
BAB IX
MELITUS
PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN
9.1 Determinan Masalah Kesehatan
DIABETES
MELITUS
BIOLOGIS/PERSONAL
DIABETES
MELITUS
Perempuan, usia 17 tahun,
DIABETES
Riwayat Partus Prematurus Imminens
MELITUS
PERILAKU LINGKUNGAN
DIABETES
MELITUS
Fisik
Aktivitas fisik sehari – hari o Kualitas udara yang
DIABETES
mengurus bayi seperti mandi buruk (rumah tidak sehat)
MELITUS
dan menyusui o Ventilasi dan
Sering berdiam diri di kamar pencahayaan rumah yang
DIABETES
P1A0H1 primimuda dengan
kurang baik
dan jarang bersosialisasi riwayat partus prematurus
Merasa tidak ada bantuan dari MELITUSimminens Non-fisik
keluarga membuat pasien o Ekonomi (status ekonomi
merasa sangat sedih, merasa DIABETES keluarga pasien
lelah, tidak bergairah pada MELITUS menengah)
aktivitas harian, gangguan tidur. o Stressor dari mertua
DIABETES o Kecemasan pada pasien
MELITUS
PELAYANAN o Tidak KB karena saran
KESEHATAN suami
DIABETES
MELITUS
Pasien menjadi anggota JKN
Akses ke faskes cukup dekat
DIABETES
Pasien rutin ANC/ memeriksakan
MELITUS
kehamilannya serta sesekali ke dokter
spesialis
PasienDIABETES
belum mengikuti posyandu dan
MELITUS
kelas ibu hamil
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
45
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
9.1.1 Diagnosis Holistik MELITUS
a. Aspek personal
DIABETES
Alasan: pasien datang dengan keluhan nyeri kepala, badan terasa lemas dan
MELITUS
tidak bisa tidur
DIABETES
Harapan: pasien berharap penyakitnya ini tidak berlanjut menjadi penyakit yang
MELITUS
lebih membahayakan pasien dan berpengaruh terhadap anak
Kekhawatiran: pasien khawatir penyakitnya ini menimbulkan komplikasi ke
DIABETES
penyakit lain dan berpengaruhMELITUS
pada bayinya selama proses menyusui
Persepsi: penyakit yang diderita pasien ini merupakan penyakit cukup serius
DIABETES
karena kurang istirahat yang dapat membuat pasien khawatir tidak bisa
MELITUS
mengurus bayinya
b. Aspek klinis DIABETES
MELITUS
P1A0H1 primimuda dengan riwayat partus prematurus imminens
c. Aspek risiko internal DIABETES
MELITUS
Pasien adalah seorang perempuan berusia 17 tahun. Berdasarkan usia, pasien
digolongkan dalam primigravida muda. Primigravida muda adalah wanita yang
DIABETES
pertama kali hamil saat umurnya dibawah 20 tahun. Primigravida muda termasuk
MELITUS
didalam kehamilan risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi
DIABETESusia muda datang dari mereka yang
dapat terancam. Banyak dari kehamilan
MELITUS
memiliki latar belakang sosial ekonomi rendah, pendidikan yang kurang dan
kesehatan yang tidak memenuhi standar.
DIABETES Dapat juga dari mereka yang kurang gizi,
MELITUS
memiliki kebiasaan merokok, minum alkohol dan penyakit menular seksual. Pada
pasien pendidikan terakhir yaitu SMP serta IMT (Indeks Masa Tubuh) sebelum
DIABETES
hamil 17,7 dengan kategori underweight.
MELITUS Gizi merupakan salah satu masalah yang
penting. Pada wanita yang hamil usia muda dengan tingkat social ekonomi rendah
DIABETES
sering ditemukan kurangnya pasokan kalori dan terjadi defissiensi besi.
MELITUS
DIABETES
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial
Pada kasus ini pasien dikatakanMELITUS
tinggal bersama suaminya. Pasien mengaku
DIABETES
rumah mertuanya dekat dengan rumahnya namun pasien mengaku mertuanya cenderung
MELITUS
jarang membantu mengurus cucu dan jarang mengajak bicara dirinya sehingga membuat
DIABETES
pasien merasa kesepian. Selain itu pasien juga sering merasa galau, dan sering menangis
MELITUS
46
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
MELITUS
DIABETES
karena merasa tidak ada keluarga yang membantu mengurus anak. Pasien juga
MELITUS
mengatakan sering tidak bisa tidur sehingga pasien merasa lelah fisik dan psikisnya.
DIABETES
MELITUS
DIABETES
e. Derajat fungsional keluarga pasien
MELITUS
Sementara untuk derajat fungsional pasien dinilai dari kualitas hidup pasien dengan
penilaian menggunakan skor 1-5 berdasarkan disabilitas dari pasien. Penilaian tersebut
DIABETES
dapat dilihat di tabel berikut: MELITUS
DIABETES
Aktivitas menjalankan fungsisosial Sko Keterangan
MELITUS
dalam kehidupan r
DIABETES1
Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum Mandiri dalam perawatan diri, bekerja
sakit MELITUS di dalam dan luar rumah
Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari- 2 Mulai mengurangi aktivitas kerja
DIABETES
hari di dalam dan luar rumah Kantor
MELITUS
Mampu melakukan perawatan diri tetapi tidak 3 Mandiri dalam perawatan diri, tidak
mampu melakukan pekerjaan ringan DIABETES mampu bekerja ringan
MELITUS4
Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat Tidak mampu melakukan aktivitas
diri, tetapi sebagian besar aktivitasnya hanya kerja, tergantung pada keluarga
DIABETES
mampu duduk dan berbaring
MELITUS
Perawatan diri berbaring pasif 5 Tergantung pada pelaku rawat
DIABETES
Pasien memiliki derajat fungsional dengan skor 1 (satu), yang artinya pasien mampu
MELITUS
melakukan aktivitas seperti sebelum sakit dan pasien masih mampu melakukan aktivitas
mandiri di luar rumah. DIABETES
MELITUS
9.2 Pengaruh Keluarga dalam Kesehatan
DIABETES
f. Fungsi Keluarga
MELITUS
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif adalah fungsi DIABETES
keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
MELITUS
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.
Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
DIABETES individu dan psikososial anggota
MELITUS
keluarga.12 Adapun fungsi afektif dalam keluarga pasien (Ny. LA) sebagai berikut.
Hubungan afektif suami (Tn. L) dan pasien (Ny. LA) tergolong baik.
DIABETES
Hubungan afektif pasien (Ny. LA) dengan anaknya (An. P) tergolong baik
MELITUS
47
DIABETES
MELITUS
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.12 Dalam
kehidupan sehari-hari, keluarga dan pasien (Ny. LA) tidak dapat bersosialisasi
dengan tetangga-tetangga sekitar. Berdasarkan pengamatan saat kunjungan
keluarga, tak tampak tetangga pasien berkunjung ke rumah pasien untuk sekedar
mengobrol. Suami pasien juga dikatakan tidak memiliki banyak teman.
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. Pasien (Ny. LA)
menikah dengan suami kurang lebih jalan 2 tahun hingga saat ini telah memiliki 1
orang anak laki – laki. Pasien tidak menggunakan KB karena suami pasien tidak
mengizinkan.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.11 Penghasilan
suami berkisar +/- Rp 2.500.000,00 per bulan, sementara pasien tidak bekerja.
Pasien menyebutkan gaji suami mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
48
- Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarganya
- Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan
Pada keluarga ini, fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan diperlukan
oleh semua anggota keluarga. Suami pasien mendukung pasien untuk rutin
memeriksakan kondisinya. Bahkan, suami pasien juga menyarankan pasien untuk
mengonsumsi makanan yang bergizi. Pada keluarga ini, pasien, suami dan anak
telah terdaftar dalam kepersertaan JKN.
9.3 Skor APGAR
0 1 2
49
Skor fungsi fisiologi keluarga Ny. LA adalah 6, yang dikategorikan dalam kategori
sedang. Kategori sedang (skor 4-6) menunjukan keluarga yang dinilai adalah kurang sehat
dalam arti hubungan antar keluarga masih perlu ditingkatkan.
50
Ny. N Anak
No Indikator Tn. L Nilai
(pasien) (P)
Balita dipantau
5. Y 1
pertumbuhannya
Penderita TB paru
6. mendapatkan pengobatan sesuai N N N N
standar
7/(12-
Jumlah indikator bernilai 1/(12 – jumlah N)
3)
51
Berdasarkan 12 indikator keluarga sehat, keluarga ini termasuk ke keluarga pra-sehat (0.5-
0.8).
BAB X
10.1 Kesimpulan
Seorang perempuan berusia 17 tahun. Pasien mengeluhkan nyeri kepala dan badan
terasa lemas serta sulit tidur. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan
diagnosis klinis P1A0H1 dengan primimuda. Telah dilakukan penilaian faktor resiko, dan
diagnosis holistik oleh penulis, determinan kesehatan yang terkait dengan masalah
kesehatan pada laporan kedokteran keluarga ini meliputi aspek biologis, aspek lingkungan,
aspek perilaku, dan aspek pelayanan kesehatan. Berdasarkan penilaian fungsi keluarga
dengan instrumen skor APGAR, didapatkan bahwa fungsi fisiologis keluarga pasien
tergolong dalam kategori sedang. Pada penilaian indikator keluarga sehat, keluarga pasien
termasuk ke dalam keluarga pra-sehat dengan skor IKS 0.5. Selain itu, berdasarkan
penilaian rumah sehat, rumah pasien termasuk dalam kriteria rumah tidak sehat dengan
skor 756. Oleh sebab itu, penanganan masalah keluarga harus dilakukan secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, sehingga perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pembinaan keluarga melalui rencana upaya intervensi yang telah disusun oleh
penulis.8.2
10.2 Saran
52
perkembangan psikologis dan akan meningkatkan intensitas gangguan
emosi, bahkan cendrung kearah bunuh diri. Menikah pada usia muda masih
berada dalam pencarian identitas dan relatif belum menemukannya,
sehingga akan membawa risiko psikologis dalam hal penyesuaian diri
dengan partnernya, kemantapan dalam kehidupan pernikahan, stabilitas cinta
dan kesetiaan.
6) Menyarankan pasien untuk dapat mengikuti kelas ibu balita agar memperoleh
informasi penting terkait bagaimana melakukan pola asuh sesuai tahapan usia
anak, memperoleh informasi penting tentang tumbuh kembang, imunisasi, gizi,
perawatan bayi, dan anak balita serta penyakit yang sering ditemukan, serta
mendapat teman berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan
pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan.
7) Menyarankan pasien untuk perawatan ibu nifas mulai 6 jam hingga 42 hari pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan minimal 4 kali kunjungan nifas.
Pertama : 6 jam-2 hari setelah persalinan
Kedua : 3-7 hari setelah persalinan
Ketiga : 8-28 hari setelah persalinan
Keempat : 29-42 hari setelah persalinan
53
DAFTAR PUSTAKA
54
from: http://dx.doi.org/10.1016/j.ajog.2015.06.064
12. Corporate Compliance, Strategy B. Short and long-term effects of preterm
birth [Internet]. UK HealthCare. 2017 [cited 2023 Mar 31]. Available from:
https://ukhealthcare.uky.edu/wellness-community/health-information/short
long-term-effects-preterm-birth
55
19. McCarthy FP, O’Brien U, Kenny LC. The management of teenage pregnancy.
BMJ [Internet]. 2014;349(oct15 14):g5887. Available from:
http://dx.doi.org/10.1136/bmj.g5887
20. Safitri M, Kes SSMH, ST. M. KM. Kes LRS. Indikasi persalinan
sectio caesarea Dan komplikasi Pasca persalinan sectio caesarea: Narrative
review. Universitas ’Aisyiyah Yogyakarta; 2022
56
57