Anda di halaman 1dari 217

Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

CETAK BIRU
PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
PADA USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PROVINSI MALUKU UTARA 2019-2024

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral


Provinsi Maluku Utara 2019
CETAK BIRU

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PADA USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PROVINSI MALUKU UTARA 2019-2024

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral


Provinsi Maluku Utara
2019
KATA PENGANTAR

GUBERNUR PROVINSI MALUKU UTARA

Bismilllahirrahmanirrahim,

Dengan senantiasa memohon rahmat dan hidayah Allah SWT, kami mengucapkan
rasa syukur yang tak terhingga sebab berkat perkenan-Nya sehingga dokumen Cetak Biru
(Blue Print) Pemberdayaan Masyarakat (PPM) pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral
dan Batubara Provinsi Maluku Utara ini dapat diselesaikan.

Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) pada Kegiatan Usaha


Pertambangan Mineral dan Batubara merupakan upaya mendorong peningkatan
perekonomian, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan kehidupan
masyarakat sekitar tambang, baik secara individual maupun kolektif agar tingkat kehidupan
masyarakat sekitar tambang menjadi lebih baik dan mandiri. Untuk mencapai hal ini,
Gubernur Provinsi Maluku Utara melalui Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara, menyusun
Dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM. Dokumen ini berisi perencanaan strategis
pembangunan terpadu yang memuat arah kebijakan PPM di wilayah Provinsi Maluku Utara
selama lima tahun ke depan (2019-2024). Cetak Biru (Blue Print) PPM ini akan menjadi
acuan/pedoman Badan Usaha dalam menyusun Rencana Induk Program PPM, baik selama
tahap kegiatan operasi produksi maupun pascatambang. Selanjutnya, Badan Usaha
membuat Rencana Program PPM Tahunan sebagai bagian dari rencana kerja dan
anggaran biaya (RKAB) yang disahkan oleh Dirjen Minerba atau Gubernur.

Dalam pelaksanaannya, Program PPM harus memberikan kontribusi dalam


meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama komunitas lokal di sekitar wilayah operasi
dan membantu terciptanya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
sebagai perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan. Selain itu, program ini
merupakan salah satu upaya yang diarahkan untuk mencapai kondisi dan kualitas
kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik, meliputi community relation (hubungan
masyarakat), community services (pelayanan kepada masyarakat), community
empowerment (pemberdayaan masyarakat) dan community development (pengembangan
masyarakat). Program PPM yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan diharapkan
akan lebih memperkuat strategi kebijakan pembangunan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah Provinsi Maluku Utara.

i
Melalui Cetak Biru PPM Provinsi Maluku Utara ini, perusahaan pertambangan
mineral dan batubara di Maluku Utara dapat memperoleh penjelasan tentang kewajiban
sosial perusahaan yang mempunyai praktik pengelolaan sosial yang baik (good social
management practices). Akhirnya, pemerintah Provinsi Maluku Utara meyakini bahwa
dokumen Cetak Biru PPM ini sebagai cara yang efektif untuk memberi arah kepada
perusahaan-perusahaan pertambangan mineral dan batubara agar berkontribusi secara
maksimal pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development
Goals/SDGs), sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Maluku Utara, dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Maluku Utara.

Kerangka atau sistematika dokumen ini disusun dengan mengacu pada Keputusan
Menteri ESDM Nomor 1824 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
dan Pemberdayaan Masyarakat. Dalam proses penyusunan Cetak Biru (Blue Print) PPM ini,
Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara melibatkan banyak pihak, yakni: instansi pemeritah
terkait, baik tingkat provinsi maupun kabupaten, pemegang IUP/IUPK, akademisi, dan
masyarakat. Kepada semua pihak yang telah terlibat, kami menyampaikan terima kasih tak
terhingga.

Akhirnya, kami berharap kiranya dokumen Cetak Biru (Blue Print) PPM Provinsi
Maluku Utara ini dapat bermanfaat bagi kalangan luas untuk pembangunan Maluku Utara ke
depan, khususnya bagi masyarakat sekitar tambang.

Sofifi, 3 Desember 2019

Gubernur Maluku Utara,

Abdul Gani Kasuba

ii
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar ................................................................................ i
Daftar Isi ........................................................................................... iii
Daftar Tabel ...................................................................................... iv
Daftar Grafik ..................................................................................... vi
Daftar Gambar .................................................................................. vii
Daftar Lampiran ................................................................................ viii
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ......................................................... 20
1.3 Dasar Hukum ................................................................... 21
1.4 Gambaran Umum Provinsi Maluku Utara.... ..................... 23
1.4.1 Kondisi Umum Wilayah Geografis dan Administratif 23
1.4.2 Demografis .............................................................. 31
1.4.3 Profil Wilayah Operasi Pertambangan ..................... 39
BAB II: CETAK BIRU (BLUE PRINT) PPM SEKITAR
PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PROVINSI MALUKU UTARA .............................................. 41
2.1 Visi dan Misi PPM Provinsi Maluku Utara .................. 41
2.1.1 Visi PPM Provinsi Maluku Utara ......................... 41
2.1.2 Misi PPM Provinsi Maluku Utara ....................... 41
2.2 Kondisi Saat Ini............................................................. 42
2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku
Utara ................................................................... 44
2.2.2 Indeks Gini............................................................ 48
2.2.3 Ekonomi Masyarakat Sekitar Tambang ..............
2.2.4 Sosial Budaya dan Lingkungan Kehidupan
Masyarakat Sekitar Tambang ............................. 49
2.2.5 Kelembangaan Komunitas Masyarakat Sekitar
Tambang.............................................................. 59
2.2.6 Infrastrukur Sekitar Tambang ............................. 68
2.3 Cetak Biru (Blue Print) PPM ....................................... 73
2.3.1 Filosofi Perencanaan PPM................................... 73
2.3.2 Isu Strategis ........................................................ 77
2.3.3 Program Prioritas dan Alternatif Kegiatan Cetak
Biru PPM Provinsi Maluku Utara ........................ 85
2.3.4 Wilayah Implementasi .......................................... 85

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral iii


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

BAB III: PENUTUP .......................................................................... 121


3.1 Kesimpulan...................................................................... 121
3.2 Rekomendasi.................................................................. 121
3.3 Kaidah Pelaksanaan.................................................. ..... 122
3.4 Faktor Penentu Sukses ................................................. 123

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 125


LAMPIRAN

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral iv


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Mineral dan Batubara Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara .................... 2
Tabel 1.2. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2019 5
Tabel 1.3. Luas Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Maluku
Utara .................................................................... 24
Tabel 1.4. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Maluku Utara, Tahun 2018 .................. 25
Tabel 1.5. Jumlah Pulau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Maluku Utara ....................................................... 26
Tabel 1.6. Jumlah Desa Pesisir Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara ......................................... 31
Tabel 1.7. Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Utara, Tahun
2013-2017 ........................................................... 32
Tabel 1.8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara ............. 32
Tabel 1.9. Jumlah Penduduk Aktual Provinsi Maluku Utara
2016-2017 ........................................................... 33
Tabel 1.10. Perbandingan Jumlah Penduduk Aktual
Terhadap Hasil Proyeksi Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara,
Tahun 2017 ....................................................... 34
Tabel 1.11. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Provinsi Maluku Utara ....................................... 35
Tabel 1.12. Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi
Maluku Utara 2013 dan 2017 ............................ 36
Tabel 1.13. Penduduk 15 Tahun Ke Atas menurut
Lapangan Kerja Utama Provinsi Maluku Utara,
Tahun 2013 dan 2017........................................ 37
Tabel 1.14. Penduduk 15 Tahun Ke Atas menurut
Lapangan Kerja Utama dan Kabupaten/kota di
Provinsi Maluku Utara, Tahun 2017 ................... 38
Tabel 1.15. Luas Areal Pertambangan dan Jenis Mineral di
Provinsi Maluku Utara ....................................... 40

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral v


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia


Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2013-
2018 ...................................................................... 42
Tabel 2.2. Perkembangan Dimensi Kesehatan Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun
2015-2018 ............................................................. 44
Tabel 2.3. Perkembangan Dimensi Pendidikan Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun
2015-2018 ............................................................ 46
Tabel 2.4. Perkembangan Dimensi Pengeluaran (Standar
Hidup Layak) menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Maluku Utara Tahun 2015-2017 ........................... 47
Tabel 2.5. Perkembangan IPM Menurut Kabupaten/Kota
Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-2017 ............. 48
Tabel 2.6. Perkembangan Gini Rasio menurut
Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara Dalam
5 Tahun Terakhir .................................................. 49
Tabel 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara (miliar rupiah) Dalam 5
Tahun Terakhir ..................................................... 50
Tabel 2.8. Garis Kemiskinan di Provinsi Maluku Utara
Menurut Kabupaten/Kota,Tahun 2016-2018
(Dalam Rupiah) ..................................................... 54
Tabel 2.9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Maluku
Utara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 –
2018 ..................................................................... 55
Tabel 2.10. Jumlah Bumdes di Provinsi Maluku Utara
Hingga Tahun 2019 .......................................... 60
Tabel 2.11. Persentase Penggunaan Infrastruktur di Wilayah
Pedesaan Maluku Utara ........................................ 70
Tabel 2.12. Distribusi Jumlah Sekolah Berdasarkan
Kabupaten di Maluku Utara Hingga Tahun 2018 .. 71
Tabel 2.13. Jumlah Infrastruktur di Bidang Kesehatan di
Provinsi Maluku Utara Dari Tahun 2014-2017 .. 72
Tabel 2.14. Distribusi Jumlah Infrastruktur di Bidang
Kesehatan Berdasarkan Kabupaten/Kota
Hingga Tahun 2017 .......................................... 72

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral vi


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.15. Tujuan, Sasaran, dan Arah Kebijakan


Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Maluku Utara Tahun 2019-2024 ............................ 83
Tabel 2.16. Matriks Program Prioritas dan Alternatif Kegiatan
Beserta Indikator Yang Yang Mengacu Pada
Aspek Pokok PPM ................................................ 89

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral vii


Provinsi Maluku Utara
DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 2.1. Perkembangan Garis Kemiskinan Maluku Utara


Selama 5 Tahun Terakhir (Ribu Rupiah) 52

Grafik 2.2. Perkembangan Garis Kemiskinan Menurut


Kabupaten/Kota, Tahun 2016-2018. 53

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Provinsi Maluku Utara 27


Gambar 1.2. Peta Tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) 28
Gambar 2.1. Perkembangan Garis Kemiskinan Maluku Utara
selama 5 tahun terakhir (Ribu Rupiah) 41
Gambar 2.2. Perkembangan Garis Kemiskinan Menurut
Kabupaten/Kota, Tahun 2016-2018 41

ix
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Peta Sebaran Wilayah Izin Usaha Pertambangan.


Lampiran 2.Peraturan Daerah Pengelolaan Pertambangan
Mineral dan Batubara Provinsi Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral x


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 1


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Provinsi Maluku Utara memiliki sumber daya mineral atau bahan
galian tambang berupa Tembaga, Uranium, Emas, Nikel, Batubara,
Aluminium (Bauksit), Magnesit, Pasir Besi, Titanium, Mangan, Asbes,
Kaolin, Diatomit, Batu Permata, Kromit, Pasir Kuarsa, Batu Gamping,
Batu Apung, Granit, Talk, Migas, Potensi Panas Bumi, dan Sumber
Daya Air. Berbagai jenis sumber daya (mineral, panas bumi, dan
sumber daya air) ini tersebar hampir di seluruh wilayah Maluku Utara 1.
Selain potensi tambang di atas, terdapat pula Mineral Tanah
Jarang yang belum diolah. Kondisi ini menyebabkan sektor
pertambangan cukup prospektif di Maluku Utara. Potensi lainnya
berupa temuan endapan epitermal di daerah Gosowong, Kabupaten
Halmahera Utara, dengan potensi yang terkandung dalam busur
magnetik. Selain itu, di wilayah Teluk Weda, Kabupaten Halmahera
Tengah, terdapat pula sumber pendapan nikel laterit yang
diperkirakan sebanyak 92.000.000 ton.
Luasnya sebaran wilayah pertambangan dan potensi di
dalamnya di provinsi Maluku Utara memerlukan peraturan perundang-
undangan sebagai acuan dalam pengembangan lokasi/kawasan
beserta pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, khususnya
tambang mineral dan batubara.
Pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertambangan pada tatanan
kawasan budidaya yang non-produktif di bagian permukaan tanah
perlu dilakukan agar lahan tersebut dapat memberikan manfaat
secara optimal bagi pembangunan daerah. Pemanfaatan bahan galian

1
Sebagian besar data tentang kondisi pertambangan di Maluku Utara dalam bagian ini
diacu dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) provinsi Maluku Utara
sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara 2019-2024.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 1


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

tambang yang bernilai ekonomis tinggi dapat memberikan kontribusi


tinggi kepada daerah dalam hal peningkatan infrastruktur,
peningkatan pendapatan asli daerah, dan mendorong percepatan
pembangunan daerah.
Tabel. 1.1 Potensi Sumber Daya Mineral dan Batubara Menurut
Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara

Kabupaten/Kota Jenis Lokasi


Kec. Weda, Kec. Gebe, Kec.
Nikel
Halmahera Tengah Patani
Pasir Besi Tolippe, Kec. Weda
Kromit Gebe Kec. Gebe
Batu Bara Patani, Kec. Patani
Kapa-kapa, Kec. Galela
Akelamo, Kec. Galela
Emas
Gamkahe, Kec. Loloda
Halmahera Utara Supu, Kec. Loloda Utara
Mangan
Pulau Doi, Pulau Dagasuli
Bijih Besi Kec. Loloda Utara
Pasir Besi
Kromit Darume, Kec. Loloda
Galela, Kec. Galela
Batu Bara
Gosoma, Kec. Kao
Halmahera Barat Pasir Besi Ngajam, Kec. Loloda
Aha, Kec. Morotai Selatan
Emas
Pulau Morotai Bere-bere, Kec. Morotai Utara
Mangan Pulau Rao, Kec. Selatan Barat
Yaba, Kec. Bacan Barat
Kaputusan, Kec. Bacan
Raroang, Kec. Bacan
Pigaraja, Kec. Bacan Timur
Selatan
Sawadai, Kec. Bacan
Emas
Sambiki, Kec. Obi
Anggai, Kec. Obi
Kec. Kayoa
Halmahera Selatan Yaba, Kec. Bacan Barat
Sayoang, Kec. Bacan Timur
Kec. Obi Selatan
Tembaga Pulau Kasiruta, Kec. Bacan
Obilatu, Kec. Obi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 2


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Kabupaten/Kota Jenis Lokasi


Bibinoi, Kec. Bacan Timur
Obilatu, Kec. Obi
Bobo, Kec. Obi Selatan
Manatahan, Kec. Obi Barat
Pasir Besi
Akerica, Kec. Obi
Kawasi, Jiko dolong, Kampung
Nikel Baru, Fluk, Jikotamo, Soligi,
Laiwui, Kadera, Loji, Rijang
Sungai Huru, Kec. Obi
Cap, Kec. Obi Utara
Kelo, Kec. Obi
Batu Bara Anggai, Kec. Obi
Amasing, Kec. Bacan
Galena Anggai, Kec. Obi
Halmahera Timur Nikel Buli, Maba
Wayamli, Kec. Maba Tengah
Tanjung Buli, Maba
Pasir Besi
Dodaga, Kec. Wasile Timur
Batu Bara Bicoli, Kec. Maba Selatan
Kepulauan Sula Emas Kawata, Sanana
Mineral
Tanah Kepulauan Sula
Jarang
Kec. Mangoli Utara, Kec. Mangoli
Bijih Besi Timur, Kec. Mangoli Tengah, Kec.
Mangoli Selatan
Emas Kuwu, Kec. Taliabu Barat
Pulau Taliabu Galena Kec. Taliabu Utara
Mineral
Tanah Pulau Taliabu
Jarang
Bijih Besi Kec. Lede
Batu Bara Tabona, Kec. Tabona
Tidore Kepulauan Tembaga Payahe, Kec. Oba Selatan
Ternate -
Sumber: Dinas ESDM, November 2019

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 3


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Provinsi Maluku


Utara sebanyak 105 IUP. Dari sepuluh kabupaten/kota di Maluku
Utara, kabupaten Halmahera Tengah memiliki total IUP terbanyak,
yakni 24 IUP. Selanjutnya disusul kabupaten pulau Taliabu yang
memiliki 22 IUP. Kota Tidore Kepulauan hanya memiliki 1 IUP dan
menjadi daerah dengan IUP terendah di Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 4


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.2. Pemegang Izin Usaha Pertambangan Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2019

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. KARUNIA HALMAHERA OPERASI


1 IUP 182 TAHUN 2011 4.000 PASIR BESI 14/12/2011 14/12/2031
MITRA ABADI BARAT PRODUKSI

HALMAHERA 317/502/DPMPTS OPERASI TEMBAGA


2 PT. ORO KNI IUP 3.087 31/07/2017 31/07/2037
BARAT P/VII/2017 PRODUKSI DMP

HALMAHERA 318/502/DPMPTS OPERASI


3 PT. ORO KNI IUP 3.404 EMAS DMP 31/07/2017 31/07/2037
BARAT P/VII/2017 PRODUKSI

PT. TRI USAHA HALMAHERA 502/3/DPMPTSP/V OPERASI


4 IUP 7.792,40 EMAS 24/07/2018 24/07/2038
BARU BARAT II/2018 PRODUKSI

PT. ALGIFARI
IUP HALMAHERA 35/1/IUP/PMA/ OPERASI
5 WILDAN 1.720 NIKEL 01/08/2017 25/02/2031
PMA SELATAN 2017 PRODUKSI
SEJAHTERA

EMAS,
PT. AMASING HALMAHERA 502/7/DPMPTSP/X OPERASI
6 IUP 4.655 TEMBAGA 07/11/2018 07/11/2038
TABARA SELATAN I/2018 PRODUKSI
DMP

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 5


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. BANUA
HALMAHERA OPERASI
7 SANGGAM IUP 29 TAHUN 2011 12.740 MANGAN 03/03/2011 03/03/2023
SELATAN PRODUKSI
LESTARI

PT. BELA HALMAHERA 214.3/KPTS/MU/ OPERASI


8 IUP 6.134 NIKEL 15/03/2016 15/03/2036
KENCANA SELATAN 2016 PRODUKSI

PT. BELA SARANA HALMAHERA 502/6/DPMPTSP/X OPERASI


9 IUP 4.290 PASIR BESI 07/11/2018 07/11/2038
PERMAI SELATAN I/2018 PRODUKSI

PT. GANE PERMAI HALMAHERA 502/1/DPMPTSP/I/ OPERASI


10 IUP 1.276.99 NIKEL 14/01/2019 05/04/2029
SENTOSA SELATAN 2019 PRODUKSI

PT. HALIM HALMAHERA 319.2/KPTS/MU/ OPERASI NIKEL


11 IUP 1.317 15/06/2016 15/06/2036
PRATAMA SELATAN 2016 PRODUKSI DMP

PT. INDONESIA HALMAHERA 502/5/DPMPTSP/X OPERASI


12 IUP 4.800 EMAS DMP 22/10/2018 22/10/2038
MAS MULIA SELATAN /2018 PRODUKSI

PT. INTIM MINING


HALMAHERA OPERASI
13 SENTOSA, PT IUP 52 TAHUN 2013 1.935 NIKEL DMP 06/03/2013 06/03/2031
SELATAN PRODUKSI
(EX.LBS)

PT. JIKODOLONG HALMAHERA 502/2/DPMPTSP/I/ OPERASI


14 IUP 1.885 NIKEL 14/01/2019 06/04/2029
MEGAH PERTIWI SELATAN 2019 PRODUKSI

15 PT. KIERAHA IUP 8.144 20/04/2016 20/04/2036


HALMAHERA 282.1/KPTS/MU/ OPERASI TEMBAGA
TAMBANG

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 6


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
SENTOSA SELATAN 2016 PRODUKSI EMAS DMP

PT. OBI
HALMAHERA 502/3/DPMPTSP/I/ OPERASI
16 ANUGERAH IUP 1.775 NIKEL 14/01/2019 05/04/2029
SELATAN 2019 PRODUKSI
MINERAL

PT. OBI PRIMA HALMAHERA OPERASI


17 IUP 34.A TAHUN 2010 2.357 NIKEL DMP 24/02/2010 24/02/2027
NIKEL SELATAN PRODUKSI

PT. OBI PUTRA HALMAHERA OPERASI


18 IUP 23 TAHUN 2011 4.058 NIKEL 25/02/2011 10/02/2031
MANDIRI SELATAN PRODUKSI

PT. RIMBA IUP HALMAHERA 25/1/IUP/PMA/ OPERASI


19 1.800 NIKEL 29/05/2017 28/01/2030
KARUNIA ALAM PMA SELATAN 2017 PRODUKSI

PT. TRIMEGAH HALMAHERA OPERASI


20 IUP 18 TAHUN 2010 4.247 NIKEL DMP 08/02/2010 08/02/2030
BANGUN PERSADA SELATAN PRODUKSI

PT. WANATIARA IUP HALMAHERA 26/1/IUP/PMA/ OPERASI


21 1.726 NIKEL DMP 02/06/2017 29/04/2031
PERSADA PMA SELATAN 2017 PRODUKSI

PT. ANUGRAH HALMAHERA OPERASI


22 IUP 540/KEP/315/2013 503 NIKEL 23/08/2013 23/08/2033
SUKSES MINING TENGAH PRODUKSI

PT. BARTRA HALMAHERA 540/KEP/30.A/ OPERASI


23 IUP 1.850 NIKEL 27/01/2012 27/01/2032
PUTRA MULIA TENGAH 2012 PRODUKSI

24 PT. BAWO KEKAL IUP HALMAHERA 540/KEP/37.A/ 5.000 OPERASI NIKEL 30/01/2012 30/01/2032

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 7


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
SEJAHTERA TENGAH 2012 PRODUKSI
INTERNASIONAL

PT. BHAKTI
HALMAHERA OPERASI
25 PERTIWI IUP 540/KEP/253/2012 1.232 NIKEL 28/05/2012 10/05/2038
TENGAH PRODUKSI
NUSANTARA

PT. DHARMA
HALMAHERA OPERASI
26 ROSADI IUP 540/KEP/255/2012 648 NIKEL 28/05/2012 21/12/2029
TENGAH PRODUKSI
INTERNASIONAL I

PT. DHARMA
HALMAHERA OPERASI
27 ROSADI IUP 540/KEP/257/2012 1.017 NIKEL 28/05/2012 21/12/2029
TENGAH PRODUKSI
INTERNASIONAL II

PT. ELSADAY HALMAHERA OPERASI


28 IUP 540/KEP/213/2013 550 NIKEL 29/04/2013 29/04/2033
MULIA I TENGAH PRODUKSI

PT. ELSADAY HALMAHERA OPERASI


29 IUP 540/KEP/214/2013 483 NIKEL 29/04/2013 29/04/2033
MULIA II TENGAH PRODUKSI

PT. FAJAR BHAKTI


HALMAHERA OPERASI
30 LINTAS IUP 540/KEP/253/2011 854 NIKEL 07/07/2011 20/09/2030
TENGAH PRODUKSI
NUSANTARA

PT. FIRST PACIFIC IUP HALMAHERA 30/1/IUP/PMA/ OPERASI


31 2.080 NIKEL 04/06/2018 10/10/2032
MINING PMA TENGAH 2018 PRODUKSI

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 8


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. GEBE SENTRA HALMAHERA OPERASI


32 IUP 540/KEP/347/2011 1.354 NIKEL 05/12/2011 30/11/2031
NICKEL TENGAH PRODUKSI

PT. HARUM HALMAHERA OPERASI


33 IUP 540/KEP/327/2009 990 NIKEL 28/12/2009 28/12/2029
SUKSES MINING I TENGAH PRODUKSI

PT. HARUM HALMAHERA OPERASI


34 IUP 540/KEP/254/2012 511 NIKEL 28/05/2012 28/12/2030
SUKSES MINING II TENGAH PRODUKSI

HALMAHERA 214.2/KPTS/MU/ OPERASI


35 PT. KARYA SIAGA IUP 137 NIKEL 15/03/2016 15/03/2036
TENGAH 2016 PRODUKSI

PT. LOPOLY HALMAHERA 540/KEP/336.a/ OPERASI


36 IUP 47 NIKEL 17/10/2013 17/10/2033
MINING CDX TENGAH 2013 PRODUKSI

PT. MINERAL HALMAHERA OPERASI


37 IUP 77/KPTS/MU/2018 196 NIKEL 01/02/2018 01/02/2033
TROBOS TENGAH PRODUKSI

PT. Weda Bay Nikel HALMAHERA


38 IUPK NIKEL
(WBN) TENGAH

PT. TEKINDO HALMAHERA OPERASI


39 IUP 540/KEP/238/2012 946 NIKEL 30/05/2012 21/12/2029
ENERGI I TENGAH PRODUKSI

PT. TEKINDO HALMAHERA OPERASI


40 IUP 540/KEP/239/2012 1.000 NIKEL 30/05/2012 21/12/2029
ENERGI II TENGAH PRODUKSI

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 9


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. ZHONG HAI


IUP HALMAHERA 91/1/IUP/PMA/ OPERASI
41 NIKEL MINING 118 NIKEL 20/12/2018 21/12/2029
PMA TENGAH 2018 PRODUKSI
INDONESIA

PT. ZHONG HAI


RARE METAL IUP HALMAHERA 25/1/IUP/PMA/ OPERASI
42 688 NIKEL 04/06/2018 21/12/2029
MINING PMA TENGAH 2018 PRODUKSI
INDONESIA

HALMAHERA
PT. HALMAHERA TENGAH, 380.1/KPTS/MU/ OPERASI
43 IUP 7.726 NIKEL 20/11/2016 15/12/2030
SUKSES MINERAL HALMAHERA 2016 PRODUKSI
TIMUR

HALMAHERA
PT. MEGA HALTIM TENGAH, 380.2/KPTS/MU/ OPERASI
44 IUP 13.510 NIKEL 09/11/2016 09/11/2030
MINERAL HALMAHERA 2016 PRODUKSI
TIMUR

HALMAHERA
PT. WANA
TENGAH, 299/KPTS/MU/ OPERASI
45 KENCANA IUP 24.700 NIKEL 09/05/2016 15/12/2030
HALMAHERA 2016 PRODUKSI
MINERAL
TIMUR

PT. ADHITA NIKEL HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


46 IUP 2.000 NIKEL 10/03/2011 10/03/2031
INDONESIA TIMUR 40.a/2011 PRODUKSI

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 10


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. ALAM RAYA HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


47 IUP 924 NIKEL 29/10/2009 29/10/2027
ABADI TIMUR 07/2010 PRODUKSI

HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


48 PT. ALNGIT RAYA IUP 137 NIKEL 02/08/2012 23/01/2032
TIMUR 105B/2012 PRODUKSI

PT. ANEKA HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


49 IUP 39.040 NIKEL 27/10/2011 27/10/2040
TAMBANG TIMUR 170/2011 PRODUKSI

PT. HALTIM HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


50 IUP 123 NIKEL 19/10/2011 18/08/2031
MINING TIMUR 166/2011 PRODUKSI

PT. INDO BUMI HALMAHERA 188.45/152- OPERASI


51 IUP 2.117 NIKEL 07/12/2009 07/12/2029
NICKEL TIMUR 540/2009 PRODUKSI

PT. JAYA ABADI HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


52 IUP 1.826 NIKEL 10/09/2012 10/09/2032
SEMESTA TIMUR 121.A/2012 PRODUKSI

PT. KARYACIPTA HALMAHERA 188.45/540- OPERASI BAUKSIT


53 IUP 9.458 08/07/2013 08/07/2033
SUKSES LESTARI TIMUR 107/2013 PRODUKSI DMP

PT. KURUN CERAH HALMAHERA 188.45/540- OPERASI


54 IUP 4.733 NIKEL 11/04/2012 11/04/2032
CIPTA TIMUR 32/2012 PRODUKSI

PT. MAKMUR JAYA HALMAHERA 188.45/140- OPERASI


55 IUP 394 NIKEL 29/10/2009 29/10/2029
LESTARI TIMUR 545/2009 PRODUKSI

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 11


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

IUP HALMAHERA 61/1/IUP/PMA/ OPERASI


56 PT. POSITION 4.017 NIKEL 12/12/2017 12/12/2037
PMA TIMUR 2017 PRODUKSI

PT. PRIVEN HALMAHERA 502/2/DPMPTSP/V OPERASI


57 IUP 4.953 NIKEL 17/07/2018 17/07/2038
LESTARI TIMUR II/2018 PRODUKSI

PT. SAMBAKI
HALMAHERA 188.45/153- OPERASI
58 TAMBANG IUP 4.480 NIKEL 07/12/2009 07/12/2029
TIMUR 540/2009 PRODUKSI
SENTOSA

PT. WANA
HALMAHERA 502/4/DPMPTSP/V OPERASI
59 HALMAHERA IUP 3.986 NIKEL 30/08/2018 30/08/2038
TIMUR III/2018 PRODUKSI
BARAT PERMAI

PT. NUSA
HALMAHERA 14.032.64. OPERASI
60 HALMAHERA IUPK B.143/Pres/3/1997 EMAS 1/10/1999 1/10/2029
UTARA ha PRODUKSI
MINERALS

KSU BERINGIN HALMAHERA OPERASI


61 IUP 540/76/HU/2010 150 EMAS 31/03/2010 31/03/2030
JAYA UTARA PRODUKSI

HALMAHERA 298/KPTS/MU/ OPERASI


62 PT. DEWI RINJANI IUP 901 MANGAN 09/05/2016 01/05/2036
UTARA 2016 PRODUKSI

PT. HALMAHERA HALMAHERA 198.5/KPTS/MU/ OPERASI


63 IUP UTARA 1.500 EMAS 28/01/2016 28/01/2036
JAYA MINING 2016 PRODUKSI
HALMAHERA

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 12


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
BARAT

PT. KARYA INTAN HALMAHERA OPERASI


64 IUP 540/68/HU/2012 2.237 PASIR BESI 28/03/2012 28/03/2032
MAKSIMA UTARA PRODUKSI

PT. MINERAL ELOK HALMAHERA OPERASI


65 IUP 540/145/HU/2010 835 MANGAN 11-Agt-2010 11-Agt-2030
SEJAHTERA UTARA PRODUKSI

PT. PUTRA HALMAHERA OPERASI


66 IUP 540/216/HU/2011 1.891 MANGAN 14/11/2011 13/11/2026
PANGESTU UTARA PRODUKSI

PT. SUMBER ARDI HALMAHERA OPERASI


67 IUP 540/186/HU/2011 1.544 PASIR BESI 30/09/2011 30/09/2026
SWARNA UTARA PRODUKSI

PT. TERRAREX HALMAHERA 501/1/DPMPTSP/I OPERASI


68 IUP 6.100 EMAS 18/04/2018 18/04/2038
LUMINS JAYA UTARA V/2018 PRODUKSI

PT. WIRABUDI HALMAHERA OPERASI


69 IUP 540/187/HU/2011 1.872 PASIR BESI 03/10/2011 03/10/2036
PUTRA PERKASA UTARA PRODUKSI

PT. ANEKA KEPULAUAN 502/7/DPMPTSP/I OPERASI


70 IUP 22.935 BIJIH BESI 03/04/2018 25/11/2030
MINERAL UTAMA SULA V/2018 PRODUKSI

PT. BINTANI
KEPULAUAN 502/30/DPMPTSP/ OPERASI
71 MEGAH TATA IUP 728 BIJIH BESI 25/04/2018 26/10/2034
SULA IV/2018 PRODUKSI
BERSAMA

72 PT. BINTARA IUP KEPULAUAN 502/29/DPMPTSP/ 2.491 OPERASI BIJIH BESI 25/04/2018 26/10/2034

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 13


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
SURYA NUSA JAYA SULA IV/2018 PRODUKSI

PT. INDOMINERAL
KEPULAUAN 502/22/DPMPTSP/ OPERASI
73 UTAMA IUP 20.391 BIJIH BESI 25/04/2018 29/10/2034
SULA IV/2018 PRODUKSI
SEJAHTERA

PT. INDOTAMA
KEPULAUAN 502/2/DPMPTSP/II OPERASI
74 MINERAL IUP 24.441 BIJIH BESI 20/02/2018 20/10/2034
SULA /2018 PRODUKSI
INDONESIA

PT. WIRABAHANA KEPULAUAN 502/19/DPMPTSP/ OPERASI


75 IUP 4.464 BIJIH BESI 10/04/2018 26/10/2034
KILAU MANDIRI SULA IV/2018 PRODUKSI

PT. WIRABAHANA
KEPULAUAN 502/18/DPMPTSP/ OPERASI
76 PERKASA IUP 445 BIJIH BESI 10/04/2018 08/12/2030
SULA IV/2018 PRODUKSI
ANUGRAH

PT. WIRABAHANA KEPULAUAN 502/12/DPMPTSP/ OPERASI


77 IUP 155 BIJIH BESI 10/04/2018 24/11/2030
PERKASA INDAH SULA IV/2018 PRODUKSI

PT. WIRABAHANA KEPULAUAN 502/21/DPMPTSP/ OPERASI


78 IUP 7.453 BIJIH BESI 25/04/2018 27/10/2034
PERKASA SULA IV/2018 PRODUKSI

PT. WIRABAHANA
KEPULAUAN 502/14/DPMPTSP/ OPERASI
79 PERKASA IUP 1.406 BIJIH BESI 10/04/2018 08/12/2030
SULA IV/2018 PRODUKSI
BERSAMA

80 PT. SHANA TOVA IUP KOTA 216/KPTS/MU/ 8.879 OPERASI EMAS 18/03/2016 18/03/2036

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 14


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
ANUGERAH TIDORE 2016 PRODUKSI
KEPULAUAN

PT. INTIM JAYA PULAU OPERASI


81 IUP 540/69/PM/2010 186 PASIR BESI 23/08/2010 23/08/2025
KARYA I MOROTAI PRODUKSI

PT. INTIM JAYA PULAU OPERASI


82 IUP 540/85/PM/2010 123 PASIR BESI 27/10/2010 27/10/2025
KARYA II MOROTAI PRODUKSI

PT. KARUNIA ARTA PULAU 502/2/DPMPTSP/I/ OPERASI


83 IUP 2.300 PASIR BESI 03/01/2019 03/01/2039
KAMILIN MOROTAI 2019 PRODUKSI

PT. ADIDAYA IUP PULAU 49/1/IUP/PMA/ OPERASI


84 22.333 BIJIH BESI 22/09/2018 16/11/2029
TANGGUH PMA TALIABU 2017 PRODUKSI

PT. ANDALAN PULAU 502/10/DPMPTSP/ OPERASI


85 IUP 11.803 BIJIH BESI 03/04/2018 22/11/2030
TERANG TALIABU IV/2018 PRODUKSI

PT. ANDALAN
PULAU 502/20/DPMPTSP/ OPERASI
86 TERANG BERSAMA IUP 12.514 BIJIH BESI 10/04/2018 15/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
SEJAHTERA

PT. BINTANI
PULAU 502/31/DPMPTSP/ OPERASI
87 KARYA BUMI IUP 1.131 BIJIH BESI 25/04/2018 03/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
PERSADA

PT. BINTANI PULAU 502/17/DPMPTSP/ OPERASI


88 IUP 9.862 BIJIH BESI 10/04/2018 01/09/2034
MEGAH KARYA TALIABU IV/2018 PRODUKSI

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 15


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
PERSADA

PT. BINTANI PULAU 502/5/DPMPTSP/II OPERASI


89 IUP 15.378 BIJIH BESI 20/02/2018 30/11/2029
MEGAHINDAH TALIABU /2018 PRODUKSI

PT. BINTARA PULAU 502/1/DPMPTSP/II OPERASI


90 IUP 18.285 BIJIH BESI 20/02/2018 04/09/2034
HARDASURYA TALIABU /2018 PRODUKSI

PT. BUMI PULAU 502/8/DPMPTSP/I OPERASI


91 IUP 12.227 BIJIH BESI 03/04/2018 19/11/2030
SAKAKARYA TALIABU V/2018 PRODUKSI

PT. BUMI
PULAU 502/15/DPMPTSP/ OPERASI
92 SAKAKARYA NUSA IUP 3.219 BIJIH BESI 10/04/2018 10/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
PRATAMA

PT. BUMI
PULAU 502/28/DPMPTSP/ OPERASI
93 SAKAKARYA IUP 265 BIJIH BESI 25/04/2018 10/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
SUKSES MAKMUR

PT. INDOMEGA
PULAU 502/27/DPMPTSP/ OPERASI
94 CAHAYA BUMI IUP 4.680 BIJIH BESI 25/04/2018 28/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
PERSADA

PT. INDOMEGA
PULAU 502/26/DPMPTSP/ OPERASI
95 DARMA INDAH IUP 1.416 BIJIH BESI 25/04/2018 28/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
SAKTI

96 PT. INDOMEGA IUP PULAU 502/3/DPMPTSP/II 12.851 OPERASI BIJIH BESI 20/02/2018 18/11/2030

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 16


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)
DIRGASAKTI TALIABU /2018 PRODUKSI

PT. PATRIA SEKAR PULAU 502/11/DPMPTSP/ OPERASI


97 IUP 8.908 BIJIH BESI 10/04/2018 18/09/2034
LAKSANA MULIA TALIABU IV/2018 PRODUKSI

PT. PATRIA PULAU 502/4/DPMPTSP/II OPERASI


98 IUP 14.585 BIJIH BESI 20/02/2018 17/09/2034
SEKARJAYA TALIABU /2018 PRODUKSI

PT.
PULAU 502/13/DPMPTSP/ OPERASI
99 SAPTAWIRASTA IUP 20.057 BIJIH BESI 10/04/2018 19/11/2030
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
MANDIRI

PT. TALIABU
PULAU 502/25/DPMPTSP/ OPERASI
100 MINERALINDO IUP 1.884 BIJIH BESI 25/04/2018 22/11/2030
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
JAYA SAKTI

PT. TALIABU
PULAU 502/9/DPMPTSP/I OPERASI
101 MINERALINDO IUP 18.302 BIJIH BESI 03/04/2018 11/09/2034
TALIABU V/2018 PRODUKSI
SEJAHTERA

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 17


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

JENIS LUAS
NAMA TAHAPAN TGL TGL
NO. KABUPATEN NOMOR SK WILAYAH KOMODITAS
PERUSAHAAN IZIN KEGIATAN MULAI BERAKHIR
(HA)

PT. TALIABU
PULAU 502/16/DPMPTSP/ OPERASI
102 MINERALINDO IUP 958 BIJIH BESI 10/04/2018 14/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
TATA PERSADA

PT. WIRABAHANA
PULAU 502/23/DPMPTSP/ OPERASI
103 PERKASA IUP 4.933 BIJIH BESI 25/04/2018 21/09/2034
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
MAKMUR

PT. WIRABAHANA
PULAU 502/24/DPMPTSP/ OPERASI
104 PERKASA IUP 4.002 BIJIH BESI 25/04/2018 24/11/2030
TALIABU IV/2018 PRODUKSI
SEJAHTERA

PULAU 502/6/DPMPTSP/I OPERASI


105 PT. ZOUK IUP 22.722 BIJIH BESI 03/04/2018 22/09/2034
TALIABU V/2018 PRODUKSI

Sumber: Sumber: Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara, November 2019

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 18


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Besarnya luasan kawasan tambang dan banyaknya IUP di


provinsi Maluku Utara tidak hanya menuntut pentingnya
penatakelolaan aktivitas bagi pelaku usaha pertambangan. Kondisi
masyarakat dan respons terhadap aktivitas pelaku usaha
pertambangan harus menjadi bagian penting dalam pengelolaan
pertambangan di daerah ini. Di sektor pertambangan nikel, misalnya,
para pelaku usaha pertambangan yang sedang beroperasi seringkali
berhadapan dengan resistensi masyarakat di sekitar tambang. Hasil
penelitian Alauddin dkk (2014-2015) menunjukkan beberapa
penyebab munculnya resistensi masyarakat, di antaranya meliputi
jumlah ganti rugi lahan yang dianggap masyarakat tidak sesuai,
tumpang tindih kepemilikan lahan, sengketa batas antara dua wilayah,
dan adanya pihak ketiga yang memanfaatkan situasi 2.
Sengketa lahan akibat usaha pertambangan yang melibatkan
masyarakat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha disebabkan antara
lain regulasi yang kurang berpihak kepada masyarakat. contoh kasus
misalnya, lemahnya perlindungan hukum kepada masyarakat pemilik
lahan yang lahannya masuk ke dalam konsesi pertambangan nikel.
Ganti rugi yang diberikan oleh pelaku usaha pertambangan hanya
ganti rugi lahan saja, namun tidak untuk tanamannya atau sebaliknya.
Oleh karenanya, diperlukan suatu mekanisme atau model yang
mampu mengakomodir atau mengelola sengketa yang dapat diterima
oleh semua pihak.
Kehadiran perusahaan tambang seharusnya memberikan
manfaat dan dampak positif bagi masyarakat sekitar berupa
peningkatan kesejahteraan dalam aspek ekonomi. Pada aspek
lainnya, yakni pendidikan, sosial budaya, kesehatan, dan lingkungan
seharusnya mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas dengan

2
Alauddin dkk. 2014. Model Penyelesaian Sengketa Lahan Akibat Usaha Pertambangan
Nikel di Provinsi Maluku Utara. Laporan Penelitian Hibah MP3EI Ristekdikti.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 19


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

hadirnya perusahaan tambang di suatu wilayah. Dengan melihat


tingginya sumber daya alam, khususnya tambang mineral dan
batubara di Maluku Utara, dan dinamika hubungan antara masyarakat
sekitar tambang dengan pelaku usaha pertambangan (perusahaan)
dan pemerintah, maka keberadaan regulasi yang mengatur relasi
tersebut menjadi penting. Dengan demikian, hubungan sinergis dan
terpadu antara masyarakat, perusahaan, dan pemerintah harus
dikembangkan secara bersama dalam mewujudkan agenda
pembangunan.
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat (PPM) pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara, selanjutnya disebut Cetak Biru PPM, merupakan salah satu
upaya pemerintah dalam mencapai kondisi harmonis bagi para
pemangku kepentingan terkait pengelolaan tambang mineral dan
batubara. Cetak Biru PPM merupakan dokumen yang berisi
perencanaan strategis pembangunan terpadu yang memuat arah
kebijakan PPM di wilayah provinsi. PPM adalah upaya mendorong
peningkatan perekonomian, pendidikan, sosial budaya, kesehatan,
dan lingkungan masyarakat sekitar tambang, baik secara individual
maupun kolektif, agar tingkat kehidupan mereka menjadi lebih baik
dan mandiri.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Cetak Biru PPM dimaksudkan sebagai dokumen yang berisi
perencanaan strategis pembangunan terpadu yang memuat arah
kebijakan PPM di wilayah provinsi Maluku Utara. PPM merupakan
upaya mendorong peningkatan perekonomian, pendidikan, sosial
budaya, kesehatan, dan lingkungan masyarakat sekitar tambang, baik
secara individual maupun kolektif, agar tingkat kehidupan mereka
menjadi lebih baik dan mandiri. Dengan demikian, Cetak Biru PPM

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 20


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

menjadi pedoman pokok bagi pelaku usaha pertambangan mineral


dan batubara di provinsi Maluku Utara dalam menyusun Rencana
Induk PPM di setiap perusahaan pertambangan.
Cetak Biru PPM disusun dan ditetapkan dengan tujuan sebagai
berikut.
1. Terumuskannya visi, misi, arah kebijakan, sasaran, strategi, dan
program PPM sekitar tambang.
2. Memberikan gambaran tentang kondisi faktual provinsi Maluku
Utara saat ini mengenai Indeks Pembangunan Manusia,
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan kehidupan, kelembagaan
komunitas, dan infrastruktur masyarakat sekitar tambang.
3. Menjadi pedoman bagi badan usaha pertambangan dalam
Penyusunan Rencana Induk PPM guna mewujudkan tujuan
pemerintah provinsi Maluku Utara melalui program-program
PPM dalam hal-hal peningkatan Indeks Pembangunan Manusia,
pembangunan ekonomi, pengembangan sosial budaya dan
lingkungan kehidupan, pengembangan kelembagaan komunitas,
dan pembangunan infrastruktur masyarakat sekitar tambang.
4. Tersusunnya perencanaan strategis pembangunan terpadu yang
mencakup arah kebijakan PPM di provinsi Maluku Utara secara
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif,
terukur, berkeadilan, berwawasan lingkungan, serta sesuai
dengan norma dan budaya (kearifan lokal).

1.3. DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pasal 33 Ayat 2-3).
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang.
3. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Pasal 74 Ayat 1-3)

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 21


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

4. Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan


Mineral dan Batubara (Pasal 95 d; Pasal 108 Ayat 1-2).
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batubara (Pasal 106, 107, 108, 109)
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah
Pertambangan.
9. Peraturan Pemerintah 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
10. Peraturan Menteri BUMN Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Program
Kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan Usaha
Kecil dan Program Bina Lingkungan.
11. Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral.
12. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 25
Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan
Batubara.
13. Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 tahun 2018 tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
14. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 tahun 2018 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 22


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

1.4. GAMBARAN UMUM PROVINSI


1.4.1. Kondisi Umum Wilayah Geografis dan Administratif
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara 145.801,10 km2, terdiri dari
luas lautan 113.796,53 km2 atau 69,08 persen dan luas daratan
32.004,57 km2 atau 30,92 persen. Sebagaimana Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Maluku Utara Tahun 2013 – 2033, terdapat perubahan luas wilayah
laut dan luas wilayah darat dari penetapan sebelumnya sesuai hasil
pengukuran dengan tingkat keakuratan yang lebih tinggi melalui
persetujuan subtantif Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Provinsi Maluku Utara secara administratif memiliki batas wilayah
sebagai berikut:
• Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera;
• Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku;
• Sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik; dan
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Seram.
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara berdasarkan Kabupaten
Kota dijabarkan dalam tabel berikut ini.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 23


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.3. Luas Wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara

Provinsi, Kabupaten / Luas Wilayah (Km2)


Kota Darat Laut Jumlah
Provinsi Maluku Utara 31.982,50 113.796,53 145.779,03
Kabupaten Halmahera
1.704,20 11.623,42 13.327,62
Barat
Kabupaten Halmahera
2.653,76 6.104,65 8.758,41
Tengah
Kabupaten Kepulauan Sula 3.304,32 6.647,17 9.951,49
Kabupaten Halmahera
8.148,90 31.484,40 39.633,30
Selatan
Kabupaten Halmahera
3.896,90 19.536,02 23.432,92
Utara
Kabupaten Halmahera
6.571,37 7.695,82 14.267,19
Timur
Kabupaten Pulau Morotai 2.476,00 13.170,01 15.646,01
Kabupaten Pulau Taliabu 1.469,98 7.697,29 9.167,27
Kota Ternate 111,39 5.544,55 5.655,94
Kota Tidore Kepulauan 1.645,73 4.293,20 5.938,93
Sumber: Maluku Utara Dalam Angka 2018 dan RPJMD Provinsi Maluku Utara
2014-2019

Provinsi Maluku Utara terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota,


dengan jumlah kecamatan sebanyak 116 dan desa/kelurahan
sebanyak 1.197 yang dirinci seperti pada tabel berikut ini.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 24


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.4. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Utara, Tahun 2018

Jumlah
No. Kabupaten/Kota
Kecamatan Desa/Kelurahan/UPT
1. Halmahera Barat 8 170
2. Halmahera Tengah 10 64
3. Kepulauan Sula 12 78
4. Halmahera Selatan 30 256
5. Halmahera Utara 17 199
6. Halmahera Timur 10 104
7. Pulau Morotai 5 88
8. Pulau Taliabu 8 71
9. Ternate 8 77
10. Tidore Kepulauan 8 90
Provinsi Maluku Utara 116 1.197
Sumber: Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi Oktober 2018

Ditinjau dari posisi astronomis, secara geografis Provinsi


Maluku Utara berada diantara 30 Lintang Utara sampai 30 Lintang
Selatan dan 1240 – 129 0 Bujur Timur. Provinsi Maluku Utara
merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 805 buah pulau besar
dan kecil, sekitar 82 pulau yang dihuni dan 723 pulau yang belum
dihuni sebagaimana terlihat pada tabel berikut.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 25


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.5. Jumlah Pulau Menurut Kabupaten/Kota Provinsi


Maluku Utara

Pulau Pulau Tidak Jumlah


No. Kabupaten/Kota
Berpenghuni Berpenghuni Pulau
1 Tidore Kepulauan 4 7 11
2 Halmahera Utara 8 74 82
3 Kepulauan Sula 7 79 86
4 Halmahera
35 336 371
Selatan
5 Halmahera Barat 2 123 125
6 Halmahera Timur 12 29 41
7 Ternate 5 4 9
8 Halmahera Tengah 2 40 42
9 Pulau Morotai 6 26 32
9 Pulau Bermasalah 0 4 4
10 Pulau Provinsi 1 1 2
Jumlah Total 82 723 805
Sumber: Hasil Rapat Verifikasi ke II, Pembinaan dan Pembakuan Nama Pulau di
Provinsi Maluku Utara, DKP Prov. Maluku Utara Tahun 2012

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 26


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Gambar 1.1.
Peta Wilayah Administratif Provinsi Maluku Utara
(Sumber : RTRW Provinsi Maluku Utara, 2013-2033)

Dalam peta geostrategis, Provinsi Maluku Utara terletak pada


posisi perbatasan negara Indonesia dengan perairan internasional,
yakni terhadap Laut Pasifik (Negara Palau) dan pada perairan yang
relatif tidak jauh dengan perairan negara Filipina. Pada posisi yang
merupakan perbatasan laut yang demikian maka sistem pertahanan
dan keamanan di wilayah ini harus mendapat perhatian serius karena
menjadi gerbang perbatasan internasional. Berbagai risiko
penyusupan atau infiltrasi, illegal fishing, bajak laut dan sebagainya
mengancam Provinsi Maluku Utara karena posisinya yang
berhadapan langsung dengan laut bebas Internasional.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 27


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Di bagian sisi barat wilayah Provinsi Maluku Utara, dilalui ALKI III
(Alur Laut Kepulauan Indonesia III), yang merupakan jalur lintasan
utama pelayaran Internasional dari Pasifik melewati Indonesia.
Dengan adanya ALKI III ini, maka wilayah Provinsi Maluku Utara
khususnya di kawasan perairannya menjadi suatu kawasan lintasan
Internasional yang memerlukan perhatian ditinjau dari segi pertahanan
dan keamanan nasional.
Keberadaan Pangkalan Angkatan Laut (LANAL) di Ternate serta
sebaran sejumlah Pos Angkatan Laut (POSAL) dan fasilitas Angkatan
Udara di Pulau Morotai, telah menempatkan Provinsi Maluku Utara
sebagai kawasan yang secara militer mendapat pengawalan ketat.
Dengan demikian, maka jelas bahwa ditinjau dari segi geopolitik
maupun keberadaan berbagai fasilitas militer, telah menempatkan
Provinsi Maluku Utara sebagai Kawasan Andalan Strategi Pertahanan
dan Keamanan Nasional RI.

Gambar 1.2
Peta Tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI)
(Sumber : Dokumen MP3EI Provinsi Maluku Utara 2012)

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 28


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Salah satu problem pembangunan provinsi Maluku Utara adalah


masih banyak daerah yang belum tersentuh pembangunan. Kawasan
Pedalaman merupakan daerah yang secara geografis letaknya jauh
dari pesisir pantai. Kondisi geografis yang demikian membuat
kawasan pedalaman sangat tertinggal dari kawasan pesisir. Orientasi
pembangunan yang masih mengutamakan wilayah pesisir sebagai
titik sentuh kebijakan menjadikan disparitas antar kawasan pesisir
dan pedalaman semakin besar. Penyebaran kawasan pedalaman di
provinsi Maluku Utara terdapat di beberapa kabupaten dan kota. Di
Kota Tidore Kepulauan wilayah pedalaman berada di kecamatan Oba
selatan. Kabupaten Halmahera Barat daerah pedalaman berada di
kecamatan Sahu, Ibu, Loloda. Di wilayah Kabupaten Halmahera Utara
daerah pedalaman berada di Kecamatan Kao Barat, Galela barat,
galela selatan. Di kabupaten Halmahera Timur, daerah pedalaman
berada di kecamatan Wasilei, Wasilei selatan dan kecamatan Maba.
Kabupaten Pulau Morotai, daerah pedalaman berada di kecamatan
Morotai Selatan. Kawasan pedamalan di wilayah Kabupaten
Halmahera Tengah berada di kecamatan Weda Tengah dan Weda
selatan. Di wilayah Halmahera Selatan, daerah pedalaman berada di
kecamatan Kasiruta Dalam dan Gane Timur. Kepulauan Sula dan
Taliabu, daerah pedalaman berada di kawasan taliabu. Pemerintah
daerah perlu memfokuskan pembangunan dan pengembangan
kawasan agar keterkaitan antar daerah bisa diwujudkan sebagai
kawasan ekonomi yang maju dan adil.
Kawasan terpencil secara geografis merupakan kawasan yang
terletak jauh dari kota dan kurang berhubungan dengan dunia luar.
Untuk dapat digolongkan sebagai daerah terpencil, harus memenuhi
2 (dua) persyaratan yang bersifat kumulatif, yaitu:

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 29


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

1. Daerah itu sulit dijangkau karena kekurangan atau keterbatasan


prasarana dan sarana angkutan umum, baik darat, laut maupun
udara, dan
2. Prasarana dan sarana sosial dan ekonomi tidak tersedia, atau
walaupun tersedia tetapi dalam keadaan yang sangat terbatas,
sehingga untuk menjalankan usahanya para penanam modal
harus menyediakan sendiri prasarana dan sarana sosial dan
ekonomi dimaksud.
Prasarana ekonomi dimaksud adalah pelabuhan, jalan dari
pelabuhan menuju lokasi (access road), jalan lingkungan, penyediaan
air bersih, penyediaan tenaga listrik, dan prasarana lain di bidang
ekonomi yang diperlukan untuk memungkinkan berjalannya suatu
perusahaan. Jika berdasarkan kreteria daerah tertinggal di provinsi
Maluku Utara yang terdiri dari 10 Kabupaten dan Kota terdapat 7
Kabupaten yang dikategorikan sebagai daerah tertinggal. Dengan
demikian kawasan terpencil di Provinsi Maluku Utara berada pada 7
Kabupaten yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Halmahera Utara,
Halmahera Timur, Halmahera Tengah, Kabupaten Kepulauan Morotai,
Taliabu dan Sula.
Dari total desa/kelurahan sebanyak 1.104 sebanyak 73,55
persen atau 812 merupakan desa pesisir, dan sisanya 26,44 persen
merupakan daerah pedalaman/pegunungan/terpencil yang tersebar di
hampir semua kabupaten/kota. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 30


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.6. Jumlah Desa Pesisir Menurut Kabupaten/Kota di


Provinsi Maluku Utara

Kabupaten/Kota Jumlah Desa


Pesisir
Halmahera Barat 66
Halmahera Tengah 37
Kepulauan Sula 116
Halmahera Selatan 239
Halmahera Utara 107
Halmahera Timur 69
Pulau Morotai 60
Kota Ternate 67
Kota Tidore Kepulauan 51
Maluku Utara 812
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Maluku Utara, 2012

1.4.2. Demografis
Penduduk Provinsi Maluku Utara berdasarkan Sensus Penduduk
(SP) Tahun 2010 sebanyak 1.038.087 jiwa dan di tahun 2013
berjumlah 1.114.897 jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki
sebanyak 569.264 jiwa dan penduduk perempuan 545.633 jiwa.
Jumlah penduduk ini bertambah lagi di tahun 2017 menjadi 1.209.342
jiwa, yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 616.858 jiwa dan
penduduk perempuan 592.484 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas
wilayah maka tingkat kepadatan penduduk di tahun 2013 mencapai
34,84 jiwa/km2 dan di tahun 2017 mencapai 37,79 jiwa/km2.
Terdapat 4 (empat) kabupaten/kota yang mempunyai kepadatan
penduduk lebih tinggi dari kepadatan penduduk provinsi di tahun
2017, yaitu Ternate, Halmahera Barat, Tidore Kepulauan dan
Halmahera Utara. Dengan demikian, nampak bahwa penyebaran
penduduk tidak merata dan yang paling menyolok terpusat di Ternate.
Kepadatan dan penyebaran penduduk dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 31


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.7. Jumlah Penduduk Provinsi Maluku Utara


Tahun 2013-2017
Jumlah
No Tahun Laki-Laki Perempuan
Penduduk
1 2017 616,858 592,484 1,209,342
2 2016 605,068 580,844 1,185,912
3 2015 593,197 569,148 1,162,345
4 2014 581,264 557,403 1,138,667
5 2013 569,264 545,633 1,114,897
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014-2017 dan Statistik Provinsi
Maluku Utara Edisi April 2018. BPS Provinsi Maluku Utara.

Tabel 1.8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013
dan 2017

Jumlah Penduduk Luas Kepadatan


Kabupaten/ Daratan Penduduk
No. Kota (km2) (jiwa/km2)
2013 2017 2013 2017
Halmahera
1 106,791 114,502 1,704.20 62.66 67.19
Barat
Halmahera
2 47,079 52,813 2,653.76 17.74 19.90
Tengah
Kepulauan
3 91,406 91,196 1,791.84 51.01 20.90
Sula
Halmahera
4 211,682 227,280 8,148.90 25.98 27.89
Selatan
Halmahera
5 173,117 187,104 3,896.90 44.42 48.01
Utara
Halmahera
6 80,526 90,070 6,571.37 12.25 13.71
Timur
7 Pulau Morotai 57,565 64,001 2,476.00 23.25 25.85
8 Pulau Taliabu 49,510 51,928 3,004.48 16.48 17.28
9 Ternate 202,728 223,111 111.39 1,819.98 2,002.97
Tidore
10 94,493 99,337 1,645.73 57.42 60.36
Kepulauan
Maluku Utara 1,114,897 1,209,342 32,004.57 34.84 37.79
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014&2018. BPS Provinsi Maluku
Utara 2014 & 2017

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 32


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Sementara itu, jumlah penduduk aktual seperti yang dirilis Dinas


Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Maluku
Utara menunjukkan bahwa sejak dua tahun terakhir (tahun 2016-2017)
telah melampaui angka jumlah penduduk yang diproyeksikan BPS,
yakni masing-masing sebesar 1,268,247 jiwa dan 1,293,055 jiwa.

Tabel 1.9. Jumlah Penduduk Aktual Provinsi Maluku Utara


2016-2017

Jumlah Penduduk Laju


Kabupaten/ 2016 2017 Pertum-
No.
Kota L+P L P L+P buhan
Halmahera
1 131,946 68,277 65,176 133,453 0.001
Barat
Halmahera
2 50,011 27,202 25,576 52,778 0.005
Tengah
Halmahera
3 193,621 100,381 95,898 196,279 0.001
Utara
Halmahera
4 246,542 128,038 121,084 249,122 0.001
Selatan
Kepulauan
5 109,489 56,427 54,300 110,727 0.001
Sula
Halmahera
6 90,166 48,712 45,136 93,848 0.004
Timur
Pulau
7 64,688 37,342 34,698 72,040 0.011
Morotai
Pulau
8 55,797 29,460 27,808 57,268 0.003
Taliabu
9 Ternate 214,907 109,678 106,087 215,765 0.000
Tidore
10 111,080 56,811 54,964 111,775 0.001
Kepulauan
Jumlah 1,268,247 662,328 54,964 1,293,055 0.002
Sumber: Dinas Administrasi kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi
Maluku Utara. Tahun 2018

Mengacu pada perbandingan data jumlah penduduk aktual dan


hasil proyeksi, maka dapat dijelaskan bahwa pada Tahun 2017
terdapat hampir semua kabupaten/ kota yang jumlah penduduk

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 33


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

aktualnya telah melampaui angka proyeksi, kecuali Halmahera Tengah


dan Ternate.
Tabel 1.10. Perbandingan Jumlah Penduduk Aktual terhadap Hasil
Proyeksi Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku
Utara, Tahun 2017

Jumlah Penduduk Tahun 2017 (Jiwa)


No. Kabupaten/Kota
Aktual Proyeksi*) Perbandingan
1 Halmahera Barat 133,453 114,502 lebih besar
2 Halmahera Tengah 52,778 52,813 lebih kecil
3 Halmahera Utara 196,279 187,104 lebih besar
4 Halmahera Selatan 249,122 227,280 lebih besar
5 Kepulauan Sula 110,727 91,196 lebih besar
6 Halmahera Timur 93,848 90,070 lebih besar
7 Pulau Morotai 72,040 64,001 lebih besar
8 Pulau Taliabu 57,268 51,928 lebih besar
9 Ternate 215,765 223,111 lebih kecil
10 Tidore Kepulauan 111,775 99,337 lebih besar
Jumlah 1,293,055 1,209,342 lebih besar
Sumber: Dinas Administrasi kependudukan dan Pencatatan Sipil dan *)BPS
Provinsi Maluku Utara. Tahun 2018

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin per kabupaten/kota


di Provinsi Maluku Utara saat ini, menunjukan bahwa jumlah
penduduk pria lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk
wanita. Sex rasio di Provinsi Maluku Utara tahun 2013 adalah 104,33
dan di tahun 2017 sebesar 104,11. Artinya, dari setiap 100 penduduk
perempuan terdapat ±104 penduduk laki-laki pada tahun 2013 dan
dari setiap 100penduduk perempuan terdapat ±104 penduduk laki-
laki pada tahun 2017. Rasio ini mengisyaratkan tidak terjadi
perubahan komposisi sex rasio laki-laki terhadap perempuan secara
signifikan sejak tahun 2013 hingga 2017. Selengkapnya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 34


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.11. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Maluku Utara

Penduduk 2013 Penduduk 2017


Rasio Rasio
Kabupaten/ Kota Laki- Perempuan Jumlah Jenis Laki- Laki Perempuan Jumlah Jenis
Laki Kelamin Kelamin
Halmahera Barat 54,561 52,230 106,791 104.46 58,486 56,016 114,502 104
Halmahera Tengah 24,115 22,964 47,079 105.01 27,032 25,781 52,813 105
Kepulauan Sula 46,286 45,120 91,406 102.58 50,233 48,963 91,196 103
Halmahera Selatan 107,901 103,781 211,682 103.97 115,551 111,729 227,280 103
Halmahera Utara 88,492 84,625 173,117 104.57 95,634 91,470 187,104 105
Halmahera Timur 42,327 38,199 80,526 110.81 47,178 42,892 90,070 110
Pulau Morotai 29,662 27,903 57,565 106.30 32,879 31,122 64,001 106
Pulau Taliabu 25,290 24,220 49,510 104.42 26,489 25,439 51,928 104
Ternate 103,031 99,697 202,728 103.34 113,334 109,777 223,111 103
Tidore Kepulauan 47,599 46,894 94,493 101.50 50,042 49,295 99,337 102
Total 569,264 545,633 1,114,897 104.33 616,858 592,484 1,209,342 104.11
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan Maluku Utara Dalam Angka 2018.
BPS Provinsi Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 35


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Ditinjau dari komposisi penduduk menurut umur, maka sampai


tahun 2013 proporsi besar penduduk di Pro vinsi Maluku Utara masih
didominasi oleh kelompok umur 0–4 tahun dan proporsi ini cenderung
semakin menurun pada kelompok yang lebih tua. Dari komposisi ini
jumlah penduduk laki-laki masih lebih banyak dibanding perempuan.
Komposisi ini memiliki kecenderungan yang sama di tahun 2017,
walaupun dengan sedikit perbedaan dari aspek kuantitatif yang
mengalami kenaikan. Jika ditinjau lebih jauh, sebenarnya penduduk
Provinsi Maluku Utara memiliki potensi yang cukup baik secara
kuantitas untuk menunjang pembangunan wilayah di masa akan
datang. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 1.12. Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Maluku


Utara 2013 dan 2017

Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah


Umur 2013 2017 2013 2017 2013 2017
0–4 69,111 74,889 66,468 72,175 135,579 147,064
5–9 66,102 71,628 63,156 68,581 129,258 140,209
10 – 14 60,469 65,525 57,356 62,281 117,825 127,806
15 – 19 54,852 59,438 51,055 55,439 105,907 114,877
20 – 24 49,443 53,577 47,251 51,308 96,694 104,885
25 – 29 48,273 52,309 47,961 52,079 96,234 104,388
30 – 34 46,415 50,296 46,954 50,986 93,369 101,282
35 – 39 41,673 45,157 40,569 44,052 82,242 89,209
40 – 44 35,122 38,058 32,893 35,717 68,015 73,775
45 – 49 28,129 30,481 26,008 28,241 54,137 58,722
50 – 54 22,636 24,529 21,129 22,943 43,765 47,472
55 – 59 17,910 19,407 16,333 17,735 34,243 37,142
60 – 64 12,522 13,569 11,122 12,077 23,644 25,646
65 – 69 7,694 8,337 7,267 7,891 14,961 16,228
70 – 74 4,616 5,002 4,787 5,198 9,403 10,200
75 + 4,297 4,656 5,324 5,781 9,621 10,437
Jumlah 569,264 616,858 545,633 592,484 1,114,897 1,209,342
Sumber: Provinsi Maluku Utara Dalam Angka 2014 dan Statistik
Provinsi Maluku Utara Edisi April 2018.
BPS Provinsi Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 36


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Penduduk Provinsi Maluku Utara yang berusia 15 Tahun keatas


yang bekerja menurut lapangan usaha, di tahun 2013 masih
didominasi oleh mereka yang bermata pencaharian di sektor
pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Di tahun 2017,
kecenderungan ini mulai berubah, dimana dominasi sektor diambilalih
oleh sektor jasa dengan cakupan sektor industri yang sudah mulai
lebih proporsional berbanding pertanian. Kondisi ini mengisyaratkan
mulai terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor
jasa dan industri di Provinsi Maluku Utara. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.

Tabel 1.13. Penduduk 15 Tahun Keatas menurut Lapangan Kerja


Utama Provinsi Maluku Utara, Tahun 2013 dan 2017

Lapangan Jumlah Penduduk usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja (Jiwa)


Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total Persen (%)
Utama
2013 2017 2013 2017 2013 2017 2013 2017
Pertanian 167,555 138,405 81,874 60,622 249,429 199,027 54,82 40,72
Industri 35,755 62,624 5,850 16,526 41,605 79,150 9,15 16,20
Jasa-jasa 96,893 117,095 67,051 93,443 163,944 210,538 36,03 43,08
Jumlah 300,203 318,124 154,775 170,591 454,978 488,715 100 100
Sumber: Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2014 dan
2017. BPS Provinsi Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 37


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.14. Penduduk 15 Tahun Keatas menurut Lapangan Kerja Utama dan Kabupaten/kota di Provinsi
Maluku Utara, Tahun 2017

Jumlah Penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja (jiwa)


Kabupaten/ Kota Jasa- % % %
Pertanian Industri Total
jasa Pertanian* Industri* Jasa*
Halmahera Barat 21,034 13,829 17,202 52,065 40.40 26.56 33.04
Halmahera Tengah 8,387 5,599 5,930 19,916 42.11 28.11 29.78
Kepulauan Sula 17,788 4,447 14,515 36,750 48.40 12.10 39.50
Halmahera Selatan 55,630 13,013 24,114 92,757 59.97 14.03 26.00
Halmahera Utara 29,239 10,086 30,618 69,943 41.80 14.42 43.78
Halmahera Timur 18,412 10,496 12,298 41,206 44.68 25.47 29.85
Pulau Morotai 13,413 2,199 9,068 24,680 54.35 8.91 36.74
Pulau Taliabu 15,593 1,048 4,981 21,622 72.12 4.85 23.04
Ternate 6,408 13,075 70,755 90,238 7.10 14.49 78.41
Tidore Kepulauan 13,123 5,358 21,057 39,538 33.19 13.55 53.26
Maluku Utara 199,027 79,150 210,538 488,715 40.72 16.20 43.08
Sumber: Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Agustus 2017. BPS Provinsi Maluku Utara dan *) data olahan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 38


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa Kota Ternate, Kota


Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Utara merupakan
pemberi kontribusi terbesar terhadap terjadinya transformasi
struktural dari sektor pertanian ke sektor jasa pada tahun 2017.
Sementara itu, kabupaten/kota lainnya masih cenderung
mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor basis dalam bermata
pencaharian. Adapun Kabupaten Pulau Taliabu adalah yang memiliki
ketergantungan tertinggi terhadap sektor pertanian.

1.4.3. Profil Wilayah Operasi Pertambangan


Industri pertambangan sekalipun memiliki potensi yang besar di
provinsi Maluku Utara, namun sektor ini masih berada di tingkatan
keempat dari sumber mata pencaharian penduduk secara umum.
Bidang pertanian dan perdagangan masih mendominasi lapangan
usaha masyarakat hingga tahun 2018. Lokasi izin pertambangan yang
terdapat di provinsi Maluku Utara terbanyak berada di kabupaten
Taliabu dengan jumlah 22 perusahan, kabupaten Halmahera Tengah
dengan 26 perusahaan, kabupaten Halmahera Selatan dengan 13
perusahaan, kabupaten Halmahera Timur dengan 15 perusahaan,
kabupaten Sula dengan 9 perusahaan, kabupaten Pulau Morotai
dengan 2 perusahaan, kabupaten Halmahera Utara dengan 8
perusahaan, kabupaten Halmahera Barat dengan 3 perusahaan,
sementara kota Tidore dengan satu perusahaan. Tabel berikut
menggambarkan jumlah usaha tambang di provinsi Maluku Utara,
jenis mineral yang ditambang, dan luas wilayah pertambangannya.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 39


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 1.15. Luas Areal Pertambangan dan Jenis Mineral di


Provinsi Maluku Utara

Jumlah Luas Wilayah Jenis


No Kabupaten / Kota
IUP Aktif (Ha) Mineral
Kota Tidore
1 1 8,879 Emas
Kepulauan
Emas, Pasir
Kabupaten Besi,
2 4 10,491,00
Halmahera Barat Tembaga
DMP
Kabupaten
3 24 66,140,70 Nikel
Halmahera Tengah
Emas,
Kabupaten
4 10 17,029,64 Mangan,
Halmahera Utara
Pasir Besi
Nikel,
Kabupaten
5 15 78,187,90 Bauksit
Halmahera Timur
DMP
Nikel,
Emas,
Kabupaten Mangan,
6 17 63,582,78
Halmahera Selatan Pasir Besi,
Tembaga
DMP
Kabupaten Pulau
7 3 2,609,00 Pasir Besi
Morotai
Kabupaten
8 10 84,908,85 Bijih Besi
Kepulauan Sula
Kabupaten Pulau
9 22 222,314,10 Bijih Besi
Taliabu
Sumber: Dinas EDSM Provinsi Maluku Utara, November 2019

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 40


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 9


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

BAB II
CETAK BIRU PPM PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
PROVINSI MALUKU UTARA

2.1. Visi dan Misi PPM Provinsi Maluku Utara


2.1.1. Visi PPM Provinsi Maluku Utara
Visi PPM provinsi Maluku Utara mempertimbangkan keselarasan
visi pembangunan jangka menengah daerah sebagaimana yang
disusun dalam RPJMD Provinsi Maluku Utara Tahun 2019-2024
adalah “MASYARAKAT SEKITAR TAMBANG MALUKU UTARA
SEJAHTERA, CERDAS, MANDIRI, DAN BERKELANJUTAN”. Visi ini
mengandung makna bahwa dengan kehadiran PPM maka masyarakat
di sekitar lingkar tambang akan dapat mencapai taraf kesejahteraan
secara cerdas, mandiri dan berkesinambungan dengan
memperhatikan keberlanjutan lingkungan alam dan harmonisasi sosial
budaya.

2.1.2. Misi PPM Provinsi Maluku Utara


Misi PPM provinsi Maluku Utara sebagai berikut.
1. Membangun perekonomian masyarakat sekitar tambang secara
sistematis dan terarah;
2. Membangun tata kelola ekonomi sosial dan budaya untuk
mencapai kemandirian masyarakat sekitar tambang.
3. Menyiapkan SDM masyarakat sekitar tambang di bidang
pendidikan yang unggul, terampil, mandiri, dan berdaya saing
tinggi agar mampu berkarya dan berpartisipasi dalam proses dan
percepatan pembangunan di berbagai bidang.
4. Mewujudkan masyarakat yang peduli pada keberlanjutan
lingkungan sekitar tambang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 41


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

2.2 Kondisi Saat Ini


2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara
Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel dari indikator
komposit yang terdiri dari variabel kesehatan (angka harapan hidup),
pendidikan (rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah dari SD
hingga perguruan tinggi), serta ekonomi (pendapatan).
Berdasarkan data dari BPS, capaian pembangunan manusia di
provinsi Maluku Utara ini tergolong IPM Sedang. Secara nasional,
IPM provinsi Maluku Utara berada di tingkat ke-27 pada tahun 2016
dan hingga tahun 2018 angkanya masih berada di bawah IPM
Indonesia. Meski demikian, rata-rata IPM menunjukkan peningkatan
sejak tahun 2013 hingga 2018. IPM provinsi Maluku Utara tahun 2013
sebesar 64,78, terus meningkat menjadi 67,20 pada tahun 2018 atau
tumbuh 0,86 persen dibandingkan IPM tahun 2017. Tabel berikut
memperlihatkan perkembangan IPM Maluku Utara dalam
perbandingannya dengan capaian nasional.

Tabel 2.1. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia


Provinsi Maluku Utara dan Indonesia Tahun 2013-
2018

ASPEK
KESEJAHTERAAN 2013 2014 2015 2016 2017 2018
MASYARAKAT
Fokus Kesejahteraan
Sosial
Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)
1 IPM Maluku Utara 64,78 65,18 65,91 66,63 67,20 67,76
2 IPM Indonesia
68,31 68,9 69,55 70,18 70,81 71,39
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Maluku Utara Tahun 2019

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 42


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2018 juga terlihat


dari perubahan status pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota. Pencapaian pembangunan manusia di tingkat
kabupaten/kota cukup bervariasi. IPM pada level kabupaten/kota
berkisar antara 59,03 (Pulau Taliabu) hingga 78,48 (Kota Ternate).
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat, Angka Harapan
Hidup saat lahir berkisar antara 61,32 tahun (Pulau Taliabu) hingga
70,27 tahun (Kota Ternate). Sementara pada dimensi pengetahuan,
Harapan Lama Sekolah berkisar antara 11,87 tahun (Pulau Taliabu)
hingga 15,3 tahun (Kota Ternate), serta Rata-rata Lama Sekolah
berkisar antara 6,89 tahun (Pulau Morotai) hingga 11,25 tahun (Kota
Ternate). Sedangkan, pengeluaran per kapita disesuaikan di tingkat
kabupaten/kota berkisar antara 5,89 juta rupiah per tahun (Pulau
Morotai) hingga 12,99 juta rupiah pertahun (Kota Ternate).
Status kesehatan dalam pencapaian IPM adalah Umur Harapan
Hidup. Angka ini mencerminkan rata-rata tahun hidup yang masih
akan dijalani oleh seseorang sejak lahir. Umur Harapan Hidup tinggi
akan dicapai jika penduduk mempunyai derajat kesehatan yang baik.
Umur Harapan Hidup (UHH) provinsi Maluku Utara, dari tahun 2014
sampai dengan 2018 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Umur Harapan Hidup tahun 2014 sebesar 67,34 tahun dan meningkat
menjadi 67,80 tahun pada tahun 2018. Peningkatan indikator ini
menunjukkan bahwa setiap tahun derajat kesehatan penduduk
provinsi Maluku Utara meningkat. Namun demikian, bila dibandingkan
dengan angka UHH Nasional, UHH Maluku Utara masih di bawah
UHH Nasional yang mencapai 71,20 tahun di tahun 2018.
Selain perkembangan indikator Umur Harapan Hidup, juga perlu
dilihat capaian di tingkat kabupaten/kota di Maluku Utara. Nilai
indikator Umur Harapan Hidup tertinggi berada di kota Ternate
dengan nilai 70,50 tahun sedangkan terendah di kabupaten pulau

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 43


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Taliabu dengan nilai 61,58 tahun. Nilai ini menunjukkan bahwa status
kesehatan penduduk di kota Ternate lebih baik dibandingkan
kabupaten/kota lainnya di provinsi Maluku Utara. Status kota Ternate
sebagai daerah perkotaan dan fasilitas serta akses terhadap
pelayanan kesehatan umumnya lebih baik memberikan derajat
kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainnya di
Maluku Utara.

Tabel 2.2. Perkembangan Dimensi Kesehatan Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-
2018

Kab/Kota Umur Harapan Hidup (Tahun)


2015 2016 2017 2018
Halmahera Barat 65.35 65.45 65.55 65,78
Halmahera Tengah 62.40 62.60 62.80 63,16
Kepulauan Sula 62.39 62.50 62.60 62,83
Halmahera Selatan 65.03 65.11 65.20 65,42
Halmahera Utara 68.77 68.86 68.94 69,15
Halmahera Timur 67.49 67.67 67.85 68,19
Pulau Morotai 65.98 66.13 66.28 66,58
Pulau Taliabu 61.08 61.20 61.32 61,58
Kota Ternate 70.07 70.17 70.27 70,5
Tidore Kepulauan 68.43 68.54 68.64 68,87
MALUKU UTARA 67.44 67.51 67.54 13,56
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Maluku Utara Tahun 2019
Dari sisi pendidikan, rata-rata penduduk Maluku Utara
bersekolah hingga kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Data
BPS menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di provinsi Maluku
Utara sebesar 8,72 tahun. Capaian ini mengindikasikan bahwa secara
rata-rata program Wajib Belajar 9 tahun belum sepenuhnya tercapai
di provinsi ini. Namun demikian, bila dibandingkan dengan capaian
Indonesia secara umum, nilai rata-rata lama sekolah penduduk
Maluku Utara berada di atas capaian nasional yang hanya tercatat
sebesar 8,17 tahun.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 44


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Bila dilihat dari penduduk 15 tahun ke atas menurut ijazah


tertinggi yang dimiliki, pada tahun 2018, jumlah penduduk Maluku
Utara yang tidak punya ijazah mencapai 17,47 persen, yang memiliki
ijazah SD 24,53 persen, SMP 19,53 persen, SMA/SMK 27,39 persen,
sedangkan perguruan tinggi hanya 11,08. persen. Nilai Harapan Lama
Sekolah (HLS) provinsi Maluku Utara tahun 2018 tercatat sebesar
13,62 tahun. Hal ini berarti bahwa penduduk Maluku Utara usia 7
tahun ke atas berpeluang bersekolah hingga lulus SMA.
Melihat pada perbandingan indikator pendidikan antar
kabupaten/kota di provinsi Maluku Utara dapat diketahui bahwa
secara umum, bahwa kota Ternate memiliki kualitas pembangunan di
bidang pendidikan paling baik se-provinsi Maluku Utara. Angka
harapan lama sekolah tertinggi di kota Ternate (15,72 tahun) dan kota
Tidore Kepulauan (13,91), sedangkan harapan lama sekolah terendah
di kabupaten pulau Taliabu (12,14 tahun) dan kabupaten pulau
Morotai (12,41 tahun). Rata-rata lama sekolah yang mencerminkan
rata-rata tingkat pendidikan yang dicapai penduduk di suatu wilayah
pada tahun 2018 tertinggi berada di kota Ternate dengan nilai 11,26
tahun dan kota Tidore Kepulauan dengan nilai 9,63 tahun. Sedangkan
posisi terendah adalah kabupaten pulau Morotai dengan nilai 6,96
tahun yang mencerminkan bahwa secara rata-rata penduduk di
kabupaten pulau Morotai hanya menamatkan jenjang pendidikan
kelas 6 SD. Angka ini menunjukkan bahwa kabupaten pulau Morotai
masih tertinggal dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Maluku
Utara dalam hal jenjang pendidikan yang diselesaikan oleh
penduduknya. Hal ini juga menunjukkan adanya ketidakmerataan
kualitas sumber daya manusia (SDM) dari sisi pendidikan antar-
Kabupaten/Kota di Provinsi Maluku Utara.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 45


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.3. Perkembangan Dimensi Pendidikan Menurut


Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara Tahun 2015-
2018

Harapan Lama Sekolah Rata-rata Lama


Kab/Kota (Tahun) Sekolah (Tahun)
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
Halmahera Barat 12.61 13.05 13.06 13,07 7.77 7.86 7.87 7,88
Halmahera Tengah 12.29 12.70 12.92 12,93 7.85 8.14 8.37 8,65
Kepulauan Sula 11.83 12.23 12.38 12,66 7.95 7.96 8.33 8,57
Halmahera Selatan 11.91 12.31 12.52 12,76 7.15 7.42 7.43 7,62
Halmahera Utara 12.69 13.06 13.06 13,58 8.06 8.35 8.36 8,37
Halmahera Timur 12.09 12.48 12.48 12,73 7.57 7.77 7.89 7,97
Pulau Morotai 11.59 11.92 12.17 12,41 6.84 6.88 6.89 6,96
Pulau Taliabu 11.48 11.73 11.87 12,14 7.41 7.42 7.43 7,44
Kota Ternate 15.05 15.06 15.3 15,72 11.12 11.13 11.25 11,26
Tidore Kepulauan 13.27 13.74 13.9 13,91 8.91 9.11 9.39 9,63
MALUKU UTARA 13.1 13.45 13.56 13,62 8.37 8.52 8.61 8,72
Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Maluku Utara Tahun 2019
Berdasarkan indikator Pengeluaran perKapita Disesuaikan di
provinsi Maluku Utara terlihat bahwa perkembangan indikator ini
sejak tahun 2014 sampai dengan 2018 terus meningkat setiap
tahunnya. Peningkatan ini mencerminkan bahwa tingkat pendapatan
penduduk Provinsi Maluku Utara terus meningkat setiap tahunnya.
Meskipun terus mengalami peningkatan, namun capaian indikator
pengeluaran per kapita disesuaikan Provinsi Maluku Utara pada tahun
2018 yang sebesar 7.980 ribu rupiah masih tertinggal cukup jauh dari
angka Indonesia yang sebesar 11.059 ribu rupiah.
Selain melihat pada perkembangan indikator pengeluaran per
kapita disesuaikan, perlu juga dilihat bagaimana capaian indikator ini
pada di tingkat kabupaten/kota di Maluku Utara. Pada tahun 2018,
nilai indikator ini tertinggi terdapat di Kota Ternate sebesar 13.166
ribu rupiah dan Tidore Kepulauan yang tercatat sebesar 8.232 ribu
rupiah sedangkan yang terendah berada di Kabupaten Pulau Morotai
sebesar 6.294 ribu rupiah dan Pulau Taliabu sebesar 6.455 ribu
rupiah. Melalui tabel di atas, terlihat bahwa tingkat pendapatan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 46


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

penduduk Kabupaten Pulau Taliabu dan Pulau Morotai perlu


perbaikan agar bisa meningkatkan daya beli dan meningkatkan
kesejahteraan. Dilihat dari indikator PDRB per kapita Provinsi Maluku
Utara pada tahun 2018 tercatat sebesar 29,61 juta rupiah. Di tingkat
kabupaten/kota, tercatat bahwa Nilai PDRB Perkapita tertinggi
terdapat di Kota Ternate yang tercatat sebesar 42,58 juta rupiah
sedangkan terendah berada di Kabupaten Halmahera Barat sebesar
17,95 juta rupiah.
Tabel 2.4. Perkembangan dimensi Pengeluaran (Standar Hidup
Layak) menurut Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara
Tahun 2015-2018

Kab/Kota Pengeluaran Per Kapita disesuaikan (Rp. 000)

2015 2016 2017 2018


Halmahera Barat 6889 7076 7266 7 418
Halmahera Tengah 7359 7481 7688 7 885
Kepulauan Sula 6545 6741 6859 7 044
Halmahera Selatan 6791 6894 7026 7 156
Halmahera Utara 6957 7110 7302 7 519
Halmahera Timur 7410 7560 7841 7 969
Pulau Morotai 5809 5888 6167 6 294
Pulau Taliabu 6158 6208 6306 6 455
Kota Ternate 12529 12643 12989 13 166
Tidore Kepulauan 7631 7772 8044 8 232
MALUKU UTARA 7423 7545 7792 7 418
Sumber: Sumber: Indeks Pembangunan Manusia Maluku Utara Tahun 2019

Peningkatan IPM di tingkat Maluku Utara juga tercermin pada


level kabupaten/kota. Selama periode 2015 hingga 2017, seluruh
kabupaten/kota mengalami peningkatan IPM. Pada periode ini,
tercatat tiga kabupaten/kota dengan kemajuan pembangunan
manusia paling cepat, yaitu Pulau Morotai (1,40 persen), Halmahera
Tengah (1,33 persen) dan Halmahera Timur (1,31persen). Sementara
itu, kemajuan pembangunan manusia di Halmahera Barat 0,56
persen, Pulau Taliabu 0,63 persen, serta Halmahera Selatan dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 47


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Halmahera Utara masing-masing 0,76 persen, tercatat paling lambat


selama periode tersebut.
Tabel 2.5. Perkembangan IPM menurut Kabupaten/Kota Provinsi
Maluku Utara dalam 5 tahun terakhir

Kab/Kota IPM
2014 2015 2016 2017 2018
Halmahera Barat 61,49 62.97 63.83 64.19 64,66
Halmahera Tengah 62,06 62.07 63.05 63.89 64,54
Kepulauan Sula 60,18 60.5 61.25 62.04 62,96
Halmahera Selatan 60,34 61.26 62.17 62.64 63,39
Halmahera Utara 64,18 65.14 66.02 66.52 67,30
Halmahera Timur 63,26 63.99 64.92 65.77 66,20
Pulau Morotai 58,34 59.27 59.87 60.71 61,39
Pulau Taliabu 57,31 58.26 58.66 59.03 59,67
Kota Ternate 77,15 77.64 77.8 78.48 79,13
Tidore Kepulauan 66,76 67.45 68.37 69.25 69,89
MALUKU UTARA 64,78 65.91 66.63 67.2 67,76
Sumber: Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi Oktober 2019. BPS Maluku Utara.
2019

2.2.2. Indeks Gini


Gini rasio bermanfaat dalam melihat ketimpangan pendapatan
atau pengeluaran masyarakat. Pada prinsipnya, jika garis pemerataan
membentuk garis lurus, maka bernilai 0 atau disebut pemerataan
sempurna yang menggambarkan pemerataan pendapatan
masyarakat. Namun, jika membentuk garis tidak lurus, maka
dianggap sebagai ketimpangan pemerataan, dengan nilai 1 sebagai
ketimpangan sempurna. Jika angka koefisien mendekati 0, berarti
tingkat pemerataan semakin baik, dan sebaliknya mendekati angka 1
menunjukan ketimpangan pemerataan masyarakat.
Koefisien Gini rasio Provinsi Maluku Utara pada tahun 2014
sebesar 0,324 disumbangkan oleh rata-rata kabupaten/kota, dengan
kesenjangan tertinggi di Halmahera Tengah dan terendah di Tidore
Kepulauan. Tahun 2015 gini rasio provinsi sebesar 0,280 dan naik
sedikit menjadi sebesar 0,286 pada tahun 2017.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 48


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Gini rasio terus mengalami kenaikan hingga pada tahun 2017


dan 2018 masing-masing menjadi sebesar 0,330 dan 0,328 dengan
kesenjangan tertinggi berada di Halmahera Barat dan Halmahera
tengah yang terendah. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.6. Perkembangan Gini Rasio menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Maluku Utara Dalam 5 Tahun Terakhir

Wilayah Rasio Gini


2014 2015 2016 2017 2018
Halmahera Barat 0.249 0.234 0.258 0.238 0,355
Halmahera Tengah 0.339 0.322 0.265 0.291 0,242
Kepulauan Sula 0.295 0.298 0.262 0.257 0,299
Halmahera Selatan 0.303 0.244 0.209 0.265 0,252
Halmahera Utara 0.312 0.291 0.257 0.235 0,334
Halmahera Timur 0.271 0.264 0.266 0.318 0,253
Pulau Morotai 0.288 0.269 0.241 0.288 0,260
Pulau Taliabu - 0.233 0.273 0.243 0,246
Ternate 0.293 0.245 0.270 0.281 0,247
Tidore Kepulauan 0.222 0.205 0.227 0.227 0,308
Maluku Utara 0.324 0.280 0.286 0.330 0,328
Sumber: Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi Oktober 2019

2.2.3. Ekonomi Masyarakat Sekitar Tambang


Pembangunan manusia memerlukan pertumbuhan ekonomi.
Tanpa pertumbuhan ekonomi, pembangunan manusia tidak dapat
berlanjut. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi juga tidak dapat
berlanjut tanpa pembangunan manusia. Kebijakan yang proaktif
diperlukan untuk memperkuat hubungan timbal balik antara
pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan manusia tersebut.
Secara umum, angka PDRB menunjukkan besarnya nilai
produksi bersih yang tercipta dari aktivitas perekonomian di suatu
wilayah. PDRB Provinsi Maluku Utara tahun 2018 sebesar 36,50 triliun
rupiah, sedangkan bila dihitung berdasarkan harga konstan 2010, nilai
PDRB Provinsi Maluku Utara tercatat sebesar 25,05 triliun rupiah.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 49


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Bila dilihat menurut Kabupaten/Kota, nilai tambah terbesar


dihasilkan dari aktivitas ekonomi di Kota Ternate, yaitu mencapai 9,7
triliun rupiah di tahun 2018. Kemudian Halmahera Selatan (6,3 triliun
rupiah) serta Halmahera Utara (5,3 triliun rupiah). Sedangkan PDRB
terkecil di Pulau Taliabu (1,3 triliun rupiah) di tahun 2018.
Perekonomian Provinsi Maluku Utara selama periode tahun 2014-
2018 mampu tumbuh positif walaupun berfluktuatif berkisar antar 5
hingga 7 persen. Perekonomian Maluku Utara mengalami
perlambatan pada tahun 2014 dan 2016 disebabkan oleh
konstraksinya kategori Pertambangan dan Penggalian. Pada tahun
2018 Maluku Utara mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar
7,92 persen dikarenakan percepatan pertumbuhan industri
pengolahan serta pertambangan dan Penggalian.

Tabel 2.7. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga


Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Maluku Utara (Miliar Rupiah) Dalam 5 Tahun
Terakhir
PDRB
Kabupaten/Kota
2014 2015 2016
2017 2018
1 Halmahera 1 477,08 1 634 1 786,2
1 946,3 2 091,3
Tengah
2 Halmahera 1 401,24 1 543 1 769,0 1 931,6 2 194,7
Barat
3 Kepulauan Sula 1 608,75 1 793 1 948,3 2 119,3 2 290,1
4 Halmahera 3 627,88 3 987 4 359,4 5 138,9 6 319,5
Selatan
5 Halmahera 3 727,11 4 098 4 481,2 4 947,5 5 307,6
Utara
6 Halmahera 2 111,73 2 317 2 512,6 2 765,9 3 211,6
Timur
7 Pulau Morotai 967,07 1 081 1 201,9 1 319,1 1 438,6
8 Pulau Taliabu 879,25 970 1 066,1 1 161,6 1 341,6
9 Ternate 6 261,53 7 095 7 877,2 8 688,5 9 711,8
10 Tidore 1 867,95 2 083 2 256,4 2 451,1 2 673,9
Kepulauan
Maluku Utara 24 042,08 26 638 29 150,6 32 272,6 36 497,6
Sumber: Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi Oktober 2019. BPS Maluku Utara. 2019

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 50


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Hal yang sama terjadi pada perekonomian Kabupaten/Kota,


yang menunjukkan bahwa seluruh Kabupaten/Kota mampu tumbuh
positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan
yang mencapai 15,38 persen. Sebaliknya, Kabupaten Halmahera
Utara mencatat laju pertumbuhan terendah sebesar 2,62 persen.
Dilihat dari struktur perekonomian Provinsi Maluku Utara pada tahun
2018, tampak bahwa kategori pertanian masih mendominasi, yaitu
dengan persentase sebesar 22,60 persen, diikuti oleh perdagangan
besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor 17,31 persen dan
kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
wajib sebesar 15,43 persen. Sedangkan lapangan usaha lainnya
memberikan kontribusi di bawah 10 persen.
Sekalipun kondisi perekonomian mengalami pertumbuhan yang
positif, namun di sisi lain terjadi peningkatan angka kemiskinan.
Selama lima tahun terakhir, garis kemiskinan Provinsi Maluku Utara
mengalami kenaikan, baik pada daerah perkotaan maupun
perdesaan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh inflasi yang
menyebabkan kenaikan harga komoditi pembentuk garis kemiskinan
yang meliputi komoditi makanan dan komoditi nonmakanan.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 51


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

450,00
412,27
391,00
400,00 376,55
344,09

Grafik 2.1
Perkembangan Garis Kemiskinan Maluku Utara Selama 5 Tahun Terakhir (Ribu
Rupiah)
(Sumber: Profil Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Tahun 2018)

Garis kemiskinan di Provinsi Maluku Utara pada tahun 2018


sebesar Rp 412.266,- naik sebesar Rp 21.268 atau 5,44 persen
dibandingkan tahun 2017 sebesar Rp 390.998. Kenaikan garis
kemiskinan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan kenaikan garis
kemiskinan pada tahun 2017 lalu sebesar 3,83 persen.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 52


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

600

500

400

300
2016
200
2017
100 2018

Grafik 2.2
Perkembangan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota,
Tahun 2016-2018.

(Sumber: Profil Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Tahun 2018)

Garis kemiskinan Kota Ternate pada tahun 2018 adalah yang


tertinggi yaitu sebesar Rp.537.524. Angka tersebut sekaligus
menggeser Halmahera Timur dari posisi tertinggi yang mana garis
kemiskinan Halmahera Timur pada tahun 2018 sebesar Rp.510.899.
Sementara itu Kabupaten Halmahera Utara pada tahun 2018 memiliki
garis kemiskinan terendah yaitu sebesar Rp.228.092. Perbedaan garis
kemiskinan tersebut disebabkan oleh perbedaan harga komoditi
dalam penghitungan garis kemiskinan di masing- masing
kabupaten/kota, baik komoditi makanan maupun non makanan.
Perkembangan garis kemiskinan menurut kabupaten/kota tersaji
dalam tabel berikut.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 53


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.8. Garis Kemiskinan di Provinsi Maluku Utara Menurut


Kabupaten/Kota,Tahun 2016-2018 (Dalam Rupiah)

Kabupaten/Kota 2016 2017 2018


Halmahera Barat 293.118 302.921 316.381
Halmahera Tengah 397.379 410.708 429.805
Kepulauan Sula 315.133 320.854 337.543
Halmahera Selatan 266.155 273.849 290.627
Halmahera Utara 208.832 215.837 228.092
Halmahera Timur 494.245 509.725 510.899
Pulau Morotai 229.343 236.532 249.242
PulauTaliabu 331.968 342.401 360.955
Ternate 489.810 514.396 537.524
Tidore Kepulauan 368.796 387.307 404.721
Sumber: Profil Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Tahun 2018

Data statististik juga memperlihatkan bahwa dalam tiga tahun


terakhir wilayah yang memiliki persentase tertinggi angka kemiskinan
pada tahun 2018 adalah Kabupaten Halmahera Timur sebesar 15, 02
persen dan Kabupaten Halmahera Tengah sebesar 13, 95 persen.
Dari sektor usaha pertambangan, kedua daerah ini masing-masing
memiliki kawasan eksploitasi dengan luasan 31.144,90 Ha di
Kabupaten Halmahera Timur dan luasan 18.362,70 Ha di Kabupaten
Halmahera Tengah.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 54


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.9. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Maluku Utara


Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016 – 2018

Kabupaten/Kota 2016 2017 2018


Halmahera Timur 15,48 15,25 15,02
Halmahera Tengah 14,03 14,15 13,94
Halmahera Barat 8,77 8,74 8,74
Kepulauan Sula 8,63 8,59 8,89
PulauTaliabu 7,29 7,17 7,35
Pulau Morotai 7,08 7,07 7,16
Halmahera Utara 4,19 4,22 4,51
Halmahera Selatan 4,11 4,1 4,8
Tidore Kepulauan 4,96 5,45 5,95
Ternate 2,67 2,73 3
Sumber: Profil Kemiskinan Provinsi Maluku Utara Tahun 2018

Realitas ini dapat diartikan bahwa keberadaan usaha


pertambangan belum memberikan kontribusi yang positif terhadap
petumbuhan ekonomi masyarakat di sekitar tambang. Data ini
kemudian menjadi rujukan pemerintah daerah untuk memberikan
perhatian, terutama pada upaya peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat sekitar tambang.
2.2.4. Sosial Budaya dan Lingkungan Kehidupan Masyarakat
Sekitar Tambang
Kondisi sosial budaya masyarakat di sekitar tambang dalam
wilayah Provinsi Maluku Utara bersifat multikultur. Dengan
keberadaan 34 kelompok etnis, masyarakat di Maluku Utara secara
umum telah lama memahami dan menjalin hubungan antaretnik
selama bertahun-tahun. Berbagai kelompok etnik tersebut tetap hidup
dan berkembang sesuai tradisi dan budaya masing-masing. Ekspresi
budaya ini dapat dijumpai dalam semua unsur kebudayaannya di
kehidupan sehari-hari masyarakat.
Sebagai kelompok etnik, masyarakat di sekitar tambang telah
memiliki pengetahuan tentang norma, nilai dan kepercayaan yang

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 55


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

berkaitan dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitar.


Dikenali setidaknya terdapat berbagai bentuk kearifan lokal yang
berkaitan dengan pengaturan pengelolaan lahan seperti sistem sasi
hutan, laut, flora dan fauna pada kelompok etnik Tobelo dan
sekitarnya. Dalam kelompok etnik Mange di Kabupaten Taliabu
misalnya, terdapat tradisi yati peta yaitu pembagian lahan tanam
untuk masyarakat lokal dan pendatang. Masih kuatnya sistem
kepercayaan pada beberapa lokasi yang dianggap keramat oleh
masyarakat tempatan juga menjadi potensi kearifan lokal yang
bertujuan pada pelestarian lingkungan alam dan pengaturan
eksploitasi alam secara lokal. Sebagaimana dalam kepercayaan orang
Togutil yang umumnya mendiami hutan disebut sebagai o gomanga
mangahongana. Sementara itu, dalam hubungan di lingkungan sosial
masyarakat Maluku Utara mengenal adat istiadat berupa dolabololo
yakni norma dan nilai budaya yang terepresentasi melalui petuah-
petuah, cerita-cerita rakyat yang mengandung nilai penguatan
identitas, karakter sosial dan peningkatan solidaritas sosial.
Hubungan sosial seperti ini pada hakikatnya adalah potensi
sosial yang dapat dimanfaatkan untuk membangun keharmonisan
masyarakat. Namun, perlu dipahami bahwa tambang merupakan
sumber daya ekonomi yang bersifat terbatas. Karena keterbatasannya
inilah sehingga tambang dan efek yang ditimbulkannya, yakni
pendapatan ekonomi, menjadikannya lahan rebutan yang memerlukan
berbagai strategi untuk pemerolehannya.
Meski beragam dalam jumlah etnik, namun setiap kabupaten di
Provinsi Maluku Utara setidaknya dihuni oleh satu hingga tiga
kelompok etnik dominan. Kelompok dominan ini juga umumnya
mendiami satu wilayah teritorial yakni satu pulau atau kecamatan.
Contohnya, wilayah Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri atas
berpuluh-puluh pulau, dihuni oleh setidaknya sepuluh kelompok etnik.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 56


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Namun terdapat kelompok dominan yang mendiami setiap pulau. Di


Pulau Obi, di mana usaha pertambangan untuk wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan melakukan eksploitasi, ditempati oleh dua
kelompok dominan yakni etnik Buton dan etnik Bugis. Persentase
tertinggi keragaman etnik di wilayah kabupaten ini berada di pulau
utama yakni Pulau Bacan.
Situasi yang sama juga terjadi di wilayah administrasi Kabupaten
Halmahera Tengah. Di wilayah ini, di mana usaha pertambangan
dalam Provinsi Maluku Utara paling banyak dilakukan, didiami oleh
dua etnik besar yakni Sawai dan Patani. Adanya kelompok-kelompok
etnik dominan dalam wilayah pertambangan juga menjadi perhatian
utama pemerintah daerah dalam merancang blueprint. Kemungkinan
kemunculan masalah sosial yang dapat ditimbulkan dari hubungan-
hubungan dominan-marginal akan diantisipasi melalui penguatan
karakter masyarakat berbasis nilai-nilai budaya yang mendukung
pada terciptanya harmonisasi sosial dalam masyarakat sekitar
tambang.
Isu pekerja asing dan pendatang juga menjadi perhatian utama
pemerintah daerah dengan memberikan rekomendasi pada program
prioritas penguatan sumber daya manusia. Keahlian dan keterampilan
adalah dua hal penting yang harus dimiliki oleh masyarakat tempatan
untuk dapat bersaing dengan kompetitor dari luar yang secara sosial
budaya berbeda dengan mereka.
Berdasarkan data BPS, rata-rata Harapan Lama Sekolah dan
Lama Waktu Sekolah antar-kabupaten di Provinsi Maluku Utara
memiliki persentase yang tidak terlalu jauh satu dengan lainnya.
Hanya Kota Ternate yang memiliki persentase tertinggi. Hal ini
disebabkan sarana pendidikan terbanyak berada di Pulau Ternate
sehingga lulusan sekolah di kabupaten harus melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi di Kota Ternate. Kawasan pertambangan umumnya

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 57


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

berada di wilayah pedalaman yang jauh dari akses pendidikan umum


yang dibangun oleh pemerintah. Jenjang pendidikan tertinggi yang
tersedia juga hanya di tingkat menengah atas. Hal ini menjadi sebuah
permasalahan utama dan target dari penyusunan blue print PPM
Maluku Utara yakni mewujudkan masyarakat lingkar tambang yang
CERDAS.
Untuk menghubungkan kesenjangan persentase pendidikan
antara kabupaten dengan Kota Ternate, maka strategi yang patut
dilakukan adalah mencanangkan program-program kerjasama antara
pemerintah daerah kabupaten, perusahaan, dan perguruan tinggi
yakni dalam bentuk pemberian beasiswa dan pelatihan keterampilan
bagi lulusan sekolah yang tidak lagi melanjutkan pendidikan ke
jenjang lebih tinggi di masing-masing wilayah pertambangan.
Selain hubungan multikultur dan masalah pendidikan, kondisi
lingkungan di sekitar pertambangan perlu mendapatkan perhatian
serius. Di beberapa wilayah pertambangan di Provinsi Maluku Utara,
tata kelola lingkungan masih belum maksimal dilakukan. Pengelolaan
lingkungan hidup masih dilakukan secara sendiri-sendiri baik itu oleh
pemerintah daerah, perusahaan, maupun masyarakat. Lingkungan
juga masih diperlakukan sebagai aset yang harus dijaga tanpa bisa
diganggu gugat. Padahal lingkungan hidup dapat terjaga sembari
masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi. Contoh kasus
misalnya, di kawasan bukit kapur Sagea, pelestarian Gua Maruru
sebagai geopark dapat dilakukan bersamaan dengan pengembangan
pariwisata, di mana industri pariwisata telah kenali sebagai industri
ramah lingkungan dan berkelanjutan. Melalui visi PPM, perhatian
utama pada keberlanjutan lingkungan hidup sembari tetap
berkonstribusi positif terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat di daerah tambang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 58


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

2.2.5. Kelembagaan Komunitas Masyarakat Sekitar Tambang


Setiap wilayah pasti memiliki kelembagaan masyarakat, baik
berupa lembaga khusus yang menangani masalah pertambangan
maupun yang dimanfaatkan untuk kepentingan kemasyarakatan
secara umum. Demikian pula dengan masyarakat sekitar tambang di
Provinsi Maluku Utara. Lembaga-lembaga yang ada antara lain
lembaga pemberdayaan di berbagai tingkat pemerintahan, lembaga
adat yang terhimpun dalam Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN), lembaga komunitas pemerhati lingkungan seperti: WALHI,
Jaringan Tambang (JATAM), Komunitas Forest Tobelo, Lembaga
Mitra Lingkungan (LML) Maluku Utara, dan semacamnya. Melalui
lembaga tersebut, masyarakat merembukkan, merencanakan, dan
melakukan berbagai kegiatan untuk mendukung kehidupan harian
mereka dan lingkungan di mana mereka tinggal.
Saat ini, kelembagaan secara formal di tingkat desa dikelola oleh
pemerintahan desa melalui berbagai lembaga yang ada. Di setiap
desa terdapat lembaga BPD sebagai perwakilan warga desa dalam
mempertimbangkan setiap program kegiatan. Badan Usaha Milik
Desa (BUMDES) juga menjadi organisasi penting dalam tata kelola
pemerintahan desa saat ini. Melalui lembaga ini, dana desa dapat
dimaksimalisasi untuk pencapaian keuntungan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan warga. Kehadiran lembaga-lembaga formal
tersebut setidaknya dapat dimanfaatkan dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat di sekitar tambang demi terwujudnya
kemandirian ekonomi warga.
Secara formal, perusahaan yang sedang dan akan melakukan
eksploitasi di sebuah wilayah telah mendapatkan wadah untuk
melaksanakan program CSR mereka. Desa pada dasarnya telah
menyediakan sarana tersebut melalui lembaga desa seperti BPD dan
BUMDES. Hanya saja tata kelola dan hubungan antarlembaga desa

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 59


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

dengan pihak perusahaan masih belum berjalan dengan efektif.


Kehadiran Cetak Biru PPM Maluku Utara ini diharapkan menjadi
panduan untuk mengarahkan dan mensistematisasi hubungan-
hubungan antara lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat di
sekitar tambang, baik itu lembaga formal maupun lembaga yang
dibentuk oleh komunitas. Berikut data jumlah BUMDES yang
terhimpun dalam direktori Kemendes hingga tahun 2019.
Tabel 2.10. Jumlah Bumdes di Provinsi Maluku Utara Hingga
Tahun 2019

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Halmahera Barat Ibu Utara Pasalulu Harapan Baru
Jailolo Acango Acango Mandiri
Tuada Maku Ise
Jailolo
Sidangoli Gam Sidangoli Gam
Selatan
Mari
Toniku
Membangun
Loloda Tuguis Marimoi
Sahu Jara Kore Talaga Rano
Sahu Timur Air Panas Sumber Arum
Gamomeng Sinar Kasih
Golago Kusuma Sri Rejeki
Loce Marimoi Loce
Halmahera
Patani Baka Jaya Baka Mandiri
Tengah
Cahaya
Kipai
Sejahtera
Wailegi Amijato
Yondeliu Yon Bersatu
Patani Barat Banemo Fadodara
Bobane Indah Maju Bersama
Bobane Jaya Bobane Jaya
Mareala Usaha Baru
Sibenpope Siben Mandiri
Palo Maju
Patani Timur Palo
Bersama
Patani Utara Bilifitu Falgali

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 60


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Gemia Fagawene
Pantura
Pantura Jaya
Mandiri
Tepeleo Maju Bersama
Pulau Gebe Elfanun Elfanun
Kacepi Kacepi
Umiyal Umiyal
Yang Satu Hati
Weda Fidy Jaya Tanjung Jaya
Nurweda Nurweda
Wedana Wedraya
Were Were Mandiri
Weda Selatan Air Salobar Salobar Jaya
Kluting Jaya Kluting Jaya
Sumber Sari Mawar Merah
Wairoro Indah Wairoro Indah
Weda Tengah Lililef Sawai Lagae Cekel
Woekob
Woekob
Bersatu
Weda Timur Dotte Dotte
Kotalo Mtumya
Messa Jefetu
Yeke Bukit Uni-Uni
Weda Utara Fritu Anugerah
Gemaf Sumber Kasih
Kiya Falgali
Sagea Sagea Mandiri
Waleh Samdi Mandiri
Halmahera Timur Kota Maba Maba Sangaji Sangaji Mandiri
Soa Laipoh Laipoh Mandiri
Wasile
Bina Gara Mekar Harum
Selatan
Wasile Karang Taruna
Wasile
Bokimaake Bokimaake
Tengah
Papodoy
Wasile Timur Tutuling Jaya
Mandiri
Woka Jaya Tunas Jaya
Halmahera Utara Galela Barataku Soarindu
Mamuya Mamuya Jaya

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 61


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Pune Salbar Sejati
Simau Rajawali Maju
Soa-Sio Soasio
Towara Towara
Toweka Toweka
Galela Barat Dokulamo Jikorano
Duma Duma
Gotalamo Tarakani Jaya
Kira Kira
Ngidiho Masidailako
Samuda Samuda
Soatobaru Sotabaru
Galela Utara Beringin Jaya Ake Malaha
Jere Tua Jere Tua
Salimuli Sejahtera Mulia
Saluta Pugu Jaya
Tutumaloleo Lapi Jaya
Kao Biang Hartun
Goruang Ino Mari'o
Jati Jati
Kao Kao
Kukumutuk Usaha Baru
Kusu Kusu
Kusu Lofra Kusu Lovra
Patang Patang
Popon Hadiai
Soa Sangaji Soasangaji
Dim-Dim Dim-Dim
Sumber Agung Sido Mulyo
Waringin Lamo Mukti Kembang
Waringin Lelewi Gowarl
Kao Barat Beringin Agung Tunas Harapan
Bailengit Bailengit
Gaga Apok Gaga Apok
Kai Kai
Leleseng Leleseng
Makarti Makarti
Margomolyo Margomulyo
Momoda Momoda

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 62


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Ngoali Ngoali
Parseba Parseba
Pitago Pitago
Sangaji Jaya Sangaji Jaya
Soa Hukum Soahukum
Soa Maetek Soamaetek
Takimo Takimo
Toboulamo Toboulamo
Tolabit Tolabit
Toliwang Marimoi
Torawat Torawat
Tuguis Tuguis
Wonosari Wonosari
Barumadehe
Kao Teluk Barumadehe
Bisa Mandiri
Tobanoma Maka Malonga
Kao Utara Doro Doro
Wateto Wateto
Loloda Utara Apule Nanga Loloa
Asimiro Akeraha
Doitia Wo Marimoi
Dorume Womakiriwo
Galao Usaha Baru
Usaha
Gisik
Bersama
Igo Mandiri Jaya
Kailupa Sidadi
Kapa Kapa Homakomoteke
Momojiu Buano Jaya
Ngajam Sigaro Maloa
Womateke
Pacao
Komoteke
Podol Tomariwo
Posi- Posi Bisoa
Supu Posidiahi
Tate Wosidiki
Teru-Teru Matahari
Wori Moi Silo Kolano
Malifut Sosol/Malifut Sosol

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 63


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Balisosang Balisosang
Bukit Tinggi Tuanane
Gayok Gayok
Mailoa Mailoa
Malapa Malapa
Matsa Matsa
Ngofa Gita Ngofagita
Peleri Sehati
Sabaleh Sabale
Usaha
Samsuma
Bersama
Soma Harapan Bakti
Tabobo Tabobo
Mari
Tagono
Membangun
Tahane Usaha Baru
Terpadu Mari Moy
Wangeotek Tunas Harapan
Bumdes Desa
Tobelo Gamsungi
Gamsungi
Bumdes Desa
Gosoma
Gosoma
Bumdes Desa
Kumo
Kumo
Bumdes Desa
Mkcm
Mkcm
Bumdes Desa
Wari
Wari
Tobelo Barat Kusuri Mawar Melati
Sukamaju Horimoi
Tobelo
Efi Efi Efi-Efi
Selatan
Gamhoku Leleani Maoa
Kupa-Kupa Kupa-Kupa
Selatan (Halehe) Selatan
Leleoto Leleoto
Lemah Ino Misericondia
Paca Paca
Pale Pale
Talaga Paca Talaga Paca

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 64


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Tioua Tioua
Tobe Tobe
Tobelo
Kali Upa Kali Upa
Tengah
Lina Ino Lina Ino
Pitu Pitu
Upa Upa
Wko Wiwo
Tobelo Timur Meti Meti
Todokuiha Sehati
Yaro Agape
Tobelo Utara Gorua Selatan Porigaho
Luari Tonamalangi
Popilo Pomario
Ruko Ruko
Tolonuo
Tolonua Selatan
Selatan
Tolonuo Tolonuo
Pulau Morotai Morotai Jaya Cendana Cendana
Hapo Hapo
Pangeo Pangeo Mandiri
Podimor
Pasifik Indah
Padange
Sopi Majiko Berkat Majiko
Titigogoli Pasir Putih
Towara Batu Ruang
Morotai
Daeo Daeo
Selatan
Daeo Majiko Pasifik Bahari
Darame Darame
Daruba Darpan Jaya
Galo-Galo Tola Ngalo
Joubela Poporoco
Porimoi
Juanga
Sejahtera
Koloray Koloray Majang
Morodadi Bina Harapan
Bubu Tumi
Nakamura
Jaya
Pandanga Hiningamoi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 65


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Pilowo Dudubo Jaya
Sabatai Baru Sabatai Baru
Sabatai Tua Mandiri
Totodoku Mano Maaru
Wawama Wamarimoi
Yayasan Mandiri
Morotai
Bobula Angrek
Selatan Barat
Aru Burung Aru Burung
Aru Irian Cengrawasih
Cio Gerong Cio Gerong
Cio Maloleo Porimoi
Cucumare Padaidi
Lou Madoro Tanjung Garam
Ngele-Ngele
Intan Jaya
Besar
Ngele-Ngele
Hidup Pasifik
Kecil
Posi-Posi Cipta Karya
Raja Raja
Tiley Pantai Suka Maju
Restu Pertiwi
Tutuhu
Moro Daloha
Usbar Pantai Usbar Teluk
Waringin Waringin
Wayabula Angrek
Morotai Timur Buho-Buho Buho Mandiri
Gamlamo Gamkarya
Gosoma Maluku Terobos
Lifao Lembah Lifao
Mira Makumote
Rahmat Usaha Mandiri
Sangowo Barat Seki Madhoku
Wewemo Maju Bersama
Morotai Utara Bere-Bere Tabailenge
Bido Ake Moro
Goa Hira Hira Bira
Gorua Maloha
Gorua Selatan Citra Usaha
Kenari Nihamara

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 66


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Korago Sininga Moi
Loleo Jaya Loleo Jaya
Lusuo Ria Jaya
Sakita Misi Socano
Tawakali Peduli
Yao Bijaksana
Kota Tidore
Oba Bale Karya Tani
Kepulauan
Gita Usaha Baru
Damai
Koli
Sejahtera
Kosa Modetapsa
Kusuma
Kususinopa
Mandiri
Pesona
Sigela Yef
Halmahera
Talagamori Talaga Rimoi
Usaha
Talasi
Sejahtera
Todopa Makaeling
Toseho
Toseho
Marasai
Tului Malingkak Oik
Woda Loa Sebanari
Oba Tengah Akeguraci Akeguraci
Akesai Akesai
Aketobatu Aketobatu
Aketobololo Aketobololo
Siokona Siokona
Tadupi Tadupi
Tauno Tauno
Togeme Togeme
Yehu Yehu
Oba Utara Ake Kolano Karya Bersama
Ampera Borero
Balbar Berkah
Bukit Durian Soadaloha
Galala Satu Hati
Garojou Garo Majang
Gosale Poma Riwo

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 67


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

KABUPATEN/ NAMA
KECAMATAN DESA
KOTA BUMDES
Kaiyasa Akemafu
Oba Oba
Somahode Garaki
Tidore
Mare Gam Ahu Majoma
Selatan
Mare Kofo Mare Lestari
Tidore Utara Maitara Ampera Raya
Maitara Selatan Sari Maloa
Maitara Tengah Ngusulenge
Maitara Utara Garomoi
Sumber: http://datin.kemendesa.go.id/

2.2.6. Infrastruktur Sekitar Tambang


Ketersediaan infrastruktur merupakan salah satu faktor
pendorong produktivitas daerah lingkar tambang. Pembangunan
ekonomi membutuhkan dukungan sarana transportasi dan
ketersediaan jaringan listrik yang memadai. Sistem transportasi
antarpulau di wilayah Maluku Utara khususnya wilayah lingkar
tambang yang mendukung posisi Maluku Utara dengan kondisi relatif
terisolir. Sarana dan prasarana aksessibilitas yang tersedia yakni
transportasi laut dan penyeberangan masih terbatas. Padahal
terdapat 78,09 persen wilayah desa di Maluku Utara terletak di
daerah tepi laut dengan tingkat penggunaan transportasi air hanya
sebesar 11, 29 persen. Sementara untuk interkoneksi transportasi
darat dan secara keseluruhan wilayah Maluku Utara dilayani oleh
jaringan jalan sepanjang 5.348 km termasuk daerah lingkar tambang.
Jika dilihat dari sisi kuantitas sebenarnya ketersediaan jaringan jalan
di Maluku Utara untuk mendukung transportasi darat belum cukup
memadai yang mana memenuhi akses ke sejumlah desa di tepi hutan
sebesar 47,91 persen yang mana tingkat penggunanya sebesar 65,30
persen dari seluruh warga pedesaan.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 68


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Secara kualitas, kondisi jalan di Maluku Utara relatif baik,


ditunjukkan dari panjang jalan yang sudah beraspal di provinsi ini.
Permukaan jalan beraspal di Maluku Utara sudah mencapai di atas 50
persen pada tahun 2018, menunjukkan daya dukung jalan untuk
pergerakan barang relatif baik. Meski demikian, masih terdapat 11,57
persen daerah perdesaan yang dapat menggunakan sarana
transportasi darat namun memiliki kondisi jalan yang tidak dapat
dilalui kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau lebih sepanjang
tahun. Kondisi jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh
perjalanan dan pembengkakan biaya distribusi barang antar-wilayah,
yang pada gilirannya menghambat perekonomian daerah. Dengan
adanya perbedaan kapasitas fiskal antar-wilayah, hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi upaya peningkatan integrasi jaringan jalan.
Infrastruktur lain yang mendorong produktivitas daerah adalah
jaringan listrik. Berdasarkan buku statistik Perusahaan Listrik Negara
(PLN), konsumsi listrik di Maluku Utara termasuk rendah sebesar
327,2 kWh dan kurang dari rata-rata tingkat konsumsi listrik nasional
sebesar 1.064 kWh. Untuk mengukur defisiensi terhadap infrastruktur
kelistrikan digunakan cara yang sama, yaitu dengan melihat korelasi
antara pendapatan perkapita dan konsumsi listrik perkapita.
Peningkatan kapasitas/suplai listrik wilayah kepulauan dengan
memanfaatkan sumber energi alternatif. Berdasarkan persentase,
jumlah keluarga yang telah menggunakan jaringan listrik sebesar
75,65 persen, sementara sisanya masih belum mendapat dukungan
infrastruktur kelistrikan. Penerangan jalan di desa-desa masih berada
dibawah 50 persen hingga tahun 2018 yakni sebesar 40,05 persen.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 69


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.11. Persentase Penggunaan Infrastruktur di Wilayah


Pedesaan Maluku Utara

Penggunaan Infrastruktur Persentase

Persentase desa/kelurahan/UPT yang terletak di tepi laut 78,09

Persentase desa/kelurahan/UPT yang terletak di sekitar 47,91


hutan

Persentase desa/kelurahan/UPT yang telah ada keluarga 75,67


pengguna listrik yang disalurkan oleh PLN

Persentase desa/kelurahan/UPT yang belum memiliki 40,05


penerangan di jalan utama

Persentase desa/kelurahan/UPT yang menggunakan


11,29
sarana transportasi air

Persentase desa/kelurahan/UPT yang menggunakan


65,30
sarana transportasi darat

Persentase desa/kelurahan/UPT yang dapat menggunakan


sarana transportasi darat namun memiliki kondisi jalan
11,97
yang tidak dapat dilalui kendaraan bermotor roda 4
(empat) atau lebih sepanjang tahun
Sumber: Statistik Provinsi Maluku Utara Edisi Oktober 2019

Pendidikan berperan penting dalam investasi masa depan


pembangunan daerah. Salah satu tujuan pendidikan selain
meningkatkan kualitas manusia, juga sebagai bagian dalam memutus
rantai kemiskinan. Di bidang pendidikan, infrastruktur yang tersedia
dalam Provinsi Maluku Utara masih belum memadai sebagaimana
yang terdata oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Hingga tahun 2018, persentase ruang kelas yang sudah baik di
Maluku Utara masih sangat sedikit. Pada jenjang SD hanya sebesar
20,51 persen, SMP 24,58 persen, SMA 30,88 persen dan SMK
sebesar 42,42 persen. Hal tersebut menandakan terdapat sekitar 60-

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 70


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

80 persen ruang kelas yang kondisinya mengalami rusak ringan


maupun rusak berat.
Adapun jumlah sekolah tingkat dasar dan menengah pertama
dalam wilayah administrasi Maluku Utara terendah berada di
Kabupaten Halmahera Tengah. Sedangkan jumlah sekolah tingkat
menegah atas terendah berada di Kabupaten Pulau Taliabu. Sebaran
jumlah sekolah per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.12. Distribusi Jumlah Sekolah Berdasarkan Kabupaten di
Maluku Utara Hingga Tahun 2018

Jumlah Sekolah dan Sederajat


Kabupaten/Kota
TK SD SMP SMA PT
Halmahera Barat 5 183 74 39 1
Halmahera Tengah 1 69 34 24 2
Kepulauan Sula 9 113 69 35 1
Halmahera Selatan 11 315 148 86 2
Halmahera Utara 11 228 78 60 5
Halmahera Timur 4 102 44 25 0
Pulau Morotai 6 96 42 26 1
Pulau Taliabu 1 91 37 19 0
Ternate 9 121 38 34 8
Tidore Kepulauan 5 113 49 36 2
Jumlah 62 1.433 613 384 22
Sumber: Maluku Utara dalam Angka Tahun 2018

Di bidang kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan terbanyak yang


tersedia di Provinsi Maluku Utara sejak tahun 2014 hingga tahun 2018
masih dikategorikan Posyandu dan Polindes. Hal ini mengindikasikan
bahwa infrastruktur untuk pelayanan di bidang kesehatan masih
rendah dengan jumlah Rumah Sakit secara keseluruhan hanya
sebanyak 21 unit untuk melayani sejumlah 1.209.342 jiwa. Tabel

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 71


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

berikut memperlihatkan jumlah infrastruktur di bidang kesehatan dan


distribusinya per kabupaten/kota di Provinsi Maluku Utara hingga
tahun 2017.

Tabel 2.13. Jumlah Infrastruktur di Bidang Kesehatan di Provinsi


Maluku Utara dari Tahun 2014-2017

Infrastruktur 2014 2015 2016 2017


Rumah Sakit 21 17 21 21
Rumah Sakit Bersalin 1 0 0 0
Puskesmas 131 132 134 141
Posyandu 1.391 1.514 1.545 1.495
Klinik/Balai Kesehatan 3 3 3 3
Polindes 272 449 419 285
Jumlah 1.819 2.115 2.122 1.945
Sumber: Maluku Utara dalam Angka Tahun 2018

Tabel 2.14. Distribusi Jumlah Infrastruktur di Bidang Kesehatan


Berdasarkan Kabupaten/Kota Hingga Tahun 2017

Rumah Klinik/
Kabupaten/ Rumah
Sakit Puskesmas Posyandu Balai Polindes
Kota Sakit
Bersalin Kesehatan
Halmahera
1 0 14 205 0 44
Barat
Halmahera
1 0 11 63 0 3
Tengah
Kepulauan
1 0 17 89 0 12
Sula
Halmahera
3 0 32 267 0 130
Selatan
Halmahera
2 0 19 287 0 40
Utara
Halmahera
1 0 16 99 0 17
Timur
Pulau
2 0 7 92 0 0
Morotai
Pulau
1 0 8 78 0 8
Taliabu
Ternate 6 0 11 176 3 15
Tidore
3 0 10 139 0 26
Kepulauan
Jumlah 21 0 145 1.495 3 295
Sumber: Maluku Utara dalam Angka Tahun 2018

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 72


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

2.3. CETAK BIRU PPM PROVINSI MALUKU UTARA

2.3.1. Filosofi Perencanaan PPM

Merujuk pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 tahun 2018


tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat (PPM) sebagai turunan dari Peraturan Menteri ESDM Nomor
25 Tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan
Batubara (Minerba), maka perusahaan pertambangan minerba
pemegang IUP selain wajib melaksanakan PPM sepanjang beroperasi
(dari tahapan eksplorasi hingga pascatambang). Selain itu, perusahaan
pertambangan juga diwajibkan membuat Rencana Induk (Masterplan )
PPM yang telah dikonsultasikan dengan seluruh stakeholder kunci di
wilayah operasionalnya serta mendapatkan persetujuan dari Menteri
ESDM atau Gubernur. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial perusahaan yang
harus memberikan kontribusi dalam meningkatkan taraf hidup
masyarakat terutama komunitas lokal di sekitar wilayah operasi dan
membantu terciptanya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan. Program ini juga merupakan salah satu upaya yang
diarahkan untuk mencapai kondisi dan kualitas kehidupan sosial
ekonomi yang lebih baik, meliputi community relation (hubungan
masyarakat), community services (pelayanan kepada masyarakat),
community empowerment (pemberdayaan masyarakat) dan community
development (pengembangan masyarakat). Program pemberdayaan
yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan bukanlah mengambilalih
tanggung jawab pemerintah dalam pembangunan, pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat (PPM), melainkan lebih memperkuat strategi
kebijakan pembangunan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Di Indonesia, pencapaian aspek sosial dalam praktik pertambangan
berkelanjutan relatif tertinggal jika dibandingkan aspek teknis, ekonomi,
dan lingkungan. Meski ada regulasi yang mewajibkan perusahaan
tambang membuat Rencana Penutupan Tambang (RPT), namun, isi RPT

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 73


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

tersebut sangatlah kental dengan aspek teknis dan lingkungan belaka.


Dengan kata lain, RPT tidak memberikan porsi yang mencukupi
terhadap pembahasan aspek pengelolaan sosial. Demikian pula halnya
dengan indikator yang sudah lama dikembangkan untuk menilai secara
lingkungan apakah perusahaan tambang itu sudah boleh dinyatakan
selesai kewajibannya. Akan tetapi, belum ada indikator yang sama untuk
menilai pencapaian aspek pengelolaan sosial. Sehubungan dengan itu,
dibutuhkan regulasi yang dapat menjadi pedoman perusahaan tambang
dalam menjalankan PPM di sekitar lokasi tambang di mana perusahaan
beroperasi.
Diterbitkannya keputusan Menteri ESDM Nomor 1824 Tahun 2018
tentang Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Kegiatan
Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, menjadi dasar perlunya
disusun dokumen cetak biru ( Blue Print) sebagai pedoman bagi badan
usaha pertambangan mineral dan batubara dalam penyusunan Rencana
Induk PPM. Di sisi lain, regulasi yang sama juga mewajibkan
pemerintah provinsi yang di daerahnya terdapat pertambangan minerba
untuk menyusun Cetak Biru (Blue Print) PPM sebagai acuan sekaligus
memberikan petunjuk bagi perusahaan-perusahaan pertambangan
minerba yang beroperasi di wilayahnya dalam menyusun Rencana Induk
PPM. Regulasi yang tertuang dalam dokumen cetak biru tersebut
seyogyanya dapat menjadi salah satu alternatif untuk menutupi
kekurangan di atas.
Cetak biru PPM akan memunculkan “goal” yang harus dicapai
dalam pelaksanaan PPM seperti halnya dalam dokumen penutupan
tambang. “Goal” PPM tentunya harus sejalan dengan tujuan dari
penutupan tambang agar sinergitas antara lingkungan dan
pemberdayaan manusianya bisa sejalan. Meski pemenuhan regulasi
adalah hal yang teramat penting, tetapi urusan Cetak Biru PPM
sesungguhnya bukanlah sekadar pemenuhan regulasi semata.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 74


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Selain sebagai bukti kepatuhan terhadap regulasi, penyusunan


dokumen Cetak Biru PPM juga menjadi sangat penting untuk
mengkolaborasikan seluruh potensi pembangunan khususnya di provinsi
penghasil tambang minerba, baik potensi yang dimiliki pemerintah
(daerah), perusahaan (private sector) maupun masyarakat. Sejumlah
manfaat yang dapat diperoleh oleh seluruh stakeholder dengan
tersusunnya dokumen Cetak Biru PPM antara lain, seperti ditunjukkan
berikut ini.

1. Pemerintah daerah dapat dengan mudah membuat perusahaan-


perusahaan pertambangan yang beroperasi di daerahnya untuk
melakukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan
benar hingga selesai operasinya, bahkan hingga
pascatambang. Tersusunnya dokumen Cetak Biru PPM setidaknya
memberikan warning kepada perusahaan untuk menuangkan
komitmen pelaksanaan pengembangan masyarakatnya sesuai
dengan arahan pemerintah provinsi.
2. Masyarakat di sekitar lokasi pertambangan minerba akan terus
mendapatkan manfaat dari pelaksanaan program pengembangan
masyarakat sejak tahap eksplorasi, produksi hingga
pascatambang. Hal ini bukan saja menjamin keberlangsungan
penghidupan masyarakat sepanjang masa tambang beroperasi,
melainkan juga setelah perusahaan tambang tidak beroperasi lagi
atau tahap pascatambang. Cetak Biru PPM sebaiknya
memanfaatkan kerangka Pendekatan Penghidupan
Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Approach), yang dapat
mengukur kuantitas dan kualitas modal sumber daya manusia,
sumberdaya ekonomi, sumber daya infrastruktur, sumber daya
sosial dan sumber daya alam, yang dimiliki oleh masyarakat, baik
sebelum adanya intervensi perusahaan melalui pengembangan dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 75


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

pemberdayaan masyarakat maupun di saat perusahaan sudah


mengakhiri tahap operasional atau pascatambang.
3. Pemerintah provinsi dapat menghindari tumpang tindih program
dan proyek pembangunan dan sinergi yang saling menguntungkan
dan menguatkan yang bisa dibangun di antara seluruh pelaku
pembangunan daerah. Cetak Biru PPM ini dapat dimanfaatkan
sebagai acuan dalam upaya mengkoordinasikan, mengintegrasikan,
mensinkronisasikan dan mensinergikan program pembangunan
daerah di tingkat provinsi dengan program pembangunan di tingkat
kabupaten di mana perusahaan-perusahaan tambang minerba
beroperasi, beserta dengan perusahaan tambang dan
masyarakatnya. Oleh karena itu, Cetak Biru PPM tak bisa dibuat
secara unilateral, melainkan harus secara sungguh-sungguh
dibangun bersama para pemangku kepentingan di dalam provinsi
bersangkutan, sehingga benar-benar akan menjadi dokumen yang
diakui kredibilitasnya oleh semua pemangku kepentingan yang
terkait.
4. Keberadaan Cetak Biru PPM dapat memberikan harapan kepada
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Di banyak
daerah pertambangan minerba, konflik masyarakat lokal dengan
perusahaan pertambangan sangatlah menonjol. Cetak Biru PPM
bisa meminimalkan hal tersebut sehingga konflik dalam tatanan
sosial dapat diminimalkan.
5. Pemerintah provinsi dapat memasukkan seluruh kewajiban sosial
dan lingkungan yang berasal dari berbagai regulasi ke dalam Cetak
Biru PPM sehingga perusahaan pertambangan bisa diarahkan
untuk memenuhi seluruh regulasi tersebut, yang pada akhirnya
perusahaan juga bisa memenuhi seluruh kewajibannya terkait
aspek pengelolaan sosial dan lingkungan dengan baik. Hampir
sebagian besar ketidakpatuhan terhadap regulasi berasal dari
ketidaktahuan atas seluruh kewajiban apa saja yang melekat

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 76


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

kepada setiap entitas usaha, sehingga tidak tahu juga bagaimana


cara untuk memenuhi atau melaksanakan kewajiban
tersebut. Cetak Biru PPM provinsi dapat memberikan penjelasan
tentang kewajiban sosial perusahaan pertambangan minerba agar
mereka pada akhirnya menjadi perusahaan yang mempunyai
praktik pengelolaan sosial yang baik (good social management
practices). Akhirnya pemerintah provinsi menjadikan Cetak Biru
PPM sebagai cara yang efektif untuk memberi arah kepada
perusahaan-perusahaan pertambangan minerba untuk
berkontribusi secara maksimal pada pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan ( Sustainable Development
Goals/SDGs), yang dituangkan ke dalam Rencana Aksi Daerah
(RAD), Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi,
juga Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi.

Dengan demikian, selain pemenuhan kewajiban yang dinyatakan di


dalam Peraturan Menteri ESDM dan Keputusan Menteri ESDM,
sesungguhnya pembuatan Rencana Induk PPM merupakan peluang bagi
seluruh provinsi penghasil tambang minerba untuk menguatkan sinergi
pembangunan, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
tambang, serta untuk mencapai target-target SDGs secara lebih
optimal. Oleh karena itu, Cetak Biru PPM sangat perlu untuk segera
dibuat oleh seluruh provinsi yang memiliki potensi tambang.

2.3.2. Isu Strategis

Isu strategis pembangunan Provinsi Maluku Utara tahun 2019-2023


merupakan aspek global dalam penentuan kebijakan umum
pembangunan jangka menengah berdasarkan permasalahan
pembangunan. Berdasarkan analisa dan gambaran permasalahan pada
urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah serta memperhatikan
permasalahan lingkungan strategis internasional (global) maupun
nasional, selanjutnya dilakukan tahapan analisis guna mengidentifikasi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 77


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

isu-isu strategis. Identifikasi dilakukan berkaitan dengan permasalahan


yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian sasaran pembangunan
global maupun nasional, signifikan terhadap pembangunan daerah dan
masyarakat, serta mempertimbangkan janji politik yang hendak
diwujudkan. Berdasarkan hasil dari analisis tersebut, terumuskan 3 (tiga)
isu strategis, seperti diuraikan berikut ini.

Isu Strategis 1: Kualitas pendidikan dan Kesehatan


Bahwa kualitas pendidikan dan kesehatan di Provinsi Maluku Utara
yang tercermin melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ternyata
masih dalam kategori sedang dan bahkan berada dibawah capaian
Nasional. Dalam menghadapi tantangan ke depan perlu memperhatikan
akses pendidikan berkualitas yang menjangkau semua penduduk, serta
mengoptimalkan manajemen Guru, Pendidikan Keguruan, dan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Cakupan akses pendidikan
memperlihatkan bahwa telah terjadi peningkatan partisipasi pendidikan
di Provinsi Maluku Utara yang ditunjukan melalui Harapan dan rata-rata
Lama Sekolah, Cakupan terbaik dapat dilihat pada Angka Partisipasi
Pendidikan (APT) yang terus meningkat, terutama pada jenjang
pendidikan S1/DIV, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM) pada semua jenjang pendidikan, yang cukup signifikan
terutama pada jenjang pendidikan menengah yaitu
SMA/SMK/MA/Sederajat. Namun demikian, masih terdapat siswa putus
sekolah pada semua jenjang pendidikan meskipun dengan cakupan
yang rendah. Akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan belum
merata, yang ditunjukkan dengan rasio Angka Partisipasi Murni (RAPM)
antara perempuan dan laki-laki pada berbagai jenjang pendidikan dan
antarwilayah perkotaan/perdesaan. Sarana prasarana pendidikan yang
belum memadai, serta peningkatan kualitas guru, dosen, dan tenaga
kependidikan yang terus mengalami perbaikan yang ditandai dengan
meningkatnya persentase guru yang sudah tersertifikasi maupun
kualifikasi pendidikan. Upaya penting lainnya yakni terkait pendidikan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 78


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

vokasi yang berbasis karakteristik dan sumber daya lokal dalam upaya
melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja lokal, perluasan
kesejahteraan tenaga pendidik baik negeri maupun swasta dan bantuan
operasional pendidikan perlu dikaji lebih lanjut dalam rangka
peningkatan kualitas mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
juga perlu didorong khusus untuk wilayah-wilayah perbatasan, terluar,
tertinggal dan terisolir (3T).
Sementara itu, pada sektor pembangunan kesehatan upaya untuk
terus melakukan yang terbaik terhadap pelayanan kesehatan guna
mengakomodasi kebutuhan jumlah penduduk yang kian bertambah.
Terkendalanya akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan akan
berimplikasi pada berbagai masalah kesehatan. Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKBa) masih tinggi,
sehingga harus dipastikan setiap persalinan dilakukan di fasilitas
kesehatan. Kasus HIV/AIDS menunjukkan kecenderungan meningkat,
meski prevalensi masih dapat dipertahankan di bawah 0,1 persen dari
total populasi. Prevalensi tuberculosis (TB) meningkat. Masih terdapat
balita gizi buruk, gizi kurang, pendek dan sangat pendek meskipun
dengan cakupan yang terus menurun. Angka Kelahiran Total (Total
Fertility Rate/TFR) masih tinggi. Tenaga kesehatan yang didayagunakan
di fasilitas pelayanan kesehatan belum optimal, distribusi dan kualitas
tenaga kesehatan belum merata. Sarana prasarana kesehatan yang
minim dan terbatas, belum semua desa UCI, serta rendahnya akses
universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi, cakupan
imunisasi hingga penjaminan kesehatan. Penanganan penyakit menular
dan tidak menular, meskipun dengan kemajuan yang signifikan dicapai
dalam upaya mengakhiri epidemi malaria dan DBD, yang terus menurun
hingga 2017, serta upaya yang tidak kalah penting terkait perubahan
perilaku menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Perhatian
lainnya terhadap isu ini di Provinsi Maluku Utara adalah penguatan
kebijakan dan Perundang-Undangan Kesetaraan Gender dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 79


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Pemberdayaan Kaum Perempuan, menghapus segala bentuk kekerasan


terhadap perempuan dan anak, tingginya ASFR/meningkatnya median
usia kawin dan angka kelahiran pertama perempuan, rendahnya
partisipasi penuh dan efektif serta kesempatan yang sama bagi
perempuan untuk memimpin, tergambar dari cakupan keterwakilan
perempuan di DPR/DPRD/DPD serta perempuan yang menduduki
jabatan penting di Pemerintahan, masih terdapat Unmet Need pelayanan
KB, rendahnya Pasangan Usia Subur (PUS) yang ber-KB, serta
rendahnya tingkat keterbukaan pasar kerja bagi perempuan di sektor
nonpertanian, terlihat dari cakupan kontribusi perempuan dalam
pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, maupun menurunnya tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan serta upaya peningkatan
prestasi pemuda dan olahraga dan seni budaya.

Isu Strategis 2: Pembangunan Infrastruktur Kewilayahan


Pembangunan infrastruktur kewilayahan dibutuhkan untuk
mendukung peningkatan akses dan kualitas infrastuktur jalan dan
sumber daya air, peningkatan kapabilitas jasa konstruksi daerah, serta
optimalisasi dan sinkronisasi kebijakan penataan ruang daerah maupun
manajemen pelayanan angkutan laut, sarana dan prasarana lalulintas
serta angkutan jalan dan kepelabuhanan. Di samping itu, untuk
memenuhi penyediaan air minum, air bersih dan sanitasi serta
optimalisasi penyediaan rumah layak huni dan sarana prasarana dan
utilitas perumahan dan kawasan permukiman, percepatan peningkatan
layanan kelistrikan, penguatan riset dan pengembangan, serta dukungan
insentif dalam pemanfaatan energi baru terbarukan. Pembangunan
infrastruktur kewilayahan juga dilakukan untuk mencegah kerusakan dan
peningkatan kualitas lingkungan hidup, baik kualitas air, udara, kualitas
tutupan lahan, maupun antisipasi, mitigasi, rehabilitasi kebencanaan dan
perubahan iklim, serta optimalisasi pengawasan dan penegakan hukum
dalam pengembangan sektor pertambangan, melakukan pembangunan
dan rehabilitasi jaringan irigasi/waduk/embung/situ/ bangunan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 80


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

penampung air lainnya, serta konservasi terhadap kawasan sumber air,


DAS, infrastruktur energi dalam upaya mendukung ketahanan pangan,
air dan energi. Di samping itu, dalam upaya memadukan sarana dan
prasarana (akses) ke daerah tujuan wisata, meningkatkan partisipasi,
kreatifitas, dan inovasi masyarakat dan dunia usaha dalam
mengembangkan ODTW, meningkatkan kerjasama dan sinergi antar
pemangku kepentingan, serta promosi pariwisata pada segmen pasar
nasional maupun pasar Internasional. Pembangunan infrastruktur
kewilayahan dilakukan untuk membangun sarana dan prasarana
Pemerintahan yang belum memadai, melakukan optimalisasi
pemanfaatan teknologi informasi dan penerapan persandian dalam
penyelenggaraan pemerintah daerah, sehingga dapat meningkatkan
pelayanan publik.

Isu Strategis 3: Pembangunan Ekonomi dan Pengelolaan Sumber


Daya Alam
Kinerja perekonomian Provinsi Maluku Utara masih terus
menunjukkan kecenderungan meningkat dalam lima tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 6,36 persen pada tahun 2013
menjadi 7,67 persen pada 2017. Pencapaian tersebut didorong oleh
semakin membaiknya kondisi perekonomian daerah dengan tingkat
inflasi yang relatif rendah, serta PDRB per kapita yang menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya. Namun demikian, pada beberapa indikator
pembangunan ekonomi lainnya, justru memperlihatkan tantangan besar
kedepan, yakni: terjadi penurunan pada tingkat partisipasi angkatan
kerja (TPAK); peningkatan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada
tahun 2017 maupun persentase penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan, serta kesenjangan/angka Koefisien Gini yang
mengindikasikan kesenjangan antarkelompok pendapatan, kesenjangan
antarwilayah, dan kesenjangan kepemilikan aset tanah. Demikian pula
halnya dengan ketahanan pangan daerah yang masih bermasalah,
terindikasi melalui masih adanya penduduk dengan angka kecukupan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 81


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

energi (AKE) di bawah 1.400 kkal/kapita/hari (penduduk sangat rawan


pangan), serta kualitas konsumsi pangan masyarakat yang diukur
dengan skor Pola Pangan Harapan/PPH (Desirable Dietary Pattern )
masih belum ideal. Produktivitas pertanian juga perlu terus ditingkatkan,
pengendalian konversi lahan produktif, stabilitas harga pangan murah,
belum optimalnya pengembangan dan penerapan produksi bersih,
ekolabel, pengembangan dan penerapan efisiensi energi, industri serta
pariwisata ramah lingkungan. Selain itu, belum tertata dengan baiknya
regulasi dan pelayanan investasi yang memberi gairah pada tumbuhnya
iklim usaha, stabilitas keamanan wilayah, dan tata kelola pemerintahan
yang belum memudahkan investasi dan iklim usaha, serta lebih
mengedepankan pemerataan aset dan akses pembangunan, dengan
memastikan bahwa semua kelompok masyarakat bisa terlibat
sepenuhnya dalam proses pembangunan. Sementara itu,
pengembangan kawasan industri serta sentra industri kecil dan
menengah diharapkan dapat mendukung upaya hilirisasi sumber daya
alam untuk mendorong pertumbuhan dan kontribusi PDRB industri
pengolahan yang lebih tinggi. Tentunya, dengan memperhatikan peran
dari industri skala kecil dan menengah (IKM), koperasi dan UMKM, serta
industri kreatif inovatif berbasis sumber daya lokal dan teknologi (Iptek).
Di samping itu, upaya terus dilakukan untuk memerangi Illegal,
Unreported and Unregulated (IUU) fishing karena mempengaruhi jumlah
produksi ikan, serta pengendalian dan penanganan illegal activities
(logging, hunting, encroaching), pencurian plasma nutfah, serta
kebakaran hutan dan lahan, meluasnya kerusakan kawasan hutan
(deforestasi) maupun kawasan konservasi.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 82


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.15. Tujuan, Sasaran dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Maluku
Utara Tahun 2019-2024

Misi Tujuan Sasaran Arah Kebijakan

Meningkatnya derajat kesehatan Peningkatan akses dan kualitas


masyarakat layanan kesehatan

Membangun Mewujudkan Meningkatnya taraf pendidikan dan Peningkatan akses dan kualitas
Sumber Daya manusia yang kesempatan belajar masyarakat layanan pendidikan
Manusia yang sehat, cerdas,
Sehat, Cerdas dan produktif dan Meningkatnya peran pemuda dalam Pemeliharaan ketenteraman dan
Berbudaya berbudaya pembangunan ketertiban

Meningkatnya apresiasi kebudayaan Peningkatan apresiasi


daerah kebudayaan daerah

Menghadirkan Peningkatan akses infrastruktur


Meningkatnya akses infrastruktur
Mengakselerasi infrastruktur dasar dan lingkungan hunian
dasar dan lingkungan hunian layak
Pembangunan untuk layak
Infrastruktur, meningkatkan
Konektivitas dan kualitas hidup
Meningkatnya konektivitas yang
Pengembangan masyarakat dan Peningkatan konektivitas integrasi
mendorong integrasi dan daya saing
Wilayah kemajuan dan daya saing wilayah
wilayah
wilayah,

Membangun Mewujudkan Meningkatnya daya saing Peningkatan daya saing petani /


Perekonomian perekonomian petani/nelayan dan menguatnya nelayan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 83


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Misi Tujuan Sasaran Arah Kebijakan


Daerah yang Inklusif berdaya saing ketahanan pangan masyarakat
dan Berkualitas yang memberikan
dengan Orientasi kesejahteraan
pada Nilai Tambah bagi semua Meningkatnya investasi dan daya
dan Pengelolaan secara saing pengelolaan sumber daya Peningkatan daya saing investasi
Sumber Daya Alam berkelanjutan strategis potensi unggulan yang dan perluasan kesempatan kerja
Berkelanjutan memperluas kesempatan kerja

Meningkatnya pembangunan ekonomi Peningkatan kemandirian


inklusif yang memandirikan mayarakat Ekonomi masyarakat

Meningkatkan daya dukung dan Pemeliharaan Pemeliharaan daya


fungsi lingkungan hidup serta dukung dan fungsi lingkungan
perlindungan ekosistem hidup

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 84


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

2.3.3. Program Prioritas dan Alternatif Kegiatan Cetak Biru PPM


Provinsi Maluku Utara

Dengan mengacu pada panduan penyusunan Cetak Biru PPM


Kementerian ESDM tahun 2017, program pembangunan Provinsi Maluku
Utara yang tertuang dalam Dokumen RPJMD Provinsi Maluku Utara
2019-2024, kondisi eksisting, dan kebutuhan masyarakat di sekitar
tambang, maka program prioritas pengembangan PPM di Provinsi
Maluku Utara memuat aspek-aspek: (1) Pendidikan, (2) Kesehatan, (3)
Daya Beli Masyarakat (Pendapatan riil/pengeluaran perkapita), (4) Daya
saing nelayan/petani, (5) Kemandirian Ekonomi, (6) Sosial dan Budaya,
(7) Pengelolaan lingkungan kehidupan masyarakat sekitar tambang yang
berkelanjutan, (8) Pembentukan kelembagaan komunitas masyarakat
dalam menunjang kemandirian PPM; (9) Pembangunan infrastruktur
penunjang PPM.

2.3.4. Wilayah Implementasi

Wilayah implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM)


sekitar tambang, terkait dengan kegiatan pemberdayaan yang dilakukan
oleh perusahaan pada kawasan tertentu yang merupakan wilayah yang
terdampak kegiatan pertambangan. Dalam implementasi program
pemberdayaan masyarakat sekitar tambang di Provinsi Maluku Utara,
perusahan tambang dan pemerintah daerah memiliki peran penting
untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka mengatasi persoalan
yang terkait dengan 9 (Sembilan) aspek pemberdayaan.
Implementasi program pemberdayaan masyarakat yang
dilaksanakan oleh perusahaan tambang di daerah Provinsi Maluku Utara
diharapkan berdampak pada peningkatan kemandirian dan
kesejahteraan masyarakat sekitar tambang. Hal tersebut merupakan
salah satu indikator keberhasilan program berdasarkan perspektif
pemberdayaan masyarakat, yaitu meningkatkan kemandirian kelompok

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 85


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota


dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya
sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok
lain di dalam masyarakat lingkar tambang.
Program-program yang tertuang dalam Cetak Biru PPM provinsi
Maluku Utara akan diimplementasikan pada wilayah-wilayah yang
terdampak kegiatan pertambangan dengan merujuk pada sebaran
perusahaan tambang pemegang IUP yang meliputi 9 kabupaten, antara
lain Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Utara,
Kabupaten Halmahera barat, Kabupaten Pulaiu Morotai, Kabupaten
Halmahera Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Kepulauan
Sula, Kabupaten Pulau Taliabu dan Kota Tidore Kepulauan.
Keterkaitan yang erat antara industri dengan kehidupan
masyarakat lokal sangat mutlak dilakukan. Dengan demikian, kegiatan
industri dapat beradaptasi dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat
lokal dan aktivitas keseharian yang ada dalam masyarakat.
Masalah lainnya yang cukup sulit dalam wilayah implementasi
adalah batasan luas dari wilayah tersebut. Secara umum dapat
dikatakan bahwa wilayah atau masyarakat adalah masyarakat sekitar
pertambangan atau daerah sekitar pertambangan. Namun, dalam izin
pertambangan khusus atau peraturan perundangan lainnya, tidak diatur
mengenai besaran cakupan wilayah ini. Oleh karena itu, secara
interpretatif orang lalu menganggap bahwa wilayah implementasi adalah
seputar pertambangan. Akan tetapi, dalam praktiknya, yang terpengaruh
oleh pertambangan tersebut menjangkau daerah yang cukup luas atau
memanjang sesuai letak geografisnya.
Selain itu, bisa juga terjadi bahwa wilayah implementasi
mencakup satu wilayah budaya atau suku bangsa. Terkait hal ini,
batasan wilayah implementasi ditetapkan melalui seberapa besar satuan
budaya itu bersentuhan dengan kegiatan pertambangan tersebut.
Sebagai contoh, beberapa suku bangsa di Papua telah mendapat

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 86


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

bantuan dari perusahaan besar yang beroperasi di sana untuk berbagai


kegiatan pengembangan. Demikian juga suku bangsa di Sumatra bagian
timur yang mendapat perhatian dari perusahaan minyak yang beroperasi
di sana.
Dari sudut administrasi pemerintahan, wilayah implementasi akan
lebih nyata terlihat bila didasarkan kepada satuan administratif, seperti
desa, kelurahan atau kecamatan. Oleh karena pengembangan wilayah
bersinergi dengan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, maka
sistem perencanaan dan penganggaran dengan menggunakan dasar
satuan administrasi akan lebih memudahkan.
Ketiga faktor di atas seringkali menyatu secara terpadu, baik
batasan administrasi, geografis, maupun budaya sebagai faktor-faktor
yang berpengaruh dalam menetapkan wilayah atau masyarakat sebagai
subjek pemberdayaan.
Pengembangan masyarakat sekitar tambang tidaklah semata-
mata membagi hasil dengan masyarakat setempat, melainkan juga
merupakan pengakuan terhadap eksistensi dan hak hidupnya sebagai
penduduk yang telah turun-temurun bertempat tinggal di wilayah
tersebut. Selain itu, upaya pengembangan masyarakat tambang penting
dilakukan karena alam sekitar, termasuk sumber daya tambang yang
terdapat di dalamnya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupannya. Sebagai penduduk setempat, msyarakat tambang
memiliki hukum adat dan hak ulayat yang meskipun tidak
dikodifikasikan, tetapi tetap diakui oleh pemerintah dan bangsa
Indonesia, sehingga hak-hak yang muncul dari hukum adat dan hak
ulayat tersebut seperti hak ikut menikmati hasil kekayaan tambang harus
diterima dan diakui sebagai hak asasi yang harus dipenuhi secara nyata.
Dengan kesadaran dan pemahaman demikian, program PPM
semestinya dapat berjalan dengan baik karena masyarakat berperan
serta secara aktif dan antusias. Kondisi yang demikian dan inisiasi
program PPM oleh perusahaan tambang dan dengan didukung oleh

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 87


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

pemerintah daerah secara penuh pada akhirnya mampu menghasilkan


kondisi pertambangan yang aman dan sejahtera ditopang oleh
hubungan yang harmonis dan saling menjaga di antara masyarakat.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 88


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Tabel 2.16. Matriks Program Prioritas dan Alternatif Kegiatan Beserta Indikator yang Mengacu pada Aspek
Pokok PPM

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas

A. Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan Kesehatan Bagi


IPM (Angka Usia Harapan Hidup)
Masyarakat di Sekitar Tambang

A.1 Program Peningkatan Akses Pengembangan keterampilan tenaga A.1.1 Meningkatnya jumlah tenaga
dan Mutu Pelayanan Kesehatan medis dan pelayanan kesehatan kesehatan bersertifikasi

Penambahan Dokter spesialis A.1.2 Rasio dokter spesialis persatuan


penduduk

A.2 Program Pencegahan dan Penyuluhan dan Pencegahan A.2.1 Presentase mencapai 100%
Pengendalian Penyakit penyakit menular terimunisasi dasar lengkap

A.3 Program Standarisasi dan Pengembangan dan Perluasan A.3.1 Rasio jumlah posyandu dengan
Inovasi Pelayanan Kesehatan jangkauan layanan posyandu jumlah masyarakat
Posyandu Desa
A.3.2 Meningkatnya pengembangan jumlah
kategori posyandu

A.4 Program Peningkatan dan Peningkatan sarana dan prasarana A.4.1 Persentase Puskesmas memberikan
Pengembangan Sumber Daya dasar kesehatan pelayanan rawat inap
Kesehatan
Pemanfaatan pekarangan untuk A.4.2 Cakupan pemenuhan ketersediaan
tanaman obat obat dan perbekalan kesehatan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 89


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas

B. Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan Pendidikan Bagi


IPM (angka rata-rata lama sekolah)
Masyatakat di Sekitar Tambang

B.1 Program Pembinaan dan Peningkatan kuantitas dan kualitas B.1.1 Persentase guru tersertifikasi
Pengembangan Pendidik & pendidik dan tenaga kependidikan
Tenaga Kependidikan Dasar 9 dasar 9 tahun B.1.2 Persentase jumlah guru per satuan
(Sembilan) Tahun siswa

B.2 Program Optimalisasi Pemberian bantuan beasiswa, B.2.1 Presentase siswa/mahasiswa


Manajemen Layanan Peningkatan layanan sarana penerima beasiswa
Pendidikan prasarana berbasis standar nasional
Presentase jumlah sarana prasarana
pendidikan
sekolah berstandar nasional

B.3 Program Peningkatan dan Pembangunan perpustakaan desa B.3.1 Angka minat baca
Pengembangan Literasi dan perpustakaan keliling
Masyarakat Jumlah perpustakaan yang layak

C. Peningkatan Daya Beli Masyarakat Sekitar Tambang (Peningkatan


IPM (Daya Beli)
Pendapatan Riil)

C.1 Program Pelatihan dan Pengembangan model balai latihan C.1.1 Jumlah BLK per kawasan sesuai
Peningkatan Produktivitas kerja berbasis potensi lokal; potensi dan kondisi lokal
Tenaga Kerja

C.2 Program Peningkatan Meningkatkan penyerapan tenaga C.2.1 Jumlah tenaga kerja lokal yang

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 90


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas
Penyerapan Tenaga Kerja kerja lokal terserap di perusahaan tambang

C.3 Program Penyuluhan, Pelatihan Penyuluhan pertanian/perikanan C.3.1 kelompok tani yang meningkat
dan Pendampingan kapasitasnya

C.4 Program Peningkatan Produksi Mengembangkan budidaya C.4.1 Jumlah Produksi pertanian dan
Pertanian/Peternakan/Perikanan perikanan, hortikultura dan tanaman perikanan
pangan

Mengembangkan kebun dan ternak C.4.2 Produksi perkebunan dan populasi


terpadu ternak

C.5 Program Pengolahan dan Pelatihan pengolahan / diversifikasi C.5.1 Jumlah produksi olahan
Pemasaran Hasil produk pertanian/perikanan produkpertanian/perikanan
Pertanian/Perikanan
Mengembangkan diversifikasi C.5.2 Produk olahan
produk sebagai upaya meningkatkan
keanekaragaman produk olahan

C.6 Program Penanganan Daerah Membangun pusat distribusi C.6.1 Presentase desa rawan pangan
Rawan Pangan cadangan pangan

Pengeluaran per kapita dan tingkat


D. Peningkatan Kemandirian Ekonomi Masyarakat Sekitar Tambang
kemiskinan

D.1 Program Pengembangan Pelatihan dan pengembangan D.1.1 Jumlah IKM yang aktif
Industri Kecil, Menengah dan kapasitas pelaku usaha kecil dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 91


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas
Kreatif kreatif

D.2 Program Pengembangan Akses peningkatan akses pelaku usaha D.2.1 Jumlah keterlibatan pelaku usaha
Ekonomi Masyarakat terhadap usaha penunjang
perusahaan D.2.2 Model Pengelolaan kawasan

D.3 Program Pembangunan Meningkatkan Promosi dan D.3.1 Dikenalnya destinasi wisata dan
Destinasi Wisata Berkelanjutan Pemasaran Yang Fokus dan Selektif. jumlah kunjungan wisatawan
Berbasis Pemberdayaan
Komunitas Lokal Masyarakat Meningkatkan kapasitas SDM yang D.3.2 Jumlah masyarakat yang kompeten
Lingkar Tambang kompeten dan professional di di bidang pariwisata
bidang pariwisata

Mengembangkan sarana dan D.3.3 Jumlah bangunan sarana prasarana


prasarana penunjang aktivitas wisata wisata yang memadai

E. Penguatan Identitas dan Peningkatan Apresiasi Kebudayaan Daerah

E.1 Program Pelestarian dan Festival seni dan budaya E.1.1 Kegiatan rutin festival
Pengembangan Kebudayaan

E.2 Program Peningkatan Pengembangan sanggar seni, E.2.1 Terbentuknya kelompok kepemudaan
Pemberdayaan Kepemudaan budaya dan religi lokal

E.3 Program Pemberdayaan Pengembangan pusat konsultasi dan E.3.1 Tersedia gedung konsultasi dan
Perempuan dan Keluarga rehabilitasi korban pelecahan rehabilitasi korban pelecehan
Sejahtera seksual, KDRT, dan kekerasan seksual, KDRT, dan Kekerasan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 92


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas
terhadap anak terhadap anak

F. Pemeliharaan Daya Dukung dan Fungsi Lingkungan Hidup Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

F.1 Program Peningkatan Akses Memanfaatkan lahan kosong milik F.1.1 luas lahan yang termanfaatkan
Masyarakat Terhadap Lahan perusahaan sebagai lokasi sebagai lokasi pertanian/peternakan
Bebas Milik Perusahaan peternakan/pertanian

F.2 Program Pengendalian Peningkatan partisipasi masyarakat F.2.1 prensentase masyarakat yang terlibat
Pencemaran, Perusakan dan dalam pengelolaan lingkungan yang dalam pengelolaan lingkungan,
Rehabilitasi Lingkungan Hidup berkelanjutan

F.3 Program Pencegahan dan Pembentukan dan Pelatihan Tim F.3.1 Terbentuknya tim tanggap bencana
Kesiapsiagaan Penanggulangan tanggap bencana daerah
Bencana.
Pembentukan model desa tanggap F.3.2 Terbentuknya model desa tanggap
bencana bencana

Edukasi kebencanaan pada usia F.3.3 Kegiatan pendidikan kebencanaan


sekolah pada usia sekolah

G. Penguatan Kelembagaan Komunitas

G.1 Program Peningkatan Kapasitas Pengembangan Komunitas G.1.1 Terbentuknya kelompok-kelompok


Wirausaha Muda Desa usaha muda di desa

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 93


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas

Pembentukan kelompok sadar G.1.2 Terbentuknya kelompok sadar wisata


wisata di desa

Pembentukan kelompok tani sesuai G.1.3 Terbentuknya kelompok tani pada


potensi desa/daerah beberapa jenis usaha pertanian

Pembentukan kelompok peternak G.1.4 Terbentuknya kelompok peternak

Pembentukan kelompok perikanan G.1.5 Terbentuknya kelompok nelayan

Pembentukan lembaga /kelompok G.1.6 Terbentuknya kelompok yang sadar


sadar kesehatan lingkungan akan kesehatan lingkungan

G.2 Program Peningkatan Kualitas Meningkatkan kapasitas dan G.2.1 Tingkat partisipasi perempuan di
Hidup Perempuan dan Keluarga pelibatan perempuan dalam lembaga pemerintahan
lembaga pemerintah

Tingkat keterjangkauan
H. Peningkatan Akses Infrastruktur Dasar dan Lingkungan Hunian yang
infrastruktur dasar dan lingkungan
Layak
hunian layak

H.1 Program Fasilitasi Meningkatkan akses masyarakat H.1.1 Tersedianya jaringan telekomunikasi
Pengembangan Infrastruktur terhadap informasi dan pada masyarakat lingkar tambang
Teknologi Informasi dan telekomunikasi
Komunikasi

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 94


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Arah Kebijakan dan Program


Kode Kegiatan Prioritas Kode Indikator
Prioritas

H.2 Program Pengembangan Membentuk kelompok pengelolaan H.2.1 Jumlah kelompok yang terbentuk
Kinerja Pengelolaan sampah Reduce, Reuse, dan
Persampahan dan Limbah Recycle (R3) pada masyarakat
lingkar tambang.

H.3 Program Peningkatan Sarana Pembangunan sarana transportasi, H.3.1 kuantitaas dan kualitas prasarana
Prasarana Dasar Ekonomi tenaga listrik, pengairan, dan air dasar
bersih

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 95


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Pertambangan merupakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi


bahan alam pada suatu wilayah untuk dapat dimanfaatkan kembali.
Pemanfaatan bahan yang dieksplore dari bumi tersebut menghasilkan
rupiah-rupiah yang menjadi pemasukan bagi para pengusaha
tambang. Selain menjadi pemasukan bagi pengusaha tambang, hasil
pemasukan tersebut tidaklah sepenuhnya menjadi hak milik
pengusaha tambang, di dalamnya terdapat tanggungan berupa
kerugian alam dan masyarakat. Beban sosial yang harus ditanggung
pihak pengusaha tambang tidak hanya berupa kompensasi belaka.
Pengusaha tambang memiliki kewajiban untuk dapat memajukan
daerah tersebut melalui peningkatan Indeks Pembangunan
Masyarakat (IPM) dan Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM).
Pembangunan manusia didefinisikan sebagai proses perluasan pilihan
bagi penduduk (enlarging people choice). Indeks ini merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk) yang
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya.
Menurut United Nations Development Programme (UNDP),
dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator
komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata
dalam pembangunan manusia, yaitu: (1) lama hidup yang diukur
dengan angka harapan hidup ketika lahir (life expectancy at birth); (2)
pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama bersekolah dan
angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas (mean years of
schooling and adult literacy rate); (3) standar hidup layak yang
diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan menjadi
kemampuan daya beli (purchasing power party). Ketiga indikator
inilah yang akan dijadikan komponen dalam meningkatkan Indeks

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 96


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Pembangunan Manusia di daerah sekitar tambang. Dengan


demikian, maka diharapkan pengambil kebijakan dapat terpacu untuk
meningkatkan kinerja pembangunan melalui peningkatan kapasitas
dasar penduduknya.
A. Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan Kesehatan Bagi
Masyarakat di Sekitar Tambang

A.1 Program Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya angka


IPM di beberapa daerah disebabkan oleh rendahnya akses
masyarakat terhadap layanan pendidikan dan kesehatan yang
diakibatkan oleh terbatasnya fasilitas pendidikan dan kesehatan
terutama di daerah-daerah pedesaan. Secara faktual kondisi
kesehatan lingkungan yang tercermin antara lain dari akses
masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar juga sangat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat baik di kota, maupun di
desa.
Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah
meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antartingkat sosial
ekonomi, antarkawasan, dan antarperkotaan-perdesaan masih cukup
tinggi. Angka kematian bayi dan angka kematian balita pada golongan
termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari golongan terkaya. Selain
itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih
tinggi di daerah perdesaan, di kawasan Timur Indonesia, serta pada
penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Persentase anak balita
yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah perdesaan lebih tinggi
dibandingkan daerah perkotaan. Pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih dan cakupan imunisasi pada golongan miskin lebih
rendah dibanding dengan golongan kaya.
Faktor utama penyebab tingginya angka kematian bayi di
Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan intervensi yang dapat

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 97


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

terjangkau dan sederhana. Oleh karena itu, kinerja pelayanan


kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja
pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti
proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi
yang mendapatkan imunisasi campak, dan proporsi penemuan kasus
(Case Detection Rate) tuberkulosis paru.
Program peningkatan akses dan mutu pelayanan ini ditujukan
untuk meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan
kesehatan melalui puskesmas dan jaringannya meliputi puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan bidan di desa.

A.2 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular


dan tidak menular, pendekatan keluarga dan gerakan masyarakat
diarahkan pada upaya to detect (deteksi) yang merupakan upaya
deteksi dan diagnosis dini penyakit; to prevent (mencegah) yang
merupakan upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya
penyakit; upaya to response (merespon) yang dilakukan dengan
menangani kejadian penyakit, penggerakan masyarakat, dan
pelaporan kejadian penyakit; to protect (melindungi) yang merupakan
upaya untuk melindungi masyarakat dari risiko terpapar penyakit
menular dan tidak menular; dan to promote (meningkatkan) yang
merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
sehingga tidak mudah terpapar penyakit menular dan tidak menular.
Selain pencegahan penyakit menular, imunisasi dan penanganan
gizi buruk juga perlu dilakukan untuk mengendalikan berbagai macam
penyakit. Pemberian nutrisi yang tepat dan sesuai menjadi langkah
yang harus dilakukan untuk meningkatkan berat badan anak dengan
status gizi buruk. Kementerian Kesehatan pun memperkirakan masih

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 98


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

ada 4,7 juta bayi dengan kondisi ini yang belum terdeteksi. Jika balita
kekurangan gizi, tumbuh kembangnya akan cenderung terhambat dan
membuatnya berisiko menghadapi beragam masalah kesehatan di
masa depan.

A.3 Program Standarisasi dan Inovasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 menyatakan


bahwa, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan
kesehatan merupakan sebuah prioritas yang harus diperoleh oleh
masyarakat. Perusahaan tambang di daerah perlu menciptakan
inovasi berbasis teknologi informasi untuk mempermudah
masyarakatnya dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Adanya
inovasi tersebut merupakan hasil dari diterapkannya otonomi daerah
yang diberi keleluasaan dalam mengurus daerahnya.

A.4 Program Peningkatan dan Pengembangan Sumber Daya


Kesehatan

Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun


berbagai upaya perencanaan. Diperlukan sarana prasarana kesehatan
yang memadai, pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung untuk dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga
kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan
profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan
atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 99


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Terdapat beberapa kegiatan yang berkaitan dengan program


peningkatan dan pengembangan sumber daya kesehatan antara lain:
1. Peningkatan sarana dan prasarana dasar kesehatan
2. Pemanfaatan pekarangan untuk tanaman obat
3. Penambahan tenaga kesehatan
Dasar dari peningkatan perencanaan mutu SDM kesehatan
adalah kebijakan peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas, yang dapat dilaksanakan melalui:
1. Peningkatan persentase puskesmas pelayanan rawat inap.
2. Pemenuhan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Peningkatan jumlah jaringan dan kualitas Puskesmas, termasuk
mengembangkan desa sehat.
4. Peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan.
5. Pengembangan jaminan kesehatan bagi penduduk miskin.
6. Peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup
sehat.
7. Peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia
dini.
8. Pemerataan dan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
9. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan.
10. Pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, terutama untuk
pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, serta rumah
sakit kabupaten/kota.

B. Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan Pendidikan Bagi


Masyarakat di Sekitar Tambang

B.1 Program Pembinaan dan Pengembangan Pendidik & Tenaga


Kependidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun
Berbicara mutu pendidikan tentunya tidak lepas dari salah satu
indikatornya yakni pendidik yang kompeten dan profesional.
Seyogyanya, komitmen pemerintah daerah provinsi Maluku Utara

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 100


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

sangat strategis dalam mencapai mutu pendidikan yang dimulai dari


pengelolaan sumberdaya yang baik. Beberapa poin penting yang
perlu menjadi perhatian dalam program pembinaan dan
pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan dasar 9 tahun
adalah tingkat kuantitas dan kualitas pendidik serta persebaran
tenaga kependidikan. Program-program strategis yang berkaitan
dengan pengembangan dan peningkatan kompetensi tenaga pendidik
selayaknya memiliki dampak terukur sehingga setiap anggaran yang
dikeluarkan untuk pembinaan dan pengembangan pendidik dan
tenaga kependidikan memiliki dampak langsung terhadap pelayanan
pendidikan yang bermuara pada kualitas SDM peserta didik. Program
ini memang sangat kompleks sehingga diperlukan jaringan kerjasama
yang baik antara semua stakeholder termasuk pemerintah daerah,
perusahaan tambang dan lembaga-lembaga terkait dengan guru dan
tenaga kependidikan.

B.2 Program Optimalisasi Manajemen Layanan Pendidikan

Layanan pendidikan dapat dioptimalkan dengan pemberian


beasiswa oleh perusahaan untuk desa sebagai bagian dari upaya
mengembangkan kapasitas sumber daya manusia di sekitar wilayah
tambang. Beasiswa ini diberikan kepada siswa-siswa yang
membutuhkan, baik karena kapasitas ekonomi yang terbatas maupun
karena alasan prestasi. Penyaluran beasiswa dilakukan melalui
peningkatan sumber daya manusia di lingkungan usahanya, agar
ketika tambang tidak lagi secara langsung menjadi alternatif
pemasukan bagi warga disekitarnya, mereka tetap berkembang
dengan sumber daya manusia yang semakin baik.
Salah satu persoalan mendasar yang dihadapi oleh daerah
tambang adalah meningkatnya angka putus sekolah yang diakibatkan
beberapa faktor, antara lain faktor pengaruh lingkungan keluarga dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 101


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

teman yang telah terlibat dalam kegiatan penambangan dengan


penghasilan yang menggiurkan sehingga mereka tidak lagi
memperhatikan pendidikan formal.
Pendidikan tidak menjadi prioritas utama, utamanya di kawasan-
kawasan yang memang menjadi daerah tambang. Faktor dorongan
orangtua yang berpindah mengikuti perpindahan lokasi pencaharian
juga menjadi alasan lain. Pada saat yang bersamaan, gaya hidup di
sekitar tambang mendorong sebagian anak-anak berhenti bersekolah
dan mengikuti gaya yang berkembang di lingkungan mereka yang
cenderung kepada pemerolehan penghasilan secara instan.
Sementara itu, pendapatan di sektor tambang semakin berkurang
karena tidak stabilnya harga komoditas penambangan dan kapasitas
produksi.

B.3 Program Peningkatan dan Pengembangan Literasi


Masyarakat

Dibandingkan negara-negara lain di dunia, tingkat literasi anak-


anak dan orang dewasa di Indonesia sangat rendah. Kemampuan
membaca, berhitung dan pengetahuan sains anak-anak Indonesia
berada di bawah Singapura, Vietnam, Malaysia dan Thailand
berdasarkan hasil tes The Programme for International Student
Assessment (PISA) yang dirilis Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) pada 2016.
Literasi rendah berdampak langsung terhadap rendahnya
produktivitas pengetahuan bangsa. Hal tersebut juga berpengaruh
pada tingkat kesejahteraan yang ditandai oleh rendahnya pendapatan
per kapita. Maka dapat dikatakan bahwa literasi rendah akan
berkontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan, pengangguran
dan kesenjangan. Oleh karenanya, diperlukan upaya khusus dari
pemerintah untuk meningkatkan literasi Indonesia. Beberapa upaya

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 102


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya tingkat


literasi antara lain:
1. Pembangunan perpustakaan desa dan perpustakaan keliling di
wilayah perdesaan.
2. Membangun dan meningkatkan infrastruktur pendidikan
terutama penyediaan listrik, perpustakaan, laboratorium
komputer dan akses terhadap teknologi informasi.
3. Merekrut dan meningkatkan kualitas guru.
4. Penambahan buku-buku bermuatan lokal ke perpustakaan.

C. Peningkatan Daya Beli Masyarakat Sekitar Tambang


(Peningkatan Pendapatan Riil)

Daya beli masyarakat sekitar tambang dapat ditingkatkan


dengan program-program pelatihan dan peningkatan produktivitas
tenaga kerja, peningkatan penyerapan tenaga kerja, pengadaan
program penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan bagi masyarakat,
peningkatan produksi pertanian/peternakan/perikanan yang
merupakan komoditas unggulan daerah, peningkatan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian/perikanan, serta penanganan daerah
rawan pangan.

C.1 Program Pelatihan dan Peningkatan Produktivitas Tenaga


Kerja

Pelatihan dan peningkatan produktivitas tenaga kerja dilakukan


untuk mendorong agar pekerja bisa lebih efisien dalam melakukan
proses produksi sehingga perusahaan mampu bersaing dalam hasil
produksi. Program pelatihan peningkatan produktivitas tenaga kerja
diharapkan dapat menambah keterampilan masyarakat berbasis
potensi lokal untuk peningkatan perekonomian. Tenaga kerja yang

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 103


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

mengikuti pelatihan ini diharapkan mampu menerapkan ilmu yang


diperoleh dan mampu melakukan akselerasi untuk peningkatan
ekonomi yang membuka peluang usaha kecil dan menengah di
wilayah perdesaan.

C.2 Program Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja

Melimpahnya angkatan kerja yang muda dan produktif adalah


modal dasar untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Upaya
peningkatan daya saing dan penyerapan tenaga kerja sektor formal
dan nonformal dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas SDM
angkatan kerja melalui pengembangan kompetensi (skill, knowledge,
attitude) pada balai-balai latihan kerja (BLK) yang tersedia untuk
menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan berdaya saing tinggi,
serta percepatan sertifikasi dan kompetensi.
Selain itu, dapat juga dilakukan pemberian beasiswa magang
untuk siswa/mahasiswa berprestasi, dan pemberdayaan penganggur
dan setengah penganggur melalui pelatihan dan penerapan program
perluasan kesempatan kerja sektor informal, seperti padat karya,
terapan teknologi tepat guna, tenaga kerja mandiri serta
pendampingan usaha.
C.3 Program Penyuluhan, Pelatihan, dan Pendampingan

Penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan di sektor pertanian


dan perikanan merupakan upaya pemberdayaan petani dan nelayan
serta pelaku usaha pertanian dan perikanan untuk meningkatkan daya
saing, produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan. Program ini
harus mengakomodir aspirasi dan peran aktif petani, nelayan dan
pelaku usaha sektor ini melalui pendekatan partisipatif.

Selain penyuluhan dan pelatihan, program pendampingan juga


penting dilakukan agar program-program yang terdapat didalamnya

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 104


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan petani


dan nelayan. Melalui program pendampingan tersebut maka
ketersediaan bahan produksi sampai harga pasca panen di sektor
pertanian, perikanan, dan peternakan akan dapat terkontrol sehingga
mengurangi kekhawatiran terhadap kelangkaan bahan produksi dan
fluktuasi harga.
C.4 Program Peningkatan Produksi Pertanian, Peternakan dan
Perikanan

Dalam menunjang suplai pangan domestik dan memperbesar


kontribusi sub sektor budidaya terhadap PDRB serta perbaikan
struktur ekonomi, maka penting dilakukan program peningkatan
produksi sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan


produksi adalah mengembangkan budidaya perikanan, hortikultura,
dan tanaman pangan melalui intensifikasi serta pengembangan kebun
dan ternak terpadu. Intensifikasi pertanian sangat cocok diterapkan
untuk daerah dengan potensi lahan pertanian yang sempit, terutama
di pulau-pulau yang berukuran kecil. Pemberian bantuan alat dan
mesin pertanian dari pemerintah dan perusahaaan juga merupakan
salah satu cara untuk membantu petani mulai melakukan pengolahan,
panen, hingga pasca panen.

Diversifikasi pertanian juga merupakan salah satu usaha


meningkatkan produksi pertanian dengan beberapa jenis produksi.
Tujuannya untuk menghindari ketergantungan hanya dari satu jenis
tanaman pertanian saja. Dengan begitu, tanaman lain yang berpotensi
menguntungkan juga semakin dikenal oleh masyarakat. Cara
diversifikasi pertanian dapat dilakukan dengan penanaman beragam
jenis tanaman dalam satu lahan pertanian. Keuntungannya akan
berlipat ganda pada saat yang panen dalam lahan yang sama. Di

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 105


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

sektor perikanan, peningkatan produksi dapat dilakukan dengan


mengembangkan inovasi budidaya perikanan dengan sistem bioflok,
pengembangan minapadi, pembangunan sarana prasarana
pembenihan.

C.5 Program Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,


Peternakan, dan Perikanan
Program pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dan
perikanan tidak terlepas dari proses produksi. Berbagai variabel
penting yang perlu diketahui sebagai indikator keberhasilan kinerja
proses pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
dan perikanan menjadi penting meliputi indikator input (masukan),
output (keluaran), outcome (hasil), benefit (manfaat), dan impact
(dampak). Rangkaian proses produksi tersebut harus dikelola secara
efisien, sesuai dengan kebutuhan pasar, serta nilai harga yang
kompetitif dengan harga produk luar. Untuk meningkatkan nilai
pendapatan dari hasil produksi tersebut, perlu dilakukan proses
jaminan mutu hasil melalui sertifikasi dan register atau melalui proses
pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan dapat mengurangi
fluktuasi harga yang terjadi terutama pada daerah yang harga produk
segarnya selalu ditawar murah.
Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dapat melakukan
proses pengendalian pasar melalui pengendalian harga dan stok,
serta pengendalian kebijakan perdagangan (ekspor-impor). Untuk itu,
diperlukan berbagai regulasi yang dapat memberikan iklim yang
kondusif bagi pelaku usaha daerah sehingga pelaku usaha di daerah
maupun nasional terlindungi secara adil dan semakin berminat untuk
melakukan investasi.
Dalam konteks proses, setiap pelaku usaha dan pemerintah
harus memperhatikan aktivitas pada budidaya, pascapanen,

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 106


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

pengolahan, distribusi, dan ritel sehingga produk yang


diperdagangkan sesuai standar atau persyaratan teknis minimal yang
ditetapkan sesuai peraturan yang berlaku. Beberapa kegiatan pokok
yang dapat dilakukan dalam mensukseskan program pengolahan dan
pemasaran produk pertaniandan perikanan antara lain :
1. Pelatihan pengolahan dan diversifikasi produk pertanian dan
perikanan.
2. Mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya
meningkatkan keanekaragaman produk olahan.

Secara umum, pemasaran dapat diartikan sebagai segala


kegiatan yang dilakukan oleh berbagai perantara dengan berbagai
macam cara untuk menyampaikan hasil produksi, yaitu ikan laut
segar, dari produsen ke konsumen akhir. Pemasaran pada prinsipnya
adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini
dapat terjadi karena adanya peranan lembaga pemasaran.
Kelembagaan pemasaran memiliki peranan penting dalam mendukung
keberhasilan usaha petani dan nelayan serta mengoptimalkan
kegiatan pemasaran ikan.
Pengembangan kelembagaan pemasaran hasil perikanan
memerlukan adanya strategi analisis yang dapat memberikan
masukan prioritas pengembangan yang harus dilakukan untuk
mendapatkan hasil pengembangan yang lebih maksimal. Peranan
lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang
berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan
C.6 Program Penanganan Daerah Rawan Pangan
Rawan pangan adalah kondisi suatu wilayah/daerah,
masyarakat atau rumah tangga yang tidak menpunyai akses secara
fisik (ketersediaan) dan ekonomi (daya beli) untuk memperoleh
pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, beragam dan aman untuk

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 107


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan


kesehatan.
Kerentanan pangan dan gizi di tingkat desa disebabkan oleh
akses rumah tangga terhadap listrik dan air bersih yang tidak
memadai, tingkat kesejahteraan yang rendah, dan fasilitas buang air
besar rumah tangga yang tidak memadai.
Penanganan daerah rawan pangan merupakan upaya untuk
menangani suatu kondisi ketidakcukupan pangan dan gizi yang
dialami oleh rumah tangga. Kegiatan intervensi penanganan daerah
rawan pangan dilaksanakan untuk mengendalikan secara dini
masalah pangan dan gizi di daerah serta upaya penanggulangannya.
Program dan kegiatan penanganan kerentanan pangan dan gizi
perlu diprioritaskan pada desa-desa sangat rentan dan rentan pangan
dan gizi melalui upaya peningkatan akses rumah tangga terhadap
listrik, air bersih, fasilitas sanitasi, serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Bebrapa alternatif bentuk penanganan rawan pangan di
daerah antara lain membangun infrastruktur dasar sebagai pusat
distribusi cadangan pangan, penciptaan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, perbaikan status gizi dan kesehatan
masyarakat, revitalisasi kelembagaan pangan dan gizi, optimalisasi
anggaran ketahanan pangan, peningkatan produksi, dan
pengembangan cadangan pangan.

D. Peningkatan Kemandirian Ekonomi Masyarakat Sekitar


Tambang

Peraturan Menteri ESDM Nomor 40 Tahun 2016 tentang


Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat menyatakan bahwa
dalam setiap kegiatan usaha pertambangan mineral dan batu bara,
setiap perusahaan diwajibkan untuk menyusun dan mempunyai
rencana induk pengembangan dan pemberdayaan bagi masyarakat

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 108


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

yang terkena dampak operasional perusahaan tambang. Beberapa


program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemandirian
ekonomi masyarakat sekitar tambang antara lain; pengembangan
industri kreatif kecil dan menengah, pengembangan akses ekonomi
masyarakat dan pembangunan destinasi wisata berkelanjutan
berbasis pemberdayaan komunitas lokal di lingkar tambang.

D.1 Program Pengembangan Industri Kreatif Kecil dan Menengah

Program pengembangan industri kreatif kecil dan menengah


merupakan program berkesinambungan dari program pertanian,
peternakan, perikanan di daerah lingkar tambang, yang dilakukan
dengan membuat produk olahan dari bahan yang merupakan hasil
produksi pokok ataupun limbah pertanian, peternakan atau perikanan.
Beberapa kegiatan yang berkaitan dengan program ini antara lain:

1. Pelatihan dan pengembangan kapasitas pelaku usaha kecil


Pelatihan ini ditujukan untuk para ibu rumah tangga ataupun
pemuda dalam mengolah bahan baku menjadi bahan jadi yang
bermanfaat, berkualitas dan bernilai jual, seperti pembuatan
manisan pala, sirup pala, anyaman, pupuk kompos, keripik ikan,
dan lain-lain. Pelatihan ini juga harus didampingi hingga
masyarakat mampu memasarkan produknya sendiri.
2. Pengadaan panduan usaha kecil dan menengah
Di samping pelatihan, masyarakat juga harus diberi panduan yang
menjadi acuan dalam pembuatan produk. Hal ini dimaksudkan
agar pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dapat
diterapkan dan diaplikasikan untuk meningkatkan pendapatan
ekonomi keluarga. Bantuan dari perusahaan berupa alat ataupun
modal dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam upaya
menciptakan kemandirian masyarakat di daerah tambang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 109


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

D.3 Program Pembangunan Destinasi Wisata Berkelanjutan


Berbasis Pemberdayaan Komunitas Lokal Masyarakat
Lingkar Tambang

Pembangunan di sektor pariwisata dikenal dengan konsep


pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism
Development) yang mengandung pengertian bahwa pembangunan
pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan dan keterlibatan
langsung dari masyarakat setempat dengan tetap menekankan upaya
perlindungan dan pengelolaannya yang berorientasi jangka panjang.
Upaya pengembangan dan pengelolaan sumber daya yang dilakukan
harus diarahkan untuk memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika,
sekaligus dapat menjaga keutuhan dan atau kelestarian ekologi,
keanekaragaman hayati, budaya serta sistem kehidupan (WTO,1990).

Secara sederhana pembangunan pariwisata berkelanjutan


dapat diintegrasikan dalam tiga (3) sasaran utama pencapaian, yaitu :

1. Kualitas sumber daya lingkungan (alam dan budaya), di mana


pembangunan pariwisata harus tetap menjaga keutuhan
sumberdaya alam dan budaya yang ada, serta memperhatikan
daya dukung kawasan.

2. Pembangunan pariwisata harus mampu meningkatkan kualitas


hidup sosial dan ekonomi masyarakat sekitar tambang melalui
ketersediaan kesempatan kerja, atau bahkan menjadikannya
sebagai masyarakat yang mandiri secara ekonomi.

3. Kualitas pengalaman berwisata (wisatawan), dimana


pembangunan pariwisata harus peka terhadap tingkat kepuasan
wisatawan., sehingga menjadikan perjalanan wisata nya sebagai
sebuah pengalaman yang berharga.

Pemberdayaan masyarakat atau komunitas lokal penting dalam


kerangka pengembangan dan atau pengelolaan pariwisata. Hal ini

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 110


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

berarti bahwa pengembangan kegiatan pariwisata merupakan


kegiatan yang berbasis komunitas di mana sumberdaya dan keunikan
komunitas lokal, baik berupa elemen fisik maupun non fisik (nilai-nilai,
norma-norma, adat dan tradisi) yang merupakan unsur penggerak
utama kegiatan kepariwisataan.
Pendekatan pengembangan wisata berbasis masyarakat lokal
harus sensitif dan responsif terhadap keberadaan dan kebutuhan
komunitas lokal. Keberhasilan jangka panjang pengembangan
pariwisata berkelanjutan akan sangat tergantung pada tingkat
penerimaan dan dukungan dari komunitas lokal.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan berbasis
pemberdayaan komunitas lokal, masyarakat dapat menduduki peran
sebagai subyek maupun obyek. Masyarakat sebagai pelaku kegiatan
wisata diharapkan memiliki komitmen yang kuat untuk mengelola
destinasi wisata secara berkelanjutan. Berhubungan dengan
pengembangan destinasi wisata berkelanjutan maka beberapa
kegiatan yang penting untuk dilakukan adalah meningkatkan promosi
pemasaran yang fokus dan selektif sehingga destinasi wisata dan
jumlah kunjungan wisata dapat meningkat. Selain itu dibutuhkan pula
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang berkompeten dan
profesional dibidang kepariwisataan yang mana akan berdampak
langsung pada peningkatan jumlah masyarakat yang kompeten di
bidang pariwisata. Sarana dan prasarana penunjang aktivitas wisata
juga perlu ditingkatkan.
Alternatif kegiatan yang juga dapat dilakukan antara lain:
1. meningkatkan kerjasama dengan swasta dalam hal investasi dan
kerjasama dengan masyarakat serta stakeholder lainnya yang
diawali dengan penyederhanaan mekanisme dan izin usaha;
2. meningkatkan sumber dana dari pihak swasta, termasuk
perusahaan tambang dan pemerintah provinsi melalui Dana

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 111


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Alokasi Khusus dan Bantuan Keuangan Bersifat Khusus.


Anggaran ini agar diprioritaskan untuk meningkatkan ketersediaan
fasilitas, sarana dan prasarana pariwisata, dan prasarana
pendukung pariwisata lainnya;
3. menjalin kerja sama dengan Lembaga lain yang kompeten di
bidang pariwisata dalam hal pemanfaatan objek wisata yang
berada berada dalam kawasan Objek dan Daya Tarik Wisata
(ODTW);
4. menguatkan tata kelola kelembagaan pariwisata dengan
menggiatkan sosialisasi dan pembinaan kelompok sadar wisata
dan kelompok sejenis lainnya yang terkait dengan ekowisata.

E. Penguatan Identitas dan Peningkatan Apresiasi Kebudayaan


Daerah

Dalam menjaga dan melestarikan suatu kebudayaan yang ada


dalam masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain,
melalui program pelestarian dan pengembangan kebudayaan,
peningkatan pemberdayaan kepemudaan, serta pemberdayaan
perempuan dan keluarga sejahtera.

E.1 Program Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan


Festival seni dan budaya adalah salah satu kegiatan strategis
dalam rangka pelestarian dan pengembangan kebudayaan suatu
daerah. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan cara mengajarkan
budaya lokal kepada generasi muda melalui distribusi pengetahuan
dan praktiknya dalam kelompok atau lembaga kebudayaan.

E.2. Program Peningkatan Pemberdayaan Kepemudaan

Pemberdayaan pemuda sangat penting untuk mendukung


pembangunan suatu daerah. Program peningkatan pemberdayaan
kepemudaan telah tertuang di dalam UU No. 40 tahun 2009 yang

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 112


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

menyebutkan bahwa pemberdayaan pemuda dilaksanakan secara


sistematis, dan berkelanjutan untuk meningkatkan potensi dan
kualitas jasmani, mental spiritual pengetahuan, serta keterampilan diri
dan organisasi menuju kemandirian pemuda. Melalui program ini,
kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengembangan sanggar seni,
pembentukan kelompok pemuda pemerhati sosial budaya, serta
mengikutsertakan pemuda dalam rencana pembangunan.

E.3 Program Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera

Program pemberdayaan perempuan utuk keluarga sejahtera


merupakan program prioritas disebabkan meningkatnya kasus
kekerasan dalam rumah tangga dan trafficking. Oleh karena itu,
kegiatan yang dapat dilakukan dalam program ini mencakup
pembangunan pusat konsultasi dan rehabilitasi korban pelecehan
seksual, KDRT, dan kekerasan terhadap anak.

F. Pemeliharaan Daya Dukung dan Fungsi Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,


daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antarkeduanya. Sedangkan daya tampung lingkungan
hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya. Pemeliharaan yang selanjutnya diimplementasikan dalam
program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 113


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,


pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. Pembangunan dan pemanfaatan fungsi
lingkungan hidup secara berkelanjutan harus dilakukan dengan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan
ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan
lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan
Beberapa program yang dapat mendukung pemeliharaan daya
dukung dan fungsi lingkungan hidup antara lain :
1. Peningkatan akses masyarakat terhadap lahan bebas milik
perusahaan.
2. Pengendalian pencemaran, pengrusakan, dan rehabilitasi
lingkungan hidup.
3. Pencegahan dan kesiapsiagaan penanggulangan bencana.

F.1 Program Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Lahan


Bebas Milik Perusahaan

Program peningkatan akses masyarakat terhadap lahan bebas


milik perusahaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan eks
penambangan untuk dijadikan lahan pertanian atau lahan peternakan
sapi yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Pemanfaatan lahan eks
tambang menjadi lahan peternakan dapat memberikan memfaat
ganda karena selain sapi tersebut dapat menghasilkan bahan kompos
juga memberi manfaat penghasilan masyarakat dengan menjual
sapinya.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 114


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

F.2 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan


Lingkungan Hidup

Pengendalian pencemaran dapat dilakukan dengan pengelolaan


limbah B3 yakni kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan. Selain pengelolaan limbah, pengendalian pencemaran
lingkungan juga dapat dilakukan dengan dumping yakni kegiatan
membuang, menempatkan, dan memasukkan limbah dan bahan
dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.

F.3 Program Pencegahan dan Kesiapsiagaan Penanggulangan


Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Pada umumnya risiko bencana meliputi bencana akibat faktor
geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api), bencana
akibat hydrometeorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, angin
topan), bencana akibat faktor biologi (wabah penyakit manusia,
penyakit tanaman/ternak, hama tanaman) serta kegagalan teknologi
(kecelakan industri, kecelakaan transportasi, radiasi nuklir,
pencemaran bahan kimia).
Bencana akibat ulah manusia terkait dengan konflik antar
manusia akibat perebutan sumberdaya yang terbatas, alasan ideologi,
religius serta politik. Sedangkan kedaruratan kompleks merupakan
kombinasi dari situasi bencana pada suatu daerah konflik.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 115


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Kompleksitas dari permasalahan bencana tersebut memerlukan suatu


penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya,
sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu.
Penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada
langkah-langkah yang sistematis dan terencana, sehingga seringkali
terjadi tumpang tindih dan bahkan terdapat langkah upaya yang
penting tidak tertangani (BNPB, 2008).
Penyelenggaraan penanggulangan bencana merupakan
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan
yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi. Pencegahan bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman
bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana,
sedangkan kesiapsiagaan merupakan serangkaian yang dilakukan
untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Beberapa alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi bencana dan menyiapkan masyarakat yang tanggap
bencana, antara lain :
1. Pembentukan dan pelatihan tim tanggap bencana daerah
2. Pembentukan model desa tanggap bencana
3. Edukasi kebencanaan pada usia sekolah

G. Penguatan Kelembagaan Komunitas

Konsep kelembagaan pada bagian ini mencakup dua hal, yakni:


aturan-aturan dan organisasi yang terdapat dalam komunitas sekitar
tambang. Aturan atau norma budaya suatu komunitas menjadi acuan
atau pedoman sekaligus pola dari sikap, perilaku, dan tindakan warga
baik bagi interaksi sosial maupun kehidupan sosial budaya secara luas.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 116


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Kelembagaan di sini memungkinkan terwujudnya interaksi sosial secara


harmonis untuk mencapai tujuan bersama di antara warga komunitas.
Berbagai aturan yang ada dalam komunitas diperoleh atau diwariskan
secara turun-temurun, selain muncul dalam konteks kehidupan secara
dinamis.
Selain itu, kelembagaan juga dapat dilihat sebagai organisasi yang
merupakan wadah berhimpun warga untuk mewujudkan tujuan-tujuan
kolektif warganya. Sebagai gambaran, menurut Undang- undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa, terdapat enam lembaga Desa yakni:
Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa); Badan
Permusyawaratan Desa (BPD); Lembaga Kemasyarakatan; Lembaga
Adat; Kerjasama Antar Desa; dan Badan Usaha Milik Desa(BUMDes).
Seperti masyarakat pada umumnya, warga komunitas sekitar
tambang memiliki aspek kelembagaan yang kompleks. Berbagai aspek
kelembagaan komunitas ini berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari
warga bersangkutan, seperti: ekonomi, ekologi, teknologi, sistem sosial,
dan pengelolaan sumber daya alam. Program-program pemberdayaan
dan pengembangan masyarakat harus menjadikan organisasi dan
kapasitas warganya sebagai sasaran penting dan utama.
Cetak Biru PPM Provinsi Maluku Utara menekankan penguatan
kelembagaan komunitas melalui dua program, yakni: (1) peningkatan
kapasitas, dan (2) peningkatan kualitas hidup perempuan dan keluarga.

G.1 Program Peningkatan Kapasitas


Pada dasarnya, semua komunitas di sekitar tambang di Maluku
Utara memiliki potensi kelembagaan yang tinggi untuk mendukung
peningkatan keberdayaan dan perkembangan warga bersangkutan.
Hanya saja, mereka perlu mendapatkan dukungan pihak eksternal
untuk mewujudkan potensi mereka melalui peningkatan kemampuan
mengelola dan bekerjasama baik secara internal maupun secara

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 117


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

eksternal. Dari segi lingkungan dan sumber daya alam, terdapat


beragam potensi yang berkaitan dengan pariwisata, peternakan,
perikanan, dan kewirausahaan.
Berbagai program yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas
kelembagaan komunitas sekitar tambang berupa; pengembangan
komunias wirausaha muda di desa, pembentukan kelompok sadar
wisata, pembentukan kelompok tani/kelompok peternak/kelompok
perikanan, dan pembentukan kelompok sadar kesehatan lingkungan.

G.2 Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan


Keluarga

Kalangan perempuan seringkali menghadapi berbagai


ketimpangan jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dapat
dijumpai dalam aspek sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Secara
sosial, kalangan perempuan banyak terlibat dalam interaksi dan
kegiatan sosial, tetapi kerap dianggap sebagai ‘pelengkap’ belaka.
Pada aspek ekonomi, perempuan bekerja dengan waktu yang lebih
banyak dari pada laki-laki. Meski menyumbang cukup besar bagi
pendapatan keluarga, tetapi kontribusinya bagi ekonomi keluarga
kadang dianggap tidak utama. Sayangnya, berbagai fenomena ini
kadang dijustifikasi oleh pandangan budaya tempatan. Perempuan
dianggap bekerja di wilayah domestik (lingkungan rumah dan
sekitarnya), sedangkan laki-laki di sektor publik. Berbagai hal ini
berimplikasi pada rendahnya kemampuan perempuan untuk bekerja
di sektor publik, termasuk sektor politik.
Berdasarkan hal di atas, maka upaya peningkatan kapasitas dan
pelibatan perempuan dalam lembaga pemerintah, tetapi tidak
terbatas pada sektor ini, harus dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan. Semua pihak harus mengupayakan dan mendukung
program ini sehingga terwujud masyarakat, khususnya kalangan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 118


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

perempuan, di sekitar tambang di Maluku Utara yang sejahtera dan


andal.

H. Peningkatan Akses Infrastruktur Dasar dan Lingkungan


Hunian yang Layak

H.1 Program Fasilitasi Pengembangan Infrastruktur Teknologi


Informasi dan Komunikasi
Kebutuhan masyarakat lingkar tambang akan informasi teknologi
dan komunikasi menjadi sangat penting, namun kondisi yang
dihadapi oleh masyarakat sekarang ini sangatlah memprihatinkan.
Kegiatan yang mestinya dilakukan pada masyarakat lingkar tambang
berupa peningkatan akses masyarakat terhadap teknologi informasi
dan telekomunikasi. Hal ini yang memudahkan masyarakat untuk
mengakses informasi dan dapat melakukan komunikasi dengan
masyarakat luar serta dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
kebutuhan hidup diluar yang dapat dikembangkan di masyarakat itu
sendiri melalui informasi dan komunikasi tersebut.

H.2 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan


dan Limbah
Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
adalah salah satu program yang dilaksanakan dalam rangka
optimalisasi pengelolaan sampah di wilayah lingkar tambang.
Program tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di
antaranya; penyediaan prasarana dan sarana pengelolaaan
persampahan, pemantauan kualitas lingkungan, peningkatan operasi
dan pemeliharaan sarana dan prasarana tempat pembuangan akhir
sampah. Selain itu, pengkajian dampak lingkungan dan pembinaan
kelompok masyarakat untuk peningkatan kreativitas pengelolaan
sampah di wilayah lingkar tambang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 119


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Terkelolanya sistem persampahan memegang peranan yang


sangat penting, sebab dengan adanya lingkungan yang
bersih tersebut masyarakat dapat merasakan manfaat sehingga ikut
berpartisipasi dalam menjadikan lingkungan yang bersih, indah, sehat
dan memberikan kontribusi yang riil kepada masyarakat lingkar
tambang.

H.3 Program Peningkatan Sarana Prasarana Dasar Ekonomi

Sarana dan prasarana dasar merupakan faktor penting dalam


distribusi hasil-hasil usaha dengan infrastruktur ke sentra
perekonomian. Distribusi yang lancar dapat memudahkan para pelaku
ekonomi dalam menyalurkan barang dan jasanya sehingga barang
akan cepat habis terjual sehingga perputaran ekonomi dapat menjadi
lebih cepat dan efektif.

Pembangunan sarana transportasi, tenaga listrik, pengairan, air


bersih, dan telekomunikasi merupakan sarana utama dalam sistem
perekonomian, meskipun produksi banyak tapi terkendala kondisi
jalan yang rusak maka produk pertanian atau perikanan akan cepat
busuk tidak laku dijual. Ketersediaan listrik dan air bersih juga sangat
mendukung usaha masyarakat segala bidang. Tanpa adanya listrik
maka waktu produksi akan menjadi singkat karena hanya bisa
dikerjakan ketika ada matahari. Ketersediaan air bersih akan
membuat masyarakat sehat karena air merupakan kebutuhan pokok
setiap mahkluk hidup tanpa adanya air bersih kehidupan baik
manusia, hewan atau pun tanaman tidak dapat hidup serta tumbuh
subur. Telekomunikasi dalam perkembangan saat ini memiliki peranan
dalam menyampaikan informasi secara cepat tentang ketersediaan
barang dan jasa.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 120


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 9


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Maluku Utara masih rendah
secara nasional, meski menunjukkan adanya tren peningkatan dari
tahun ke tahun. Cetak Biru PPM merupakan salah satu acuan penting
bagi perusahaan dalam mendukung upaya pemerintah bagi peningkatan
IPM di masa yang akan datang.
2. Maluku Utara memiliki potensi sosial budaya yang besar dalam
mendukung aktivitas perusahaan tambang dan kebijakan pemerintah
terkait pengelolaan pertambangan di Maluku Utara. Karena itu, perlu
upaya pengaktualisasian potensi ini agar sinergitas antara masyarakat,
perusahaan, dan pemerintah tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai
budaya lokal pada masyarakat sekitar tambang.
3. Dengan memperhatikan kondisi masyarakat saat ini dalam berbagai
aspek, keterlibatan perusahaan pertambangan dalam pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat harus dilakukan secara terarah dan
sistematis dalam mencapai tujuan bersama bagi pembangunan Provinsi
Maluku Utara, melalui suatu dokumen Cetak Biru PPM.

3.2. REKOMENDASI
1. Masih tingginya kesenjangan ekonomi yang disebabkan oleh rendahnya
aksesibilitas sarana dan prasarana ekonomi dan sosial, terutama
masyarakat di pedesaan, pada masyarakat Maluku Utara secara umum,
dan sekitar tambang secara khusus, sehingga perlu upaya peningkatan
kesejahteraan melalui pengembangan sektor pertanian dan perikanan
yang menjadi tumpuan utama masyarakat, dengan melibatkan berbagai
pihak khususnya perusahaan tambang.
2. Masih adanya ketimpangan infrastruktur dan akses layanan pendidikan
pada masyarakat sekitar tambang sehingga perlu keterlibatan
perusahaan tambang secara sinergis dengan pemangku kepentingan
lain (pemerintah dan masyarakat) dalam meningkatkan pembangunan
infrastruktur sekitar tambang.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 121


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

3. Kualitas kualitas sumber daya manusia pada masyarakat sekitar


tambang masih rendah sehingga perlu upaya peningkatan SDM melalui
program/kegiatan secara terpadu dan sinergis di antara para
stakeholders.

3.3. KAIDAH PELAKSANAAN


Berdasarkan substansi berbagai regulasi dan substansi cetak biru PPM
ini, maka kaidah pelaksanaan cetak biru PPM Provinsi Maluku Utara 2019-2024
adalah sebagai berikut:
1. Gubernur menetapkan dokumen Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat pada Wilayah sekitar Tambang Mineral dan
Batubara di Maluku Utara dengan regulasi dalam bentuk Peraturan
Gubernur.
2. Gubernur melalui perangkat daerah yang menangani urusan Energi dan
Sumberdaya Mineral mensosialisasikan isi Cetak Biru PPM Maluku Utara
kepada perusahaan pemegang IUP pertambangan mineral dan batu bara
dan kepala daerah Kabupaten/Kota lingkup Provinsi Maluku Utara.
3. Gubernur melalui perangka daerah yang menangani urusan Energi dan
Sumberdaya Mineral memastikan bahwa perusahaan pemegang IUP dalam
menyusun RIPPM mengacu kepada program dan indikator keberhasilan
program yang termuat dalam Cetak Biru PPM ini, termasuk memastikan
bahwa indikator output dari kegiatan serta target kinerja dari kegiatan yang
termuat dalam RIPPM perusahaan pemegang IUP konsisten untuk
berkontribusi terhadap pencapaian indikator keberhasilan outcome program
yang termuat dalam cetak biru PPM.
4. Gubernur melalui perangkat daerah yang menangani urusan energi dan
sumberdaya mineral memastikan bahwa perusahaan pemegang IUP
tambang minerba memuat rencana program dan kegiatan untuk PPM dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) dengan alokasi anggaran
yang secara rasional bisa memenuhi target kinerja PPM yang direncanakan.
5. Gubernur melalui perangkat daerah yang menangani urusan energi dan
sumberdaya mineral melaksanakan pembinaan dan pengawasan dengan
menggunakan indikator keberhasilan program dalam cetak biru PPM
sebagai acuan dalam menilai keberhasilan capaian output kegiatan yang

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 122


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

diimplementasikan perusahaan pemegang IUP berdasarkan RIPPMnya.


6. Perusahaan pemegang IUP tambang minerba wajib mengimplementasikan
RIPPM-nya dan melaporkan capaian kinerjnya setiap tahun kepada
Gubernur melalui perangkat daerah yang menangani urusan energi dan
sumberdaya mineral.
7. Perusahaan pemegang IUP tambang minerba bermitra dengan pemerintah
kabupaten/kota dalam menyelenggarakan PPM, termasuk dalam
pembentukan dan berfungsinya forum multistakeholder untuk koordinasi
penyelenggaraan PPM.

3.4 FAKTOR PENENTU SUKSES


Faktor penentu sukses adalah prakondisi yang harus diciptakan
untuk menjamin terwujudnya Cetak Biru PPM. Untuk menjamin
tercapainya visi, misi, tujuan, sasaran dan arah kebijakan dari Cetak Biru
Program PPM Provinsi Maluku Utara, terdapat tujuh faktor penentu
sukses, yakni: (1) Terukur, (2) Pembiayaan; (3) Partisipatif; (4) Kesetraan;
(5) Pemantauan dan Evaluasi; (6) Pertanggungjawaban; dan (7)
Pemutakhiran.
1. Terukur. Kinerja program perusahaan pemegang IUP/IUPK di
Provinsi Maluku Utara harus terukur, relevan, spesifik, dan logis
dengan batas waktu yang jelas. Keterukuran kinerja program dapat
dilihat dari indikator luaran (output) dan hasil (outcome) yang disusun
perusahaan berdasarkan arah kebijakan dalam Cetak Biru PPM.
2. Pembiayaan. Perusahaan merealisasikan rencana pembiayaan
program PPM secara konsisten sebagaimana telah dituangkan dalam
RIPPM dan RKAB Tahunan, dengan mengedepankan asas
transparansi, efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas.
3. Partisipatif. Upaya pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi
dan arah kebijakan dalam Cetak Biru PPM harus dilakukan dengan
melibatkan pemerintah, badan usaha pertambangan, perorangan dan

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 123


Provinsi Maluku Utara
Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Provinsi Maluku Utara 2019-2024

masyarakat serta para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya


sesuai kewenangan, kapasitas, dan kompetensinya masing-masing.
4. Kesetaraan. Para pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
aktivitas usaha pertambangan di Maluku Utara memiliki kedudukan
dan peran setara berdasarkan peran dan kewenangan masing-
masing untuk memastikan bahwa program PPM diimplementasikan
oleh perusahaan tambang dengan pengawasan oleh Gubernur
melalui Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara.
5. Pemantauan dan Evaluasi. Kemajuan dan capaian pelaksanaan
program PPM oleh para pemegang IUP baik badan usaha maupun
perorangan harus dilakukan secara berkala dengan mengacu pada
kerangka kerja berdasarkan program PPM. Setiap tahapan dan
capaian program harus dipantau dan dievaluasi oleh pihak yang
ditunjuk khusus oleh Kementerian ESDM atau Gubernur Maluku
Utara.
6. Pertanggungjawaban. Para pemegang IUP/IUPK harus melaporkan
secara tertulis setiap luaran (output) dan hasil (outcome) yang dicapai
dari pelaksanaan program sesuai Cetak Biru PPM sebagai wujud
pertanggungjawaban. Laporan yang disusun berdasarkan fakta
dilakukan secara berkala dan penuh integritas diajukan kepada
Gubernur Maluku Utara melalui Dinas ESDM Provinsi Maluku Utara.
7. Pemutakhiran. Penyelenggaraan program-program PPM oleh para
pemegang IUP/IUPK, harus diperbaharui secara berkala dan
berkelanjutan demi tercapainya visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah
kebijakan PPM sehingga selalu aktual sesuai dengan kondisi dan
permasalahan yang dihadapi.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral 124


Provinsi Maluku Utara
DAFTAR PUSTAKA

Alauddin, Rusdin., Alting, Husen., dan Sumar-Karman, Andi. 2014/2015.


Model Penyelesaian Sengketa Lahan Akibat Usaha Pertambangan
Nikel di Provinsi Maluku Utara. Laporan Penelitian. Hibah MP3EI
Ristekdikti.
Azrin, D. 2018. Kontribusi Perusahaan Pertambangan Indonesia Dalam
Pencapaian SDGs. Komite Lingkungan dan Kehutanan – APBI-
ICMA. Bandung.
BPD Provinsi Maluku Utara. 2019. Rancangan Akhir Rencana
Pembangunan Jangka Menegah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku
Utara 2019-2024. Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Ternate.
BPS. 2018. Indeks Pembangunan Pembangunan Manusia Provisni
Maluku Utara. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara.
Ternate.
BPS. 2019. Kompilasi Berita Resmi Statistik Provinsi Maluku Utara
Semester 1 2019. Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara.
Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara. Ternate.
BPS-Malut. 2019. Maluku Utara Dalam Angka 2019. Badan Pusat
Statistik Provinsi Maluku Utara. Ternate.
DUKCAPIL MALUT. 2019. Data Kependudukan Provinsi Maluku Utara
Semester 1 Tahun 2019. Bidang PIAK dan PD Disdukcapil Provinsi
Maluku Utara. Ternate.
Indika Energi. Berkelanjutan Memberdayakan Masyarakat .
2014.
Laporan Keberlanjutan. PT. Indika Energy Tbk. Jakarta
KEKR Malut. 2019. Indikator Ekonomi dan Perbankan Provinsi Maluku
Utara. Bank Indonesia. Bank Sentrral Republik Indoensia. Ternate.
Kementerian ESDM. 2017. Sistematika Penyusunan Cetak Biru (Blue
Print) Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Dirjen
Mineral dan Batubara. Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral. Jakarta.
Kementerian ESDM. 2019. Cetak Biru (BLUEPRINT) Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Pada Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. Dirjen Mineral dan Batubara. Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral. Jakarta.
Kementerian ESDM-RI. 2018. Keputusan Menteri Energi dan
Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor: 1824

125
K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan
dan Pemberdayaan Masyarakat. Kementerian Energi dan
Sumberdaya Mineral. Jakarta.
KSDM. 2015. Renstra KESDM Tahun 2015-2019. Kementerian Energi
dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia. Jakarta.
Muhammad, Hi. Halim. Tesis, 2008. Pengaruh Program ommunity
Development PT. Aneka Tambang, Tbk Terhadap Kemandirian
Masyarakat Pada Pasca Tambang di Kecamatan Pulau Gebe
Kabupaten Halmahera Tengah. Tesis Program Pasca Sarjana
Universitas Padjadjaran. Bandung.
Ombudsman RI. 2018. Potret Program Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Tambang: Antara Konsep dan
Praktek. Jakarta.

126
"
"
127°40'0"E 127°50'0"E " 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E 128°40'0"E 128°50'0"E

GosomaPitu
"
"" " ""
"

Upa
"
1°40'0"N

1°40'0"N
""
Pifu
"
Kupakupa"
"

"

Paca
Toguis "
"Jaro
Sangadji
"
" Mawea Jara-Jara
Goin Katana
" "
Trans MarimoiBololo
""Borona
"" " "
Patlean
"
"Tolisaur Tatam
" "
" " "

Pasilulu Trans
" " "
1°30'0"N

1°30'0"N
Gusuri PT. KURUN CERAH CIPTA Akelamo
"

"
Labilabi .
! Fumalanga"
"
"
"

Bailenget Iga Dodoram


Pediwang
Soamatik
" "
" "

Soakukum
"
Bori
Tolabit NN
"Torawat
"
Kukumutuk
"
"
"Soasangadji Tifonis
" "

Dorosagu"
Bililait NN
Tolewang Sasur
1°20'0"N

1°20'0"N
"
Dorolame
"
Daru
"
Tokau
" "
" "
Sinjingmajeku
"
Momoda
"
Bubale
" "
"NN
Trans Gamlaha
"

NN" Trans"
"
Hatetabako Tanjung Lili
"

AkemaakeFoli
" " "

Biang
" "
Lolobata Lolasita
"" "

Waringin Lamo
"
" "

Wangeotak Kusu LP" "NN


Gayok
"" "
Tutuling Jaya"Wokajaya
"
Kao
"
1°10'0"N

1°10'0"N
"
MatsaSosol Oyati
" "
Dodaga
NN
" "
Bobawa
"
""
Toboino"
" "

Tomabaru Subaim
Nanas"NN
AkedagaNN
"
" "
Fayau LP " Gurua
"
Gufasa
"
"Dakaino
Camat Wasile" Pasar
"" "

Wasile
"
""
Majid Cemara Jaya"
"

Kubul Bokojawa Saramaake Watam


" "

PT. ALAM RAYA ABADI !


"
"
" . "
PT. INDO BUMI!.NICKEL
.
!
Akesalaka Marasipno
Goluk
1°0'0"N

1°0'0"N
Trans
" "
Loleba Wayamli
"
Trans"
"
" NN "
PT. SAMBAKI TAMBANG SENTOSA
"
"
Besa .
!
PT. PRIVEN LESTARI
"

" Akeara
.
!
Nusa Ambu
Boso " " WaijoiNN PT. WANA KENCANA MINERAL Bukumatiti"NN
" " "
"
Lukifa
"
Soat"
"" .
!
NN
" "" "
" " "
"Parapara
"
Tuwakona
" "

Mabapura
0°50'0"N

0°50'0"N
Tewe" Pintatu Minamin
Nusajaya Mornopo
"
Braha
" "
"
Tomares PT. ANEKA TAMBANG
" " .
!
" "
"Gusale
Binagara PT. WANA HALMAHERA BARAT PERMAI
" "

Tabanalao"
" " " .
!
"
Tabanga
PT. ALNGIT RAYA
.
!
PT. MEGA HALTIM MINERAL
"
"

Wailukom
.
!
.
!
PT. POSITION MABA
"
"

.
! Soagimalaha
.
! "
"
0°40'0"N

0°40'0"N
Gotowasi
Loleolamo
""

PT. HARUM SUKSES MINING I PeteleiWaci Bicoli


PT. ADHITA !
NIKEL INDONESIA !
. . ""
"

Lokulamo PT. KARYACIPTA SUKSES LESTARI


"
.
!
Sakam
0°30'0"N

0°30'0"N
Gemaf
Lelilef
"
Sagea Sepo
Fritu
"
"
Kobe Sorono
" " "
Waleh
"
"
Yeke
"" "

Mesa Dote Botlol


BaleNN Paniti
" " "

NN Tului "Masure
" "
Selanipi
"
"Kosa
"
Gita
" " "
" "
Taseho Sibenpopo
" "
"
PayaheTobaru Moreala
WEDA
"
NN
0°20'0"N

0°20'0"N

"
Banemo
"
NN
" "
"

Nusliku Gemia
" " "

Laifan "
Patani
"Jeisowo
NN
" "
"
"

127°40'0"E 127°50'0"E 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E 128°40'0"E 128°50'0"E


"
" "

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN


"

"
U Legenda :
Komoditas : Nikel
Provinsi : Maluku Utara
d
SKALA 1 : 500.000
"

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
Kabupaten : Halmahera Timur Sungai

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
" "
2°6'0"N 2°10'30"N 2°15'0"N 2°19'30"N 2°24'0"N 2°28'30"N 126°7'30"E 126°13'30"E 126°19'30"E 126°25'30"E 126°31'30"E 126°37'30"E 126°43'30"E 126°49'30"E 126°55'30"E 127°1'30"E 127°7'30"E 127°13'30"E 127°19'30"E 127°25'30"E 127°31'30"E 127°37'30"E 127°43'30"E 127°49'30"E 127°55'30"E 128°1'30"E 128°7'30"E 128°13'30"E 128°19'30"E 128°25'30"E 128°31'30"E 128°37'30"E 128°43'30"E 128°49'30"E 128°55'30"E 129°1'30"E 129°7'30"E 129°13'30"E 129°19'30"E 129°25'30"E 129°31'30"E 129°37'30"E
"
"

Ciogerong
Misio"Gurua

2°9'0"N 2°13'30"N 2°18'0"N 2°22'30"N 2°27'0"N


"

Baeo
"
" Aru Sakita"Sale
Damomonge"Loleo Tutuhu
" "

Tawakali"Yao
"" ""

"
Posiposi" Bido
Cera
" "

WayabulaNN
"
Salube"
Dama Lafau
NN Trans Buhobuho
" " "

NN Pacau Supu
"
Dedeta Wewemo ""
"

NN
"" "
"Mira
"

Jikolamo"Fitako
" "
Gisi Usbar" Trans
""" " "
Jere
"
"NN " "
Rotong" "
"

Pelita
" Pilowo " Trans SambikiRahmat
Dorume Ngajam
"
Sangowo
""
Beringin Jaya NN
" " "" "
Daeo
"

2°4'30"N
"
Doitia
"

Togasa""Lapi Darame "


"

Jobubu
" "
"Juango
" " " "" "
DARUBA
1°7'30"N 1°12'0"N 1°16'30"N 1°21'0"N 1°25'30"N 1°30'0"N 1°34'30"N 1°39'0"N 1°43'30"N 1°48'0"N 1°52'30"N 1°57'0"N 2°1'30"N

" "
" ""
Asimiro Dodowo

1°6'0"N 1°10'30"N 1°15'0"N 1°19'30"N 1°24'0"N 1°28'30"N 1°33'0"N 1°37'30"N 1°42'0"N 1°46'30"N 1°51'0"N 1°55'30"N 2°0'0"N
"
" "

Baja Salimuli
"
NNNN "
" "
"
Pumadada"
"

PT. HALMAHERA JAYA MINING


"" "
"
"
GamkahePT. TRI
"
. "USAHA
! "
BARU
BakuluRoko" """ " Soasio
NN
"
"
.
!
""Ori
"NN
""
Bale "
" " ""
Mede
"""
Bakun Pante
" "
Galala"
Trans Jano Ruko Kokora
""
" "
Buo NN" " NN
"
" "
" "
Salu
" "
Toze Gosoma Upa
"""" ""
"

ToguisKedi "Pifu
"" "
"

Toguis Paca Jaro


"
"
Bosola
"
" ""
Mawea Jara-Jara
Goin
"
Duono Trans Bololo
" " "
Patlean
"
Borona Tatam Marimoi
Tabaol""Podoi
"""
Trans
" " " "
"" "" " "
Tolisaur Gusuri" Akelamo
" "
Tahafo""""""""
"

Naga Labilabi Fumalanga"


Sarau
"
Bailenget Iga
"
Dodoram
"
Bataka """"
" " "

Talaga Soamatik
Bori NN
" "
Tolabit
" " "
""
Baru""Adu Torawat
"

Dorosagu"Tifonis
"
" "
Kukumutuk
"
NN
"
Sasur
" ""
Tabobo "Dorolame
"
Tokau " " Daru
Bubale
"

"NN "
"
Gorogoro Tosoa Trans "
" "" " "

Tanjung Lili
" "

Tuguaer PT. ORO KNI "NN "Trans Akemaake Foli


Lolasita
" " " " " "
" " "
Peot Goal PT. ORO KNI Biang Lolobata
" "
.
! "
NN
"
Kusu LP
"
Todahe"
"
" "

" "Kao
Wokajaya
"
MatsaSosol
.
!
Golo Surabi
" " "
Loce
" "
NN
"
" "
"" "
"
Subaim
" "
""
" " "
Tacim" Awer Bobawa NN
"
Pileri
"
" " ""
"
"
" "
" NN
" " " ""
FayauLP" "" "
"
"" "
"
"

"Gufasa Nanas Pasar


"""" " "
""" "
"Tuada
"
Bobo Payo "Wasile
" " "" "
Kubul Mekarsari Watam
" "" "
"
""""
0°40'30"N 0°45'0"N 0°49'30"N 0°54'0"N 0°58'30"N 1°3'0"N

"Saria Matui
"
Saramaake
"" "
"" "" " "

0°43'30"N 0°48'0"N 0°52'30"N 0°57'0"N 1°1'30"N


" "

Goluk Marasipno
Tauro Loleba Trans"Trans"
"

Akelamo Kao NN
" "
NN Wayamli
" "
Besa"
""
Ratem""
" " "

"Moiso
Togolobe NN
"
Buli
Boso NN Bukumatiti ""NN
""
Domato Soat"""
"" " "
Bula Akeara " " " " NN
"" " ""

Saolat
" " """ " "

Togafo"Loto
"
Tewe
""" "
Parapara Mornopo
""" " "
"Soa Toniku Islam" Braha
" ""
" Tomares
"
Dorpedu" Rua"""""""
" ""
" " "
""
Moya
" " " " "
NN" Tabanga "Binagara
" "
Gambesi NN
"""""
""
" "" "
" ""
"" ""
" Gamgau Oba
""
""""""""
" NN Wailukom
SasaOme
" ""
" MABA
"
"
" " " "
Mareku Bobo NN Kusu
" " ""
"
"Soagimalaha
" " """ "
"" "
" "
" "
"" "
126°7'30"E 126°13'30"E 126°19'30"E 126°25'30"E 126°31'30"E 126°37'30"E 126°43'30"E 126°49'30"E 126°55'30"E 127°1'30"E 127°7'30"E 127°13'30"E 127°19'30"E""127°25'30"E
" 127°31'30"E
" 127°37'30"E 127°43'30"E 127°49'30"E 127°55'30"E 128°1'30"E 128°7'30"E 128°13'30"E 128°19'30"E 128°25'30"E 128°31'30"E 128°37'30"E 128°43'30"E 128°49'30"E 128°55'30"E 129°1'30"E 129°7'30"E 129°13'30"E 129°19'30"E 129°25'30"E 129°31'30"E 129°37'30"E
" ""

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN


" "

U Legenda :
Komoditas
Lokasi
:
:
Emas, Tembaga
Wasile
d
SKALA 1 : 1.000.000 .
!
" Desa
Izin Usaha Pertambangan
0 0,5 1 2 3 4 5 Cm
Provinsi : Maluku Utara 0 5 10 20 30 40 50 Km
Sungai
Kabupaten : Halmahera Barat

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
" "
" " " "
""127°33'0"E 127°37'30"E 127°42'0"E 127°46'30"E 127°51'0"E 127°55'30"E
" 128°0'0"E 128°4'30"E 128°9'0"E 128°13'30"E 128°18'0"E 128°22'30"E 128°27'0"E 128°31'30"E 128°36'0"E 128°40'30"E 128°45'0"E 128°49'30"E 128°54'0"E 128°58'30"E 129°3'0"E 129°7'30"E 129°12'0"E 129°16'30"E 129°21'0"E 129°25'30"E 129°30'0"E 129°34'30"E 129°39'0"E 129°43'30"E 129°48'0"E 129°52'30"E 129°57'0"E 130°1'30"E 130°6'0"E 130°10'30"E
"
Besa
0°55'30"N

" Moiso
"
Akeara

0°54'0"N
Nusa Ambu Bukumatiti"NN
""

" Boso
" Domato NN
"" """ "

"Lukifa" NN Soat"""Saolat Buli


" "
" " "" " " " "
0°51'0"N

Akilaha "
Tewe Minamin
"
Pintatu
"

0°49'30"N
Mornopo
"
Braha
"
Tomares
"
Kayasa
" "
" "
Binagara
" "
0°46'30"N

NN Tabanga
"" "" ""
NN
" "

0°45'0"N
Guruaping
Wailukom
""
Oba
"
"
Kusu Soagimalaha"MABA
""
"" " Ampera
" "
0°42'0"N

" " "

0°40'30"N
Tobaru
" "

LoleolamoGotowasi
"
"
Paceda
0°37'30"N

PT.!
.KARYA
. SIAGA
"
PeteleiWaci
" " "
.!
!
" Bula

0°36'0"N
"

"Sofan
.
! .PT. TEKINDO ENERGI II "Bicoli
""
" !
Loleo PT. BHAKTI PERTIWI NUSANTARA PT. HARUM SUKSES MINING II
.
!
0°33'0"N

"

Lokulamo
. !
!
PT. FIRST
. PACIFIC MINING
.
Gumi

0°31'30"N
"
"NN
" !
PT. ZHONG HAI NIKEL MINING INDONESIA
"
Sakam
"Loko
" .
!
.PT.
. ZHONG HAI RARE METAL MINING INDONESIA
0°28'30"N

"
! !
NN"NN Gemaf"
"
Kobe
"
"Fritu Sepo

0°27'0"N
" " "
"" NN Yeke
" "

Lola Bale Waleh" Mesa Dote Botlol Paniti


"

NN " " "NN "Masure


0°24'0"N

" "
Selanipi
"

Gita Tului"Kosa
" "

0°22'30"N
Sibenpopo
"
" " "

" Moreala
"

Taseho WEDA NN
"
Banemo
0°19'30"N

"
Tobaru
""
Nusliku NN" " PT. BAWO KEKAL SEJAHTERA INTERNASIONAL
" "

Laifan
"

0°18'0"N
"Patani NN
"
" .
!
Jeisowo"
""

Kusuk Loleo
0°15'0"N

Tilope""Sosowomo

0°13'30"N
Sinopa
" "
"
Tinaun
0°10'30"N

Wairoro
Tafaga
"

0°3'0"N 0°6'0"N 0°9'0"N


"
" Maidi

Wosnu
"
Lifofa
0°3'0"N 0°6'0"N

"
"
Boli
"

Dehepodo
"
" "
Mafa
Nuku
"
Lalubi
Batula PT. ELSADAY MULIA II
"
0°0'0"

0°0'0"
"Comira
"
.PT. MINERAL TROBOS
PT. FAJAR BHAKTI LINTAS NUSANTARA
!
Posiposi
"
. Sanafi
0°3'0"S

0°3'0"S
Akelamo
!
Samat"Hapo Kacepi
" .
!
"
"

"Samo
"
Kapaleo"
"
0°6'0"S

0°6'0"S
" Fida PT. ELSADAY MULIA I
"
.!
! .PT. GEBE SENTRA NICKEL
0°24'0"S 0°21'0"S 0°18'0"S 0°15'0"S 0°12'0"S 0°9'0"S

0°24'0"S 0°21'0"S 0°18'0"S 0°15'0"S 0°12'0"S 0°9'0"S


Meloku Wosi . !
! PT. LOPOLY MINING CDX
"
Tokaka
"
..PT.
PT. ANUGRAH SUKSES MINING
! " BARTRA PUTRA MULIA
"

Fulai
Dolik"Boso
""

Geti Doro Matuting


"
Cango
Koititi "Saketa "Ds. Marimoi
"
Timlonga
" " "
"
"
Gorogoro Tagea
" "

"
"
127°33'0"E 127°37'30"E" 127°42'0"E 127°46'30"E 127°51'0"E 127°55'30"E
" 128°0'0"E 128°4'30"E 128°9'0"E 128°13'30"E 128°18'0"E 128°22'30"E 128°27'0"E 128°31'30"E 128°36'0"E 128°40'30"E 128°45'0"E 128°49'30"E 128°54'0"E 128°58'30"E 129°3'0"E 129°7'30"E 129°12'0"E 129°16'30"E 129°21'0"E 129°25'30"E 129°30'0"E 129°34'30"E 129°39'0"E 129°43'30"E 129°48'0"E 129°52'30"E 129°57'0"E 130°1'30"E 130°6'0"E 130°10'30"E

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN Legenda :


"

Komoditas
Lokasi
:
:
Nikel
Wasile
d
SKALA 1 : 750.000
"

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
0 0,5 1 2 3 4 5 Cm
Provinsi : Maluku Utara 0 5 7,5 15 22,5 30 37,5 Km
Sungai
Kabupaten : Halmahera Tengah

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
" "
" "" "
127°0'0"E 127°10'0"E 127°20'0"E " 127°30'0"E "
" 127°40'0"E 127°50'0"E 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E 128°40'0"E
"
" "NN "Yeke Mesa Dote Botlol
"" "
Tauno BaleNN
Masure
"NN Selanipi
"
Ngofagita Kosa
" "
Tiofor
" " "" "
Gita Tului Sibenpopo"
" "

" Moreala
"
NN "" Singapati
" "
Taseho WEDA
"
Tagono NN Banemo
0°20'0"N

0°20'0"N
" "
Peleri Tobaru
" ""
Nusliku
" "
TalapaoBabawa
"
"
Laifan
" "
"

"Mailoa
" "
"" "

Kusuk Loleo
Tilope""Sosowomo
Sinopa
" "
"
Tinaun Wairoro
Gafi
0°10'0"N

0°10'0"N
Kareca Tafaga
"
Nanasi
"
"Maidi
"
""
Ake Jojaru
"

Wosnu
"

Waisipang
" Lifofa "
"
Boli
"
"
Dehepodo
"

AkedaboTagono
" "
Mafa
Guruaping Nuku
"
Lalubi
" "

NN Batula
" "
0°0'0"

0°0'0"
Tolimau"" " "Comira
"

" Galela
Dorolamo Posiposi
"
Akelamo
Bulikecil Samat"Hapo
"
"Samo
" "
"
" Fida
"

Wosi
0°10'0"S

0°10'0"S
Meloku
Goma Tokaka
" "

Baru"
"
" NN Guar
"

Jebubu Guai""
" "Mokara Dowongigila Fulai
"" ""
"

Dolik"Boso
""
Mamang
"

Ruta Geti Doro Matuting


Cango
"
Palamea
"
0°20'0"S

0°20'0"S
Waringin" Koititi" "Saketa "Ds. Marimoi
"
Timlonga
" " " "

Doko ! PT. BANUA SANGGAM LESTARI Tagea


Gorogoro
" "
"Supai"Ngahi
.
"
Lompus
NN
"
Yaba
"
Bisori Indari " "Jojame Lelewi
" " "
Sabatang
"
Ali
" "
Waringin Nandang
"
PT. INDONESIA MAS MULIA
.
!
Bisui
" "
"
Marikapal"""
"

Nanpang
"
Oha Luim
"
"Jere
"
0°30'0"S

0°30'0"S
"
Kukupang Delima
" "
Poan
"

Lenggudi"Parumpa ""Wailasa Taba HidayatGaimu


" "
" " "
Bori "

Kaputusang" Sumae Papaceda


" "
"

Bajo Sangkuanglamo LABUHA Babang


" Tomori Tabamasa
"

Sayoang"Tawa Rangaranga
"

Parapotang Kecil "Obit


" " ""
Lemolemo
" "
"Kupal
" "" " "
Tuwokona"
0°40'0"S

0°40'0"S
BibinoiTutupa
"
""Gandasuli
" "

Gane Luar
Dong Tabapoma"Tomara
" "
Sawadai Tawa
" "
" "
Wayaua Wayatim
"
Awis
" "

Kubung
PT. KIERAHA TAMBANG SENTOSA "Jibubu
"
Garung Garung
" "

Bau Gane Dalam


"
Opang
"
" .
!
Pigaraja
"
""
Yamli
"Kapalmaloleo Dowora
"
0°50'0"S

0°50'0"S
Silang
"

Liaro " Segli


Wayakuba
" "
" "

Kukupang
"

NN
1°0'0"S

1°0'0"S
"

Wonto Koto
1°10'0"S

1°10'0"S
" Yome
Madopolo
"

Kapala Buaya"
"

Baru Anggai
1°20'0"S

1°20'0"S
PT. OBI PRIMA NIKEL "NN JikotamoSambiki
"
" " " ""
PT. AMASING TABARA
.
! NN ! . .
!
""
Kadera
Jikodolong
PT. WANATIARA PERSADA . !
! .
PT. HALIM PRATAMA Kelo
"
.
!
PT. RIMBA KARUNIA! .ALAM .PT.!
! .OBI PUTRA MANDIRI "
Sesepe
1°30'0"S

1°30'0"S

Tawa
.
! "

Kawasi
Sum
"
" !
.
Loji PT. GANE PERMAI SENTOSA "
" .
!
PT. BELA KENCANA
Soligi
.
!
Bobo
1°40'0"S

1°40'0"S

Gambaru"Fluk
"

Rijang " Wooi


.
!
Wayaloar PT. BELA SARANA PERMAI
" "
" "
"

127°0'0"E 127°10'0"E 127°20'0"E 127°30'0"E 127°40'0"E 127°50'0"E 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E 128°40'0"E

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN U Legenda :


Komoditas : Nikel, Emas
Provinsi : Maluku Utara SKALA 1 : 500.000
d "

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
Kabupaten : Halmahera Selatan Sungai

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
"
127°50'0"E 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E " 128°40'0"E 128°50'0"E 129°0'0"E

Padang
" NN Sopi
Titigali "Sopi
Ici Pangeo
" " "

PT. KARUNIA ARTA KAMILIN


" "!
.

Losuwo
Hapo "
Kurago
PT. INTIM JAYA KARYA I
" "!
.
Aru
2°30'0"N

2°30'0"N
Libano "
"

Misio
"

Ciogerong Gurua
" "

Berebere
Baeo
Sakita"Sale
" "
"
Aru
"
Capali "
Tawakali
"
"

Loleo
Damomonge PT. INTIM JAYA KARYA II Yao
"
2°20'0"N

2°20'0"N
Tutuhu
" "
.
!
Bido
"

Posiposi "

Wayabula
"
"

"

NN
Lafau
"
Dama
"
" "

Tieli
"

NN NN Trans
Gosomamaluku"Buhobuho
"

Pacau "Usbar
"
Supu
" " "
"
Cucumare Wewemo
Aru Irian"
" "
" "
Mira
2°10'0"N

2°10'0"N
Kapakapa
" "
Waringin Trans "
Gisi
"
" "
Jere
Galogalo"NN
"

Kailupa "

Pilowo Rahmat
"
"
Trans Sambiki
"
Pelita
"
" " " "
"
Ngajam
" "
"
"

JobubuDaeo
NN Momojiu"Sabatai Tua "
Doitia DARUBA Totodoku
"
"Darame
"
Lapi
" "
"
Togasa" Wawama
" "
Pandanga" "
" "
"
Tutumaloleo Juango
"
"Ake Pitau "
2°0'0"N

2°0'0"N
"

Dodowo
"
"

127°50'0"E 128°0'0"E 128°10'0"E 128°20'0"E 128°30'0"E 128°40'0"E 128°50'0"E 129°0'0"E

PETA" SEBARAN
" WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN Legenda :
"
" U

Komoditas
Lokasi
:
:
Nikel
Wasile
d
SKALA 1 : 750.000
"

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
0 0,5 1 2 3 4 5 Cm
Provinsi : Maluku Utara 0 5 7,5 15 22,5 30 37,5 Km
Sungai
Kabupaten : Pulau Morotai

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
" "
2°6'0"N 2°10'30"N 2°15'0"N 2°19'30"N 2°24'0"N 2°28'30"N 126°7'30"E 126°13'30"E 126°19'30"E 126°25'30"E 126°31'30"E 126°37'30"E 126°43'30"E 126°49'30"E 126°55'30"E 127°1'30"E 127°7'30"E 127°13'30"E 127°19'30"E 127°25'30"E 127°31'30"E 127°37'30"E 127°43'30"E 127°49'30"E 127°55'30"E 128°1'30"E 128°7'30"E 128°13'30"E 128°19'30"E 128°25'30"E 128°31'30"E 128°37'30"E 128°43'30"E 128°49'30"E 128°55'30"E 129°1'30"E 129°7'30"E 129°13'30"E 129°19'30"E 129°25'30"E 129°31'30"E 129°37'30"E
"
"

Ciogerong
Misio"Gurua

2°9'0"N 2°13'30"N 2°18'0"N 2°22'30"N 2°27'0"N


"

Baeo
"
" Aru Sakita"Sale
Damomonge"Loleo Tutuhu
" "

Tawakali"Yao
"" ""

"
Posiposi" Bido
PT. DEWI RINJANI " "

PT. MINERAL ELOK SEJAHTERA


"
Cera"" ! Lafau
..
!
Dama Pacau NN Trans Buhobuho
.
! "
PT. PUTRA PANGESTU
""
Supu
"
"" "
NN Wewemo ""
"NN "Mira
" " "
Gisi Usbar"" Trans
""" " "
Dedeta Jere "NN " "
Rotong"
"

Pelita Pilowo Trans SambikiRahmat


"
" "
Dorume Ngajam
"
Sangowo
""
Beringin Jaya NN
" " "" "
Daeo
"

2°4'30"N
"
Doitia
"

Togasa""Lapi Darame "


"

Jobubu
" "
"Juango
" " " "" "
DARUBA
1°7'30"N 1°12'0"N 1°16'30"N 1°21'0"N 1°25'30"N 1°30'0"N 1°34'30"N 1°39'0"N 1°43'30"N 1°48'0"N 1°52'30"N 1°57'0"N 2°1'30"N

" "
" ""
Asimiro Dodowo

1°6'0"N 1°10'30"N 1°15'0"N 1°19'30"N 1°24'0"N 1°28'30"N 1°33'0"N 1°37'30"N 1°42'0"N 1°46'30"N 1°51'0"N 1°55'30"N 2°0'0"N
"
" "

Baja Salimuli
"
NNNN "
" "
"
"

PT. HALMAHERA JAYA " MINING


" "" "
"
"
Gamkahe Roko"
.
! Kau
"

Bakulu "NN """ " Soasio


"
"
Bakun Pante" ""Ori
"NN
""
Bale "
""
Mede
" " """ "
Galala"
Trans Jano Ruko Kokora
""
" "
Buo NN" " NN
"
" "
" "
Salu
" "
Toze Gosoma Upa
"""" ""
"

ToguisKedi "Pifu
"" "
"

Toguis Paca Jaro


"
"
Bosola
"
" ""
Mawea Jara-Jara
Goin
"
Duono Trans Bololo
" " "
Patlean
"
Borona Tatam Marimoi
Tabaol""Podoi
"""
Trans
" " " "
"" "" " "
Tolisaur Gusuri" Akelamo
" "
Tahafo""""""""
"

Naga Labilabi Fumalanga"


Sarau
"
Bailenget Iga
"
Dodoram
"
Bataka """"
" " "

Talaga Soamatik
Bori NN
" "
Tolabit
" " "
""
Baru""Adu Torawat
"

Dorosagu"Tifonis
"
" "
Kukumutuk
"
NN
"
Sasur
" ""
Tabobo "Dorolame
"
Tokau " " Daru
Bubale
"

Dikang""NN "
"
Gorogoro"Tosoa Trans "
" "" " "

Tanjung Lili
" "

Tuguaer "NN "Trans Akemaake Foli


Lolasita
" " " "
" " "
Peot Goal Biang Lolobata
" "
Waringin Lamo
"
NN
"
LP
"
Todahe"
"
" "

KSU BERINGIN " JAYA


Wokajaya
"
Golo
" " "
Loce
" " "
NN
" "
"" "
. """"Sosol Kao
"
"
Subaim
" "
""
" " "
. !
!
NN
"
PT. NUSA HALMAHERA MINERALS Matsa
"" " "
" "
" NN
" " ""
LP" "" "
"
""" "
"
"
Nanas Pasar
"
""" " "
""" "
PayoPT. TERRAREX LUMINS JAYA Fayau
"
"
" "" "
Watam
"
Mekarsari
" "" "
"
""" " "
Saramaake
0°40'30"N 0°45'0"N 0°49'30"N 0°54'0"N 0°58'30"N 1°3'0"N

" "
"Bobo Tuada Kubul
" " "
"" "" " "

0°43'30"N 0°48'0"N 0°52'30"N 0°57'0"N 1°1'30"N


" "
.
!
Saria Goluk Marasipno
Tauro Loleba Trans"Trans"
"
NN
" "
NN Wayamli
" "
Besa"
""
Ratem""
" " "

"Moiso
Togolobe NN
"
Buli
Boso NN Bukumatiti ""NN
""
Domato Soat"""
"" " "
Bula Akeara " " " " NN
"" " ""

Saolat
" " """ " "

Togafo"Loto
"
Tewe
""" "
Parapara Mornopo
""" " "
"Soa Toniku Islam" Braha
" ""
" Tomares
"
Dorpedu" Rua"""""""
" ""
" " "
""
Moya
" " " " "
NN" Tabanga "Binagara
" "
Gambesi NN
"""""
""
" "" "
" ""
"" ""
" Gamgau Oba
""
""""""""
" NN Wailukom
SasaOme
" ""
" MABA
"
"
" " " "
Mareku Bobo NN Kusu
" " ""
"
"Soagimalaha
" " """ "
"" "
" "
" "
"" "
126°7'30"E 126°13'30"E 126°19'30"E 126°25'30"E 126°31'30"E 126°37'30"E 126°43'30"E 126°49'30"E 126°55'30"E 127°1'30"E 127°7'30"E 127°13'30"E 127°19'30"E""127°25'30"E
" 127°31'30"E
" 127°37'30"E 127°43'30"E 127°49'30"E 127°55'30"E 128°1'30"E 128°7'30"E 128°13'30"E 128°19'30"E 128°25'30"E 128°31'30"E 128°37'30"E 128°43'30"E 128°49'30"E 128°55'30"E 129°1'30"E 129°7'30"E 129°13'30"E 129°19'30"E 129°25'30"E 129°31'30"E 129°37'30"E
" ""

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN


" "

U Legenda :
Komoditas
Lokasi
:
:
Emas, Mangan
Wasile
d
SKALA 1 : 1.000.000 .
!
" Desa
Izin Usaha Pertambangan
0 0,5 1 2 3 4 5 Cm
Provinsi : Maluku Utara 0 5 10 20 30 40 50 Km
Sungai
Kabupaten : Halmahera Utara

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
" " " " " "
"
"
""
" "" "
"
126°43'30"E 126°46'30"E 126°49'30"E 126°52'30"E 126°55'30"E 126°58'30"E 127°1'30"E 127°4'30"E 127°7'30"E 127°10'30"E 127°13'30"E 127°16'30"E 127°19'30"E
"" 127°22'30"E 127°25'30"E 127°28'30"E 127°31'30"E 127°34'30"E 127°37'30"E" 127°40'30"E 127°43'30"E 127°46'30"E 127°49'30"E 127°52'30"E 127°55'30"E 127°58'30"E
" 128°1'30"E 128°4'30"E 128°7'30"E 128°10'30"E 128°13'30"E 128°16'30"E 128°19'30"E 128°22'30"E 128°25'30"E 128°28'30"E
""
Tuwakona
"
" Tubo
Loto Mabapura
" "" "

Togafo" Tewe" Minamin


0°49'30"N

0°49'30"N
Tabam" " Pintatu
"

Nusajaya" Mornopo
""" "
Soa Braha
"
Moya
"
Dorpedu
" " "
Tomares
""
Kayasa
" " " "
Rua " Jati
" " "
""""
"Gusale
"
""
Binagara
""
"
0°46'30"N

0°46'30"N
"""" " "
Tabanalao"
""""" " " "
Jambula Sasa NN Tabanga
" " "
" " Tahua Galala
" " "

Mejui NN
GambesiFitu
" "
SOFIFI ""
"" "" " "
"
" Durian
NN Doyado Sobajiko Wailukom
" "
Ome" " Oba
0°43'30"N

0°43'30"N
" " ""
"Akesahu MABA
" Kusu
" " "
Soagimalaha"
" "
"
Mareku Buabua "NN Somahode
"
"
Bobo
0°40'30"N

0°40'30"N
Tomagoba
" "
Tobaru
"

Toloe
"
Saramaake ""Pasigau
"
" NN Topo
" "
Gotowasi
"Tongoai Norama Ake
"
0°37'30"N

0°37'30"N
" "
""
Tobaleu Loleolamo
" "
"
Gumale Waci
" Bula
Mare Petelei
""

Dowe" Sofan"
"
0°34'30"N

0°34'30"N
"Loleo PT. SHANA TOVA ANUGERAH
"Kofo
"
"

Akelamo
.
!
" Masifo Lokulamo
0°31'30"N

0°31'30"N
Gumi
" "
" NN
Akeguraci"
Moti "Loko Gemaf
Takofi Lelilef
0°28'30"N

0°28'30"N
Tafaga Sagea Sepo
Fritu
" " "

NN"NN
"
"NN
"
Kobe
"
Sorono
" " "
Waleh
"
" " Lola "
0°25'30"N

0°25'30"N
NN Yeke
"" "
Tauno Mesa Dote Botlol
GitaNN TuluiBale
"

" NN
" "
" " "

"Kosa
Ngofagita "Todapa
" " "
0°22'30"N

0°22'30"N
" Tiofor
"
"
"Taseho
Singapati
"
NN
"

WEDA
"
" Tobaru
"

Tagono
" " "

" NN
Payahe"
0°19'30"N

0°19'30"N
"

Talapao"Babawa Peleri
"
Nusliku
Malapa Tahane Laifan
" "
"

"Mailoa
0°16'30"N

0°16'30"N
" "
"

Loleo
Kusuk
Tilope""
0°13'30"N

0°13'30"N
"
Sinopa
"
"

Tinaun
0°10'30"N

0°10'30"N
Gafi " Wairoro
"
Kareca Tafaga
"
Nanasi " Maidi
Ake Jojaru
0°7'30"N

0°7'30"N
" "
"

Warsipang
"

Lifofa Wosnu
"
Waisipang
"

Foya
" "
0°4'30"N

0°4'30"N
Boli
"
"

Dehepodo "
"Mafa
AkedaboTagono "
0°1'30"N

0°1'30"N
"
Guruaping Nuku
Lalubi
"
" "

NN Batula
"

Tolimau"" "Galela "Comira


0°1'30"S

0°1'30"S
" "
Posiposi
"
126°43'30"E 126°46'30"E 126°49'30"E 126°52'30"E 126°55'30"E 126°58'30"E 127°1'30"E 127°4'30"E 127°7'30"E 127°10'30"E 127°13'30"E 127°16'30"E
" 127°19'30"E 127°22'30"E 127°25'30"E 127°28'30"E 127°31'30"E 127°34'30"E 127°37'30"E 127°40'30"E 127°43'30"E 127°46'30"E 127°49'30"E 127°52'30"E 127°55'30"E
" 127°58'30"E 128°1'30"E 128°4'30"E 128°7'30"E 128°10'30"E 128°13'30"E 128°16'30"E 128°19'30"E 128°22'30"E 128°25'30"E 128°28'30"E
"

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN


" "

U Legenda :
Komoditas
Lokasi
:
:
Emas
Wasile
d
SKALA 1 : 50.000
"

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
0 0,5 1 2 3 4 5 Km
Provinsi : Maluku Utara 0 0,5 1 2 3 4 5 Cm
Sungai
Kabupaten : Tidore Kepulauan

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
124°20'0"E 124°30'0"E 124°40'0"E 124°50'0"E 125°0'0"E 125°10'0"E 125°20'0"E

Sahu Nunca NN
MintonGela
" " "

Tolong Todoli Tikong


" "
Nabi
Balinggolo" Dege
"
1°40'0"S

1°40'0"S
Natangkuning
" " "
Una Mananga
" "

PT. BUMI SAKAKARYA Kobu


" "
Lede
"
Padang "
Penu
Bua
"
"
.
! "
"
Ufung
"
PT. INDOMEGA DIRGASAKTI Parigi
"
.
!
PT. ADIDAYA TANGGUH PT. INDOMEGA CAHAYA BUMI PERSADADs. Made Golofuno
.
! PT. SAPTAWIRASTA MANDIRI .
! " Tubang "
Wayhaya .
! "
PT. ANDALAN TERANG BERSAMA SEJAHTERA
Samuya
"
PT. TALIABU MINERALINDO JAYA SAKTI .
! "
.
!
PT. PATRIA SEKAR LAKSANA MULIAPT. ZOUK
PT. BUMI SAKAKARYA SUKSES MAKMUR
"
.
! .
!
PT. BINTANI MEGAHINDAH
.
!
PT. INDOMEGA DARMA INDAH SAKTI
1°50'0"S

1°50'0"S
.
!
.
! PT. ANDALAN TERANG Waifui
PT. WIRABAHANA PERKASA
. SEJAHTERA "
Asanahung
!
PT. TALIABU MINERALINDO TATA PERSADA
.
!
.
! PT. BUMI SAKAKARYA NUSA PRATAMA" Waikaday
PT. PATRIA SEKARJAYA
"
.
!
Kamaya
"
PT. BINTANI KARYA BUMI PERSADA Tabona 3Tabona .
! Mantarara Kuyu
Kramat
" " "
.
! " "
"
Pancado Losseng
PT. TALIABU MINERALINDO SEJAHTERA PT. BINTARA HARDASURYA
" "
Kabuno Sofan
.
! .
! Kawada
Karebreu
" "
"
Bobong
Waikilo
"
"
"

PT. BINTANI MEGAH KARYA PERSADA"Bapenu


Langkuba .
!
"

Pamau
2°0'0"S

2°0'0"S
Kawalo"
Holbota "

Tanjung Merah "


"

124°20'0"E 124°30'0"E 124°40'0"E 124°50'0"E 125°0'0"E 125°10'0"E 125°20'0"E

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN U Legenda :


Komoditas : Bijih Besi
Provinsi : Maluku Utara
d
SKALA 1 : 300.000 .
!
" Desa
Izin Usaha Pertambangan
Kabupaten : Pulau Taliabu Sungai

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
1°40'0"S 125°20'0"E 125°30'0"E 125°40'0"E 125°50'0"E 126°0'0"E 126°10'0"E 126°20'0"E

1°40'0"S
Lekokadai
Lekosula
" "
"
Bantala
Dofa "
Wailoba
Madapuhi Binono
"
"
Jiko Kumolamo
"
Sanihaya
" "
Minaluli " "
1°50'0"S

1°50'0"S
PT. WIRABAHANA KILAU MANDIRINN
"

Waifui PT. INDOMINERAL UTAMA SEJAHTERA


. "
! PT. ANEKA MINERAL UTAMA
PT. BINTANI MEGAH TATA BERSAMA
"
.
! .
!
PT. WIRABAHANA PERKASA INDAH
.
!
Tonggo PT. INDOTAMA MINERAL INDONESIA PT. WIRABAHANA
.
! PERKASA ANUGRAH
" .
! .
!
.
!
Waigafu
PT. WIRABAHANA PERKASA Fagudu
PT. BINTARA SURYA NUSA JAYA
" "
.
!
Capalulu
"
.
!
Ipagapi Waitina
NN" NN
"
Kaporo
"
"
Ulfoa "
"
"
Buya "
"

Wainim Kuma
"
" "

PoheaBajo
2°0'0"S

2°0'0"S
" "

Malbufa
" Kampung Baru
Fokalik
"

SANANA"Mangon
"

Fogi
"
Parantina2
WaiharnaWai Ipa
"
Parantina1
"
"
"
"

Nahi Umaloya
" Pastina"
"

Wailau
"

Ona
"
Waiboga
2°10'0"S

2°10'0"S
"

125°20'0"E 125°30'0"E 125°40'0"E 125°50'0"E 126°0'0"E 126°10'0"E 126°20'0"E

PETA SEBARAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN U Legenda :


" "
"

Komoditas : Bijih Besi


Provinsi : Maluku Utara
d
SKALA 1 : 300.000
"

.
!
Desa
Izin Usaha Pertambangan
Kabupaten : Kepulauan Sula Sungai

Keterangan :
Sistem Proyeksi : Universal Transverse Mercatore Zone 52U
Sistem Koordinat : WGS 1984
Datum : WGS 1984
PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA`
NOMOR 12 TAHUN 2012

TENTANG

PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR MALUKU UTARA,

Menimbang : a. bahwa kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara merupakan


kegiatan usaha pertambangan yang mempunyai peranan penting dalam
memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi
nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan;
b. bahwa mineral dan batubara merupakan sumber daya alam tak terbarukan,
pengelolaan pengusahaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien,
transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
c. bahwa dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, maka Peraturan Daerah
Provinsi Maluku Utara Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Usaha
Pertambangan Umum sudah tidak sesuai lagi sehingga dibutuhkan
pengaturan kembali di bidang pertambangan yang dapat mengelola dan
mengusahakan potensi bahan tambang secara mandiri, andal, transparan,
berdaya saing, efisien dan berwawasan lingkungan guna menjamin
pembangunan daerah secara berkelanjutan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi
Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat
(Lembaran Negara Nomor 174, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3895);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 5.
4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


PROVINSI MALUKU UTARA
dan
GUBERNUR MALUKU UTARA
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN


PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Maluku Utara.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi Maluku Utara.
3. Gubernur adalah Gubernur Maluku Utara.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Maluku Utara.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
urusan Pemerintahan Daerah dibidang tertentu yang dibentuk dengan Peraturan Daerah.
7. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disebut PPNSD adalah Pejabat
Pegawai Negeri Sipil Daerah tertentu di Lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara
yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan
Daerah.
8. Pelaksana Inspeksi Tambang adalah aparat pengawas pelaksana peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja di lingkungan pertambangan mineral dan batubara.
9. Kepala Teknik Tambang yang selanjutnya disebut KTT adalah seseorang yang memimpin
dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta ditaatinya peraturan perundang-undangan
keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu kegiatan usaha pertambangan di wilayah yang
menjadi tanggung jawabnya.
10. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,
pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang.
11. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan
kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik
dalam bentuk lepas atau padu.
12. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa
tumbuh-tumbuhan.
13. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
14. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi,
termasuk bitumen padat, gambut, dan batuan aspal.
15. Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara adalah serangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, penetapan wilayah, perijinan pertambangan mineral dan batubara sampai
dengan reklamasi dan pascatambang.
16. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.
17. Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan
usaha pertambangan.
18. Wilayah Pertambangan yang selanjutnya disebut WP, adalah wilayah yang memiliki potensi
mineral dan/atau batubara dan terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang
merupakan bagian dari tata ruang nasional.
19. Wilayah Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WUP, adalah bagian dari Wilayah
Pertambangan yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.
20. Wilayah Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang
diberikan kepada pemegang IUP.
21. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.
24. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah selesai pelaksanaan IUP
Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.
25. IUP Operasi Produksi khusus adalah IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan
penjualan atau khusus untuk pengolahan dan pemurnian;
26. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui kondisi
geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
27. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara
terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya
terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
28. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi
secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis
usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan
pascatambang.
29. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana
pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.
30. Konstruksi Pertambangan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.
31. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral
dan/atau batubara dan mineral ikutannya.
32. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu
mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.
33. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau
batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat
penyerahan.
34. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral
dan batubara.
35. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di bidang pertambangan yang
didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan dalam Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
36. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan dengan kegiatan usaha
pertambangan.
37. lzin Usaha Jasa Pertambangan yang selanjutnya disebut IUJP, adalah izin yang diberikan
kepada Pelaku Usaha Jasa Pertambangan untuk melakukan kegiatan usaha jasa.
38. Surat Keterangan Terdaftar yang selanjutnya disebut SKT, adalah surat keterangan tanda
terdaftar yang diberikan kepada Perusahaan Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.
39. Usaha Jasa Pertambangan adalah usaha jasa yang kegiatannya berkaitan dengan tahapan
dan/atau bagian kegiatan usaha pertambangan.
40. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah usaha jasa selain usaha jasa pertambangan yang
memberikan pelayanan jasa dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan.
41. Klasifikasi adalah penggolongan bidang usaha jasa pertambangan berdasarkan kategori
konsultan, perencana, pelaksana dan pengujian peralatan.
42. Kualifikasi adalah penggolongan usaha jasa pertambangan berdasarkan kemampuan jenis
usaha jasa pertambangan yang dapat dikerjakan.
43. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal adalah perusahaan jasa yang berbadan hukum
Indonesia atau bukan berbadan hukum, yang didirikan di kabupaten/kota atau provinsi, yang
seluruh modalnya berasal dari dalam negeri dan beroperasi dalam wilayah kabupaten/kota
atau provinsi yang bersangkutan.
44. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain adalah perusahaan yang didirikan berbadan hukum
Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
45. Afiliasi adalah badan usaha yang mempunyai kepemilikan saham langsung dengan
pemegang IUP.
46. Divestasi saham adalah jumlah saham asing yang harus ditawarkan untuk dijual kepada
peserta Indonesia.
47. Badan Usaha Swasta Nasional adalah badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun
yang bukan berbadan hukum, yang kepemilikan sahamnya 100% (seratus persen) dalam
negeri.
48. Badan Usaha Milik Negara yang selanjutnya disebut BUMN, adalah BUMN yang bergerak
di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
49. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disebut BUMD, adalah BUMD yang bergerak
di bidang pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
50. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
51. Masyarakat adalah masyarakat yang berdomisili di sekitar operasi pertambangan.
52. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan yang selanjutnya disebut AMDAL, adalah kajian
mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dari/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
53. Upaya Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya disebut UKL dan Upaya Pemantauan
Lingkungan yang selanjutnya disebut UPL, adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan yang
tidak wajib melakukan AMDAL.
54. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk
menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat
berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
55. Jaminan Reklamasi adalah dana yang disediakan oleh perusahaan sebagai jaminan untuk
melakukan reklamasi.
56. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan,
lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja, dan bertujuan
mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan resiko kecelakaan kerja (zero accident).
57. Lingkungan Pertambangan adalah lindungan lingkungan pertambangan yang merupakan
instrumen untuk memproteksi lingkungan hidup yang terkena dampak kegiatan usaha
pertambangan pada wilayah sesuai dengan AMDAL atau UPL dan UKL.
58. Kegiatan pascatambang yang selanjutnya disebut pascatambang adalah kegiatan terencana,
sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan
untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di
seluruh wilayah penambangan.
59. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik
secara individual maupun kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.
60. Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan yang mencakup pemberian pengarahan,
petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan Pengusahaan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
61. Pengawasan adalah segala usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin keamanan
lingkungan dan tegaknya peraturan perundang-undangan di bidang Pertambangan Mineral
dan Batubara.
62. Inspektur Tambang adalah Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan pengawasan
teknis atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh pemegang IUP.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pengelolaan pertambangan mineral dan/atau batu bara dilakukan berasaskan:
a. Manfaat, keadilan, dan keseimbangan;
b. Keberpihakan kepada kepentingan bangsa;
c. Partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;
d. Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pasal 3
Dalam rangka mendukung pembangunan daerah yang berkesinambungan, tujuan pengelolaan
mineral dan batubara adalah:
a. Menjamin efektifitas dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna,
berhasil guna, dan berdaya saing;
b. Menjamin manfaat pertambangan mineral dan batubara secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup;
c. Menjamin tersedianya mineral dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber
energi untuk kebutuhan dalam negeri;
d. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan daerah agar lebih mampu bersaing
ditingkat regional dan internasional;
e. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan
kerja untuk sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat;dan
f. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan usaha pertambangan mineral dan
batubara.

BAB III
RUANG LINGKUP PENGELOLAAN, KEWENANGAN DAN PENGGOLONGAN
BAHAN TAMBANG
Bagian Kesatu
Ruang Lingkup Pengelolaan
Pasal 4
Ruang Lingkup Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara meliputi :
a. Perencanaan WP;
b. Pengusulan WP dan Perubahan WP;
c. Penetapan WIUP;
d. Pemberian dan Penciutan WIUP;
e. Usaha Jasa Pertambangan
f. Pemberian IUP;
g. Pemberian IUJP;
h. Pemberian SKT;
i. Hak dan Kewajiban;
j. Pendapatan Daerah;
k. Pembinaan dan Pengawasan;
l. Reklamasi dan Pascatambang;
m. Penyelesaian Sengketa.
Bagian Kedua
Kewenangan Pemerintah Daerah
Pasal 5
Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi kegiatan pada lintas wilayah kabupaten/kota
dan/atau wilayah laut 4 (empat) mil sampai dengan 12 (dua belas) mil.
Bagian Ketiga
Penggolongan Bahan Tambang
Pasal 6
Penggolongan komoditas dalam Pertambangan Mineral dan Batubara yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah sebagai berikut:
a. Mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak,
timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa,
wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium,
indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium,
ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium,
scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride,
stronium, germanium, dan zenotin;
b. Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit,
yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit,
ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit,
kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping
untuk semen;
c. Batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap
(fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit, leusit, tanah
liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil
berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah
(laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral
logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan; dan
d. Batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut.

BAB IV
PERENCANAAN WILAYAH PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 7
Perencanaan WP disusun melalui tahapan:
a. Inventarisasi potensi pertambangan; dan
b. Penyusunan rencana WP.
Bagian Kedua
Inventarisasi Potensi Pertambangan

Pasal 8
(1) Inventarisasi potensi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, ditujukan
untuk mengumpulkan data dan informasi potensi pertambangan yang dapat digunakan
sebagai dasar penyusunan rencana penetapan WP.
(2) Potensi pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikelompokkan atas:
a. Pertambangan mineral; dan
b. Pertambangan batubara.
(3) Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikelompokkan
ke dalam 4 (empat) golongan komoditas tambang yaitu:
a. Mineral logam;
b. Mineral bukan logam;
c. Batuan; dan
d. Batubara.
Pasal 9
(1) Inventarisasi potensi pertambangan dilakukan melalui kegiatan penyelidikan dan penelitian
pertambangan.
(2) Penyelidikan dan penelitian pertambangan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi.
(3) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memuat:
a. Formasi batuan pembawa mineral logam dan/atau batubara;
b. Data geologi hasil evaluasi dari kegiatan pertambangan yang sedang berlangsung, telah
berakhir, dan/atau telah dikembalikan kepada Gubernur;
c. Data perizinan hasil inventarisasi terhadap perizinan yang masih berlaku, yang sudah
berakhir, dan/atau yang sudah dikembalikan kepada Gubernur; dan/atau
d. Interpretasi penginderaan jauh baik berupa pola struktur maupun sebaran litologi.
Pasal 10
(1) Gubernur melakukan penyelidikan dan penelitian pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8.
(2) Penyelidikan dan Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilimpahkan kepada
SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya
mineral.
(3) Dalam hal wilayah laut berada di antara 2 (dua) provinsi yang berbatasan dengan jarak
kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, wilayah penyelidikan dan penelitian masing-masing
provinsi dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.
Pasal 11
Penyelidikan dan penelitian pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dilaksanakan
secara terkoordinasi dengan Bupati/Walikota.
Pasal 12
(1) Dalam melakukan kegiatan penyelidikan dan penelitian pertambangan, Gubernur dapat
memberikan penugasan kepada lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah.
(2) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan untuk menunjang penyiapan WP
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pertambangan.

(3) Penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat diberikan kepada Pihak lain
selain Lembaga Riset Negara dan/atau Lembaga Riset Daerah.
Pasal 13

Lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1), wajib:

a. Menyimpan, mengamankan, dan merahasiakan data dan informasi potensi pertambangan


hasil penyelidikan dan penelitian sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
dan
b. Menyerahkan seluruh data dan informasi potensi pertambangan yang diperolehnya kepada
Gubernur.

Pasal 14

(1) Gubernur menetapkan wilayah penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan yang
akan dilaksanakan oleh lembaga riset negara dan/atau lembaga riset daerah dan dituangkan
dalam peta.

(2) Gubernur dalam menetapkan wilayah penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berkoordinasi dengan Menteri dan Bupati/Walikota setempat.

Pasal 15

Peta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1), sebagai dasar dalam memberikan
penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan kepada lembaga riset negara dan/atau
lembaga riset daerah.

Pasal 16

(1) Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang dilakukan oleh
Gubernur, wajib diolah menjadi peta potensi mineral dan/atau batubara.

(2) Data dan informasi hasil penyelidikan dan penelitian pertambangan yang dilakukan oleh
lembaga riset berdasarkan penugasan dari Gubernur, wajib diolah menjadi peta potensi
mineral dan/atau batubara.

(3) Peta potensi mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
paling sedikit memuat informasi mengenai formasi batuan pembawa mineral dan/atau
pembawa batubara.

(4) Gubernur wajib menyampaikan peta potensi mineral dan/atau batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), kepada Pemerintah.

Pasal 17

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penugasan penyelidikan dan penelitian pertambangan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Keempat
Penyusunan Rencana Wilayah Pertambangan
Pasal 18
(1) Rencana WP sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 point (b) dituangkan dalam lembar peta
dan dalarn bentuk digital.
(2) Peta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan WP dalam bentuk zona
yang di-delineasi dalam garis putus-putus.
(3) Rencana WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar penetapan WP.

BAB V
PENGUSULAN WILAYAH PERTAMBANGAN DAN PERUBAHAN WILAYAH
PERTAMBANGAN
Pasal 19
(1) Gubernur dapat mengusulkan penetapan WP dan perubahan WP kepada Pemerintah
berdasarkan hasil penyelidikan dan penelitian.
(2) Pengusulan penetapan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi.
(3) WP dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 ( lima ) tahun.
BAB VI
WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 20
WUP terdiri atas:
a. WUP mineral logam;
b. WUP batubara;
c. WUP mineral bukan logam; dan/atau
d. WUP batuan.
Pasal 21
(1) Gubernur dapat menetapkan WUP untuk pertambangan mineral bukan logam dan WUP
untuk pertambangan batuan yang berada pada lintas kabupaten/kota dan dalam 1 (satu)
kabupaten/kota berdasarkan pelimpahan kewenangan dari Pemerintah.
(2) Dalam hal Gubernur menetapkan WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penetapan
tersebut disampaikan secara tertulis kepada DPRD.
(3) Untuk menetapkan WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Gubernur dapat melakukan
eksplorasi.
(4) Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi berupa :

a. Peta, yang terdiri atas :

1. Peta geologi dan peta formasi batuan pembawa; dan/atau


2. Peta geokimia dan peta geofisika.

b. Perkiraan sumber daya dan cadangan.


(5) Gubernur dalam melakukan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), wajib
berkoordinasi dengan Pemerintah dan Bupati/Walikota setempat.
(6) Gubernur dalam melakukan eksplorasi dapat melimpahkan kewenangannya kepada SKPD
yang menyelangarakan urusan pemerintahan di bidang energi dan sumber daya mineral.
Bagian Kedua
Penyusunan Rencana Penetapan
Wilayah Usaha Pertambangan
Pasal 22
(1) Gubernur menunjuk SKPD yang menyelangarakan urusan pemerintahan di bidang energi
dan sumber daya mineral untuk menyusun rencana penetapan suatu wilayah di dalam WP
menjadi WUP berdasarkan peta potensi mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1), serta peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara.
(2) WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi kriteria:
a. Memiliki formasi batuan pembawa batubara, formasi batuan pembawa mineral logam,
termasuk wilayah lepas pantai berdasarkan peta geologi;
b. Memiliki singkapan geologi untuk mineral logam, batubara, mineral bukan logam,
dan/atau batuan;
c. Merniliki potensi sumber daya mineral atau batubara;
d. Memiliki 1 (satu) atau lebih jenis mineral termasuk mineral ikutannya dan/atau batubara;
e. Tidak tumpang tindih dengan Wilayah Pertambangan Rakyat dan/atau Wilayah
Pencadangan Negara;
f. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan secara
bekelanjutan;
g. Tidak mencakup kawasan hutan lindung, kawasan konservasi; dan
h. Areal Penggunaan Lain (APL) di luar kawasan hutan lindung dan kawasan konservasi
berdasarkan usulan Pemerintah Kabupaten/Kota.
i. Merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai dengan rencana tata ruang.

Bagian Ketiga
Perubahan WUP
Pasal 23
(1) Gubernur dapat mengusulkan perubahan WUP kepada Pemerintah berdasarkan hasil
penyelidikan dan penelitian.
(2) Untuk pengusulan perubahan WUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Gubernur
menunjuk SKPD yang menyelangarakan urusan pemerintahan di bidang esdm melakukan
eksplorasi.
(3) Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi berupa:
a. Peta, yang terdiri atas:
1. Peta geologi dan peta formasi batuan pembawa; dan/ atau
2. Peta geokimia dan peta geofisika.
b. Perkiraan sumber daya dan cadangan.
(4) SKPD yang menyelangarakan urusan pemerintahan di bidang Esdm dalam melakukan
eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berkoordinasi dengan Pemerintah dan
Bupati/ Walikota setempat.
Pasal 24
(1) Data dan informasi hasil eksplorasi yang dilakukan oleh SKPD yang menyelangarakan
urusan pemerintahan di bidang ESDM diolah menjadi peta potensi/cadangan mineral
dan/atau batubara.
(2) Peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
paling sedikit memuat sebaran potensi/cadangan mineral dan/atau batubara.
(3) Gubernur menyampaikan potensi/cadangan mineral dan/atau batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), beserta laporan hasil eksplorasi kepada Pemerintah.
(4) Peta potensi/cadangan mineral dan/atau batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dibuat dalam bentuk lembar peta dan digital.

BAB VII
PENETAPAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 25
(1) Untuk menetapkan WIUP dalam suatu WUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, harus
memenuhi kriteria:
a. Letak geografis;
b. Kaidah konservasi;
c. Daya dukung lindungan lingkungan;
d. Optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara; dan
e. Tingkat kepadatan penduduk.
(2) Pada wilayah laut yang berada di antara Provinsi MALUKU UTARA dengan Provinsi lain
dengan perbatasan jarak kurang dari 24 (dua puluh empat) mil, maka wilayah kewenangan
dibagi sama jaraknya sesuai prinsip garis tengah.
(3) Gubernur dalam menetapkan luas dan batas WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan
dalam suatu WUP berdasarkan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 26
Gubernur menetapkan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan berdasarkan permohonan
dari badan usaha, koperasi atau perseorangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 27
Dalam hal di WIUP mineral logam dan/atau batubara terdapat komoditas tambang lainnya yang
berbeda, untuk mengusahakan komoditas tambang lainnya tersebut, wajib ditetapkan WIUP
terlebih dahulu.
BAB VIII
DATA DAN INFORMASI
Bagian Kesatu
Pengelolaan Data dan Informasi

Pasal 28
(1) Gubernur berkewajiban mengelola data dan/atau informasi kegiatan usaha pertambangan.
(2) Pengelolaan data dan/atau informasi meliputi kegiatan perolehan, pengadministrasian,
pengolahan, penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan data dan/atau
informasi.
(3) Hasil pengelolaan data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan
untuk:
a. Penetapan klasifikasi potensi dan WP;
b. Penentuan neraca sumber daya dan cadangan mineral dan batubara Provinsi; atau
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mineral dan batubara.
(4) Gubernur dapat menunjuk SKPD yang menyelangarakan urusan pemerintahan di bidang
esdm untuk mengelola data dan/atau informasi kegiatan usaha pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(5) Gubernur berkewajiban menyampaikan data dan/atau informasi usaha pertambangan kepada
Pemerintah.
Pasal 29
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan data dan/atau informasi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Gubernur.
Bagian Kedua
Sistem Informasi Geografis

Pasal 30
Gubernur dapat mengakses Sistem Informasi WP yang dibangun oleh Pemerintah.

BAB IX
PEMBERIAN DAN PENCIUTAN WILAYAH IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Pemberian WIUP

Pasal 31
(1) Pemberian WIUP terdiri atas :
a. WIUP Mineral Logam;
b. WIUP Batubara;
c. WIUP Mineral Bukan Logam; dan/atau
d. WIUP Batuan.
(2) WIUP Mineral Logam dan Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf
b, diperoleh dengan cara lelang.
(3) WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan
huruf d, diperoleh dengan cara mengajukan permohonan wilayah.

Pasal 32
(1) Dalam 1 (satu) WUP dapat terdiri atas 1 (satu) atau beberapa WIUP.
(2) Setiap pemohon baik itu badan usaha, koperasi dan perseorangan hanya dapat diberikan 1
(satu) WIUP.
(3) Dalam hal pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (2), merupakan badan usaha yang
telah terbuka (go public), dapat diberikan lebih dari 1 (satu) WIUP.

Paragraf 1
Syarat dan Tata Cara
Pemberian WIUP Mineral Logam dan Batubara

Pasal 33
(1) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam dan/atau batubara, Gubernur
mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang kepada Badan Usaha, Koperasi
atau Perseorangan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan
lelang.
(2) Sebelum dilakukan pelelangan WIUP mineral logam dan/atau batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Gubernur harus mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari
Bupati/Walikota.
(3) Bupati/Walikota memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) hari sejak diterimanya permintaan rekomendasi.
(4) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Gubernur dapat melakukan pelelangan.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pelelangan WIUP diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
Pasal 34
(1) Dalam melaksanakan pelelangan WIUP Mineral Logam dan/atau Batubara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), Gubernur membentuk panitia pelelangan.
(2) Panitia pelelangan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), beranggotakan gasal dan
paling sedikit 5 (lima) orang yang memiliki kompetensi di bidang pertambangan mineral
dan/atau batubara.
(3) Panitia lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat mengikutsertakan unsur dari
Pemerintah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

Paragraf 2
Tata Cara Pemberian
WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan
Pasal 35

(1) Untuk mendapatkan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan, badan usaha, koperasi,
atau perseorangan mengajukan permohonan wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,
kepada Gubernur.
(2) Sebelum memberikan WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan, Gubernur harus
mendapat rekomendasi terlebih dahulu dari Bupati/Walikota.
(3) Bupati/Walikota memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) hari sejak diterimanya permintaan rekomendasi.
(4) Dalam hal Bupati/Walikota tidak memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Gubernur dapat melakukan pelelangan.

Pasal 36
(1) Pemohon WIUP mineral bukan logam dan/atau batuan yang terlebih dahulu telah memenuhi
persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan Sistem Informasi
Geografis yang berlaku secara nasional dan membayar biaya pencadangan wilayah dan
pencetakan peta, memperoleh prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.
(2) Gubernur dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterimanya
permohonan, wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas permohonan WIUP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Keputusan menerima sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada pemohon
WIUP disertai dengan penyerahan peta WIUP berikut batas dan koordinat WIUP.
(4) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus disampaikan secara tertulis
kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.

Bagian Kedua
Penciutan Wilayah Izin Usaha Pertambangan

Pasal 37
(1) Pemegang IUP sewaktu-waktu dapat mengajukan permohonan kepada Gubernur, untuk
menciutkan sebagian atau mengembalikan seluruh WIUP.
(2) Pemegang IUP dalam melaksanakan penciutan atau pengembalian WIUP sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), harus menyerahkan:
a. Laporan, data dan informasi penciutan atau pengembalian yang berisikan semua
penemuan teknis dan geologis yang diperoleh pada wilayah yang akan diciutkan dan
alasan penciutan atau pengembalian serta data lapangan hasil kegiatan;
b. Peta wilayah penciutan atau pengembalian beserta koordinatnya;
c. Bukti pembayaran kewajiban keuangan;
d. Laporan kegiatan sesuai status tahapan terakhir; dan
e. Laporan pelaksanaan reklamasi pada wilayah yang diciutkan atau dilepaskan.

Pasal 38
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mempunyai kewajiban untuk melepaskan WIUP dengan
ketentuan:
a. Untuk IUP mineral logam :
1. Pada tahun keempat, wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak
50.000 (lima puluh ribu) hektare; dan
2. Pada tahun kedelapan atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP
Operasi Produksi, wilayah yang dipertahankan paling banyak 25.000 (dua puluh lima
ribu) hektare.
b. Untuk IUP batubara :
1. Pada tahun keempat, wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak
25.000 (dua puluh lima ribu) hektare; dan
2. Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP
Operasi Produksi, wilayah yang dipertahankan paling banyak 15.000 (lima belas ribu)
hektare.
c. Untuk IUP mineral bukan logam:
1. Pada tahun kedua, wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500
(dua belas ribu lima ratus) hektare; dan
2. Pada tahun ketiga atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP
Operasi Produksi, wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
d. Untuk IUP mineral bukan logam jenis tertentu:
1. Pada tahun ketiga, wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 12.500
(dua belas ribu lima ratus) hektare; dan
2. Pada tahun ketujuh atau pada akhir IUP Eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP
Operasi Produksi, wilayah yang dipertahankan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
e. Untuk IUP batuan:
1. Pada tahun kedua, wilayah eksplorasi yang dapat dipertahankan paling banyak 2.500
(dua ribu lima ratus) hektare; dan
2. Pada tahun ketiga atau pada akhir tahap eksplorasi saat peningkatan menjadi IUP
Operasi Produksi, wilayah yang dipertahankan paling banyak 1.000 (seribu) hektare.
(2) Apabila luas wilayah maksimum yang dipertahankan sudah dicapai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemegang IUP Eksplorasi tidak diwajibkan lagi menciutkan wilayah.

BAB X
USAHA JASA PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Bentuk Usaha Jasa Pertambangan

Pasal 39
(1) Pelaku usaha jasa pertambangan dapat berbentuk :
a. Badan usaha, yang terdiri atas :
1) Badan Usaha Milik Daerah;
2) Badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas.
b. Koperasi; atau
c. Perseorangan yang terdiri atas :
1) Orang perseorangan;
2) Perusahaan komanditer;
3) Perusahaan firma.
(2) Berdasarkan wilayah kerjanya pelaku usaha jasa pertambangan dikelompokkan dalam :
a. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal;
b. Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional;
c. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain.
(3) Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
meliputi :
a. Badan Usaha Milik Daerah;
b. Badan usaha swasta yang berbentuk Perseroan Terbatas;
c. Koperasi;
d. Perusahaan komanditer;
e. Perusahaan firma;
f. Orang perseorangan, yang beroperasi terbatas di wilayah kabupatenlkota atau provinsi
tersebut.
(4) Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan usaha swasta berbentuk Perseroan Terbatas;
c. Orang perseorangan,
Bagian Kedua
Jenis dan Bidang Usaha Jasa Pertambangan
Pasal 40
(1) Pengusahaan Jasa Pertambangan dikelompokkan atas :
a. Usaha Jasa Pertambangan; dan
b. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.
(2) Jenis Usaha Jasa Pertambangan inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Konsultasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengujian peralatan di bidang :
1. Penyelidikan umum;
2. Eksplorasi;
3. Studi kelayakan;
4. Konstruksi pertambangan;
5. Pengangkutan;
6. Lingkungan pertambangan;
7. Pasca tambang dan reklamasi; dan/atau
8. Keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di bidang :
1. Penambangan; atau
2. Pengolahan dan pemurnian.
(3) Bidang Usaha Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas sub
bidang sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Daerah ini.
(4) Bidang Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah bidang usaha selain bidang usaha jasa
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).
BAB XI
IZIN USAHA PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Umum

Pasal 41
IUP terdiri atas :
a. IUP Eksplorasi; dan
b. IUP Operasi Produksi.
Pasal 42
Persyaratan IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi meliputi persyaratan:
a. Administratif;
b. Teknis;
c. Lingkungan; dan
d. Finansial.

Bagian Kedua
IUP Eksplorasi

Pasal 43
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk badan usaha
meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil badan usaha;
3. Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk koperasi
meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan pengurus; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil koperasi;
3. Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan pengurus; dan
6. Surat keterangan domisili.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk orang
perseorangan meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan; dan
2. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Kartu tanda penduduk;
3. Nomor pokok wajib pajak; dan
4. Surat keterangan domisili.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk perusahaan
firma dan perusahaan komanditer meliputi:
a. Untuk IUP Eksplorasi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil perusahaan;
3. Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.
Pasal 44
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b untuk IUP Eksplorasi,
meliputi:
1. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang
berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun;
2. Peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.

Pasal 45
Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf c meliputi untuk IUP
Eksplorasi meliputi pernyataan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan di
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 46
Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d untuk IUP Eksplorasi,
meliputi:
1. Bukti penempatan jaminan kesungguhan pelaksanaan kegiatan eksplorasi; dan
2. Bukti pembayaran harga nilai kompensasi data informasi hasil lelang WIUP mineral logam
atau batubara sesuai dengan nilai penawaran lelang atau bukti pembayaran biaya pencadangan
wilayah dan pembayaran pencetakan peta WIUP mineral bukan logam atau batuan atas
permohonan wilayah.
Pasal 47
Persyaratan dan tatacara permohonan IUP eksplorasi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
Pasal 48
(1) Gubernur memberikan IUP Eksplorasi mineral logam dan/atau batubara kepada Badan
Usaha, Koperasi, atau Perseorangan pemenang lelang WIUP.
(2) Gubernur memberikan IUP Eksplorasi mineral bukan logam dan/atau batuan kepada Badan
Usaha, Koperasi, atau Perseorangan yang telah memenuhi persyaratan permohonan WIUP.
(3) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan, pemegang IUP wajib memulai kegiatannya.

Pasal 49
(1) Pemegang IUP Eksplorasi wajib mengajukan rencana studi kelayakan kepada Gubernur
melalui SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang esdm paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya eksplorasi dengan melampirkan laporan kegiatan
eksplorasi.
(2) Gubernur menunjuk SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang
esdm melakukan evaluasi laporan kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Laporan kegiatan eksplorasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas :
a. Peta yang menunjukkan lokasi dan kesampaian daerah;
b. Peta-peta dasar terakhir yang digunakan sebagai dasar acuan eksplorasi;
c. Peta-peta rencana lokasi titik pengamatan (sumur/parit uji, pemboran, geofisika) serta
lokasi contoh (geokimia, geologi, pemineralan);
d. Surat-surat yang berkaitan dengan perizinan kegiatan (Surat Keputusan dan lain
sebagainya);
e. Daftar personil dan keahliannya;
f. Daftar peralatan dan jumlahnya.

Pasal 50
(1) Jangka waktu IUP Eksplorasi mineral logam paling lama 8 (delapan) tahun.
(2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Penyelidikan umum 1 (satu) tahun;
b. Eksplorasi 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu)
tahun;
c. Studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.
(3) Jangka waktu IUP Eksplorasi mineral bukan logam paling lama 3 (tiga) tahun.
(4) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), meliputi:
a. Penyelidikan umum 1 (satu) tahun;
b. Eksplorasi 1 (satu) tahun;
c. Studi kelayakan 1 (satu) tahun.

(5) Jangka waktu IUP Eksplorasi mineral bukan logam jenis tertentu paling lama 7 (tujuh)
tahun.
(6) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), meliputi :
a. Penyelidikan umum 1 (satu) tahun;
b. Eksplorasi 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun;
c. Studi kelayakan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali 1 (satu) tahun.
(7) Jangka waktu IUP Eksplorasi batuan paling lama 3 (tiga) tahun.
(8) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7), meliputi :
a. Penyelidikan umum 1 (satu) tahun;
b. Eksplorasi 1 (satu) tahun;
c. Studi kelayakan 1 (satu) tahun.
(9) Jangka waktu IUP Eksplorasi batubara paling lama 7 (tujuh) tahun.
(10) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (9) meliputi :
a. Penyelidikan umum 1 (satu) tahun;
b. Eksplorasi 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 1 (satu)
tahun;
c. Studi kelayakan 2 (dua) tahun.

Pasal 51
Tata cara dan persyaratan permohonan perpanjangan jangka waktu IUP Eksplorasi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 52
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5.000
(lima ribu) hektare dan paling banyak 100.000 (seratus ribu) hektare.
(2) Pemegang IUP Eksplorasi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas paling sedikit
500 (lima ratus) hektare dan paling banyak 25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
(3) Pemegang IUP Eksplorasi batuan diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5 (lima) hektare
dan paling banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
(4) Pemegang IUP Eksplorasi batubara diberi WIUP dengan luas paling sedikit 5.000 (lima
ribu) hektare dan paling banyak 50.000 (lima puluh ribu) hektare.
(5) Apabila luas minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), ayat (3) dan ayat (4)
tidak dapat dipenuhi karena alasan sosial dan tata ruang maka kegiatan eksplorasi
dilakukan oleh Gubernur.

Pasal 53
(1) Dalam hal kegiatan eksplorasi dan kegiatan studi kelayakan, pemegang IUP Eksplorasi
yang mendapatkan mineral atau batubara yang tergali wajib melaporkan kepada Gubernur
untuk diverifikasi.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa verifikasi faktual lapangan,
verifikasi volume untuk kepentingan uji laboratorium, verifikasi volume untuk kepentingan
uji produksi.
(3) Pemegang IUP Eksplorasi yang ingin menjual mineral atau batubara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), wajib mengajukan izin sementara untuk melakukan pengangkutan
dan penjualan.
(4) Izin sementara pengangkutan dan penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
diberikan oleh Gubernur.
(5) Penentuan besaran volume mineral atau batubara yang diizinkan oleh Gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) didasarkan pada hasil perhitungan dan kajian teknis
terhadap laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(6) Perhitungan dan kajian teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan oleh SKPD
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah di bidang esdm.
(7) Tata cara pengajuan izin sementara pengangkutan dan penjualan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Gubernur.
Bagian Ketiga
IUP Operasi Produksi

Pasal 54
(1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan/atau
batuan dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan usaha
pertambangannya setelah dinyatakan layak secara teknis, ekonomis, lingkungan dan sosial
berdasarkan laporan studi kelayakan yang telah disetujui oleh Gubernur.
(2) IUP Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi atau perseorangan
atas hasil pelelangan WIUP mineral logam dan/atau batubara yang telah memiliki data
hasil studi kelayakan.
(3) IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi kegiatan konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian serta pengangkutan dan penjualan.
(4) Pelaksanaan dan penyampaian hasil evaluasi terhadap kelayakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilakukan oleh SKPD yang menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
di bidang ESDM.
Pasal 55
(1) Pemegang IUP Eksplorasi mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan/atau batuan
mengajukan permohonan IUP Operasi Produksi kepada Gubernur.
(2) Gubernur memberikan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah
memenuhi kelayakan dan telah mendapatkan rekomendasi dari Bupati/Walikota
bersangkutan.

(4) DPRD memberikan rekomendasi sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dalam jangka waktu
paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimannya permintaan rekomendasi;
(5) Dalam hal DPRD tidak memberikan rekomendasi sebagaiman dimaksud pada ayat (3),
gubernur dapat melakukan pelelangan.

Pasal 56
(1) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk badan
usaha meliputi:
a. Untuk IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil badan usaha;
3. Akte pendirian badan usaha yang bergerak di bidangusaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabatyang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.
(2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk koperasi
meliputi:
a. Untuk IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan pengurus; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil koperasi;
3. Akte pendirian koperasi yang bergerak di bidang usaha pertambangan yang telah
disahkan oleh pejabat yang berwenang;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan pengurus; dan
6. Surat keterangan domisili.
(3) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalamPasal 38 huruf a untuk orang
perseorangan meliputi:
a. Untuk IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan; dan
2. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Operasi Produksi mineral bukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Kartu tanda penduduk;
3. Nomor pokok wajib pajak; dan
4. Surat keterangan domisili.
(4) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a untuk perusahaan
firma dan perusahaan komanditer meliputi:
a. Untuk IUP Operasi Produksi mineral logam dan batubara:
1. Surat permohonan;
2. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
3. Surat keterangan domisili.
b. Untuk IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi mineralbukan logam dan batuan:
1. Surat permohonan;
2. Profil perusahaan;
3. Akte pendirian perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertambangan;
4. Nomor pokok wajib pajak;
5. Susunan pengurus dan daftar pemegang saham; dan
6. Surat keterangan domisili.
Pasal 57
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf b untuk IUP Operasi Produksi,
meliputi:
1. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuan system informasi geografi yang berlaku secara nasional;
2. Laporan lengkap eksplorasi;
3. Laporan studi kelayakan;
4. Rencana reklamasi dan pascatambang;
5. Rencana kerja dan anggaran biaya;
6. Rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjangkegiatan operasi produksi; dan
7. Tersedianya tenaga ahli pertambangan dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikit 3
(tiga) tahun.
Pasal 58
Persyaratan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf c untuk IUP Operasi
Produksi meliputi:
1. Pernyataan kesanggupan untuk mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
2. Persetujuan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 59
Persyaratan finansial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf d untuk IUP Operasi Produksi,
meliputi:
1. Laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik;
2. Bukti pembayaran iuran tetap 3 (tiga) tahun terakhir; dan
3. Bukti pembayaran pengganti investasi sesuai dengan nilai penawaran lelang bagi pemenang
lelang WIUP yang telah berakhir.

Pasal 60
Persyaratan dan tatacara permohonan IUP Operasi Produksi diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Gubernur.
Pasal 61
(1) Jangka waktu IUP Operasi Produksi mineral logam paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing- masing 10 (sepuluh) tahun.
(2) Jangka waktu IUP Operasi Produksi mineral bukan logam paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
(3) Jangka waktu IUP Operasi Produksi mineral bukan logam jenis tertentu dapat diberikan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10
(sepuluh) tahun.
(4) Jangka waktu IUP Operasi Produksi batuan paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
(5) Jangka waktu IUP Operasi Produksi batubara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat
diperpanjang 2 (dua) kali masing-masing 10 (sepuluh) tahun.
Pasal 62
1. Apabila hasil dokumen lingkungan hidup yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang
terhadap IUP yang menjadi kewenangan Kabupaten/Kota, berdampak lingkungan langsung
pada lintas Kabupaten/Kota, IUP Operasi Produksi diberikan oleh Gubernur berdasarkan
rekomendasi dari Bupati/Walikota.
2. Dalam hal ......
Pasal 63
Pemegang IUP Operasi Produksi dapat mengajukan permohonan wilayah di luar WIUP kepada
Gubernur untuk menunjang usaha kegiatan pertambangannya.

Pasal 64
Tata cara dan persyaratan permohonan perpanjangan jangka waktu IUP Operasi Produksi diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 65
Pemegang IUP Operasi Produksi yang tidak melakukan kegiatan pengangkutan dan penjualan
dan/atau pengolahan dan pemurnian, maka kegiatan pengangkutan dan penjualan dan/atau
pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan oleh pihak lain yang memiliki:
a. IUP Operasi Produksi, khusus untuk pengangkutan dan penjualan;
b. IUP Operasi Produksi, khusus untuk pengolahan dan pemurnian; dan/atau
c. IUP Operasi Produksi.
Pasal 66
IUP Operasi Produksi khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a dan huruf b,
diberikan oleh Gubernur.

Pasal 67
(1) Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang bermaksud menjual
mineral dan/atau batubara yang tergali lintas Kabupaten/Kota, wajib terlebih dahulu
memiliki IUP Operasi Produksi untuk penjualan.
(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali
penjualan.
Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian IUP Operasi Produksi khusus akan diatur
dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 69
(1) Pemegang IUP Operasi Produksi mineral logam diberi WIUP dengan luas paling banyak
25.000 (dua puluh lima ribu) hektare.
(2) Pemegang IUP Operasi Produksi mineral bukan logam diberi WIUP dengan luas paling
banyak 5.000 (lima ribu) hektare.
(3) Pemegang IUP Operasi Produksi batuan diberi WIUP dengan luas paling banyak 1.000
(seribu) hektare.
(4) Pemegang IUP Operasi Produksi batubara diberi WIUP dengan luas paling banyak 15.000
(lima belas ribu) hektare.
Bagian Keempat
Pengolahan dan Pemurnian
Pasal 70
Pemegang IUP Operasi Produksi mineral wajib melakukan pengolahan dan pemurnian untuk
meningkatkan nilai tambah mineral yang diproduksi, baik secara langsung maupun melalui kerja
sama dengan perusahaan yang memiliki IUP.

Pasal 71
(1) Gubernur memberikan IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Pemurnian
kepada perusahaan yang hanya melakukan pengolahan dan pemurnian yang mineralnya
berasal dari 2 (dua) Kabupaten/Kota yang berbeda.
(2) Pemberian IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diprioritaskan kepada Pengusaha yang melakukan pengolahan dan
pemurnian di Daerah.

Bagian Kelima
Reklamasi dan Pasca Tambang

Pasal 72
(1) Pemohon IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan Rencana Reklamasi dan Rencana
Pasca tambang pada saat pengajuan Permohonan IUP Operasi Produksi.
(2) Rencana Reklamasi dan Rencana Pasca tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disusun berdasarkan AMDAL atau UKL dan UPL yang telah disetujui, dan sebagai bagian
dari studi kelayakan.
(3) Pemohon IUP Operasi Produksi dalam menyusun Rencana Reklamasi dan Rencana Pasca
tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mempertimbangkan:
a. Prinsip-prinsip Iingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi
bahan galian;
b. Peraturan perundang-undangan yang terkait; dan
c. Kondisi spesifik daerah.
Pasal 73
(1) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, disusun untuk pelaksanaan
setiap jangka waktu 5 (lima) tahun dengan rincian tahunan, meliputi :
a. Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;
b. Rencana pembukaan lahan;
c. Program reklamasi; dan
d. Rencana biaya reklamasi.
(2) Apabila umur tambang kurang dari lima tahun, Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), disusun sesuai dengan umur tambang.
(3) Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), disusun sesuai
dengan Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi.

(4) Pedoman Penyusunan Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 74

(1) Rencana Reklamasi periode lima tahun pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1), atau sesuai dengan umur tambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2),
di sampaikan kepada Gubernur pada saat pengajuan permohonan IUP Operasi Produksi.
(2) Rencana Reklamasi periode lima tahun kedua disampaikan kepada Gubernur sebelum
berakhirnya pelaksanaan reklamasi periode lima tahun pertama.
(3) Penyampaian rencana reklamasi untuk periode lima tahun ketiga dan selanjutnya, berlaku
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara mutatis mutandis.

Pasal 75

(1) Rencana Pasca tambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68, meliputi:
a. Profil wilayah;
b. Deskripsi kegiatan pertambangan;
c. Gambaran rona akhir tambang;
d. Hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders);
e. Program pascatambang;
f. Pemantauan;
g. Organisasi; dan
h. Rencana biaya pascatambang.
(2) Tata cara Rencana Pasca tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 76

(1) Gubernur memberikan penilaian dan persetujuan atas Rencana Reklamasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 69, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rencana Reklamasi, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk
penyempurnaan Rencana Reklamasi.
(2) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, Gubernur berkewajiban
memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap permohonan
Rencana Reklamasi.
(3) Dalam hal Gubernur tidak memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
maka Gubernur memberikan catatan untuk penyempurnaan Rencana Reklamasi dimaksud.

Pasal 77

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi wajib melakukan perubahan Rencana Reklamasi yang
telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72, apabila terjadi perubahan atas satu
atau lebih hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem penambangan;
b. Tata guna lahan;
c. Tata ruang; dan/atau
d. AMDAL atau UKL dan UPL.
(2) Pengajuan perubahan Rencana Reklamasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
paling lambat 180 (seratus delapan puluh) hari sebelum pelaksanaan reklamasi periode
tahun berikutnya.
(3) Gubernur memberikan penilaian dan persetujuan atas perubahan Rencana Reklamasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja sejak diterimanya perubahan Rencana Reklamasi, tidak termasuk jumlah hari
yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan Rencana Reklamasi.

Pasal 78

(1) Gubernur memberikan penilaian dan persetujuan atas Rencana Pascatambang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70, dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
diterimanya Rencana Pascatambang, tidak termasuk jumlah hari yang diperlukan untuk
penyempurnaan Rencana Pascatambang.
(2) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja, Gubernur berkewajiban
memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap permohonan
Rencana Pascatambang.

Pasal 79

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi wajib melakukan perubahan Rencana Pascatambang yang
telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73, apabila terjadi perubahan satu atau
lebih hal-hal sebagai berikut :
a. Sistem penambangan;
b. Umur tambang;
c. Sarana dan atau prasarana tambang;
d. Tata guna lahan;
e. Tata ruang; dan/atau
f. AMDAL atau UKL dan UPL.
(2) Perubahan Rencana Pascatambang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diajukan 2
(dua) tahun sebelum pelaksanaan kegiatan Pascatambang.
(3) Gubernur memberikan penilaian dan persetujuan atas perubahan Rencana Pascatambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
hari kerja sejak diterimanya perubahan Rencana Pascatambang, tidak termasuk jumlah hari
yang diperlukan untuk penyempurnaan perubahan Rencana Pasca tambang.

Pasal 80

Pemegang IUP Operasi Produksi wajib mengangkat seorang petugas untuk memimpin langsung
masing-masing pelaksanaan Reklamasi dan Pasca tambang.

Pasal 81

Pelaksanaan Reklamasi dan Pasca tambang wajib dilakukan sesuai dengan Rencana Reklamasi
dan Rencana Pasca tambang yang telah disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 sampai
dengan Pasal 75.
Pasal 82

(1) Pelaksanaan Reklamasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, wajib dilakukan pada
lahan terganggu akibat kegiatan usaha pertambangan.

(2) Lahan terganggu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi lahan bekas tambang dan
lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi.

(3) Lahan di luar bekas tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), antara lain:

a. Timbunan tanah penutup


b. Timbunan bahan baku/produksi;
c. Jalan transportasi;
d. Pabrik/instalasi pengolahan/pemurnian;
e. Kantor dan perumahan; dan/atau
f. Pelabuhan/dermaga.

(4) Pelaksanaan Reklamasi wajib dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan setelah tidak ada
kegiatan usaha pertambangan pada lahan terganggu sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal 83

Pelaksanaan Pascatambang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77, wajib dilakukan paling
lambat 1 (satu) bulan setelah kegiatan penambangan dan/atau pengolahan dan pemurnian
berakhir.

Pasal 84

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
reklamasi dan pasca tambang setiap tahun kepada Gubernur.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disusun sesuai dengan pedoman
Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi dan Pasca tambang.

(3) Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi dan Pasca tambang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 85

(1) Pemohon IUP Operasi Produksi wajib menyediakan Jaminan Reklamasi dan Jaminan
Pasca tambang sesuai dengan perhitungan Rencana Biaya Reklamasi dan perhitungan
Rencana Biaya Pasca tambang yang telah mendapat persetujuan Gubernur .

(2) Perhitungan Rencana Biaya Reklamasi dan Rencana Biaya Pasca tambang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 86

(1) Pemegang IUP Operasi Produksi yang akan melakukan kegiatan operasi produksi wajib
menyelesaikan sebagian atau seluruh hak atas tanah dalam WIUP dengan pemegang hak
atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Pemegang IUP Operasi Produksi wajib memberikan kompensasi berdasarkan kesepakatan
bersama dengan pemegang hak atas tanah.

Bagian keenam
Hak dan Kewajiban
Pasal 87

Pemegang IUP mempunyai hak sebagai berikut :


a. Pemegang IUP dapat melakukan sebagian atau seluruh tahapan usaha pertambangan, baik
kegiatan eksplorasi maupun kegiatan operasi produksi.
b. Pemegang IUP dapat memanfaatkan prasarana dan sarana umum untuk keperluan
pertambangan setelah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemegang IUP berhak memiliki mineral, termasuk mineral ikutannya, dan/atau batubara yang
telah diproduksi apabila telah memenuhi iuran eksplorasi atau iuran produksi, kecuali mineral
ikutan radioaktif.

Pasal 88

Pemegang IUP wajib :


a. Menerapkan kaidah teknik pertambangan yang baik;
b. Mengelola keuangan sesuai dengan sistem akuntansi Indonesia;
c. Meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara;
d. Melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat; dan
e. Mematuhi batas toleransi daya dukung lingkungan.

Pasal 89

Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP wajib melaksanakan:
a. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
b. Keselamatan operasi pertambangan;
c. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk kegiatan reklamasi dan
pascatambang;
d. Upaya konservasi sumber daya mineral dan batubara;
e. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk padat, cair,
atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke media
lingkungan.

Pasal 90

Pemegang IUP wajib menjamin penerapan standar dan baku mutu lingkungan sesuai dengan
karakteristik suatu daerah.
Pasal 91
Pemegang IUP wajib menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air yang
bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 92
(1) Pelaksanaan reklamasi dan kegiatan pasca tambang dilakukan sesuai dengan peruntukan
lahan pasca tambang.
(2) Peruntukan lahan pasca tambang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dicantumkan dalam
perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP dan pemegang hak atas tanah.

Pasal 93
(1) Pemegang IUP wajib menyediakan dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pasca
tambang.
(2) Gubernur dapat menetapkan pihak ketiga untuk melakukan reklamasi dan pasca tambang
dengan dana jaminan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberlakukan apabila pemegang IUP tidak
melaksanakan reklamasi dan pasca tambang sesuai dengan rencana yang telah disetujui.

Pasal 94
Ketentuan lebih lanjut mengenai reklamasi dan pasca tambang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 88, serta dana jaminan reklamasi dan dana jaminan pasca tambang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 89, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 95
Pemegang IUP wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam
pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.

Pasal 96
(1) Pemegang IUP wajib melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam
negeri.
(2) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengolah dan memurnikan
hasil penambangan dari pemegang IUP lainnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan nilai tambah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 91, serta pengolahan dan pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 97
(1) Badan usaha yang tidak bergerak pada usaha pertambangan yang bermaksud menjual
mineral dan/atau batubara yang tergali, wajib terlebih dahulu memiliki IUP Operasi
Produksi untuk penjualan.

(2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat diberikan untuk 1 (satu) kali
penjualan oleh Gubernur.
(3) Mineral atau batubara yang tergali dan akan dijual sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenai iuran produksi.

(4) Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), wajib menyampaikan
laporan hasil penjualan mineral dan/atau batubara yang tergali kepada Gubernur.

Pasal 98

Dalam melakukan kegiatan operasi produksi, badan usaha pemegang IUP wajib
mengikutsertakan pengusaha dan tenaga kerja lokal yang ada di daerah tersebut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 99

(1) Pemegang IUP wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

(2) Penyusunan program dan rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipresentasikan
kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Pasal 100

Pemegang IUP wajib menyerahkan seluruh data yang diperoleh dari hasil eksplorasi dan operasi
produksi kepada Gubernur.

Pasal 101

(1) Pemegang IUP wajib memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara kepada Gubernur.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, jenis, waktu, dan tata cara penyampaian laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 102

(1) Setelah 5 (lima) tahun berproduksi, badan usaha pemegang IUP yang sahamnya dimiliki
oleh pihak asing, wajib melakukan divestasi saham pada pemerintah daerah, badan usaha
milik daerah, atau badan usaha swasta nasional.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketujuh
Pengembangan Dan Pemberdayaan Masyarakat
di Sekitar WIUP
Pasal 103

(1) Pemegang IUP wajib menyusun program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di
sekitar WIUP.

(2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dikonsultasikan dengan Pemerintah
Daerah dan masyarakat setempat.
(3) Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diprioritaskan untuk masyarakat di sekitar WIUP yang terkena dampak langsung akibat
aktifitas pertambangan.
(4) Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibiayai dari alokasi biaya program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
pada anggaran dan biaya pemegang IUP setiap tahun.
(5) Alokasi biaya program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), dikelola oleh pemegang IUP.

Pasal 104
Pemegang IUP setiap tahun wajib menyampaikan rencana dan biaya pelaksanaan program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sebagai bagian dari rencana kerja dan anggaran
biaya tahunan kepada Gubernur untuk mendapat persetujuan.

Pasal 105
Setiap pemegang IUP Operasi Produksi wajib menyampaikan laporan realisasi program
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada Gubernur.

Bagian Kedelapan
Penghentian Sementara Kegiatan Usaha Pertambangan
Pasal 106
(1) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dapat diberikan kepada pemegang
IUP apabila terjadi:
a. Keadaan kahar;
b. Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau seluruh
kegiatan usaha pertambangan;
c. Apabila kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung
beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral dan/atau batubara yang dilakukan
di wilayahnya.
(2) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan dilakukan oleh Gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b, berdasarkan permohonan dari
pemegang IUP dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, berdasarkan permohonan
dari masyarakat.
(3) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, dapat dilakukan oleh Inspektur Tambang.

Bagian Kesembilan
Pengendalian Penjualan Mineral dan Pengendalian Produksi

Pasal 107
(1) Pemegang IUP Operasi produksi mineral dan batubara yang mengekspor mineral dan/atau
batubara yang diproduksi wajib berpedoman pada harga patokan.
(2) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur untuk
mineral bukan logam dan batuan yang IUPnya diberikan oleh Gubernur.
(3) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan mekanisme
pasar dan/atau sesuai harga yang berlaku umum di pasar internasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan harga patokan mineral bukan logam
dan batuan diatur dengan Peraturan Gubernur.
Pasal 108

(1) Gubernur menetapkan besaran volume pengangkutan dan penjualan mineral dan batubara
untuk mineral tergali hasil eksplorasi.

(2) Pengendalian besaran volume pengangkutan dan penjualan mineral dan batubara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk:

a. Memenuhi ketentuan aspek lingkungan;


b. Melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara;
c. Mengendalikan harga mineral dan batubara.

(3) Gubernur dapat melakukan penetapan besaran produksi mineral dan batubara kepada
masing-masing kabupaten/kota apabila dilimpahkan oleh Menteri.

Bagian Kesepuluh
Berakhirnya Izin Usaha Pertambangan
Pasal 109

(1) IUP berakhir karena:

a. Dikembalikan;
b. Dicabut;atau
c. Habis masa berlakunya.

(2) IUP yang berakhir karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi
dan menyelesaikan segala kewajibannya.

(3) IUP dapat dicabut oleh Gubernur apabila:

a. Pemegang IUP tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP serta peraturan
perundang-undangan;
b. Pemegang IUP melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini; atau
c. Pemegang IUP dinyatakan pailit.

Pasal 110

(1) Pemegang IUP dapat menyerahkan kembali IUP-nya dengan pernyataan tertulis kepada
Gubernur dan disertai dengan alasan yang jelas.

(2) Pengembalian IUP dinyatakan syah apabila disetujui oleh Gubernur dan setelah memenuhi
kewajiban.

BAB XII
IZIN USAHA JASA PERTAMBANGAN
Bagian Kesatu
Penggunaan dan Kegiatan Jasa Pertambangan
Pasal 111

(1) Pemegang IUP dalam melakukan kegiatan usahanya dapat menggunakan jasa
pertambangan setelah rencana kerja kegiatannya mendapat persetujuan dari Gubernur.
(2) Pemegang IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menggunakan Perusahaan Jasa
Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional.

(3) Dalam hal tidak terdapat Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa
Pertambangan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemegang IUP dapat
menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain yang berbadan hukum Indonesia.

(4) Pemegang IUP dapat menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), setelah melakukan pengumuman ke media massa lokal dan/atau
nasional, tetapi tidak ada Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa
Pertambangan Nasional yang mampu secara finansial dan/atau teknis.

(5) Dalam hal Perusahaan Jasa Pertambangan Lain mendapatkan pekerjaan di bidang jasa
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Perusahaan Jasa Pertambangan Lain
harus memberikan sebagian pekerjaan yang didapatkannya kepada Perusahaan Jasa
Pertambangan Lokal sebagai sub kontraktor sesuai dengan kompetensinya.

(6) Pemegang IUP dalam menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), wajib menerapkan asas kepatutan, transparan dan kewajaran.

Pasal 112

Dalam hal pemegang IUP menggunakan jasa pertambangan berbentuk orang perseorangan,
hanya dapat melakukan kegiatan jasa pertambangan sebagai berikut :

a. Jenis usaha jasa pertambangan konsultasi atau perencanaan; dan/atau


b. Usaha jasa pertambangan non inti.

Pasal 113

(1) Setiap pemegang IUP yang akan memberikan pekerjaan kepada perusahaan jasa
pertambangan, didasarkan atas kontrak kerja yang berasaskan kepatutan, transparan dan
kewajaran.

(2) Pemegang IUP atau IUPK dilarang menerima imbalan (fee) dari hasil pekerjaan yang
dilakukan oleh pelaku usaha jasa pertambangan.

Pasal 114

(1) Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan sendiri kegiatan
penambangan, pengolahan dan pemurnian.

(2) Pemegang IUP Operasi Produksi dapat menyerahkan kegiatan penambangan kepada usaha
jasa pertambangan, terbatas pada kegiatan :

a. Pengupasan lapisan (stripping) batuan penutup; dan


b. Pengangkutan mineral atau batubara.

(3) Pengupasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari kegiatan penggalian,
pemuatan dan pemindahan lapisan (stripping) batuan penutup dengan dan/atau didahului
peledakan.
Pasal 115

(1) Penggunaan Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 dan Pasal 111,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemegang IUP.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi aspek teknis pertambangan,
keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, dan lindungan lingkungan pertambangan.

Bagian Kedua
Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Jasa Pertambangan
Pasal 116

(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan harus mendapatkan klasifikasi dan kualifikasi dari
lembaga independen yang dinyatakan dengan sertifikat.
(2) Apabila lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), belum terbentuk maka
klasifikasi dan kualifikasi dilakukan oleh Gubernur.

Bagian Ketiga
Perizinan
Pasal 117

Pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 110 ayat (2) dan ayat (3),
dapat melakukan kegiatannya setelah mendapatkan IUJP dari Gubernur.

Pasal 118

(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non lnti dapat melakukan kegiatannya setelah
mendapatkan SKT dari Gubernur.
(2) SKT diberikan oleh Gubernur kepada pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non lnti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan
Non lnti.
(3) Tata cara pemberian IUJP dan SKT, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 119

IUJP atau SKT berakhir apabila :


a. Jangka waktu berlakunya telah berakhir dan tidak diajukan permohonan perpanjangan;
b. Diserahkan kembali oleh pemegang IUJP atau SKT dengan pernyataan tertulis sebelum
jangka waktu IUJP atau SKT berakhir;
c. Dicabut oleh pemberi IUJP atau SKT.

Pasal 120

Pemegang IUJP atau SKT dalam melaksanakan kegiatan usahanya wajib :


a. Menggunakan produk dalam negeri;
b. Menggunakan sub kontraktor lokal;
c. Menggunakan tenaga kerja lokal;
d. Melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan bidang usahanya;
e. Menyampaikan setiap dokumen kontrak jasa pertambangan dengan pemegang IUP;
f. Melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
g. Mengoptimalkan pembelanjaan lokal baik barang maupun jasa pertambangan yang diperlukan
dalam pelaksanaan kegiatan usaha jasanya;
h. Melaksanakan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
i. Membantu program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat meliputi peningkatan
pendidikan dan pelatihan, kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi lokal; dan
j. Menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan kepada pemberi IUJP atau SKT.

Pasal 121
(1) Kewajiban penyusunan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 huruf j, berupa
laporan pelaksanaan kegiatan :
a. Triwulan; dan
b. Tahunan.
(2) Laporan triwulan dan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi :
a. Investasi;
b. Nilai kontrak;
c. Realisasi kontrak;
d. Pemberi kontrak;
e. Tenaga kerja;
f. Peralatan (masterlist);
g. Penerimaan negara;
h. Penerimaan daerah;
i. Pembelanjaan lokal, nasional dan/atau impor; dan
j. Pengembangan masyarakat (Community Development).

Pasal 122
(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan atau Usaha Jasa Pertambangan Non Inti, wajib
mempunyai penanggung jawab operasional di lapangan untuk menjamin aspek teknis
pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, lindungan lingkungan
pertambangan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(2) Penanggung jawab operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertangggung jawab
kepada Kepala Teknik Tambang.

BAB XIII
PENDAPATAN NEGARA DAN DAERAH
Pasal 123
(1) Pemegang IUP wajib membayar penerimaan Negara berupa pajak dan bukan pajak dan
pendapatan daerah sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Penerimaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
a. Pajak-pajak yang menjadi kewenangan pemerintah;
b. Bea masuk dan cukai.
(3) Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :
a. Iuran tetap;
b. Iuran eksplorasi;
c. Iuran produksi; dan
d. Kompensasi data informasi.
(4) Besarnya tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), diatur dengan Peraturan Gubernur dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(5) Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. Retribusi daerah; dan
b. Pendapatan lain yang sah berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(6) Besarnya tarif pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ditetapkan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
DANA PENGELOLAAN

Pasal 124
(1) Dana pengelolaan pertambangan mineral dan batubara terdiri atas :
a. Dana inventarisasi, penyelidikan umum, eksplorasi dan study kelayakan;
b. Dana pengusulan penetapan WP dan WUP serta perubahannya;
c. Dana penetapan WIUP mineral bukan logam dan batuan;
d. Dana pelelangan WIUP; dan
e. Dana penyelenggaraan perijinan :
1. IUP eksplorasi;
2. IUJP; dan
3. SKT.
(2) Dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah pada setiap tahun anggaran secara proporsional.

BAB XV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Paragraf 1
Umum

Pasal 125
Gubernur melakukan pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang
dilaksanakan oleh pemegang IUP.

Paragraf 2
Pembinaan Terhadap Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan

Pasal 126
Gubernur melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan
yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 127
Pembinaan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan yang dilaksanakan oleh
pemerintah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126, terdiri atas:
a. Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan;
b. Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;
c. Pendidikan dan pelatihan; dan
d. Perencanaan, penelitian, pengembangan, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan
penyelenggaraan usaha pertambangan di bidang mineral dan batubara.

Pasal 128
(1) Pemberian pedoman dan standar pelaksanaan pengelolaan usaha pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 huruf a meliputi:
a. Pedoman tata laksana; dan
b. Pedoman pelaksanaan.
(2) Pedoman tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit meliputi
pedoman struktur dan tata kerja penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota.
(3) Pedoman pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit meliputi:
a. Pedoman teknis pertambangan;
b. Pedoman penyusunan laporan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan,pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan;
c. Pedoman penyusunan rencana kerja dan anggaran biaya;
d. Pedoman impor barang modal, peralatan, bahan baku,dan/atau bahan pendukung
pertambangan;
e. Pedoman penyusunan rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan;
f. Pedoman pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar tambang;
g. Pedoman pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan;
h. Pedoman penyusunan laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, reklamasi, dan
pascatambang;
i. Pedoman evaluasi terhadap laporan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pengangkutan dan
penjualan;
j. Pedoman penyusunan laporan penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha
pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota
k. Pedoman evaluasi laporan penyelenggaraan pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

Pasal 129
(1) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124
huruf b dilakukan terhadap penyelenggara pengelolaan usaha pertambangan.
(2) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
Pasal 130
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124 huruf c paling sedikit meliputi
kegiatan pendidikan dan pelatihan teknis manajerial, teknis pertambangan, dan pengawasan di
bidang mineral dan batubara.
Pasal 131
Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127 dilaksanakan oleh pemerintah
provinsi, perguruan tinggi, serta lembaga lainnya setelah mendapat akreditasi dari komite
akreditasi.

Pasal 132
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan diatur
dengan Peraturan Gubernur dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

Paragraf 3
Pembinaan Atas Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Pasal 133
(1) Pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 122 dilakukan paling sedikit terhadap:
a. Pengadministrasian pertambangan;
b. Teknis operasional pertambangan; dan
c. Penerapan standar kompetensi tenaga kerja pertambangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan atas pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan
Gubernur dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan.

Bagian Kedua
Pengawasan
Paragraf 1
Umum

Pasal 134
Gubernur melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan yang
dilakukan oleh pemegang IUP.

Paragraf 2
Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan

Pasal 135
Gubernur wajib menindaklanjuti hasil pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah.
Paragraf 3
Pengawasan Atas Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan

Pasal 136
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 131 dilakukan terhadap:
a. Teknis pertambangan;
b. Pemasaran;
c. Keuangan;
d. Pengelolaan data mineral dan batubara;
e. Konservasi sumber daya mineral dan batubara;
f. Keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
g. Keselamatan operasi pertambangan;
h. Pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pascatambang;
i. Pemanfaatan barang, jasa, teknologi, dan kemampuan rekayasa serta rancang bangun dalam
negeri;
j. Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;
k. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;
l. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan;
m. Kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum;
n. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, dan
o. Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan.

Pasal 137
(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 dilakukan melalui:
a. Evaluasi terhadap laporan rencana dan pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan dari
pemegang IUP; dan/atau
b. Inspeksi ke lokasi IUP.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam setahun.

Pasal 138
Gubernur melakukan evaluasi atas hasil pengawasan yang dilakukan oleh Bupati/Walikota dan
menyampaikan hasil evaluasinya kepada Pemerintah.

Pasal 139
Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 yang dilakukan oleh Gubernur
disampaikan kepada Pemerintah.

Pasal 140
(1) Pengawasan teknis pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf a untuk:
a. IUP Eksplorasi dilakukan paling sedikit terhadap:
1. Pelaksanaan teknik eksplorasi; dan
2. Tata cara penghitungan sumber daya dan cadangan.
b. IUP Operasi Produksi paling sedikit terhadap:
1. Perencanaan dan pelaksanaan konstruksi termasuk pengujian alat pertambangan
(commisioning);
2. Perencanaan dan pelaksanaan penambangan;
3. Perencanaan dan pelaksanaan pengolahan dan pemurnian; dan
4. Perencanaan dan pelaksanaan pengangkutan dan penjualan.
(2) Pengawasan teknis pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Inspektur Tambang.

Pasal 141
(1) Pengawasan pemasaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf b paling sedikit
meliputi:
a. Realisasi produksi dan realisasi penjualan termasuk kualitas dan kuantitas serta harga
mineral dan batubara;
b. Kewajiban pemenuhan kebutuhan mineral atau batubara untuk kepentingan dalam
negeri;
c. Rencana dan realisasi kontrak penjualan mineral atau batubara;
d. Biaya penjualan yang dikeluarkan;
e. Perencanaan dan realisasi penerimaan negara bukan pajak; dan
f. Biaya pengolahan dan pemurnian mineral dan/atau batubara.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.

Pasal 142
(1) Pengawasan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf c paling sedikit
meliputi:
a. Perencanaan anggaran;
b. Realisasi anggaran;
c. Realisasi investasi; dan
d. Pemenuhan kewajiban pembayaran.
(2) Pemenuhan kewajiban pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling
sedikit meliputi:
a. Iuran tetap untuk WIUP mineral logam atau batubara;
b. Iuran produksi mineral logam, batubara, dan mineral bukan logam sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.

Pasal 143
(1) Pengawasan pengelolaan data mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
133 huruf d, paling sedikit meliputi pengawasan terhadap kegiatan perolehan,
pengadministrasian, pengolahan, penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan
data dan/atau informasi.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.
Pasal 144
(1) Pengawasan konservasi sumber daya mineral dan batubara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 133 huruf e paling sedikit meliputi:
a. Recovery penambangan dan pengolahan;
b. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal;
c. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan batubara kualitas rendah dan mineral kadar rendah;
d. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan mineral ikutan;
e. Pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang;
dan
f. Pendataan dan pengelolaan sisa hasil pengolahan dan pemurnian.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur Tambang.

Pasal 145
(1) Pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 133 huruf f terdiri atas:
a. Keselamatan kerja;
b. Kesehatan kerja;
c. Lingkungan kerja; dan
d. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaksanaannya dilakukan oleh
Inspektur Tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 146
(1) Pengawasan keselamatan operasi pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133
huruf g paling sedikit meliputi:
a. Sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan
peralatan pertambangan;
b. Pengamanan instalasi;
c. Kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan pertambangan;
d. Kompetensi tenaga teknik; dan
e. Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur Tambang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 147
(1) Pengawasan pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pasca tambang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 133 huruf h paling sedikit meliputi:
a. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan dokumen pengelolaan
lingkungan atau izin lingkungan yang dimiliki dan telah disetujui;
b. Penataan, pemulihan, dan perbaikan lahan sesuai dengan peruntukannya;
c. Penetapan dan pencairan jaminan reklamasi;
d. Pengelolaan pascatambang;
e. Penetapan dan pencairan jaminan pascatambang; dan
f. Pemenuhan baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur Tambang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

Pasal 148
(1) Pengawasan pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang
bangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf i dilakukan terhadap pelaksanaan
pemanfaatan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun.
(2) Penggunaan barang, jasa, teknologi, serta kemampuan rekayasa dan rancang bangun
dilaksanakan sesuai dengan klasifikasi dan kualifikasi pelaksana usaha jasa pertambangan
mineral dan batubara serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Inspektur Tambang.

Pasal 149
(1) Pengawasan pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 133 huruf j paling sedikit meliputi:
a. Pelaksanaan program pengembangan;
b. Pelaksanaan uji kompetensi; dan
c. Rencana biaya pengembangan.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.
Pasal 150
(1) Pengawasan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 133 huruf k paling sedikit meliputi:
a. Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat;
b. Pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat; dan
c. Biaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.
Pasal 151
(1) Pengawasan kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut
kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133 huruf m paling sedikit
meliputi:
a. Fasilitas umum yang dibangun oleh pemegang IUP untuk masyarakat sekitar tambang;
dan
b. Pembiayaan untuk pembangunan atau penyediaan fasilitas umum sebagaimana
dimaksud pada huruf a.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.
Pasal 152
(1) Pengawasan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
133 huruf n paling sedikit meliputi:
a. Luas wilayah;
b. Lokasi penambangan;
c. Lokasi pengolahan dan pemurnian;
d. Jangka waktu tahap kegiatan;
e. Penyelesaian masalah pertanahan;
f. Penyelesaian perselisihan; dan
g. Penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi pertambangan mineral atau
batubara.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.
Pasal 153
(1) Pengawasan jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 133 huruf o paling sedikit meliputi:
a. Jenis komoditas tambang;
b. Kuantitas dan kualitas produksi untuk setiap lokasi penambangan;
c. Kuantitas dan kualitas pencucian dan/atau pengolahan dan pemurnian; dan
d. tempat penimbunan sementara (run of mine), tempat penimbunan (stock pile), dan titik
serah penjualan (at sale point).
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
oleh Gubernur.

Paragraf 4
Pelaksanaan Pengawasan

Pasal 154
(1) Pengawasan oleh Inspektur Tambang dilakukan melalui:
a. Evaluasi terhadap laporan berkala dan/atau sewaktu waktu;
b. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu; dan
c. Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan.
(2) Dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Inspektur Tambang melakukan
kegiatan inspeksi, penyelidikan, dan pengujian.
(3) Dalam melakukan inspeksi, penyelidikan, dan pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Inspektur Tambang berwenang:
a. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat;
b. Menghentikan sementara waktu sebagian atau seluruh kegiatan pertambangan mineral
dan batubara apabila kegiatan pertambangan dinilai dapat membahayakan keselamatan
pekerja/buruh tambang, keselamatan umum, atau menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan; dan
c. Mengusulkan penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi
penghentian secara tetap kegiatan pertambangan mineral dan batubara kepada Kepala
Inspektur Tambang.

Pasal 155
(1) Pengawasan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur dilakukan melalui:
a. Pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu; dan/atau
b. Verifikasi dan evaluasi terhadap laporan dari pemegang IUP.
(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pejabat yang ditunjuk
berwenang memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat.
BAB XVI
LARANGAN

Pasal 156
(1) Pemegang IUP dilarang memindahkan IUP kepada pihak lain.
(2) Untuk pengalihan kepemilikan dan/atau saham di bursa saham Indonesia hanya dapat
dilakukan setelah melakukan kegiatan eksplorasi tahapan tertentu.
(3) Pengalihan kepemilikan dan/atau saham sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat
dilakukan dengan syarat:
a. Harus melaporkan kepada Gubernur; dan
b. Sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 157
(1) Pemegang IUP dilarang melibatkan anak perusahaan dan/atau afiliasinya dalam bidang
usaha jasa pertambangan di wilayah usaha pertambangan yang diusahakannya, kecuali
dengan persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri.
(2) Anak perusahaan dan/atau afiliasinya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
badan usaha, yang mempunyai kepemilikan saham langsung dengan pemegang IUP.

Pasal 158
Pemegang IUP dilarang menerima imbalan (fee) dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pelaku
usaha jasa pertambangan.

BAB XVII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 159

(1) Selain penyidik pejabat polisi Negara Republik Indonesia, pejabat pegawai negeri sipil
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertambangan diberi wewenang
khusus sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (PPNSD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berwenang:
a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan
tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;
b. Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan yang diduga melakukan tindak
pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;
c. Memanggil dan/atau mendatangkan secara paksa orang untuk didengar dan diperiksa
sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana kegiatan usaha pertambangan;
d. Menggeledah tempat dan/atau sarana yang diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;
e. Melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan usaha pertambangan dan
menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak
pidana;
f. Menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha pertambangan yang digunakan untuk
melakukan tindak pidana sebagai alat bukti;
g. Mendatangkan dan/atau meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam
hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha
pertambangan; dan/atau
h. Menghentikan penyidikan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan.

Pasal 160
(1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155, dapat
menangkap pelaku tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan.
(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan dimulai penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikannya kepada pejabat
polisi negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib
menghentikan penyidikannya dalam hal tidak terdapat cukup bukti dan/atau peristiwanya
bukan merupakan tindak pidana.
(4) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3), dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVIII
KETENTUAN ADMINISTRASI

Pasal 161
(1) Gubernur berhak memberikan sanksi administratif kepada pemegang IUP atas pelanggaran
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 38 ayat (1), Pasal 48 ayat (3), Pasal
49 ayat (1), Pasal 53 ayat (1), ayat (3), Pasal 58, Pasal 70 ayat (1), Pasal 72 ayat (1), Pasal
83 (1), Pasal 75, Pasal 84 ayat (1), Pasal 85 ayat (1), Pasal 86, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95,
Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), Pasal 98 ayat (1), Pasal 99 ayat (1), Pasal 100, Pasal 102 ayat
(1), Pasal 106, Pasal 115 ayat (1), Pasal 117 ayat (1), Pasal 118 ayat (1), Pasal 151, Pasal
152, Pasal 153.
(2) Gubernur memberikan sanksi administratif kepada Pejabat SKPD apabila dalam
melakukan kajian teknis tidak didasarkan pada data faktual lapangan.
(3) Gubernur memberikan sanksi administratif kepada Inspektur Tambang apabila bertindak
sewenang-wenang dan diluar ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam melakukan
pengawasan usaha pertambangan mineral dan batubara.
(4) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berupa:
a. Peringatan tertulis;
b. Penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan eksplorasi atau operasi produksi;
dan/atau
c. Pencabutan IUP.
(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 162
(1) Setiap orang atau badan, yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 11,
Pasal 24, Pasal 76, Pasal 77 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 78, Pasal 87, Pasal 112 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00- (lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran.
(3) Terhadap tindak pidana selain yang diatur pada ayat (1), diancam pidana sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3), adalah kejahatan.

BAB XX
PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 163
Setiap sengketa yang muncul dalam pelaksanaan IUP diselesaikan melalui pengadilan dan
arbitrase dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 164
Segala akibat hukum yang timbul karena penghentian sementara dan/atau pencabutan IUP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 dan Pasal 104 ayat (3), diselesaikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 165
(1) Semua izin pertambangan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
(2) Semua izin pertambangan yang telah ada tetapi bertentangan dengan Peraturan Daerah ini,
harus disesuaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 166
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Propinsi Maluku
Utara Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum (Lembaran
Daerah Provinsi Maluku Utara Tahun 2005 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Nomor
4), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
(2) Peraturan Pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini, ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan
sejak diundangkannya Peraturan Daerah ini.
Pasal 167
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Maluku Utara.

Ditetapkan di Sofifi
Pada tanggal 28 September 2012
GUBERNUR MALUKU UTARA,

H. THAIB ARMAIYN

Diundangkan di Sofifi
pada tanggal 28 September 2012

Plt. SEKRETARIS DAERAH


PROVINSI MALUKU UTARA,

H. A. MADJID HUSEN

LEMBARAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2012 NOMOR :12


PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA
NOMOR 12 TAHUN 2012
TENTANG
PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

I. UMUM
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3)
menegaskan bahwa bumi,air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Mengingat
mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan
sumber daya alam yang tak terbarukan, pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal
mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta berkeadilan
agar
memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
Dalam rangka memenuhi ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Undang-undang tersebut
selama kurang lebih empat dasawarsa sejak diberlakukannya telah dapat memberikan
sumbangan yang penting bagi pembangunan nasional. Dalam perkembangan lebih lanjut,
undang-undang tersebut yang muatannya bersifat sentralistik sudah tidak sesuai dengan
perkembangan situasi sekarang dan tantangan masa depan. Di samping itu, pembangunan
pertambangan harus menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan strategis, baik
bersifat nasional maupun internasional. Tantangan utama yang dihadapi oleh pertambangan
mineral dan batubara adalah pengaruh globalisasi yang mendorong demokratisasi, otonomi
daerah, hak asasi manusia, lingkungan hidup, perkembangan teknologi dan informasi, hak
atas kekayaan intelektual serta tuntutan peningkatan peran serta aktif pihak swasta dan
masyarakat.
Bahwa Provinsi Maluku Utara memiliki potensi di bidang sumber daya mineral, berupa
mineral logam, non logam, batubara, batuan dan mineral radioaktif. Sedangkan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi adalah mineral logam, non logam, batubara dan
batuan, yang pengelolaannya masih berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan beserta peraturan pelaksanaannya.
Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, yang merupakan suatu bentuk reformasi yuridis terhadap Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967, yang sangat mengedepankan kepedulian lingkungan hidup
dan masyarakat sekitar tambang,
sehingga peraturan pelaksana dibawah Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1967 termasuk
Peraturan Daerah Provinsi Maluku Utara Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Usaha
Pertambangan Umum perlu dilakukan penyesuaian atau upaya harmonisasi dengan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten / Kota, daerah diberi kewenangan untuk menyusun Peraturan Perundang-
undangan Daerah di Bidang Pertambangan dan Mineral.
Perda ini mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh Negara
dan pengembangannya serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh pemerintah dan
pemerintah daerah bersama dengan pelaku usaha.
2. Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan kesempatan kepada
badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun
masyarakat setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dan batubara berdasarkan
izin.
3. Pengelolaan pertambangan mineral dan batubara dilaksanakan berdasarkar prinsip
eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi yang melibatkan pemerintah daerah.
4. Usaha pertambangan di daerah harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang
sebesar-besar bagi kesejahteraan rakyat.
5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan mendorong
kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan menengah serta mendorong
tumbuhnya industri penunjang pertambangan.
6. Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan
harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip lingkungan hidup, transparansi dan
partisipasi masyarakat.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “penyelidikan” adalah suatu kegiatan yang sifatnya
umum bertujuan untuk mencari jenis-jenis mineral yang berada di permukaan
maupun di bawah permukaan bumi.
Yang dimaksud dengan “penelitian” adalah suatu kegiatan yang sifatnya spesifik
dan mendetail bertujuan untuk mengetahui jumlah deposit, kadar atau mutu serta
pertimbangan ekonomis tidaknya mineral terendap yang dapat dimanfaatkan
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR)” adalah bagian
dari wilayah pertambangan tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.
Yang dimaksud dengan “Wilayah Pencadangan Negara (WPN)” adalah bagian
dari wilayah pertambangan yang dicadangkan untuk kepentingan strategis
nasional.
Huruf f
Cukup jelas.
Hutuf g
Kondisi hutan di Maluku UTARA yang luasnya kurang dari 10% luas daratan,
maka diperlukan upaya khusus untuk menjaga kelestarian Kawasan Hutan
Lindung dan Kawasan Konservasi.
Huruf h
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf e
Kriteria kepadatan penduduk antara lain dimaksudkan agar WIUP tidak
mencakup perkampungan adat dan pemukiman penduduk serta fasilitas umum
dan fasilitas sisial di atasnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31

Ayat (1)
Mengumumkan WIUP secara terbuka dalam ketentuan ini dilakukan:
a. Paling sedikit di 1 (satu) media cetak lokal dan/atau 1 (satu) media cetak nasional;
b. Di kantor kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
mineral dan batubara;
c. Di kantor pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian
pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan
karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dalam rangka pelelangan
WIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “unsur dari Pemerintah” dalam ketentuan ini merupakan
wakil dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
mineral dan batubara.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Rekomendasi dalam ketentuan ini adalah rekomendasi dalam bentuk pemberian
pertimbangan yang berisi informasi mengenai pemanfaatan lahan di WIUP dan
karakteristik budaya masyarakat berdasarkan kearifan lokal dalam rangka
pelelangan WIUP.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “bukti pembayaran kewajiban keuangan” dalam
ketentuan ini adalah iuran tetap, iuran produksi, dan pajak.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “data hasil studi kelayakan” merupakan sinkronisasi data
milik pemerintah dan data pemerintah daerah.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dalam ketentuan ini termasuk jangka waktu
untuk konstruksi selama 2 (dua) tahun.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “mineral bukan logam jenis tertentu” adalah antara lain
batu gamping untuk industri semen, intan, dan batu mulia.
Jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dalam ketentuan ini termasuk jangka waktu
untuk konstruksi selama 2 (dua) tahun.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dalam ketentuan ini termasuk jangka waktu
untuk konstruksi selama 2 (dua).
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Yang dimaksud dengan “wilayah di luar WIUP” dalam ketentuan ini adalah
project area yang dilarang untuk melakukan kegiatan penambangan.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup Jelas.
Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Cukup jelas.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “mineral” adalah mineral yang tercantum dalam IUP.
Yang dimaksud dengan “mineral ikutannya” adalah mineral di luar yang
tercantum dalam IUP. Apabila akan diusahakan oleh Pemegang IUP maka wajib
mengajukan permohonan IUP mineral ikutannya. Apabila Pemegang IUP tidak
mengusahakan mineral ikutannya, maka Gubernur dapat memberikan WIUP
mineral ikutan tersebut melalui pelelangan.
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan ”sisa tambang” antara lain: tailing dan limbah batubara.
Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Ketentuan ini dimaksudkan, mengingatkan usaha pertambangan pada sumber air,
dapat mengakibatkan perubahan morfologi sumber air, baik pada kawasan hulu
maupun hilir.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Nilai tambah dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan produk akhir
dari usaha pertambangan atau pemanfaatan mineral ikutan.
Pasal 94
Cukup jelas.
Pasal 95
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan terlebih dahulu memiliki IUP Operasi Produksi untuk
penjualan dalam ketentuan ini adalah pengurusan izin pengangkutan dan
penjualan atas mineral dan/atau batubara yang tergali.
Ayat (2)
Izin diberikan setelah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi atas
mineral dan/atau batubara yang tergali oleh instansi teknis terkait.
Ayat (3)
Cukup Jelas.
Ayat (4)
Cukup Jelas.
Pasal 96
Pemanfaatan tenaga kerja setempat tetap mempertimbangkan kompetensi tenaga
kerja dan keahlian tenaga kerja yang tersedia.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung dan menumbuhkembangkan
kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing.
Pasal 97
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan masyarakat adalah mereka yang terkena dampak langsung
dari kegiatan usaha pertambangan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “keadaan kahar” dalam ketentuan ini antara lain meliputi
perang, kerusuhan sipil, pemberontakan, epidemi, gempa bumi, banjir, kebakaran
dan bencana alam di luar kemampuan manusia.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “keadaan yang menghalangi” dalam ketentuan ini antara
lain meliputi blokade, pemogokan, perselisihan perburuhan di luar kesalahan
pemegang IUP dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
diterbitkan oleh pemerintah yang menghambat kegiatan usaha pertambangan
mineral atau batubara yang sedang berjalan.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Permohonan masyarakat memuat penjelasan keadaan kondisi daya dukung
lingkungan wilayah yang dikaitkan dengan aktivitas kegiatan penambangan.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan ”alasan yang jelas” dalam ketentuan ini antara lain tidak
ditemukannya prospek secara teknis, ekonomis, atau lingkungan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 109
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “Perusahaan Jasa Pertambangan lain” adalah perusahaan
yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh
modalnya dimiliki oleh pihak asing.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 110
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “Usaha Jasa Pertambangan Non inti” adalah usaha jasa
selain usaha jasa pertambangan, yang memberikan pelayanan jasa dalam
mendukung kegiatan usaha pertambangan, misalnya survey.
Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukup Jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127
Ayat (1)
Bimbingan, supervisi, dan konsultasi dalam ketentuan ini dapat berupa sosialisasi,
penyuluhan, lokakarya, inspeksi bersama, seminar, dan pertemuan teknis di
tingkat provinsi, dan kabupaten/kota.
Ayat (2)
Sesuai dengan kebutuhan dalam ketentuan ini dilakukan berdasarkan penilaian
Gubernur atau atas permintaan pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya dalam ketentuan ini termasuk lembaga
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh swasta atau masyarakat.
Pasal 130
Cukup jelas.
Pasal 131
Cukup jelas.
Pasal 132
Cukup jelas.
Pasal 133
Cukup jelas.
Pasal 134
Cukup jelas.
Pasal 135
Cukup jelas.
Pasal 136
Cukup jelas.
Pasal 137
Cukup jelas.
Pasal 138
Cukup jelas.
Pasal 139
Cukup jelas.
Pasal 140
Cukup jelas.
Pasal 141
Cukup jelas.
Pasal 142
Cukup jelas.
Pasal 143
Ayat (1)
Huruf a
Keselamatan kerja dalam ketentuan ini meliputi, antara lain:
a. Manajemen resiko;
b. Program keselamatan kerja yang meliputi, antara lain, pencegahan kecelakan,
peledakan, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya;
c. Pelatihan dan pendidikan keselamatan kerja;
d. Administrasi keselamatan kerja;
e. Manajemen keadaan darurat;
f. Inspeksi keselamatan kerja;
g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan.
Huruf b
Kesehatan kerja dalam ketentuan ini meliputi, antara lain:
a. Program kesehatan pekerja/buruh yang meliputi, antara lain, pemeriksaan
kesehatan tenaga kerja, pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat
kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan, serta pelatihan dan pendidikan
kesehatan kerja;
b. Higienis dan sanitasi;
c. Ergonomis;
d. Pengelolaan makanan, minuman, dan gizi pekerja/buruh; dan/atau
e. Dianogsis dan pemeriksaan penyakit akibat kerja.
Huruf c
Lingkungan kerja dalam ketentuan ini meliputi, antara lain:
a. Pengendalian debu;
b. Pengendalian kebisingan;
c. Pengendalian getaran;
d. Pencahayaan;
e. Kualitas udara kerja;
f. Pengendalian ;
g. Pengendalian radiasi;
h. Pengendalian faktor kimia;
i. Pengendalian faktor biologi; dan
j. Kebersihan lingkungan kerja.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “ketentuan peraturan perundangundangan” adalah
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Pasal 144
Cukup jelas.
Pasal 145
Cukup jelas.
Pasal 146
Cukup jelas.
Pasal 147
Cukup jelas.
Pasal 148
Cukup jelas.
Pasal 149
Ayat (1)
Huruf a
Fasilitas umum dalam ketentuan ini misalnya jalan umum, sekolah, dan klinik.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 150
Cukup jelas.
Pasal 151
Cukup jelas.
Pasal 152
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “Kepala Inspektur Tambang” adalah pejabat yang secara
ex officio menduduki jabatan kepala dinas teknis provinsi yang mempunyai tugas
pokok dan fungsi di bidang pertambangan mineral dan batubara di Pemerintah
Provinsi;
Pasal 153
Cukup jelas.
Pasal 154
Cukup jelas.
Pasal 155
Cukup jelas.
Pasal 156
Cukup jelas.
Pasal 157
Cukup jelas.
Pasal 158
Cukup Jelas.
Pasal 159
Cukup Jelas.
Pasal 160
Cukup jelas.
Pasal 161
Cukup jelas.
Pasal 162
Cukup jelas.
Pasal 163
Cukup jelas.
Pasal 164
Cukup jelas.
Pasal 165
Cukup jelas
Pasal 166
Cukup jelas
Pasal 167
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA NOMOR 12

Anda mungkin juga menyukai