Anatomi Fisiologi
Fungsi utama kolon adalah (1) absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk
membentuk feses yang padat dan (2) penimbunan bahan feses sampai dapat
dikeluarkan.Setengah bagian proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan
setengah distal kolon berhubungan dengan penyimpanan.Karena sebagai 2 fungsi
tersebut gerakan kolon sangat lambat.Tapi gerakannya masih seperti usus halus
yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi haustra
yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan lumpur setengah
padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa mengambil alih peran
pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu waktu, kebanyakan 1-3 x/hari
gerakan.
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal, sebagian besar air
dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam kolon dan sekitar 100 ml
diekskresikan bersama feses. Sebagian besar absorpsi di pertengahan kolon
proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang bagian distal sebagai tempat
penyimpanan feses sampai akhirnya dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon
penyimpanan)
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai kemampuan absorpsi
aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut terabsorpsi. Ditambah taut epitel di
usus besar lebih erat dibanding usus halus sehingga mencegah difusi kembali ion
tersebut, apalagi ketika aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion
klorida menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yang
kemudian menyebabkan absorbsi air
Dalam waktu bersamaan usus besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti
penjelasan diatas) membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri
didalam usus besar
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit tiap hari
sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi atau melalui
sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara normal pada kolon
pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa (berguna sebagai tambahan
nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin, dan bermacam gas yang
menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya CO₂, H₂, CH₄)
Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari ³⁄₄ air dan ¹⁄₄ padatan (30% bakteri, 10-20% lemak, 10-
20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak tercerna dan unsur
kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel terlepas).Warna coklat dari
feses disebabkan oleh sterkobilin dan urobilin yang berasal dari bilirubin yang
merupakan hasil kerja bakteri.Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna
tinja menjadi putih (tinja akolik).Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat
oleh bakteri merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses
disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen sulfide).
Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena
sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal dari makanan. Hal ini merupakan
penyebab mengapa selama kelaparan jangka panjang tetap dikeluarkan feses
dalam jumlah bermakna.
Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya sfingter
yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon sigmoid dan rectum
serta sudut tajam yang menambah resistensi pengisian rectum. Bila terjadi
pergerakan massa ke rectum, kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus akan
timbul keinginan defekasi. Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah
oleh konstriksi tonik dari 1) sfingter ani interni; 2) sfingter ani eksternus
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal aferen
menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic
dalam kolon descendens, sigmoid, rectum, mendorong feses ke arah anus.Ketika
gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal
penghambat dari pleksus mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan
sadar berelaksasi secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas
sewaktu rectum teregang
B. Definisi
Kolitis userasi merupakan seuatu pernyakit kronisdimana terjadi
peradangan dan ulserasi (luka erosive )pada usus besar sehingga timbul serangan-
serangan pernyakit , berupa diare berdarah, kram perut, dan demam gangguan ini
meningkatkan resiko terjadinya kanker usus besar di kemudian hari.
Colitis ulseratif bisa terjadi pada berbagai usia , tetapi biasanya sebelum usia 30
th, rata-rata antara usia 14-24 tahun.ada juga beberapa orang baru mengalami
serangan pada usia antara 50-70 (David B, 2013)
C. Etiologi
Sementara penyebab kolitis ulseratif tetap tidak diketahui, gambaran
tertentu penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting.Hal ini
meliputi faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada
orang kulit hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6
kalilipat) pada orang Yahudi dibandingkan dengan orang non Yahudi.Hal
ini menunjukkan bahwa dapat ada predisposisi genetik terhadap
perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian
terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Di samping banyak usaha
untuk
menemukan agen bakteri, jamur, atau virus, belum ada yang sedemikian
jauh
diisolasi. Laporan awal isolat varian dinding sel Pseudomona satau agen
yang dapat ditularkan yang menghasilkan efek sitopatik pada kultur
jaringan masih harus dikonfirmasi.
3. Faktor imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada
konsep bahwa manifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan
ini (misalnya artritis, perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun
dan bahwa zat terapeutik tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin,
dapat menunjukkan efek mereka melalui mekanisme imunosupresif.Pada
60-70% pasien dengan kolitis ulseratif, ditemukan adanya p-ANCA
(perinuclear anti-neutrophilic cytoplasmic antibodies). Walaupun p-
ANCA tidak terlibat dalam patogenesis penyakit kolitis ulseratif, namun ia
dikaitkan dengan alel HLA-DR2, di mana pasien dengan p-ANCA
negative lebih cenderung menjadi HLA-DR4 positif.
4. Faktor psikologik
Gambaran psikologis pasien penyakit radang usus juga telah
ditekankan.Tidak lazim bahwa penyakit ini pada mulaterjadinya, atau
berkembang, sehubungan dengan adanya stres psikologis mayor misalnya
kehilangan seorang anggota keluarganya.Telah dikatakan bahwa pasien
penyakit radang usus memiliki kepribadian yang khas yang membuat
mereka menjadi rentan terhadap stres emosi yang sebaliknya dapat
merangsang atau mengeksaserbasi gejalanya.
5. Faktor lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit
kolitis ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit kolitis
ulseratifmenurun secara signifikan pada pasien yang menjalani operasi
apendiktomi pada dekade ke-3.Beberapa penelitian sekarang menunjukkan
penurunan risiko penyakit kolitis ulseratif di antara perokok dibandingkan
dengan yang bukan perokok. Analisis meta menunjukkan risiko penyakit
kolitis ulseratif pada perokok sebanyak 40% dibandingkan dengan yang
bukan perokok.
D. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang
air besar yang lebih sering.Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah
sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
1. Anemia
2. Fatigue/ Kelelahan
3. Berat badan menurun
4. Hilangnya nafsu makan
5. Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
6. Lesi kulit (eritoma nodosum)
7. Lesi mata (uveitis)
8. Nyeri sendi
9. Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
10. Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
11. Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
12. Perdarahan rektum (anus).
13. Rasa tidak enak di bagian perut.
14. Mendadak perut terasa mulas.
15. Kram perut.
16. Sakit pada persendian.
17. Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
18. Anoreksia
19. Dorongan untuk defekasi
20. Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulseratif
memiliki gejala-gejala ringan.Lain sering menderita demam, diare, mual, dan
kram perut yang parah.Kolitis ulseratif juga dapat menyebabkan masalah seperti
radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis.Tidak diketahui
mengapa masalah ini terjadi di luar usus.Para ilmuwan berpikir komplikasi ini
mungkin akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan
tubuh.Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses
penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari
onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut,
dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang
mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus
adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang
remaja.Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun, sampai awal
manifestasi usus.
E. Patofisiologi
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mukosa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus.Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan
kongesti mukosa.Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga
terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada
permukaan.Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati
di dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan
terowongan dalam mukosa.Mukosa kemudian terkelupas dalam lumen usus,
meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula
tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang
hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon
dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang
berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon
sehingga menyebabkan terjadi ulkus.
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rectum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna
merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang
berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu
ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga
terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik,
pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid. Akibat
ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara
mikroskopik ataupun makroskopik
F. Pathway
G. Komplikasi
1. Perdarahan
Merupakan komplikasi yang sering menyebabkan anemia karena
kekurangan zat besi.Pada 10% penderita, serangan pertama sering menjadi
berat, dengan perdarahan yang hebat, perforasi atau penyebaran infeksi.
2. Kolitis Toksik
Terjadi kerusakan pada seluruh ketebalan dinding usus.Kerusakan ini
menyebabkan terjadinya ileus, dimana pergerakan dinding usus terhenti,
sehingga isi usus tidak terdorong di dalam salurannnya.Perut tampak
menggelembung.Usus besar kehilangan ketegangan ototnya dan akhirnya
mengalami pelebaran. Rontgen perut akan menunjukkan adanya gas di bagian
usus yang lumpuh. Jika usus besar sangat melebar, keadaannya disebut
megakolon toksik.Penderita tampak sakit berat dengan demam yang sangat
tinggi.Perut terasa nyeri dan jumlah sel darah putih meningkat.Dengan
pengobatan efektif dan segera, kurang dari 4% penderita yang meninggal. Jika
perlukaan ini menyebabkan timbulnya lubang di usus (perforasi), maka resiko
kematian akan meningkat.
2. Kanker Kolon (Kanker Usus Besar).
Resiko kanker usus besar meningkat pada orang yang menderita kolitis
ulserativa yang lama dan berat. Resiko tertinggi adalah bila seluruh
usus besar terkena dan penderita telah mengidap penyakit ini selama
lebih dari 10 tahun, tanpa menghiraukan seberapa aktif penyakitnya.
Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan
usus besar) secara teratur, terutama pada penderita resiko tinggi
terkena kanker, selama periode bebas gejala. Selama kolonoskopi,
diambil sampel jaringan untuk diperiksa dibawah mikroskop. Setiap
tahunnya, 1% kasus akan menjadi kanker. Bila diagnosis kanker
ditemukan pada stadium awal, kebanyakan penderita akan bertahan
hidup.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditujukan untuk mengurangi
inflamasi, menekan respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit,
sehingga penyembuhan dapat terjadi.
1. Penatalaksanaan secara umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
b. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.
c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat
meningkatkan motilitas usus.
d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang
intoleransi
lactose.
2. Terapi Obat.
Obat- obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi
peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi.
a. Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau
Sulfisoxazal (Gantrisin).
b. Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.
c. Azulfidin : Membantu dalam mencegah
kekambuhan.
d. Mengurangi Peradangan : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid
dikurangi/ dihentikan, gejala penyakit dapat berulang. Bila
kortikosteroid dilanjutkan gejala sisa merugikan seperti hipertensi,
retensi cairan, katarak, hirsutisme (pertumbuhan rambut yang
abnormal).
3. Psikoterapi :
Ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres pada pasien,
kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi
konflik ehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka.
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Berisikan nama, alamat, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
tanggal masuk, diagnosa medis.
B. Penanggung jawab
Berisikan nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
Makan /minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Ambulasi / ROM
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat,
4 : tergantung total
Oksigenasi : ........................................................................................................
E. Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur? Adakah masalah dalam tidur(insomnia, mimpi buruk)? Adakah hal
yang mempersulit tidur? Kebiasaan tidur siang?menggunakan obat-obatan?
F. Pola Persepsi dan Kognitif
Bagaimana fungsi panca indra? Penggunaan alat bantu? Adakah perubahan daya
ingat selama di RS/sakit?
G. Pola Persepsi dan Konsep diri
Pandangan klien tentang sakitnya saat ini? Kecemasan? Konsep diri(gambaran
diri, identitas dll?
H. Pola Peran dan Hubungan
Dengan siapa klien tinggal?bagaimana komunikasi dan hubungan dengan orang
lain?kemampuan keuangan?
I. Pola Seksual dan reproduksi
Fertilitas, libido, menstruasi dan kontrasepsi?
J. Pola Koping dan Toleransi terhadap Stres
Perubahan terbesar dalam 5 tahun terakhir dan bagaimana cara mengatasinya?
K. Pola Nilai dan Kepercayaan
Agama yang dianut? Pandangan klien terhadap agamanya? Kegiatan ibadah
sebelum dan selama
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.
c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan
iritasi pada kolon
V. INTERVENSI
Mandiri Rasional
Observasi dan catat frekuensi Agar mengurangi bau tak sedap untuk
defekasi, karakteristik, jumlah menghindari malu pasien
dan factor pencetus Istirahat menurunkan mobilitas khusus,
Buang feses dengan tepat, juga menurunkan laju metabolisme
berikan pengharum ruangan.
Tingkatkan tirah baring, berikan
alat alat di samping tempat tidur.
Ø Membantu membedakan
penyakit individu dan mengkaji
beratnya episode
DAFTAR PUSTAKA
Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta : EGC.
Fauci, Anthony S., et all. 2009. Inflammatory Bowel Disease. Harrison’s Manual of
Medicine 17th Edition. Hal. 836-840. United States of America :
Mc.Graw Hill. Fogel, W.A., et all. 2005. The Role of Histamine in Experimental Ulcerative
Colitis in Rats. Inflammation Research Volume 54.