Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL V

OPERATION MANAGEMENT GAME (OMG)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK XVIll

MUH. REFLI. B (09120200042)

RAFIQHA PUTRI ANJANI (09120200077)

RISKATUL AZIZAH (09120200189)

MUH.FAYI DERRY (09120210125)

LABORATORIUM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Operations Management Game (OMG!), game papan simulasi serius

pertama yang dapat disesuaikan di Indonesia, atau mungkin dunia. Dirancang

untuk membantu para manajer dan pakar mempelajari prinsip- prinsip inti

manajemen operasi dalam simulasi lini produksi. Adalah contoh dari

permainan simulasi serius (SSG), yaitu permainan yang mewakili sistem dunia

nyata dan dirancang untuk tujuan pembelajaran dan pemecahan masalah.

Dalam SSG, peserta dibenamkan dalam simulasi lingkungan belajar yang

bebas risiko sekaligus menantang. Lingkungan ini menciptakan tempat yang

ideal untuk menguji keputusan dan belajar dari umpan balik tanpa gangguan

sistem nyata yang mahal (Hidayatno & Moeis, 2019).

Management Game yang digunakan untuk mengajarkan manajemen

rantai pasokan dan pemikiran sistem. Telah mengembangkan beberapa SSG

berbasis komputer untuk berbagai tujuan pembelajaran dalam manajemen

operasi dan produksi, seperti game simulasi produksi dan logistik terbalik

permainan simulasi. Namun, table top games menciptakan pembelajaran yang

berbeda suasana, di mana peserta dapat menyentuh permainan dan berbicara

satu sama lain lainnya selama bermain. Dinamika percakapan, debat dan

ejekan saat bermain game dalam pengaturan grup sangat menarik. Merupakan

tantangan untuk membuat permainan meja fisik. Itu harus sederhana cukup

mengingat ruang meja yang terbatas dan menantang cukup untuk menjaga

peserta termotivasi untuk bermain game dan belajar. Seperti yang dikatakan

Leonardo da Vinci, "Kesederhanaan adalah kecanggihan tertinggi." Kami

memutuskan bahwa OMG harus mewakili operasional dasar proses

pemenuhan permintaan, pengadaan bahan baku, produksi melalui permesinan

369
370

dan perakitan, dan akhirnya penjualan akhir produk berdasarkan permintaan

(Hidayatno & Moeis, 2019).

Imu pengetahuan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan,

sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berfikir

manusia. Bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang termasuk

juga didalamnya sektor industri. Dalam dunia industri kita mengenal salah

satunya, yaitu Operation Manajemen (OM) yang merupakan suatu bentuk dari

pengelolaan yang optimal dan menyeluruh serta melingkupi beberapa masalah

antara lain tenaga kerja, produk yang dapat di jadikan sebagai produk dalam

bentuk barang dan jasa atau barang yang dapat memberikan kentungan dan

juga barang diantaranya adakah peralatan, mesin dan juga barang-barang

mentah. Manajemen operasi sendiri adalah suatu bentuk pengaturan untuk

masalah operasional dan produksi yang meliputi bidang barang dan jasa.

(Hidayatno & Moeis, 2019).

Game Manajemen Operasi (OMG) adalah permainan papan atas meja

pertama yang sangat dapat disesuaikan di Indonesia. OMG dirancang untuk

membantu manajer dan pemimpin belajar tentang berbagai aspek manajemen

operasi dalam lini produksi simulasi. OMG adalah contoh dari Serious

Simulation Games (SSG), yang merupakan game sistem dunia nyata yang

dirancang untuk tujuan pembelajaran, penelitian dan pemecahan masalah.

Dalam SSG, peserta tenggelam dalam lingkungan belajar simulasi yang bebas

risiko dan menantang. Lingkungan ini menciptakan tempat yang ideal untuk

menguji keputusan dan belajar dari umpan balik tanpa gangguan yang mahal

dari sistem nyata. (Arfah, 2022).


371

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan pratikum adalah:

1. Menyimulasikan proses yang terjadi dalam lintasan produksi.

2. Menganalisa permasalahan yang terjadi dalam manajemen

operasi.

3. Menganalisa penyebab terjadinya bottle neck.

1.3 Alat dan Bahan Praktikum

1. Tabelmat board

2. Kartu informasi

3. Dice translation

4. dadu digital

5. Record sheet

6. Komponen material

7. Upgrade cards

1.4 Pelaksanaan Kegiatan Praktikum

1. Satu orang bertanggung jawab untuk satu station. Akan tetapi tidak

menutup kemungkinan untuk satu station dimainkan oleh lebih dari satu

orang.

2. Di awal permainan, setiap tim akan mendapatkan initial inventory (pada

umumnya 20). Initial inventory tersebut dapat berupa komponen material

maupun produk akhir. Peserta diberikan pilihan untuk mengalokasikannya

di station yang diinginkan.

3. Permainan terdiri dari beberapa putaran yang di mana 4 putaran

menggambarkan 1 siklus. Satu siklus menggambarkan waktu yang

dibutuhkan untuk membuat rencana produksi. Rencana produksi

terdiri dari apa yang ingin dibeli dan apa yang akan diproduksi di
372

masing-masing station. Peserta tidak dapat merubah keputusan yang

sudah dibuat dalam siklus tersebut.

4. Pembelian Upgrade Cards dapat dilakukan ketika peserta memiliki

cukup uang dan hanya dapat dibeli pada saat jeda siklus.

5. Peserta yang berperean sebagai purchasing station akan berperan

juga sebagai Team Production Leader dan Cost Controller.

6. Peraturan untuk stasiun purchasing yaitu Station ini bertanggung

jawab atas pembelian komponen material A, B, C dan D, lalu

mengirimkannya ke station berikutnya sesuai berikut: A/B dikirim ke

buffer M1 dan C/D dikirim ke buffer M3. Jumlah komponen material

dikirimkan berdasarkan hasil translasi dadu. Anda memiliki dua jalur

pengiriman komponen material (M1 dan M3), dan untuk setiap jalur

hanya diperbolehkan untuk mengirimkan satu jenis komponen

material (A/B) dan (C/D).

7. Peraturan stasiun M1, M2, dan M3 yaitu Station ini bertanggung

jawab untuk memproduksi material A dan B untuk M1 dan M2,

sedangkan C dan D untuk M3 lalu mengirimkannya ke station

berikutnya sesuai dengan hasil translasi dadu. Jumlah komponen

material dikirimkan berdasarkan hasil translasi dadu. Hanya

diperbolehkan untuk mengirimkan satu jenis komponen material A/B

untuk M1 dan M2, sedangkan C/D untuk M3. Jika komponen material

yang dikirimkan berbeda dari putaran sebelumnya, terdapat change

over cost (dalam bentuk reduksi kapasitas produksi). Komponen

yang dapat dikirimkan hanya yang dari Current Inventory, tidak dapat

diambil dari Receiving Buffers.

8. Peraturan untuk stasiun assembly yaitu station ini bertanggung

jawab untuk merakit semua komponen material yang tersedia


373

menjadi produk akhir. Lalu mengirimkannya ke Sales station sesuai

dengan hasil translasi dadu.

9. Peraturan untuk bagian penjualan yaitu Station ini bertanggung

jawab untuk menjual seluruh produk akhir sesuai demand yang

didapatkan dari hasil translasi dadu. Seluruh demand harus dipenuhi.

Demand yang tidak terpenuhi menjadi Backlog untuk putaran

tersebut. Backlog tidak bersifat akumulatif. Station ini hanya dapat

membeli Upgrade Cards “Forecasting.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Line balancing

Line balancing merupakan sekelompok orang atau mesin yang melakukan

tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada

masing-masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan

produksi, sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di setiap stasiun kerja.

Line balancing adalah suatu penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-

stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lintasan atau lini produksi.

Stasiun kerja tersebut memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dan

stasiun kerja. Fungsi dari Line balancing adalah membuat suatu lintasan yang

seimbang. Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah meminimumkan

waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang ditentukan oleh operasi

yang paling lambat (Arfah, 2022).

Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah line balancing harus

mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan

personil yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah

informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan

precedence relation ship. Aktivitas-aktivitas yang merupakan susunan dan

urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan, manajemen industri perlu

menetapkan tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat

permintaan total, kemudian membaginya ke dalam waktu produktif yang

tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle time yang merupakan waktu dari

produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work station) (Arfah, 2022).

Lintasan produksi adalah penempatan area-area kerja di mana operasi-

operasi diatur secara berurutan dan material bergerak secara kontinu melalui

374
375

operasi yang terangkai seimbang. Menurut karakteristik proses produksinya,

Lini produksi dibagi menjadi dua:

1. Lini pabrikasi, yaitu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi

yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja.

2. Lini perakitan, yaitu lintasan produksi yang terdiri dari sejumlah operasi

perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan

menjadi benda assembly atau sub assembly.

2.2 Manajemen Operasi (Operations Management)

Manajemen operasional merupakan metode pengelolaan yang

menyeluruh dan optimal yang memperhatikan perihal tenaga kerja, barang-

barang seperti mesin, bahan-bahan mentah, peralatan, atau produk yang

sekiranya bisa dijadikan sebuah produk barang atau jasa yang bisa dijual

belikan. Manajemen operasional perlu untuk dipelajari sebab fungsi

manajemenen tersebut merupakan salah satu dari tiga fungsi manajemen

dalam organisasi atau perusahaan yaitu produksi, keuangan, dan pemasaran.

Selain itu manajemen operasi juga merupakan bagian perusahaan yang

mengonsumsi dana cukup besar disebuah perusahaan. Konsep manajemen

operasional adalah sebuah aktifitas perusahaan dalam menciptakan barang

dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen. Dengan konsep

manajemen operasi maka segala pemasukan perusahaan akan

diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang mempunyai nilai tambah

baik itu berupa barang akhir, barang setengah jadi ataupun jasa (Dharmayanti

& Marliansyah, 2019).

Dari defisinisi tersebut maka dapat disimpulkan jika manajemen

operasional atau produksi adalah serangkaian aktifitas atau proses dalam

menciptakan barang, jasa, dan kegiatan yang mengubah bentuk dengan


376

membuat atau menambah nilai dari suatu barang atau jasa yang digunakan

unuk memenuhi kebutuhan manusia.

Manajemen operasional telah mengalami tiga tahapan teoretik dan pada

setiap tahapannya memiliki nama yang khas. Awalnya dikenal sebagai

Manajemen Pabrik (Manufacturing Management), kemudian menjadi

Manajamen Produksi (Production Management), dan terakhir dikenal sebagai

Manajemen Operasional (Operations Management) (Sisca et al., 2020).

a. Manajemen Pabrik pada umumnya merupakan sebuah metode atau cara

pengorganisasian faktor-faktor produksi seperti sumber daya manusia,

sebagai upaya menghasilkan produk massal yang efisien. Tekanan utama

dari manajemen pabrik ialah pada usaha untuk menghasilkan produk yang

efektif dan efisien. Sebab itu orientasinya masih tunggal, yaitu berproduksi

untuk menghasilkan keunggulan dalam persaingan berdasarkan basis

biaya.

b. Manajemen Produksi Era manajemen produksi dimulai sejak tahun 1930

hingga 1970-an. Manajemen produksi sendiri tercipta sejak pemikiran

Taylor yang terkenal perihal manajemen ilmiah (scientific management)

yang dimana diterima secara luas dan di aplikasikan di banyak lapangan

produksi. Era ini berlangsung sampai Jepang mulai eksis sebagai negara

industri yang memiliki teknologi tinggi dan memiliki gaya manajemen yang

khas yaitu Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) Jus In

Time Production System (JIT) di awal tahun 1970-an.

c. Manajemen operasional lahir sejak 1970-an hingga sekarang. Tujuan

yang dicapai dari manajemen produksi adalah mewujudkan efisiensi

ekonomi dalam proses produksi baik barang dan juga jasa, berkualitas

tinggi, proses distribusi cepat, dan peralatan produksi dapat segera dialihan

untuk mengerjakan produk lainnya. Orientasi dari manajemen operasional


377

sudah meluas dan memiliki orientasi pada mutu, biaya, kecepatan

penyerahan, dan keluwesan proses (QCDF Orientation).

2.3 Sistem Produksi

Dalam menjalankan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka dibutuhkan

rangkaian-rangkaian proses yang akan membentuk suatu sistem produksi.

Sistem produksi ialah kumpulan dari subsistem yang saling berkaitan, dengan

tujuan mentransformasi input produksi menjadi output produksi. Input produksi

ini bisa berbentuk bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi.

Sedangkan output produksi ialah produk yang dihasilkan berikut

sampingannya, seperti limbah, informasi dan sebagainya (Hermawan, 2019).

Dari sub-sub sistem produksi tersebut, diantaranya adalah perencanaan

dan pengendalian produksi, pengandalian kualitas, penentuan standar,

standar operasi, penentuan fasilitas produksi, dan penentuan harga pokok

produksi. Sub-sub sistem itu akan membentuk pengaturan sistem produksi.

Keandalan dari pengaturan sistem produksi ini akan tergantung dari produk

yang dihasilkan serta cara menghasilkannya (proses produksinya). Cara

menjadikan produk tersebut bisa berupa jenis proses produksi menurut cara

menghasilkan produk, operasi dan produksi produk , dan variasi produk yang

dihasilkan (Hermawan, 2019).

2.3.1 Konsep Dasar Sistem Produksi

Konsep dasar sistem produksi terdiri dari:

1. Elemen input dalam sistem produksi Pada hakikatnya input dalam

sistem produksi dapat di kelompokan kedalam dua jenis, yaitu input

variable (variable input) dan input tetap (fixed input). input variable

didefinisikan sebagai input bagi sistem produksi yang tingkat

penggunaan input itu tergantung pada jumlah output yang akan

diproduksi. Input tetap diartikan sebagai suatu input bagi sistem


378

produksi yang penggunaan input itu tidak tergantung pada jumlah

output yang akan diproduksi.

2. Proses dalam sistem produksi Suatu peroses pada sistem produksi

dapat dinyatakan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja,

metode kerja, material, informasi, dan mesin atau peralatan, dalam

suatu kawasan untuk menghasilkan nilai tambah bagi produk agar

dapat dipasarkan dengan harga kompetitif di pasaran.

3. Elemen output dalam sistem produksi Output dari proses dalam

sistem produksi, dapat berbentuk barang atau jasa atau bisa

disebut dengan produk.

2.3.2 Perencanaan Sistem Produksi

Sebagaimana telah diketahui, bahwa untuk menjalankan proses

produksi, dalam suatu perusahaan dibutuhkan suatu rangkaian unit

atau komponen-komponen yang terpadu dan saling berkaitan untuk

menjalankan proses produksi yang disebut sistem produksi. kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan didalam perusahaan ini akan selalu

berhubungan, antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang

lainnya. Oleh karena itu, guna mendapatkan hasil yang maksimal,

dibutuhkan perencanaan yang baik dan teliti dari sistem produksi yang

akan digunakan oleh perusahaan tersebut.

2.3.3 Sistem Informasi Produksi

Di dalam menjalankan kegiatan produksi dalam sebuah

perusahaan, semua kegiatan dalam perusahaan akan jadi kegiatan-

kegiatan yang saling berhubungan antara kegiaatan satu dengan

kegiatan lainnya, dengan demikian, walaupun masing-masing bagian

dalam perusahaan tersebut akan melaksanakannya kegiatannya

dalam bagiannya sendiri-sendiri, namun pada hakikatnya, kegiatan-


379

kegiatan tersebut akan saling berhubungan dan akan mempunyai

ketergantungan antara kegiatan satu dan kegiatan lainnya.

2.4 Persedian (Inventory)

Persediaan (Inventory) adalah sistem manajemen dalam menentukan

keseimbangan antara investasi penyimpanan persediaan dengan pelayanan

pelanggan. Sistem persediaan adalah salah satu bagian dari ERP (enterprise

resource planning). Manajemen persediaan yang baik sangatlah penting

untuk menekan biaya pengeluaran suatu perusahaan. Di satu sisi, sebuah

perusahaan dapat mengurangi biaya dengan mengurangi persediaan. Di sisi

lain, produksi dapat berhenti dan pelanggan menjadi tidak puas, ketika sebuah

barang tidak tersedia. Solusi informatika perangkat lunak inventory adalah

salah satu cara efisiensi perusahaan dalam aktifitas proses bisnis transaksi

gudang. Namun pada pelaksanaan implementasi perangkat lunak, beberapa

perusahaan dihadapkan masalah dalam ketersediaan infrastruktur perangkat

keras yang diperlukan untuk mendukung perangkat lunak (Guanabara et al.,

n.d.2019).

2.4.1. Fungsi Persediaan (inventory)

Menurut Render dan Heizer (2005) mengemukakan

persediaan dapat melayani beberapa fungsi yang akan

menambah fleksibilitas operasi perusahaan. Empat fungsi

persediaan antara lain:

a. Untuk men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian proses

produksi. Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan

berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persediaan tambahan

untuk men-“decouple” proses produksi dari para pemasok.

b. Untuk men-“decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan

dan menyediakan persediaan barang–barang yang akan


380

memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini

umumnya terjadi pada pedagang eceran.

c. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab

pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya

produksi atau pengiriman barang.

d. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

2.4.2. Jenis Persediaan

Agus Ristono (2009) bahwa pembagian berdasarkan proses

manufaktur, maka persediaan dibagi menjadi tiga kategori, yakni:

1. Persediaan bahan baku dan penolong.

2. Persediaan bahan setengah jadi.

3. Persediaan barang jadi.

Pembagian jenis persediaan berdasarkan tujuannya, terdiri dari:

1. Persediaan pengaman (safety stock)

Persediaan pengaman adalah persediaan yag dilakukan untuk

mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.

Apabila persediaan pengaman tidak mampu mengantisipasi ketidak

pastian yang pasti tersebut, maka akan menggalami kejadian

kekurangan persediaan (stockout).

2. Persediaan antisipasi

Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock

merupakan persediaan yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi

perintaan yang sudah dapat diperkirakan sebelumnya.

3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)

Persediaan dalam pengiriman disebut work-in process stock

adalah persediaan yang masih dalam pengiriman.

2.4.3. Biaya Persediaan


381

Menurut Agus Ristono (2009) biaya-biaya yang timbul

dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Ongkos pemesanan (ordering cost)

Yang dimaksud biaya pemesanan ini adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan sehubungan dengan pemesanan barang ke supplier.

Pemesanan secara terperinci meliputi:

a) Biaya persiapan pesanan.

b) Biaya penerimaan barang.

c) Biaya pengiriman pesanan kegudang.

d) Biaya–biaya proses pembayaran, seperti pembuatan cek,

pengiriman cek dan sebagainya.

2. Ongkos pembelian

Ongkos pembelian adalah harga per unit apabila item dibeli

dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila di produksi

dalam perusahaan atau dapat dikatakan pula bahwa biaya

pembelian adalah semua biaya yang digunakan untuk membeli

suku cadang.

3. Biaya kekurangan persediaan (stock out cost)

Yang dimaksudkan dengan biaya ini adalah konsenkuensi

ekonomi atas yang akan kekurangan dari luar maupun dari dalam

perusahaan. Biaya yang timbul dari biaya kekurangan persedian.

4. Ongkos Simpan

Ongkos simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi

dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana

fisik untuk menyimpan persediaan, atau dapat pula dikatakan


382

bahwa biaya simpan adalah semua biaya yang timbul akibat

penyimpanan barang maupun bahan.

2.5 Botleneck

Bottleneck dalam sistem produksi merupakan suatu sumber daya terbatas

yang terdapat pada sistem sehingga dapat mempengaruhi penjadwalan

produksi (Sipper dan Bulfin, 1997). Permasalahan bottleneck ini sering terjadi

di perusahaan. Hal ini bisa terjadi karena adanya mesin yang memiliki

kapasitas terbatas, pekerja atau karyawan yang terbatas jumla hnya, adanya

kebijakan (policy) untuk tidak diperbolehkan lembur ataupun karena

permintaan pasar yang kurang dari kapasitas produksi (Sipper dan Bulfin,

2019). Bottleneck yang terjadi karena adanya stasiun kerja yang memiliki

kapasitas paling rendah dari stasiun kerja lain nya. Akibatnya terjadi

penumpukan Work In Process (WIP). Penumpukan WIP yang tidak teratur

pada lantai produksi ini membuat masalah pada WIP, operator dan mesin. Hal

ini mengganggu pada hasil throughput dan inventory, sehingga perlu dilakukan

pengalokasian buffer. (Guanabara et al., n.d.2019).

Pengalokasian buffer di dalam sistem manufakturing merupakan suatu

cara yang paling mudah untuk meningkatkan throughput dari sistem, ketika

perubahan dapat diimplementasikan secara cepat dan biaya awal dari

perubahan cukup kecil (Roser, et al, 20019). Untuk mengalokasikan buffer

dibutuhkan suatu perencanaan kapasitas yang tepat. Perencanaan kapasitas

buffer diantara stasiun kerja adalah permasalaha n yang sangat penting dan

sangat kritis bagi perencana sistem manufaktur. Penentuan kapasitas buffer

adalah masalah yang sangat kompleks disebabkan karena adanya fluktuasi

random rata-rata production rate dari masing- masing stasiun kerja.

(Guanabara et al., n.d.2019).


383

Permasalahan bottleneck juga terjadi di PT. XYZ, Perusahaan yang

menghasilkan produk berupa sepatu outdoor yang akan dipasarkan di

Indonesia. Proses produksi dilakukan berdasarkan make to order. Namun

dalam proses pembuatan, pada lini assembly hampir semua order mempunyai

urutan proses yang sama. Kegiatan produksi lini assembly terdiri dari 32

stasiun kerja dengan pembagian 26 stasiun kerja yang dilakukan oleh

operator/manusia dan 6 stasiun kerja dilakukan oleh mesin. Selama

melakukan penelitian target produksi harian tidak pernah tercapai yang

disebabkan karena permasalahan yang terjadi pada lantai produksi dan

masalah lainnya cara yang dilakukan PT. XYZ untuk mengatasi stasiun kerja

bottleneck adalah dengan sistem manpower hire and layoff dimana dilakukan

penambahan dan pengurangan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan

produksi. Terkadang perusahan tersebut tidak menambah tenaga kerja

apabila terjadi bottleneck karena perusahaan tersebut terbebani dengan

pelatihan pekerja baru. Anastasya Lidya Maukar dan Dian Retno Sari Dewi

(2005) melakukan penelitian mengaplikasikan theory of constraint untuk

alokasi buffer lintasan produksi pada assembly manufacturing. Dimana

penelitian ini menggnakan drum- buffer-rope dan Pro Model 3.0. Hasilya

adalah Perubahan kapasitas buffer akan menyebabkan perubahan

throughput, WIP dan utilitas stasiun kerja. Peningkatan jumlah stasiun kerja

akan menyebabkan perubahan throughput, WIP dan utilitas stasiun kerja.

(Hermawan, 2019).

2.6 Perakitan (Assembly

Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa

bagian komponen menjadi suatu alat atau mesin yang mempunyai fungsi
384

tertentu. Pekerjaan perakitan dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang

dan berakhir bila obyek tersebut telah bergabung secara sempurna. Perakitan

juga dapat diartikan penggabungan antara bagian yang satu terhadap bagian

yang lain atau pasangannya (SMK Diponegoro, 2021).

Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan

semua bagian-bagian komponen menjadi suatu produk, proses

pengencangan, proses inspeksi dan pengujian fungsional, pemberian nama

atau label, pemisahan hasil perakitan yang baik dan hasil perakitan yang

buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir Obyek sudah

siap untuk dipasang Obyek telah bergabung secara sempurna Penggabungan

antara bagian yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya meliputi

berbagai proses manufaktur antara lain:

a. Prinsip Perakitan

1) Pasangan semua bagian-bagian komponen menjadi suatu produk.

2) Proses pengencangan.

3) Proses inspeksi dan pengujian fungsional.

4) Pemberian nama atau label.

5) Pemisahan hasil perakitan yang baik dan hasil perakitan yang buruk.

6) Pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian akhir.

b. Metode perakitan

1) Tukar menukar.

2) Pemilihan.

3) Individual.

c. Tukar Menukar

1) Bagian-bagian yang akan dirakit dapat ditukarkan satu sama lain

(interchangeable).
385

2) Komponen sudah sesuai standard.

3) Kerugian/Harga yang relatif lebih mahal.

d. Pemilihan

1) Komponen dihasilkan dengan produksi massal.

2) Pengukuran menurut batasan-batasan ukuran.

3) Tidak dapat kita pisahkan antara pasangan satu dengan pasangannya.

4) Pengerjaannya harus berurutan tergantung bagian yang sebelumnya.

Macam dan Jenis Perakitan Berdasarkan pekerjaanya:

1. Perakitan Manual

a. Perakitan yang sebagian besar proses dikerjakan secara konvensional

atau menggunakan tenaga manusia.

b. Peralatan yang sederhana tanpa alat-alat bantu yang spesifik atau

khusus.

2. Perakitan otomatis

a. Perakitan yang dikerjakan dengan sistem otomatis seperti otomatisi,

elektronik, mekanik, gabungan mekanik dan elektronik (mekatronik).

b. Membutuhkan alat bantu yang lebih khusus.

3. Berdasarkan jenis produk

a. Produk tunggal Jenis perakitan tunggal yaitu perakitan dengan produk

hanya satu jenis saja.

b. Produk seri Jenis perakitan produk seri adalah bila perakitan dilakukan

dalam jumlah massal dalam bentuk dan ukuran yang sama.

c. Produk elektronik, perakitan mobil, perakitan motor dan lain-lain.

Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses

manufaktur lainnya, misalnya proses permesinan (frais, bubut, bor, dan

gerinda) dan pengelasan yang sebagian pelaksanaannya hanya meliputi satu


386

proses saja. Sementara dalam perakitan bisa meliputi berbagai proses

manufaktur.

Dalam produksi massal, proses perakitan dapat dilakukan dengan cara

otomatis, misalnya proses pengikatan, pengelingan, pengelasan,

penyekrupan, dan lain-lain dalam urutan rangkaian proses produksi. Hal itu

dilakukan untuk mendapatkan hasil pada setiap produk dengan bentuk yang

standar.

1. Metode perakitan ditinjau dari proses penyambungan komponen

2. Metode Cascade

Metode Cascade adalah metode perakitan antara komponen dengan

langkah yang berurutan. Pada prinsipnya metode ini banyak digunakan untuk

sistem pengabungan antara komponen dengan menggunakan rivet atau paku

keling. Dalam proses pengabungan atau penyambungan antara komponen

dari bahan pelat-pelat tipis. Metode Cascade ini banyak digunakan untuk

perakitan dengan menggunakan sistem sambungan riveting atau keling.

Proses riveting ini dengan menggunakan alat sederhana yakni perangkat

penembak paku. Alat ini menjepit paku yang sudah dimasukkan dalam lobang

hasil pengeboran pelat yang akan disambung. Selanjutnya alat ini ditekan

secara bertahap sampai batang paku putus.

Metode keseimbangan dalam perakitan merupakan proses

penyambungan komponen komponen dengan menggunakan spot welding.

Penggunaan perakitan dengan las spot ini sangat banyak digunakan untuk

penyambungan pelat-pelat tipis. Aplikasi proses penyambungan dengan spot

welding ini digunakan di industri mobil dan kereta api, juga industri pesawat

terbang yang menggunakan bodinya dari bahan pelat-pelat tipis.

Keseimbangan yang dimaksukan dalam proses ini adalah posisi sambungan

dibeberapa titik harus dilakukan secara seimbang (Annam, 2019).


387

2.7 OMG (Operation Management Game)

OMG adalah serangkaian aktifitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk

barang dan jasamelalui transformasi input menjadi output. Aktifitas ini

merupakan proses atau sekumpulan kegiatan yang memerlukan satu atau

lebih dari input merubah dan menambah nilai input tersebut sehingga dapat

memberikan output bagi pelanggan. Input terdiri dari SDM (tenaga kerja)

modal (peralatan dan fasilitas) pembelian bahan baku dan jasa tanah dan

energy (Hidayatno & Moeis, 2019).

Sedangkan outputnya adalah barang dan jasa. OMG merupakan salah

satu fungsi utama dalam setiap perusahaan oleh karena itu ada keputusan

strategis OMG yaitu terdiri dari:

1. Service and product design

2. Quality management

3. Proses and capacity design

4. Human resource and job design

5. Supply chain management

6. Inventory, material requirement planning and JIT

7. Intermediate, short term and project scheduling

8. Maintenance

Kami memutuskan bahwa OMG! harus mewakili proses operasional dasar

pemenuhan permintaan, pengadaan bahan baku, produksi melalui

permesinan dan perakitan, dan akhirnya penjualan produk akhir berdasarkan

permintaan (Hidayatno & Moeis, 2019).

Dalam mengembangkan game, persyaratan untuk desain adalah:

a. Dapat disesuaikan, mencerminkan alur urutan produksi yang berbeda.


388

b. Menangkap hal-hal penting, namun memberikan kemampuan untuk

memperkenalkan kompleksitas dalam keputusan operasi.

c. Pengalaman belajar yang menyenangkan dan menarik.

d. Mudah di produksi dengan bahan yang tersedia.

Lahir dari gagasan bahwa belajar harus menyenangkan dan menarik, juga

tantangan belajar bagaimana membuat keputusan operasi. Permainan ini

tidak dimaksudkan untuk menggantikan ceramah atau metode pembelajaran

tradisional lainnya kami melihatnya sebagai alat pelengkap untuk

meningkatkan pengalaman belajar.

Dalam game simulasi yang serius, agar terjadi pembelajaran dan

pengalaman, ada tiga tahap aktivitas: arahan, bermain dan tanya jawab.

1. Pengarahan

Pengarahan harus mencakup tujuan permainan, kriteria pemenang,

aturan, dan alur permainan. Fasilitator dapat menyajikan beberapa

informasi teoritis untuk peserta yang berasal dari latar belakang yang

berbeda dan untuk menyegarkan pengetahuan peserta lain tentang subjek

tersebut. Meratakan lapangan permainan memastikan bahwa permainan

dapat dimainkan secara kompetitif dalam pengaturan multi-tim. Selama

pengarahan, presentasi animasi atau video game play dapat membantu

peserta mempersiapkan diri untuk bermain. Dalam kasus game yang

kompleks, peserta harus selalu melalui beberapa uji coba untuk

membiasakan diri dengan game play.

2. Bermain

Selama bermain game, para peserta harus memiliki perasaan bahwa

mereka mengendalikan keputusan dan aktivitas mereka di dalam game

tanpa instruksi lebih lanjut. Mereka harus didorong untuk melakukan apa

yang biasa mereka lakukan dan tidak mencoba melakukan sesuatu yang
389

berbeda. Melalui kesalahan dan keberhasilan dalam memainkan

permainan itulah proses pembelajaran menjadi efektif.

3. Pembekalan

Pembekalan adalah bagian terpenting dari game simulasi yang serius.

Pembekalan harus terdiri dari sesi tanya jawab, diskusi dan kuesioner. Ini

adalah tahap belajar, bertukar pikiran, dan mengevaluasi pengalaman yang

diperoleh selama bermain game.

2.6.1. Customization

Sistem operasi yang berbeda berperilaku berbeda tergantung

pada struktur variabel yang saling berhubungan dan kekuatan

interkoneksi yang berbeda. Kondisi ini juga berlaku di dunia nyata.

Sistem produksi yang berbeda, berapapun serupa, dapat

menghasilkan perilaku yang berbeda. Oleh karena itu, permainan

harus dapat diadaptasi ke setiap sistem produksi yang berbeda.

Kemampuan beradaptasi OMG harus mencakup:

a) Aliran produksi yang berbeda.

b) Jumlah stasiun yang berbeda.

c) Jumlah produk dan komponen yang berbeda.

d) Proses perakitan multi-level.

e) Variabilitas dalam kapasitas, biaya dan kendala.

f) Peningkatan berbagai variabel selama operasi.

2.6.2. Danasy Thaireproduce

Harus mudah direproduksi hanya dengan menggunakan bahan

yang tersedia. Papan permainan dapat dibuat dengan kertas dan

cetakan berwarna. Komponen produk dapat dibuat dengan

kombinasi kertas, stiker, penjepit kertas, bata Lego, atau bahan

lainnya, tergantung berapa banyak variasi produk yang Anda


390

putuskan. Komponen produk harus ringan, kecil, dan cukup berbeda

satu sama lain secara visual.

Dalam permainan tim tunggal, OMG menggunakan dadu untuk

meniru variabilitas di setiap proses operasi. Namun, dalam

permainan banyak tim, OMG menggunakan nomor yang dicetak atau

diproyeksikan yang dihasilkan menggunakan distribusi normal. Oleh

karena itu, semua tim akan menghadapi variabilitas yang sama. Anda

dapat menggunakan aplikasi spreadsheet apa pun untuk

menghasilkan angka.

2.6.3. Learning The Essentials

Sebagai alat pelengkap, OMG tidak harus mengajarkan segala

sesuatu tentang teori manajemen operasi. Ini berfokus pada

menggambarkan bagaimana perubahan dalam satu variabel saling

terkait dengan perubahan dalam variabel lain.

Kami membedakan empat kegiatan manajemen dasar:

1) Perencanaan.

2) Pengorganisasian.

3) Eksekusi.

4) Kontrol.

Di dalam perencanaan, kami membedakan dua tingkatan:

perencanaan strategis dan perencanaan produksi. Perencanaan

strategis membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang

bagaimana produksi dan rantai pasokan (aliran material) bekerja

sama untuk membuat keputusan tentang investasi sumber daya

(manusia, uang, mesin, material dan metode). Dalam perencanaan

produksi, Anda harus memperhitungkan variabilitas dalam sistem


391

untuk mengembangkan rencana produksi yang realistis (Hidayatno &

Moeis, 2019).

Di dalam mengatur, aspek yang paling penting adalah kegiatan

perbaikan terus-menerus. Peningkatan berkelanjutan biasanya

dipicu oleh persaingan dengan perusahaan lain. Persaingan dengan

perusahaan yang menawarkan produk serupa memberikan dorongan

untuk terus berkembang.

Di dalam eksekusi dan kontrol, arus informasi sangat penting

untuk memberikan wawasan tentang apa yang salah, apa yang

benar, dan menyesuaikan arah Anda. Aliran uang juga merupakan

salah satu indikator utama dalam eksekusi dan kontrol, karena

menunjukkan seberapa efisien dan efektif operasi Anda.

2.7 Pemasaran/Sales

Semua bisnis di seluruh dunia berusaha untuk meningkatkan efisiensi dan

memaksimalkan pangsa pasar mereka dengan mengoptimalkan peluang

yang tersedia di pasar dan menangani masalah dan tantangan. Banyak

penelitian menunjukkan perkembangan ketertarikan pada bidang marketing

value, strategi pemasaran yang optimal, dan kualitas layanan organisasi.

Melakukan penelitian yang bertujuan mengoptimalkan strategi pemasaran

dengan memodelkan masalah pengambilan keputusan. Sedangkan

melakukan penelitian dengan tujuan untuk pemilihan serta menentukan

prioritas strategi melalui analisis lingkungan internal dan eksternal

perusahaan. Menerapkan customer value sebagai dasar untuk menciptakan

consumer commitment. Sementara (Liu et al, 2018) melakukan penelitian

yang bertujuan untuk menentukan strategi untuk mendorong perusahaan

ESCOs (Energy Service Companies), memberikan gambaran tentang kondisi


392

perusahaan ESCOs dan membuat sebuah perencanaan berdasarkan kondisi

yang ada.

Konsep servqual digunakan untuk menghitung gap antara persepsi

konsensus terhadap jasa dan nilai ekspektasi atau harapan. Dalam model

servqual terdapat lima kesenjangan (gap) yang menyebabkan kegagalan

penyampaian jasa, salah satu kesenjangan tersebut adalah kesenjangan

antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan. Kesenjangan ini

merupakan kesenjangan antara persepsi konsumen dengan ekspektasi

konsumen. Kesenjangan ini terjadi karena pihak perusahaan tidak dapat

memberikan apa yang diinginkan konsumen. Servqual sudah banyak sukses

diterapkan di berbagai bidang seperti peningkatan layanan, layanan

kesehatan , peningkatan layanan universitas (Gilang, 2020).

Theory of constraint merupakan kerangka kerja manajemen yang

didefinisikan oleh Goldratt (1990) dalam bukunya yang sangat fenomenal

berjudul ”The Goal”. Seiring dengan berkembangnya perekonomian dunia,

Goldratt mengembangkan TOC menjadi salah satu faktor terpenting dalam

manajemen bisnis. Fokus dari TOC adalah meningkatkan laba dengan cara

menghilangkan sistem kendala (kemacetan), yang mencegah aliran produktif

untuk bisa memenuhi permintaan. Filosofi TOC muncul pada 1980-an yang

merupakan evolusi dari versi sebelumnya di area produksi/operasi, yang

disebut Optimized Production Technology (OPT). OPT pada awalnya dibuat

sebagai program perangkat lunak penjadwalan (dengan algoritma rahasia)

pada tahun 1980 oleh Eliyahu Goldratt. Teknik ini berevolusi dari metode

programming produksi ke filosofi manajemen (TOC).

Pengukuran kinerja yang dikembangkan oleh TOC dibagi menjadi 2 yaitu

pengukuran finansial dan pengukuran aktivitas. Pengukuran finansial terdiri

dari laba bersih, ROI dan aliran biaya. Pengukuran aktivitas terdiri dari
393

throughput, persediaan, dan biaya operasional. Menurut Goldratt, aktivitas

dalam perusahaan sama halnya seperti rantai dan setiap anak rantai memiliki

kelemahan yang didefinisikan sebagai kendala. Karena kekuatan rantai

bergantung pada anak rantai yang paling lemah, maka anak rantai tersebut

harus diperkuat. Memperkuat anak rantai tersebut sama halnya dengan

menghilangkan batasan/kendala dan kerusakan untuk meningkatkan

keseluruhan sistem (Büyükyilmaz & Gürkan, 2009). Menurut teori tersebut,

setidaknya ada satu kendala di setiap perusahaan yang mencegah

manajemen untuk mencapai tujuannya.

2.8 Troughput

Theory of Constrait (TOC) memiliki 3 fokus parameter yaitu throughput,

persediaan, dan biaya operasional (Şimşit et al., 2014). Berikut merupakan

penjelasan dari parameter tersebut.

1. Troughput merupakan output yang menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan

2. Persediaan didefinisikan sebagai uang yang diinvestasikan dalam

produk. Berdasarkan TOC persediaan didefinisikan sebagai total biaya

produksi dan biaya tenaga kerja (Okutmus et al., 2015). Atau bisa juga

didefinisikan sebagai aset yang berbentuk barang untuk dijual, bisa juga

barang yang sedang dalam proses pembuatan. Menurut (Heizer, 2011)

persediaan diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

a. Raw Material Inventory Yang termasuk dalam raw material inventory

adalah bahan baku dan bahan penolong lain yang digunakan dalam

proses produksi dan bagian dari produk.

b. Inventory MRO (Maintenance, Repair, and Operating supplies) Yang

termasuk dalam persediaan MRO adalah barang-barang yang


394

digunakan dalam proses produksi tetapi bukan bagian dari produk,

seperti suku cadang, pembersih dll.

c. Inventory Work In-Process Yang termasuk dalam persediaan WIP

adalah produk setengah jadi

d. Inventory Finished-goods Yang termasuk dalam inventory finished

goods adalah semua barang atau produk yang siap dijual atau

dipakai. Misalkan persediaan yang ada di swalayan yang siap untuk

dipasarkan

3. Biaya operasional, didefinisikan sebagai semua biaya yang dibuat untuk

mengubah persediaan dalam sistem menjadi throughput. Biaya

operasional mencakup semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku

(Okutmus et al., 2015). Rumus biaya operasional adalah penjumlahan

biaya tetap dengan biaya variabel (Hari, 2004). Penjelasannya adalah

sebagai berikut:

1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap walaupun

jumlah yang diproduksi berubah-ubah sehingga biaya akan konstan

pada periode tertentu. 28

2. Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang selalu berubah

sesuai dengan perubahan produksi atau penjualan. Perubahan ini

tercermin dalam biaya variabel secara total sehingga biaya variabel

dapat dihitung berdasarkan prosentase tertentu dari penjualan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Latar Belakang

Teknik manajemen operasi diterapkan di seluruh dunia pada seluruh usaha

produksi, baik di kantor, gudang, restoran, pusat perbelanjaan maupun pabrik.

Semua jenis usaha yang menghasilkan barang dan jasa membutuhkan

manajemen operasi. Proses produksi barang dan jasa yang efisien

membutuhkan penerapan konsep, alat-alat dan teknik Manajemen Operasi

yang efektif. Melalui kegiatan produksi atau operasi segala sumber daya

masukkan perusahaan diintegrasikan untuk menghasilkan keluaran yang

memiliki nilai tambah. Produk yang dihasilkan dapat berupa barang jadi,

barang setengah jadi dan jasa (Dessler, 2019).

Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memudahkan proses

pemilihan alternatif atau penggunaan peralatan analisis, bagi penentuan

keputusan, sehingga dapat diketahui bagaimana keputusan-keputusan yang

rasional harus diambil, dan dengan demikian dapat ditentukan dan disusun

rencana-rencana logis dari keputusan-keputusan yang diambil atas dasar

peralatan ilmu pengetahuan dan matematika atau analisis kuantitatif serta

kenyataan yang terjadi (Dwi & dkk, 2021).

3.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menyimulasikan proses yang terjadi dalam lintasan produksi.

2. Untuk menganalisa permasalahan yang terjadi dalam manajemen operasi.

3. Untuk menganalisa penyebab terjadinya bottle neck.

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Tablemat Board
395
396

2. Kartu informasi

3. Dice translation

4. Dadu digital

5. Record sheet

6. Komponen material

7. Upgrade cards

3.1 Pengambilan Data

Data diambil dengan cara permainan OMG (Operational Management


Game).
3.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara:

1. Buat grafik biaya yang dikeluarkan

2. Menghitung biaya

3. Menghitung total pendapatan

3.3 Analisa dan Pembahasan

Pada bagian ini, membahas tentang bagaimana menyimulasikan proses

lintasan produksi dan menganalisa serta membahas tentang permasalahan

yang terjadi di dalam manajemen produksi.

3.4 Kesimpulan/Penutup

Pada bagian ini membahas tentang kesimpulan dan saran. Dimana

kesimpulan tersebut dapat mengetahui proses dalam lintasan produksi serta

menganalisa permasalahan di dalam manajemen produksi dan penyebab

adanya bottleneck. Adapun saran, yaitu untuk lebih disiplin lagi pada saat lab

berlangsung.
397

3.5 Flowchart

3.5.1 Flowchart Praktikum

Mulai

Mengambil dan
menyiapkan alat
yang digunakan

Mengisi bagian inventory

Membuat rencana produksi

Kocok dadu

Kirim komponen material ke


stasiun berikutnya sesuai
hasil dadu

Catat kondisi saat ini


dalam record sheet

Laporkan kondisi stasiun lain


kepada purchasing stasiun

Pindahkan komponen
material dan receiving buffer
ke inventory area

Siklus baru

Mulai

Gambar 3.1 Flowchart Pratikum


398

3.5.2 Flowchart Pengolahan Data

Mulai

Latar Belakang

Tujuan

Alat dan bahan yang digunakan:


1. Tablemat Board.
2. Kartu Informasi.
3. Dice Translation dan Dadu Digital.
4. Record Sheet.
5. Komponen Material.
6. Upgrade Cards.

Metodologi Penelitian

Pengumpulan Data

Pengumpulan Data

Membuat Grafik:
1. Membuat Grafik Biaya yang Dikeluarkan.
2. Menghitung Biaya.
3. Menghitung Total Pendapatan.

Analisa dan Pembahasan

Penutup:
1. Kesimpulan
2. Saran

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai