Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

©2021 oleh Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)

Pengarah
Dr. Ir. Subandi Sardjoko, MSc

Tim Penulis
Renova Glorya Montesori Siahaan, SE, MSc
dr. Iwan Ariawan, MS
Hafizah Jusril, MHC

Editor
Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, Ph.D

Kontributor
Helda Khusun, STP, MSc, PhD
dr. Cut Noviyanti Rahmi, PhD
Kanya Anindya, MPH
Zahra Izza Arifa, SKM
M. Dzulfikar Arifi, SKM
M. Zaki Firdaus, S. Farm
Bahagiati Maghfiroh, S.Si
Hana Taqiyah, STP
Inti Wikanestri, SKM, MPA
Dewi Amila Sholika, SKM, MPA
Sidayu Ariteja, SE, MPP

Desain Cover
Olivinia Qonita Putri, SKM

Cetakan Pertama 2021


ISBN 978-623-5623-02-3
Jangan menggandakan dan/atau menggandakan semua dan/atau bagian dari buku ini tanpa izin dari Pencipta
atau Pemegang Hak Cipta

Diterbitkan oleh
Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Jalan Taman Suropati No.2, Jakarta Pusat 10310, DKI Jakarta, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga kajian “Analisis Kewilayahan Pembangunan
Kesehatan” dapat diselesaikan. Analisis kewilayahan pembangunan
kesehatan ini dilakukan untuk menelaah dan mengidentifikasi isu strategis
pembangunan kesehatan di Indonesia sesuai dengan latar belakang
kewilayahan. Dengan pergeseran pendekatan perencanaan ke pendekatan
holistik, integratif, tematik dan spasial (HITS), dibutuhkan penyusunan
kebijakan yang berbasis bukti dan sesuai dengan kondisi spesifik daerah.

Kajian ini menghasilkan sebuah pengukuran baru untuk pembangunan


kesehatan berbasis wilayah dalam bentuk indeks kewilayahan pembangunan
kesehatan, yang mencakup aspek status kesehatan, kapasitas sistem
kesehatan, serta kapasitas fiskal. Dengan berbagai aspek tersebut, analisis
kewilayahan ini mampu mengukur capaian pembangunan kesehatan secara
lebih komprehensif Dengan mengetahui kondisi tiap aspek, maka diharapkan
dapat diketahui faktor-faktor pembangunan kesehatan di suatu wilayah,
termasuk kemampuan fiskal dalam membiayai pengeluaran kesehatan di
wilayahnya masing-masing.

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang
telah berpartisipasi dalam penyediaan data, analisis hingga penyusunan
publikasi ini. Kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan publikasi ini di masa mendatang. Semoga kajian
ini dapat dimanfaatkan dengan baik serta menjadi acuan dalam menyusun
kebijakan pembangunan kesehatan yang berbasis bukti.

Jakarta, Februari 2021

Pungkas Bahjuri Ali


Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat
Kementerian PPN/Bappenas

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………... ii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………….. iii
SINGKATAN DAN AKRONIM ……………………………………………………………………… iv
BAB I. PENDAHULUAN …………………………………………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………………... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat ..................................................................................................................... 2
BAB II. KERANGKA KONSEP ANALISIS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN ………. 3
2.1. Kerangka Konsep ……………………………………………………………………... 3
2.2. Metode ……………………………………………………………………………….. 4
BAB III. PERHITUNGAN INDEKS KEWILAYAHAN PEMBENGUNAN KESEHATAN ………………… 9
BAB IV. HASIL ANALISIS WILAYAH PEMBANGUNAN KESEHATAN ……………………………... 12
4.1. Indeks Sistem Kesehatan …………………………………………………………….. 12
4.2. Indeks Status Kesehatan ……………………………………………………………... 19
4.3. Pembiayaan Kesehatan ……………………………………………………………... 29
4.4. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan ……………………………………… 30
BAB V. ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN BERDASARKAN
ANALISIS KEWILAYAHAN ………………………………………………………………… 32
BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……………………………………………………… 36
6.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………... 36
6.2. Rekomendasi ………………………………………………………………………… 37
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………… 38
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………………. 39
Lampiran 1. Daftar Indikator Ideal yang Teridentifikasi ………………………………… 39
Lampiran 2. Definisi operasional indikator Indeks Kewilayahan …………………………. 49
Lampiran 3. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Regional …………………… 55
Lampiran 4. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Provinsi …………………….. 56
Lampiran 5. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Kabupaten/Kota …………... 58
Lampiran 6. Profil Analisis Kewilayahan Pembangunan Kesehatan per Provinsi ………… 80

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Daftar Indikator Target RPJMN ......................................................................................................... 4
Tabel 3.1. Daftar Indikator yang Dimasukkan dalam Perhitungan................................................................ 9
Tabel 3.2. Daftar Indikator Final ......................................................................................................................... 10

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sistem Kesehatan Nasional ............................................................................................................ 3
Gambar 2.2. Proses Pengembangan Indeks Kewilayahan .............................................................................. 4
Gambar 2.3. Topik dan Komponen Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan ................................. 7
Gambar 2.4. Konsep Perhitungan PCA Bertingkat ............................................................................................ 7
Gambar 4.1. Sistem Kesehatan Tingkat Wilayah, Provinsi, Kabupaten ..................................................... 13
Gambar 4.2. Skor Sistem Kesehatan berdasarkan Subsistem (satu titik = satu kabupaten) ................. 14
Gambar 4.3. Sistem Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Wilayah, dan Provinsi .............................. 15
Gambar 4.4. Sistem Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Kabupaten .................................................. 16
Gambar 4.5. Sistem Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten 17
Gambar 4.6. Sistem Kesehatan Akses Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten ................................. 18
Gambar 4.7. Distribusi Skor Sistem Kesehatan Akses di Tingkat Kabupaten ............................................ 19
Gambar 4.8. Status Kesehatan Tingkat Wilayah, Provinsi dan Kabupaten .............................................. 20
Gambar 4.9. Skor Status Kesehatan berdasarkan Topik (satu titik = satu kabupaten) .......................... 21
Gambar 4.10. Status Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Wilayah dan Provinsi ............................. 22
Gambar 4.11. Status Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Kabupaten................................................. 23
Gambar 4.12. Status Kesehatan Penyakit Menular di Wilayah, Provinsi dan Kabupaten .................... 24
Gambar 4.13. Skor Status Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Wilayah dan Provinsi ............ 25
Gambar 4.14. Skor Status Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Kabupaten ............................... 26
Gambar 4.15. Status Kesehatan Depresi Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten ........................... 27
Gambar 4.16. Status Kesehatan Cedera Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten ........................... 28
Gambar 4.17. Kapasitas Fiskal Tingkat Wilayah ........................................................................................... 29
Gambar 4.18. Kapasitas Fiskal Tingkat Provinsi dan Kabupaten................................................................ 30
Gambar 4.19. Indeks Kewilayahan Pembangunan Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten .......... 31
Gambar 5.1. Pola Hubungan antara Sistem Kesehatan dan Status Kesehatan ........................................ 33
Gambar 5.2. Pola Hubungan antara Kapasitas Fiskal dengan Sistem dan Status Kesehatan .............. 34

iii
SINGKATAN DAN AKRONIM

ASFR : Age Specific Fertility Rate (Angka Kelahiran menurut Kelompok Umur)
Alkes : Alat Kesehatan
APBD : Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BDD : Keberadaan Bidan Desa
CPR : Contraceptive Prevalence Rate
DAK : Dana Alokasi Khusus
DBD : Demam berdarah Dengue
DM : Diabetes Melitus
DTPK : Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan
Global Reference List : Global Reference List of 100 Core Health Indicators
HITS : Holistik, Integratif, Tematik dan Spasial
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
IPM : Indeks Pembangunan Manusia
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
JKN : Jaminan Kesehatan
K4 : Proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil selama
4 kali dan memenuhi kriteria 1-1-2 yaitu minimal 1 kali pada trimester 1,
minimal 1kali pada trimester 2 dan minimal 2 kali pada trimester 3
KB : Keluarga Berencana
Kemenkeu : Kementrian Keuangan
KFD : Kapasitas Fiskal Daerah
KGM : Kesehatan dan Gizi Masyarakat
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIS : Kartu Indonesia Sehat
KLB : Kejadian Luar Biasa
KN1 : Kunjungan neonatus pada 6-48 jam pertama
Litbang : Penelitian dan Pembangunan
MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PCA : Principal Component Analysis
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
Permenkeu : Peraturan Menteri Keuangan
Perpres : Peraturan Presiden
PJK : Penyakit Jantung Koroner
PMK : Peraturan Menteri Keuangan
Podes : Potensi Desa
Polindes : Pondok Bersalin Desa
Posbindu : Pos Binaan Terpadu
Poskesdes : Pos Kesehatan Desa
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Prolanis : Program Pengelolaan Penyakit Kronis
PTM : Penyakit Tidak Menular
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
Renstra : Rencana Strategis
Renstra K/L : Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
Rifaskes : Riset Fasilitas Kesehatan
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
RKP : Rencana Kerja Pemerintah

iv
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
SDGs : Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)
SDM : Sumber Daya Manusia
SDM K : Sumber Daya Manusia Kesehatan
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional
SKN : Sistem Kesehatan Nasional
SPM : Standar Pelayanan Minimal
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional
TB : Tuberkulosis
UHC : Universal Health Coverage
WHO : World Health Organization
WUS : Wanita Usia Subur

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan sumber
daya manusia (SDM) untuk menuju manusia Indonesia yang berdaya saing tinggi sebagaimana
amanat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Penjabaran
pembangunan kesehatan dalam RPJPN kemudian dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L), maupun perencanaan tingkat daerah. Penyusunan berbagai
dokumen perencanaan tersebut harus didukung oleh data dan informasi terkait kondisi umum
maupun isu-isu strategis yang muncul. Diantaranya, desentralisasi yang dicetuskan untuk membuat
pelayanan kesehatan yang lebih merata sesuai kebutuhan wilayah.

Berdasarkan hasil tinjauan RPJMN 2015-2019, secara nasional pembangunan kesehatan


menunjukkan kemajuan yang cukup baik, baik dalam hal status kesehatan dan gizi masyarakat,
maupun kondisi sistem kesehatan itu sendiri. Namun, terlepas dari berbagai kemajuan yang ada,
pembangunan kesehatan di Indonesia masih menyisakan permasalahan kesenjangan capaian
pembangunan antar-provinsi maupun antar-kabupaten/kota. Dari beberapa tantangan yang
dihadapi, kendala geografis masih menjadi salah satu penyebab keterbatasan akses pelayanan
kesehatan di banyak kabupaten/kota di Indonesia, terutama daerah tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan (DTPK). Disparitas dapat tercermin diantaranya dari rendahnya ketersediaan tenaga
dokter di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Maluku dan Maluku Utara. Selain itu, kualitas
pelayanan tidak optimal karena fasilitas kesehatan belum memenuhi standar.

Berbagai intervensi kebijakan telah dilakukan pemerintah untuk memperkecil kesenjangan antar-
wilayah. Intervensi langsung oleh pemerintah pusat diantaranya dilakukan melalui kebijakan
afirmasi bagi wilayah DTPK seperti akselerasi pembangunan Papua, penugasan khusus bagi
tenaga kesehatan, pembangunan rumah sakit (RS) pratama, serta pelaksanaan akreditasi fasilitas
kesehatan. Dalam hal perbaikan gizi, dilakukan intervensi penurunan stunting terintegrasi di
kabupaten/kota prioritas. Untuk menurunkan hambatan finansial pada pelayanan kesehatan,
pemerintah memberikan subsidi premi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang mencakup 40%
penduduk berpendapatan terendah. Sementara itu, kebijakan transfer ke pemerintah daerah
mencakup pengalokasikan dana alokasi khusus (DAK) baik DAK reguler, afirmasi maupun
penugasan. DAK reguler digunakan untuk pembiayaan fasilitas dan infrastruktur pelayanan
kesehatan primer dan rujukan serta farmasi di seluruh kabupaten/kota. DAK afirmasi digunakan
untuk pembiayaan infrastruktur kesehatan di lokasi-lokasi prioritas. DAK penugasan ditujukan untuk
mencapai target nasional dan diberikan kepada kabupaten dengan kondisi khusus. Selain itu,
intervensi regulasi dalam bentuk kebijakan standar pelayanan minimal (SPM) mengharuskan daerah
untuk memenuhi 12 indikator pelayanan kesehatan yang minimal harus dipenuhi bagi seluruh
penduduk. Artinya, kebijakan yang telah dicetuskan oleh pemerintah menyasar pada upaya untuk
menurunkan disparitas antar-wilayah. Di sisi lain, pencanangan Universal Health Coverage (UHC)
pada beberapa tahun terakhir tentunya telah membawa perubahan yang signifikan pada sistem
kesehatan.

Dengan penerapan desentralisasi sejak tahun 2000-an, seharusnya tiap daerah mempunyai
keleluasaan untuk menerapkan kebijakan yang spesifik sesuai kebutuhan daerahnya. Namun,
desentralisasi belum signifikan membawa perbaikan sistem kesehatan di Indonesia. Evaluasi DAK
2019 menunjukkan permasalahan dalam pelaksanaan DAK diantaranya pengalokasian yang
berpotensi tidak sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas daerah serta menu yang belum sensitif

1
untuk daerah tertinggal dengan kapasitas fiskal rendah (Direktorat KGM, Bappenas). Penentuan
arah kebijakan pembangunan belum sepenuhnya sesuai dengan masing-masing karakteristik
wilayah, sehingga perlu perubahan pendekatan perencanaan menjadi pendekatan holistik,
integratif, tematik dan SPASIAL (HITS). Pendekatan ini menjadi landasan untuk menyusun kebijakan
yang lebih “berbasis bukti” dan sesuai dengan kondisi spesifik daerah.

Berbagai indikator telah dikembangkan untuk memetakan kondisi dan capaian di tingkat nasional
maupun daerah. Namun demikian, pengukuran yang ada belum sepenuhnya dapat menangkap
permasalahan yang ada. Analisis kewilayahan pembangunan kesehatan dilakukan untuk mengukur
capaian pembangunan kesehatan yang mewakili berbagai aspek yang menggambarkan secara
lebih komprehensif kondisi di suatu wilayah. Artinya, tidak terbatas hanya pada aspek yang terkait
kesehatan, namun juga faktor lain yang mempengaruhinya. Aspek-aspek tersebut mencakup kondisi
status kesehatan, sistem kesehatan dan kapasitas fiskal di suatu daerah. Dengan mengetahui kondisi
tiap aspek, maka diharapkan dapat diketahui faktor-faktor apa yang menjadi kekurangan maupun
kelebihan pembangunan kesehatan di suatu wilayah, termasuk kemampuan fiskal dalam membiayai
pengeluaran kesehatan di wilayahnya masing-masing.

Analisis ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan dalam penyusunan kebijakan dalam
rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan secara utuh.

1.2. Tujuan dan Manfaat


Kajian ini bertujuan untuk menelaah dan mengidentifikasi isu strategis pembangunan kesehatan di
Indonesia sesuai dengan latar belakang kewilayahan. Secara khusus, kajian ini akan menghasilkan
sebuah pengukuran baru untuk pembangunan kesehatan berbasis wilayah dalam bentuk indeks
kewilayahan pembangunan kesehatan.

Pengukuran baru indeks kewilayahan pembangunan kesehatan bermanfaat untuk:


1. Sebagai alat ukur pembangunan kesehatan yang dapat menggambarkan kondisi
pembangunan kesehatan di suatu wilayah dengan lebih komprehensif;
2. Sebagai masukan untuk mempertajam penyusunan perencanaan dan penganggaran
pembangunan kesehatan di tingkat nasional dan daerah, terutama untuk menentukan skala
prioritas pembangunan dengan sumber daya yang terbatas;
3. Pengukuran kemajuan pembangunan kesehatan di suatu wilayah dan/atau antar-wilayah
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah;
4. Bahan advokasi bagi para pemangku kepentingan, baik di tingkat nasional maupun daerah
(provinsi/kabupaten/kota), serta pihak-pihak lainnya; dan
5. Sebagai bahan dasar penyempurnaan pengumpulan data pembangunan kesehatan baik
yang bersumber dari survei-survei maupun data rutin.

2
BAB II
KERANGKA KONSEP ANALISIS KEWILAYAHAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN

2.1. Kerangka Konsep


Pada dasarnya, tingkat kesehatan terbaik akan bisa dicapai jika sistem kesehatan tanggap
terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan
(WHO, 2000). Sistem kesehatan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan semua golongan tanpa
diskriminasi, efektif, dan dapat dijangkau oleh semua golongan. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan
indeks yang akurat terhadap kebutuhan pembangunan, proses pembangunan indeks kewilayahan
merujuk pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Indonesia.

Manajemen
kesehatan Derajat
Kesehatan

SDM Kesehatan
Upaya  Perbaikan status kesehatan
Kesehatan  Peningkatan status gizi masyarakat
Farmasi, Alkes  Perlindungan finansial
dan Makanan Pemberdayaan  Responsiveness sistem kesehatan
Kesehatan

Litbang

Pembiayaan
kesehatan

Transisi Demografi dan Epidemiologi, SDGs, Perubahan Iklim, Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Perubahan Teknologi,
Globalisasi

Gambar 2.1. Sistem Kesehatan Nasional


Sumber: diadaptasi dari SKN (Perpres 72/2012)

Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional mendefinisikan SKN
sebagai bentuk dan cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai
upaya bangsa Indonesia dalam menjamin tercapainya tujuan pembangunan kesehatan. Sistem
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan: (1) meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan yang merata, (2) meningkatkan responsiveness terhadap harapan
dan masalah kesehatan masyarakat, dan (3) menjamin keadilan dalam kontribusi pembiayaan
kesehatan (Gambar 2.1).

Indeks kewilayahan yang dikembangkan akan mencakup aspek-aspek dalam SKN yaitu aspek
status kesehatan, sistem, serta kapasitas fiskal. Aspek status berisi tentang status kesehatan yang
ada di suatu wilayah (provinsi, kabupaten/kota, regional) seperti kesehatan ibu dan anak, gizi,
maupun penyakit menular dan tidak menular. Aspek sistem mencakup sisi suplai pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan untuk merespon berbagai status kesehatan seperti farmasi dan alat
kesehatan, tenaga kesehatan, maupun upaya kesehatan yang diberikan. Sementara itu, kapasitas

3
fiskal diharapkan dapat menggambarkan kemampuan wilayah dalam membiayai pembangunan
di wilayahnya.

2.2. Metode
Pengembangan indeks kewilayahan untuk pembangunan kesehatan secara garis besar dilakukan
dalam tiga tahap (Gambar 2.2).

Pemetaan ketersediaan
Pemetaan indikator ideal Perhitungan indeks
data

Referensi Sumber data Analisis


Target RPJMN
Riskesdas 2018
IPKM
Susenas 2018 Principle Component Analysis Kabupaten
SDGs
Podes 2018 = unit analisis
Global Reference of 100 Core Health
Kemenkeu (indeks kapasitas Fiskal)
Indicators

Gambar 2.2. Proses Pengembangan Indeks Kewilayahan

2.2.1. Pemetaan Indikator Ideal


Tujuan perencanaan pembangunan kesehatan adalah untuk menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang terjangkau, efektif, merata
dan berkualitas untuk memastikan pelayanan kesehatan ini dipergunakan secara pantas oleh
masyarakat. Perencanaan kesehatan perlu dilakukan berbasis bukti untuk memastikan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk pemilihan indikator, dilakukan telaah terhadap
dokumen internasional maupun nasional terkait indikator kesehatan yang ideal. Literatur reviu
menghasilkan empat sumber acuan dalam pemetaan indikator yang ideal:

 Target RPJMN 2015-2019 dan 2020-2024


Di tahun 2015-2019, pemerintah menetapkan sasaran pokok terkait kesehatan yaitu: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian
penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama
di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan,
(5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan. Pada RPJMN 2020-2024, kesehatan menjadi salah satu
komponen utama dalam rancangan tujuan peningkatan sumber daya manusia (SDM)
berkualitas dan berdaya saing. Narasi RPJMN 2020-2024 menetapkan sasaran peningkatan
SDM yang berkaitan dengan kesehatan berupa: 1) pengendalian penduduk dan penguatan
tata kelola kependudukan; 2) perlindungan sosial bagi seluruh penduduk; dan 3) pemenuhan
layanan dasar. Detail indikator target RPJMN disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Daftar Indikator Target RPJMN


RPJMN 2015-2019 RPJMN 2020-2024
Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup) Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran
hidup)
Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup) Angka kematian bayi (per 1.000 kelahiran hidup)
Prevalensi pemakaian kontrasepsi (CPR) Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern
KB tidak terlayani (unmet need)* KB tidak terlayani (unmet need)
Angka kelahiran pada usia 15-19 tahun (ASFR ASFR 15 – 19 Tahun

4
RPJMN 2015-2019 RPJMN 2020-2024
Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek)
pada anak baduta (di bawah 2 tahun) pada balita
Prevalensi wasting (kurus) anak balita Prevalensi wasting (kurus dan sangat kurus) pada
balita
Prevalensi HIV (persen) Insidensi HIV (per 1.000 penduduk yang tidak
terinfeksi HIV)
Prevalensi TB per 100.000 penduduk Insidensi TB (per 100.000 penduduk)
Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi malaria Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi malaria
Prevalensi merokok pada penduduk usia ≤ 18 Persentase merokok penduduk usia 10 - 18 tahun
tahun
Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun Prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18
tahun
Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 Persentase imunisasi dasar lengkap pada anak
persen imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 12-23 bulan
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu Persentase fasilitas kesehatan tingkat pertama
puskesmas yang minimal satu puskesmas yang terakreditasi
tersertifikasi akreditasi
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal satu Persentase rumah sakit terakreditasi
RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
Jumlah puskemas yang minimal memiliki 5 jenis Persentase puskesmas dengan jenis tenaga
tenaga kesehatan kesehatan sesuai standar
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat
puskesmas esensial
Persentase obat yang memenuhi syarat Persentase obat memenuhi syarat
Persentase makanan yang memenuhi syarat Persentase makanan memenuhi syarat
Jumlah penduduk yang menjadi peserta penerima Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan
bantuan iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Sosial Ketenagakerjaan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Indikator yang hanya ada di RPJMN 2015-2019 Indikator yang hanya ada di RPJMN 2020-2024
Prevalensi anemia pada ibu hamil Persentase puskesmas tanpa dokter
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI eksklusif
Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada
anak balita
Jumlah provinsi dengan eliminasi kusta
Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi Filariasis
Persentase kabupaten/kota yang memenuhi syarat
kualitas kesehatan lingkungan
Prevalensi tekanan darah tinggi (persen)
Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) tertentu dari tahun
2013
Unmet need pelayanan kesehatan

 Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)


IPKM merupakan salah satu alat monitor keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat
melalui penentuan peringkat provinsi dan kabupaten/kota yang dikembangkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan sejak 2010. Indikator yang diukur dalam IPKM
menggunakan data Riset Kesehatan Dasar dan meliputi kesehatan balita, kesehatan ibu,
penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan reproduksi, dan status gizi.

 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs)


Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan landasan cetak biru pembangunan
berkelanjutan yang digunakan komunitas global. Untuk mengukur kemajuan pembangunan,

5
SDGs menetapkan indikator berdasarkan tujuan utama pembangunan. Indikator SDGs terkait
kesehatan sebagian besar terdapat pada tujuan 3 yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk semua usia, dengan tambahan dari tujuan 1 (mengkahiri
kemiskinan dalam segala bentuk dimanapun), tujuan 2 (menghilangkan kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan gizi yang baik serta meningkatkan pertanian yang berkelanjutan),
tujuan 5 (Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan), tujuan 6
(menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan), dan
tujuan 16 (membangun kelembagaan yang efektif).

 Global Reference List of 100 Core Health Indicators 2018


Global Reference List of 100 Core Health Indicators (selanjutnya disebut Global Reference List)
adalah sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh WHO sebagai standar indikator yang
diprioritaskan oleh komunitas global untuk menunjukkan informasi mengenai situasi dan trend
kesehatan, baik di level nasional maupun global. Dokumen ini juga menunjukkan keterkaitan
antara 100 indikator inti ini dengan SDGs bidang kesehatan.

Studi literatur mengidentifikasi total 144 indikator ideal yang dikelompokkan kedalam status
kesehatan (60 indikator), sistem kesehatan (65 indikator), pembiayaan kesehatan (8 indikator) dan
lainnya (11 indikator). Setiap indikator lebih lanjut dikategorikan berdasarkan topik, seperti KIA,
gizi, balita, penyakit menular, penyakit tidak menular dan umum. Detail indikator terlampir di
lampiran 1.

2.2.2. Pemetaan Ketersediaan Data


Dari total 144 indikator yang didapatkan, dilakukan identifikasi ketersediaan data. Untuk
memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan pada pemerintahan desentralisasi, tingkat kabupaten
ditetapkan sebagai unit analisis. Oleh karena itu, kriteria data yang diinginkan adalah a) tersedia
di level kabupaten, b) tersedia secara berkala, c) dihasilkan oleh lembaga penelitian dan/atau
survei pemerintah dengan jaminan kualitas dan d) mutakhir. Pemetaan data memprioritaskan data
dari survei-survei nasional dan data program terpublikasi untuk menjamin kualitas dan keterwakilan
data. Pada saat analisis dilakukan, data survei terkini yang tersedia untuk dianalisis berdasarkan
pemetaan sebagai berikut:
 Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2018)
 Survei sosial ekonomi nasional (Susenas 2018)
 Potensi desa (Podes 2018)
 Indeks kapasitas fiskal (Peraturan menteri keuangan)

Proses pemetaan menemukan tidak semua indikator ideal tersedia, sehingga proses pemetaan akan
memasukkan indikator yang dinilai mirip/sepadan. Pemetaan menghasilakn 101 indikator, dimana
beberapa indikator serupa tersedia di dua sumber (seperti imunisasi) dan/atau merupakan proxy
dari konteks yang sama (keberadaan rumah bersalin dan rumah sakit bersalin). Tim lebih lanjut
mereview indikator 101 indikator untuk didiskusikan bersama para ahli untuk menentukan indikator
yang dimasukkan kedalam analisis.

2.2.3. Penentuan Indikator untuk Analisis


Serial diskusi dan workshop dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dari para ahli terkait
indikator pembangunan kesehatan yang akan digunakan untuk pengembangan indeks. List indikator
ideal dan data yang tersedia kemudian dikelompokkan ke dalam topik yang dianggap penting
dan relevan untuk pembangunan, yakni KIA dan gizi balita, penyakit menular, penyakit tidak
menular, cedera dan depresi. Sebagaimana konsep Sistem Kesehatan Nasional, indeks
kewilayahan pembangunan kesehatan terdiri dari tiga komponen yakni status kesehatan, sistem
kesehatan, dan pembiayaan kesehatan (Gambar 2.3).

6
Indeks Status
kesehatan

KIA dan Gizi Balita Indeks


Penyakit menular Kewilayahan
PTM Sistem Pembangunan
Cedera Kesehatan Kesehatan
Depresi Nasional
Indeks Sistem Indeks
kesehatan Pembiayaan
kesehatan

Gambar 2.3. Topik dan Komponen Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan

2.2.4. Perhitungan Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan


Studi literatur dan pemetaan ketersediaan data mengidentifikasi beragamnya tema/topik dari
indikator, sehingga diperlukan perhitungan Principal Component Analysis (PCA) yang bertingkat.
Perhitungan bertingkat ini menghasilkan sub-indeks untuk setiap indeks komponen sistem kesehatan,
status kesehatan, dan pembiayaan kesehatan. Indeks dilakukan di tingkat kabupaten lalu di
agregat ke tingkat provinsi, kabupaten dan wilayah. Wilayah yang dimaksud adalah sesuai
dengan pembagian wilayah dalam RPJMN yaitu Sumatera, Jawa-Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku dan Papua.

Metode perhitungan skor dipilih dengan pertimbangan untuk menghasilkan skor yang mudah
diinterpretasi dan dapat menampilkan perbandingan relatif antarkabupaten. Indeks dibuat dengan
metode PCA dan dengan prinsip mencari model yang parsimony, yaitu model paling sederhana
yang dapat menjelaskan variabilitas tertinggi. Evaluasi skor dilakukan dengan melihat distribusi
skor dan korelasi antar skor.
Sub-indeks KIA & Gizi Balita Sub-indeks KIA dan Gizi Balita
Sub-indeks Penyakit menular
sub-indeks
(topik)

Sub-indeks PTM Sub-indeks PTM


PCA

Sub-indeks cedera
Sub-indeks Depresi
Sub-indeks Akses
(komponen)
indeks
PCA

Indeks Sistem kesehatan Indeks Status kesehatan Indeks kapasitas fiskal


kewilayahan
indeks
PCA

Indeks kewilayahan pembangunan kesehatan

Gambar 2.4. Konsep Perhitungan PCA Bertingkat

Perhitungan indeks dilakukan dalam 5 tahap berikut:


1. Setiap indikator dianalisis agregat pada tingkat kabupaten/kota untuk mendapatkan angka

prevalensi/proporsi/cakupan, untuk selanjutnya disebut nilai indikator. Indeks status kesehatan

7
terdiri dari prevalensi penyakit dimana semakin tinggi prevalensi mengindikasikan kondisi yang
semakin buruk. Agar didapatkan indeks yang senada dengan komponen indeks sistem dan
fiskal (semakin tinggi semakin baik), dilakukan penyesuaian perhitungan pada indeks status
kesehatan dengan menghitung indikator berupa 100-prevalensi.
2. Dilakukan uji reliabilitas indikator pada masing-masing kelompok dan dilihat nilai koefisien
korelasi variabel terhadap skor total kelompok. Indikator yang memiliki korelasi yang rendah
dengan skor total dikeluarkan. Beberapa indikator yang dianggap penting tetap
dipertahankan dengan pertimbangan konteks.
3. Terhadap indikator terpilih dilakukan analisis PCA, menggunakan metode principal axing
factoring. Metode PCA mengubah informasi proporsi penduduk pada tingkat kabupaten
berdasarkan variable-variabel terpilih menjadi skor z.
4. Skor z yang didapatkan dari analisis PCA kemudian di ubah menjadi skor dengan nilai 0-100,
menggunkan rumus berikut:
Skor=(I_i-I_min)/(I_max-I_min )*100 atau
Skor=100-(I_i-I_min)/(I_max-I_min )*100
Pemilihan rumus pertama atau kedua berdasarkan pedoman semakin tinggi skor semakin baik sistem atau status kesehatannya

5. Untuk mempermudah interpretasi, skor dibagi kedalam 5 kelompok berdasarkan sebaran


quintile (relatif terhadap performa kabupaten lain).

8
BAB III
PERHITUNGAN INDEKS KEWILAYAHAN
PEMBANGUNAN KESEHATAN

Dari pemetaan, analisis dilakukan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018),
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2018), Potensi Desa (Podes 2018) dan Peraturan
Kementerian Keuangan 2018 (Tabel 3.1). Dari hasil pemetaan indikator berdasarkan
ketersediaannya, beberapa indikator akhirnya tidak diikutsertakan pada perhitungan indeks
karena korelasi rendah dengan faktor dasarnya (highlight abu-abu).

Tabel 3.1. Daftar Indikator yang Dimasukkan dalam Perhitungan


Topik Indikator Sumber
Sistem Kesehatan
KIA dan gizi Proporsi balita yang pernah ditimbang berat badan > 8x / tahun Riskesdas
balita Proporsi balita yang pernah diukur tinggi badan dalam 6 bulan terakhir Riskesdas
Proporsi anak 12-23 bulan dengan imunisasi lengkap Riskesdas
Proporsi balita yang ke Posyandu sebulan sekali Riskesdas
Cakupan pengobatan diare (zinc, oralit) Riskesdas
Proporsi ibu hamil usia 10- 54 tahun dengan K4 pada kehamilan terakhir Riskesdas
Proporsi balita dengan KN1 Riskesdas
Proporsi ibu dengan persalinan fasilitas kesehatan Riskesdas
Proporsi desa dengan akses mudah ke rumah sakit Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke Polindes (pondok bersalin desa) Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke Rumah sakit bersalin Podes
Keberadaan bidan desa (BDD) Podes
Proporsi wanita usia subur yang menggunakan MKJP Riskesdas
Cakupan akses sanitasi Riskesdas
Cakupan kecukupan air dan sumber air bersih Riskesdas
Proporsi desa yang memiliki posbindu Podes
PTM
Proporsi penduduk usia > 10 tahun dengan aktivitas fisik cukup Riskesdas
Proporsi desa dengan akses mudah ke RS Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke tempat praktek dokter Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas tanpa rawat inap Podes
Akses
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu Podes
Kemudahan untuk mencapai Poskesdes (pos kesehatan desa) Podes
Proporsi desa dengan akses mudah ke apotik Podes
Kemudahan untuk mencapai Poliklinik/balai pengobatan Podes
% penduduk yang memiliki JKN Susenas
Status kesehatan*
KIA dan gizi Prevalensi gizi buruk pada balita Riskesdas
balita Prevalensi stunting pada balita Riskesdas
Prevalensi stunting pada baduta Riskesdas
Prevalensi balita ISPA dan/atau penumonia Riskesdas
Penyakit menular Prevalensi malaria Riskesdas
Prevalensi pneumonia (semua umur) Riskesdas
Prevalensi diare (semua umur) Riskesdas
Prevalensi Tuberkulosis (semua umur) Riskesdas
Kejadian luar biasa (KLB) Muntaber/diare Podes
Kejadian luar biasa (KLB) Demam berdarah Podes
Kejadian luar biasa (KLB) Campak Podes

9
Topik Indikator Sumber
Kejadian luar biasa (KLB) Malaria Podes
PTM Prevalensi hipertensi Riskesdas
Prevalensi Diabetes Mellitus Riskesdas
Prevalensi obesitas sentral Riskesdas
Prevalensi PJK Riskesdas
Prevalensi stroke Riskesdas
Prevalensi merokok Riskesdas
Cedera Proporsi penduduk yang pernah mengalami cedera dalam 12 bulan terakhir Riskesdas
hingga kegiatan sehari-hari terganggu
Depresi Proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah mengalami depresi Riskesdas
Pembiayaan kesehatan
Indeks Kapasitas Fiskal* Permenkeu
font biru = indikator RPJMN
Highlight abu-abu = di masukan ke dalam analisis namun tidak diikutsertakan dalam perhitungan indeks
karena korelasi rendah dengan indicator lain dan faktor dasarnya.
*Dilakukan penyesuaian perhitungan pada indeks status kesehatan dengan menghitung indikator berupa
100-prevalensi agar didapatkan indeks yang senada dengan komponen indeks sistem dan fiskal (semakin
tinggi semakin baik)
** angka kapasitas Fiskas diperoleh dari Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.07/2018

Indikator-indikator yang dikeluarkan ini secara statistik dianggap kurang berkontribusi dalam
menjelaskan variasi variasi skor sub-indeks dan indeks (diwakilkan oleh angka variance explained).
Secara kontekstual, indikator-indikator tersebut telah terwakilkan oleh indikator lain. Sebagai
contoh, pada sistem kesehatan Sub-indeks KIA dan gizi balita terdiri dari sembilan indikator yang
dapat menjelaskan 50.9% (besaran variance explained) variasi skor sistem kesehatan di bidang KIA
dan gizi balita. Rincian hasil perhitungan dan indikator final penyusun indeks dan sub-indeks
dijabarkan dalam tabel 3.2. Dari tabel tersebut, jumlah indikator yang akhirnya digunakan dalam
perhitungan indeks analisis kewilayahan pembangunan kesehatan adalah sebanyak 31 indikator
yang terdiri dari 17 indikator sistem kesehatan, 13 indikator status kesehatan dan 1 indikator
pembiayaan kesehatan.

Tabel 3.2. Daftar Indikator Final


Topik Indikator Koefisien
Sistem Kesehatan
Proporsi balita yang pernah ditimbang berat badan > 8x / tahun 0.734
Proporsi balita yang pernah diukur tinggi badan dalam 6 bulan terakhir 0.612
Proporsi anak 12-23 bulan dengan imunisasi lengkap 0.765
Proporsi balita yang ke Posyandu sebulan sekali 0.513
KIA dan gizi Proporsi ibu hamil usia 10- 54 tahun dengan K4 pada kehamilan terakhir 0.854
balita Proporsi balita dengan KN1 0.796
Proporsi ibu dengan persalinan fasilitas kesehatan 0.845
Proporsi desa dengan akses mudah ke rumah sakit 0.641
Proporsi wanita usia subur yang menggunakan MKJP 0.574
Variance explained 50.9%
Proporsi desa yang memiliki posbindu 0.71
PTM Proporsi penduduk usia > 10 tahun dengan aktivitas fisik cukup -0.71
Variance explained 50.5%
Proporsi desa dengan akses mudah ke RS 0.889
Proporsi desa dengan akses mudah ke tempat praktek dokter 0.843
Akses Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas 0.859
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap 0.865
Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu 0.717

10
Topik Indikator Koefisien
Proporsi desa dengan akses mudah ke apotik 0.882
Variance explained 71.30%
Status kesehatan
KIA dan gizi Proporsi balita tidak gizi buruk 0.862
balita Proporsi balita tidak stunting 0.862
Variance explained 74.3%
Proporsi penduduk tidak malaria 0.553
Penyakit Proporsi penduduk tidak pneumonia (semua umur) 0.827
menular Proporsi penduduk tidak diare (semua umur) 0.716
Proporsi penduduk tidak Tuberkulosis (semua umur) 0.599
Variance explained 46.5%
PTM Proporsi penduduk tidak hipertensi 0.770
Proporsi penduduk tidak Diabetes Mellitus 0.820
Proporsi penduduk tidak obesitas sentral 0.723
Proporsi penduduk tidak PJK 0.765
Proporsi penduduk tidak stroke 0.746
Variance explained 58.6%
Cedera Proporsi penduduk yang pernah mengalami cedera dalam 12 bulan terakhir
hingga kegiatan sehari-hari terganggu
Depresi Proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah mengalami depresi
Pembiayaan kesehatan
Indeks Kapasitas Fiskal

Khusus pada sistem kesehatan sub-indeks cedera dan depresi, masing-masing sub-indeks dibentuk
berdasarkan satu indikator (proporsi penduduk yang tidak mengalami cedara, proporsi penduduk
yang tidak mengalami depresi yang bersumber dari Riskesdas 2018). Pada indikator ini tidak
dilakukan PCA namun nilai indikator dikonversi menjadi nilai z (z score) agar memiliki satuan ukuran
yang sama dengan indeks lainnya.

Sama halnya, pembiayaan kesehatan juga terdiri dari satu indikator, yakni indeks kapasitas fiskal.
Indeks ini merupakan gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan
melalui pendapatan daerah dikurangi dengan pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan
dan belanja tertentu. Angka indeks diperoleh dari Peraturan Menteri Keuangan No.
107/PMK.07/2018 yang menjelaskan penghitungan Kapasitas Fiskal didasarkan pada formula
sebagai berikut:

KFD = pendapatan - [pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan + belanja tertentu]


Pendapatan adalah total pendapatan pada realisasi APBD
Pendapatan yang penggunaannya sudah ditentukan meliputi
a. Pajak Rokok;
b. Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau;
c. Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi;
d. Dana Alokasi Khusus Fisik;
e. Dana Alokasi Khusus Nonfisik (idak termasuk Dana Tunjangan Profesi Guru Pegawai Negeri
Sipil Daerah dan Dana Tambahan Penghasilan Guru Pegawai Negeri Sipil Daerah);
f. Dana Otonomi Khusus;
g. Dana Tambahan Infrastruktur; dan
h. Dana Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih lanjut, detail definisi operasional indikator tersedia di lampiran.

11
BAB IV
HASIL ANALISIS WILAYAH PEMBANGUNAN KESEHATAN

4.1. Indeks Sistem Kesehatan


4.1.1. Skor Total Indeks Sistem Kesehatan
Dari komponen sistem kesehatan, regional Timur (Papua dan Maluku) memiliki skor relatif lebih
rendah (23,44 dan 34,63) dibanding wilayah lainnya. Sistem kesehatan di Jawa dan Bali (57,99)
dan Sumatera (48,11) jauh lebih baik dibanding wilayah lainnya. Namun, terdapat disparitas
apabila dilihat di tingkat provinsi dan terutama kabupaten/kota.

Walaupun di tingkat regional Pulau Kalimantan dan Sulawesi memiliki kondisi sistem kesehatan
yang relatif baik, namun terdapat disparitas kondisi sistem kesehatan antarprovinsi. Di tingkat
provinsi, skor sistem terendah ditemukan di Provinsi Papua (21,12), Papua Barat (31,65) dan Maluku
(33,67). Sementara skor tertinggi ditemukan di Provinsi Jawa Tengah (skor 61,95), diikuti oleh DI
Yogyakarta (61,70) dan Bali (59,66).

Disparitas ini ditemukan semakin besar di tingkat kabupaten/kota. Bahkan di wilayah Sumatera
yang secara keseluruhan memiliki kondisi sistem yang baik, terdapat beberapa kabupaten/kota
dengan kondisi sistem kesehatan yang masih rendah. Di tingkat kabupaten, Kabupaten Nduga
Papua (skor 2.53), Tolikara (skor 4.55) dan Yalimo (skor 4.83) di Provinsi Papua memiliki skor relatif
terendah. Sedangkan skor tertinggi dimiliki Kabupaten Klaten (skor 66.15), Banyumas (65.47) dan
Purbalingga (65.30) di Provinsi Jawa Tengah (Gambar 4.1).

Lebih jauh, terdapat perbedaan pola sub-sistem antar provinsi dan kabupaten (Gambar 4.2).
Kabupaten-kabupaten di Maluku, Papua, Kalimantan, dan Nusa Tenggara secara umum memiliki
skor sistem lebih rendah, baik di bidang KIA, PTM maupun akses. Beberapa kabupaten di provinsi-
provinsi Sumatera dan Sulawesi sudah memiliki skor sistem yang baik di bidang KIA namun masih
rendah dibidang akses dan PTM. Kabupaten-kabupaten di pulau Jawa dan Bali sudah memiliki
sistem yang baik di bidang KIA dan akses, namun masih rendah dibidang PTM. Terlihat, Indonesia
masih perlu meningkatkan sistem kesehatan terkait PTM di mayoritas kabupaten. Informasi lebih
detail akan dibahas dalam masing-masing sub-topik.

12
Gambar 4.1. Sistem Kesehatan Tingkat Wilayah, Provinsi, Kabupaten

13
Gambar 4.2. Skor Sistem Kesehatan berdasarkan Subsistem (satu titik = satu kabupaten)

14
4.1.2. Sistem Kesehatan KIA dan Gizi Balita
Sama halnya dengan sistem secara keseluruhan, wilayah Jawa dan Bali (skor 85.33) dan Nusa
Tenggara (skor 70.14) memiliki sistem kesehatan KIA dan gizi balita cenderung lebih baik
dibandingkan wilayah lain, dimana skor terendah ditemui di wilayah Papua (skor 39.19) dan
wilayah Maluku (50.93). Di tingkat provinsi, skor sistem KIA dan gizi balita terendah terdapat di
Provinsi Papua (skor 35.96), Maluku (skor 48.05) dan Papua Barat (50.63). Skor tertinggi terdapat
di Provinsi DIY Yogyakarta (skor 97.35), Jawa Tengah (skor 89.98) dan Jawa Timur (skor 86.75).

Di tingkat kabupaten, skor terendah ditemui di Kabupaten Yalimo (skor 0), Nduga (skor 5.41) dan
Intan Jaya (skor 8.36) di Provinsi Papua. Di lain sisi, kabupaten dengan sistem kesehatan KIA dan
gizi balita terbaik ditemui di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta (skor 100), Banyumas, Provinsi
Jawa Tengah (99.10) dan Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta (98.17).

Gambar 4.3. Sistem Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Wilayah, dan Provinsi

15
Gambar 4.4. Sistem Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Kabupaten

4.1.3. Sistem Kesehatan Penyakit Tidak Menular


Jika dibandingkan, skor di sistem kesehatan KIA dan gizi balita didapati lebih baik dibandingkan
sistem PTM. Sama hal nya dengan sistem kesehatan topik lain, wilayah Papua (skor 7.85) dan Nusa
Tenggara (skor 20.09) memiliki skor realtif lebih rendah sedangkan wilayah Jawa dan Bali (skor
51.35) dan Sumatera (skor 40.74) memiliki skor lebih tinggi.

Di tingkat provinsi, Provinsi Papua (skor 7.50), Papua Barat (9.09) dan Nusa Tenggara Timur
(14.91) memiliki skor sistem PTM yang lebih rendah dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Skor
sistem PTM tertinggi didapat di Kepulauan Bangka Belitung (skor 74.25), DI Yogyakarta (skor
66.42) dan Bengkulu (skor 62.08).

Terdapat disparitas yang besar pada sistem PTM di tingkat kabupaten dimana mayoritas
kabupaten memiliki skor < 50 (dari skala 0-100) yang menunjukkan perlunya penguatan sistem
kesehatan PTM di seluruh kabupaten di Indonesia. Kabupaten Nduga, Yahukimo, Lanny Jaya,
Dogiyaim Puncak, Mamberamo Jaya, Pegunungan Bintang dan Puncak Jaya di Provinsi Papua
masing-masing memiliki skor 0. Disisi lain, Kabupaten Cimahi dan Cirebon, Provinsi Jawa Barat,
Kabupaten Metro Provinsi Lampung, serta Kabupaten Payakumbuh dan Sawah Lunto memiliki skor
tertinggi (masing-masing skor 100).

16
Gambar 4.5. Sistem Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten

17
4.1.4. Sistem Kesehatan Akses ke Layanan
Sama halnya dengan sub-indeks yang lain, wilayah timur memiliki skor ke akses sistem kesehatan
lebih rendah (Papua dengan skor 32.41 dan Maluku dengan skor 53.46) dibanding Indonesia
bagian tengah dan barat (Jawa dan Bali dengan skor 88.16 dan Sumatera dengan skor 77.82).

Gambar 4.6. Sistem Kesehatan Akses Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten

Di tingkat provinsi, skor tertinggi sistem kesehatan untuk akses ke layanan kesehatan ditemukan di
Jawa tengah (skor 95.34), Bali (skor 93.15) dan Jawa Timur (skor 91.91), sedangkan skor terendah
ditemukan di Papua (skor 28.69), Papua Barat (skor 45.57) dan Kalimantan Tengah (skor 51.23).

18
Perbedaan terlihat di tingkat kabupaten, dan setiap propinsi memiliki beban berbeda dalam hal
akses. Di tingkat kabupaten, Pegunungan Arfak provinsi Papua Barat (skor 0), Kepulauan Seribu
DKI Jakarta (skor 0) dan Kabupaten Nduga Provinsi Papua (skor 3.8) memiliki skor akses ke layanan
kesehatan terendah. Skor tertinggi didapati di Provinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Magelang
(skor 100), Temanggung (skor 99.9) dan Batang (skor 99.5).

Gambar 4.7. Distribusi Skor Sistem Kesehatan Akses di Tingkat Kabupaten

4.2. Indeks Status Kesehatan


4.2.1. Skor Total Status Kesehatan
Jika dilihat dari rata-rata terbobot, wilayah Sulawesi (skor 65.13) dan Nusa Tenggara (skor 66.71)
memiliki skor relatif terendah; sedangkan skor status kesehatan terbaik ditemui di wilayah Sumatera
(skor 72.81) dan Kalimantan (skor 70.79). Namun sama halnya dengan sistem kesehatan, status
kesehatan terdapat variasi yang mencolok di tingkat provinsi dan kabupaten. Skor status kesehatan
tertinggi didapati di Provinsi Jambi (skor 80.59), Lampung (skor 77.37) dan Kepulauan Riau (skor
76.37). Provinsi Sulawesi Tengah (skor 58.97), Gorontalo (skor 63.03) dan Sulawesi Selatan (skor
65.34) didapati memiliki skor status kesehatan relatif lebih rendah dibanding provinsi lain.

19
Gambar 4.8. Status Kesehatan Tingkat Wilayah, Provinsi dan Kabupaten

Di tingkat kabupaten (Gambar 4.8), Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi (skor 94.70), Kabupaten
Buru Selatan Provinsi Maluku (skor 90.34) dan Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua (skor 87.12)
memiliki skor status tertinggi. Skor terendah didapati di Kabupaten Yalimo Provinsi Papua (skor 0),
Poso (skor 41.17) dan Banggai Laut (skor 44.10) Provinsi Sulawesi Tengah.

20
Gambar 4.9. Skor Status Kesehatan berdasarkan Topik (satu titik = satu kabupaten)

Lebih lanjut, seperti halnya sistem kesehatan, terdapat beberapa pola di topik status kesehatan.
Secara umum, penyakit tidak menular terdeteksi di semua provinsi. Terdapat dareah yang masih

21
menghadapi KIA dan penyakit menular seperti Maluku dan Papua. Terdapat daerah yang memikul
beban ganda penyakit KIA dan penyakit tidak menular seperti Aceh, Sumatera Utara dan
Kalimantan Tengah. Provinsi-provinsi di Sulawesi secara umum menghadapi masalah penyakit tidak
menular dan cedera.

4.2.2. Status Kesehatan KIA dan Gizi Balita


Status kesehatan juga ditemukan berbeda di setiap topik. Sejalan dengan performa di sistem
kesehatan KIA dan Gizi Balita, Maluku memiliki status kesehatan yang relatif rendah (skor 53.41).
Hal ini berbeda dengan wilayah Nusa Tenggara, dimana ditemukan skor status kesehatan KIA dan
Gizi Balita ditemukan rendah (skor 41.33) terlepas dari skor sistem yang relatif lebih baik
dibandingkan provinsi lain.

Gambar 4.10. Status Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Wilayah dan Provinsi

Provinsi DKI Jakarta (skor 83.69), Bali (skor 80.72), dan Kepulauan Riau (skor 77.87) memiliki skor
status kesehatan KIA dan gizi balita lebih tinggi, terutama dibandingkan dengan provinsi dengan
skor terendah: Provinsi Nusa Tenggara Timur (skor 34.48), Sulawesi Barat (skor 41.72), dan Aceh
(skor 48.51). Di tingkat kabupaten, skor tertinggi didapati di Kabupaten Tabanan (skor 100) dan
Gianyar (skor 95.53) Provinsi Bali serta Bekasi di Jawa Barat (95.35). Sementara itu, Kabupaten
Yalimo Provinsi Papua (skor 0), Kabupaten Timor Tengah Selatan (skor 0) dan Kabupaten Sabu
Raijua (skor 5.79) Provinsi Nusa Tenggara Timur didapati memilki skor terendah.

22
Gambar 4.11. Status Kesehatan KIA dan Gizi Balita Tingkat Kabupaten

4.2.3. Status Kesehatan Penyakit Menular


Wilayah Papua (skor 63.67) dan Maluku (skor 76.25) memiliki skor terendah untuk status kesehatan
penyakit menular, sedangkan skor yang relatif lebih tinggi terdapat di wilayah Kalimantan (skor
83.35) dan Sumatera (skor 83.16). Di tingkat provinsi, skor kesehatan penyakit menular tertinggi
didapati di Kalimantan Tengah (skor 84.59), Bali (skor 84.04) dan Jawa Timur (skor 83.57);
sedangkan skor terendah didapati di Papua (61.86), Maluku Utara (skor 68.62) dan Papua Barat
(skor 70.08).

23
Gambar 4.12. Status Kesehatan Penyakit Menular di Wilayah, Provinsi dan Kabupaten

Terdapat disparitas yang mecolok pada status kesehatan penyakit menular di tingkat kabpaten
dimana mayoritas kabupaten memilki skor > 50 (range skor 0-100). Kabupaten Buru Selatan Prov
Maluku (skor 99.14), Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur (skor 96.43) dan Kabupaten Barito
Utara Provinsi Kalimantan Tengah (skor 95.75) didapati memiliki skor status kesehatan penyakit
menular tertinggi. Di sisi lain, Kabupaten Paniai (skor 0) dan Kabupaten Yalimo (skor 1.91) di
Provinsi Papua dan Pegunungan Arfak di Kabupaten Papua Barat (skor 20.06).

24
4.2.4. Status Kesehatan Penyakit Tidak Menular
Bertolak belakang dengan penyakir menular, wilayah Jawa Bali (skor 49.43) dan Kalimantan (skor
51.58) memiliki status PTM yang rendah, terutama dibandingkan dengan Papua (skor 69.95) dan
Nusa Tenggara (64.93) . Hal ini terlepas dari skor sistem PTM wilayah Jawa dan Kalimantan yang
relatif lebih baik dibanding wilayah lain. Di tingkat provinsi, Nusa Tenggara Timur (skor 79.32),
Papua (skor 73.08) dan Jambi (skor 68.52) memiliki skor status kesehatan PTM relatif tertinggi. Skor
relatif terendah ditemukan di provinsi Sulawesi Utara (skor 29.95), DKI Jakarta (skor 33.37) dan
Kalimantan Timur (skor 34.91).

Gambar 4.13. Skor Status Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Wilayah dan Provinsi

Di tingkat kabupaten, Kabupaten Deiyai (skor 100) dan Yahukimo (skor 99.89) di Provinsi Papua
dan Kabupaten Sumber Barat Daya (98.80) Provinsi Nusa Tenggara Timur didapati memiliki skore
tertinggi; sedangkan skor terendah didapati di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (skor 0) Provinsi
Sulawesi Utara, Kabupaten Padang Panjang Provinsi Sumatera Barat (skor 11.19) dan Kabupaten
Tomohon Provinsi Sulawesi Utara (skor 11.72).

25
Gambar 4.14. Skor Status Kesehatan Penyakit Tidak Menular Tingkat Kabupaten

4.2.5. Status Kesehatan Depresi


Status kesehatan depresi didapat hanya dari satu indikator, yakni prevalensi depresi. Skor relatif
terendah terdapat di wilayah Nusa Tenggara (skor 70.43) dan Sulawesi (skor 74.16) dan skor
relatif tertinggi terdapat di wilayah Papua (skor 84.79) dan Sumatera (skor 82.62). Provinsi
Sulawesi Tengah (skor 60.49), Gorontalo (skor 67.18) dan Nusa Tenggara Timur (skor 69.15)
didapati memiliki skor terendah (prevalensi kasus depresi yang relatif lebih tinggi) dibanding
wilayah lain. Provinsi Jambi (skor 94.38), Lampung (skor 89.65), dan Sumatera Selatan (skor 89.07)
memiliki skor lebih baik (prevalensi lebih tinggi) dibanding wilayah lain (Gambar 4.26).

Di tingkat kabupaten, skor tertinggi didapati di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh (skor 100),
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi (skor 99.99) dan Kabupaten Buru Selatan Provinsi Maluku
(skor 99.57). Sementara itu, skor terendah didapati di Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur (skor
20.59), Poso Provinsi Sulawesi Tengah (skor 30.40) dan Tapanuli Tengah Provinsu Sumatera Utara
(skor 33.45).

26
Gambar 4.15. Status Kesehatan Depresi Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten

4.2.6. Status Kesehatan Cedera


Pada kecelakaan, skor relatif terendah ditemukan di Sulawesi (skor 66.38) dan Papua (skor 68.22).
Wilayah Sumatera (skor 75.63) dan Kalimantan (skor 73.58) memiliki skor kesehatan cedera
relative lebih baik disbanding wilayah lain. Di tingkat provinsi, Jambi (skor 84.25), Gorontalo
(80.24) dan Sumatera Selatan (79.50) memiliki skor status kesehatan cedera relatif lebih baik. Skor
relatif terendah didapat di Sulawesi Tengah (skor 58.22), Papua Barat (62.08) dan Sulawesi
Tenggara (64.88).

27
Gambar 4.16. Status Kesehatan Cedera Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten
Di tingkat kabupaten, Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi tengah (19.67), Kabupaten Mamberamo
Raya Provinsi Papua (skor 26.46) dan Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur (skor 30.88)
memiliki skor cedera yang rendah dibandingkan wilayah lain, yang mengindikasikan tingginya
angka cedera di kedua kabupaten ini. Kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara (skor 100),
Sarolangun di Provinsi Jambi (skor 99.89) dan Yalimo Provinsi Papua memiliki skor relatif lebih
tinggi dibanding daerah lain.

28
4.3. Pembiayaan Kesehatan
Komponen pembiayaan kesehatan menggunakan satu indikator yakni indeks kapasitas fiskal yang
dikeluarkan setiap tahun melalui Peraturan Menteri Keuangan. Wilayah Maluku (skor 6.28) dan
Nusa Tenggara (skor 6.89) memiliki kapasitas fiskal relatif lebih rendah. Wilayah Jawa Bali (skor
51.90) dan Sumatera (44.59) memiliki kapasitas fiscal lebih baik dibanding wilayah lain.
Perbedaan kapasitas fiskal yang mencolok di tingkat provinsi dan kabupaten.

Di tingkat provinsi, DKI Jakarta (skor 100 atau indeks kapasitas fiskal dengan nilai 9.3), Jawa Barat
(skor 32.4 atau indeks kapasitas fiskal dengan nilai 3.2) dan Jawa Timur (skor 31.2 atau indeks
kapasitas fiskal dengan nilai 3.0) memliki kapasitas fiskal lebih baik, sedangkan provinsi Gorontalo
(skor 0 atau indeks kapasitas fiskal dengan nilai 0.2), Kepulauan Bangka Belitung (skor 0.1 atau
indeks kapasitas fiskal dengan nilai 0.2) dan Sulawesi Barat (skor 0.3 atau indeks kapasitas fiskal
dengan nilai 0.2).

Di tingkat kabupaten, daerah dengan kapasitas terbesar terdapat di Surabaya Provinsi Jawa Timur
(skor 100), Bandung Provinsi Jawa Barat (skor 73.6) dan Tangerang di Provinsi Banten (skor 71.7).
Di sisi lain, Konawe Selatan (skor 0), Aceh Tenggara Provinsi Aceh (skor 0.1) dan Bima provinsi Nusa
Tenggara Barat (skor 0.8) dilaporkan memiliki kapasitas fiskal terendah disbanding daerah lain.

Gambar 4.17. Kapasitas Fiskal Tingkat Wilayah

29
Gambar 4.18. Kapasitas Fiskal Tingkat Provinsi dan Kabupaten

4.4. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan


Setelah skor sistem, status, dan fiskal digabungkan, wilayah timur memiliki skor yang relatif lebih
rendah dibandingkan wilayah lain di Indonesia, terutama wilayah Papua dengan skor 35.10 dan
Maluku dengan skor 36.65. Wilayah Jawa Bali (skor 51.90) dan Sumatera (44.59) memiliki skor
pembangunan kesehatan lebih baik dibanding wilayah lain. Di tingkat provinsi, skor tertinggi
terdapat di DKI Jakarta (skor 74.08), Jawa Timur (skor 53.76) dan Jawa Barat (52.76); sedangkan
skor terendah terdapat di Papua (skor 32.77), Maluku Utara (34.72) dan Papua Barat (32.24). Di
tingkat kabupaten, Pegunangan Arfak Provinsi Papua Barat (skor 21.49), Kabupaten Yalimo dan
Paniai Provinsi Papua (skor 22.95) memiliki skor terendah. Skor tertinggi terdapat di Surabaya
Provinsi Jawa Timur (skor 76.43), Badung Provinsi Bali (skor 69.11) dan Bandung Provinsi Jawa
Barat (skor 66.95).

30
Gambar 4.19. Indeks Kewilayahan Pembangunan Tingkat Wilayah, Provinsi, dan Kabupaten

31
BAB V
ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
BERDASARKAN ANALISIS KEWILAYAHAN

Berdasarkan hasil analisis kewilayahan pembangunan kesehatan, teridentifikasi setidaknya


beberapa tantangan dan isu strategis pembangunan kesehatan.

5.1. Masih Tingginya Disparitas Status Kesehatan, Sistem Kesehatan, dan Kapasitas
Fiskal Antar-Wilayah di Indonesia
Analisis pada bab IV menunjukkan bahwa di tingkat regional, terdapat disparitas baik dalam hal
status, sistem maupun kapasitas fiskal. Wilayah barat Indonesia memiliki kondisi yang jauh lebih
baik dibandingkan wilayah tengah dan timur. Dari tujuh (7) pembagian wilayah, Papua dan Maluku
memiliki kondisi yang paling tertinggal dibandingkan wilayah lainnya. Disparitas antar-wilayah
akan semakin besar apabila analisis dijabarkan lebih detail ke tingkat provinsi dan
kabupaten/kota. Walaupun secara wilayah, baik Jawa-Bali dan Sumatera, memiliki kondisi yang
paling baik, namun kedua wilayah tersebut masih memiliki beberapa provinsi dengan kondisi
pembangunan kesehatan yang rendah. Hal yang sama juga ditemui di tingkat kabupaten/kota.
Semakin kecil unit analisis, maka semakin jelas terlihat perbedaan atau disparitas kondisi
pembangunan antarwilayah.

Prioritas penguatan sistem kesehatan perlu disesuaikan dengan pola beban status kesehatan
daerah, yaitu:
a. Pola 1: Beban masalah gizi dan infeksi tinggi, PTM masih rendah;
b. Pola 2: Beban masalah gizi dan infeksi sudah rendah, PTM sudah tinggi; dan
c. Poal 3: Beban masalah gizi dan infeksi masih tinggi, PTM juga sudah tinggi.
Pola ini menunjukkan tingkatan beban masalah kesehatan ganda yang berbeda pada daerah yang
berbeda. Sejalan dengan perlunya peningkatan responsiveness sistem kesehatan, program-
program kesehatan perlu tanggap terhadap pola clustering beban masalah kesehatan ini.

Tantangannya adalah merumuskan kebijakan spesifik wilayah yang dapat menjawab kebutuhan
pembangunan di tiap wilayah yang berbeda.

5.2. Masih Rendahnya Kualitas Pelayanan Kesehatan di Berbagai Wilayah


Berdasarkan hasil telaah terhadap indikator kesehatan yang ada, kabupaten yang memiliki sistem
kesehatan yang baik tidak serta merta memiliki status kesehatan yang baik. Hal ini kemungkinan
berkaitan dengan kualitas dari sistem tersebut. Walaupun secara kuantitas tercukupi, namun
kualitas belum dapat terpenuhi. Kondisi ini menggambarkan pelayanan kesehatan berkualitas
belum optimal menjangkau seluruh wilayah.

Tantangannya adalah meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan didukung dengan peningkatan


kualitas tenaga kesehatan, farmasi dan alkes, pembiayaan serta manajemen pembangunan
kesehatan di berbagai wilayah.

32
Gambar 5.1. Pola Hubungan antara Sistem Kesehatan dan Status Kesehatan

5.3. Pembiayaan Kesehatan Belum Optimal Mendukung Pembangunan Kesehatan di


Daerah
Pola hubungan juga tidak terlihat pada status-sistem dan kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal yang
baik tidak menjamin adanya status dan/atau sistem kesehatan yang baik. Hal ini menunjukkan dua
kemungkinan, yakni masih tingginya ketergantungan daerah pada transfer pusat dan/atau kurang
maksimalnya pemanfaatan sumber daya lokal untuk pembangunan kesehatan. Gambar di bawah
menunjukkan beberapa kabupaten/kota dengan kapasitas fiskal tinggi namun memiliki kondisi
status kesehatan dan sistem kesehatan yang rendah. Arah pembiayaan kesehatan ke depan perlu
difokuskan pada daerah dengan kapasitas fiskal rendah. Daerah dengan kapasitas fiskal tinggi
perlu didorong untuk membiayai pembangunan kesehatan di wilayahnya secara mandiri. Hal ini
diperlukan karena sebagian besar dana transfer pusat diperuntukkan untuk pemenuhan fisik
pelayanan kesehatan. Sementara, pelayanan kesehatan yang berkualitas perlu didukung dengan
non-fisik seperti pelatihan, pendidikan, edukasi, dan lain sebagainya. Selain itu, disparitas
kapasitas sistem kesehatan sangat besar, bukan hanya antar provinsi, namun juga antar kabupaten
dalam satu provinsi. Transfer pusat ke daerah hendaknya diarahkan untuk menurunkan disparitas
ini.

Dalam sistem desentralisasi, upaya perbaikan sistem kesehatan sangat tergantung pada kebijakan
daerah karena kebijakan penganggaran ada pada level kabupaten/kota. Upaya menjadikan
penganggaran lebih sensitif terhadap kebutuhan perbaikan sistem kesehatan sangat diperlukan,
agar sistem kesehatan dapat menjalankan fungsinya dengan baik untuk mencapai tujuan kesehatan

33
yaitu perbaikan status kesehatan, responsiveness dan pembiayaan kesehatan yang berkeadilan.
Upaya ini mungkin dapat dilakukan dengan problem-based budgeting dan peningkatan transfer
pusat berdasarkan permasalahan kesehatan.

Tantangannya adalah meningkatkan komitmen pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber


daya lokal (anggaran daerah) untuk pembangunan kesehatan di wilayah masing-masing, serta
meningkatkan efektivitas dana transfer untuk mendukung pemerataan pembangunan kesehatan di
seluruh wilayah.

Gambar 5.2. Pola Hubungan antara Kapasitas Fiskal dengan Sistem dan Status Kesehatan

5.4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Belum Optimal


Hasil pengumpulan indikator sistem kesehatan yang ada menunjukkan bahwa sistem kesehatan yang
ada sekarang sangat berat pada program gizi dan penyakit infeksi. Indikator-indikator yang
menunjukkan sistem kesehatan yang memperhatikan PTM, depresi dan cedera sangat terbatas.
Sejauh ini, fokus utama penanganan PTM adalah melalui upaya kuratif. Hal ini tentunya menjadi
isu dalam pembangunan kesehatan karena membutuhkan pembiayaan yang besar. Sementara itu,
PTM diproyeksikan akan terus meningkat. Upaya pencegahan PTM harus menjadi fokus utama.

Tantangannya adalah mengembangkan program pencegahan dan pengendalian PTM serta


penambahan indikator-indikator terkait PTM di survei nasional untuk menjamin ketersediaan data
untuk monitoring dan evaluasi.

5.5. Masih Terbatasnya Data dan Indikator Pembangunan Kesehatan Hingga ke


Tingkat Kabupaten/Kota
Dalam proses pembuatan indeks, indikator yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem
kesehatan masih terbatas. Semakin rendah unit analisis, semakin sedikit ketersediaan data
pembangunan kesehatan. Hal ini disebabkan karena beberapa indikator bersifat dampak atau
outcome yang hanya tersedia pada tingkat nasional dan atau provinsi. Selain itu, beberapa

34
indikator yang seharusnya ada hingga tingkat kabupaten/kota, namun tidak tersedia datanya.
Indikator-indikator yang bersumber dari survei juga sebagian besar merupakan indikator yang
bersifat status kesehatan. Sementara itu, indikator sistem kesehatan masih terbatas. Data program
juga belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan. Ke depan, perlu penguatan dan pengembangan
indiaktor-indikator kinerja sistem dan proxy indikator di tingkat kabupaten/kota untuk menjawab
indikator dampak atau outcome yang hanya tersedia di tingkat nasional dan atau provinsi.

Tantangannya adalah pengembangan indikator dan pengumpulan data yang berkelanjutan yang
dapat menggambarkan pembangunan kesehatan di berbagai wilayah, terutama indikator kinerja
sistem dan indikator-indikator proxy pembangunan kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

35
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan
Dari analisis yang diuraikan di depan, dapat disimpulkan bahwa telah dihasilkan alat ukur baru
yang mampu mengidentifikasi isu strategis pembangunan kesehatan sesuai dengan latar belakang
kewilayahan. Alat ukur baru ini berupa indeks kewilayahan pembangunan kesehatan yang mampu
mendeteksi disparitas pembangunan kesehatan antar-kabupaten/kota/provinsi/wilayah. Selain
itu ternyata telaah ini juga bermanfaat untuk mengungkapkan seberapa jauh survei-survei nasional
mengumpulkan data dan informasi yang dapat menjadi indikator dalam indeks kewilayahan.
Berdasarkan telaah, survei-survei tersebut perlu dikembangkan lebih lanjut agar mencakup ketiga
aspek yang tercantum dalam kerangka konsep (BAB II), yaitu: aspek status kesehatan, sistem, serta
kapasitas fiskal. Aspek status kesehatan terdiri dari ibu dan anak, gizi, penyakit menular dan tidak
menular menurut jenjang provinsi, kabupaten/kota dan regional. Aspek sistem mencakup sisi suplai
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, obat (farmasi) dan alat kesehatan, tenaga kesehatan, dan
jenis upaya kesehatan yang tersedia. Sementara itu, kapasitas fiskal terdiri dari ukuran kemampuan
wilayah untuk membiayai pembangunan di wilayahnya.

Sebagai upaya awal, walau indeks kewilayahan belum bisa dijadikan ukuran keluaran (output)
secara maksimal, namun sudah terlihat manfaatnya. Indeks akan lebih bermanfaat dan sensitif bila
didapat lebih banyak pilihan ukuran/indikator dari data survei yang ada saat ini. Keterbatasan
variabel merupakan akibat dari terbatasnya ketersediaan jenis dan jumlah pertanyaan yang
mengukur perubahan aspek-aspek tertentu di kuesioner-kuesioner survei nasional (Riskesdas,
Risfaskes dan Podes). Saat ini, beberapa ukuran terpilih yang diduga merupakan ukuran penting
ternyata nilai koefisien korelasinya rendah sehingga dikeluarkan dari model perhitungan. Dinamika
perubahan di tiap kabupaten/kota dari tahun ke tahun dapat merubah pilihan indikator prioritas.
Manfaat dari Indeks Kewilayahan akan bertambah dari waktu ke waktu jika diperkaya dengan
masukan dari daerah sendiri selain tambahan data dan informasi lewat survei nasional.

Sebagai ilustrasi, indeks aspek sistem kesehatan masih memerlukan tambahan indikator-indikator
yang saat ini belum tersedia dari berbagai survei nasional. Keberadaan bidan desa (BDD)
merupakan variabel yang penting, namun terpaksa dikeluarkan karena memiliki koefisien korelasi
yang rendah dalam telaah saat ini. Jika kita lihat per sub-indeks, di sub-indeks KIA dan Gizi Balita,
terlihat survei Riskesdas dan Podes cenderung mengumpulkan lebih banyak data tentang kesehatan
anak dari pada kesehatan reproduksi ibu. Penggunaan kontrasepsi tidak mendapat perhatian dari
survei nasional karena hanya satu variabel yang didapat yaitu persen WUS yang menggunakan
MKJP.

Data tentang Penyakit Tidak Menular (PTM) yang tersedia sangat sedikit sehingga hanya bisa
dilihat secara tidak langsung dari proporsi penduduk diatas 10 tahun dengan aktifitas fisik cukup
dan persentase desa dengan Posbindu. Penambahan variabel-variabel yang lebih mewakili aspek
sistem kesehatan tentang PTM perlu dilakukan ke depan. Demikian juga data cedera yang mungkin
tercatat di Kepolisian, karena tidak terpadu dengan data di Dinas Kesehatan, tidak mendapat
perhatian oleh sistem kesehatan dan juga tidak masuk dalam dafter pertanyaan di survei-survei
nasional. Melihat sub-indeks Akses, terlihat hampir semua variabel terpilih memperlihatkan koefisien
korelasi yang tinggi yang berarti variabel-variabel ini perlu dipertahankan di survei-survei
nasional.

Sebaliknya, pada aspek status kesehatan, sub-indeks KIA, infeski dan gizi balita, terlihat koefisien
korelasi yang rendah menyebabkan variabel-variabel balita gemuk dan balita dengan ISPA
(pneumonia) harus dikeluarkan dari model. Namun untuk daerah tertentu, misalnya kota besar atau

36
ibukota provinsi dimana banyak restoran cepat saji (junk food), kedua variabel ini di ‘reserve’ untuk
dimasukkan kembali ke model. Sebab keduanya satu waktu akan berfungsi sebagai indikator
masalah “triple burden” (gizi). Di masa mendatang, jika prevalensi stunting dan obesitas meningkat
terus, maka kedua variabel ini penting untuk dipantau.

Demikian juga variabel-variabel Penyakit Menular yang terkategori KLB (DBD, Campak dan
malaria) memperlihatkan koefisien korelasi rendah di model ini (data tahun 2018), namun tetap
diperlukan untuk ditinjau lagi di model telaah berikutya. Untuk PTM, prevalensi merokok merupakan
variabel yang di-drop dari model namun juga diperlukan di tahun-tahun mendatang. Untuk sub-
indeks PTM, saat ini model menggunakan proporsi penduduk tidak DM, tidak Hipertensi, tidak
stroke. Namun satu saat jika program Prolanis sudah lebih mapan, mungkin perlu ada data
tambahan bukan hasil survei yang dapat digunakan oleh Kepala Daerah untuk memantau areanya
lebih dalam tentang besaran (magnitude) kejadian indikator PTM diberbagai daerah, mengingat
besarnya beban keuangan yang akan ditanggung pemerintah dengan meningkatnya proporsi
penduduk yang menua dengan DM, hipertensi, obesitas dan stroke.

Indeks kapasitas fiskal pada beberapa daerah ternyata masih defisit karena ketimpangan yang
disebabkan besarnya proporsi untuk belanja (gaji) pegawai serta pendapatan yang sudah
ditentukan penggunaannya, masih diperlukan variabel lain yang dapat mencerminkan efisiensi
penggunaan kapasitas fiskal. Saat ini model hanya menggunakan satu indikator yakni indeks
kapasitas fiskal yang dikeluarkan setiap tahun melalui Peraturan Menteri Keuangan. Indeks mampu
memperlihatkan perbedaan kapasitas fiskal antar kabupaten, namun bisa lebih baik jika ada
indikator tambahan.

Secara konsep, sistem kesehatan, status kesehatan dan kemampuan fiskal memiliki hubungan yang
erat dan saling mempengaruhi. Pada dasarnya, sistem kesehatan yang baik dengan dukungan
kemampuan fiskal yang mumpuni dapat mengantarkan status kesehatan masyarakat ke arah yang
lebih baik. Namun, analisis mendeteksi hubungan antara status, sistem dan fiskal tidaklah sederhana.
Daerah dengan sistem kesehatan yang baik tidak serta merta memiliki status kesehatan yang baik.
Begitu juga dengan kemampuan fiskal, kapasitas fiskal yang baik tidak menjamin status dan sistem
kesehatan yang baik. Analisis kami masih dibatasi oleh ketersediaan data sehingga analisis tidak
bisa menarik hubungan sebab akibat. Namun, garis besar yang dapat ditarik adalah Indonesia
masih membutuhkan penguatan dan perbaikan sistem kesehatan untuk memenuhi keberagaman
kondisi dan kebutuhan kesehatan masyarakatnya.

6.2. Rekomendasi
Buku Pertama Indeks Kewilayahan ini dapat membantu pemerintah pusat dan daerah secara
bertahap memperkuat sistem kesehatan nasional, baik dalam perencanaan maupun dalam
penilaian kinerja sistem kesehatan nasional. Buku ini dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan
penambahan pertanyaan terkait indikator-indikator yang diperlukan pada survei-survei seperti
Riskesdas, Podes dan Susenas.

Berdasarkan telaah, beberapa hal yang menjadi rekomendasi kebijakan ke depan, yaitu:
1. Pengembangan indikator terkait dengan penyakit tidak menular (PTM), terutama indikator
dari aspek sistem kesehatan yang mendukung pencegahan dan pengendalian PTM;
2. Dengan pendekatan perencanaan pembangunan menggunakan pendekatan HITS, maka
pengumpulan data hingga tingkat kabupaten/kota perlu terus dilembagakan di berbagai
metoda pengumpulan data;
3. Kebijakan penganggaran kesehatan terutama kebijakan yang bersifat afirmasi dan dana
transfer perlu memperhatikan skala prioritas yang dilihat dari kemampuan fiskal dan tingkat
keparahan pembangunan kesehatan di suatu wilayah; dan
4. Pembangunan kesehatan ke depan perlu memperhatikan kualitas dari sistem kesehatan,
yang artinya tidak hanya sekedar memenuhi dari sisi kuantitas saja.

37
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2018). Indeks Pembangunan Kesehatan


Masyarakat (IPKM) 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Badan Pusat Statistik (2018). Statistik Kesejahteraan Rakyat 2018. Badan Pusat Statistik
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Badan Pusat Statistik (2018). Statistik Potensi Desa Indonesia 2018. Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia (2012). Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Jakarta: Sekertariat Kabinet RI
Republik Indonesia (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Republik Indonesia (2019). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
United Nations Development Programme (2015). Sustainable Development Goals (SDGs). United
Nations Development Programme.
World Health Organization. (2018). 2018 Global reference list of 100 core health indicators (plus
health-related SDGs). World Health Organization.
World Health Assembly, 53. (2000). The World Health Report 2000: health systems: improving
performance. World Health Organization.

38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Indikator Ideal yang Teridentifikasi

RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
1 Aktivitas fisik yang tidak mencukupi Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Ya
pada orang dewasa Kesehatan kesehatan Behaviours
2 Anak-anak berusia di bawah 5 Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak 2.2.2 Risk Factors and Ya
tahun yang kelebihan berat badan Kesehatan Behaviours
3 Anak-anak di bawah 5 tahun yang Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak 2.2.1 Risk Factors and Ya
mengalami stunting Kesehatan Behaviours
4 Anak-anak di bawah 5 tahun yang Status Gizi Outcome Status kesehatan Ya 2.2.2 Risk Factors and Ya
wasting Kesehatan Behaviours
5 Anemia pada ibu hamil (%) Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan Behaviours
6 Angka kematian balita (AKBa) Status KIA Impact Status kesehatan Tidak 3.2.1 Health status Tidak
Kesehatan
7 Angka kematian bayi (AKB) Status KIA Impact Status kesehatan Ya 3.2.2(a), tidak Health status Tidak
Kesehatan ada di SDGs
internasional
8 Angka kematian ibu (AKI) Status KIA Impact Status kesehatan Ya 3.1.1 Health status Tidak
Kesehatan
9 Angka kematian karena bunuh diri Status PTM Impact Status kesehatan Tidak 3.4.2 Health status Tidak
[SDG 3.4.2] Kesehatan
10 Angka kematian karena Status Lainnya Impact Status kesehatan Tidak 16.1.1 Health status Tidak
pembunuhan [SDG 16.1.1] Kesehatan
11 Annual parasite indcidence (API) Status PM Output Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan interventions
12 ASI eksklusif rate 0-5 bulan Status Gizi Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan kesehatan Behaviours
13 Cakupan perawatan antenatal Status KIA Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan interventions
14 Incidence Hepatitis B Status PM Impact Status kesehatan Tidak 3.3.4 Health status Tidak
Kesehatan (indikator SDG
globall)

39
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
15 Incidence rate infeksi menular Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
seksual (IMS) Kesehatan
16 Incidence rate malaria Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
Kesehatan
17 Inisiasi menyusui dini Status Gizi Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan kesehatan Behaviours
18 Insiden kanker, menurut jenis kanker Status PTM Impact Status kesehatan Tidak 3.3.3 Health status Tidak
Kesehatan
19 Insidens Berat Badan Lahir Rendah Status Gizi Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
(BBLR) Kesehatan Behaviours
20 Jumlah kabupaten/kota mencapai Status PM Impact Status kesehatan Ya N/A Coverage of Tidak
eliminasi malaria Kesehatan interventions
21 Jumlah kematian, orang hilang dan Status Lainnya Impact Status kesehatan Tidak 1.5.1, 11.5.1, Health status Tidak
orang-orang yang terkena bencana Kesehatan 13.1.1
per 100 000 orang [SDG 1.5.1,
11.5.1, 13.1.1]
22 Kasus baru yang dapat dicegah Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
oleh vaksin penyakit Kesehatan
23 Kematian karena air yang tidak Status Lainnya Impact Status kesehatan Tidak 3.9.2 Health status Ya
aman, sanitasi yang tidak aman Kesehatan
dan kurangnya kebersihan [SDG
3.9.2]
24 Kematian karena keracunan yang Status Lainnya Impact Status kesehatan Tidak 3.9.3 Health status Tidak
tidak disengaja [SDG 3.9.3] Kesehatan
25 Konsumi garam Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan kesehatan Behaviours
26 Mortalitas yang disebabkan polusi Status PTM Impact Status kesehatan Tidak 3.9.1 Health status Tidak
rumah tangga dan pencemaran Kesehatan
udara (indoor) [SDG 3.9.1]
27 Orang yang hidup dengan HIV Status PM Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.3.1.(a) Coverage of Tidak
yang mengetahui status mereka Kesehatan interventions
28 Pencegahan penularan dari ibu ke Status PM Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
anak Kesehatan interventions
29 Penggunaan tembakau pada Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak 3.4.1a Risk Factors and Ya
penduduk berusia 15+ tahun (dan Kesehatan kesehatan (indikator SDG Behaviours
remaja) nasional)

40
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
30 Peningkatkan glukosa / diabetes di Status PTM Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Ya
kalangan orang dewasa Kesehatan Behaviours
31 Permintaan untuk metode keluarga Status KIA Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.7.1 Coverage of Tidak
berencana yang puas dengan Kesehatan interventions
metode modern [SDG 3.7.1]
32 Persentase aktivitas fisik tiap hari Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan kesehatan Behaviours
33 Persentase cedera karena Status PTM Impact Status kesehatan Tidak 3.6.1 Health status Tidak
transportasi darat (seperti motor Kesehatan
dan darat lain)
34 Persentase DM pada penduduk ≥ Status PTM Outcome Status kesehatan Tidak N/A Health status Ya
15 tahun (%) Kesehatan
35 Persentase penduduk ≥10 tahun Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak N/A Risk Factors and Ya
yang melakukan aktivitas fisik Kesehatan kesehatan Behaviours
"kurang aktif"
36 Prevalensi anemia pada anak Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan Behaviours
37 Prevalensi anemia pada Wanita Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Usia Subur Kesehatan Behaviours
38 Prevalensi anemia, semua umur (%) Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
Kesehatan Behaviours
39 Prevalensi antigen permukaan Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
hepatitis B Kesehatan
40 Prevalensi gangguan mental Status PTM Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.4.2 (a) Coverage of Ya
emosional umur ≥ 15 tahun Kesehatan interventions
41 Prevalensi gizi berlebih Status PTM Outcome Status kesehatan Ya N/A Risk Factors and Tidak
(overweight) (%) Kesehatan Behaviours
42 Prevalensi merokok penduduk usia Status PTM Outcome Pemberdayaan Ya N/A Risk Factors and Ya
≤ 18 tahun (%) Kesehatan kesehatan Behaviours
43 Prevalensi obesitas pada penduduk Status PTM Outcome Status kesehatan Ya N/A Risk Factors and Ya
usia 18+ tahun (%) Kesehatan Behaviours
44 Prevalensi parasit malaria di antara Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
anak-anak berusia 6–59 bulan Kesehatan
45 Prevalensi penduduk yang Status PTM Outcome Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
mengalami cedera dalam 12 bulan Kesehatan
terakhir

41
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
46 Prevalensi stunting (pendek dan Status Gizi Outcome Status kesehatan Ya N/A Risk Factors and Tidak
sangat pendek) pada anak Kesehatan Behaviours
dibawah 2 tahun (%)
47 Prevalensi TB Status PM Impact Status kesehatan Ya N/A Health status Tidak
Kesehatan
48 Tekanan darah meningkat di antara Status PTM Outcome Status kesehatan Ya N/A Risk Factors and Ya
orang dewasa Kesehatan Behaviours
49 Tingkat frekuensi (frequency rate) Status PTM Outcome Status kesehatan Tidak 8.8.1 Risk Factors and Tidak
cedera kerja Kesehatan Behaviours
50 Tingkat insiden (TB incidence rate) Status PM Impact Status kesehatan Tidak 3.3.2 Health status Tidak
Kesehatan
51 Tingkat kejadian HIV (incidence Status PM Impact Status kesehatan Tidak 3.3.1 Health status Tidak
rate) Kesehatan
52 Tingkat kelahiran dari ibu remaja Status KIA Impact Status kesehatan Tidak 3.7.2 Health status Tidak
[SDG 3.7.2] Kesehatan
53 Tingkat kematian karena cedera Status PTM Impact Status kesehatan Tidak 3.6.1 Health status Tidak
lalu lintas di jalan raya [SDG 3.6.1] Kesehatan
54 Tingkat kesuburan total Status KIA Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
Kesehatan
55 Tingkat notifikasi TB (notification Status PM Impact Upaya kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
rate) Kesehatan
56 Tingkat prevalensi HIV (prevalence Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
rate) Kesehatan
57 Tingkat prevalensi kontrasepsi Status KIA Outcome Upaya kesehatan Tidak 1.4.1.c DAN Coverage of Ya
Kesehatan 3.7.1 (a) interventions
58 Tingkat sifilis kongenital Status PM Impact Status kesehatan Tidak N/A Health status Tidak
Kesehatan
59 Total konsumsi alkohol per capita Status PTM Outcome Pemberdayaan Tidak 3.5.2 Risk Factors and Tidak
penduduk usia 15+ tahun Kesehatan kesehatan Behaviours
60 Wanita hamil usia 15-49 tahun Status Gizi Outcome Status kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
risiko kurang energi kronik (KEK) Kesehatan Behaviours
61 Cakupan kemoterapi preventif Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
untuk penyakit tropis tertentu yang Kesehatan Kesehatan interventions
terabaikan

42
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
62 Cakupan layanan kesehatan Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Ya
utama/ dasar? [SDG 3.8.1] Kesehatan kesehatan interventions
63 Cakupan layanan untuk gangguan Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.4.2 (a) Coverage of Ya
kesehatan mental yang berat Kesehatan Kesehatan interventions
64 Cakupan pengobatan diare Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Ya
Kesehatan Kesehatan interventions
65 Cakupan pengobatan TB Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan Kesehatan interventions
66 Cakupan pengobatan untuk infeksi Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
TB laten (LTBI) Kesehatan Kesehatan interventions
67 Cakupan pengobatan untuk Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.5.1 Coverage of Tidak
ketergantungan alkohol dan obat- Kesehatan Kesehatan interventions
obatan [SDG 3.5.1]
68 Cakupan pengobatan untuk TB Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
yang resistan terhadap obat Kesehatan Kesehatan interventions
69 Cakupan perawatan Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
pascapersalinan - wanita Kesehatan Kesehatan interventions
70 Cakupan perawatan setelah Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
melahirkan - bayi baru lahir Kesehatan Kesehatan interventions
71 Cakupan suplementasi vitamin A Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan Kesehatan interventions
72 Cakupan terapi antiretroviral (ART) Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan Kesehatan interventions
73 Cakupan tes kerentanan obat untuk Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
pasien TB Kesehatan Kesehatan interventions
74 Jumlah admission Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Ya 3.8.1 Coverage of Tidak
Kesehatan kesehatan interventions
75 Jumlah institusi pendidikan tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
farmasi terakreditasi Kesehatan Kesehatan
76 Jumlah institusi pendidikan tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
gizi terakreditasi Kesehatan Kesehatan
77 Jumlah institusi pendidikan tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
kebidanan terakreditasi Kesehatan Kesehatan
78 Jumlah institusi pendidikan tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
keperawatan terakreditasi Kesehatan Kesehatan

43
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
79 Jumlah institusi pendidikan tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
kesehatan masyarakat terakreditasi Kesehatan Kesehatan
80 Jumlah Kab/Kota yang memiliki Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Ya 3.8.1 Coverage of Tidak
minimal satu RSUD yang Kesehatan kesehatan interventions
tersertifikasi akreditasi nasional
81 Jumlah kecamatan yang memiliki Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Ya 3.8.1 Coverage of Tidak
minimal 1 puskesmas yang Kesehatan kesehatan interventions
tersertifikasi akreditasi
82 Jumlah orang yang membutuhkan Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.3.5 Coverage of Tidak
intervensi terhadap penyakit tropis Kesehatan Kesehatan interventions
yang terabaikan [SDG 3.3.5]
83 Jumlah puskesmas yang minimal Sistem Tenaga Input Farmasi, alkes, Ya N/A N/A Tidak
memiliki 5 jenis tenaga kesehatan Kesehatan Kesehatan makanan
84 Jumlah tempat tidur rawat inap Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Ya 3.8.1 Coverage of Ya
Kesehatan kesehatan interventions
85 Keberadaan Sistem Kemampua Input Manajemen Tidak N/A Health Tidak
kebijakan/strategi/rencana sektor Kesehatan n kesehatan Information/
kesehatan nasional manajemen governance
daerah
86 Kekurangan ahli gizi Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
87 Kekurangan analis kesehatan Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
88 Kekurangan asisten apoteker Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
89 Kekurangan bidan Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
90 Kekurangan dokter apoteker Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
91 Kekurangan dokter gigi Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
92 Kekurangan dokter umum Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
93 Kekurangan perawat Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan

44
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
94 Kekurangan perawat gigi Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
95 Kekurangan sanitarian Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
Kesehatan Kesehatan
96 Kekurangan sarjana kesehatan Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A Tidak
masyarakat Kesehatan Kesehatan
97 Kelahiran yang dihadiri oleh Sistem Tenaga Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.1.2 DAN Coverage of Ya
tenaga kesehatan terampil [SDG Kesehatan Kesehatan 3.1.2 (a) interventions
3.1.2] (Juga: kelahiran di fasilitas
kesehatan - secara keseluruhan dan
di fasilitas "ramah bayi")
98 Kelengkapan pelaporan Sistem Input Manajemen Tidak N/A Health Tidak
berdasarkan fasilitas kesehatan Kesehatan kesehatan Information/
governance
99 Keluaran lembaga pelatihan Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A Health Workforce Tidak
Kesehatan Kesehatan
100 Kepadatan dan distribusi fasilitas Fasilitas Input Farmasi, alkes, Tidak N/A Health Tidak
kesehatan (juga: akses terhadap Sistem kesehatan makanan Infrastructure
operasi gawat darurat) Kesehatan
101 Kepadatan dan distribusi tenaga Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak SDG 3.c.1 Health Workforce Tidak
kesehatan Kesehatan Kesehatan
102 Kepadatan tempat tidur rawat inap Sistem Fasilitas Input Farmasi, alkes, Tidak N/A Health Tidak
RS Kesehatan kesehatan makanan Infrastructure
103 Kesiapan pelayanan penyakit tidak Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Tidak
menular di puskesmas Kesehatan kesehatan interventions
104 Kesiapan pelayanan PONED di Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Tidak
puskesmas Kesehatan kesehatan interventions
105 Kesiapan pelayanan PONEK di RS Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Tidak
pemerintah Kesehatan kesehatan interventions
106 Kesiapan pelayanan umum di Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Tidak
puskesmas Kesehatan kesehatan interventions
107 Liputan penyemprotan residu dalam Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
ruangan (Indoor Residual Spraying Kesehatan Kesehatan interventions
/ IRS)

45
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
108 Pasien HIV baru dan relaps HIV Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
yang memakai ART selama Kesehatan Kesehatan interventions
pengobatan TB
109 Penapisan (skrining) kanker serviks Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan Kesehatan interventions
110 Pencegahan HIV pada populasi Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Risk Factors and Tidak
kunci Kesehatan Kesehatan Behaviours
111 Penekanan viral load HIV Sistem Ketersedia Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan an obat interventions
112 Penggunaan kelambu yang diberi Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
insektisida (ITN) Kesehatan Kesehatan interventions
113 Pengobatan kasus malaria yang Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
terkonfirmasi Kesehatan Kesehatan interventions
114 Perawatan untuk mencari gejala Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Ya
pneumonia Kesehatan Kesehatan interventions
115 Period prevalence diare semua Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak
kelompok umur Kesehatan Kesehatan
116 Persentase kabupaten/kota yang Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Ya 1.4.1 (b) DAN Coverage of Ya
mencapai 80 persen imunisasi dasar Kesehatan Kesehatan 3.2.2 (b) interventions
lengkap pada bayi
117 Persentase perilaku cegah jentik Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
Kesehatan Kesehatan interventions
118 Persentase RSUD Kabupaten/Kota Fasilitas Input Farmasi, alkes, Ya N/A N/A Tidak
kelas C yang memiliki tujuh dokter Sistem kesehatan makanan
spesialis Kesehatan
119 Prevalensi TB paru yang didiagnosis Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
oleh nakes Kesehatan Kesehatan interventions
120 Proporsi desa dengan Posyandu Sistem Fasilitas Input Farmasi, alkes, Tidak N/A N/A Ya
yang cukup Kesehatan kesehatan makanan
121 Proporsi kecamatan yang memiliki Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A
Ya
jumlah dokter yang cukup Kesehatan Kesehatan
122 Proporsi kecukupan tenaga bidan Sistem Tenaga Input SDM kesehatan Tidak N/A N/A
Ya
Kesehatan Kesehatan
123 Rata-rata bed occupancy rate Sistem Fasilitas Outcome Upaya kesehatan Tidak 3.8.1 Coverage of Tidak
Kesehatan kesehatan interventions

46
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
124 Terapi pencegahan intermiten untuk Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak N/A Coverage of Tidak
malaria selama kehamilan (IPTp) Kesehatan Kesehatan interventions
125 Tingkat cakupan imunisasi oleh Sistem Upaya Outcome Upaya kesehatan Tidak 1.4.1 (b) DAN Coverage of Ya
vaksin untuk setiap vaksin sesuai Kesehatan Kesehatan 3.2.2 (b) interventions
jadual nasional [SDG 3.b.1]
126 Jumlah total Official Development Pembiayaa Input Litbang Tidak SDG 3.b.2 Health Financing Tidak
Assistance (ODA) untuk penelitian n
kedokteran dan sektor kesehatan Pembiayaan kesehatan
dasar Kesehatan
127 Pengeluaran kesehatan (% Pembiayaa Input Pembiayaan Tidak N/A Health Financing Tidak
terhadap GDP) Pembiayaan n kesehatan
Kesehatan kesehatan
128 Persentase kepesertaan SJSN Pembiayaan JKN Input Pembiayaan Ya N/A Health Financing Ya
kesehatan Kesehatan kesehatan
129 Proporsi penduduk dengan belanja Pembiayaan Pembiayaa Impact Pembiayaan Tidak N/A Financial Risk Tidak
kesehatan yang memiskinkan Kesehatan n kesehatan Protection
kesehatan
130 Proporsi penduduk dengan Pembiayaan Pembiayaa Impact Pembiayaan Tidak 3.8.2 Financial Risk Tidak
pengeluaran rumah tangga yang Kesehatan n kesehatan (indikator SDG Protection
besar untuk kesehatan sebagai kesehatan nasional)
bagian dari total konsumsi rumah
tangga atau pendapatan
131 Sumber pembiayaan kesehatan Pembiayaa Input Pembiayaan Tidak N/A Health Financing Tidak
sektor publik sebagai persentase Pembiayaan n kesehatan
dari total pengeluaran kesehatan Kesehatan kesehatan
132 Sumber pembiayaan luar dari Pembiayaa Input Pembiayaan Tidak N/A Health Financing Tidak
pembiayaan kesehatan Pembiayaan n kesehatan
Kesehatan kesehatan
133 Total Pengeluaran Kesehatan Pembiayaa Input Pembiayaan Tidak N/A Health Financing Tidak
sebagai Persen Gross Domestic n kesehatan
product (GDP) (juga: total kesehatan
pengeluaran modal untuk kesehatan
sebagai % total pengeluaran dan Pembiayaan
modal untuk kesehatan) Kesehatan
134 Kekerasan seksual terhadap anak- Lainnya Lainnya Outcome Pemberdayaan Tidak 16.2.3 Risk Factors and Tidak
anak kesehatan Behaviours

47
RPJMN
No Indikator Group besar Subgroup I-P-O SKN SDG Global Health IPKM
Pokok
135 Pencatatan Kelahiran Lainnya Lainnya Input Manajemen Tidak SDG 16.9.1 Health Tidak
kesehatan Information/
governance
136 Pencatatan Kematian Lainnya Lainnya Input Manajemen Tidak SDG 17.19.2 Health Tidak
kesehatan Information/
governance
137 Pernikahan dini Lainnya Lainnya Outcome Pemberdayaan Tidak 5.3.1 Risk Factors and Tidak
kesehatan Behaviours
138 Populasi menggunakan layanan air Lainnya Lainnya Outcome Upaya kesehatan Tidak 6.1.1 Risk Factors and Ya
minum yang dikelola dengan aman Behaviours
139 Populasi menggunakan layanan Lainnya Lainnya Outcome Upaya kesehatan Tidak 6.2.1a / Risk Factors and Ya
sanitasi yang dikelola dengan aman 6.2.1b Behaviours
(juga Populasi dengan fasilitas
mencuci tangan dengan sabun dan
air)
140 Populasi yang menggunakan bahan Lainnya Lainnya Outcome Upaya kesehatan Tidak 7.1.2 Risk Factors and Tidak
bakar bersih sebagai bahan bakar Behaviours
utama
141 Prevalensi kekerasan pasangan Lainnya Lainnya Outcome Pemberdayaan Tidak 5.2.1 Risk Factors and Tidak
intim kesehatan Behaviours
142 Prevalensi kekerasan seksual non- Lainnya Lainnya Outcome Pemberdayaan Tidak 5.2.2 Risk Factors and Tidak
pasangan kesehatan Behaviours
143 Prevalensi mutilasi / pemotongan Lainnya Lainnya Outcome Upaya kesehatan Tidak 5.3.2 Risk Factors and Tidak
genital perempuan Behaviours
144 Tingkat polusi udara di kota Lainnya Lainnya Outcome Status kesehatan Tidak 11.6.2 Risk Factors and Tidak
Behaviours

48
Lampiran 2. Definisi operasional indikator Indeks Kewilayahan

Proporsi balita yang pernah ditimbang berat badan > 8x / tahun


Nama Indikator Proporsi balita yang pernah ditimbang berat badan > 8x / tahun
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Persentase Anak umur 0-59 bulan ditimbang minimal 8 kali setahun.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Jumlah anak umur 0 − 59 bulan melakukan perimbangan
berat badan minimal 8 kali setahun dalam 12 bulan terakhir
Formula =
Jumlah anak umur 0 − 59 bulan

Proporsi balita yang pernah diukur tinggi badan dalam 6 bulan terakhir
Nama Indikator Proporsi balita yang pernah diukur tinggi badan dalam 6 bulan terakhir
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Anak umur 0-59 bulan diukur Panjang/ tinggi badan minimal 2 kali setahun.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Jumlah anak umur 0 − 59 bulan melakukan pengukuran
tinggi atau panjang badan minimal 2 kali setahun dalam 12 bulan terakhir
Formula =
Jumlah anak umur 0 − 59 bulan

Proporsi anak 12-23 bulan dengan imunisasi lengkap


Nama Indikator Proporsi anak 12-23 bulan dengan imunisasi lengkap
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Anak umur 12-23 bulan yang telah mendapatkan satu kali imunisasi HB-0, satu
kali imunisasi BCG, tiga kali imunisasi DPT-HB/DPT-HB-HiB, empat kali imunisasi
polio atau tiga kali imunisasi IPV, dan satu kali imunisasi campak
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Anak umur 12 − 23 bulan yang menerima imunisasi dasar lengkap
Formula =
Jumlah anak umur 0 − 59 bulan

Proporsi balita yang ke Posyandu sebulan sekali


Nama Indikator Proporsi balita yang ke Posyandu sebulan sekali
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Proporsi balita yang ke Posyandu sebulan sekali dibanding total balita
Dihasilkan oleh PODES 2018
Jumlah balita yang ke Posyandu sebulan sekali di kabupaten
Formula = Jumlah seluruh balita di kabupaten

Proporsi ibu hamil usia 10- 54 tahun dengan K4 pada kehamilan terakhir
Nama Indikator Proporsi ibu hamil usia 10- 54 tahun dengan K4 pada kehamilan terakhir
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Pelayanan pemeriksaan kesehatan kehamilan oleh tenaga kesehatan dengan
frekuensi ANC selama masa kehamilan anak terakhir minimal 4 kali sesuai kriteria
yaitu minimal 1 kali pada masa kehamilan trimester 1, 1 kali pada trimester 2
dan 2 kali pada trimester 2.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Perempuan umur 10−54 tahun yang mendapat layanan pemeriksaan
kehamilan oleh tenaga kesehatan dengan frekuensi ANC selama
masa kehamilan anak terakhir minimal 4 kali sesuai kriteria
minimal 1−1−2
Formula = ∑ Perempuan pernah kawin umur 10−54 tahun yang bersalin
anak terakhir pada periode 1 Januari 2018 sd wawancara
dan mendapat layanan ANC (K1) selama hamil

49
Proporsi balita dengan KN1
Nama Indikator Proporsi balita dengan KN1
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Mendapatkan minimal 1 kali pelayanan neonatal saat umur 6-48 jam (KN1)
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Jumlah anak umur 0−59 bulan yang pada saat umur 6−48 jam
mendapatkan kunjungan neonatal 1
Formula =
Jumlah anak umur 0−59 bulan

Proporsi ibu dengan persalinan fasilitas kesehatan


Nama Indikator Proporsi ibu dengan persalinan di fasilitas kesehatan
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Perempuan umur 10 – 54 tahun yang saat bersalin anak terakhir di Fasilitas
pelayanan kesehatan (Rumah sakit, Klinik, Puskesmas/Pustu/Pusling/ dan Praktek
Nakes)
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Prempuan umur 10 – 54 tahun yang saat bersalin anak terakhir
di Fasyankes
Formula =
∑ Prempuan umur 10 – 54 tahun yang saat bersalin anak terakhir
pada periode 1 Januari 2018 sd wawancara

Proporsi desa dengan akses mudah ke Rumah sakit


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke rumah sakit
Topik KIA dan gizi balita dan Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke rumah sakit dibanding total desa di
kabupaten
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke rumah sakit
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

Proporsi wanita usia subur yang menggunakan MKJP


Nama Indikator Proporsi wanita usia subur yang menggunakan MKJP
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Penggunaan alat Keluarga Berencana (KB) modern yang pertama diterima oleh
perempuan umur 10 – 54 tahun setelah melahirkan anak terakhir.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Perempuan umur 10−54 tahun menurut jenis KB modern yang
digunakan pertama kali setelah melahirkan anak yang terakhir
Formula = Perempuan umur 10−54 tahun yang melahirkan pada periode
1 Januari 2018 sampai saat wawancara

Proporsi desa yang memiliki posbindu


Nama Indikator Proporsi desa yang memiliki posbindu
Topik PTM
Definisi Proporsi desa yang memiliki posbindu dibanding total desa keseluruhan
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa yang memiliki Posbindu di kabupaten
Formula =
Jumlah total desa di kabupaten

Proporsi penduduk usia > 10 tahun dengan aktivitas fisik cukup


Nama Indikator Proporsi penduduk usia > 10 tahun dengan aktivitas fisik cukup

50
Topik PTM
Definisi Anggota rumah tangga umur > 10 tahun dengan aktivitas fisik sedang atau berat,
dimana aktivitas fisik sedang dilakukan selama >5 hari dalam seminggu dengan
rata-rata lama aktifitas tersebut >150 menit dalam seminggu (atau >30 menit
per hari), dan aktivitas fisik berat dilakukan selama >3 hari per minggu dan MET
minute per minggu >1500 (nilai MET minute aktifitas fisik berat= 8). MET
merupakan satuan pengeluaran energi dan digunakan untuk mengukur aktifitas
fisik dalam menit. MET minute merupakan satuan yang digunakan dalam mengukur
volume aktifitas fisik individu.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
ART umur ≥10 tahun dengan aktivitas fisik sedang atau berat
Formula =
semua ART umur ≥10 tahun

Proporsi desa dengan akses mudah ke tempat praktek dokter


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke tempat praktek dokter
Topik Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke tempat praktek dokter dari total desa di
kabupaten
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke tempat dokter
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas
Topik Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas dari total desa di kabupaten
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke Puskesmas
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap
Topik Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap dari total desa di
kabupaten
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke Puskesmas rawat inap
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu
Topik Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu dari total desa di
kabupaten
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke Puskesmas pembantu
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

Proporsi desa dengan akses mudah ke apotik


Nama Indikator Proporsi desa dengan akses mudah ke apotik
Topik Akses
Definisi Proporsi desa dengan akses mudah ke apotik dari total desa di kabupaten

51
Dihasilkan oleh Podes 2018
Jumlah desa dengan akses mudah ke apotik
Formula =
Jumlah seluruh desa di kabupaten

STATUS KESEHATAN

Proporsi balita tidak gizi buruk


Nama Indikator Proporsi balita tidak gizi buruk
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Anak umur 0 – 59 bulan yang tidak memiliki status gizi buruk (Zscore < -3,0)
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Formula = 100 – Balita dengan Zscore < -3,0

Proporsi balita tidak stunting


Nama Indikator Proporsi balita tidak stunting
Topik KIA dan gizi balita
Definisi Anak umur 0 – 59 bulan yang tidak memiliki status gizi sangat pendek (Zscore <-
3,0) dan pendek (Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0)
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
Formula =100 – (Balita dengan Zscore <-3,0 + Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0)

Proporsi penduduk tidak malaria


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak malaria
Topik Penyakit menular
Definisi Tidak positif menderita malaria dengan riwayat pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan (dokter/ perawat/ bidan) terhadap jumlah total responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Kasus positif malaria melalui Riwayat pemeriksaan
Formula = 100 −
Total ART

Proporsi penduduk tidak pneumonia (semua umur)


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak pneumonia (semua umur)
Topik Penyakit menular
Definisi Persentase responden tidak positif menderita pneumonia dengan riwayat
pemeriksaan oleh tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan) dan atau gejala
terhadap jumlah total responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Kasus pneuomoni (riwayat diagnosis dan atau gejala)
Formula = 100 −
∑ ART semua umur

Proporsi penduduk tidak diare (semua umur)


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak diare (semua umur)
Topik Penyakit menular
Definisi Persentase responden tidak menderita diare dengan riwayat pemeriksaan oleh
tenaga kesehatan (dokter/ perawat/ bidan) dan atau gejala dalam 1 bulan
terakhir terhadap jumlah total responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Kasus diare (diagnosis dan atau gejala dalam 1 bulan terakhir)
Formula = 100 −
∑ ART semua umur (diagnosis dan atau gejala dalam 1 bulan terakhir)

52
Proporsi penduduk tidak Tuberkulosis (semua umur)
Nama Indikator Proporsi penduduk tidak Tuberkulosis (semua umur)
Topik Penyakit menular
Definisi Persentase responden tidak menderita TB Paru dengan riwayat pemeriksaan oleh
dokter terhadap jumlah total responden
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ Kasus TB Paru (riwayat diagnosis dokter)
Formula = 100 −
∑ ART semua umur

Proporsi penduduk tidak hipertensi


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak hipertensi
Topik PTM
Definisi Persentase responden tidak menderita Hipertensi berdasarkan diagnosis dokter
terhadap responden umur lebih dari sama dengan 18 tahun.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
ART yang pernah didiagnosis hipertensi oleh dokter
Formula = 100 −
ART umur ≥18 tahun

Proporsi penduduk tidak Diabetes Mellitus


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak Diabetes Mellitus
Topik PTM
Definisi Persentase responden tidak menderita Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis
dokter terhadap jumlah total responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
ART yang pernah didiagnosis diabetes melitus
Formula = 100 −
ART semua umur

Proporsi penduduk tidak obesitas sentral


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak obesitas sentral
Topik PTM
Definisi Persentase penduduk tidak mengalami obesitas sentral (laki – laki dengan lingkar
perut >90cm dan perempuan >80cm)
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
ART terdeteksi obesitas sentral
Formula = 100 −
ART semua umur

Proporsi penduduk tidak PJK


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak PJK
Topik PTM
Definisi Persentase responden tidak menderita penyakit jantung koroner berdasarkan
diagnosis dokter terhadap jumlah total responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
ART yang pernah didiagnosis penyakit jantung koroner
Formula = 100 −
ART semua umur

Proporsi penduduk tidak stroke


Nama Indikator Proporsi penduduk tidak stroke
Topik PTM
Definisi Persentase responden tidak menderita Stroke berdasarkan diagnosis dokter
terhadap total responden usia ≥15 tahun.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018

53
𝐴𝑅𝑇 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑑𝑖𝑎𝑔𝑛𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑆𝑡𝑟𝑜𝑘𝑒 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑑𝑜𝑘𝑡𝑒𝑟
Formula = 100 −
𝐴𝑅𝑇 𝑢𝑚𝑢𝑟 ≥15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Proporsi penduduk yang pernah mengalami cedera dalam 12 bulan terakhir hingga kegiatan
sehari-hari terganggu
Nama Indikator Proporsi penduduk yang pernah mengalami cedera dalam 12 bulan terakhir
hingga kegiatan sehari-hari terganggu
Topik Cedera
Definisi Persentase penduduk semua umur yang pernah cedera dalam 12 bukan terakhir
yang mengakibatkan kegiatan sehari – hari ternganggu terhadap jumlah total
responden.
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
∑ 𝐴𝑅𝑇 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟𝑛𝑎ℎ 𝑐𝑒𝑑𝑒𝑟𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 12 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑔𝑖𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖−ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢
Formula =
∑ 𝐴𝑅𝑇 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟

Proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah mengalami depresi


Nama Indikator Proporsi penduduk umur 15 tahun ke atas yang pernah mengalami depresi
Topik Depresi
Definisi Persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang saat ini mengalami gangguan
depresi (menurut MINI International Neuropsychiatric Interview) terhadap total
responden usia 15 tahun keatas
Dihasilkan oleh Riskesdas 2018
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑅𝑇 𝑢𝑚𝑢𝑟 15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑘𝑒 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖
𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑔𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖 (𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑀𝐼𝑁𝐼)
Formula =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝐴𝑅𝑇 𝑏𝑒𝑟𝑢𝑚𝑢𝑟 ≥15 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Indeks Kapasitas Fiskal


Nama Indikator Indeks Kapasitas Fiskal
Topik Pembiayaan kesehatan
Definisi Kapasitas fiskal masing – masing daerah kabupaten/kota dibagi dengan rata –
rata kapasitas fiskal daerah seluruh kabupaten/kota
Dihasilkan oleh PMK Kafis 2018
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑠𝑘𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛/𝑘𝑜𝑡𝑎
Formula =
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑓𝑖𝑠𝑘𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑏𝑢𝑝𝑎𝑡𝑒𝑛/𝑘𝑜𝑡𝑎

54
Lampiran 3. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Regional
ID Region Name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status Kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan
1 Sumatera 77.82 66.44 40.74 48.11 63.91 83.16 58.74 82.62 75.63 72.81 12.84 44.59
2 Jawa dan Bali 88.16 85.33 51.35 57.99 68.34 80.26 49.43 80.74 72.56 70.27 27.00 51.90
3 NTT dan NTB 68.67 70.14 20.09 46.01 41.33 77.21 72.68 70.43 71.91 66.71 6.89 39.87
4 Kalimantan 64.27 66.90 41.07 43.75 62.90 83.35 51.58 82.57 73.58 70.79 16.10 43.55
5 Sulawesi 75.30 65.68 35.26 46.94 54.87 78.29 51.95 74.16 66.38 65.13 10.31 40.79
6 Maluku 53.46 50.93 27.51 34.63 53.41 76.25 64.93 77.53 73.08 69.04 6.28 36.65
7 Papua 32.41 39.19 7.85 23.44 63.65 63.67 69.95 84.79 68.22 70.09 11.48 35.10

Skor terendah (relatif) 1 2 3 4 5 6 7 Skor tertinggi (relatif)

55
Lampiran 4. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Provinsi

Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks
Prov Indeks Status
Provinsi Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: kapasitas kewila
no Kesehatan
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Fiskal yahan
11 ACEH 84.64 62.87 30.59 49.05 48.51 79.18 51.76 86.01 76.39 68.37 0.57 40.42
12 SUMATERA UTARA 76.45 60.97 32.70 45.72 59.74 80.42 57.61 74.95 70.79 68.70 0.89 40.62
13 SUMATERA BARAT 83.59 73.69 59.95 52.71 63.68 81.44 54.64 73.92 74.36 69.61 0.56 42.03
14 RIAU 70.26 63.93 33.65 44.65 66.75 84.92 57.85 78.76 75.87 72.83 0.84 41.45
15 JAMBI 74.74 63.73 39.96 46.17 66.97 88.82 68.52 94.38 84.25 80.59 0.45 43.08
16 SUMATERA SELATAN 75.07 64.56 40.93 46.57 63.50 83.36 63.09 89.07 79.50 75.70 1.12 44.06
17 BENGKULU 82.73 66.86 62.08 50.17 73.25 75.77 59.81 84.63 73.42 73.38 0.30 41.47
18 LAMPUNG 82.43 75.48 45.52 52.72 70.33 86.87 63.65 89.65 76.37 77.37 0.54 44.55
19 KEPULAUAN BANGKA
86.95 70.04 74.25 52.80 73.64 88.50 47.68 79.29 78.79 73.58 0.23 42.15
BELITUNG
21 KEPULAUAN RIAU 66.87 75.60 33.63 47.41 77.87 88.68 50.69 88.29 76.35 76.37 0.35 41.73
31 DKI JAKARTA 70.53 85.97 52.36 52.34 83.59 81.42 33.37 81.09 70.06 69.91 9.25 74.08
32 JAWA BARAT 85.75 83.64 45.42 56.55 69.78 76.98 50.32 75.00 74.33 69.28 3.15 52.76
33 JAWA TENGAH 95.34 89.98 52.53 61.95 64.62 82.03 52.88 85.91 72.53 71.59 2.03 51.21
34 DAERAH ISTIMEWA
86.64 97.35 66.42 61.70 77.30 82.91 37.27 82.43 68.36 69.65 0.38 44.38
YOGYAKARTA
35 JAWA TIMUR 91.91 86.75 58.44 59.81 62.69 83.57 49.62 85.47 73.09 70.89 3.04 53.96
36 BANTEN 79.48 70.39 48.43 50.08 70.99 74.76 52.59 72.26 66.94 67.51 1.10 42.45
51 BALI 93.15 85.94 36.48 59.66 80.72 84.04 50.42 83.58 74.13 74.58 0.70 46.52
52 NUSA TENGGARA
85.08 72.58 25.65 52.37 48.67 77.41 65.56 71.81 74.74 67.64 0.48 40.95
BARAT
53 NUSA TENGGARA TIMUR 53.35 67.87 14.91 40.07 34.48 77.02 79.32 69.15 69.27 65.85 0.40 35.96
61 KALIMANTAN BARAT 55.75 61.90 23.36 39.00 71.09 79.55 60.40 80.28 73.37 72.94 0.52 38.41
62 KALIMANTAN TENGAH 51.23 54.55 44.66 35.33 53.86 84.59 58.99 87.64 79.04 72.82 0.46 36.95
63 KALIMANTAN SELATAN 82.59 72.03 52.49 51.72 51.63 86.36 52.66 84.44 73.99 69.82 0.72 42.37

56
Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks
Prov Indeks Status
Provinsi Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: kapasitas kewila
no Kesehatan
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Fiskal yahan
64 KALIMANTAN TIMUR 66.65 76.10 48.96 47.71 69.88 84.79 34.91 80.06 68.91 67.71 1.30 42.47
65 KALIMANTAN UTARA 53.09 70.95 44.40 41.41 69.54 80.27 41.06 81.54 76.22 69.73 0.41 37.76
71 SULAWESI UTARA 82.93 69.78 31.12 50.79 73.80 82.30 29.95 78.72 65.39 66.03 0.34 39.37
72 SULAWESI TENGAH 69.76 63.79 48.75 44.64 54.10 74.19 47.86 60.49 58.22 58.97 0.36 35.04
73 SULAWESI SELATAN 79.92 69.33 30.06 49.62 50.93 77.78 55.65 75.02 67.30 65.34 0.70 40.07
74 SULAWESI TENGGARA 67.92 53.81 40.70 40.57 59.34 81.06 62.13 78.84 64.88 69.25 0.32 36.98
75 GORONTALO 78.21 68.63 46.88 49.05 50.19 75.80 41.72 67.18 80.24 63.03 0.22 37.36
76 SULAWESI BARAT 57.17 62.20 24.50 39.58 41.72 79.50 64.25 86.60 71.52 68.72 0.25 36.19
81 MALUKU 53.44 48.05 27.52 33.67 50.53 81.55 63.69 82.53 72.85 70.23 0.33 35.02
82 MALUKU UTARA 53.49 55.08 27.50 36.03 57.54 68.62 66.71 70.34 73.41 67.32 0.30 34.72
91 PAPUA BARAT 45.57 50.63 9.09 31.65 65.28 70.08 58.87 76.28 62.08 66.52 0.63 34.24
94 PAPUA 28.69 35.96 7.50 21.12 63.19 61.86 73.08 87.19 69.96 71.12 0.77 32.77

Skor terendah (relatif) 1 2 3 4 5 6 7 Skor tertinggi (relatif)

57
Lampiran 5. Indeks Kewilayahan Pembangunan Kesehatan Kabupaten/Kota
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1101 SIMEULUE 48.6 68.3 11.6 38.6 32.2 82.7 55.0 96.8 81.4 69.6 6.9 38.3
ACEH

1102 ACEH SINGKIL 69.9 65.3 75.0 45.5 61.9 80.3 46.4 89.8 58.2 67.3 3.9 38.9
1103 ACEH SELATAN 72.4 55.5 25.8 42.5 29.8 78.6 60.5 72.5 84.2 65.1 3.9 37.2
1104 ACEH TENGGARA 84.5 41.7 15.3 41.7 38.9 74.1 68.3 88.3 79.5 69.8 0.1 37.2
1105 ACEH TIMUR 83.2 51.5 17.3 44.6 31.7 74.1 57.7 88.9 79.2 66.3 11.0 40.6
1106 ACEH TENGAH 75.9 69.1 49.5 48.5 51.3 76.5 59.8 92.3 58.4 67.7 10.1 42.1
1107 ACEH BARAT 84.8 68.7 21.2 50.9 56.1 85.5 52.4 95.0 62.7 70.4 10.8 44.0
1108 ACEH BESAR 89.9 71.3 40.9 53.7 46.3 91.3 58.2 95.6 89.6 76.2 8.2 46.0
1109 PIDIE 96.2 67.8 35.3 54.6 48.6 81.0 45.1 87.5 80.6 68.5 11.4 44.9
1110 BIREUEN 95.1 66.6 20.2 53.6 44.8 67.9 38.3 84.6 62.6 59.6 9.2 40.8
1111 ACEH UTARA 79.5 62.1 5.9 46.8 54.9 75.6 51.4 81.8 81.8 69.1 15.8 43.9
1112 ACEH BARAT DAYA 90.8 59.0 32.2 49.8 60.4 79.8 42.7 90.1 74.9 69.6 2.6 40.7
1113 GAYO LUES 64.2 48.4 33.1 37.4 38.4 78.1 86.4 100.0 97.9 80.1 7.7 41.8
1114 ACEH TAMIANG 81.8 69.4 49.8 50.5 58.4 79.1 44.2 70.6 71.0 64.6 9.8 41.7
1115 NAGAN RAYA 76.3 58.5 3.6 44.5 42.8 76.8 43.6 88.8 74.9 65.4 9.3 39.7
1116 ACEH JAYA 78.0 66.4 40.1 48.1 59.7 88.4 54.5 94.7 87.6 77.0 5.5 43.5
1117 BENER MERIAH 85.1 71.1 54.1 52.3 45.1 76.2 52.9 65.1 59.9 59.9 7.5 39.9
1118 PIDIE JAYA 96.3 64.5 20.3 53.3 48.8 77.9 57.0 88.5 87.5 71.9 6.3 43.9
1171 BANDA ACEH 89.7 68.2 83.3 53.2 67.2 91.4 49.2 91.5 83.7 76.6 11.2 47.0
1172 SABANG 87.5 64.9 33.3 50.7 75.8 87.6 38.0 87.7 73.1 72.4 4.3 42.5
1173 LANGSA 96.4 61.4 50.0 52.7 59.6 85.1 45.1 85.3 83.3 71.7 6.7 43.7
1174 LHOKSEUMAWE 92.5 58.2 8.8 49.8 47.9 76.1 43.2 75.0 66.3 61.7 6.0 39.2
1175 SUBULUSSALAM 62.5 57.2 39.0 39.9 36.5 79.3 71.7 88.6 64.6 68.1 7.5 38.5
1201 NIAS 30.6 23.1 10.0 17.5 28.8 68.6 90.1 95.2 100.0 76.5 5.5 33.2
M
A

A
U

U
R

R
T
E

T
S

58
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1202 MANDAILING 63.9 48.5 40.0 37.5 38.1 80.6 71.6 78.7 85.1 70.8 8.7 39.0
NATAL
1203 TAPANULI SELATAN 76.8 45.0 34.3 40.5 60.9 89.3 82.4 90.0 84.2 81.4 7.7 43.2
1204 TAPANULI TENGAH 73.9 45.2 24.2 39.5 31.7 70.6 62.0 33.4 58.6 51.3 5.5 32.1
1205 TAPANULI UTARA 58.0 52.4 37.3 36.8 54.2 91.4 67.9 92.4 92.1 79.6 5.2 40.5
1206 TOBA SAMOSIR 79.8 63.6 57.0 48.0 73.4 84.8 49.1 59.0 82.4 69.7 4.9 40.9
1207 LABUHAN BATU 75.2 62.1 27.6 45.6 45.2 76.7 57.1 78.2 86.2 68.7 8.3 40.9
1208 ASAHAN 82.7 71.2 29.4 51.2 69.8 81.5 57.8 77.1 53.7 68.0 11.7 43.6
1209 SIMALUNGUN 74.0 71.9 23.5 48.4 70.2 85.5 58.0 79.7 78.0 74.3 9.0 43.9
1210 DAIRI 57.7 59.1 42.0 39.0 60.6 85.3 53.1 91.6 75.8 73.3 7.5 39.9
1211 KARO 82.4 70.2 36.8 50.8 76.2 75.1 38.4 82.4 56.4 65.7 9.0 41.8
1212 DELI SERDANG 88.6 72.4 34.0 53.6 73.4 73.7 49.6 50.3 49.1 59.2 21.4 44.8
1213 LANGKAT 83.3 57.9 14.1 46.7 52.3 80.5 52.4 61.5 63.4 62.0 14.6 41.1
1214 NIAS SELATAN 28.0 22.3 15.4 16.5 44.1 61.6 76.8 95.8 87.6 73.2 6.6 32.1
1215 HUMBANG 55.1 55.0 76.6 37.2 47.4 88.2 73.7 71.7 70.1 70.2 5.6 37.7
HASUNDUTAN
1216 PAKPAK BHARAT 58.9 59.4 36.5 39.4 39.9 82.5 85.0 90.6 93.2 78.3 4.3 40.6
1217 SAMOSIR 51.3 73.4 64.9 41.9 80.0 87.1 56.0 73.7 74.5 74.3 5.8 40.7
1218 SERDANG BEDAGAI 90.4 57.9 30.0 49.3 56.5 80.3 69.9 92.3 80.8 76.0 7.8 44.4
1219 BATU BARA 89.4 59.4 29.8 49.5 62.3 82.4 58.0 76.7 65.5 69.0 7.2 41.9
1220 PADANG LAWAS 48.6 35.2 12.9 27.6 29.6 84.4 80.1 93.5 88.3 75.2 7.1 36.6
UTARA
1221 PADANG LAWAS 80.9 42.1 21.1 40.8 53.8 85.1 73.8 90.3 92.9 79.2 7.6 42.5
1222 LABUHAN BATU 77.7 51.4 9.6 42.6 55.7 81.7 60.2 85.2 84.3 73.4 7.7 41.3
SELATAN
1223 LABUHAN BATU 75.6 44.8 21.1 39.9 63.7 78.8 64.6 84.8 64.4 71.3 7.9 39.7
UTARA
1224 NIAS UTARA 27.2 28.8 8.8 18.3 37.5 78.0 65.2 86.4 88.1 71.0 5.1 31.5

59
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1225 NIAS BARAT 19.3 42.3 6.7 20.1 21.8 78.6 86.1 95.5 96.2 75.6 4.1 33.3
1271 SIBOLGA 71.8 65.8 94.1 46.6 74.8 85.3 40.7 90.0 86.1 75.4 5.4 42.5
1272 TANJUNG BALAI 97.8 57.2 41.9 51.7 43.9 84.0 60.4 89.1 80.6 71.6 5.5 42.9
1273 PEMATANG 67.3 72.2 37.7 46.5 81.0 81.1 43.9 64.4 61.8 66.5 9.9 40.9
SIANTAR
1274 TEBING TINGGI 96.0 67.6 74.3 55.0 63.6 86.2 49.7 84.5 71.8 71.2 6.5 44.2
1275 MEDAN 76.7 68.2 38.4 48.3 63.2 84.0 49.4 78.7 74.9 70.0 42.3 53.6
1276 BINJAI 89.3 75.2 73.0 55.3 55.7 86.7 53.5 88.1 69.0 70.6 9.3 45.1
1277 PADANGSIDIMPUA 91.4 60.2 48.1 50.6 51.6 81.4 66.3 83.3 67.4 70.0 4.7 41.8
N
1278 KOTA 84.9 52.0 40.6 45.7 45.9 74.7 51.4 91.3 86.3 69.9 4.9 40.2
GUNUNGSITOLI
1301 KEPULAUAN 25.3 62.5 0.0 28.7 47.4 64.2 79.1 39.6 53.1 56.7 4.6 30.0
SUMATERA BARAT

MENTAWAI
1302 PESISIR SELATAN 85.4 69.5 34.1 51.6 66.9 79.9 57.0 69.5 62.2 67.1 8.1 42.2
1303 SOLOK 74.5 67.7 60.8 47.7 54.5 79.0 64.0 68.6 68.3 66.9 5.2 39.9
1304 SAWAHLUNTO/SIJ 74.8 77.0 71.0 51.0 53.0 82.6 59.9 90.5 76.9 72.6 3.4 42.3
UNJUNG
1305 TANAH DATAR 92.6 84.6 68.0 59.5 75.7 84.6 41.6 54.9 79.0 67.2 5.8 44.1
1306 PADANG 88.9 75.0 71.8 55.1 73.1 79.8 48.4 60.0 74.6 67.2 6.6 43.0
PARIAMAN
1307 AGAM 81.4 80.1 56.0 54.1 64.7 80.4 52.7 82.8 71.7 70.4 6.1 43.5
1308 LIMA PULUH KOTA 91.6 79.3 56.8 57.2 52.1 84.7 54.3 73.1 70.0 66.8 5.9 43.3
1309 PASAMAN 75.0 60.7 59.7 45.5 44.6 79.4 70.9 76.9 76.0 69.5 7.4 40.8
1310 SOLOK SELATAN 72.3 65.6 38.3 46.0 65.3 80.3 59.9 81.6 87.0 74.8 6.6 42.5
1311 DHARMAS RAYA 77.3 75.4 69.2 51.3 60.1 86.2 60.1 96.9 85.2 77.7 6.2 45.1
1312 PASAMAN BARAT 77.9 64.6 71.4 47.9 51.7 76.2 55.4 84.4 66.5 66.8 8.8 41.2
1371 PADANG 88.8 73.5 50.0 54.2 67.9 84.8 52.5 75.2 84.8 73.0 15.9 47.7
1372 SOLOK 91.2 82.9 84.6 58.6 80.4 89.6 61.6 92.5 91.2 83.1 5.9 49.2

60
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1373 SAWAH LUNTO 91.8 86.4 100.0 60.2 80.1 81.9 44.8 78.8 76.0 72.3 5.3 45.9
1374 PADANG PANJANG 96.8 84.7 68.7 60.9 65.7 83.5 11.2 72.6 60.8 58.8 5.8 41.8
1375 BUKITTINGGI 94.9 77.7 83.3 58.2 86.0 80.6 57.4 57.6 71.4 70.6 6.0 44.9
1376 PAYAKUMBUH 94.9 76.0 100.0 57.8 80.3 82.0 44.4 79.2 77.7 72.7 5.4 45.3
1377 PARIAMAN 98.4 82.1 90.1 60.9 80.4 80.1 37.9 51.2 54.0 60.7 4.1 41.9
1401 KUANTAN 86.2 67.6 39.3 51.3 70.6 79.0 66.1 62.9 67.5 69.2 2.1 40.9
RIAU

SINGINGI
1402 INDRAGIRI HULU 72.3 66.2 61.3 46.5 62.1 83.0 57.5 73.4 75.7 70.3 11.2 42.7
1403 INDRAGIRI HILIR 37.9 47.8 20.3 28.3 51.1 84.2 60.0 84.8 74.4 70.9 13.3 37.5
1404 PELALAWAN 67.7 51.7 33.1 39.7 71.5 90.2 72.0 88.9 77.4 80.0 14.0 44.6
1405 SIAK 76.2 72.5 31.3 49.5 78.5 85.6 64.5 73.2 60.4 72.5 12.5 44.8
1406 KAMPAR 69.2 70.1 42.0 46.5 59.9 84.9 60.6 77.4 78.9 72.3 11.3 43.4
1407 ROKAN HULU 77.5 58.0 41.4 45.2 58.3 79.6 54.7 71.9 71.5 67.2 10.9 41.1
1408 BENGKALIS 71.5 72.3 31.0 47.8 69.2 84.3 38.1 64.0 80.5 67.2 34.3 49.8
1409 ROKAN HILIR 66.9 57.7 28.3 41.4 51.0 84.9 64.2 85.2 79.2 72.9 9.3 41.2
1410 KEPULAUAN 56.5 62.8 36.9 39.7 63.1 82.8 58.5 83.3 81.0 73.7 10.0 41.1
MERANTI
1471 PEKANBARU 79.9 71.6 22.9 50.2 84.0 89.2 52.1 85.4 77.4 77.6 24.8 50.9
1473 DUMAI 88.5 67.7 39.4 52.0 89.8 85.1 54.4 86.5 86.8 80.5 8.3 47.0
1501 KERINCI 91.9 62.8 16.0 51.3 49.3 85.3 60.5 97.4 77.9 74.1 6.0 43.8
JAMBI

1502 MERANGIN 68.9 53.0 35.8 40.6 63.6 84.5 71.8 96.8 95.7 82.5 3.4 42.2
1503 SAROLANGUN 76.1 67.6 41.1 47.9 89.2 93.9 90.6 100.0 99.9 94.7 9.9 50.8
1504 BATANG HARI 66.4 59.4 12.1 41.5 52.4 86.7 56.4 92.2 83.9 74.3 4.5 40.1
1505 MUARO JAMBI 78.4 71.4 27.7 49.8 83.6 93.8 75.7 97.2 78.2 85.7 8.5 48.0
1506 TANJUNG JABUNG 57.9 50.3 36.6 36.0 49.3 93.2 81.8 99.2 91.6 83.0 5.4 41.5
TIMUR
1507 TANJUNG JABUNG 44.2 57.1 37.3 33.7 41.6 84.9 67.9 85.3 84.4 72.8 12.6 39.7
BARAT

61
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1508 TEBO 70.4 66.9 26.8 45.6 61.1 91.8 75.3 96.3 95.2 83.9 6.8 45.4
1509 BUNGO 86.8 54.4 51.0 47.2 82.6 83.0 70.8 86.9 52.9 75.2 6.1 42.9
1571 JAMBI 87.1 75.5 75.8 54.7 75.5 91.6 53.0 94.5 85.6 80.0 14.5 49.7
1572 KOTA SUNGAI 95.6 79.7 44.9 58.5 57.1 80.7 43.2 94.6 89.0 72.9 4.4 45.3
PENUH
1601 OGAN KOMERING 81.6 67.8 55.4 50.0 63.3 87.7 59.5 85.6 78.6 74.9 8.9 44.6
SUMATERA SELATAN

ULU
1602 OGAN KOMERING 51.6 65.0 26.0 38.7 67.2 85.8 70.0 95.6 83.1 80.3 15.9 45.0
ILIR
1603 MUARA ENIM 79.8 55.5 39.6 45.1 57.6 53.3 64.4 80.4 68.1 64.8 21.4 43.8
1604 LAHAT 91.5 65.9 70.3 52.9 51.6 83.8 59.1 98.0 96.3 77.8 14.4 48.3
1605 MUSI RAWAS 76.5 66.8 51.8 47.9 56.5 83.0 71.6 89.6 86.5 77.4 13.4 46.3
1606 MUSI BANYUASIN 50.7 51.9 27.2 34.0 66.9 86.7 68.0 91.8 77.6 78.2 30.6 47.6
1607 BANYU ASIN 55.0 65.7 22.0 40.0 63.0 85.7 69.2 92.3 88.5 79.7 15.5 45.1
1608 OGAN KOMERING 55.6 44.2 22.4 33.0 76.1 90.8 78.6 94.8 76.1 83.3 8.4 41.6
ULU SELATAN
1609 OGAN KOMERING 83.3 69.1 47.3 50.9 64.9 91.6 69.1 95.4 84.3 81.1 8.3 46.8
ULU TIMUR
1610 OGAN ILIR 80.3 61.2 49.4 47.3 39.5 87.9 69.6 84.2 84.5 73.2 9.3 43.3
1611 EMPAT LAWANG 95.6 51.7 35.3 49.0 57.1 79.0 79.3 77.1 61.3 70.8 6.6 42.1
1612 PENUKAL ABAB 75.7 66.2 39.4 47.3 47.7 69.8 54.3 81.9 60.5 62.8 10.1 40.1
LEMATANG ILIR
1613 MUSI RAWAS 67.8 53.4 42.7 40.4 49.5 70.9 65.0 43.7 56.6 57.2 9.6 35.7
UTARA
1671 PALEMBANG 89.4 74.7 44.9 54.8 72.3 88.2 46.1 91.7 76.5 74.9 30.9 53.5
1672 PRABUMULIH 92.1 75.3 83.8 56.4 78.4 81.7 58.0 71.7 72.6 72.5 8.9 45.9
1673 PAGAR ALAM 98.4 80.1 0.0 59.0 73.9 83.7 57.3 85.2 77.0 75.4 9.2 47.9
1674 LUBUKLINGGAU 95.3 63.7 75.0 53.5 63.1 81.1 60.1 94.7 94.3 78.6 8.0 46.7
1701 BENGKULU 96.3 71.8 85.4 56.7 66.3 80.7 63.9 89.6 83.9 76.9 5.4 46.3
N
G
BE

K
U

U
L

SELATAN

62
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1702 REJANG LEBONG 92.2 70.9 78.2 54.9 80.3 62.7 67.2 86.2 82.1 75.7 5.0 45.2
1703 BENGKULU UTARA 82.6 66.7 47.7 49.9 70.7 72.2 51.4 89.9 54.2 67.7 6.4 41.3
1704 KAUR 76.7 54.9 53.8 44.1 64.7 91.5 69.0 94.3 85.8 81.1 6.4 43.8
1705 SELUMA 75.3 63.9 38.1 46.4 57.7 69.7 69.8 76.0 84.7 71.6 4.5 40.8
1706 MUKOMUKO 65.6 70.8 59.2 45.7 55.6 87.8 64.6 98.3 86.7 78.6 6.3 43.5
1707 LEBONG 89.9 52.8 85.6 48.2 82.3 84.0 64.9 95.4 85.4 82.4 4.3 45.0
1708 KEPAHIANG 85.5 66.4 41.0 50.6 66.5 80.6 55.0 60.2 61.8 64.8 4.0 39.8
1709 BENGKULU 60.7 64.6 65.0 42.1 79.1 59.9 43.9 52.5 50.2 57.1 5.1 34.8
TENGAH
1771 BENGKULU 88.5 70.7 68.7 53.4 90.8 78.1 54.3 86.8 69.7 76.0 10.5 46.6
1801 LAMPUNG BARAT 63.5 61.6 61.0 42.0 69.8 82.1 61.0 82.2 74.7 74.0 6.2 40.7
LAMPUNG

1802 TANGGAMUS 86.1 75.7 35.4 53.9 64.4 87.4 73.8 86.4 62.2 74.8 2.7 43.8
1803 LAMPUNG SELATAN 92.1 77.4 36.2 56.5 70.9 91.8 71.9 94.0 72.8 80.3 10.8 49.2
1804 LAMPUNG TIMUR 91.9 82.1 40.9 58.0 74.4 83.4 55.4 95.2 65.3 74.7 3.4 45.4
1805 LAMPUNG TENGAH 77.6 77.7 51.0 51.9 75.2 91.7 65.8 97.1 86.6 83.3 11.4 48.9
1806 LAMPUNG UTARA 74.2 70.7 45.3 48.4 71.7 80.8 60.5 69.9 68.2 70.2 7.0 41.8
1807 WAY KANAN 73.6 69.0 49.3 47.7 55.0 86.7 61.4 83.3 60.1 69.3 7.2 41.4
1808 TULANGBAWANG 58.8 64.7 43.0 41.2 62.9 90.9 73.0 93.6 93.6 82.8 8.0 44.0
1809 PESAWARAN 80.7 76.2 37.2 52.3 62.5 81.6 65.4 84.1 89.1 76.5 6.0 44.9
1810 PRINGSEWU 90.5 83.7 53.4 58.3 71.4 92.7 68.2 83.5 79.1 79.0 5.6 47.6
1811 MESUJI 72.1 57.0 46.7 43.1 67.7 79.1 63.1 82.4 54.7 69.4 6.6 39.7
1812 TULANGBAWANG 84.8 66.6 25.2 50.3 64.1 92.6 72.6 97.0 89.7 83.2 6.2 46.5
BARAT
1813 PESISIR BARAT 61.3 51.9 31.4 37.6 80.2 78.1 75.1 90.6 63.5 77.5 6.2 40.4
1871 BANDAR LAMPUNG 93.2 82.9 52.4 58.9 72.4 83.5 51.0 91.1 87.7 77.1 18.9 51.6
1872 METRO 86.5 84.5 100.0 57.8 92.3 89.4 48.5 92.8 76.0 79.8 6.9 48.2

63
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

1901 BANGKA 95.0 73.5 79.0 56.7 75.2 88.5 46.3 85.2 75.2 74.1 8.8 46.5
KEP BANGKA BELITUNG

1902 BELITUNG 86.1 74.4 51.0 53.7 76.9 92.5 48.1 87.8 86.7 78.4 7.8 46.6
1903 BANGKA BARAT 76.1 75.1 87.5 51.1 53.6 88.8 56.0 73.9 82.3 70.9 5.8 42.6
1904 BANGKA TENGAH 98.5 67.2 88.9 55.9 68.2 89.9 49.0 81.6 79.3 73.6 6.0 45.1
1905 BANGKA SELATAN 69.1 57.9 58.5 42.6 68.5 82.8 58.4 67.5 76.9 70.8 5.6 39.7
1906 BELITUNG TIMUR 83.9 80.0 82.1 55.2 91.2 87.7 45.3 68.5 79.7 74.5 7.3 45.7
1971 PANGKAL PINANG 94.7 64.2 71.4 53.4 87.7 89.4 30.9 83.9 74.8 73.3 7.2 44.6
2101 KARIMUN 56.8 73.7 49.3 43.6 64.9 81.0 26.8 78.0 69.8 64.1 10.7 39.5
KEPULAUAN RIAU

2102 BINTAN 72.2 77.9 35.3 50.0 76.4 92.4 48.6 95.3 80.7 78.7 9.1 45.9
2103 NATUNA 47.0 62.3 69.7 36.9 76.0 84.8 33.2 59.2 69.3 64.5 12.7 38.0
2104 LINGGA 60.4 68.8 31.7 43.0 65.1 90.0 50.2 90.0 83.1 75.7 6.9 41.8
2105 KEPULAUAN 46.2 63.3 31.5 36.4 73.1 87.7 32.7 86.8 67.1 69.5 9.7 38.5
ANAMBAS
2171 BATAM 66.3 77.3 21.9 47.6 80.9 90.0 57.9 91.7 78.5 79.8 31.9 53.1
2172 TANJUNG PINANG 91.8 75.8 77.8 56.4 81.1 87.0 43.0 82.8 68.2 72.4 8.1 45.6
3101 KEPULAUAN SERIBU 0.0 83.7 66.7 28.3 70.4 71.8 19.4 55.2 37.1 50.8 * *
DKI
JAKARTA

3171 JAKARTA SELATAN 69.3 87.7 60.0 52.6 88.8 82.6 30.2 85.6 71.2 71.7 * *
3172 JAKARTA TIMUR 70.2 85.5 49.2 52.0 79.3 86.8 35.6 89.5 78.7 74.0 * *
3173 JAKARTA PUSAT 71.8 88.5 63.6 53.8 75.6 78.3 22.6 79.7 68.0 64.9 * *
3174 JAKARTA BARAT 76.9 86.4 75.0 54.9 90.0 75.8 40.4 71.1 57.4 66.9 * *
3175 JAKARTA UTARA 63.9 82.7 9.7 48.5 79.3 80.9 29.4 77.1 74.2 68.2 * *
3201 BOGOR 88.5 81.7 46.7 56.8 65.8 71.2 52.4 66.7 69.1 65.1 60.2 60.7
JAWA BARAT

3202 SUKABUMI 77.1 83.0 22.8 53.1 60.4 81.8 69.9 94.6 88.6 79.1 30.2 54.1
3203 CIANJUR 70.0 76.8 16.4 48.6 69.8 76.4 70.0 84.1 85.8 77.2 25.2 50.4
3204 BANDUNG 94.2 90.6 50.4 61.8 65.5 74.1 48.9 57.7 62.6 61.7 35.4 53.0
3205 GARUT 76.8 79.4 25.1 51.9 64.8 62.8 41.9 51.3 69.5 58.0 29.3 46.4
3206 TASIKMALAYA 81.0 83.9 35.0 54.9 64.7 77.8 55.7 75.2 76.5 70.0 23.9 49.6
3207 CIAMIS 87.8 88.3 43.4 58.7 73.0 79.2 52.7 90.2 77.3 74.5 18.9 50.7

64
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

3208 KUNINGAN 95.8 85.1 67.3 60.7 66.5 77.1 48.3 81.5 82.9 71.3 12.5 48.1
3209 CIREBON 98.8 87.7 55.2 62.4 60.9 83.4 69.6 90.2 88.0 78.4 22.3 54.4
3210 MAJALENGKA 94.7 81.8 33.2 58.7 59.8 78.4 54.8 73.5 74.8 68.2 16.1 47.7
3211 SUMEDANG 90.0 89.9 31.8 59.9 77.7 75.0 23.7 59.7 54.9 58.2 15.6 44.6
3212 INDRAMAYU 92.0 83.9 30.9 58.5 64.3 73.9 59.0 75.9 67.4 68.1 17.7 48.1
3213 SUBANG 93.0 75.6 37.2 56.2 71.5 79.4 53.1 83.2 87.5 74.9 9.8 47.0
3214 PURWAKARTA 91.7 76.7 21.4 55.9 56.9 82.4 55.0 90.7 78.4 72.7 17.1 48.6
3215 KARAWANG 93.6 85.6 20.1 59.5 62.7 81.5 58.6 86.5 83.2 74.5 31.0 55.0
3216 BEKASI 85.9 79.9 31.0 55.1 72.6 73.7 50.6 61.6 66.7 65.0 52.9 57.7
3217 BANDUNG BARAT 82.4 78.4 44.8 53.7 62.8 80.8 52.8 80.0 82.4 71.8 19.9 48.5
3218 PANGANDARAN 59.6 80.8 45.2 46.9 64.9 78.1 45.6 85.6 78.5 70.5 6.9 41.5
3271 BOGOR 83.6 80.8 72.1 55.3 74.2 80.4 30.8 86.6 74.5 69.3 23.9 49.5
3272 SUKABUMI 89.1 83.4 69.7 57.9 68.1 82.4 40.4 90.4 61.6 68.6 12.7 46.4
3273 BANDUNG 90.0 87.7 84.8 59.9 82.9 75.7 35.5 75.2 68.0 67.4 73.6 67.0
3274 CIREBON 78.6 87.6 100.0 56.2 63.8 84.1 44.5 81.5 90.2 72.8 13.3 47.5
3275 BEKASI 69.1 87.7 53.6 52.4 95.4 85.6 36.7 82.3 79.0 75.8 50.8 59.7
3276 DEPOK 83.2 85.4 90.5 56.9 80.2 82.7 36.2 81.7 68.4 69.8 31.9 52.9
3277 CIMAHI 87.2 86.8 100.0 58.8 80.8 79.6 30.2 67.7 61.9 64.0 12.0 44.9
3278 TASIKMALAYA 84.2 88.0 73.9 57.9 77.5 74.5 46.2 60.1 74.4 66.5 16.9 47.1
3279 BANJAR 92.6 88.1 16.0 59.9 66.2 81.4 53.0 94.9 86.3 76.4 7.2 47.8
3301 CILACAP 87.7 93.3 46.5 60.4 65.6 79.4 53.7 85.8 69.6 70.8 16.9 49.4
JAWA TENGAH

3302 BANYUMAS 95.6 99.1 82.2 65.5 69.2 82.0 56.7 80.7 75.0 72.7 22.5 53.6
3303 PURBALINGGA 98.6 95.1 93.3 65.3 72.6 80.9 55.9 78.9 80.0 73.7 10.9 49.9
3304 BANJARNEGARA 93.2 96.6 67.6 63.6 79.4 85.9 61.4 79.3 77.4 76.7 12.0 50.8
3305 KEBUMEN 98.0 94.5 53.5 64.4 47.2 84.5 62.7 94.8 69.8 71.8 15.9 50.7

65
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

3306 PURWOREJO 99.4 86.8 96.8 62.8 82.8 88.3 63.7 88.9 82.3 81.2 12.5 52.2
3307 WONOSOBO 95.7 92.1 84.5 63.2 66.5 82.1 63.8 78.7 70.2 72.3 11.0 48.8
3308 MAGELANG 100.0 91.8 53.2 64.1 69.9 84.8 50.2 86.9 62.8 70.9 13.8 49.6
3309 BOYOLALI 93.3 91.0 50.2 61.6 68.3 83.3 49.7 87.6 80.5 73.9 11.8 49.1
3310 KLATEN 99.2 97.9 72.1 66.1 65.4 82.4 30.2 83.7 77.4 67.8 11.7 48.5
3311 SUKOHARJO 96.5 89.8 66.5 62.5 66.6 81.5 41.0 84.4 58.7 66.4 13.2 47.4
3312 WONOGIRI 99.1 92.8 28.9 63.8 67.7 86.9 50.0 91.5 85.7 76.4 9.2 49.8
3313 KARANGANYAR 94.4 97.1 69.5 64.2 69.8 88.8 45.7 87.3 71.5 72.6 15.3 50.7
3314 SRAGEN 92.8 90.6 71.6 61.6 60.0 85.8 49.4 87.9 79.5 72.6 13.7 49.3
3315 GROBOGAN 96.8 88.2 32.1 61.6 41.2 86.7 60.8 92.8 89.8 74.3 18.1 51.3
3316 BLORA 97.5 88.9 70.8 62.5 65.3 82.8 62.6 87.0 64.3 72.4 11.2 48.7
3317 REMBANG 97.9 84.8 55.1 61.1 77.2 80.5 55.8 85.6 57.8 71.4 7.5 46.7
3318 PATI 99.4 85.6 34.5 61.6 48.0 81.7 45.9 84.8 58.9 63.9 17.9 47.8
3319 KUDUS 93.9 86.5 39.4 60.1 70.3 84.5 49.0 89.7 73.8 73.5 13.7 49.1
3320 JEPARA 93.2 86.9 52.3 60.2 56.4 74.6 45.5 77.3 75.1 65.8 18.2 48.1
3321 DEMAK 97.7 87.9 31.3 61.7 67.5 74.0 50.6 84.8 57.4 66.9 14.6 47.7
3322 SEMARANG 96.3 93.4 69.4 63.6 80.3 88.1 51.1 90.7 71.3 76.3 9.4 49.8
3323 TEMANGGUNG 99.9 94.9 36.3 64.9 71.4 84.6 61.0 74.8 77.7 73.9 12.9 50.6
3324 KENDAL 96.3 82.7 39.9 59.7 75.6 89.0 56.3 90.9 76.2 77.6 12.4 49.9
3325 BATANG 99.5 85.1 22.6 61.3 72.0 75.9 62.6 82.0 50.8 68.7 9.3 46.4
3326 PEKALONGAN 90.0 79.9 35.8 56.6 62.0 83.7 67.8 85.4 74.1 74.6 10.0 47.0
3327 PEMALANG 93.9 81.6 35.6 58.4 62.5 82.8 60.8 91.1 87.4 76.9 13.3 49.5
3328 TEGAL 95.9 85.6 46.0 60.6 59.9 68.2 52.8 78.0 65.6 64.9 13.6 46.4
3329 BREBES 95.8 84.7 45.5 60.2 47.1 78.2 62.2 92.8 81.8 72.4 20.3 51.0
3371 MAGELANG 86.3 95.7 5.9 60.2 72.6 87.5 22.2 87.6 89.8 72.0 9.2 47.1

66
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

3372 SURAKARTA 86.0 90.2 74.5 59.2 54.3 84.8 26.5 87.0 72.9 65.1 17.4 47.2
3373 SALATIGA 90.1 91.7 73.9 61.1 71.5 88.9 33.1 85.3 58.5 67.5 9.5 46.0
3374 SEMARANG 93.5 92.3 22.6 61.7 73.4 82.0 41.3 87.8 68.6 70.6 54.7 62.4
3375 PEKALONGAN 82.3 84.1 51.9 55.6 56.1 76.8 54.3 82.6 65.7 67.1 9.8 44.2
3376 TEGAL 80.8 83.7 92.6 55.5 71.1 75.8 44.1 79.2 57.0 65.4 12.3 44.4
3401 KULON PROGO 94.3 100.0 70.5 65.2 76.3 84.1 40.4 86.0 75.5 72.5 8.6 48.8
DI
YOGYAKARTA

3402 BANTUL 80.0 96.9 64.0 59.3 77.0 79.9 34.7 80.2 71.3 68.6 14.2 47.4
3403 GUNUNG KIDUL 93.4 98.2 72.2 64.3 56.4 78.6 51.4 73.6 66.6 65.3 9.0 46.2
3404 SLEMAN 85.3 96.3 74.4 61.0 88.1 89.1 35.5 88.8 66.0 73.5 17.4 50.6
3471 YOGYAKARTA 86.8 97.4 35.6 61.3 84.4 78.8 20.9 81.3 64.1 65.9 14.8 47.3
3501 PACITAN 87.3 90.5 43.9 59.3 78.5 89.3 65.7 91.0 78.3 80.5 5.0 48.3
JAWA TIMUR

3502 PONOROGO 95.4 91.7 63.2 62.7 70.3 91.7 57.5 95.1 81.1 79.1 11.4 51.1
3503 TRENGGALEK 83.1 90.0 63.7 58.0 61.0 87.7 62.7 93.1 89.0 78.7 11.2 49.3
3504 TULUNGAGUNG 95.7 88.3 45.8 61.4 77.7 88.7 52.6 94.7 84.5 79.6 19.5 53.5
3505 BLITAR 95.9 92.4 80.6 63.3 69.9 88.1 42.5 82.5 71.7 70.9 16.1 50.1
3506 KEDIRI 98.9 94.7 79.4 65.1 69.8 87.1 43.7 90.5 73.1 72.8 16.6 51.5
3507 MALANG 93.1 91.6 72.3 62.0 63.1 82.7 44.2 70.5 65.6 65.2 24.2 50.5
3508 LUMAJANG 88.4 79.1 53.2 56.0 60.2 83.3 47.3 85.3 63.7 67.9 14.5 46.2
3509 JEMBER 88.6 85.3 42.3 58.0 47.1 78.2 56.9 74.6 70.2 65.4 24.0 49.1
3510 BANYUWANGI 90.5 89.4 50.7 60.1 62.0 80.7 50.3 77.6 76.9 69.5 25.5 51.7
3511 BONDOWOSO 90.5 74.1 71.7 55.3 54.0 79.9 64.1 84.0 68.7 70.1 16.8 47.4
3512 SITUBONDO 86.4 75.1 32.4 53.7 65.7 69.3 50.1 76.8 56.2 63.6 10.4 42.6
3513 PROBOLINGGO 93.4 83.5 55.2 59.2 49.2 71.6 53.5 80.0 65.5 64.0 15.4 46.2
3514 PASURUAN 96.4 83.0 46.3 59.9 49.7 82.3 60.8 88.8 80.1 72.3 21.3 51.2
3515 SIDOARJO 95.1 92.4 77.9 63.0 72.2 84.1 38.9 85.6 72.9 70.7 31.2 55.0

67
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

3516 MOJOKERTO 96.5 93.1 53.6 63.4 64.4 88.4 44.0 92.4 64.6 70.8 16.3 50.1
3517 JOMBANG 96.8 96.8 78.1 65.1 74.2 85.3 41.8 96.4 79.7 75.5 16.1 52.2
3518 NGANJUK 96.9 93.9 45.4 63.7 67.3 86.2 44.7 84.8 85.3 73.7 13.7 50.3
3519 MADIUN 97.3 92.9 68.4 63.8 69.9 90.0 51.9 86.3 80.7 75.7 10.8 50.1
3520 MAGETAN 96.6 95.2 77.4 64.4 74.3 86.9 49.0 91.3 72.4 74.8 10.0 49.7
3521 NGAWI 93.2 92.2 63.1 62.1 53.3 84.2 46.5 88.5 68.4 68.2 12.6 47.6
3522 BOJONEGORO 96.6 88.9 59.1 62.1 59.8 84.9 54.1 85.7 69.5 70.8 26.4 53.1
3523 TUBAN 98.8 85.4 43.3 61.5 64.7 85.6 64.1 89.7 82.3 77.3 16.7 51.8
3524 LAMONGAN 95.5 88.6 46.4 61.5 58.1 86.1 50.0 89.6 66.6 70.1 21.9 51.1
3525 GRESIK 95.8 91.8 48.9 62.7 70.5 83.3 26.1 73.9 56.2 62.0 24.7 49.8
3526 BANGKALAN 80.2 69.9 31.0 49.9 38.9 86.7 67.2 98.2 92.9 76.8 7.8 44.8
3527 SAMPANG 85.3 61.9 19.4 48.8 37.3 83.6 77.6 91.6 61.3 70.3 13.7 44.3
3528 PAMEKASAN 93.7 61.5 28.0 51.6 38.6 77.7 70.5 87.8 88.9 72.7 13.5 45.9
3529 SUMENEP 79.3 62.2 44.0 47.2 62.1 83.2 81.1 97.8 94.0 83.6 12.1 47.6
3571 KEDIRI 92.1 90.3 50.0 61.0 70.8 96.4 36.7 92.8 83.7 76.1 10.2 49.1
3572 BLITAR 88.4 93.1 71.4 60.9 78.8 84.9 38.2 80.5 58.7 68.2 9.5 46.2
3573 MALANG 84.5 90.6 94.7 59.1 81.2 77.1 25.7 67.3 47.7 59.8 18.6 45.8
3574 PROBOLINGGO 97.1 78.0 20.7 58.1 56.8 80.8 28.4 86.0 68.2 64.0 9.4 43.8
3575 PASURUAN 98.2 83.1 91.2 61.2 57.6 81.4 37.0 92.9 83.9 70.6 7.5 46.4
3576 MOJOKERTO 81.0 91.7 72.2 58.0 80.2 82.1 19.4 67.7 55.4 61.0 9.3 42.8
3577 MADIUN 87.8 91.9 96.3 60.7 67.0 90.0 22.7 88.5 58.1 65.2 9.1 45.0
3578 SURABAYA 83.7 91.8 74.7 59.0 72.9 82.7 33.5 89.6 72.9 70.3 100.0 76.4
3579 BATU 85.9 84.5 70.8 57.2 71.0 90.3 45.8 93.4 89.5 78.0 9.5 48.2
3601 PANDEGLANG 64.8 58.4 22.4 40.8 45.0 79.5 71.3 70.3 68.6 66.9 13.6 40.5
TEN
BAN

3602 LEBAK 61.1 54.9 16.8 38.4 51.7 73.1 68.9 71.3 73.9 67.8 21.6 42.6

68
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

3603 TANGERANG 90.0 74.0 52.6 54.8 74.8 71.8 53.9 63.4 65.2 65.8 71.7 64.1
3604 SERANG 89.1 58.4 24.8 49.0 61.9 75.7 66.4 90.9 81.3 75.2 20.8 48.3
3671 TANGERANG 81.5 84.0 69.2 55.6 78.7 77.6 43.7 78.1 55.9 66.8 45.7 56.0
3672 CILEGON 96.5 75.0 72.1 57.6 72.3 82.0 48.5 80.4 52.2 67.1 22.6 49.1
3673 SERANG 91.2 62.4 38.8 51.2 72.2 73.6 49.3 75.3 73.3 68.7 13.1 44.3
3674 KOTA TANGERANG 61.0 77.9 74.1 46.8 93.3 73.1 25.6 66.4 66.8 65.0 39.5 50.4
SELATAN
5101 JEMBRANA 91.3 77.6 70.6 56.7 68.4 79.7 47.2 73.5 61.3 66.0 9.2 44.0
BALI

5102 TABANAN 96.0 91.3 63.9 62.8 100.0 85.1 44.1 87.1 64.3 76.1 12.4 50.4
5103 BADUNG 96.2 91.3 25.8 62.3 70.0 89.0 53.3 96.8 86.7 79.1 65.9 69.1
5104 GIANYAR 91.4 89.7 21.4 60.1 95.5 86.2 47.8 89.3 77.2 79.2 14.4 51.2
5105 KLUNGKUNG 94.7 83.9 72.9 60.0 91.8 85.1 40.3 90.3 61.4 73.8 8.1 47.3
5106 BANGLI 96.9 83.8 18.1 60.0 48.7 83.5 44.8 75.3 82.6 67.0 6.2 44.4
5107 KARANG ASEM 96.5 89.2 5.1 61.4 68.7 74.9 53.7 80.2 81.0 71.7 11.0 48.0
5108 BULELENG 96.6 80.8 37.8 59.1 82.5 78.5 50.5 61.9 73.0 69.3 17.0 48.5
5171 DENPASAR 86.0 83.1 39.5 56.4 84.4 88.1 55.5 90.0 70.2 77.7 23.3 52.5
5201 LOMBOK BARAT 97.5 80.4 50.0 59.5 43.4 75.1 65.1 68.6 79.1 66.3 9.9 45.2
NTB

5202 LOMBOK TENGAH 87.5 67.0 17.3 51.2 55.6 77.3 72.8 84.7 83.4 74.8 9.8 45.3
5203 LOMBOK TIMUR 92.0 75.4 15.0 55.5 33.0 78.4 66.7 64.2 74.7 63.4 11.2 43.3
5204 SUMBAWA 66.4 78.7 22.9 48.1 54.3 73.0 62.9 57.9 65.7 62.8 3.7 38.2
5205 DOMPU 72.1 54.8 21.0 42.1 44.2 68.1 64.1 63.3 70.0 61.9 6.1 36.7
5206 BIMA 69.0 59.7 32.8 42.8 46.3 76.2 67.3 79.3 71.7 68.2 0.8 37.3
5207 SUMBAWA BARAT 81.2 69.6 20.0 50.0 68.3 83.7 62.9 66.8 82.3 72.8 15.7 46.2
5208 LOMBOK UTARA 83.7 78.8 12.1 53.8 57.8 83.0 71.3 76.6 66.0 71.0 6.6 43.8
5271 MATARAM 84.8 81.9 40.0 55.5 72.8 80.9 50.0 74.0 68.6 69.3 12.2 45.7
5272 BIMA 94.2 66.1 24.4 53.2 43.1 86.8 62.3 86.9 70.9 70.0 5.1 42.8

69
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

5301 SUMBA BARAT 46.0 63.4 2.7 36.0 32.7 79.5 89.3 88.0 85.5 75.0 4.3 38.4
NUSA TENGGARA TIMUR

5302 SUMBA TIMUR 30.6 74.2 4.5 34.5 41.1 72.2 82.8 87.6 64.7 69.7 6.9 37.0
5303 KUPANG 55.6 64.7 10.7 39.7 25.6 62.1 75.6 20.6 59.4 48.7 6.1 31.5
5304 TIMOR TENGAH 40.4 59.6 7.2 32.9 0.0 65.8 89.6 47.4 47.7 50.1 5.1 29.4
SELATAN
5305 TIMOR TENGAH 84.8 74.7 9.3 52.7 16.7 83.1 77.6 78.1 79.6 67.0 5.2 41.6
UTARA
5306 BELU 57.7 68.8 7.4 41.7 28.0 87.9 90.5 95.6 68.8 74.2 5.8 40.6
5307 ALOR 37.6 52.9 10.9 29.8 32.1 82.6 89.0 82.1 79.1 73.0 4.1 35.6
5308 LEMBATA 51.3 78.3 25.2 43.0 27.4 88.1 74.7 77.5 84.3 70.4 4.2 39.2
5309 FLORES TIMUR 58.9 81.5 32.0 46.7 24.8 85.3 69.6 67.7 81.8 65.9 5.0 39.2
5310 SIKKA 71.4 83.0 17.5 51.2 48.3 89.3 61.3 78.6 74.8 70.5 5.3 42.3
5311 ENDE 56.2 65.9 1.8 40.2 49.3 84.9 78.2 94.8 77.1 76.9 4.9 40.6
5312 NGADA 76.2 83.6 13.2 52.9 54.6 79.2 70.0 65.3 74.4 68.7 4.8 42.1
5313 MANGGARAI 39.0 73.2 33.9 37.3 42.8 71.4 75.4 54.8 65.6 62.0 6.7 35.3
5314 ROTE NDAO 31.9 60.1 39.5 30.7 21.1 79.9 80.8 47.0 30.9 51.9 5.0 29.2
5315 MANGGARAI 29.4 69.0 14.2 32.4 43.4 79.6 76.0 83.7 62.3 69.0 3.0 34.8
BARAT
5316 SUMBA TENGAH 45.8 70.8 3.1 38.4 21.4 59.6 84.9 68.9 57.2 58.4 4.7 33.8
5317 SUMBA BARAT 66.9 50.8 3.4 38.8 42.6 76.7 98.8 88.3 68.3 75.0 4.2 39.3
DAYA
5318 NAGEKEO 72.4 77.7 30.1 49.9 49.6 78.6 78.1 84.4 61.1 70.4 4.6 41.6
5319 MANGGARAI 19.7 51.4 11.4 23.3 26.4 61.4 86.8 41.3 90.3 61.2 6.0 30.2
TIMUR
5320 SABU RAIJUA 44.6 47.8 14.3 30.5 5.8 83.8 88.9 85.8 72.7 67.4 4.4 34.1
5321 MALAKA 43.5 67.3 11.8 36.6 20.5 83.1 87.4 90.6 87.0 73.7 3.6 38.0
5371 KUPANG 89.1 76.0 25.5 54.8 74.2 79.8 59.9 67.2 70.6 70.3 7.1 44.1
6101 SAMBAS 81.2 66.0 53.4 49.2 64.5 78.3 57.9 79.6 63.3 68.7 10.0 42.6
M
A

A
N

A
N

A
K

R
B
T

T
I
L

70
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

6102 BENGKAYANG 60.8 68.8 37.1 43.2 70.9 66.7 58.7 77.0 74.1 69.5 8.3 40.3
6103 LANDAK 45.5 69.1 21.8 37.9 54.1 72.0 76.2 80.3 70.0 70.5 14.6 41.0
6104 PONTIANAK 83.9 56.1 46.3 46.8 70.6 84.9 58.9 88.0 77.5 76.0 4.7 42.5
6105 SANGGAU 54.3 60.2 19.5 37.9 76.9 71.1 68.4 63.8 67.4 69.5 9.7 39.0
6106 KETAPANG 31.2 55.3 8.8 28.4 57.9 82.8 66.9 80.9 83.4 74.4 15.9 39.6
6107 SINTANG 27.7 64.2 13.0 30.3 70.7 87.7 65.4 97.6 90.1 82.3 13.0 41.9
6108 KAPUAS HULU 37.6 55.8 48.9 31.3 58.6 80.5 50.2 77.4 71.8 67.7 16.4 38.4
6109 SEKADAU 48.4 58.7 8.0 35.3 75.2 83.1 75.6 86.5 70.9 78.2 7.5 40.3
6110 MELAWI 34.9 47.5 11.2 27.1 52.7 78.6 68.3 88.0 86.9 74.9 8.8 36.9
6111 KAYONG UTARA 68.4 54.3 18.6 40.6 67.6 79.6 72.2 83.9 68.3 74.3 6.4 40.5
6112 KUBU RAYA 41.1 55.5 17.9 31.9 84.0 84.2 66.6 75.8 75.4 77.2 12.1 40.4
6171 PONTIANAK 82.4 73.3 6.9 51.5 87.1 82.0 36.7 78.3 69.8 70.8 15.7 46.0
6172 SINGKAWANG 86.4 64.3 30.8 50.1 85.7 76.5 39.5 83.6 54.6 68.0 6.9 41.7
6201 KOTAWARINGIN 57.5 70.9 76.6 43.3 72.3 83.0 40.0 84.2 72.9 70.5 12.1 42.0
KALIMANTAN TENGAH

BARAT
6202 KOTAWARINGIN 44.1 47.2 47.6 30.6 32.5 82.8 65.7 85.4 78.3 68.9 19.1 39.5
TIMUR
6203 KAPUAS 43.5 45.8 22.7 29.5 36.8 82.6 66.7 84.8 87.4 71.6 11.8 37.7
6204 BARITO SELATAN 73.0 56.7 49.5 43.4 56.3 86.8 58.6 97.4 86.2 77.1 8.0 42.8
6205 BARITO UTARA 46.4 31.6 45.6 26.1 62.2 95.8 66.9 97.8 83.1 81.2 8.0 38.4
6206 SUKAMARA 56.9 60.7 71.9 39.6 74.1 76.6 60.2 77.5 75.2 72.7 7.0 39.8
6207 LAMANDAU 58.2 62.6 30.0 40.1 67.3 91.1 59.7 97.3 91.7 81.4 7.7 43.1
6208 SERUYAN 36.1 64.9 39.0 33.7 66.6 88.6 70.4 88.5 66.1 76.0 10.5 40.1
6209 KATINGAN 29.5 52.9 21.7 27.2 56.1 75.2 56.8 73.3 71.7 66.6 10.5 34.8
6210 PULANG PISAU 62.3 51.7 48.5 38.1 47.4 80.8 53.3 84.6 69.3 67.0 8.0 37.7
6211 GUNUNG MAS 51.0 46.4 33.6 32.4 52.1 81.6 62.9 91.4 80.5 73.7 8.4 38.2

71
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

6212 BARITO TIMUR 87.7 62.5 85.4 50.7 47.5 86.9 52.0 89.8 91.8 73.6 7.0 43.8
6213 MURUNG RAYA 27.3 53.2 40.0 26.8 66.9 88.8 67.5 97.2 95.9 83.3 11.9 40.7
6271 PALANGKA RAYA 66.9 61.1 33.3 42.6 67.4 88.3 48.7 91.4 73.0 73.8 10.3 42.2
6301 TANAH LAUT 79.8 73.3 31.1 50.9 48.6 91.4 53.6 93.0 83.4 74.0 13.6 46.2
KALIMANTAN SELATAN

6302 KOTA BARU 32.2 59.6 50.0 30.7 57.6 81.6 53.7 72.5 51.6 63.4 14.3 36.2
6303 BANJAR 83.9 70.8 77.6 52.1 51.5 92.9 65.5 94.7 88.3 78.6 11.2 47.3
6304 BARITO KUALA 86.9 77.8 48.8 55.0 57.4 80.6 63.2 87.9 65.5 70.9 8.2 44.7
6305 TAPIN 87.8 72.1 16.3 53.0 53.5 81.0 42.0 95.4 75.7 69.5 8.1 43.5
6306 HULU SUNGAI 99.1 75.8 16.2 58.0 47.6 86.7 55.5 82.4 69.9 68.4 12.1 46.2
SELATAN
6307 HULU SUNGAI 95.3 75.0 15.4 56.5 53.3 70.7 47.1 79.9 70.5 64.3 8.5 43.1
TENGAH
6308 HULU SUNGAI 91.4 68.2 15.5 52.9 49.5 74.7 45.7 58.1 80.3 61.7 8.1 40.9
UTARA
6309 TABALONG 87.0 63.2 42.0 50.1 34.3 86.0 60.6 96.9 77.1 71.0 16.7 45.9
6310 TANAH BUMBU 70.9 68.1 80.5 46.9 58.1 84.8 51.2 63.8 72.4 66.1 16.5 43.1
6311 BALANGAN 85.3 68.9 18.5 51.1 43.4 83.2 62.3 79.1 51.5 63.9 16.2 43.7
6371 BANJARMASIN 92.9 78.0 90.4 57.7 52.8 92.7 38.0 86.8 74.3 68.9 15.4 47.3
6372 BANJAR BARU 85.9 78.8 50.0 55.0 52.5 95.7 55.3 96.4 79.2 75.8 10.5 47.1
6401 PASIR 46.6 72.2 50.0 39.7 62.1 76.6 44.8 83.6 64.5 66.3 18.6 41.5
KALIMANTAN TIMUR

6402 KUTAI BARAT 49.4 74.2 32.0 41.1 71.4 79.2 42.2 74.5 65.8 66.6 17.5 41.7
6403 KUTAI 65.3 74.6 37.6 46.6 53.3 85.6 39.7 83.1 60.8 64.5 39.9 50.3
KARTANEGARA
6404 KUTAI TIMUR 47.6 66.8 30.5 38.0 69.2 78.6 46.5 82.6 69.9 69.4 48.1 51.8
6405 BERAU 54.6 70.2 34.5 41.5 68.8 82.2 52.4 76.7 63.3 68.7 25.7 45.3
6409 PENAJAM PASER 65.2 77.9 24.1 47.5 74.2 87.5 49.9 79.3 83.4 74.9 14.8 45.7
UTARA
6411 MAHAKAM ULU 12.4 60.0 70.0 24.5 70.8 65.2 27.4 71.0 65.7 60.0 13.9 32.8

72
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

6471 BALIKPAPAN 75.8 84.8 79.4 54.1 79.8 89.3 22.5 76.0 70.2 67.6 28.8 50.1
6472 SAMARINDA 79.6 77.8 50.8 52.6 76.7 87.1 24.4 82.5 79.1 70.0 30.1 50.9
6474 BONTANG 86.5 77.5 66.7 55.1 82.7 87.2 30.2 69.8 52.2 64.4 14.0 44.5
6501 MALINAU 37.9 62.0 28.4 33.2 75.6 81.7 41.6 77.5 67.8 68.8 17.2 39.7
KALIMANTAN
UTARA

6502 BULUNGAN 47.3 73.0 37.0 40.1 76.7 80.8 48.3 82.0 67.4 71.0 11.1 40.7
6503 TANA TIDUNG 24.9 60.1 34.4 28.2 54.0 81.6 46.7 99.0 91.0 74.5 7.6 36.8
6504 NUNUKAN 22.3 65.4 17.9 28.9 61.3 76.7 45.1 76.8 76.2 67.2 7.1 34.4
6571 TARAKAN 87.7 78.2 75.0 55.8 71.7 82.1 33.3 84.5 82.2 70.8 11.8 46.1
7101 BOLAANG 82.7 65.5 21.3 49.1 63.0 74.4 48.4 76.0 67.8 65.9 6.0 40.4
SULAWESI UTARA

MONGONDOW
7102 MINAHASA 95.6 78.7 34.8 58.0 90.2 84.4 14.5 62.7 61.3 62.6 7.5 42.7
7103 KEPULAUAN 60.5 63.6 37.1 41.3 75.8 90.9 41.1 79.8 79.0 73.3 0.9 38.5
SANGIHE
7104 KEPULAUAN 66.2 68.7 23.5 44.7 77.3 80.9 22.8 79.9 79.0 68.0 4.5 39.1
TALAUD
7105 MINAHASA 80.2 72.8 28.8 50.8 80.0 86.0 25.5 72.5 68.0 66.4 5.2 40.8
SELATAN
7106 MINAHASA UTARA 71.2 74.8 8.4 48.3 63.6 89.8 23.4 94.8 69.8 68.3 4.5 40.4
7107 BOLAANG 83.5 72.2 12.1 51.5 68.6 82.5 58.5 82.7 74.6 73.4 4.7 43.2
MONGONDOW
UTARA
7108 SIAU 83.5 70.6 44.1 51.4 74.0 77.7 0.0 81.8 68.3 60.3 3.8 38.5
TAGULANDANG
BIARO
7109 MINAHASA 85.3 65.4 19.4 50.0 73.4 85.0 37.5 89.2 67.2 70.5 4.0 41.5
TENGGARA
7110 BOLAANG 66.1 46.5 28.4 37.4 56.0 68.0 65.5 81.9 39.3 62.2 4.0 34.5
MONGONDOW
SELATAN
7111 BOLAANG 91.3 58.8 45.0 50.1 68.3 74.6 42.0 94.7 47.2 65.3 4.4 40.0
MONGONDOW
TIMUR

73
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

7171 MANADO 83.0 70.0 19.5 50.7 75.9 84.2 27.0 85.3 61.7 66.8 17.0 44.9
7172 BITUNG 91.2 63.9 39.1 51.7 62.0 73.3 20.5 51.8 59.0 53.3 7.4 37.5
7173 TOMOHON 89.0 80.6 77.3 57.0 94.0 87.2 11.7 95.2 79.0 73.4 3.6 44.7
7174 KOTAMOBAGU 89.9 68.9 75.8 53.4 64.0 82.3 54.8 95.5 63.5 72.0 3.9 43.1
7201 BANGGAI 48.0 55.7 56.2 34.8 30.1 80.6 44.6 55.9 74.8 57.2 4.8 32.3
SULAWESI TENGAH

KEPULAUAN
7202 BANGGAI 70.9 69.0 58.8 46.9 63.4 72.8 38.9 86.2 68.8 66.0 12.3 41.7
7203 MOROWALI 57.7 61.9 44.4 40.0 62.0 84.8 66.1 85.1 64.0 72.4 7.2 39.9
7204 POSO 68.7 68.0 32.9 45.5 63.7 72.2 19.9 30.4 19.7 41.2 7.0 31.2
7205 DONGGALA 62.7 54.4 53.3 39.2 43.8 71.7 66.2 66.9 61.1 62.0 7.3 36.2
7206 TOLI-TOLI 58.4 56.3 47.3 38.4 54.3 69.9 56.6 54.4 45.1 56.0 4.1 32.9
7207 BUOL 72.9 60.2 66.1 44.7 51.7 72.0 46.1 51.8 64.8 57.3 5.6 35.9
7208 PARIGI MOUTONG 80.3 62.9 29.0 47.6 46.8 71.2 59.7 53.0 40.0 54.2 9.7 37.1
7209 TOJO UNA-UNA 58.5 63.8 50.0 40.9 64.1 73.8 50.6 36.5 74.9 60.0 7.8 36.2
7210 SIGI 71.7 65.4 57.6 46.0 35.5 77.1 44.0 78.2 70.7 61.1 6.4 37.8
7211 BANGGAI LAUT 37.0 51.0 50.0 29.5 47.2 64.0 41.0 0.0 68.4 44.1 5.6 26.4
7212 MOROWALI UTARA 58.1 62.0 77.8 40.6 71.9 74.3 40.5 54.9 70.4 62.4 8.0 37.0
7271 PALU 90.9 75.6 47.8 55.6 64.9 81.0 41.2 72.7 71.9 66.3 10.7 44.2
7301 SELAYAR 57.7 65.2 21.6 40.7 34.2 81.3 60.7 75.6 59.8 62.3 7.1 36.7
SULAWESI SELATAN

7302 BULUKUMBA 83.8 65.0 17.6 49.3 54.3 73.9 56.2 82.9 61.8 65.8 8.9 41.4
7303 BANTAENG 90.6 67.9 25.4 52.7 84.6 71.8 63.5 92.7 70.4 76.6 6.2 45.1
7304 JENEPONTO 86.5 58.5 14.2 48.0 34.3 59.8 50.3 61.7 44.1 50.0 7.2 35.1
7305 TAKALAR 84.9 64.8 43.0 49.9 35.7 73.9 57.2 68.5 56.8 58.4 6.0 38.1
7306 GOWA 77.2 72.4 24.0 49.7 38.7 79.4 71.4 86.4 63.9 67.9 10.3 42.6
7307 SINJAI 77.3 66.4 77.5 48.4 38.1 82.4 60.1 86.6 74.8 68.4 6.0 40.9
7308 MAROS 84.6 69.9 21.4 51.3 51.0 74.5 50.6 53.6 67.8 59.5 7.9 39.6

74
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

7309 PANGKAJENE DAN 60.7 73.2 21.4 44.4 23.9 77.0 61.9 90.5 73.9 65.5 8.4 39.4
KEPULAUAN
7310 BARRU 81.5 65.5 5.5 48.5 37.5 84.0 60.1 62.6 73.3 63.5 5.9 39.3
7311 BONE 77.3 56.2 30.9 44.4 49.4 74.4 55.6 73.8 59.9 62.6 12.4 39.8
7312 SOPPENG 86.2 79.5 14.3 54.9 62.6 88.2 48.9 95.8 81.5 75.4 7.8 46.0
7313 WAJO 90.7 72.5 48.9 54.5 56.6 74.8 43.5 72.2 68.4 63.1 9.5 42.4
7314 SIDENRENG 87.7 75.9 30.2 54.4 56.8 79.4 52.5 95.6 70.3 70.9 6.5 43.9
RAPPANG
7315 PINRANG 86.3 74.7 9.3 53.3 34.2 79.5 53.4 77.7 78.2 64.6 6.1 41.3
7316 ENREKANG 70.3 83.2 21.7 50.9 43.9 83.6 61.0 80.2 58.3 65.4 5.8 40.7
7317 LUWU 69.6 65.4 41.0 45.0 60.3 82.2 57.9 81.8 77.5 71.9 10.7 42.5
7318 TANA TORAJA 66.2 66.8 20.8 44.1 41.7 88.8 72.9 78.3 67.2 69.8 7.7 40.5
7322 LUWU UTARA 74.2 71.9 39.1 48.7 54.2 77.5 56.5 66.5 85.9 68.1 9.5 42.1
7325 LUWU TIMUR 79.2 69.9 57.0 49.9 67.1 81.6 51.8 68.9 72.7 68.4 16.3 44.9
7326 TORAJA UTARA 64.2 72.8 30.5 45.6 60.3 90.5 65.4 80.8 76.3 74.7 5.7 42.0
7371 MAKASSAR 84.7 71.4 30.7 51.9 64.1 75.8 46.6 63.3 63.8 62.7 43.6 52.8
7372 PARE-PARE 80.9 77.2 68.2 53.1 67.7 83.6 52.4 84.2 70.2 71.6 7.7 44.1
7373 PALOPO 87.7 74.5 20.8 53.8 48.3 83.0 55.6 66.7 79.6 66.7 7.0 42.5
7401 BUTON 68.4 57.4 43.2 42.0 40.9 73.1 43.8 54.7 43.6 51.2 4.4 32.5
SULAWESI TENGGARA

7402 MUNA 54.1 49.6 22.0 34.4 62.7 79.2 73.8 87.6 67.7 74.2 3.7 37.4
7403 KONAWE 76.1 62.7 20.8 46.0 67.4 74.4 55.7 83.9 42.1 64.7 6.2 39.0
7404 KOLAKA 76.3 57.0 13.3 44.1 57.9 74.8 66.7 78.0 63.9 68.3 6.8 39.7
7405 KONAWE SELATAN 62.2 59.7 55.5 40.8 60.9 80.7 60.2 72.9 70.0 68.9 0.0 36.6
7406 BOMBANA 51.4 46.6 44.1 32.7 48.8 83.7 62.3 88.7 63.0 69.3 2.6 34.9
7407 WAKATOBI 52.7 45.9 85.0 33.5 48.8 90.8 67.7 81.3 65.7 70.9 5.5 36.6
7408 KOLAKA UTARA 66.9 60.5 72.2 42.9 61.2 78.6 61.7 93.7 52.6 69.6 5.7 39.4

75
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

7409 BUTON UTARA 61.2 54.9 8.8 38.3 48.7 84.4 54.6 97.4 76.7 72.4 5.6 38.8
7410 KONAWE UTARA 55.8 43.6 10.4 32.7 53.4 79.7 73.1 84.0 89.0 75.8 6.7 38.4
7411 KOLAKA TIMUR 66.0 53.2 32.3 39.6 87.5 80.8 61.1 75.7 81.0 77.2 6.1 41.0
7471 KENDARI 91.0 56.3 60.0 49.4 72.8 85.5 56.1 72.4 74.7 72.3 9.9 43.9
7472 BAU-BAU 91.8 51.2 37.2 47.6 41.8 76.1 56.2 69.2 62.9 61.2 7.4 38.8
7501 BOALEMO 74.0 68.1 51.2 47.5 32.0 88.5 63.2 92.5 88.5 72.9 6.0 42.1
GORONTALO

7502 GORONTALO 72.2 69.3 48.1 47.3 52.3 65.4 32.4 44.6 81.7 55.3 7.0 36.5
7503 POHUWATO 74.7 55.5 42.9 43.5 66.5 80.0 60.7 79.0 84.5 74.2 6.1 41.3
7504 BONE BOLANGO 95.4 71.3 72.7 56.0 47.6 79.2 44.1 71.6 76.8 63.9 0.9 40.3
7505 GORONTALO 53.3 75.5 30.6 42.8 31.6 71.9 47.0 70.5 80.0 60.2 5.5 36.2
UTARA
7571 GORONTALO 95.0 71.9 34.0 55.6 60.0 80.8 23.3 74.0 71.0 61.8 7.3 41.6
7601 MAJENE 69.7 67.9 24.4 45.7 34.4 79.1 68.0 92.0 90.6 72.8 3.7 40.7
SULAWESI BARAT

7602 POLEWALI 70.1 62.0 26.3 43.9 41.4 77.0 54.0 75.5 62.0 62.0 8.4 38.1
MANDAR
7603 MAMASA 29.1 59.1 11.6 29.0 57.5 87.6 74.6 96.6 83.0 79.9 5.6 38.2
7604 MAMUJU 39.8 57.9 31.7 32.5 34.2 77.5 65.6 93.3 61.4 66.4 7.1 35.3
7605 MAMUJU UTARA 55.6 71.4 22.2 42.1 44.8 83.6 70.3 88.3 66.8 70.8 6.4 39.8
7606 MAMUJU TENGAH 71.6 56.6 21.4 42.5 45.8 77.8 70.2 87.7 92.4 74.8 5.0 40.7
8101 MALUKU 40.5 51.3 35.8 30.6 59.8 83.7 65.1 73.1 37.7 63.9 7.2 33.9
MALUKU

TENGGARA BARAT
8102 MALUKU 37.1 60.4 10.4 32.1 51.1 86.6 56.3 91.7 81.2 73.4 7.0 37.5
TENGGARA
8103 MALUKU TENGAH 63.6 46.3 24.5 36.4 33.1 75.3 57.6 92.5 72.1 66.1 4.9 35.8
8104 BURU 44.8 46.8 40.2 30.5 57.5 77.5 66.0 67.3 58.3 65.3 6.3 34.1
8105 KEPULAUAN ARU 15.3 40.0 8.4 18.0 44.6 80.5 63.2 97.5 83.1 73.8 8.7 33.5
8106 SERAM BAGIAN 31.4 27.8 14.1 19.4 46.3 79.5 78.3 67.9 79.0 70.2 6.2 31.9
BARAT

76
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

8107 SERAM BAGIAN 36.2 30.6 11.6 21.9 34.8 77.9 79.5 70.6 83.8 69.3 6.9 32.7
TIMUR
8108 MALUKU BARAT 12.2 47.1 0.0 19.2 52.6 74.1 84.7 49.4 56.6 63.5 8.8 30.5
DAYA
8109 BURU SELATAN 27.0 36.0 9.9 20.6 68.6 99.1 91.3 99.6 93.0 90.3 6.1 39.0
8171 AMBON 85.3 60.2 48.0 48.6 63.2 86.7 55.0 91.7 80.2 75.4 5.6 43.2
8172 TUAL 50.5 56.9 23.3 35.6 55.8 82.4 50.4 56.7 54.9 60.0 4.8 33.5
8201 HALMAHERA BARAT 61.1 62.3 11.2 40.7 46.0 68.6 77.6 76.8 37.6 61.3 4.9 35.6
MALUKU UTARA

8202 HALMAHERA 41.0 59.0 15.6 33.0 47.4 68.0 76.2 94.0 81.4 73.4 6.4 37.6
TENGAH
8203 KEPULAUAN SULA 13.9 46.2 38.5 20.0 45.4 67.8 64.7 72.2 72.2 64.5 5.4 30.0
8204 HALMAHERA 29.8 42.4 11.3 23.7 51.7 72.2 77.9 88.9 58.4 69.8 8.7 34.1
SELATAN
8205 HALMAHERA UTARA 59.1 56.4 18.6 38.2 68.6 60.8 64.3 46.5 83.2 64.7 4.0 35.6
8206 HALMAHERA TIMUR 57.6 58.8 41.3 38.8 50.3 79.7 74.0 78.9 79.1 72.4 7.5 39.6
8207 PULAU MOROTAI 50.5 51.0 15.9 33.5 35.1 71.8 62.4 40.6 83.9 58.7 4.1 32.1
8208 PULAU TALIABU 13.7 40.2 4.2 17.5 34.9 63.9 70.2 70.7 56.5 59.2 5.6 27.4
8271 TERNATE 87.4 63.7 61.0 50.7 78.4 68.5 57.8 60.3 93.0 71.6 8.4 43.5
8272 TIDORE KEPULAUAN 77.0 67.5 26.7 48.0 67.1 66.8 44.4 84.8 80.1 68.6 6.5 41.0
9101 FAKFAK 49.8 50.3 18.1 33.0 82.7 77.4 54.9 52.6 52.0 63.9 9.5 35.5
PAPUA BARAT

9102 KAIMANA 31.0 59.3 2.3 29.6 83.0 90.4 66.9 84.8 67.1 78.4 9.6 39.2
9103 TELUK WONDAMA 28.6 29.7 9.2 19.0 64.9 91.5 91.8 94.1 87.3 85.9 4.9 36.6
9104 TELUK BINTUNI 28.7 67.3 2.7 31.5 58.6 68.7 69.6 82.5 64.4 68.8 23.8 41.4
9105 MANOKWARI 53.3 56.5 3.5 36.1 46.4 63.4 52.4 62.8 60.0 57.0 6.5 33.2
9106 SORONG SELATAN 37.7 49.8 0.0 28.6 45.5 76.7 82.0 94.7 66.5 73.1 7.5 36.4
9107 SORONG 31.2 61.1 8.6 30.3 52.5 83.3 70.5 89.5 77.8 74.7 8.3 37.8
9108 RAJA AMPAT 20.8 35.8 0.8 18.3 73.8 55.5 64.3 57.7 59.5 62.2 10.6 30.4
9109 TAMBRAW 23.1 29.2 0.0 16.9 39.6 60.5 79.7 64.4 74.5 63.7 9.3 30.0

77
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

9110 MAYBRAT 18.3 33.4 0.0 16.7 33.6 38.4 65.9 92.7 48.7 55.9 5.9 26.2
9111 MANOKWARI 24.7 39.3 12.3 21.0 42.2 51.4 51.7 77.8 59.4 56.5 6.3 27.9
SELATAN
9112 PEGUNUNGAN 0.0 19.4 1.2 5.9 61.9 20.1 61.3 80.5 33.6 51.5 7.0 21.5
ARFAK
9171 SORONG 73.5 51.4 19.5 41.3 86.2 75.7 44.4 80.0 61.0 69.5 7.3 39.4
9401 MERAUKE 29.7 63.4 13.2 30.7 80.2 79.4 52.8 87.2 78.9 75.7 18.7 41.7
PAPUA

9402 JAYAWIJAYA 37.7 27.8 1.5 21.3 69.7 88.2 94.0 91.7 86.5 86.0 10.4 39.2
9403 JAYAPURA 39.6 59.6 18.1 32.8 64.3 37.8 55.3 55.8 67.9 56.2 9.8 33.0
9404 NABIRE 32.1 48.9 21.3 26.7 76.1 50.1 54.0 86.8 60.8 65.6 9.2 33.8
9408 YAPEN WAROPEN 34.8 40.6 4.2 24.7 31.9 46.1 75.6 55.8 43.9 50.7 7.5 27.6
9409 BIAK NUMFOR 56.5 64.8 3.8 40.0 40.8 57.2 67.0 84.1 82.2 66.3 5.6 37.3
9410 PANIAI 14.4 12.5 2.3 8.5 53.1 0.0 54.6 85.4 70.0 52.6 7.8 23.0
9411 PUNCAK JAYA 11.8 28.7 0.0 13.0 60.6 63.0 63.2 97.9 66.2 70.2 12.7 31.9
9412 MIMIKA 39.2 55.7 5.3 31.2 65.8 57.0 55.9 80.2 71.3 66.0 31.1 42.8
9413 BOVEN DIGOEL 18.2 52.4 12.7 23.2 34.2 53.5 63.5 67.2 70.9 57.9 14.7 31.9
9414 MAPPI 17.2 47.9 11.0 21.3 51.9 62.1 86.5 83.2 58.6 68.5 14.4 34.7
9415 ASMAT 11.4 26.0 9.0 12.1 60.9 74.7 95.0 89.5 92.6 82.5 14.5 36.4
9416 YAHUKIMO 4.7 19.6 0.6 7.6 71.7 84.3 99.9 98.9 80.9 87.1 10.4 35.0
9417 PEGUNUNGAN 7.8 24.6 0.0 10.3 69.9 47.5 86.4 91.5 75.0 74.0 11.4 31.9
BINTANG
9418 TOLIKARA 5.6 9.4 7.7 4.6 85.7 51.5 88.5 95.5 60.5 76.3 12.8 31.2
9419 SARMI 51.8 57.8 12.7 36.1 88.4 49.9 66.5 80.6 67.8 70.6 12.3 39.7
9420 KEEROM 36.9 57.6 14.3 31.2 40.9 35.9 58.3 95.8 67.9 59.8 10.1 33.7
9426 WAROPEN 9.6 30.3 10.3 12.9 30.0 59.3 56.6 89.6 75.7 62.3 9.7 28.3
9427 SUPIORI 33.9 43.7 18.4 25.6 33.6 53.5 68.6 69.4 74.1 59.8 6.9 30.8
9428 MAMBERAMO RAYA 16.0 19.3 0.0 11.2 68.1 23.9 98.2 79.2 26.5 59.2 12.2 27.5

78
District District_name Skor Skor Skor Indeks Skor Skor Skor Skor Skor Indeks Indeks Indeks
Prov

Code Sistem: Sistem: Sistem: Sistem Status: Status: Status: Status: Status: Status kapasitas kewila
Akses KIA PTM Kesehatan Balita PM PTM Depresi Cedera Kesehatan Fiskal yahan

9429 NDUGA 3.8 5.4 0.8 2.5 52.9 78.6 86.2 99.2 93.1 82.0 12.8 32.4
9430 LANNY JAYA 13.4 21.2 0.6 11.0 44.8 83.7 87.6 96.0 89.0 80.2 11.0 34.1
9431 MAMBERANO 8.4 18.1 1.7 8.3 63.7 53.6 62.5 76.0 51.9 61.6 9.4 26.4
TENGAH
9432 YALIMO 15.9 0.0 3.7 4.8 1.9 76.6 96.6 99.0 9.7
9433 PUNCAK 14.8 12.1 0.0 8.4 85.0 70.5 74.1 99.4 67.3 79.3 13.3 33.7
9434 DOGIYAI 3.9 19.3 0.0 7.2 33.8 86.3 98.0 99.0 0.0 63.4 7.1 25.9
9435 INTAN JAYA 8.2 8.4 2.1 5.0 56.0 35.4 82.6 92.7 91.6 71.7 11.7 29.4
9436 DEIYAI 58.7 12.0 13.4 23.2 84.4 74.9 100.0 77.9 82.4 83.9 3.8 37.0
9471 JAYAPURA 80.4 60.2 20.5 46.6 76.3 79.6 58.3 88.3 50.5 70.6 10.2 42.5

*Indeks kapasitas fiscal tingkat kabupaten/kota tidak tersedia untuk provinsi DKI Jakarta

Skor terendah (relatif) 1 2 3 4 5 6 7 Skor tertinggi (relatif)

79
Lampiran 6. Profil Analisis Kewilayahan Pembangunan Kesehatan
per Provinsi

80
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI ACEH

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN ACEH SELATAN BANDA ACEH
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan GAYO LUES PIDIE

Skor Sistem: Akses SIMEULUE LANGSA

Skor Sistem: KIA ACEH TENGGARA ACEH BESAR

Skor Sistem: PTM NAGAN RAYA BANDA ACEH

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan BIREUEN GAYO LUES

Skor Status: Balita ACEH SELATAN SABANG

Skor Status: Cedera ACEH SINGKIL GAYO LUES

Skor Status: Depresi BENER MERIAH GAYO LUES

Skor Status: PM BIREUEN BANDA ACEH

Skor Status: PTM SABANG GAYO LUES

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal ACEH TENGGARA ACEH UTARA

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Aceh memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 40.42 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Aceh Selatan (37.15) dan skor tertinggi oleh Kota Banda Aceh (47.02). Secara umum, Provinsi Aceh memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Aceh memiliki skor sistem PTM tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Hal
ini menunjukkan perlunya penguatan sistem kesehatan PTM di kabupaten-kabupaten di Aceh. Pada sistem-akses, Kabupaten
Simeulue memiliki skor akses relatif lebih rendah, mengindikasikan perlunya upaya untuk meningkatkan akses ke pelayanan
kesehatan di kabupaten ini. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM dan status Balita ditemukan relatif lebih
rendah dibanding skor status cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan penyakit kesehatan balita
masih menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Aceh relatif rendah jika dibandingkan ke kabupaten-kabupaten
lain di Indonesia.

KABUPATEN
ACEH BARAT ACEH TENGAH GAYO LUES SIMEULUE
ACEH BARAT DAYA ACEH TENGGARA LANGSA SUBULUSSALAM
ACEH BESAR ACEH TIMUR LHOKSEUMAWE
ACEH JAYA ACEH UTARA NAGAN RAYA
ACEH SELATAN BANDA ACEH PIDIE
ACEH SINGKIL BENER MERIAH PIDIE JAYA
ACEH TAMIANG BIREUEN SABANG
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN NIAS UTARA MEDAN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan NIAS SELATAN BINJAI

Skor Sistem: Akses NIAS BARAT TANJUNG BALAI

Skor Sistem: KIA NIAS SELATAN BINJAI

Skor Sistem: PTM NIAS BARAT SIBOLGA

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan TAPANULI TENGAH TAPANULI SELATAN

Skor Status: Balita NIAS BARAT PEMATANG SIANTAR

Skor Status: Cedera DELI SERDANG NIAS

Skor Status: Depresi TAPANULI TENGAH NIAS SELATAN

Skor Status: PM NIAS SELATAN TAPANULI UTARA

Skor Status: PTM KARO NIAS

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal NIAS BARAT MEDAN

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sumatera Utara memperoleh skor kewilayahan pembangunan Kesehatan sebesar 40.62 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Nias Utara (31.47) dan skor tertinggi oleh Kota Medan (53.55). Secara umum, Provinsi Sumatera Utara
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara
memiliki skor tersebar baik di komponen sistem akses, sistem KIA dan sistem PTM dengan Kabupaten Nias Selatan dan
Kabupaten Nias Barat memiliki skor terendah; yang mengindikasikan disparitas antar kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.
Disparitas yang lebar juga terlihat pada komponen status kesehatan. Skor status PTM dan status cedera ditemukan relatif
lebih rendah dibanding skor status PM dan depresi. Kabupaten Karo dengan skor terendah PTM mengindikasikan tingginya
prevalensi PTM di kabupaten ini; beda halnya dengan Kabupaten Nias Selatan yang masih memiliki masalah dengan PM. Skor
kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara relatif rendah jika dibandingkan ke kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.

KABUPATEN
ASAHAN LABUHAN BATU SELATAN PADANG LAWAS TANJUNG BALAI
BATU BARA LABUHAN BATU UTARA PADANG LAWAS UTARA TAPANULI SELATAN
BINJAI LANGKAT PADANGSIDIMPUAN TAPANULI TENGAH
DAIRI MANDAILING NATAL PAKPAK BHARAT TAPANULI UTARA
DELI SERDANG MEDAN PEMATANG SIANTAR TEBING TINGGI
HUMBANG HASUNDUTAN NIAS SAMOSIR TOBA SAMOSIR
KARO NIAS BARAT SERDANG BEDAGAI
KOTA GUNUNGSITOLI NIAS SELATAN SIBOLGA
LABUHAN BATU NIAS UTARA SIMALUNGUN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN MENTAWAI PADANG PANJANG

Skor Sistem: Akses KEPULAUAN MENTAWAI KOTA PARIAMAN

Skor Sistem: KIA PASAMAN KOTA SAWAH LUNTO

Skor Sistem: PTM KEPULAUAN MENTAWAI KOTA


KOTA SAWAH
PAYAKUMBUH
LUNTO

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK

Skor Status: Balita PASAMAN KOTA BUKITTINGGI

Skor Status: Cedera KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK

Skor Status: Depresi KEPULAUAN MENTAWAI DHARMAS RAYA

Skor Status: PM KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SOLOK

Skor Status: PTM PADANG PANJANG KEPULAUAN MENTAWAI

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG
KOTA PADANG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sumatera Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan Kesehatan sebesar 42.03 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Kepulauan Mentawai (30.00) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Solok (49.20). Secara umum, Provinsi
Sumatera Barat memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Kabupaten-kabupaten di
Sumatera Barat memiliki skor tersebar di komponen sistem PTM dengan Kabupaten Kepulauan Mentawai mendapat skor
terendah. Skor akses dan sistem KIA terlihat memiliki sistem yang lebih baik dibanding PTM yang mengindikasikan perlunya
perhatian untuk memperkuat sistem kesehatan dalam menangani PTM di Provinsi Sumatera Barat. Pada komponen status
kesehatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki skor terendah dibanding kabupaten lain. Secara umum, Provinsi
Sumatera Barat memiliki beban ganda karena skor kabupaten masih tersebar di berbagai sub-komponen; yang
mengindikasikan adannya kabupaten dengan beban penyakit cedera, depresi, penyakit menular, PTM dan kesehatan balita
yang cukup tinggi. Sebagai contoh, Kabupaten Kepulauan Mentawai mendapati skor terendah di cedera, depresi, dan PM
namun skor tertinggi di PTM mengindikasikan tingginya prevalensi cedera, depresi, dan PM dan relatif rendahnya prevalensi
PTM di kabupaten ini. Beda halnya dengan Kabupaten Dharmas Raya yang memiliki skor relatif lebih tinggi di status
kesehatan depresi, PM dan PTM, namun relatif rendah (prevalensi penyakit yang tinggi) di kesehatan Balita. Skor kapasitas
fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di
Sumatera Barat relatif rendah jika dibandingkan ke kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.

KABUPATEN
AGAM KOTA PARIAMAN PADANG PANJANG SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG
DHARMAS RAYA KOTA PAYAKUMBUH PADANG PARIAMAN SOLOK
KEPULAUAN MENTAWAI KOTA SAWAH LUNTO PASAMAN SOLOK SELATAN
KOTA BUKITTINGGI KOTA SOLOK PASAMAN BARAT TANAH DATAR
KOTA PADANG LIMA PULUH KOTA PESISIR SELATAN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI RIAU

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN INDRAGIRI HILIR PEKANBARU
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan INDRAGIRI HILIR DUMAI

Skor Sistem: Akses INDRAGIRI HILIR DUMAI

Skor Sistem: KIA INDRAGIRI HILIR SIAK

Skor Sistem: PTM INDRAGIRI HILIR INDRAGIRI HULU

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan ROKAN HULU DUMAI

Skor Status: Balita ROKAN HILIR DUMAI

Skor Status: Cedera SIAK DUMAI

Skor Status: Depresi KUANTAN SINGINGI PELALAWAN

Skor Status: PM KUANTAN SINGINGI PELALAWAN

Skor Status: PTM BENGKALIS PELALAWAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KUANTAN SINGINGI BENGKALIS

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Riau memperoleh skor kewilayahan pembangunan Kesehatan sebesar 41.45 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Indragiri Hilir (37.51) dan skor tertinggi oleh Kota Pekanbaru (50.89). Secara umum, Provinsi Riau memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem, skor sistem PTM relative lebih
rendah dibanding skor sistem KIA dan akses; yang mengindikasikan perlunya perhatian untuk memperkuat sistem kesehatan
dalam menangani PTM di Provinsi Riau. Walaupun mayoritas kabupaten memilki skor akses cukup tinggi, Kabupaten Indragiri
Hilir dan Kepulauan Meranti memiliki skor relatif jauh lebih rendah. Pada komponen status kesehatan, secara umum,
kabupaten-kabupaten di Provinsi Riau memiliki skor relatif cukup tinggi pada penyakit menular, balita, cedera, dan depresi.
Namun berbagai pola beban penyakit terlihat di level kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Kuantan Singigi mendapati skor
terendah di depresi dan PM namun skor kelima tertinggi di kesehatan Balita dan kedua tertinggi di PTM mengindikasikan
tingginya prevalensi depresi dan PM dan relatif rendahnya prevalensi PTM di kabupaten ini. Beda halnya dengan Kabupaten
Rokan Hulu yang memiliki skor kedua terendah di status kesehatan balita dan PM, ketiga terendah di cedera dan depresi , dan
keempat terendah di PTM. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan
kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Riau relatif rendah jika dibandingkan ke kabupaten-kabupaten lain di
Indonesia. Namun Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru terlihat memiliki kapasitas fiskal lebih kuat dibanding
kabupaten lainnya.

KABUPATEN
BENGKALIS KEPULAUAN MERANTI ROKAN HULU
DUMAI KUANTAN SINGINGI SIAK
INDRAGIRI HILIR PEKANBARU
INDRAGIRI HULU PELALAWAN
KAMPAR ROKAN HILIR
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI JAMBI

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN TANJUNG JABUNG BARAT SAROLANGUN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan TANJUNG JABUNG BARAT KOTA SUNGAI PENUH

Skor Sistem: Akses TANJUNG JABUNG BARAT KOTA SUNGAI PENUH

Skor Sistem: KIA TANJUNG JABUNG TIMUR KOTA SUNGAI PENUH

Skor Sistem: PTM BATANG HARI JAMBI

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan TANJUNG JABUNG BARAT SAROLANGUN

Skor Status: Balita TANJUNG JABUNG BARAT SAROLANGUN

Skor Status: Cedera BUNGO SAROLANGUN

Skor Status: Depresi TANJUNG JABUNG BARAT SAROLANGUN

Skor Status: PM KOTA SUNGAI PENUH SAROLANGUN

Skor Status: PTM KOTA SUNGAI PENUH SAROLANGUN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal MERANGIN JAMBI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Jambi memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 43.08 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Tanjung Jabung Barat (39.72) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Sarolangun (50.85). Secara umum, Provinsi
Jambi memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Jambi memiliki skor sistem PTM dan kesehatan Balita tersebar dan relatif
lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Hal ini menunjukkan perlunya penguatan sistem kesehatan PTM di
kabupaten-kabupaten di Provinsi Jambi. Pada sistem-akses, Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki skor akses relatif
lebih rendah, mengindikasikan perlunya upaya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan di kabupaten ini. Pada
komponen status kesehatan, skor status PTM dan status Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status cedera,
depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan penyakit kesehatan balita masih menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Namun pola beban penyakit berbeda ditemukan, sebagai contoh Kota Sungai Penuh yang memiliki prevalensi
tinggi (skor rendah) untuk penyakit PM dan PTM. Di sisi lain, Kabupaten Sarolangun memperoleh skor tertinggi di kesehatan
balita, cedera, depresi, PM dan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Jambi relatif rendah jika dibandingkan ke kabupaten-kabupaten
lain di Indonesia.

KABUPATEN
BATANG HARI KOTA SUNGAI PENUH TANJUNG JABUNG BARAT
BUNGO MERANGIN TANJUNG JABUNG TIMUR
JAMBI MUARO JAMBI TEBO
KERINCI SAROLANGUN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MUSI RAWAS UTARA PALEMBANG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan OGAN KOMERING ULU SELATAN PAGAR ALAM

Skor Sistem: Akses MUSI BANYUASIN PAGAR ALAM

Skor Sistem: KIA OGAN KOMERING ULU SELATAN PAGAR ALAM

Skor Sistem: PTM PAGAR ALAM PRABUMULIH

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan MUSI RAWAS UTARA OGAN KOMERING ULU SELATAN

Skor Status: Balita OGAN ILIR PRABUMULIH

Skor Status: Cedera MUSI RAWAS UTARA LAHAT

Skor Status: Depresi MUSI RAWAS UTARA LAHAT

Skor Status: PM MUARA ENIM OGAN KOMERING ULU TIMUR

Skor Status: PTM PALEMBANG EMPAT LAWANG

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal EMPAT LAWANG PALEMBANG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sumatera Selatan memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 44.06 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Musi Rawas Utara (35.73) dan skor tertinggi oleh Kota Palembang (53.53). Secara umum, Provinsi
Sumatera Selatan memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen
sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan memiliki skor sistem PTM yang tersebar
dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, setiap kabupaten didapati dapat memiliki prioritas yang
berbeda. Sebagai contoh, Kota Pagar Alam memiliki skor tertinggi di sistem akses dan KIA namun skor terendah di PTM. Pada
komponen status kesehatan, skor status PTM dan status Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status cedera,
depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan penyakit kesehatan balita masih menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Namun pola beban penyakit berbeda ditemukan, sebagai contoh Kabupaten Ogan Ilir memiliki prevalensi tinggi
(skor rendah) penyakit Balita dan skor relatif tinggi di cedera, depresi, PM dan PTM. Di sisi lain, Kabupaten Penukal Abab
Lematang Ilir memperoleh skor rendah (prevalensi relatif tinggi) di kesehatan balita dan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang
bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Sumatera
Selatan relatif cukup tersebar dengan Kota Palembang sebagai daerah fiskal terkuat di Provinsi Sumatera Selatan.

KABUPATEN
BANYU ASIN MUSI RAWAS OGAN KOMERING ULU TIMUR
EMPAT LAWANG MUSI RAWAS UTARA PAGAR ALAM
LAHAT OGAN ILIR PALEMBANG
LUBUKLINGGAU OGAN KOMERING ILIR PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR
MUARA ENIM OGAN KOMERING ULU PRABUMULIH
MUSI BANYUASIN OGAN KOMERING ULU SELATAN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI BENGKULU

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN BENGKULU TENGAH BENGKULU
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BENGKULU TENGAH BENGKULU SELATAN

Skor Sistem: Akses BENGKULU TENGAH BENGKULU SELATAN

Skor Sistem: KIA LEBONG BENGKULU SELATAN

Skor Sistem: PTM SELUMA LEBONG

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan BENGKULU TENGAH LEBONG

Skor Status: Balita MUKOMUKO BENGKULU

Skor Status: Cedera BENGKULU TENGAH MUKOMUKO

Skor Status: Depresi BENGKULU TENGAH MUKOMUKO

Skor Status: PM BENGKULU TENGAH KAUR

Skor Status: PTM BENGKULU TENGAH SELUMA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KEPAHIANG BENGKULU

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Bengkulu memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 41.47 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Bengkulu Tengah (34.78) dan skor tertinggi oleh Kota Bengkulu (46.63). Secara umum, Provinsi Bengkulu memiliki
skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Bengkulu memiliki skor sistem PTM dan KIA tersebar dan relatif lebih rendah dibanding
sistem kesehatan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh,
Kabupaten Lebong memiliki skor tertinggi di sistem-PTM namun skor terendah di sistem-KIA. Kabupaten Bengkulu Tengah
memiliki skor terendah di akses, namun relatif di posisi menengah pada komponen sistem-KIA dan sistem-PTM. Pada
komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita,  cedera,
depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem
Kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Mukomuko memiliki
prevalensi tinggi (skor rendah) untuk penyakit kesehatan Balita. Di sisi lain, Kabupaten Mukomuko memperoleh skor
tertinggi di kesehatan cedera dan depresi.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Bengkulu relatif rendah jika dibandingkan ke
kabupaten-kabupaten lain di Indonesia.

KABUPATEN
BENGKULU KEPAHIANG
BENGKULU SELATAN LEBONG
BENGKULU TENGAH MUKOMUKO
BENGKULU UTARA REJANG LEBONG
KAUR SELUMA
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI LAMPUNG

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MESUJI BANDAR LAMPUNG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan PESISIR BARAT BANDAR LAMPUNG

Skor Sistem: Akses TULANGBAWANG BANDAR LAMPUNG

Skor Sistem: KIA PESISIR BARAT METRO

Skor Sistem: PTM TULANGBAWANG BARAT METRO

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan WAY KANAN LAMPUNG TENGAH

Skor Status: Balita WAY KANAN METRO

Skor Status: Cedera MESUJI TULANGBAWANG

Skor Status: Depresi LAMPUNG UTARA LAMPUNG TENGAH

Skor Status: PM PESISIR BARAT PRINGSEWU

Skor Status: PTM METRO PESISIR BARAT

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal TANGGAMUS BANDAR LAMPUNG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Lampung memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 44.55 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Mesuji (39.73) dan skor tertinggi oleh Kota Bandar Lampung (51.63). Secara umum, Provinsi Lampung memiliki
skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Lampung memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem
KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten
Tulang Bawang Barat memiliki skor terendah di sistem PTM; tetapi skor relatif di posisi menengah di sistem akses dan KIA.
Kabupaten Pesisir Barat memiliki skor terendah di sistem KIA, dan kedua terbawah di sistem-akses dan sistem-PTM. Pada
komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita, cedera,
depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di
sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Metro memiliki prevalensi
rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan Balita namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah).
Di sisi lain, Kabupaten Way Kanan memperoleh skor terendah di kesehatan balita dan kedua terendah di cedera.  Skor
kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan
fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Lampung.

KABUPATEN
BANDAR LAMPUNG LAMPUNG UTARA PRINGSEWU
LAMPUNG BARAT MESUJI TANGGAMUS
LAMPUNG SELATAN METRO TULANGBAWANG
LAMPUNG TENGAH PESAWARAN TULANGBAWANG BARAT
LAMPUNG TIMUR PESISIR BARAT WAY KANAN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN BANGKA SELATAN BELITUNG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BANGKA SELATAN BANGKA

Skor Sistem: Akses BANGKA SELATAN BANGKA TENGAH

Skor Sistem: KIA BANGKA SELATAN BELITUNG TIMUR

Skor Sistem: PTM BELITUNG BANGKA TENGAH

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan BANGKA SELATAN BELITUNG

Skor Status: Balita BANGKA BARAT BELITUNG TIMUR

Skor Status: Cedera PANGKAL PINANG BELITUNG

Skor Status: Depresi BANGKA SELATAN BELITUNG

Skor Status: PM BANGKA SELATAN BELITUNG

Skor Status: PTM PANGKAL PINANG BANGKA SELATAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal BANGKA SELATAN
BANGKA

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Bangka Belitung memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 42.15 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Bangka Selatan (39.67) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Belitung (46.60). Secara umum, Provinsi
Bangka Belitung memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem
kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Bangka Belitung memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Bangka Selatan memiliki skor terendah di sistem akses dan KIA serta kedua terbawah
di sistem PTM. Kabupaten Belitung memiliki skor terendah di sistem PTM, namun skor posisi menengah di sistem akses. Pada
komponen status kesehatan, skor status PTM dan Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan
cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti
halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Pangkal Pinang
memiliki prevalensi tinggi (skor terendah) untuk penyakit PTM dan cedera; namun Kota Pangkal Pinang memiliki skor diposisi
menengah untuk kesehatan Balita dan depresi. Di sisi lain, Kabupaten Bangka Selatan memperoleh skor terendah (prevalensi
tinggi) di PM dan depresi namun skor tertinggi (prevalensi rendah) di status kesehatan PTM. Skor kapasitas fiskal yang
bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Provinsi Bangka Belitung. Kabupaten Bangka ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding
kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Bangka Belitung.

KABUPATEN
BANGKA BANGKA TENGAH PANGKAL PINANG
BANGKA BARAT BELITUNG
BANGKA SELATAN BELITUNG TIMUR
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN NATUNA BATAM
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN ANAMBAS TANJUNG PINANG

Skor Sistem: Akses KEPULAUAN ANAMBAS TANJUNG PINANG

Skor Sistem: KIA NATUNA BINTAN

Skor Sistem: PTM BATAM TANJUNG PINANG

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KARIMUN BATAM

Skor Status: Balita KARIMUN TANJUNG PINANG

Skor Status: Cedera KEPULAUAN ANAMBAS LINGGA

Skor Status: Depresi NATUNA BINTAN

Skor Status: PM KARIMUN BINTAN

Skor Status: PTM KARIMUN BATAM

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal LINGGA BATAM

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kepulauan Riau memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 41.73 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Natuna (38.02) dan skor tertinggi oleh Kota Batam (53.12). Secara umum, Provinsi Kepulauan Riau
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih
rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kota Batam memiliki skor terendah di sistem PTM; tetapi skor relatif di posisi tinggi di sistem akses dan KIA.
Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki skor terendah di sistem akses, dan kedua terbawah di sistem-KIA dan sistem-PTM.
Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita,
cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti
halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Lingga
memiliki skor kedua terendah untuk penyakit kesehatan Balita namun skor tertinggi (prevalensi terendah) skor status
cedera. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada
kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau. Kota Batam ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Kepulauan Riau.

KABUPATEN
BATAM LINGGA
BINTAN NATUNA
KARIMUN TANJUNG PINANG
KEPULAUAN ANAMBAS
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI DKI JAKARTA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN SERIBU JAKARTA BARAT

Skor Sistem: Akses KEPULAUAN SERIBU JAKARTA BARAT

Skor Sistem: KIA JAKARTA UTARA JAKARTA PUSAT

Skor Sistem: PTM JAKARTA UTARA JAKARTA BARAT

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN SERIBU JAKARTA TIMUR

Skor Status: Balita KEPULAUAN SERIBU JAKARTA BARAT

Skor Status: Cedera KEPULAUAN SERIBU JAKARTA TIMUR

Skor Status: Depresi KEPULAUAN SERIBU JAKARTA TIMUR

Skor Status: PM KEPULAUAN SERIBU JAKARTA TIMUR

Skor Status: PTM KEPULAUAN SERIBU JAKARTA BARAT

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi DKI Jakarta memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 74.08. Namun, skor kewilayahan
pembangunan kesehatan kabupaten-kota di Provinsi DKI Jakarta tidak dapat dihitung karena tidak tersedianya skor
kapasitas fiskal di tingkat kabupaten-kota. Secara umum, Provinsi DKI Jakarta memiliki skor sistem kesehatan yang lebih
rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi
DKI Jakarta memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun,
ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kota/kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Kepulauan Seribu
memiliki skor terendah di sistem akses, kedua terendah di sistem KIA; tetapi skor kedua tertinggi di sistem PTM. Kota
Jakarta Utara memiliki skor terendah di sistem KIA dan sistem PTM serta kedua terendah di sistem akses. Pada komponen
status kesehatan, skor status PTM ditemukan lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan
penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem
kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten/kota. Sebagai contoh Kota Jakarta Timur memiliki
prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan cedera, depresi dan PM; namun dihadapi dengan prevalensi PTM
yang relatife diposisi menengah untuk penyakit PTM dan kesehatan Balita. Di sisi lain, Kabupaten Kepulauan Seribu
memperoleh skor terendah di kesehatan Balita, cedera, depresi, PM dan PTM. Skor kapasitas fiskal Jakarta hanya dihitung
pada tingkat provinsi (skor provinsi DKI Jakarta 74.08) karena informasi kapasitas fiskalnya hanya tersedia pada tingkat
provinsi saja.

KABUPATEN
JAKARTA BARAT JAKARTA TIMUR
JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA
JAKARTA SELATAN KEPULAUAN SERIBU
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI JAWA BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN PANGANDARAN KOTA BANDUNG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan PANGANDARAN CIREBON

Skor Sistem: Akses PANGANDARAN CIREBON

Skor Sistem: KIA SUBANG BANDUNG

Skor Sistem: PTM KOTA BANJAR KOTA


KOTACIREBON
CIMAHI

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan GARUT SUKABUMI

Skor Status: Balita PURWAKARTA KOTA BEKASI

Skor Status: Cedera SUMEDANG KOTA CIREBON

Skor Status: Depresi GARUT KOTA BANJAR

Skor Status: PM GARUT KOTA BEKASI

Skor Status: PTM SUMEDANG CIANJUR

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal PANGANDARAN KOTA BANDUNG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Jawa Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 52.76 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Pangandaran (41.45) dan skor tertinggi oleh Kota Bandung (66.95). Secara umum, Provinsi Jawa Barat memiliki
skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Barat memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding
sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh,
Kabupaten Pangandaran memiliki skor terendah di sistem akses, relatif rendah di sistem akses namun relatif di posisi
menengah di sistem KIA. Kota Banjar memiliki skor terendah di sistem PTM namun relatife tinggi di sistem akses dan sistem
Balita. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan
Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.
Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten
Sumedang memiliki prevalensi tertinggi (skor terendah) untuk penyakit PTM dan cedera. Di sisi lain, Kabupaten Garut
dihadapkan dengan tingginya prevalensi (skor terendah) PM dan depresi. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada
keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi
Jawa Barat. Kota Bandung ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi
Jawa Barat.

KABUPATEN
BANDUNG CIREBON KOTA BEKASI KOTA TASIKMALAYA SUKABUMI
BANDUNG BARAT GARUT KOTA BOGOR KUNINGAN SUMEDANG
BEKASI INDRAMAYU KOTA CIMAHI MAJALENGKA TASIKMALAYA
BOGOR KARAWANG KOTA CIREBON PANGANDARAN
CIAMIS KOTA BANDUNG KOTA DEPOK PURWAKARTA
CIANJUR KOTA BANJAR KOTA SUKABUMI SUBANG
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN KOTA PEKALONGAN KOTA SEMARANG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KOTA TEGAL KLATEN

Skor Sistem: Akses KOTA TEGAL MAGELANG

Skor Sistem: KIA PEKALONGAN BANYUMAS

Skor Sistem: PTM KOTA MAGELANG PURWOREJO

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan PATI PURWOREJO

Skor Status: Balita GROBOGAN PURWOREJO

Skor Status: Cedera BATANG KOTA MAGELANG

Skor Status: Depresi TEMANGGUNG KEBUMEN

Skor Status: PM TEGAL KENDAL

Skor Status: PTM KOTA MAGELANG PEKALONGAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal REMBANG KOTA SEMARANG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Jawa Tengah memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 51.21 dengan skor terendah diperoleh Kota
Pekalongan (44.16) dan skor tertinggi oleh Kota Semarang (62.36). Secara umum, Provinsi Jawa Tengah memiliki skor sistem kesehatan
yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola
skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kota Tegal memiliki skor terendah di sistem akses; tetapi skor
relatif di posisi menengah di sistem PTM dan KIA. Kota Magelang memiliki skor terendah di sistem PTM namun memperoleh skor di
posisi relatif menengah di sistem akses dan KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM dan kesehatan Balita ditemukan
tersebar dan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar
kabupaten. Sebagai contoh Kota Magelang memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit cedera namun dihadapi dengan
prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kota Tegal memperoleh skor terendah di PM, kedua terendah di cedera, dan
skor di posisi relatif menengah di PTM. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan
adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang ditemukan memiliki
kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Tengah.

KABUPATEN
BANJARNEGARA DEMAK KOTA MAGELANG MAGELANG SEMARANG
BANYUMAS GROBOGAN KOTA PEKALONGAN PATI SRAGEN
BATANG JEPARA KOTA SALATIGA PEKALONGAN SUKOHARJO
BLORA KARANGANYAR KOTA SEMARANG PEMALANG TEGAL
BOYOLALI KEBUMEN KOTA SURAKARTA PURBALINGGA TEMANGGUNG
BREBES KENDAL KOTA TEGAL PURWOREJO WONOGIRI
CILACAP KLATEN KUDUS REMBANG WONOSOBO
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN GUNUNG KIDUL SLEMAN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BANTUL KULON PROGO

Skor Sistem: Akses BANTUL KULON PROGO

Skor Sistem: KIA SLEMAN


KULON PROGO

Skor Sistem: PTM YOGYAKARTA SLEMAN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan GUNUNG KIDUL SLEMAN

Skor Status: Balita GUNUNG KIDUL SLEMAN

Skor Status: Cedera YOGYAKARTA KULON PROGO

Skor Status: Depresi GUNUNG KIDUL SLEMAN

Skor Status: PM GUNUNG KIDUL SLEMAN

Skor Status: PTM YOGYAKARTA GUNUNG KIDUL

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KULON PROGO SLEMAN

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 44.38 dengan skor
terendah diperoleh Kabupaten Gunung Kidul (46.20) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Sleman (50.64). Secara umum,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan.
Pada komponen sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem
kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Kulon Progo memiliki skor tertinggi di sistem akses
dan KIA; tetapi skor relatif di posisi menengah di sistem PTM. Kota Yogyakarta memiliki skor terendah di sistem PTM, dan
menengah di sistem akses dan KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM dan Balita ditemukan relatif lebih
rendah dibanding skor status kesehatan cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan Balita menjadi
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan
antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Yogyakarta memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan
Balita, depresi dan PM namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang relatif tinggi (skor menengah). Di sisi lain, Kabupaten
Gunung Kidul memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi )di kesehatan balita, depresi dan PM namun skor tertinggi
(prevalensi rendah) di Kesehatan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kabupaten Sleman ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

KABUPATEN
BANTUL SLEMAN
GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA
KULON PROGO
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN SITUBONDO KOTA SURABAYA
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan SUMENEP KEDIRI

Skor Sistem: Akses SUMENEP KEDIRI

Skor Sistem: KIA PAMEKASAN JOMBANG

Skor Sistem: PTM SAMPANG KOTA MADIUN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KOTA MALANG SUMENEP

Skor Status: Balita SAMPANG KOTA MALANG

Skor Status: Cedera KOTA MALANG SUMENEP

Skor Status: Depresi KOTA MALANG BANGKALAN

Skor Status: PM SITUBONDO KOTA KEDIRI

Skor Status: PTM KOTA MOJOKERTO SUMENEP

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal PACITAN KOTA SURABAYA

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Jawa Timur memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 53.96 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Situbondo (42.59) dan skor tertinggi oleh Kota Surabaya (76.43). Secara umum, Provinsi Jawa Timur memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Timur memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding
sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, skor
terendag untuk akses diperoleh Kabupaten Sumenep, sistem KIA oleh Kabupaten Pamekasan dan sistem PTM oleh Kabupaten
Sampang. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status
kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Kota Malang
memiliki prevalensi tinggi (skor terendah) untuk penyakit kesehatan cedera, depresi namun prevalensi rendah (skor
tertinggi) pada kesehatan Balita. Kabupaten Sampang memiliki skor terendah untuk status kesehatan Balita namun skor
kedua tertinggi di status Kesehatan PTM. Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Jawa Timur.

KABUPATEN
BANGKALAN KEDIRI KOTA PROBOLINGGO NGANJUK SIDOARJO
BANYUWANGI KOTA BATU KOTA SURABAYA NGAWI SITUBONDO
BLITAR KOTA BLITAR LAMONGAN PACITAN SUMENEP
BOJONEGORO KOTA KEDIRI LUMAJANG PAMEKASAN TRENGGALEK
BONDOWOSO KOTA MADIUN MADIUN PASURUAN TUBAN
GRESIK KOTA MALANG MAGETAN PONOROGO TULUNGAGUNG
JEMBER KOTA MOJOKERTO MALANG PROBOLINGGO
JOMBANG KOTA PASURUAN MOJOKERTO SAMPANG
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI BANTEN

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN PANDEGLANG TANGERANG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan LEBAK KOTA CILEGON

Skor Sistem: Akses KOTA TANGERANG SELATAN KOTA CILEGON

Skor Sistem: KIA LEBAK KOTA TANGERANG

Skor Sistem: PTM LEBAK KOTA TANGERANG SELATAN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KOTA TANGERANG SELATAN SERANG

Skor Status: Balita PANDEGLANG KOTA TANGERANG SELATAN

Skor Status: Cedera KOTA CILEGON SERANG

Skor Status: Depresi TANGERANG SERANG

Skor Status: PM TANGERANG KOTA CILEGON

Skor Status: PTM KOTA TANGERANG SELATAN PANDEGLANG

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KOTA SERANG TANGERANG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Banten memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 42.45 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Pandeglang (40.45) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Tangerang (64.11). Secara umum, Provinsi Banten memiliki
skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Banten memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem
KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten
Lebak memiliki skor terendah di sistem PTM dan KIA; tetapi skor relatif di posisi menengah di sistem akses. Kota Tangerang
Selatan memiliki skor terendah di sistem akses namun skor tertinggi di sistem-PTM. Pada komponen status kesehatan, skor
status PTM ditemukan relatif lebih rendah dan tersebar dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit
menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan,
pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Pandeglang memiliki prevalensi tinggi
(skor terendah) untuk penyakit kesehatan Balita namun prevalensi PTM yang relatif rendah (skor tertinggi). Di sisi lain, Kota
Tangerang Selatab memperoleh skor terendah di PTM namun skr terendah di status kesehatan balita dan kedua terendah di
depresi.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada
kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Banten. Kabupaten Tangerang ditemukan memiliki kapasitas fiskal
terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Banten.

KABUPATEN
KOTA CILEGON LEBAK
KOTA SERANG PANDEGLANG
KOTA TANGERANG SERANG
KOTA TANGERANG SELATAN TANGERANG
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI BALI

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN JEMBRANA BADUNG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan DENPASAR TABANAN

Skor Sistem: Akses DENPASAR BANGLI

Skor Sistem: KIA JEMBRANA BADUNG

Skor Sistem: PTM KARANG ASEM KLUNGKUNG

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan JEMBRANA GIANYAR

Skor Status: Balita BANGLI TABANAN

Skor Status: Cedera JEMBRANA BADUNG

Skor Status: Depresi BULELENG BADUNG

Skor Status: PM KARANG ASEM BADUNG

Skor Status: PTM KLUNGKUNG DENPASAR

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal BANGLI BADUNG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Bali memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 46.52 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Jembrana (43.97) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Badung (69.11). Secara umum, Provinsi Bali memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA
dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kota Denpasar
memiliki skor terendah di sistem akses; tetapi skor relatif di posisi menengah di sistem PTM dan KIA. Kabupaten Karang
Asem memiliki skor terendah di sistem PTM, dan relative menengah di sistem akses dan sistem KIA. Pada komponen status
kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan
penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem
kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Klungkung memiliki
prevalensi rendah (skor kedua tertinggi) untuk penyakit kesehatan Balita dan depresi namun dihadapi dengan prevalensi
PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Karang Asem memperoleh skor terendah di PM dan relative
menengah di cedera, depresi dan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali. Kabupaten Badung
ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Bali.

KABUPATEN
BADUNG GIANYAR TABANAN
BANGLI JEMBRANA
BULELENG KARANG ASEM
DENPASAR KLUNGKUNG
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN DOMPU SUMBAWA BARAT
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan DOMPU LOMBOK BARAT

Skor Sistem: Akses SUMBAWA LOMBOK BARAT

Skor Sistem: KIA DOMPU MATARAM

Skor Sistem: PTM LOMBOK UTARA LOMBOK BARAT

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan DOMPU LOMBOK TENGAH

Skor Status: Balita LOMBOK TIMUR MATARAM

Skor Status: Cedera SUMBAWA LOMBOK TENGAH

Skor Status: Depresi SUMBAWA KOTA BIMA

Skor Status: PM DOMPU KOTA BIMA

Skor Status: PTM MATARAM LOMBOK TENGAH

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal BIMA SUMBAWA BARAT

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Nusa Tenggara Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 40.95 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Dompu (36.71) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Sumbawa Barat (46.16). Secara umum, Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem
kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Lombok Utara memiliki skor terendah di sistem PTM; tetapi skor relatif di posisi
menengah di sistem akses dan KIA. Kabupaten Dompu memiliki skor terendah di sistem KIA, dan relatif menengah di sistem
akses dan sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status Balita ditemukan relatif lebih rendah dan tersebar
dibanding skor status kesehatan PTM, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan kesehatan Balita menjadi
masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan
antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Mataram memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan Balita
namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kota Bima memperoleh skor tertinggi
(prevalensi rendah) di PM dan depresi namun kedua terendah di status Kesehatan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang
bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Sumbawa Barat ditemukan memiliki kapasitas fiskal
terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

KABUPATEN
BIMA LOMBOK TENGAH SUMBAWA
DOMPU LOMBOK TIMUR SUMBAWA BARAT
KOTA BIMA LOMBOK UTARA
LOMBOK BARAT MATARAM
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN ROTE NDAO KOTA KUPANG
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan MANGGARAI TIMUR KOTA KUPANG

Skor Sistem: Akses MANGGARAI TIMUR KOTA KUPANG

Skor Sistem: KIA SABU RAIJUA NGADA

Skor Sistem: PTM ENDE ROTE NDAO

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KUPANG ENDE

Skor Status: Balita TIMOR TENGAH SELATAN KOTA KUPANG

Skor Status: Cedera ROTE NDAO MANGGARAI TIMUR

Skor Status: Depresi KUPANG BELU

Skor Status: PM SUMBA TENGAH SIKKA

Skor Status: PTM KOTA KUPANG SUMBA BARAT DAYA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal MANGGARAI
KOTABARAT
KUPANG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Nusa Tenggara Timur memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 35.96 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Rote Ndao (29.21) dan skor tertinggi oleh Kota Kupang (44.11). Secara umum, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki skor sistem PTM dan akses yang tersebar dan relatif lebih rendah
dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten
Manggarai Timur memiliki skor terendah di sistem akses; dan skor relatif di posisi bawah di sistem PTM dan KIA. Kota Kupang memiliki
skor tertinggi di sistem akses, dan relatif menengah di sistem PTM dan sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status Balita
ditemukan relatif lebih rendah dan tersebar dibanding skor status kesehatan PTM, cedera, depresi dan penyakit menular;
mengindikasikan kesehatan Balita menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban
penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Kupang memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit
kesehatan Balita namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Timor Tengah Selatan
memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di status Kesehatan balita, dan relatif menengah di status kesehatan PTM.  Skor
kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kota Kupang ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding
kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

KABUPATEN
ALOR LEMBATA NGADA SUMBA TENGAH
BELU MALAKA ROTE NDAO SUMBA TIMUR
ENDE MANGGARAI SABU RAIJUA TIMOR TENGAH SELATAN
FLORES TIMUR MANGGARAI BARAT SIKKA TIMOR TENGAH UTARA
KOTA KUPANG MANGGARAI TIMUR SUMBA BARAT
KUPANG NAGEKEO SUMBA BARAT DAYA
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MELAWI KOTA PONTIANAK
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan MELAWI KOTA PONTIANAK

Skor Sistem: Akses SINTANG KOTA SINGKAWANG

Skor Sistem: KIA MELAWI KOTA PONTIANAK

Skor Sistem: PTM KOTA PONTIANAK SAMBAS

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KAPUAS HULU SINTANG

Skor Status: Balita MELAWI KOTA PONTIANAK

Skor Status: Cedera KOTA SINGKAWANG SINTANG

Skor Status: Depresi SANGGAU SINTANG

Skor Status: PM BENGKAYANG SINTANG

Skor Status: PTM KOTA PONTIANAK LANDAK

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal PONTIANAK KAPUAS HULU

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kalimantan Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 38.41 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Melawi (36.91) dan skor tertinggi oleh Kota Pontianak (45.99). Secara umum, Provinsi Kalimantan Barat
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih
rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kota Pontianak memiliki skor terendah di sistem PTM; tetapi skor tertinggi di sistem akses dan relatif di
posisi menengah di sistem KIA. Kabupaten Melawai memiliki skor terendah di sistem KIA, dan ketiga terbawah di
sistem-akses dan sistem-PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding
skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai
contoh Kota Pontianak memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan Balita namun dihadapi dengan
prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Melawi memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di
kesehatan balita namun kedua tertinggi (prevalensi rendah) di cedera.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan
Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan
Barat. Kabupaten Kapuas Hulu ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di
Provinsi Kalimantan Barat.

KABUPATEN
BENGKAYANG KOTA PONTIANAK MELAWI SEKADAU
KAPUAS HULU KOTA SINGKAWANG PONTIANAK SINTANG
KAYONG UTARA KUBU RAYA SAMBAS
KETAPANG LANDAK SANGGAU
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN KOTA BARU KOTA BANJARMASIN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KOTA BARU HULU SUNGAI SELATAN

Skor Sistem: Akses KOTA BARU HULU SUNGAI SELATAN

Skor Sistem: KIA KOTA BARU KOTA BANJAR BARU

Skor Sistem: PTM HULU SUNGAI TENGAH KOTA BANJARMASIN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan HULU SUNGAI UTARA BANJAR

Skor Status: Balita TABALONG TANAH BUMBU

Skor Status: Cedera BALANGAN BANJAR

Skor Status: Depresi HULU SUNGAI UTARA TABALONG

Skor Status: PM HULU SUNGAI TENGAH KOTA BANJAR BARU

Skor Status: PTM KOTA BANJARMASIN BANJAR

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal HULU SUNGAI UTARA
TABALONG

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kalimantan Selatan memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 42.37 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Kota Baru (36.16) dan skor tertinggi oleh Kota Banjarmasin (47.29). Secara umum, Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem
kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Kota Baru memiliki skor terendah di sistem akses dan KIA relatif di posisi menengah
di sistem PTM. Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki skor tertinggi di sistem akses namun skor kedua terbawah di sistem
PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM dan Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status
cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan Kesehatan Balita menjadi masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh
Kota Banjarmasin memiliki prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah) namun memiliki skor relatif di posisi menengah untuk
Kesehatan Balita dan cedera.  Di sisi lain, Kabupaten Tabalong memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di kesehatan
balita namun keempat tertinggi (prevalensi rendah) di PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri
Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan.
Kabupaten Tabalong ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi
Kalimantan Selatan.

KABUPATEN
BALANGAN HULU SUNGAI TENGAH KOTA BARU TAPIN
BANJAR HULU SUNGAI UTARA TABALONG
BARITO KUALA KOTA BANJAR BARU TANAH BUMBU
HULU SUNGAI SELATAN KOTA BANJARMASIN TANAH LAUT
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN KATINGAN BARITO TIMUR
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BARITO UTARA BARITO TIMUR

Skor Sistem: Akses MURUNG RAYA BARITO TIMUR

Skor Sistem: KIA BARITO UTARA KOTAWARINGIN BARAT

Skor Sistem: PTM KATINGAN BARITO TIMUR

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan KATINGAN MURUNG RAYA

Skor Status: Balita KOTAWARINGIN TIMUR SUKAMARA

Skor Status: Cedera SERUYAN MURUNG RAYA

Skor Status: Depresi KATINGAN BARITO UTARA

Skor Status: PM KATINGAN BARITO UTARA

Skor Status: PTM KOTAWARINGIN BARAT SERUYAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal BARITO TIMUR KOTAWARINGIN TIMUR

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kalimantan Tengah memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 36.95 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Katingan (34.80) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Barito Timur (43.76). Secara umum, Provinsi
Kalimantan Tengah memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen
sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki skor sistem PTM, akses, dan
KIA yang tersebar. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten
Katingan memiliki skor terendah di sistem PTM, dua terendah di sistem akses, dan relatif di posisi menengah di sistem KIA. Di
lain sisi, Kabupaten Barito Timur memiliki skor tertinggi di sistem akses dan PTM, dan ketiga tertinggi di sistem KIA. Pada
komponen status kesehatan, skor status Balita dan PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan
Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan Balita dan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh
Kabupaten Seruyan memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk PTM namun dihadapi dengan prevalensi cedera yang
tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Kotawaringin Barat memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di kesehatan
PTM namun kedua tertinggi (prevalensi rendah) di Kesehatan Balita.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan
Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan
Tengah. Kabupaten Kotawaringin Timur ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya
di Provinsi Kalimantan Tengah.

KABUPATEN
BARITO SELATAN KAPUAS KOTAWARINGIN TIMUR SERUYAN
BARITO TIMUR KATINGAN LAMANDAU SUKAMARA
BARITO UTARA KOTA PALANGKA RAYA MURUNG RAYA
GUNUNG MAS KOTAWARINGIN BARAT PULANG PISAU
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MAHAKAM ULU KUTAI TIMUR
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan MAHAKAM ULU KOTA BONTANG

Skor Sistem: Akses MAHAKAM ULU KOTA BONTANG

Skor Sistem: KIA MAHAKAM ULU KOTA BALIKPAPAN

Skor Sistem: PTM PENAJAM PASER UTARA KOTA BALIKPAPAN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan MAHAKAM ULU PENAJAM PASER UTARA

Skor Status: Balita KUTAI KARTANEGARA KOTA BONTANG

Skor Status: Cedera KOTA BONTANG PENAJAM PASER UTARA

Skor Status: Depresi KOTA BONTANG PASIR

Skor Status: PM MAHAKAM ULU KOTA BALIKPAPAN

Skor Status: PTM KOTA BALIKPAPAN BERAU

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal MAHAKAM ULU KUTAI TIMUR

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kalimantan Timur memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 42.47 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Mahakam Hulu (32.80) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Kutai Timur (51.82). Secara umum, Provinsi
Kalimantan Timur memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen
sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur memiliki skor sistem PTM dan akses
yang tersebar dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda
antar kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Mahakam Hulu memiliki skor terendah di sistem akses dan KIA; tetapi skor
tertinggi kedua di sistem PTM. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki skor terendah di sistem PTM, dan relatif di posisi
menengah di sistem akses dan sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah
dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar
kabupaten. Sebagai contoh Kota Balikpapan memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk PM dan Kesehatan Balita (skor
kedua tertinggi) namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kota Bontang memperoleh
skor terendah (prevalensi tinggi) di cedera dan depresi namun skor tertinggi di Kesehatan Balita.  Skor kapasitas fiskal yang
bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Timur ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Timur.

KABUPATEN
BERAU KUTAI BARAT PASIR
KOTA BALIKPAPAN KUTAI KARTANEGARA PENAJAM PASER UTARA
KOTA BONTANG KUTAI TIMUR
KOTA SAMARINDA MAHAKAM ULU
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI KALIMANTAN UTARA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN NUNUKAN KOTA TARAKAN
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan TANA TIDUNG KOTA TARAKAN

Skor Sistem: Akses NUNUKAN KOTA TARAKAN

Skor Sistem: KIA TANA TIDUNG KOTA TARAKAN

Skor Sistem: PTM NUNUKAN KOTA TARAKAN

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan NUNUKAN TANA TIDUNG

Skor Status: Balita TANA TIDUNG BULUNGAN

Skor Status: Cedera BULUNGAN TANA TIDUNG

Skor Status: Depresi NUNUKAN TANA TIDUNG

Skor Status: PM NUNUKAN KOTA TARAKAN

Skor Status: PTM KOTA TARAKAN BULUNGAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal NUNUKAN MALINAU

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Kalimantan Utara memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 37.76 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Nunukan (34.41) dan skor tertinggi oleh Kota Tarakan (46.12). Secara umum, Provinsi Kalimantan Utara
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara memiliki skor sistem PTM dan akses yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kabupaten Nunukan memiliki skor terendah di sistem PTM dan akses, namun relatif di posisi menengah di
sistem KIA. Kabupaten Tana Tidung memiliki skor terendah di sistem KIA, kedua terendag di sistem akses dan relatif di posisi
menengah di sistem PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor
status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu
diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh
Kota Tarakan memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk PM dan skor kedua tertinggi untuk penyakit cedera dan
depresi namun dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Tana Tidung memperoleh
skor terendah (prevalensi tinggi) di kesehatan balita namun skor tertinggi (prevalensi rendah) di status Kesehatan cedera
dan depresi.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas
pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara. Kabupaten Malinau ditemukan memiliki
kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Kalimantan Utara.

KABUPATEN
BULUNGAN NUNUKAN
KOTA TARAKAN TANA TIDUNG
MALINAU
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI UTARA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN BOLAANG MONGONDOW SELATAN MANADO
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BOLAANG MONGONDOW SELATAN MINAHASA

Skor Sistem: Akses KEPULAUAN SANGIHE MINAHASA

Skor Sistem: KIA BOLAANG MONGONDOW SELATAN TOMOHON

Skor Sistem: PTM MINAHASA UTARA TOMOHON

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan BITUNG TOMOHON

Skor Status: Balita BOLAANG MONGONDOW SELATAN TOMOHON

Skor Status: Cedera BOLAANG MONGONDOW SELATAN KEPULAUAN TALAUD

Skor Status: Depresi BITUNG KOTAMOBAGU

Skor Status: PM BOLAANG MONGONDOW SELATAN KEPULAUAN SANGIHE

Skor Status: PTM SIAU TAGULANDANG BIARO BOLAANG MONGONDOW SELATAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KEPULAUAN SANGIHE
MANADO

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sulawesi Utara memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 37.76 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (34.51) dan skor tertinggi oleh Kota Manado (44.86). Secara umum,
Provinsi Sulawesi Utara memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan.Pada komponen
sistem kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara memiliki skor sistem PTM yang tersebar
dan relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kepulauan Sangihe memiliki skor terendah di sistem akses; tetapi skor relatif di posisi menengah
di sistem KIA dan PTM. Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki skor terendah di sistem KIA, kedua terendah di
sistem akses dan relatif di posisi menengah di sistem PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM ditemukan
relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan status
kesehatan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban
penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki prevalensi
rendah (skor tertinggi) untuk PTM namun dihadapi dengan prevalensi penyakit kesehatan Balita, PM dan cedera yang tinggi
(skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Siau Tagulandang Biaro memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di PTM namun
relatif menengah di PM dan balita.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado
ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Utara.

KABUPATEN
BITUNG KEPULAUAN SANGIHE MINAHASA SELATAN
BOLAANG MONGONDOW KEPULAUAN TALAUD MINAHASA TENGGARA
BOLAANG MONGONDOW SELATAN KOTAMOBAGU MINAHASA UTARA
BOLAANG MONGONDOW TIMUR MANADO SIAU TAGULANDANG BIARO
BOLAANG MONGONDOW UTARA MINAHASA TOMOHON
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI TENGAH

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN BANGGAI LAUT PALU
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BANGGAI LAUT PALU

Skor Sistem: Akses BANGGAI LAUT PALU

Skor Sistem: KIA BANGGAI LAUT PALU

Skor Sistem: PTM PARIGI MOUTONG MOROWALI UTARA

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan POSO MOROWALI

Skor Status: Balita BANGGAI KEPULAUAN MOROWALI UTARA

Skor Status: Cedera POSO TOJO UNA-UNA

Skor Status: Depresi BANGGAI LAUT BANGGAI

Skor Status: PM BANGGAI LAUT MOROWALI

Skor Status: PTM POSO DONGGALA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal TOLI-TOLI BANGGAI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sulawesi Tengah memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 35.04 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Bangga Laut (26.38) dan skor tertinggi oleh Kota Palu (44.22). Secara umum, Provinsi Sulawesi Tengah
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat memiliki skor sistem PTM dan akses yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kabupaten Banggai Laut memiliki skor terendah di sistem akses dan KIA; tetapi skor relatif di posisi
menengah di sistem PTM. Kota Palu memiliki skor tertinggi di sistem akses dan KIA, namun memperoleh skor ketiga terendah
di sistem PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status depresi ditemukan relatif lebih tersebar dan rendah dibanding
skor status kesehatan Balita, cedera, PTM dan penyakit menular; mengindikasikan depresi menjadi masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai
contoh Kabupaten Poso memiliki prevalensi tinggi untuk penyakit kesehatan cedera (skor terendah), PTM (skor terendah)
dan depresi (skor kedua terendah); namun memperoleh skor relatif menengah di status kesehatan PM. Di sisi lain, Kabupaten
Donggala memperoleh skor tertinggi (prevalensi rendah) di kesehatan PTM namun ketiga terendah di Kesehatan balita
(prevalensi tinggi di penyakit Kesehatan Balita). Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah. Kabupaten
Banggai ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tengah.

KABUPATEN
BANGGAI DONGGALA PARIGI MOUTONG TOLI-TOLI
BANGGAI KEPULAUAN MOROWALI POSO
BANGGAI LAUT MOROWALI UTARA SIGI
BUOL PALU TOJO UNA-UNA
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI SELATAN

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN JENEPONTO MAKASSAR
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan SELAYAR SOPPENG

Skor Sistem: Akses SELAYAR WAJO

Skor Sistem: KIA BONE ENREKANG

Skor Sistem: PTM BARRU SINJAI

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan JENEPONTO BANTAENG

Skor Status: Balita PANGKAJENE DAN KEPULAUAN BANTAENG

Skor Status: Cedera JENEPONTO LUWU UTARA

Skor Status: Depresi MAROS SOPPENG

Skor Status: PM JENEPONTO TORAJA UTARA

Skor Status: PTM WAJO TANA TORAJA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal TORAJA UTARA MAKASSAR

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sulawesi Selatan memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 40.07 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Jeneponto (35.09) dan skor tertinggi oleh Kota Makassar (52.79). Secara umum, Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem
kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Selayar memiliki skor terendah di sistem akses dan relatif di posisi menengah di
sistem KIA dan PTM. Kabupaten Barru memiliki skor terendah di sistem PTM namun relatif di posisi menengah sistem akses
dan sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status Kesehatan Balita dan PTM ditemukan relatif lebih rendah
dibanding skor status kesehatan cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM menjadi masalah kesehatan
yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Skor
kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan
fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Kota Makassar ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan.

KABUPATEN
BANTAENG LUWU PARE-PARE TANA TORAJA
BARRU LUWU TIMUR PINRANG TORAJA UTARA
BONE LUWU UTARA SELAYAR WAJO
BULUKUMBA MAKASSAR SIDENRENG RAPPANG
ENREKANG MAROS SINJAI
GOWA PALOPO SOPPENG
JENEPONTO PANGKAJENE DAN KEPULAUAN TAKALAR
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN BUTON KENDARI
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan BOMBANA KENDARI

Skor Sistem: Akses BOMBANA BAU-BAU

Skor Sistem: KIA KONAWE UTARA KONAWE

Skor Sistem: PTM BUTON UTARA WAKATOBI

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan BUTON KOLAKA TIMUR

Skor Status: Balita BUTON KOLAKA TIMUR

Skor Status: Cedera KONAWE KONAWE UTARA

Skor Status: Depresi BUTON BUTON UTARA

Skor Status: PM BUTON WAKATOBI

Skor Status: PTM BUTON MUNA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal KONAWE SELATAN
KENDARI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sulawesi Tenggara memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 36.98 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Buton (32.53) dan skor tertinggi oleh Kota Kendari (43.87). Secara umum, Provinsi Sulawesi Tenggara
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih
rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kabupaten Buton Utara memiliki skor terendah di sistem PTM; namun relatif di posisi menengah di sistem
KIA dan akses. Kabupaten Bombana memiliki skor terendah di sistem akses dan kedua terendah di sistem KIA, namun skor
relatif di posisi menengah di sistem-PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status Kesehatan Balita dan PTM
ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status kesehatan cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan
Kesehatan Balita dan PTM menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola
beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Buton memiliki prevalensi tinggi (skor
terendah) untuk penyakit kesehatan Balita, depresi, PM dan PTM. Di sisi lain, Kabupaten Buton Utara memperoleh skor
tertinggi (prevalensi relatif rendah) di kesehatan depresi namun skor relatif kedua terendah kedua tertinggi (prevalensi
kedua tertinggi) di PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya
disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kota Kendari ditemukan memiliki
kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Tenggara

KABUPATEN
BAU-BAU KENDARI KONAWE WAKATOBI
BOMBANA KOLAKA KONAWE SELATAN
BUTON KOLAKA TIMUR KONAWE UTARA
BUTON UTARA KOLAKA UTARA MUNA
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI GORONTALO

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN GORONTALO UTARA BOALEMO
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan GORONTALO UTARA BONE BOLANGO

Skor Sistem: Akses GORONTALO UTARA BONE BOLANGO

Skor Sistem: KIA POHUWATO GORONTALO UTARA

Skor Sistem: PTM GORONTALO UTARA BONE BOLANGO

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan GORONTALO POHUWATO

Skor Status: Balita GORONTALO UTARA POHUWATO

Skor Status: Cedera KOTA GORONTALO BOALEMO

Skor Status: Depresi GORONTALO BOALEMO

Skor Status: PM GORONTALO BOALEMO

Skor Status: PTM KOTA GORONTALO BOALEMO

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal BONE BOLANGO
KOTA GORONTALO

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Gorontalo memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 37.36 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Gorontalo Utara (36.19) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Boalemo (42.14). Secara umum, Provinsi Gorontalo
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Gorontalo memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan relatif lebih rendah
dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai
contoh, Kabupaten Gorontalo Utara memiliki skor terendah di sistem akses dan PTM; tetapi skor tertinggi di sistem KIA.
Kabupaten Bone Bolango memiliki skor tertinggi di sistem akses dan PTM namun memperoleh skor relatif menengah di
sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status PTM dan kesehatan Balita ditemukan relatif lebih rendah
dibanding skor status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan PTM dan kesehatan Balita
menjadi masalah kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda
ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kota Gorontalo memiliki prevalensi tinggi (skor terendah) untuk penyakit
kesehatan cedera dan PTM, skor relatif menengah di depresi dan kedua tertinggi di kesehatan Balita dan PM. Di sisi lain,
Kabupaten Gorontalo memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di kesehatan depresi dan PM serta skor relatif di posisi
menengah di  Kesehatan Balita, cedera dan PTM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan
mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Gorontalo. Kota Gorontalo
ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Gorontalo.

KABUPATEN
BOALEMO KOTA GORONTALO
BONE BOLANGO POHUWATO
GORONTALO
GORONTALO UTARA
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI SULAWESI BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MAMUJU MAMUJU TENGAH
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan MAMASA MAJENE

Skor Sistem: Akses MAMASA MAMUJU TENGAH

Skor Sistem: KIA MAMUJU TENGAH MAMUJU UTARA

Skor Sistem: PTM MAMASA MAMUJU

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan POLEWALI MANDAR MAMASA

Skor Status: Balita MAMUJU MAMASA

Skor Status: Cedera MAMUJU MAMUJU TENGAH

Skor Status: Depresi POLEWALI MANDAR MAMASA

Skor Status: PM POLEWALI MANDAR MAMASA

Skor Status: PTM POLEWALI MANDAR MAMASA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal MAJENE POLEWALI MANDAR

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Sulawesi Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 36.19 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Mamuju (35.33) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Mamuju Tengah (40.72). Secara umum, Provinsi
Sulawesi Barat memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem
kesehatan, secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat memiliki skor sistem PTM yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar
kabupaten. Sebagai contoh, Kabupaten Mamasa memiliki skor terendah di sistem PTM dan sistem akses; dan skor relatif di
posisi menengah di sistem KIA. Kabupaten Mamuju memiliki skor kedua terendah di sistem akses dan KIA, dan skor tertinggi
di sistem PTM. Pada komponen status kesehatan, skor status kesehatan Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor
status kesehatan Balita, cedera, depresi dan penyakit menular; mengindikasikan Kesehatan Balita menjadi masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar
kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Polewali Mandar memiliki prevalensi tinggi (skor terendah) untuk penyakit kesehatan
PTM, PM dan depresi dan relatif kedua terendah di cedera dan kesehatan Balita. Di sisi lain, Kabupaten Mamasa memperoleh
skor tertinggi (prevalensi relatif rendah) di kesehatan balita, depresi, PM dan PTM. Skor kapasitas fiskal yang bersumber
pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di
Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten Polewali Mandar ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding
kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Barat.

KABUPATEN
MAJENE MAMUJU TENGAH
MAMASA MAMUJU UTARA
MAMUJU POLEWALI MANDAR
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI MALUKU

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN MALUKU BARAT DAYA AMBON
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan KEPULAUAN ARU AMBON

Skor Sistem: Akses MALUKU BARAT DAYA AMBON

Skor Sistem: KIA SERAM BAGIAN BARAT MALUKU TENGGARA

Skor Sistem: PTM MALUKU BARAT DAYA AMBON

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan TUAL BURU SELATAN

Skor Status: Balita MALUKU TENGAH BURU SELATAN

Skor Status: Cedera MALUKU TENGGARA BARAT BURU SELATAN

Skor Status: Depresi MALUKU BARAT DAYA BURU SELATAN

Skor Status: PM MALUKU BARAT DAYA BURU SELATAN

Skor Status: PTM TUAL BURU SELATAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal TUAL MALUKU BARAT DAYA

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Maluku memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 35.02 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Maluku Barat Daya (30.52) dan skor tertinggi oleh Kota Ambon (43.18). Secara umum, Provinsi Maluku memiliki
skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku memiliki skor sistem Kesehatan Balita dan PTM yang tersebar dan relatif lebih
rendah dibanding sistem akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai
contoh, Kabupaten Maluku Barat Daya memiliki skor terendah di sistem akses dan sistem PTM; tetapi skor relatif di posisi
menengah di sistem KIA. Kota Ambon memiliki skor tertinggi di sistem akses dan PTM serta relatif di posisi menengah di
sistem KIA. Pada komponen status kesehatan, skor status Kesehatan Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor
status kesehatan cedera, depresi, PTM dan penyakit menular; mengindikasikan Kesehatan Balita menjadi masalah kesehatan
yang perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten.
Sebagai contoh Kota Tual memiliki skor relatif di posisi menengah untuk penyakit kesehatan Balita dan cedera namun
dihadapi dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor terendah). Di sisi lain, Kabupaten Maluku Tengah memperoleh skor
terendah (prevalensi tinggi) di kesehatan balita dan kedua terendah di PM.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada
keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi
Maluku. Kabupaten Maluku Barat Daya ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya
di Provinsi Maluku.

KABUPATEN
AMBON KEPULAUAN ARU MALUKU TENGGARA SERAM BAGIAN TIMUR
BURU MALUKU BARAT DAYA MALUKU TENGGARA BARAT TUAL
BURU SELATAN MALUKU TENGAH SERAM BAGIAN BARAT
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN PULAU TALIABU TERNATE
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan PULAU TALIABU TERNATE

Skor Sistem: Akses PULAU TALIABU TERNATE

Skor Sistem: KIA PULAU TALIABU TIDORE KEPULAUAN

Skor Sistem: PTM PULAU TALIABU TERNATE

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan PULAU MOROTAI HALMAHERA TENGAH

Skor Status: Balita PULAU TALIABU TERNATE

Skor Status: Cedera HALMAHERA BARAT TERNATE

Skor Status: Depresi PULAU MOROTAI HALMAHERA TENGAH

Skor Status: PM HALMAHERA UTARA HALMAHERA TIMUR

Skor Status: PTM TIDORE KEPULAUAN HALMAHERA SELATAN

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal HALMAHERA
HALMAHERA
UTARA SELATAN

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Maluku Utara memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 34.72 dengan skor terendah
diperoleh Kabupaten Pulau Taliabu (27.44) dan skor tertinggi oleh Kota Tarnate (43.54). Secara umum, Provinsi Maluku Utara
memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku Utara memiliki skor sistem PTM dan akses yang tersebar dan relatif
lebih rendah dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten. Sebagai
contoh, Kabupaten Pulau Taliabu memiliki skor terendah di sistem PTM, sistem akses dan sistem KIA. Kabupaten Kepulauan
Tidore memiliki skor tertinggi di sistem KIA, kedua tertinggi di sistem akses dan relatif di posisi menengah di sistem PTM.
Pada komponen status kesehatan, skor status kesehatan Balita ditemukan relatif lebih rendah dibanding skor status
kesehatan cedera, depresi, PTM dan penyakit menular; mengindikasikan Kesehatan Balita menjadi masalah kesehatan yang
perlu diperhatikan. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten. Sebagai
contoh Kota Tarnate memiliki prevalensi rendah (skor tertinggi) untuk penyakit kesehatan Balita dan cedera namun dihadapi
dengan prevalensi PTM yang tinggi (skor kedua terendah). Di sisi lain, Kabupaten Kepulauan Tidore memperoleh skor
terendah (prevalensi tinggi) di PTM namun ketiga tertinggi (prevalensi cukup rendah) di Kesehatan Balita.  Skor kapasitas
fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal
kabupaten-kabupaten di Provinsi Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Utara ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Maluku Utara.

KABUPATEN
HALMAHERA BARAT HALMAHERA TIMUR PULAU MOROTAI TIDORE KEPULAUAN
HALMAHERA SELATAN HALMAHERA UTARA PULAU TALIABU
HALMAHERA TENGAH KEPULAUAN SULA TERNATE
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI PAPUA BARAT

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN PEGUNUNGAN ARFAK TELUK BINTUNI
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan PEGUNUNGAN ARFAK KOTA SORONG

Skor Sistem: Akses PEGUNUNGAN ARFAK KOTA SORONG

Skor Sistem: KIA PEGUNUNGAN ARFAK TELUK BINTUNI

Skor Sistem: PTM MAYBRAT


SORONG SELATAN
TAMBRAW KOTA SORONG

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan PEGUNUNGAN ARFAK TELUK WONDAMA

Skor Status: Balita MAYBRAT KOTA SORONG

Skor Status: Cedera PEGUNUNGAN ARFAK TELUK WONDAMA

Skor Status: Depresi FAKFAK SORONG SELATAN

Skor Status: PM PEGUNUNGAN ARFAK TELUK WONDAMA

Skor Status: PTM KOTA SORONG TELUK WONDAMA

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal TELUK WONDAMA TELUK BINTUNI

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Papua Barat memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 34.24 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Pegunungan Arfak (21.49) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Teluk Bintuni (41.36). Secara umum, Provinsi Papua
Barat memiliki skor sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan,
secara umum kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua Barat memiliki skor sistem PTM dan sistem akses yang tersebar dan
relatif lebih rendah dibanding sistem KIA. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Sebagai contoh, Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki skor terendah di sistem akses dan sistem KIA dan relatif di posisi
menengah di sistem PTM. Kabupaten Teluk Bintuni memiliki skor tertinggi di sistem KIA, dan relatif di posisi menengah di
sistem akses dan sistem PTM. Pada komponen status kesehatan, hampir semua status Kesehatan: Balita, cedera, depresi,
penyakit menular dan PTM memiliki skor yang tersebar. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda
ditemukan antar kabupaten. Sebagai contoh Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki prevalensi tinggi (skor terendah) untuk
penyakit kesehatan cedera dan penyakit menular. Di sisi lain, Kota Sorong memperoleh skor terendah (prevalensi tinggi) di
kesehatan PTM namun kedua tertinggi (prevalensi rendah) di Kesehatan Balita.  Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada
keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi
Papua Barat. Kabupaten Teluk Bintuni ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat dibanding kabupaten-kabupaten lainnya
di Provinsi Papua Barat.

KABUPATEN
FAKFAK MAYBRAT TAMBRAW
KAIMANA PEGUNUNGAN ARFAK TELUK BINTUNI
KOTA SORONG RAJA AMPAT TELUK WONDAMA
MANOKWARI SORONG
MANOKWARI SELATAN SORONG SELATAN
INDEKS KEWILAYAHAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
PROVINSI PAPUA

INDEKS KEWILAYAHAN
Indeks kewilayahan
PEMBANGUNAN PANIAI MIMIKA
pembangunanKESEHATAN
kesehatan

Indeks
IndeksSistem
SistemKesehatan
Kesehatan NDUGA KOTA JAYAPURA

Skor Sistem: Akses NDUGA KOTA JAYAPURA

Skor Sistem: KIA YALIMO BIAK NUMFOR

Skor Sistem: PTM DOGIYAI


PEGUNUNGAN
PUNCAK
MAMBERAMO
JAYA RAYA
BINTANGNABIRE

Indeks
IndeksStatus
StatusKesehatan
Kesehatan YAPEN WAROPEN YAHUKIMO

Skor Status: Balita WAROPEN SARMI

Skor Status: Cedera DOGIYAI YALIMO

Skor Status: Depresi YAPEN WAROPEN PUNCAK

Skor Status: PM PANIAI JAYAWIJAYA

Skor Status: PTM MERAUKE DEIYAI

Indekskapasitas
Indeks Kapasitas Fiskal
Fiskal DEIYAI MIMIKA

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Provinsi Papua memperoleh skor kewilayahan pembangunan kesehatan sebesar 32.77 dengan skor terendah diperoleh
Kabupaten Paniai (23.00) dan skor tertinggi oleh Kabupaten Mimika (42.80). Secara umum, Provinsi Papua memiliki skor
sistem kesehatan yang lebih rendah dibanding skor status kesehatan. Pada komponen sistem kesehatan, secara umum
kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua memiliki skor sistem akses dan KIA yang tersebar. Sistem PTM ditemukan relatif
lebih rendah dibanding sistem KIA dan akses. Namun, ditemukan pola skor sistem kesehatan yang berbeda antar kabupaten.
Pada komponen status kesehatan, hampir semua status Kesehatan: Balita, cedera, depresi, penyakit menular dan PTM
memiliki skor yang tersebar. Seperti halnya di sistem kesehatan, pola beban penyakit berbeda ditemukan antar kabupaten.
Skor kapasitas fiskal yang bersumber pada keputusan Menteri Keuangan mengindikasikan adanya disparitas pada
kemampuan fiskal kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua. Kabupaten Mimika ditemukan memiliki kapasitas fiskal terkuat
dibanding kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Papua.

KABUPATEN
ASMAT KEEROM NABIRE TOLIKARA
BIAK NUMFOR KOTA JAYAPURA NDUGA WAROPEN
BOVEN DIGOEL LANNY JAYA PANIAI YAHUKIMO
DEIYAI MAMBERAMO RAYA PEGUNUNGAN BINTANG YALIMO
DOGIYAI MAMBERANO TENGAH PUNCAK YAPEN WAROPEN
INTAN JAYA MAPPI PUNCAK JAYA
JAYAPURA MERAUKE SARMI
JAYAWIJAYA MIMIKA SUPIORI

Anda mungkin juga menyukai