Anda di halaman 1dari 11

PERTEMUAN PERTAMA HUKUM JAMINAN ADAT

Sifat konkrit hukum adat mengakibatkan pembagian benda dalam hukum adat dibagi menjadi
dua yaitu tahah dan bukan tanah

Hukum adat mengenal Asas pemisahan horisontal = pemilik tanah belum tentu sebagai pemilik
bangunan, tanaman, maupun benda2 yang ada diatasnya

KUHpdt, perjanjian sifatnya abstrak karena terbentuk karena konsesnusal missal: perjanjian jual
beli lahir sejak ada consensus (Pasal 1320), para pihak sudah terikat disini meskipun belum ada
perbuatan hukum yang mengikuti. Berbeda dengan hukum adat kesepakatan hanya awal
perbuatan yang diinginkan, belum lahir perbuatan hukum. Jual beli dalam hukum adat lahir
bukan karena kesepakatan (hanya awal), ketika ada penyerahan barang dari penjual dan
penyerahan uang dari pembeli. Dalam hukum adat kesepakatan tidak sesuai perbuatan nya bukan
wanprestasi. Dalam hukum adat konkritisasi, bukan konsensual. Hukum adat mengikat lembaga
pengikat kesepakatan seperti panjar (pengikat kesepakatan agar kesepakatan benar2
terlaksanakan) Panjar ada karena belum ada kepercayaan masing2 pihak. Panjar berbeda dengan
uang muka. Panjar tidak perhitungkan dalam transaksi dan tidak selalu diwujudkan dalam bentuk
uang. (suatu benda yang disimbolkan sebagai pengikat saja missal: cincin, makanan dari ketan
dalam adat Yogya Solo)

Panjar tidak hanya dalam bidang harta kekayanan melainkan juga dalam harta kekayaan

Perbedaan sistem

1. Pembagian hukum public dan privat, hukum adat tidak mengenal sehingga jaminan
dalam hukum tidak mengenal adanya sanksi perdata, pidana adat, jaminan juga masuk
dalam ranah hukum keluarga maupun delik adat, orang yang melakuka perbuatan pidana
maupun PMH 1365 tetap delik adat dan sanksinya mengembalikan keharmonisan masy
2. Tidak ada pelanggaran hukum pidana dan perdata
3. Benda dalam hukum adat terutama tanah dikenal asas pemisahan horizontal, dimana
pemilik tanah dimungkinkan bukan pemilik benda diatasnya dan sebaliknya, jadi pemilik
keduanya sekaligus juga dimungkinakan. Missal dalam jual beli tanah dalam hukum adat
belum tentu termasuk tanaman2, pohon2 dsb. Ini digunakan UUPA. Dalam akta PPAT
juga disebutkan. UU Hak Tanggungan juga mengakuinya karena dasarny UUPA
Dalam KUHPdt mengenal asas asesi yaitu perlekatan dimana orang punya rumah pasti
punya tanahnya. Asas pemisahan horizontal digunakan dalam hukum pertanahan
Indonesia yakni Pasal 5 UUPA “hukum yg mengatur bumi, air….. adalah hukum adat”,
kemudian dictum 4 mencabut tanah dari KUHPdt. Pasal 53 UUPA masih mengakui hak2
tapi masih bersifat sementara, maknaya swaktu-waktu pengakuan itu dapat dicabut.
Realitanya pasal 53 masih berlaku justru menjawab kebutuhan tanah yang berkembang
dan sifat tanah yang statis missal: ada hak numpang menjadi solusi , buktinya muncul UU
Rumah Susun
4. Hukum positif belum tentu hukum yang hidup?
Hukum yang hidup adalah hukum yg benar2 belaku dalam masyrakat, hukum positif
belum tentu hukum yang hidup dalam masyarakat. Terkesan ada resistensi dari
masyarakat missal jika mau menggadaikan tanah apakah selalu menggunakan Hak
Tanggungan. Belum semua masyarakat menggunakan hak tanggungan. Tidak seperti di
Seruyan Kalimantan Tengah

Jaminan tidak lepas dari perutangan, dalam hukum perdata pasti dikaitkan dengan hutang
piutang berdasarkan SK Direktur BI adalah keyakinan bak atas pelunasan hutang debitur .
Konsep hukum adat, pengertian perutangan tidak ada kaitannya dengan hutang piutang. Jaminan
berasal dari bahasa Belanda. Jaminan tidak masuk dalam perutangan berebeda. Perutangan
dalam hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang mengatur hak-hak selain tanah serta jasa-
jasa (termasuk peralihannya)
Hukum adat dibagi dua mengatur tanah (hukum tanah) dan bukan tanah (perutangan)
Benda selain tanah yaitu Rumah, Tanaman, dan Benda2 lainnya

Jaminan dalam Hk Adat dan Perdata


1. Persamaannya :
a. memberi keyakinan melaksanakan perbuatan yang diperjanjiankan, tidak selalu
sebagai pengganti pelunasan hutang karena tidak selalu dalam ranah harta kekayaan
tetapi juga dalam ranah hukum keluarga seperti perkawinan
b. Jaminan dalam bentuk kebendaan dan perorangan , meskipun kebendaan dalam
KUHpdt berbeda dengan Hukum Adat. Menurut KUHPdt benda dibagi menjadi
benda tetap dan benda bergerak sedangkan dalam hukum adat menjadi tanah dan
bukan tanah
2. Perbedaan
a. Jaminan dalam hukum perdata terbatas dalam ranah harta kekayaan ……………
b. Benda bergerak dengan jaminan gadai (pand) berbeda dengan jaminan benda tetap
yaitu hipotek, setelah berlakunya UUPA tanah keluar sebagai benda tetap. Gadai
dalam KUHpdt tidak sama dengan gadai dalam hukum adat terutama gadai tanah.
Dalam hukum adat adalah hak jual dan membeli kembali yang tidak dibatasi jangka
waktu hingga ia mampu membeli kembali

Kapan peralihan ha katas tanah dalam hukum adat? Terang, Tunai, Real yaitu ketika dibayarkan
(bukan pendaftaran itu hanya pendaftarkan peralihan hak)

Bedanya jual tahunan dan sewa? Sewa bayarnya diakhir (KUH Pdt), dalam
PERTEMUAN KEDUA HUKUM JAMINAN ADAT

Jaminan benda bergerak dalam KUHPerdata diatur dalam Pasal 1150 KUHPdt (gadai)

Gadai dalam pengertian KUHPdt beda dengan hukum adat, gadai dalam hukum adat sangat
berbeda karena bukan karena gadai dalam kuhpdt

Gadai dalam KUHpdt adalah jaminan(perjanjian tambahan), dapat konteks Hukum Adat Gadai
bukan jaminan melainkan bagian dari jual beli dengan obyek tanah, dikatakan jual beli dengan
hak untuk membeli kembali. Orang menggadaikan tanah pertanian disini bukan dalam konteks
hutang-piutang melainkan jual beli dengan hak memberli kembali (Lihat UU no.56 PRP
1960).Jual beli dan hak membeli kembali juga diatur dalam KUHPdt tapi hak membeli kembali
dengan hukum adat berbeda. Hak membeli kembali dalam KUHpdt diabatasi jangka waktu 5
tahun dan jika lewat maka hak untuk membeli kembali akan hilang, dalam hukum adat hak
membeli kembali tidak ada jangka waktunya sehingga dapat diwariskan oleh penjual kepada ahli
warisnya. Selama belum dibeli kembali berada dalam penguasaan pembeli gadai tetapi hak milik
ada pada penjual gadainya. Pembeli mengelola dan menikmati dan memungut hasil dari obyek
gadai. Pembeli gadai jika tdk ada uang tidak boleh memaksa penjual gadai untuk membeli
kembali meskipun sama dengan harga jual gadai. Apa solusi kepada Pembeli Gadai? Pembeli
gadai dapat menjual lagi obyek gadai kepada orang lain apabila ia butuh uang dan penjual belum
dapat membeli lagi. Syaratnya dia harus memberi tahu kepada penjual gadai, tidak perlu ijin ke
pemberi gadai. Mengapa? Tujuannya agar penjual gadai yang diberitahu tanahnya dimana,
siapakah pembeli terakhir agar jika ia membeli kembali ia tahu kepada siapa ia harus memberli
sebab hak milik masih melekat pada dia sedangkan yang beralih adalah hak penguasaannya.
Kenapa tidak dengan ijin? Kemungkinan diijinkan atau tdk, jika tdk maka keinginan pembeli
gadai tidak terpenuhi kebutuhannya padahal penjual tidak bisa beli (dasarnya adalah toolong
menolong)

Gadai dalam hukuma adat sepintas hutang piutang dengan jaminan obyek tanah karena kreditur
yang menguasai tanah, namun beda sama sekali dengan hutang piutang dengan KUHPdt. Apa
perbedaan prinsipilnya? Mungkinkah ada hutang piutang tanpa batas waktu? Tentu tidak ada
sehingga kreditur bisa memaksa debitur membayar lunas hutangnya agar barangnya dapat
dikembalikan

a. Gadai dalam KUHpdt adalah jaminan(perjanjian tambahan), dapat konteks Hukum Adat
Gadai bukan jaminan melainkan bagian dari jual beli dengan obyek tanah
b. Hutang piutang ada batas waktu, gadai dalam hukum adat tidak dibatasi jangka waktu
sehingga penjual jika belum bisa membeli maka ia tidak bisa dipaksa oleh pembeli
c. Dalam KUHPdt jika debitur jika tidak mampu membayar hutang menurut waktunya
maka jaminan difungsikan untuk membayar huatngnya dengan cara yang diperhitungkan
yaitu dijual diberi nilai untuk pelunasan hutangnya, dalam hukum ada tidak demikian
maka pembeli gadai tidak punya hak untuk menjual sebab ia hanya memiliki hak
penguasaan bukan hak pemilikan sehingga tidak mempunyai hak berbuat bebas pada
obyek tanah tersebut
d. Gadai dalam KUHpdt adalah perjanjian tambahan sedangkan jual gadai dalam hukum
adat adalah perjajian pokkok
e. Gadai dalam KUHpdt obyeknya adalah benda bergerak sedangkan dalam hukum adat
adalah tanah dengan hak milik saja

Dalam hukuma dat mengenal beberapa transaksi dengan obyek tanah yatu jual lepas (peralihan
tanah tertinggi ), jual tahunan, dan jual oyodan.Gadai merupakan bagian dari jual beli atas tanah.
Obyek gadai hanya hak milik, mengenal juga hak atas tanah jabataan atas pengganti honorarium
perangkat desa dan hanya bisa pada hak milik. Ini beda dengan 3 jenis transaksi tanah tersebut.
Tanah dengan hak milik tidak dibatasi waktu sedangkan jika tidak maka ada jangkwa waktunya
dan dapat habis. Jual gadai diatur dalam UU no 56/PRP/1960. Ada ketentuan jual gadai yang
merubah yang selama-lamanya, skrg dibatasi dalam kurun waktu 7 tahun dan jika lebih harus
kembali ke pemiliknya tanpa prestasi apapun. Berlalunya 7 tahun maka harus kembali tanpa
pembayaran hutang oleh debitur? Alasannya dari pembuat UU selama 7 tahun pembeli gadai
udah memperoleh hasil dari obyek jual gadai yang setara dengan pembelian kembali meskipun
dalam realita di lapangan tidak berlaku, masyarakat tidak menggunakannya. Tidak ada daya
berlaku secara sosiologi. Sebab uu ini dasarnya adalah perhitungannya ekonomis

Apakah jual gadai diakui dalam UUPA? Iya sama dengan hak menumpang, bersifat sementara.
Sewaktu-waktu hak tersebut dapat dicabut (Pasal 53), pasal ini masih dibutuhkan dalam
masyarakat masih digunakan meskipun masyarakat sudah difasilitasi pemerintah dengan UU
No.56/PRP/1960. UU ini adalah hukum positif (dasanya jual beli), tapi tidak mempunyai daya
berlaku sosiologis sehingga bukan merupakan hukum yang hidup dalam masyarakat bukan the
living law (mazhab anglo saxon dan sejarah karena tidak sesuai dengan kesadaran hukum
masyarakat)

Fungsi Jaminan = Tujuan Jaminan? Tujuan jaminan memberi keyakinan kepada kreditur bahwa
debitur akan melunasi hutangnya/memenuhi prestasinya (ada pemberian kepastian dari debitur
kepada kreditur). Apakah jaminan hanya dalam bentuk kebendaan atau orang ? Apabila dilihat
dalam KUHpdt dan hukum perbankan tidak selalu bentuk benda atau perorangan, melainkan ada
suatu dasar memberi keyakinan pada kreditur bukan dalam bentuk kebendaan atau perorangan
yaitu jaminan kepercayaan yang sangat mendasar. Jaminan kebendaan dan org tidak selalu
diminta,bukan tidak ada sama sekali melainkan tetap ada yaitu jaminan kepercayaan yang
dipraktekkan dalam hukum perbankan (5C) meskipun skrg diikuti dengan jaminan benda atau
orang. Jaminan dalam KUHpdt dikenal dengan jaminan umum (Pasal 1130), jika tidak ada
jaminan khusus dan hanya jaminan kepercayaan, maka jaminannya adalah seluruh kekayaannya
baik yang sudah ada maupun yang akan ada.
Fungsi jaminan? Apabila jika berupa kebendaan atau orang, lebih tepat pada jaminan kebendaan.
Fungsinya apa (baik benda tetap maupun benda bergerak) ? Fungsi utamanya adalah pengganti
pelunasn hutangnya apabila debitur wanprestasi dengan menjual untuk pelunasan hutang dan jika
lebih maka dikembalikan, jika tidak ada kemacetan dan lancer maka jaminan itu tidak berfungsi
dan hanya sebagai keyakinan saja . Keduanya kreditur nya akan didahulukan dari kreditur-
kreditur lainnya atas pelunsan hutangnya (apabila dipasang hipotek dan hak tanggungan)

Gadai untuk benda bergerak dan hipotek untuk benda tetap, gadai jelas dikuasai oleh kreditur.
Hipotek ? Debiturnya berdasarkan bukti kepemilikan , debitur tetap menguasai benda dan yang
dikuasai kreditur adalah bukti kepemilikan sebagai kepercayaan dan peralihannya dengan balik
nama dalam bukti kepemilikannya ada pada kreditur (antisipasi debitur mengalihkan benda itu
dengan pihak lain. Pada hukum adat siapa yang menguasai, dalam hukum adat dikenal jaminan
dengan obyek tanah maupun bukan tanah. Siapa yang menguasai benda jaminan dalam hukum
adat? Dalam hukum adat = tanah ada dalam penguasaan debitur terutama setelah berlakunya
UUPA, yang menjadi jaminan kepada kreditur makala debitur wanprestasi karena yang menjadi
pegangan hanya bukti hak. Apakah kreditur yakin? Jaminan tanah dengan berlakunya UU Hak
Tanggungan (UU No.4/1996).

Apakah dimungkinkan hutang piutang dengan tanah tanpa menggunakan lembaga konsep hak
tanggungan. Apa syarat utama Hak Tanggungan? Ada sertifikat Hak Tanggungan. Apa syarat
hak tanggungannya yaitu akta PPAT tentang pemberian hak tanggungan dari debitur ke kreditur
(Pasal 10), ada kewajiban mendaftarkan maksimal 7 hari kerja. Yg didaftarkan adalah alat bukti
pemberian hak tanggugan (Pasal 37 PP No.24/97). Apakah mutlak dengan akta PPAT agar
muncul sertifikat hak tanggungan? Apa makna sertifikat hak tanggungan? Sebagai bukti adanya
hak tanggungan (kepastian) dan fungsinya untuk sebagai pengganti putusan PN untuk eksekusi
manakala debitur wanprestasi, dalalm sertfikat ini sudah ada ilah-ilahnya sudah ada titel
eskekutorialnya sehingga dapat menggantikan putusan hakim lagi (dimungkinkan tanpa putusan
hakim)

Pendaftaran hak tanggungan hanya mempunya jangka waktu 7 hari kerja, apabila hari ke 8
mungkinkah lahir hak tanggungan. Dalam UU Hak Tanggungan dan PP Pendaftaran Tanah ini
diatur 7 hari kerja sejak aka tsd ditandatangani.

Kapan lahirny hak Tanggungan menurut UU No.4/1996? Jika sudah ada serfitikat yang telah
dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan meskipun sudah akta PPAT. Konsekuensinya dianggap
belum ada jaminanya, yang salah adalah PPAT. Eksekusi jaminan pun tidak dapat dilakukan

Apakah hutang piutang dengan tanah setelah berlakunya UU Hak Tanggungan harus selalu harus
selalu dipasang dengan Hak Tanggungan? UU ini bersifat imperative atau fakultativ? Fakultatif
adalah pilihan dapat diikuti atau tidak, jika diikuti maka mengikat (aanfullenrecht) jika tidak
silahkan mengatur sendiri (Pasal 1388 asas kebebasan berkontrak) missal Hak menolak waris,
sedangkan imperative adalah sebagai ketentuan hukum pemaksa dan harus digunakan
(dwingenrecht). Dapat dilihat dengan saksi yang ada padanya, dalam UU Hak Tanggungan ini
tidak ada sanksinya jika hutang dengan tanah tanpa dipasang hak tanggungan, hal ini
diperbolehkan sebab ini sifatnya fakultatif. Sesoerang diperbolehkan hutang dengan obyek
jaminan tanah tanpa memasang hak tanggungan (tidak akan mendapat sertifikat). Apa yang
dikuasasi kreditur sebagai bukti jaminannya? Alat bukti kepemilikan saja, sebab belum tentu
dalam masyarakat belum tentu bukti pemilikan sertifikat (terutama sebelum adanya PTSL),
sehingga kreditur tidak punya hak istimewa karena tidak punya alat bukti yang punya kekuatan
eksekutorial. Kekuatan hukumnya lebih lemah dibanding dengan benda bukan tanah lainnya,
kenapa? Karena ia tidak dapat berbuat bebas, jika benda bergerak kreditur dapat memfungsikan
jaminan dapat dijual. Dalam hukum adat pohon pun dapat dijaminkan sebab ada nilai-nilai
nominal misalnya pohon kayu jati, pohon sengon (beda dengan jual ijon, ini bukan jaminan)

UU Hak Tanggungan (mengenal asas pemisahan horizontal) misakan tanah dengan hak
tanggungan dan pabriknya dengan fidusia, dalam hipotek tidak mengenal asas pemisahan
horizontal

Kreditur dalam UU Hak Tanggungan harus lembaga tertentu? Pasal 1 angka 2 UU Hak
Tanggungan, kreditur adalah pihak yang berpituang dalam suatu hubungan hutang piutang
tertentu, tidak menunjuk lembaga-lembaga tertentu. Dengan demikian aturan ini tidak menunjuk
lembaga tertentu melainkan siapapun yang mempunyai piutang, demikian juga debitur.
Sepanjang memenuhi prosedur uu hak tanggungan.

Jaminan dengan tanah dapat dilakukan selain ketentuan UU Hak Tanggungan. Bagaimana
caranya kreditur menjual tanah karena dia bukan pemilik dan sulit mencari pembelinya terutama
dengan adanya konsep pendaftaran tanah sebagaimana dengan dimaksud Pasal 19 UUPA, syarat
pendaftaran tanah terang tunai dan real. Tapi ini belum memberi kepastian melainkan harus bukti
pemilikan yang didaftarkan, manakala jika Cuma terang tunai real maka tidak bisa didaftarkan.
Konsekuensinya tidak dapat didaftarkan. Syarat pendaftaran di kantor pertanahan maka harus
dbuktikan dengan akta PPAT (Pasal 37 ayat 1 PP 24/1997), jika untuk mendapat akta PPAT
maka harus ditentukan penjual adalah pemilik sedangkan kredidtur hanya punya alat bukti
semata. Hal ini sangat sulit dibuktikan tanpa keikutsertaan pemilik. Sedangkan dalam UU Hak
Tanggungan, tanah dapat diekseuksi dengan sertifikat hak tanggungan yang menjadi alas hak
kepada kridtur dan meminta kepada panitialelang untuk menjual, tidak perlu ada keterlibatan
debitur, dia hanya cukup diberitahu. Mengapa jaminan hutang dengan obyek tanah tanpa hak
tanggungan masih berlaku. Ada dua alasan disini, (tidak hanya di masyarakat saja melainkan
dalam beberapa lembaga seperti RS)

a. Nilau hutangnya sedikit kecil, jika dipasang dengan hak tanggungan maka tidak
seimbang dengan biaya procedural pembebanan hak tanggungan karena ada prosedur
formal
b. Tidak perlu melalui proses formal karena harus ada biaya untuk pembuatan akta PPAT
sehingga tambahan yang membebani debitur sehingga dirasakan sangat memberatkan
c. Ada kepercayaan kreditur bahwa debitur akan melunasi hutangnya
d. Dalam masyarakat awam , sertifikat hak atas tanah tanah/letter C/getug/eigendom ini
mempunyai nilai yang sangat tinggi sesuai obyeknya dan ia tidak khawatir dalam
penjualan obyek ini, padahal tidak demikian
e. Dasar Tolong menolong dalam masyarakat

Bukan berarti mekanisme hak tanggungan mati, melainkan hidup berdampingan. UU Hak
Tanggungan ini merupakan hukum positif dan hukum yang hidup dalam masyarakat meskipun
kadang juga tidak digunakan karena alasan2 tsb diatas

Hutang dengan jaminan tanah dapat dibuat dengan UU No.4/1996, bisa juga tidak. Sertikat hak
tanggungan menjadi alat bukti dari adanya pemasangan hak tanggungan dan berfungsi manakala
debitur wanprestasi

Dalam hukum perdata dikenal dengan gross akta, gross akta adalah salian akta yang ada titel
eksekutorialnnya. Apakah fungsinya sama dengan sertifikat hak tanggungan? SAMA karena ada
titel eksekutorial. Tidak semua salinan akta diberi titel eksekutorial, hanya salinan akta2 tertentu
saja seperti salinan akta pelunasan hutang (UU Jabatan Notaris)

Akta adalah tiap tulisan dimkasudkan sebagai bukti seperti kwitansi, akta dibagi menjadi akta
otentik dan akta dibawah tangan. Akta otentik adalah akta yang dibuat atau dihadapan pejabat
yang ditunjuk dalam hal ini adalah notaris, bentuknya tertentu (Pasal 1628 KUHPdt)

Salinan akta yang dipegang para pihak sedangkan yang asli dipegang oleh Notaris (minuta akta),
Gross akta ini diberikan apabila tanah tidak dibebankan dengan hak tanggungan, ini adalah
pengakuan hutang. Perbedaannya

a. Biayanya tidak sebesar dengan biaya prosedur hak tanggungan


b. Tidak didaftarakan, sedangkan hak tanggungan didaftarkan

Mengapa kreditur merasa terjamin dengan sertifikat padahal hak milik pada pemegang hak
milik/penjual? Beberapa pasal menghambat kreditur menjual tanahnya yaitu Pasal 37 ayat 1 dan
Pasal 39 ayat 1 PP No.24/97. Ini adalah adminstrasi pertanahan dalam proses jual beli. Pasal 37
ayat 1 peraihan dibuktikan dengan akta PPAT, yang mengajukan para pihak yang mempunyai
legal standing (jika ada itikhad baik). Akta PPAT harus disertai sertifikat atas tanah, kadang
tanda bukti yang lain seperti Letter C/Petug/Girig

Dalam hukum adat, jaminan tidak hanya dalam hutang piutang melainkan juga pada hukum
keluarga. Dimungkinkan khususnya dalam perkawinan sebab dalam hukum adat ada eberapa
bukti perkawinan yang membutuhkan persyaratan yang belum dipenuhi oleh pengantin sehingga
ada jaminan agar terlaksannya perkawinan. Jaminan juga dikenal dalam delik yang merupakan
ketiak harmonisan keluarga, dalam hukum ada tidak mengenal lapangan hukum public dan privat
sehingga tidak mengenal pelanggaran hukum public dan privat, melainkan hanya satu yaitu
delik. Delik ada jika ada gangguan keharmonisan masyarakat. Sanksinya adalah mengembalikan
keharmonisan tidak selalu dalam perbuatan hukum public saja , melainkan hukum privat missal:
hutang piutang, anak lahir tanpa ayah

Dalam hukum perdata jaminan terdapat dalam bentuk kebendaan dan perorangan (orang pribadi
yakni penanggung) , sama dengan hukum adat jaminan terdapat dalam bentuk kebendaan (tanah
dan bukan tanah) dan perorangan (orang perorangan , keluarga, masyarakat). Missal di Lombok
perkawinan terjadi jika ada merarik. Ini merupakan image kesatriaan, dimana mencuri calon
pengantin putri pada saat tertentu saat setelah maghrib, jika laki-laki bawa perempuan membawa
perempuan maka akan dikenakan sanksi adat. Perempuan ini dibawa ke keluarga lain yang dapat
menjamin kepada keluarga perempuan bahwa perempuan tersebut dalam keadaan baik

PERTEMUAN KEDUA HUKUM JAMINAN ADAT

UU Hak Tanggungan ada bukan berarti jaminan dengan obyek tanah harus dengan lembaga hak
tanggungan, sebab undang-undang ini bersifat fakultataif boleh menggunakan lembaga lain yang
ditetapkan dengan masyarakat, apabila menggunakan hak tanggungan maka persyaratan formal
harus terpenuhi yaitu dengan akta PPAT dan pendaftaran di kantor pertanahan maka baru
keluarlah sertifikat hak tanggungan. Surat kuasa pemasangan hak tanggungan dimungkinkan,
tapi ada batas waktu yang harus terpenuhi. Berbeda dengan hipotek yang tidak ada batas waktu

Ada beberapa alasan tidak memasang hak tanggungan seperti biaya tanggungan kecil tidak
seimbang dengan biaya formal pengurusannya, hal ini sering terjadi pada masyarakat yang
agararis yang menggunakan usaha sektor mikro maupun kemitraan ini tidak disyaratakan
memasang hak tanggungan, ini hanya sebagai bukti saja

Kemitraan pada pertanian tidak disyaratakan dengan hak tanggungan melainkan sertifikat hak
atas tanah sebagai alas bukti hak, karena nilai hutangnya kecil dan status petani gurep yaitu
dibawah batas minimal kepemilikan hak aats tanah pertanian yaitu 2 hektar (kecuali melalaui
pewarisan). 2ha senilai dengan 20.000.000m2.

Apabila tidak dipasang hak tanggungan dapat dipasang pengaman yaitu pengakuan hutang,
pengakuan hutang pasti ada penyebab yaitu perjanjian pokoknya yakni hutang piutang. Hutang
piutang antara kreditur dan debitur dapat dibuat akta dibawah tangan (ini hemat biaya).
Tanahnya disini harus disebutkan jelas status hak atas tanah apa agar ada ketegasan dan
kepastian mengenai obyeknya. Keuntungannya dari gross akta ini ada salinan yang memiliki ada
kekuatan eksekutorial sebagai pengganti pelaksana dari putusan hakim

Mana yang lebih kuat GrossAkta dan sertfikat Hak Tanggungan? Sama2 ada tital eksekutorial,
mana yang lebih untung (jelas gross akta, tidak perlu didaftarkan di Kantor Pertanahan). Yang
paling menguntungkan dari sisi kreditur mana? Dari unsur publisitas, Hak Tanggungan lebih
memberi jaminan kepastian hukum pada kreditur

Jika debitur memiliki lebih dari 1 kreditur maka dapat dijukan kepailitan. Apabila ada kreditur
yang mempunyai sertifikat hak tanggungan atau surat pengakuan hutang. Pemegang serfikat hak
tanggungan punya hak previlegi, pemegang surat pengakuan hutang sama dengan kreditur lain
yang tidak mempuyai surat pengakuan hutang. Pemegang hak tanggungan mempunyai
kedudukan lebih kuat oleh Undang-Undang yaitu Pasal 1131 dan UU Hak Tangungan tersebut.
Orang tidak dimungkinkan menjual hak atas tanah tanpa kuasa meskipun telah memegang
sertifikat hak katas tanah

Dalam hukum adat, benda dibagi menjadi tanah dan selain tanah. Selain tanah seperti rumah,
tanaman, ternak dll. Rumah dan tanah termasuk benda selain tanah (karena memang bukan
tanah) dan karena ada asas pemisahan horizontal. Dalam masyarakat kita sangat dimungkinkan
seperti rumah pada konteks yang bukan seperti rumah seeperti sekarang yaitu rumah yang dapat
diperjualbelikan dan tidak permanen. Masyarakat tempo dulu banyak jual beli rumah, dulu
merupakan perbuatan simulasio yang dijual bukan rumah melainkan kayu-kayunya. Apabila ada
kemacetan hutang kreditur dapat mengambil rumah sebagai jaminan pelunasan hutangnya

Dalam hukum adat dikenal jaminan dalam hukum keluarga dan delik. Dalam hukum keluarga
khsusunya hukum perkwainan muncul dimana syarat perkawinan yang diharuskan belum dapat
dipenuhi salah satu pihak, apabila perkawinan akan dilangsungkan dan syarat belum dapat
dipenuhi maka harus ada jaminan. Begitu juga dalam delik, setiap perbuatan yang mengganggu
keseimbangan ada sanskinya yaitu mengembalikkan keseimbangan, apabila belum dapat
dilaksanakan ada jaminan jangan sampai ia mendapat sanski lebih dari pada yang telah
ditentukan

Jaminan dalam hukum keluarga dan delik cenderung dalam bentuk orang (org perorangan,
keluarga, kerabat, maupun masyarakat) meskipun juga ada dalam bentuk kebendaan
sebagaimana dalam bentuk hutang piutang (tidak hanya orang maupun benda tanah atau selain
tanah)

Keluarga berbeda dengan kerabat sama meskipun sama-sama organisasi masyarakat? Konsep
hukum adat, dua konsep ini berbeda. Perbedannya adalah cara terbentuknya, keluarga adalah
organisasi masyarakat yang terbentuk karena adanya perkawinan yang kemudian digunakan
dalam UU Perkawinan, UU Perlindungan Anak. Kerabat adalah organisasi masyarakat yang
terbentuk karena hubungan darah sehingga anggotanya pun berbeda. Anggota dari keluarga
adalah suami dan istri (anak itu idealnya karena jika tidak anak, keluarga tetap terbentuk).
Kerabat itu anggotanya tergantung sistem kekerabatannya , apakah
patrilineal/matrilineal/parental.

Keluarga pasti akan punah (hukum alam) tapi kerabat tidak akan mungkin punah, sebab
perkawinan akan meneruskan garis keturunan. Missal dalam patrilineal setelah ada pemberian
jujur dari kerabat suami maka perempuan akan keluar dari kerabatnya dan masuk dalam kerabat
suaminya. Pada masyarakat matrilineal, laki-laki tetap berada pada sukunya (tetap pada
kerabatnya), ia hanya sebagai tamu pada kerabat istrinya

Persyaratan perkawinan menurut UU Perkawinan berkaca pada Pasal 2 yaitu sah menurut
masing-masing agama dan kepercayaannya dan tiap-tiap perkawinan dicatatkan, dari sudut
pandang UU ini perkawinan sudah sah. Tidak demikian dari hukum adat ada syarat lain yang
harus dikehendaki, apabila tidak dilakukan maka menurut hukum ada tidak sah sebab tujuan
perkawinan dalam hukum adat berbeda dengan UU Perkawinan). Apakah perkawinan adat masih
berlaku sebagai the living law meskipun telah ada Undang-Undang Perkawinan? Pada urusan
perkawinan hanya harus sesuai UU Perkawinan. Karena dalam hukum adat perkawinan bukan
urusan para pihak aja tidak seperti UU Perkawinan hanya urusan para piha (kecuali belum
berusia 21 tahun perlu persetujuan orang tua)

Kedewasaan itu dimana orang tidak dibawah perwalian (belum cakap bertindak melakukan
perbuatan hukum). UU Perkawinan, usia dewasa bukan 19 tahun. Ini syarat usiacmelakukan
perkawinan. Pasal 48 UU Perkawinan, orang dibawah 18 tahun dibawah perwalian orang tua
sehingga batas kedewasaannya adalah 18 tahun

Hukum adat, perkawinan bukan urusan para pihak melainkan urusan kerabat juga. Tujuan
perkawinan lebih luas tidak hanya membentuk keluarga melainkan
melanjutkan/memeprtahankan garis keturunan sesuai sistem kekerabatannya (ayah untuk
patrilineal dan ibu dalam sistem matrilineal)

Bentuk perkawinan; jujur, semenda, bebas, campuran, lari

Dalam perkawinan jujur ada persyaratan yang harus dipenuhi agar ada perkawinan, ini mutlak
pada masyarakat patrilineal. Jujur adalah pemberian dari kerabat laki-laki kepada kerabat
peremuan agar mengeluarkan perempuan dari kerabatnya dan masuk dalam kerabat suaminya.
Perkawinan tidak ada jika tidak ada pemeberian jujur, ingat tujuan perkawinan akan melanjutkan
garis keturunan dan anak juga menjadi anggota kerabat ayahnya (tidak mungkin laki laki
nasution dan istri bukan nasution tidak mungkin anak menjadi nasution) seperti perkawinan
Boby dan Kahiang Rahayu.

Apabila pemberian ini belum dipenuhi maka ditangguhkan, anak dari perempuan ini belum bisa
sepenuhnya masuk dalam kekerabatan bapaknya.

Merarik di Lombok, mempelai perempuan dicuri dan ditiipkan pada orang tertentu dan
menjamin . yang djamin keberadaan perempuan masih suci belum disentuh oleh laki-laki (bukan
menjamin terlaksananya perkawinan seperti jujur) pada pemberian jujur jaminan sebagai syarat
pelaksanaan perkawinan
Mas kawin/mahar adalah pemberian kepada pihak perempuan, bukan kerabatnya. Hanya terjadi
dalam perkawinan islam saja. Mahar berbeda dengan jujur

Dalam KUHP, perbuatan pidana apabila sudah ada aturannya (nullum delictum…..) lebih
dahulu dan diikuti perbuatanya(sifatnya tertetutup), sedangkan dalam delik tidak berdasarkan ada
atau tidak aturannya telah diatur secara tegas melainkan apabila dianggap tidak benar oleh
masyarakat maka dianggap delik meskipun belum diatur, sifatnya lebih luas dari pada dalam
KUHP

Jaminan dalam delik adat, delik adalah perbuatan apapun (tidak mengenal adanya pembedaan
lapangan hukum public dan privat) yang mengganggu keharmonisan dan keseimbangan
masyarakat , sifatnya terbuka dan tidak digantungkan pada suatu aturan tertentu seperti Pasa1
KUHP.

Delik mengenal sanski yaitu mengembalikkan keharmonisan mutlak pada masyarakat, bentuk
sansknya tidak ditentukan seperti KUHP melainkan sesuai kesepakatan yang tujuannya
mengembalikan keseimbangan masyarakat dan sifatnya religio magis. Sanksinya ini berbeda-
beda antara masyarakat yang agraris maupun yang non agararis. Dalam pengembalian
keharmonisan ini dimungkinkan ada jaminan

Pertanggunga jawaban dalam delik berbeda dengan KUHP. Pertanggungjawaban dalam KUHP
adalah pada pelaku dan tidak dapat disubstitusikan, apabila meninggal dunia maka pertanggung
jawabannya gugur. Pada delik pertanggung jawaban tidak hanya terbatas pada pelaku melainkan
juga keluarga, kerabat, maupun pada masyarakat meskipun awalnya memang dipertanggung
jawabakan pada pelaku dimana keluarga, kerabat, masyarakat menjamin bahwa pelaku akan
memenuhi sanskinya sehingga otomatis lahir jaminan dalam hal ini. Hal ini kadang
menimbulkan perang suku seperti pembunuhan pada suku suku di PAPUA, apabila pelaku tidak
bertanggungjawab maka keluarga, jika tidak maka kerabat, dan jika tidak maka ke
masyarakatnya.

Masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah, ada delik pencurian sampan, ada yang melihat yang
ambil masyarakt X dan melapor kepada kepala suku dari si pencuri (sebagai penjamin) agar
sampan dikembalikan dengan tambahan tertentu tanpa adanya penyerahan orang yang mencuri

Anda mungkin juga menyukai