Anda di halaman 1dari 5

KELOMPOK 9 :

-WAHYUDI YUDA
-AJI WIJAYA
-INTAN
-LULU
-FIKRI

Salah Gunakan Obat, Polisi: Pelaku Bisa Dipidana

​Kenakalan remaja saat ini semakin


mengkhawatirkan. Tak hanya aksi kekerasan seperti
tawuran, mereka juga melakukan kenakalan lain
berupa penyalahgunaan obat-obatan. Biasanya
mereka menggunakan obat tertentu yang ada di
warung-warung yang secara mudah didapatkan.

Menurut Analisis Kebijakan Divisi Humas Polri


Kombes Slamet Pribadi, tren penyalahgunaan obat-
obatan yang terjadi di kalangan remaja karena
mereka suka tantangan. Mereka sengaja menambah
dosis obat untuk mendapatkan efek seperti mabuk,
fly, halusinasi, hingga euforia.

"Petualang-petualang itu senang tantangan. Ketika


kurang fly, kurang mabok banget, itu ditambah-
tambah. Kalau misalnya yang obat batuk, itu dosisnya
ditambah dari 10 jadi 20, 20 jadi 30. Yang dia
butuhkan adalah efek, efek fly, efek mabok, efek
euforia, efek psikoaktif, efek depresan," kata Slamet.
Selain mencari tantangan, para remaja yang
menyalahgunakan obat salah satunya disebabkan
oleh faktor ekonomi. Karena tak mampu membeli
sabu atau ekstasi yang harganya lebih mahal, mereka
mencari alternatif dengan mengoplos obat-obatan.
Agar mendapatkan sensasi serupa, obat tersebut
ditambah dosisnya.

Dari sisi hukum, Slamet menjelaskan baik pengguna


maupun pengedar obat ilegal bisa dikenakan
tindakan hukum. Pengguna penyalahgunaan obat
dikenakan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan. Sementara untuk pengedar bisa
dikenakan Undang-Undang tentang Perlindungan
Konsumen (UU No. 8 tahun 1999).
"Kalau soal obat berbahaya, pertama bisa terkena
Undang-Undang Kesehatan yakni UU No 36 tahun
2009 karena merusak kesehatan. Bisa juga terkena
Undang-Undang Perlindungan Konsumen karena
penjualnya menjual obat-obat berbahaya tanpa izin
kalau tidak ada izin. Kalau dia berizin berarti orang
lain yang menyalahgunakan, berarti UU Kesehatan,"
jelasnya.

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan, pengguna


yang meracik obat tanpa memiliki keahlian
dikenakan Pasal 197 dan 198.

Pasal 197 berbunyi

"Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi


atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan yang tidak memiliki izin edar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda
paling banyak Rp 1,5 miliar".

Pasal 198 berbunyi

"Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 100 juta".

Anda mungkin juga menyukai