Anda di halaman 1dari 24

Laporan Akhir

BAB 7
KETENT
UAN
PENGEN
Pada Bab ini akan dibahas mengenai Ketentuan Pengendalian dari Penyusunan Dokumen Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Kecamatan Balongbendo Kabupaten
DALIAN Sidoarjo

7.1. ASPEK-ASPEK PENGENDALIAN RENCANA


Ketentuan pengendalian rencana ini bertujuan untuk:

1. Mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun kelembagaan


kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan pelaksanaan penataan
suatu kawasan
2. Mengatur pertanggungjawaban semua pihak yang terlibat dalam mewujudkan
RTBL pada tahap pelaksanaan penataan bangunan dan lingkungan.

Ketentuan pengendalian rencana disusun sebagai bagian proses penyusunan


RTBL yang melibatkan masyarakat, baik secara langsung (individu) maupun secara
tidak langsung melalui pihak yang dianggap dapat mewakili (misalnya Dewan
Desa/kampung), Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM dan Forum Rembug
Desa/kampung). Ketentuan pengendalian rencana menjadi alat mobilisasi peran
masing-masing pemangku kepentingan pada masa pelaksanaan atau masa
pemberlakuan RTBL sesuai dengan kapasitasnya dalam suatu sistem yang
disepakati bersama, dan berlaku sebagai rujukan bagi para pemangku kepentingan
untuk mengukur tingkat keberhasilan kesinambungan pentahapan pelaksanaan
pembangunan.

Aspek-aspek pengendalian pelaksanaan Penetapan alat-alat prosedur


pengendalian pelaksanaan, seperti dalam mekanisme perijinan IMB, review tim ahli

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-1
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

bangunan gedung (TABG), dan penerapan insentif dan disinsentif, Pemantauan dan
evaluasi atas pelaksanaan materi teknis dokumen RTBL, Evaluasi pelaksanaan
peran para pemangku kepentingan sesuai dengan kesepakatan penataan bangunan
dan lingkungan, baik pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat, maupun
pemerintah, Pengawasan teknis atas pelaksanaan sistem perijinan dan pelaksanaan
kegiataan pembangunan di lokasi penataan dan penerapan mekanisme sanksi
dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

4.1.1 Aspek Pengendalian Administrasi


Merupakan arahan administratif untuk mengendalikan pelaksanaan program dan
rencana yang telah ditetapkan yang diperlukan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dalam
rangka mendorong operasionalisasi Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Kecamatan Balongbendo agar
terlaksana secara efektif. Berikut ini penjelasannya.

Pada strategi pengendalian pelaksanaan diatur melalui Rencana Kelembagaan,


yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat, dan aturan
kelembagaannya. Bertolak pada permasalahan kota yang komplek dan terus
berkembang, maka penyelenggaraan pembangunan kota perlu didukung oleh aspek
kelembagaan yang baik. Untuk itu demi memperlancar pelaksanaan rencana kota
yang disusun maka diperlukan sistem kelembagaan yang dapat menjalankan tugas-
tugas yang sesuai dengan fungsinya.

Unsur-unsur kelembagaan yang terkait dengan pelaksanaan rencana pembangunan


kota yaitu:

1. Unsur Teknis
Unsur teknis yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan kota yaitu instansi
horizontal seperti bagian pembangunan, Dinas Permukiman, Cipta Karya dan
Penataan Ruang, dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
maupun instansi sektoral serta unsur masyarakat dan swasta.
2. Unsur Administrasi
Instansi yang terkait antara lain Sekretariat Daerah, Bappeda, Bagian Umum dan
Kantor kecamatan dan desa.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-2
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

3. Unsur Bendahara
Instansi yang terkait yaitu Sekretariat Daerah, Bagian Keuangan, Dinas
Pendapaan daerah dan Perbankan.
4. Unsur Pengawasan
Instansi yang terkait dengan pengawasan yaitu Inspektorat Wilayah Kabupaten
(Itwilkab), Itwilprop maupun BPKP.

Upaya-upaya yang ditempuh untuk meningkatkan aspek administrasi dalam


pelaksanaan pembangunan kota, yaitu perlu adanya peningkatan koordinasi yang
baik antar berbagai instansi yang dapat memberikan informasi kepada yang
berkepentingan mengenai rencana masing-masing instansi.

Dalam tahap awal, bentuk organisasi Kelembagaan manajemen penyelenggaraan


kegiatan penanganan dan Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Kecamatan Balongbendo
diarahkan dalam bentuk kedinasan. Dalam hal penyelenggaraan pemanfaatan
ruang, dibentuklah BKPRD untuk melakukan fungsi pengawasan dan penertiban.
Mengingat bahwa pemanfaatan peruntukan lahan pada level RTBL tidak saja bicara
tentang masalah pengendalian namun juga investasi, maka dibutuhkan satu bentuk
kelembagaan tersendiri dalam mengimplementasikan pemanfaatan tata ruangnya.
Lembaga itu dapat terdiri dari beberapa unsur antara lain: masyarakat, kelompok
dunia usaha, dan Pemerintah. Mengingat kedudukan BKPRD sebagai pemantau
pelaksanaan tata ruang masih sangat vital, maka dari itu bentuk kelembagaan yang
dimaksud tadi merupakan pengembangan dari tim yang sudah ada sebelumnya
(BKPRD). Beberapa bentuk kelembagaan yang dapat dilibatkan adalah:

 Kelompok Swadaya Masyarakat


 Unit/Satuan Tugas dalam dinas/sub dinas
 Badan Pengelola
 Badan Usaha (Perusahaan Terbatas, Perusahaan Daerah)

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-3
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

Gambar 4.1 Konsep Rencana Struktur Kelembagaan Penyusunan Dokumen


Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Kecamatan Balongbendo

Dinas Permukiman,Cipta Karya dan Penataan Ruang


Selaku Leading Sector

TIM TEKNIS/ADVISORY
(Terdiri dari instansi terkait) BKPRD
Unsur
Pendukung:
Kelompok
Swasta/Investo
BADAN r, LSM
MUSYAWARAH

BADAN PENGELOLA
KAWASAN

Dalam tahap akhir, sebaiknya bentuk kelembagaan dapat diarahkan pada


model Badan Pengelola Kawasan (Lihat sub-bab Rencana Pengembangan
Komunitas). Dalam struktur kelembagaan tersebut terlihat bagaimana peran
dan fungsi masing-masing stakeholder, termasuk pihak pemerintah, swasta
dan masyarakat yang berada di dalamnya. Hanya Dinas terkait saja yang
dipilih berada dalam tubuh kelembagaan tersebut.

Dalam upaya arahan pengendalian maka diperlukan suatu strategi arahan


pengendalian pelaksanaan rencana tata bangunan dan lingkungan yang
mengacu pada peraturan yang ada pada Kawasan Balongbendo. Aspek
peraturan yang ada pada Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo
untuk mendukung dan memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan
rencana dan pembangunan, sehingga perlu ditetapkan dan ditegakkan
peraturan-peraturan yang berlaku sehingga pelaksanaan pembangunan
dapat berjalan dengan lancar dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang
terjadi seperti sengketa, pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan
rencana peruntukan lahannya dan lain-lain. Sehingga dalam pelaksanaan
pembangunan yang terjadi didaerah baik yang dikelola oleh pemerintah,

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-4
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

swasta maupun masyarakat perlu dibuat kepastian hukumnya, seperti


masalah:

1. Pertanahan, ditetapkan dan ditegakkannya Undang-undang No.5 Tahun


1960 tentang Pokok-pokok Agraria, yang menyatakan hak-hak atas tanah
ditentukan berdasarkan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan,
hak pakai dan hak pengelolaan.
2. Prosedur perijinan, baik perijinan dalam perencanaan maupun perijinan
dalam mendirikan bangunan.
Arahan pengendalian dilihat dari aspek pemerintahan, karena
mengingat bahwa penataan ruang kota tidak akan terlepas dari aspek
pelayanan pemerintahan sebagai suatu lembaga yang mengelola
pembangunan kota. Perkembangan kota secara fisik perlu diimbangi atau
diiringi dengan pengembangan dari segi pelayanan pemerintahan. Sehingga
panduan arahan pengendalian pada perencanaan pembangunan Kawasan
Balongbendo, adalah sebagai berikut:

1. Penetapan rencana tata bangunan dan lingkungan serta indikasi program


pelaksanaan dan pengendalian pelaksanaan, yang termasuk didalamnya
adalah suatu kesepakatan wewenang dan kelembagaan.
2. Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendaliannya.
3. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap
pelaku pembangunan (stakeholder).
4. Identifikasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial dan ekonomi terhadap
kepentingan dan tanggungjawab stakeholder serta rencana detail tata
bangunan dan lingkungan Kawasan Balongbendo yang berdasarkan
sistem kota.
5. Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, sosial dan
ekonomi) dan pelaksanaan serta pengendalian di lapangan.
Sebagai suatu instrumen pengendalian kawasan, RTBL akan menjadi
efektif apabila pada tahap selanjutnya atau tahap pelaksanaan rencana dapat
berfungsi sebagai arahan atau pedoman bagi proyek, program dan
penyelenggraan pembangunan pada Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-5
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

oleh perorangan atau swasta. Oleh sebab itu pada tahap pelaksanaan rencana
kota terjadi pada dasarnya merupakan suatu proses pengendalian, yang
memiliki tiga simpul utama kegiatan yang saling terkait, yaitu:

1. Pengawasan atau monitoring


Kegiatan monitoring ini dalam rangka pengendalian RTBL ini pada
prinsipnya merupakan kaji banding antara fakta (kondisi yang ada atau
sedang berkembang pada kawasan perencanaan) dengan tujuan kondisi
yang diharapkan, yang ditetapkan dalam RTBL. Pengawasan merupakan
langkah awal dalam keseluruhan mekanisme pengendalian kawasan
untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang
ditetapkan.
Tahap pengawasan ini menghasilkan kesimpulan yang merupakan
rekomendasi bagi tahap selanjutnya. Apabila dari hasil pengawasan
didapat kesimpulan bahwa rencana pemanfaatan ruang dapat
mengarahkan dan mempercepat proses pembangunan serta dapat
direalisasikan, maka kesimpulan akan merekomendasikan intervensi-
intervensi atau tindakan untuk mencapai keadaan yang diinginkan.
Demikian pula sebaliknya, apabila rencana yang ditetapkan tidak dapat
mempercepat atau bahkan mengahambat proses pembangunan, maka
tidak menutup kemungkinan untuk merevisi atau memperbaiki rencana
yang ada. Dengan demikian aktivitas pengawasan harus dilaksanakan
secara periodik dan dalam kurun waktu yang cukup untuk dapat dengan
segera mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di
lapangan dan dengan segera melakukan intervensi atau tindakan yang
diperlukan. Dalam kegiatan pengawasan ini perlu memperhatikan
prosedur administratif yang melibatkanberbagai satuan kerja di dalam
susunan organisasi Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo,
yang terdiri dari unsur teknis, administrasi, bendahara dan unsur
pengawasan yang telah ditengkan pada sub strategi pengendalian
pelaksanaan.
Kegiatan pengawasan ini dapat ditempuh melalui instrumen ijin
penggunaan tanah dan bangunan.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-6
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

2. Intervensi yang meliputi pengaturan transfer informasi, peningkatan


motivasi, penerapan insentif dan disinsentif.
Transformasi dari pedoman-pedoman dan arahan yang terdapat dalam
RTBL ke dalam tindakan nyata dilakukan melalui suatu intervensi.
Intervensi dalam hal inii adalah suatu program tindakan untuk merealisasi
rencana yang telah ditetapkan. Selama ini intervensi yang sering
diterapkan dan lajim digunakan adalah peraturan atau perundang-
undangan, yaitu ketentuan yang tidak boleh dilanggar beserta sangsi-
sangsinya. Namun disamping itu pula perlu memanfaatkan perangkat
intervensi lain secara lebih terencana dan dapat merupakan suatu
kesatuan yang saling mendukung. Perangkat intervensi yang dimaksud
adalah:
 Peraturan-peraturan (Aspek Desinsentif), yaitu berkaitan dengan
prosedur-prosedur yang diijinkan dan yang tidak boleh dilanggar.
Selain RTBL terdapat juga peraturan-peraturan atau perundang-
undangan yang secara langsung maupun tidak langsung yang
berfungsi sebagai landasan hukum.
Selanjutnya untuk mengoperasionalkan RTBL diperlukan landasan
hukum yang perlu dilegimitasi setidak-tidaknya dalam bentuk surat
keputusan Kepala Daerah yang bersangkutan. Usulan rencana
dalam RTBL juga mencakup rencana peruntukan lahan, perubahan
penggunaan tanah yang brtujuan untuk tercapainya efisiensi
penggunaan tanah pemerintahan. Dengan adanya perubahan
penggunaan tanah tersebut, maka kemungkinan besar akan
diperlukan adanya proses pelepasan hak atas tanah yang dikuasai
langsung oleh degara (tanah negara), maka terdapat kemungkinan
bagi pemerintah dalam penataan tanah tersaebut, yaitu dengan
jalan: konsolidasi tanah perkotaan, pembebasan tanah berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15 tahun 1975, Permendagri
No. 2 tahun 1985 dan atas dasar musyawarah anatara pihak-pihak
yang brsangkutan, pencabutan hak atas tanah berdasarkan
peraturan pemerintah.
 Instalasi atau kegiatan pembangunan (Aspek Insentif)

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-7
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

Merupakan pembangunan prasarana dan sarana sesuai dengan


ketentuan RTBL: untuk mendukung aktivitas yang diinginkan.
Apabila perangkat peraturan dikategorikan sebagai peangkat
desinsentif, maka pengembangan prasarana dan sarana ini
merupakan perangkat insentif: yaitu memberikan suatu nilai tambah
berupa kemudahan, kelancaran dan keuntungan bagi masyarakat
yang mematuhi peraturan atau yang mendukung terciptanya kondisi
yang diharapkan.
 Penyelenggraan pembangunan, khususnya pembangunan
perkotaan akan melibatkan berbagai pihak, baik instansi
pemerintah, swasta maupun masyarakat. Tetapi secara formal
penyelenggaraannya dilakukan oleh pengelola beserta segenap
jajarannya. Untuk itu dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan
prosedur administratif yang melibatkan berbagai satuan kerja dalam
organisasi pemerintahan Kabupaten Sidoarjo.
 Informasi
Perengkat informasi berkaitan dengan perubahan-perubahan
pengaturan maupun pandangan masyarakat untuk mendukung
tujuan yang ditetapkan dalam RTBL. Hal demikian dicapai dengan
mengintrodusir pengetahuan-pengetahuan tentang kondisi dan fakta
dan permasalahan yang ada pada kawasan perencanaan serta
prosedur-prosedur yang harus diikuti. Informasi ini dapat
memanfaatkan jalur-jalur komunikasi yang telah ada dan
berkembang di Kawasan Strategis Balongbendo khususnya koridor
perencanaan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo,
seperti komunikasi lesan melalui penyuluhan, koran, radio, televisi
atau bahkan pemansangan informasi mengenai arahan penggunaan
lahan dan tata bangunan di kawasan perencanaan atau
kelurahan/desa setempat.
 Motivasi
Motivasi bertujuan mempengaruhi masyarakat, di kawasan
perencanaan khususnya maupun Kawasan Balongbendo pada
umumnya, untuk berpartisipasi menggunakan sumber dayanya serta

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-8
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

terlibat dalam perencanaan maupun realisasinya. Motivasi ini


berkaitan dengan perubahan sikap atau perasaan seseorang.
Dalam situasi dimana peran masyarakat dituntut untuk lebih
dominan dalam pembangunan koridor kota serta masih adanya
potensi-potensi yang dimiliki masyarakat, maka perangkat motivasi
ini menjadi semakin penting.
3. Evaluasi terhadap RTBL
Untuk mekanisme pengendalian Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Kawasan Balongbendo dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.2 Mekanisme Pengendalian RTBL

FAKTA
Kondisi yang PENGAWASAN
berkembang pada Kaji banding antara
kawasan perencanaan kondisi yang TUJUAN
berkembang dengan Kondisi yang
arahan-arahan dalam diterapkan (sesuai
RTBL arahan RTBL)

INTERVENSI
Tindakan thd kawasan
perenc. untuk mencapai REKOMENDASI EVALUASI
tujuan yg diharapkan Kesimpulan dari hasil Evaluasi dan Revisi
malalui: Peraturan kajian banding untuk RTBL
(Desinsentif), Instalasi menemukan tindakan
(Insentif), Informasi dan Intervensi-Revisi
Motivasi

Ada beberapa arahan pengendalian rencana dalam kegiatan ini, yaitu:

1. Penetapan rencana dan indikasi program pelaksanaan dan pengendalian


pelaksanaan, termasuk kesepakatan wewenang dan kelembagaan
2. Penetapan paket kegiatan pelaksanaan dan pengendalian jangka menengah.
3. Penyiapan pelibatan dan pemasaran paket pembangunan untuk setiap
pemangku kepentingan.
4. Identififkasi dan penyesuaian aspek fisik, sosial, dan ekonomi terhadap
kepentingan dan tanggung jawab para pemangku kepentingan.
5. Penetapan persyaratan teknis masing-masing aspek (fisik, sosial, dan ekonomi),
perencanaan pelaksanaan, dan pengendalian di lapangan.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-9
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

A. Mekanisme Perijinan
Dalam rangka melaksanakan seluruh rencana dan program serta
mendorong operasionalisasi RTBL Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo, dibutuhkan ketentuan administratif melalui mekanisme perijinan, baik
perijinan pemanfaatan ruang dan bangunan, antara lain:

1. Dokumen Pengaturan Perijinan Pemanfaatan Ruang dan Bangunan Gedung


dalam bentuk Perda Ijin Mendirikan Bangunan. Perda IMB di Kabupaten
Sidoarjo berupa Perda Kabupaten Sidoarjo Perda IMB ini sama dengan Perda
Bangunan Gedung, dimana Perda ini merupakan turunan dari UU No: 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung.
2. Implementasi dari Undang-Undang Bangunan Gedung No: 28 tahun 2002 dan
PP No: 36 Tahun 2005 tentang PP UU No: 28/2002 tentang Bangunan Gedung.
3. Dalam rangka pengendalian administratif, mekanisme pemanfaatan lahan dan
bangunan harus melalui proses perijinan, antara lain: ijin prinsip, ijin lokasi, ijin
mendirikan bangunan gedung (IMB) dan sertifikat laik fungsi (SLF)

Dalam rangka pengendalian administratif, mekanisme pemanfaatan lahan dan


bangunan harus melalui proses perijinan, antara lain: Ijin Prinsip, Ijin Lokasi, Ijin
Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

Untuk mengendalikan pemanfaatan bangunan, setiap bangunan tidak hanya


memiliki sertifikat perijinan mendirikan bangunan saja (IMB) yang harus dilengkapi
pada saat proses awal mendirikan bangunan. Sesuai amanah dalam UU Bangunan
Gedung, setiap bangunan juga harus memiliki Sertifikat Laik Fungsi (SLF) yang
diterbitkan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum/dinas Cipta Karya Daerah setempat
atas nama Bupati. Secara berkala, setiap 5 tahun sekali, SLF ini harus diperbaruhi,
untuk mengontrol sejauh mana suatu bangunan tetap laik fungsi.

B. Insentif dan Disinsentif


Untuk menjaga konsistensi dokumen rancangan agar tetap sesuai dengan yang
diharapkan, dikembangkan sistem insentif dan disinsentif. Insentif akan diberikan
kepada pihak-pihak yang:

 Melaksanakan kegiatan pembangunan sesuai dengan arahan RTBL Kawasan


Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-10
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

 Memberikan bagian dari kaplingnya untuk kepentingan umum, misalnya untuk


Ruang Terbuka Hijau atau jalur pejalan kaki.
 Turut menjaga kelestarian dan kesimbangan ekosistem.
Sedangkan disinsentif akan dikenakan kepada mereka yang:

 Melakukan kegiatan pembangunan yang menyimpang jauh dari dokumen tender


yang diberikan.
 Melakukan pembangunan yang tidak sesuai dengan arahan tata ruang.
 Melakukan kegiatan pembongkaran bangunan/kawasan yang dilindungi
(preservasi dan konservasi).
Ketentuan pelaksanaan (Insentif dan Disinsentif) yaitu:

A. Ketentuan Penggunaan Lahan yang sesuai (Insentif)


 Pemberian insentif fiscal maupun non fiscal
 Pembangunan serta pengadaan infrastruktur
 Kemudahan prosedur perizinan
 Pemberian penghargaan kepada masyarakat dan swasta
 Peningkatan peran serta masyarakat
B. Ketentuan Penggunaan Lahan yang tidak sesuai (disinsentif)
 Pembarian denda
 Memperketat izin pembangunan
 Kenaikan pajak
 Pembatasan penyediaan infrastruktur
 Pengenaan kompensasi

C. Perubahan Rancangan Pada Tahap Pelaksanaan


Dalam pelaksanaannya, Rancangan RTBL Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo dapat saja berubah. Perubahan pemanfaatan ruang harus berazaskan
keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum dengan
mengutamakan kepentingan masyarakat golongan ekonomi lemah. Pelaksanaan
perubahan pemanfaatan ruang harus sesuai dengan azas penataan ruang dan
ditujukan bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna,
serasi, selaras, dan seimbang. Setiap perubahan pemanfaatan ruang harus
berupaya agar dalam pemanfaatan ruang yang baru selalu memperhatikan fungsi
Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri
VII-11
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

tanah dan daya dukung lingkungan sekitarnya serta saling menunjang dan
berkesinambungan secara terpadu.

Untuk mengantisipasi perubahan tersebut diperlukan suatu arahan, sedemikian rupa


sehingga perubahan yang terjadi masih dapat memenuhi daya dukung dan daya
tampung lahan. kapasitas prasarana lingkungan binaan, masih sejalan dengan
rencana dan program penataan kawasan serta masih mampu mendukung aspirasi
masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi perubahan
adalah:

Mengadakan kegiatan pengawasan dan penertiban pemanfaatan ruang melalui


Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) dengan ketetapan Bupati.

Mengadakan pengawasan berkala bangunan gedung (sesuai Pasal 79, PP No:


36/2005). Pengawasan berkala dapat dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna
bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia jasa pengkajian teknis
bangunan gedung yang memiliki sertifikat sesuai perundang-undangan.
Pengawasan berkala tersebut dilakukan guna untuk memperoleh perpanjangan
Sertifikat Laik Fungsi.

Melaksanakan pengawasan terhadap pemanfaatan bangunan gedung yang


dilakukan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah pada saat pengajuan
perpanjangan sertifikat laik fungsi dan/atau adanya laporan dari masyarakat (Pasal
82, PP No: 36/2005). Disamping itu, pemerintah dapat melakukan pengawasan
terhadap bangunan gedung yang memiliki indikasi perubahan fungsi dan/atau
bangunan gedung yang membahayakan lingkungan.

Memberdayakan peran masyarakat dalam hal memantau, menjaga ketertiban, baik


dalam kegiatan pembangunan, pemanfaatan , pelestarian maupun kegiatan
pembongkaran bangunan gedung (Pasal 96, PP No: 36/2005). Dalam hal ini,
masyarakat dapat melakukan pemantauan melalui kegiatan pengamatan,
penyampaian masukan, usulan dan pengaduan.

Melakukan pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung yang dilakukan oleh


Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melalui kegiatan pengaturan,
pemberdayaan, dan pengawasan agar penyelenggaraan bangunan gedung dapat
berlangsung secara tertib dan tercapai keandalannya (Pasal 105, PP No: 36/2005).
Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri
VII-12
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

D. Ketentuan Administratif Pada Perubahan


Apabila terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaan rencana RTBL Kawasan
Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo di lapangan, dibutuhkan beberapa
ketentuan administratif. Bagi perubahan pemanfaatan ruang yang strategis dan
berdampak penting, hanya dapat diberikan oleh Bupati setelah mendapat masukan
dari BKPRD. Setiap perubahan pemanfaatan ruang yang telah mendapat ijin dari
Bupati atau Kepala SKPD atas nama Bupati harus diumumkan kepada masyarakat
melalui sosialisasi dan pemasangan papan pengumuman selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sejak ditetapkan.

Setiap permohonan ijin pemanfaatan ruang yang terkait dengan perubahan


pemanfaatan ruang harus dilampiri atau dilengkapi dengan:

 Rencana pemanfaatan ruang lama dan yang baru;


 Bukti pengusaan tanah;
 Gambar-gambar teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku;
 Persetujuan tertulis dari tetangga terdekat (radius 100-200 meter).
Setiap permohonan ijin pemanfaatan ruang yang terkait dengan perubahan
pemanfaatan ruang harus memperhatikan ketersediaan dan kapasitas sarana serta
prasarana lingkungan yang berkaitan dengan perubahan yang dimaksud. Apabila
persyaratan sebagaimana dimaksud pada tidak dapat dipenuhi, maka pemohon
harus menyediakan/membangunnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang terkait dengan perubahan pemanfaatan


ruang atas suatu kawasan lindung tidak dapat diberikan, kecuali dalam hal tertentu
berdasarkan suatu pertimbangan khusus. Pelaksanaan perubahan pemanfaatan
ruang harus memperhatikan kelestarian lingkungan, nilai estetika, arsitektural, dan
sejarah perkembangan wilayah.

4.1.2 Arahan-arahan Antisipatif Jika Terjadi Perubahan


A. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Pariwisata
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan pariwisata merupakan upaya
pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan
sesuai dengan rencana tata ruang. Dalam hal ini arahan pengembangan kegiatan
dan pola pemanfaatan ruang di kawasan pariwisata dan ruang terbuka hijau.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-13
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

1. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan


pariwisata dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan
ruang kawasan pariwisata yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
2. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai
pemanfaatan ruang di kawasan pariwisata, baik yang sesuai maupun yang tidak
sesuai, mencakup:
 Fungsi kawasan pariwisata dan pergudangan yang telah ditetapkan.
 Perubahan fungsi di Kawasan Balongbendo sesuai perkembangan yang
terjadi, misalnya: salah satu fungsi yang ditetapkan yaitu kegiatan pariwisata
yang ternyata tidak begitu berkembang, sedangkan kegiatan lainnya seperti:
kegiatan perdagangan yang bukan merupakan fungsi yang ditetapkan justru
berkembang cukup pesat.
3. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan pada kawasan
pariwisata yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
4. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan
pariwisata kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif
maupun dampak negatif yang ditimbulkan.
5. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di
kawasan pariwisata yang direncanakan dapat terwujud.
 Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di
kawasan pariwisata yang berakibat terhambatnya program-program
pengelolaan kegiatan di kawasan tersebut.
 Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan
pariwisata yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok
orang atau badan hukum.
 Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan
pariwisata yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan
lingkungan kawasan.
B. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Industri
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan industri merupakan upaya
pengawasan dan penertiban terhadap kawasan industri, pergudangan yang
dikembangkan oleh Pengembang/investor sesuai dengan arahan pengembangan

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-14
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

kegiatan dan pemanfaatan ruang untuk industri, maupun adanya perubahan jenis
pemanfaatan ruang.

1. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan


industri dengan arahan pengembangan kegiatan dan pola pemanfaatan ruang di
tiap jenis kawasan industri yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
2. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai
besarnya perubahan fungsi di kawasan industri beserta luasannya baik yang
sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:
 Kondisi dan luasan kawasan industri tidak terbangun yang telah ditetapkan.
 Kondisi dan luasan kawasan industri terbangun yang telah ditetapkan.
 Perubahan kondisi kawasan permukiman yang telah ditetapkan untuk tiap
jenis yang ada, beserta luasan perubahan tersebut, misalnya: adanya
perubahan fungsi pada kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi
kawasan terbangun (industry dan pergudangan), beserta luasan lahan yang
mengalami perubahan fungsi.
3. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa
dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan akibat terjadinya
perubahan fungsi kawasan pada kawasan industri, sehingga dapat diupayakan
kegiatan-kegiatan yang dapat membatasi terjadinya perubahan kualitas
lingkungan lebih lanjut.
4. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan
industri dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak positif
maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila terjadinya
perubahan fungsi kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi industry
mempunyai luasan yang cukup besar dan mendominasi, maka diperlukan
evaluasi penyesuaian fungsi kawasan tersebut menjadi kawasan industri.
5. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di
kawasan industri yang direncanakan dapat terwujud.
 Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di
kawasan industri yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan
kegiatan di kawasan industri tersebut. Misalnya: pembatalan ijin
pengembangan kawasan perindustrian dan pergudangan yang dibangun oleh

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-15
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

investor pada kawasan yang rencana pemanfaatan ruangnya bukan untuk


kawasan industri (kawasan terbangun).
 Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan
permukiman yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok
orang atau badan hukum.
 Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan
permukiman yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan
lingkungan kawasan tersebut.
C. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Ruang Terbuka Hijau
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan Ruang Terbuka Hijau merupakan
upaya pengawasan dan penertiban terhadap kawasan Taman Kota, Taman
Lingkungan, Green Belt/Hutan Kota, Jalur Hijau, Sempadan Sungai, sesuai dengan
arahan pengembangan kegiatan dan pemanfaatan ruang untuk Ruang Terbuka
Hijau, maupun adanya perubahan jenis pemanfaatan ruang.

D. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Jasa Perdagangan


Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan Jasa Perdagangan merupakan upaya
pengawasan dan penertiban terhadap kawasan Pertokoan, Pasar, Perkantoran dan
kegiatan jasa perdagangan lainnya sesuai dengan arahan pengembangan kegiatan
dan pemanfaatan ruang untuk Jasa Perdagangan, maupun adanya perubahan jenis
pemanfaatan ruang.

E. Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Fasilitas Umum/Sosial


Budaya
Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan fasilitas umum, sosial budaya
merupakan upaya pengawasan dan penertiban terhadap kawasan pendidikan,
kesehatan, ibadah, rekreasi, dan fasilitas sosial budaya lainnya sesuai dengan
arahan pengembangan kegiatan dan pemanfaatan ruang untuk fasilitas umum/sosial
budaya, maupun adanya perubahan jenis pemanfaatan ruang.

F. Mekanisme Sanksi
Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan yang tidak memenuhi kewajiban
pemenuhan fungsi, dan/atau persyaratan, dan/atau penyelenggaraan bangunan
gedung sebagaimana yang diatur dalam rencana penataan Kawasan Balongbendo
ini dikenai sanksi administratif dan/atau pidana.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-16
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

 Sanksi administratif yang akan dikenakan dapat berupa:


 Peringatan tertulis;
 Pembatasan kegiatan pembangunan;
 Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
 Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
 Pembekuan izin mendirikan bangunan;
 Pencabutan izin mendirikan bangunan.
 Pembekuan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung,
 Pencabutan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung
 Perintah pembongkaran bangunan gedung.

Setiap orang atau badan yang karena kelalaiannya melanggar ketentuan yang telah
ditetapkan dalam undang-undang ini sehingga mengakibatkan bangunan gedung
tidak laik fungsi dapat dipidana kurungan dan/atau pidana denda. Pidana kurungan
dan/atau pidana denda sebagaimana yang disebut di atas:

a. Pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 1 % dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan kerugian
harta benda orang lain;
b. Pidana kurungan paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 2 % dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan
kecelakaan bagi orang lain sehingga menimbulkan cacat seumur hidup;
c. Pidana kurungan paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak 3 % dari nilai bangunan gedung jika karenanya mengakibatkan matinya
orang lain.
1
2
2.1
2.1.1
4.2 STRATEGI PENGENDALIAN RENCANA
Aspek-aspek pengendalian sebagai strategi pengendalian rencana:
1. Ketentuan administratif untuk mengendalikan pelaksanaan seluruh rencana dan
program serta kelembagaan yang diperlukan pemerintah daerah dalam rangka

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-17
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

mendorong pelaksanaan materi RTBL agar terlaksana secara efektif termasuk


melalui mekanisme perizinan (terutama IMB=Izin Mendirikan Bangunan).
Ketentuan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status
kepemilikan, dan izin mendirikan bangunan. Ketentuan administratif merupakan
salah satu alat pengendali yang paling baik untuk menerapkan program RTBL,
khususnya perijinan dalam proses penyelenggaraan bangunan gedung pada
kawasan perencanaan. Oleh karena itu para aparat yang menangani proses
penyelenggaraan bangunan gedung terutama perijinan bangunan harus dapat
bekerjasama secara aktif untuk dapat mengontrol dalam penerapan rencana
kawasan yang sudah dibuat dalam dokumen yang diajukan dalam proses
perijinan tersebut.
2. Arahan yang bersifat mengantisipasi terjadinya perubahan pada tahap
pelaksanaan, yang disebabkan oleh berbagai hal, tetapi masih dapat memenuhi
persyaratan daya dukung dan daya tampung lahan, kapasitas prasarana
lingkungan binaan, masih sejalan dengan rencana dan program penataan kota,
serta masih dapat menampung aspirasi masyarakat.
3. Ketentuan administratif atas berbagai perubahan pada penerapan RTBL yang
mungkin terjadi.
Aspek-aspek arahan pada pengendalian meliputi:

 Bersifat rumusan arahan substansi teknis kelanjutan dari rencana dan program
 Arahan pengendalian yang bersifat lokal, sesuai dengan batasan lingkungan yang
dikendalikan.
 Ketentuan umum penatalaksanaan atau manajemen pelaksanaannya, yang
dilakukan sendiri oleh pemerintah daerah sendiri, maupun melibatkan peran dunia
usaha dan masyarakat.
Untuk mempertegas arahan rencana tata bangunan dan lingkungan sebagai sebuah
panduan pembangunan, diperlukan pengaturan mekanisme sanksi yang mengacu
pada ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

Strategi pengendalian merupakan:

1. Strategi pengendalian lingkungan rencana diatur dengan rencana kelembagaan,


yang mencantumkan organisasi pelaksana, SDM yang terlibat dan aturan tata
laksana kelembagaannya.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-18
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

2. Untuk pengeloalaan pelaksanaan RTBL dapat disiapkan suatu organisasi


pelaksana tersendiri, dengan menggambarkan pola koordinasi, alur dan pola
pertanggungjawaban serta proses lainnya.
Adapun strategi pengendalian rencana yang mengacu pada ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku. Adalah sebagai berikut:

A. Organisasi Pelaksana
Pembentukan Struktur Organisasi Kemasyarakatan dimaksudkan agar suara
komunitas menjadi melembaga, sehingga mempunyai kekuatan hukum. Struktur
Organisasi Kemasyarakatan ini merupakan representasi suara kelompok
Masyarakat Kawasan Balongbendo yang nantinya dapat berperan aktif dalam
menyuarakan pembangunan di Kawasan Balongbendo. Dalam UU No: 28 tahun
2002 tentang Bangunan Gedung dan PP No: 36 Tahun 2005 telah dijelaskan secara
tegas peran masyarakat dalam mengantarkan pembangunan kotanya, antara lain
(Pasal 42 UU No: 28 tahun 2002):

1. Memantau dan menjaga ketertiban penyelenggaraan;


2. Memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam
penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis di bidang bangunan
gedung;
3. Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang
terhadap penyusunan RTBL Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan;
4. Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang
mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.
Selain itu, dalam PP No 36 Tahun 2005 telah dijelaskan dalam pasal 96 bahwa
dalam melaksanakan pemantauan masyarakat dapat melakukann ya baik secara
perorangan, kelompok, organisasi kemasyarakatan maupun melalui tim ahli
bangunan gedung.

Pembentukan organisasi kemasyarakatan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran


Balongbendo dimulai dari pembentukan embrio untuk masing-masing wilayah
kelurahan yang ada di seluruh lokasi perencanaan. Organisasi kemasyarakat parsial
tersebut merupakan bagian integral dari struktur organisasi kemasyarakatan secara

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-19
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

keseluruhan. Dengan demikian, maka pembentukan struktur organisasi


kemasyarakat di Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo dapat berupa:
Badan Pengelola Kawasan. Untuk menguatkan posisi ini, maka Badan Pengelola
Kawasan tersebut dapat dibadan hukumkan melalui akte notaris.

Secara keseluruhan, struktur organisasi Badan Pengelola Kawasan adalah


sebagaimana yang tertuang dalam gambar berikut ini.

Gambar 7.3 Struktur Organisasi Badan Pengelola Kawasan Balongbendo

BUPATI/KEPALA DAERAH
KABUPATEN SIDOARJO

PENANGGUNGJAWAB
BADAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT KAB. SIDOARJO

BADAN MUSYAWARAH/FORUM PEDULI Unsur Pemerintah


PEMBANGUNAN KAB. SIDOARJO Daerah
Unsur
Swasta/Investor/L
TIM TEKNIS/ADVISORY SM
DAERAH: KEPALA BADAN PENGELOLA Unsur Lembaga
Bappeda Kab. Sidoarjo, KAWASAN BALONGBENDO Masyarakat lain
Dinas Perumahan, Unsur
Permukiman Cipta Karya dan Masyarakat:
Tata Ruang, Dinas Tokoh
Pariwisata, Dinas Informasi Masyarakat,
dan Komunikasi, Dinas Pemilik Lahan,
Pertanian Tanaman Pangan, TPM
Dinas Pasar, Dinas Koperasi
Pengusaha Kecil dan
Menengah, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, Dinas
Pendapatan Daerah, Dinas
Perindustrian dan
Perdagangan, Badan
Pengembangan Sumber
Daya Daerah.

Bidang Kebudayaan Bidang Bidang Bidang Bidang Adm


dan Pariwisata Pemberdayaan Penataan Promosi/Pemasar dan
Masyarakat Lingkungan an dan Keuangan
Sarana/Prasarana
Seksi-seksi Seksi-seksi Seksi-seksi
Seksi-seksi Seksi-seksi

ORGANISASI MIKRO LEVEL KELURAHAN/KAMPUNG

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-20
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

Tugas/Job Discription/Keterangan dari diagram diatas:


1. Badan Musyawarah/Forum Peduli
Forum Peduli merupakan suatu forum pertemuan berbagai pihak yang peduli
terhadap pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo. Forum ini melibatkan pihak Pemerintah Kabupaten, Pihak
Swasta/Developer/LSM/Investor, Pihak Masyarakat (lembaga masyarakat,
tokoh masyarakat, Pemilik Lahan, Tim Penggerak Masyarakat/TPM). Forum
ini juga menjadi semacam forum komunikasi bagi siapa saja yang peduli
terhadap pengembangan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo.
2. Badan Pengelola Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo
Badan Pengelola merupakan representasi seluruh warga/masyarakat
Kawasan Peruntukan Industri Jabaran Balongbendo yang berupa lembaga
kemasyarakatan dan berbadan hukum dengan tugas utama memberi
masukan/usulan/rekomendasi/pertimbangan dalam menyelesaikan
permasalahan yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Lembaga ini pula yang
bertugas mengantarkan pembangunan Kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan serta
mengeksplorasi seluruh potensi yang dimiliki untuk dapat dimanfaatkan
secara optimal. Pendek kata, lembaga ini akan menjadi salah satu motor
penggerak pertumbuhan dan perkembangan Kabupaten Sidoarjo.
3. Tim Teknis/Advisory Daerah
Tim Teknis bertugas memberi advis atau pertimbangan kepada Badan
Pengelola Kawasan, khususnya yang terkait dengan tugas kedinasan dan
kelembagaan. Beberapa unsur Dinas dan Badan yang terkait di dalam
Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo menjadi Tim Teknis untuk pengelolaan
dan pembangunan Kabupaten Sidoarjo.
4. Unsur Pendukung
 Unsur Pemerintah Daerah
 Unsur Swasta/Investor/LSM
 Unsur Lembaga Masyarakat lain
 Unsur Masyarakat: Tokoh Masyarakat, Pemilik Lahan, TPM
5. Bidang kebudayaan dan pariwisata

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-21
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

Bidang Kebudayaan dan Pariwisata bertanggungjawab untuk


menginvetarisasi persoalan yang dihadapi Kabupaten Sidoarjo berkaitan
dengan masalah kepariwisataan dan kebudayaan serta memberikan
masukan/solusi/pemecahannya.
6. Bidang Pemberdayaan Masyarakat
Bidang Pemberdayaan Masyarakat bertanggungjawab untuk
menginvetarisasi persoalan yang dihadapi Kabupaten Sidoarjo berkaitan
dengan pemberdayaan masyarakat serta memberikan
masukan/solusi/pemecahannya.
7. Bidang Penataan Lingkungan
Bidang Penataan Lingkungan bertanggungjawab untuk menginventarisir dan
tanggap terhadap persoalan-persoalan lingkungan hidup yang dihadapi
Kabupaten Sidoarjo dan mampu memberikan masukan/solusi/alternatif
pemecahannya.
8. Bidang Promosi/Pemasaran dan Sarana/Prasarana
Bidang Promosi/Pemasaran dan Sarana/Prasarana bertanggungjawab untuk
menginvetarisasi persoalan yang dihadapi Kabupaten Sidoarjo berkaitan
dengan promosi dan pemasaran serta memberikan
masukan/solusi/pemecahannya. Disamping itu, bidang ini juga
bertanggungjawab terhadap inventarisasi persoalan sarana/prasarana kota
yang muncul di lingkup wilayah Kabupaten Sidoarjo serta memberikan
masukan/solusi atau pemecahannya.
9. Bidang Administrasi dan Keuangan
Bidang Administrasi dan Keuangan bertanggungjawab terhadap kegiatan
yang berhubungan dengan masalah administrasi lembaga beserta dengan
keuangannya.
10. Organisasi Mikro Kelurahan
Organisasi Mikro merupakan lembaga mikro yang mereperesentasikan
sebagai perwakilan masing-masing kelurahan/desa yang ada di wilayah Kota
dalam lingkup Kecamatan/Distrik. Unit ini terdiri dari 2 – 3 orang dari masing-
masing perwakilan Kelurahan/Desa. Seseorang dalam kelompok ini dapat
ditunjuk sebagai ketua kelompok.
B. Identifikasi Aspirasi dan Kebutuhan

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-22
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

Identifikasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat Kawasan Balongbendo dihimpun dari


pertemuan yang dilakukan dengan masyarakat. Hasil temuan tersebut menghasilkan
beberapa kebutuhan antara lain:
1. Kebutuhan akan sarana rekreasi dan hiburan keluarga;
2. Kebutuhan akan Fasilitas Ruang Terbuka Hijau;
3. Kebutuhan akan penataan RTBL kawasan Peruntukan Industri Jabaran
Balongbendo;
4. Kebutuhan terhadap kondisi lingkungan permukiman yang lebih baik;
5. Kebutuhan akan penataan sistem sirkulasi;
6. Kebutuhan akan bentukan fisik yang mencitrakan identitas Kawasan
Balongbendo;
C. Visi, Misi dan Skenario serta Strategi Pengembangan
Visi Rencana Pengembangan Komunitas adalah: Visi Rencana Pengembangan
Komunitas adalah: “Menciptakan Kawasan Wisata yang Strategis Melalui
Pengembangan Area Bisnis, Komersial, dan Rekreatif yang mudah diakses
berdasarkan keseimbangan lingkungan yang keberlanjutan’
Misi Rencana Pengembangan Komunitas adalah:
1. Mengembangkan fungsi-fungsi perkotaan yang lengkap dengan pencapaian
yang mudah
2. Menciptakan ruang kota yang nyaman dan menarik bagi investasi dan aktivitas
perekonomian rakyat
3. Mengembangkan kearifan lokal selaras dengan pertumbuhan gaya hidup modern
4. Mewujudkan kesatuan karakter serta meningkatkan kualitas bangunan dan
lingkungan sesuai fungsinya sebagai kawasan perdagangan jasa dan wisata;
5. Membangun kawasan yang mengutamakan komunitas sebagai unsur pengguna
dan pengelola kawasan .
6. Menciptakan pertumbuhan kota yang ramah lingkungan

Strategi Pengembangan Rencana Komunitas adalah:


1. Membuat forum komunikasi yang diadakan secara berkala dan
memanfaatkannya sebagai forum dialog membangun antar stakeholder dan
masyarakat.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-23
Jabaran Kecamatan Balongbendo
Laporan Akhir

2. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap progres pembangunan Sidoarjo


secara berkala.
3. Mengadakan kegiatan yang bersifat promosi dan memasarkan potensi kawasan
rencana yang diagendakan secara tetap.
4. Mengadakan kegiatan rutin yang terkait dengan pengembangan seni dan budaya
yang melibatkan masyarakat.

D. Tahapan Pengembangan
Tahapan rencana pengembangan komunitas disusun berdasarkan skala
prioritasnya. Adapun tahapan pengembangan yang dapat dilakukan adalah:
2. Mengagendakan forum-forum dialog, pertemuan, komunikasi yang dilakukan
secara tetap dengan melibatkan beberapa pihak terkait dari unsur masyarakat,
pemerintah dan Swasta;
3. Menyusun skala prioritas rencana pengembangan komunitas;
4. Melakukan beberapa kegiatan yang bersifat promosi dan publikasi;
5. Melakukan beberapa kegiatan pembangunan kawasan berdasarkan skala
prioritas.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi;
A. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk melihat apakah agenda
yang telah ditetapkan telah dilaksanakan dengan baik. Disamping itu, monitoring
dan evaluasi dapat dilakukan terhadap realisasi pembangunan fisik berdasarkan
rancangan yang sudah digariskan (antara lain: RTBL Kawasan Peruntukan Industri
Jabaran Balongbendo). Mekanismenya telah diatur dalam undang-undang dan
Peraturan Pemerintah tentang keterlibatan masyarakat.

Penyusunan Dokumen RTBL Kawasan Peruntukan Industri


VII-24
Jabaran Kecamatan Balongbendo

Anda mungkin juga menyukai