ت َأ َح ٍد ِ ات الَّتِي يُرْ سِ ُل هَّللا ُ اَل َت ُكونُ لِ َم ْو ُ َه ِذ ِه اآْل َي
akan kehilangan cahayanya. Dalam surat Al-Qiyamah ayat 7-
10 disebutkan
َواَل ل َِح َيا ِت ِه َو َل ِكنْ ي َُخوِّ فُ هَّللا ُ ِب ِه عِ َبا َدهُ ؛ َفِإ َذا
َرَأ ْي ُت ْم َش ْيًئ ا ِمنْ َذل َِك َفا ْف َزعُوا ِإ َلى ِذ ْك ِر ِه َو ُد َعاِئ ِه
Kedua, sebagai pengingat Hari Akhir, gerhana adalah waktu
untuk sholat, amal, dan umumnya mengingat Allah dan
memohon ampunan-Nya. Ketiga, untuk percaya bahwa ار ِهِ َواسْ ت ِْغ َف
benda-benda langit (matahari, bulan, planet, bintang) memiliki ”Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini (yakni gerhana, pent),
tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.
Namun Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya
dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk sebagian istri beliau. Karena tidak sadar, disebabkan hati beliau
berdzikir, berdo’a dan istighfar (memohon ampun) kepada-Nya” disibukkan dengan peristiwa gerhana” (Al Minhaj 6/212).
(HR. Bukhori dan Muslim). Maka dari itu, gerhana bagi seorang mukmin selayaknya
Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, menimbulkan rasa takut, membuatnya berfikir akan adzab
وغيره ألنه مما يدفع به البالءuفيه الندب إلى االستغفار عند الكسوف Allah, dan menyadarkan dirinya untuk segera bertaubat.
“Hadits di atas terdapat anjuran untuk beristighfar ketika terjadi Bukan ajang untuk hiburan, sekedar tontonan atau
gerhana, atau yang lainnya. Karena istighfar adalah diantara menganggapnya sebatas fenomena alam biasa; yang
sebab untuk menolak bala‘.” (Fathul Bari, 2/546) lumrah terjadi.
Syaikh Ibnu Baz mengatakan,
Imam Ibnu Kastir menasehatkan, ketika menafsirkan ayat,
وما يقع من خسوف وكسوف في الشمس والقمر ونحو ذلك مما يبتلي “Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu)
memperhatikan bahwa mereka selalu ditimpa bencana
وتحذير لعباده من التماديuهللا به عباده هو تخويف منه سبحانه وتعالى sekali atau dua kali setiap tahun?! Namun mereka tidak
وحث لهم على الرجوع واإلنابة إليه،في الطغيان (juga) mau bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.”
“Kejadian gerhana bulan atau matahari, atau fenomena yang (QS. At Taubah: 126).Beliau mengatakan,
semisalnya, merupakan ujian Allah untuk hamba-hambaNya.
Yaitu untuk menimbulkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, dan peringatan kepada mereka dari berlarut-larut dalam َّ
ولهذا جاء،يتفطن لما ابتاله هللا به من الضرَّ اء والسرَّ اء فالمؤمن من
kemaksiatan. Dan supaya mendorong mereka untuk kembali ke ً
،)) ((ال يزال البال ُء بالمؤمن حتى يخرج نق ّيا من ذنوبه:في الحديث
jalan Allah” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/157). ، وال فيم أرسلوه،والمنافق مثله كمثل الحمار ال يدري فيم ربطه أهله
Sampai-sampai diceritakan oleh para sahabat, bagaimana
ekspresi takut beliau –shallallahu alaihi wa sallam– ketika
وال إن ُأعطي،فال ي َّتعِظ إن أصيب.
terjadi gerhana kala itu,
درك بردائه بعد ذلكُأ
ِ بدرع حتىuفأخطأ “Seorang yang mukmin, adalah yang berfikir / sadar saat
“Sampai-sampai beliau keliru mengambil selendang salah satu Allah mendatangkan cobaan kepadanya, baik dengan
istri beliau, kemudian setelah sadar, beliau mengenakan kenikmatan atau musibah. Oleh karenya dalam sebuah
selendangnya” (HR. Muslim). hadis diterangkan, “Seorang mukmin selalu mendapatkan
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan makna perkataan cobaan, sampai dia keluar dari alam dunia, bersih tanpa
di atas, membawa dosa.” Adapun orang munafik, perumpaannya
لشدة سرعته واهتمامه بذلك أراد أن يأخذ رداءه فأخذ درع بعض أهل seperti keledai. Tidak sadar kalau sedang diikat tuannya,
ketika diperintah, ketika mendapat musibah, dan ketika
uالبيت سهوا ولم يعلم ذلك الشتغال قلبه بأمر الكسوف diberi” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk ayat 95 dari surat Al
“Karena saking buru-burunya dan konsentrasi beliau tertuju pada
A’raf).
fenomena gerhana tersebut. Yakni beliau hendak mengambil
selendangnya, namun ternyata yang keambil selendang milik
Tentu kita tak ingin meniru orang munafik itu. Bersikap dan 4. Melaksanakan ruku’
bertingkah sepertinya. Tidak mengambil pelajaran dari
setiap kejadian. -Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat 5. I’tidal/bangkit dari ruku’ sambil mengucapkan
kemunafikan- . “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal
Hamd”
1. Niat Sholat Gerhana Bulan Berjamaah
6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun
ُ س َّن َة ال ُخ
َمأ ُمو ًما هلل َت َعا َلى/سوفِ َر ْك َع َت ْي ِن ِإ َما ًم َ ُأ
ُ ص ِّلي dilanjutkan dengan membaca surah Al-Fatihah dan
surah yang lebih pendek dari sebelumnya.
Arab-latin: Ushallii sunnatal khusuufi rak‘ataini 7. Ruku’ Kembali (ruku’ kedua) yang panjangannya
imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aalaa. lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
Artinya: “Saya sholat Sunnah Khusuf dua rakaat 8. Kemudian bangkit dari ruku’ (I’tidal)
sebagai imam/makmum karena Allah Ta’aalaa.”
9. Setelah I’tidal yang kedua, dilanjut dengan sujud,
2. Niat Sholat Gerhana Bulan Sendirian lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud lagi.
ُ س َّن َة ال ُخ
سوفِ َر ْك َع َت ْي ِن هلل َت َعا َلى َ ُأ
ُ ص ِّلي 10. bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua
sebagaimana raka’at pertama. Hanya saja bacaannya
Ushallii sunnatal khusuufi rak‘ataini lillaahi ta‘aalaa. dilakukan lebih singkat dari sebelumnya.
Artinya: “Saya niat sholat gerhana bulan dua rakaat 11. Tasyahud, kemudian salam.
karena Allah Ta’aalaa.”
Setelah melaksaanakan ibadah sholat Gerhana Bulan,
. Membaca Niat shalat gerhana bulan ada baiknya untuk banyak berdzikir dan berdoa
kepada Allah SWT.
2. Takbiratul ihram