Anda di halaman 1dari 5

Pengertian gerhana Bulan total

kekuasaan atas peristiwa dan nasib dan nasib manusia adalah


Thomas menjelaskan, gerhana Bulan total adalah fenomena
terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak untuk menolak Allah dengan menyekutukan-Nya.
semuanya sampai ke Bulan. Fenomena ini terjadi ketika Bumi,
Bulan, dan Matahari berada pada satu garis lurus. Bulan akan Dalam Fussilat ayat 37,
masuk seluruhnya ke dalam bayangan inti atau umbra Bumi.
gerhana bukan musibah. Ia adalah tanda atau peringatan,
Masyarakat di Riau, Jambi, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, untuk menakut-nakuti dari sebuah petaka atau bala’.
Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, dan
Kalimantan Barat, akan melihat puncak gerhana bulan lebih Oleh karenanya, Rasulullah shallallahu alaihi wa
cepat, yakni pukul 17.59 WIB. sallam memerintahkan umatnya untuk segera sholat,
istighfar, bersedekah, dan semangat melakukan amalan-
amalan kebajikan saat terjadi gerhana.
(QS Fushilat [41]: 37). Artinya: Sungguh, gerhana matahari
Mari simak hadis dari Abu Musa al Asy’ari radhiyallahu
dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang,
tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta'ala. ‘anhu berikut. Beliau mengatakan,
Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana ”Dahulu pernah terjadi gerhana Matahari (di zaman
bulan, bangkit dan shalatlah kalian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pent). Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera berdiri dengan
Sedangkan reaksi Muslim terhadap gerhana bulan dan perasaan takut kalau terjadi kiamat. Kemudian beliau
matahari dapat diringkas sebagai berikut. memasuki masjid untuk melakukan shalat; ruku’ dan sujud,
dalam waktu yang amat panjang yang pernah aku lihat.
 Pertama, gerhana matahari dan bulan adalah pengingat Hari Setelah itu beliau bersabda,
Penghakiman, ketika matahari, bulan, dan bintang-bintang

‫ت َأ َح ٍد‬ ِ ‫ات الَّتِي يُرْ سِ ُل هَّللا ُ اَل َت ُكونُ لِ َم ْو‬ ُ ‫َه ِذ ِه اآْل َي‬
akan kehilangan cahayanya. Dalam surat Al-Qiyamah ayat 7-
10 disebutkan

‫َواَل ل َِح َيا ِت ِه َو َل ِكنْ ي َُخوِّ فُ هَّللا ُ ِب ِه عِ َبا َدهُ ؛ َفِإ َذا‬
‫َرَأ ْي ُت ْم َش ْيًئ ا ِمنْ َذل َِك َفا ْف َزعُوا ِإ َلى ِذ ْك ِر ِه َو ُد َعاِئ ِه‬
Kedua, sebagai pengingat Hari Akhir, gerhana adalah waktu
untuk sholat, amal, dan umumnya mengingat Allah dan
memohon ampunan-Nya. Ketiga, untuk percaya bahwa ‫ار ِه‬ِ ‫َواسْ ت ِْغ َف‬
benda-benda langit (matahari, bulan, planet, bintang) memiliki ”Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini (yakni gerhana, pent),
tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.
Namun Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya
dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk sebagian istri beliau. Karena tidak sadar, disebabkan hati beliau
berdzikir, berdo’a dan istighfar (memohon ampun) kepada-Nya” disibukkan dengan peristiwa gerhana” (Al Minhaj 6/212).
(HR. Bukhori dan Muslim). Maka dari itu, gerhana bagi seorang mukmin selayaknya
Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini, menimbulkan rasa takut, membuatnya berfikir akan adzab
‫ وغيره ألنه مما يدفع به البالء‬u‫فيه الندب إلى االستغفار عند الكسوف‬ Allah, dan menyadarkan dirinya untuk segera bertaubat.
“Hadits di atas terdapat anjuran untuk beristighfar ketika terjadi Bukan ajang untuk hiburan, sekedar tontonan atau
gerhana, atau yang lainnya. Karena istighfar adalah diantara menganggapnya sebatas fenomena alam biasa; yang
sebab untuk menolak bala‘.” (Fathul Bari, 2/546) lumrah terjadi.
Syaikh Ibnu Baz mengatakan,
Imam Ibnu Kastir menasehatkan, ketika menafsirkan ayat,
‫وما يقع من خسوف وكسوف في الشمس والقمر ونحو ذلك مما يبتلي‬ “Tidakkah mereka (orang-orang munafik itu)
memperhatikan bahwa mereka selalu ditimpa bencana
‫ وتحذير لعباده من التمادي‬u‫هللا به عباده هو تخويف منه سبحانه وتعالى‬ sekali atau dua kali setiap tahun?! Namun mereka tidak
‫ وحث لهم على الرجوع واإلنابة إليه‬،‫في الطغيان‬ (juga) mau bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran.”
“Kejadian gerhana bulan atau matahari, atau fenomena yang (QS. At Taubah: 126).Beliau mengatakan,
semisalnya, merupakan ujian Allah untuk hamba-hambaNya.
Yaitu untuk menimbulkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, dan peringatan kepada mereka dari berlarut-larut dalam َّ
‫ ولهذا جاء‬،‫يتفطن لما ابتاله هللا به من الضرَّ اء والسرَّ اء‬ ‫فالمؤمن من‬
kemaksiatan. Dan supaya mendorong mereka untuk kembali ke ً
،))‫ ((ال يزال البال ُء بالمؤمن حتى يخرج نق ّيا من ذنوبه‬:‫في الحديث‬
jalan Allah” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/157). ،‫ وال فيم أرسلوه‬،‫والمنافق مثله كمثل الحمار ال يدري فيم ربطه أهله‬
Sampai-sampai diceritakan oleh para sahabat, bagaimana
ekspresi takut beliau –shallallahu alaihi wa sallam– ketika
‫ وال إن ُأعطي‬،‫فال ي َّتعِظ إن أصيب‬.
terjadi gerhana kala itu,
‫درك بردائه بعد ذلك‬‫ُأ‬
ِ ‫ بدرع حتى‬u‫فأخطأ‬ “Seorang yang mukmin, adalah yang berfikir / sadar saat
“Sampai-sampai beliau keliru mengambil selendang salah satu Allah mendatangkan cobaan kepadanya, baik dengan
istri beliau, kemudian setelah sadar, beliau mengenakan kenikmatan atau musibah. Oleh karenya dalam sebuah
selendangnya” (HR. Muslim). hadis diterangkan, “Seorang mukmin selalu mendapatkan
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan makna perkataan cobaan, sampai dia keluar dari alam dunia, bersih tanpa
di atas, membawa dosa.” Adapun orang munafik, perumpaannya
‫لشدة سرعته واهتمامه بذلك أراد أن يأخذ رداءه فأخذ درع بعض أهل‬ seperti keledai. Tidak sadar kalau sedang diikat tuannya,
ketika diperintah, ketika mendapat musibah, dan ketika
u‫البيت سهوا ولم يعلم ذلك الشتغال قلبه بأمر الكسوف‬ diberi” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir untuk ayat 95 dari surat Al
“Karena saking buru-burunya dan konsentrasi beliau tertuju pada
A’raf).
fenomena gerhana tersebut. Yakni beliau hendak mengambil
selendangnya, namun ternyata yang keambil selendang milik
Tentu kita tak ingin meniru orang munafik itu. Bersikap dan 4. Melaksanakan ruku’
bertingkah sepertinya. Tidak mengambil pelajaran dari
setiap kejadian. -Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat 5. I’tidal/bangkit dari ruku’ sambil mengucapkan
kemunafikan- . “Sami’allahu Liman Hamidah, Rabbana Wa Lakal
Hamd”
1. Niat Sholat Gerhana Bulan Berjamaah
6. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun
ُ ‫س َّن َة ال ُخ‬
‫ َمأ ُمو ًما هلل َت َعا َلى‬/‫سوفِ َر ْك َع َت ْي ِن ِإ َما ًم‬ َ ‫ُأ‬
ُ ‫ص ِّلي‬ dilanjutkan dengan membaca surah Al-Fatihah dan
surah yang lebih pendek dari sebelumnya.
Arab-latin: Ushallii sunnatal khusuufi rak‘ataini 7. Ruku’ Kembali (ruku’ kedua) yang panjangannya
imaaman/makmuuman lillaahi ta‘aalaa. lebih pendek dari rukuk sebelumnya.
Artinya: “Saya sholat Sunnah Khusuf dua rakaat 8. Kemudian bangkit dari ruku’ (I’tidal)
sebagai imam/makmum karena Allah Ta’aalaa.”
9. Setelah I’tidal yang kedua, dilanjut dengan sujud,
2. Niat Sholat Gerhana Bulan Sendirian lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud lagi.

ُ ‫س َّن َة ال ُخ‬
‫سوفِ َر ْك َع َت ْي ِن هلل َت َعا َلى‬ َ ‫ُأ‬
ُ ‫ص ِّلي‬ 10. bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua
sebagaimana raka’at pertama. Hanya saja bacaannya
Ushallii sunnatal khusuufi rak‘ataini lillaahi ta‘aalaa. dilakukan lebih singkat dari sebelumnya.

Artinya: “Saya niat sholat gerhana bulan dua rakaat 11. Tasyahud, kemudian salam.
karena Allah Ta’aalaa.”
Setelah melaksaanakan ibadah sholat Gerhana Bulan,
. Membaca Niat shalat gerhana bulan ada baiknya untuk banyak berdzikir dan berdoa
kepada Allah SWT.
2. Takbiratul ihram

3. Setelah mengucap takbir, membaca taawudz dan


Surat Al-Fatihah. Kemudian dianjurkan untuk
membaca surat yang panjang.

Anda mungkin juga menyukai