* Peringatan: Harap buletin ini disimpan di tempat yang layak karena berisi ayat Al-Quran dan Hadits Nabi g
ayat di atas, ada empat pendapat: (1) mengasihi yang lain, di antaranya adalah mengerjakannya selalu shalatnya adalah:
hukum Allah, (2) hari perhitungan, (3) fakir miskin. Padahal fakir dan di akhir waktu selamanya atau 1. Seringnya mengakhirkan waktu
hari pembalasan dan (4) Al Qur’an. miskin sangat butuh kepada umumnya. shalat tanpa ada udzur.
Demikian kata Ibnul Jauzi dalam makanan. Orang yang disebutkan 4. Ada pula yang memaknakan 2. Melaksanakan ibadah dengan
kitab tafsirnya, Zaad Al-Masiir (9: dalam ayat ini tidak mendorong lalai dari shalat adalah tidak
244). Jadi ayat tersebut bisa bermakna untuk memberikan makan kepada malas-malasan.
memenuhi rukun dan syarat shalat
orang yang mendustakan hukum Allah, orang miskin karena hatinya sebagaimana yang diperintahkan. Sifat orang munafik juga disebutkan
hari perhitungan, hari pembalasan atau memang telah keras. Jadi intinya, dalam ayat yang lain,
5. Lalai dari shalat bisa bermakna
orang yang disebutkan dalam dua
َ ُ ََّ ْ ُ َ نَ ُ خ
هللا َو ُه َو
َ ون
mendustakan Al Qur’an.
tidak khusyu’ dan tidak
إ ن الن ِاف ِق� ي� ِاد ع
َُ َ َّ َ ُ َ ِ َ ُ ُ ْ َ َي
ayat di atas, hatinya benar-benar
Tidak Menyayangi Anak Yat- keras. merenungkan yang dibaca dalam
im dan Fakir Miskin shalat. خ ِادعم و ِإذا قاموا ِإل الصل ِة قاموا
Orang yang Lalai dari Sha- َ ُ ْ َ َ َّ َ ُ َ ُ َ َ ُ
Setelah menyebutkan mengenai orang latnya Lalai dari shalat mencakup semua
اس َول َيذك ُرون كسال ي�اءون الن
yang mendustakan hari pembelasan, pengertian di atas. Setiap orang yang ً َ َّ َ
lalu disebutkan ayat, “Itulah orang Kemudian disebutkan mengenai sifat memiliki sifat demikian, maka dialah هللا ِإل ق ِليل
yang menghardik anak yatim, dan tidak mereka lagi, “Maka kecelakaanlah bagi yang disebut lalai dari shalat. Jika ia
menganjurkan memberi makan orang orang-orang yang shalat (yaitu) orang- “Sesungguhnya orang-orang munafik itu memiliki seluruh sifat tersebut, maka
miskin.” orang yang lalai dari shalatnya”. Kata menipu Allah, dan Allah akan membalas semakin sempurnalah kecelakaan
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, yang tipuan mereka. Dan apabila mereka untuknya dan semakin sempurna
Dalam dua ayat di atas digabungkan dimaksud di sini adalah orang-orang hal nifak ‘amali padanya (Lihat Shahih
dua hal:
hal
berdiri untuk shalat mereka berdiri
munafik yaitu yang mereka shalat di 2 3
dengan malas. Mereka bermaksud riya Tafsir Ibnu Katsir, 4:691-692.)
1. Tidak punya kasih sayang pada kala ada banyak orang, namun enggan
Cari Muka dalam Ibadah (dengan shalat) di hadapan manusia.
anak yatim. Padahal mereka itu shalat ketika sendirian. (Shahih Tafsir Dan tidaklah mereka menyebut Allah
orang yang patut dikasihi. Perlu Ibnu Katsir, 4:691) Disebutkan dalam lanjutan ayat, kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisa’:
diketahui, yatim adalah yang ّ ْ
َ“ ِل ُل َص ِل ن, bagi “Orang-orang yang berbuat riya’ ”. Riya’ 142). (Lihat bahasan Ta’thir Al-Anfaas,
Dalam ayat disebutkan ”� ي
ditinggal mati orang tuanya orang-orang yang shalat, yaitu mereka adalah ingin amalannya nampak di hlm. 533)
sebelum ia baligh (dewasa). Dialah yang biasa shalat dan konsekuen hadapan orang lain, ibadahnya tidak
yang patut dikasihi karena mereka dengannya, lalu mereka lalai. Yang ikhlas karena Allah, istilahnya ingin Wa Yamna’unal Al Maa’uun
tidak lagi memiliki orang tua yang dimaksud lalai dari shalat bisa ‘cari muka’.
Jika lihat dari terjemahan Al
mengasihinya. Akan tetapi yang mencakup beberapa pengertian: Berkaitan dengan ayat di atas, Ibnu Qur’an, “wa yamna’unal maa’uun”
disebutkan dalam ayat ini adalah Katsir mengatakan, “Barangsiapa diterjemahkan dengan orang yang
orang yang menghardik anak 1. Lalai dari mengerjakan shalat.
yang—awalnya-- melakukan amalan enggan menolong dengan barang
yatim. Yaitu ketika yatim tersebut 2. Lalai dari pengerjaannya dari lillah (ikhlas karena Allah), kemudian berguna. Namun memang, para
datang, mereka menolaknya waktu yang ditetapkan oleh amalan tersebut nampak di hadapan ulama tafsir berbeda pendapat dalam
dengan sekeras-kerasnya atau syari’at, malah mengerjakannya manusia lalu ia pun takjub, maka mendefinisikan kalimat tadi. Sebagian
meremehkannya. di luar waktu yang ditetapkan. seperti itu tidak dianggap riya’.” berkata maknanya adalah orang yang