QS AL MA’UN
2
TENTANG QS AL MA’UN
?١Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama - ْت الَّ ِذيْ يُ َك ِّذبُ بِال ِّدي ۗ ِْن َ اَ َر َءي
,٢Maka itulah orang yang menghardik anak yatim - اليَتِ ْي ۙ َم ْ ك الَّ ِذيْ يَ ُد ُّع َ ِفَ ٰذل
.٣dan tidak mendorong memberi makan orang miskin - ْن ِ ۗ ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي َ َواَل يَحُضُّ َع ٰلى
,٤Maka celakalah orang yang salat - ْن َ ۙ صلِّي
َ فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم
,orang-orang yang lalai terhadap salatnya )yaitu(٥ – ن َ ۙ صاَل تِ ِه ْم َساهُ ْو َ الَّ ِذي َْن هُ ْم َع ْن
,٦yang berbuat ria - ن َ ۙ الَّ ِذي َْن هُ ْم يُ َر ۤا ُء ْو
.٧dan enggan (memberikan) bantuan - Mن َ M ُع ْوMاM َمM ْلM اM َنMُ ْوMعMَنM ْمMَيMَو
4
TAFSIR QS AL MA’UN AYAT
1
١
? Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama - ْت الَّ ِذيْ يُ َك ِّذبُ بِال ِّد ْي ۗ ِن
َ اَ َر َءي
• كذبMM يartinya adalah mendustakan atau mengingkari. Ia
Kata yukadzdzibu
bisa berupa sikap batin, bisa pula berupa sikap lahir yang tampak dalam
perbuatan.
• Kata ad-dinلدينMM اsecara bahasa bisa
berarti agama, kepatuhan atau pembalasan. Dalam ayat ini, ad-din sering
diartikan agama. Namun ia juga berarti pembalasan karena seringkali Al
Quran ketika menggandengkan yukaddzibu dengan ad-din artinya adalah
mendustakan hari pembalasan (kiamat).
• Ibnu Katsir termasuk mufassir yang memaknai ad-diin dengan hari
pembalasan. Sehingga makna ayat ini, tahukah engkau, hai Muhammad,
orang yang mendustakan agama dan mendustakan hari pembalasan
5
TAFSIR QS AL MA’UN AYAT
2
٢
, Maka itulah orang yang menghardik anak yatim َ ِفَ ٰذل
- ك الَّ ِذيْ يَ ُد ُّع ْاليَتِ ْي ۙ َم
• Kata dzalika ذلكdigunakan untuk menunjuk kepada sesuatu yang jauh. Dzalika di
sini memberi kesan betapa jauhnya orang itu dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
• Kata yadu’uدعMM يartinya mendorong dengan keras. Namun maknanya tak selalu
dorongan fisik, namun juga mencakup segala penganiayaan dan hardikan.
• Al yatimMمMMليتيMM اberasal dari kata yutmMتمMM يyang artinya kesendirian. Pada
manusia, yatim digunakan untuk anak yang belum dewasa dan ayahnya telah
wafat.
• Ibnu Katsir menjelaskan, orang yang mendustakan agama dan mendustakan hari
pembalasan itu adalah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak
yatim, menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak
memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.
6
TAFSIR QS AL MA’UN AYAT
3
٣
. dan tidak memberi makan orang miskin َ َواَل يَحُضُّ َع ٰلى
- ط َع ِام ْال ِم ْس ِكي ۗ ِْن
• Kata yakhudldluحضMM يartinya adalah menganjurkan. Kalaupun tidak memiliki
apa-apa, seseorang dituntut minimal menjadi orang yang menganjurkan untuk
memberi makan kepada orang miskin.
• Kata tho’amMامM طعberarti makanan atau pangan. Ayat ini tidak menggunakan
kata ith’amMامMطعM إyang artinya memberi makan, agar setiap orang yang
melakukannya tidak merasa dirinya telah memberi makan. Namun ia hanya
memberikan makanan yang pada hakikatnya bukan miliknya melainkan hak
orang-orang miskin itu.
• Dua ayat yang menjelaskan karakter pendusta agama ini senada dengan firman-
Nya:
9
TAFSIR QS AL MA’UN AYAT
6
٦
, yang berbuat ria - الَّ ِذي َْن هُ ْم يُ َر ۤا ُء ْو ۙ َن
• Pada ayat ke-6 kata yuroo’uunراءونMM يberasal dari kata ra’a
ىM رأyang artinya
adalah melihat. Dari akar kata yang sama, lahir kata riya’. Yaitu orang yang
melakukan pekerjaan sambil melihat manusia sehingga jika tak ada yang
melihatnya, mereka tidak melakukan pekerjaan itu. Secara istilah, riya’ berarti
melakukan suatu pekerjaan bukan karena Allah SWT tetapi untuk mendapatkan
pujian dan popularitas. Yang paling terkena ayat ini adalah orang-orang
munafik. Namun kita juga harus waspada jika ada riya’ dalam diri kita.
• Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud dalam Surat Al Ma’un
ayat 4-6 ini adalah orang-orang munafik. Mereka mengerjakan shalat saat
bersama orang lain namun tidak mengerjakannya ketika sendirian.
• “Mereka mengerjakan shalat tetapi tidak menegakkan shalat. Mereka
menunaikan gerakan-gerakan shalat dan mengucapkan bacaan sholat, tapi hati
mereka tidak hidup bersama shalat dan tidak hidup dengannya,” tulis Sayyid
Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran. “Ruh-ruh mereka tidak menghadirkan hakikat
shalat dan hakikat bacaan-bacaan, doa-doa dan zikir yang ada dalam shalat,
mereka melakukan shalat hanya untuk dipuji orang lain, bukan ikhlas karena
Allah.” 10
TAFSIR QS AL MA’UN AYAT
7
.٧dan enggan (memberikan) bantuan - M َنM ُع ْوMاM َمM ْلM اM َنMُ ْوMعMَنM ْمMَيMَو
• Kata al maa’uunلماعونMM اberasal dari kata al ma’nلمعنMM اyang artinya sedikit. Dapat
pula berasal dari kata ma’unahونةM معyang artinya bantuan, dengan mengganti ta’
marbuthah dengan alif dan diletakkan sesudah mim. Sehingga al
maa’uun adalah sedikit bantuan yang berguna.
• Menurut Ali bin Abu Thalib, al maa’uun adalah zakat. Sebagian sahabat Nabi
mengatakan al maa’uun adalah sedekah. Ibnu Mas’ud mengatakan al
maa’uun adalah barang yang biasa dipinjam seperti panci. Sedangkan Mujahid
mengatakan maknanya adalah peralatan rumah tangga.
• Ikrimah merangkum semua pendapat itu. Ia menjelaskan bahwa puncak al
maa’uun adalah zakat maal (zakat harta benda) sedangkan yang paling rendah
adalah meminjamkan ayakan, timba dan jarum. Pendapat ini pula yang dipilih
Ibnu Katsir.
• Ibnu Katsir menjelaskan, mereka adalah orang-orang yang tidak beribadah
kepada Allah dengan baik, juga tidak mau berbuat baik kepada sesama manusia.
Tidak mau menolong orang lain, bahkan tidak mau meminjamkan sesuatu kepada
orang lain meskipun barang itu akan kembali dalam kondisi utuh. Mereka juga
menolak zakat.
11
PENUTUP
Surat Al Maun adalah surat yang menjelaskan hakikat para pendusta
agama dan orang-orang yang mendustakan hari pembalasan. Karakter
utama mereka adalah sewenang-wenang kepada anak yatim dan tidak
mau menolong orang miskin.
Surat ini juga berisi ancaman kepada orang-orang munafik yang lalai
dari shalatnya, memamerkan shalatnya padahal ia sering meninggalkan
shalat itu dan lalai dari tujuannya. Mereka juga tidak mau membantu
orang lain. Bahkan meminjamkan sesuatu saja berat, apalagi
bersedekah dan membayar zakat. Mereka itulah orang-orang yang
celaka.
Orang-orang yang beriman dan percaya dengan hari penbalasan adalah
yang selalu menjaga kualitas ibadahnya dari riya’ dan mempunyai
empati serta kepekaan terhadap kondisi sosial kemasyarakatan di
lingkungannya.
Orang-orang ini yang termasuk orang-orang sholeh, baik secara Pribadi
dan sholeh secara sosial 12
TERIMA KASIH
13