Anda di halaman 1dari 5

Khutbah Pertama

‫ت‬ ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو ِم ْن َسيَِّئا‬،ُ‫ِإ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
ُ‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫َأ ْع َمالِنَا‬
‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬،.ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،ُ‫ك لَه‬
َ ‫َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫ق تُقَاتِ ِه‬َّ ‫ يَا َأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬.‫َّجي ِْم‬
ِ ‫ان الر‬ ِ َ‫ اَ ُع ْو ُذ بِاهللِ ِم َن ال َّش ْيط‬:‫قال هللا تعالى‬
ْ‫ يُصْ لِح‬.‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذي َْن َءا َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َوقُ ْولُ ْوا قَ ْوالً َس ِد ْيدًا‬  .‫َوالَ تَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْو َن‬
‫لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُكم ُذنُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللاَ َو َرس ُْولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬
Jamaah sholat Jumat yang berbahagia…
Alhamdulillah, atas nikmat dan karunia Allah pada siang hari ini kita masih dapat
berjumpa untuk bersama-sama mengerjakan ibadah sholat Jumat di hari yang sangat
mulia ini dibandingkan hari-hari biasa lainnya yaitu Hari Jumat. Salawat beserta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, kepada
keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Dan semoga kita termasuk umatnya yang
mendapatkan syafaat kelak di Yaumul Qiyamah.

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia…


Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk (hudan) bagi manusia ke jalan yang benar dan
diridhai Allah. Selain itu, menurut Qardhawi, al-Qur’an juga memuat penjelasan tentang
berbagai persoalan karena sesungguhnya al-Qur’an merupakan sumber solusi bagi
setiap permasalahan hidup manusia. Salah satunya yaitu kandungan dari surat al-Ma’un
ayat 1-7
‫] َواَل يَحُضُّ َعلَ ٰى طَ َع ِام‬١٠٧:٢[ ‫] فَ ٰ َذلِكَ الَّ ِذي يَ ُد ُّع ْاليَتِي َم‬١٠٧:١[ ‫ِّين‬ ِ ‫َأ َرَأيْتَ الَّ ِذي يُ َك ِّذبُ بِالد‬
‫] الَّ ِذينَ هُ ْم‬١٠٧:٥[ َ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُون‬
َ ‫] الَّ ِذينَ هُ ْم عَن‬١٠٧:٤[ ‫ين‬ َ ‫] فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬١٠٧:٣[ ‫ْال ِم ْس ِكي ِن‬
^َ ِّ‫صل‬
]١٠٧:٧[ َ‫] َويَ ْمنَعُونَ ْال َما ُعون‬١٠٧:٦[ َ‫ي َُراءُون‬
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang sholat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya. Orang-orang
yang berbuat riya’. Dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.” (Qs. al-
Ma’un: 1-7) 

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia…


Surat al-Ma’un diawali dengan hamzah istifhām atau alif istifhām di kata ara’aita.
Penggunaan hamzah istifhām di awal surat ini menunjukkan makna insya’ istifhām li al-
ta’jūb (untuk menunjukkan keheranan) kepada orang yang diajak bicara. Hal ini
bertujuan untuk membuat orang ingin tahu disertai rasa keheranan yang mendalam
tentang siapakah yang dimaksud Allah sebagai pendusta agama.

Tujuh ayat dalam surat al-Ma’un ini menjelaskan tentang kriteria orang-orang yang Allah
sebut sebagai pendusta agama yaitu orang-orang yang menghardik anak yatim, orang
yang tidak memberi makan orang miskin, orang yang lalai dari sholatnya, orang yang
riya’, dan orang yang enggan tolong menolong.

Kata al-Māūn sendiri bermakna segala sesuatu yang bermanfaat yang mencakup hal-
hal kecil yang diperlukan orang dalam kehidupan sehari-hari, juga perbuatan baik
berupa pemberian bantuan kepada sesama manusia dalam hal-hal kecil. Bila diperluas
maknanya, al-Māūn berarti bantuan atau pertolongan dalam setiap kesulitan sehingga
surat ini banyak menggambarkan beberapa hal yang berkaitan dengan kepedulian
sosial.

Pada ayat dua disebutkan “yaitu orang yang menghardik anak yatim.” Allah menyebut
para penghardik anak yatim sebagai pendusta agama karena mereka telah
menghindarkan hak para anak yatim dengan enggan memberi mereka makan, enggan
menyantuni bahkan berkata kasar sampai mendzalimi. Padahal Islam menempatkan
anak yatim pada kedudukan yang mulia sampai-sampai di dalam al-Qur’an Allah
menyebutnya sebanyak 23 kali dalam berbagai konteks. Selain itu di dalam hadis
banyak pula dibahas tentang kedudukan dan keutamaan menyantuni anak yatim,
seperti sabda Nabi:

َ ‫ َوفَر‬،‫ َوَأ َشا َر بِال َّسبَّابَ ِة َو ْال ُو ْسطَى‬.»‫َأنَا َو َكافِ ُل ْاليَتِ ِيم فِى ْال َجنَّ ِة هَ َك َذا‬
«‫َّج بَ ْينَهُ َما َش ْيًئا‬
“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.”
Kemudian Nabi mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya serta agak
merenggangkan keduanya. (HR. Bukhari)

Anak yatim adalah anak yang telah ditinggal mati oleh orangtuanya baik keduanya
ataupun salah satunya. Mereka kehilangan sosok pencari nafkah sedangkan mereka
sendiri masih terlalu belia untuk mengerti dan menjalani sebuah pekerjaan, kehilangan
sosok pelindung dan pengasih yang seharusnya membina mental dan spiritual di umur
semuda mereka.

Oleh karena kesulitan dan kesedihan yang menimpa mereka itulah Islam
memerintahkan kepada kaum muslimin agar menyantuni, membela dan melindungi
hak-hak anak yatim. Dengan menyantuni mereka maka secara tidak langsung kita akan
menjadi figur orang tua pengganti bagi mereka.

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia..


Kemudian pada ayat ketiga disebutkan “dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin.” Golongan pendusta agama selain orang yang menghardik anak yatim yaitu
orang yang enggan menginfakkan sebagian hartanya dalam membantu fakir miskin.
Allah memberi rezeki kepada hamba-Nya bukanlah agar dinikmati sendiri namun di
dalamnya terdapat bagian kaum fakir miskin yang harus disalurkan. Banyak keutamaan
yang Allah janjikan bagi mereka yang memberi makan orang miskin, di antaranya sabda
Nabi:

« ‫ قَا َل « فَ َم ْن تَبِ َع ِم ْن ُك ُم ْاليَوْ َم‬.‫ال َأبُو بَ ْك ٍر رضى هللا عنه َأنَا‬ َ ‫َم ْن َأصْ بَ َح ِم ْن ُك ُم ْاليَوْ َم‬
َ َ‫ ق‬.» ‫صاِئ ًما‬
ْ ‫ قَا َل « فَ َم ْن َأ‬.‫ قَا َل َأبُو بَ ْك ٍر رضى هللا عنه َأنَا‬.» ً‫َجنَا َزة‬
‫ قَا َل َأبُو بَ ْك ٍر‬.» ‫ط َع َم ِم ْن ُك ُم ْاليَوْ َم ِم ْس ِكينًا‬
‫ال‬َ َ‫ فَق‬.‫ قَا َل َأبُو بَ ْك ٍر رضى هللا عنه َأنَا‬.» ‫ قَا َل « فَ َم ْن عَا َد ِم ْن ُك ُم ْاليَوْ َم َم ِريضًا‬.‫رضى هللا عنه َأنَا‬
َ‫ « َما اجْ تَ َم ْعنَ فِى ا ْم ِرٍئ ِإالَّ َد َخ َل ْال َجنَّة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫» َرسُو ُل هَّللا‬

“Siapakah di antara kalian yang pada hari ini berpuasa? Abu Bakar menjawab: Saya.
Beliau bertanya lagi: Siapakah di antara kalian yang hari ini sudah mengiringi jenazah?
Abu Bakar menjawab: Saya. Nabi bertanya lagi: Siapakah di antara kalian yang hari ini
memberi makan orang miskin? Abu Bakar menjawab: Saya. Nabi bertanya lagi:
Siapakah di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit? Abu Bakar menjawab:
Saya. Maka Rasulullah pun bersabda: Tidaklah ciri-ciri itu terkumpul pada diri seseorang
melainkan dia pasti akan masuk surga.” (HR. Muslim)

Hadis di atas menjelaskan bahwa orang yang memberi maka orang miskin mendapat
jaminan masuk surga. Selain itu, di hadis lain disebutkan akan mendapat kamar khusus
dan istimewa di surga serta dapat memakan buah-buahan di dalamnya. Pahala besar
yang Allah janjikan kepada mereka yang dengan ikhlas menyisihkan hartanya untuk
memberi makan fakir miskin merupakan indikasi bagaimana Allah hendak mengajarkan
kepada hamba-Nya agar tidak lalai akan kondisi orang-orang lemah di lingkungan
sekitar yang membutuhkan bantuan dan uluran tangan.

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia…


Kemudian ayat empat dan lima yang artinya “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang
yang sholat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya”. Ibnu Abbas menerangkan
bahwa yang dimaksud dari ayat ini yaitu orang-orang munafik yang mengerjakan sholat
secara terang-terangan sedangkan ketika sendiri mereka tidak mengerjakan sholat.
Sehingga di ayat 4 Allah menyebut mereka dengan “orang-orang yang sholat” karena
mereka berkewajiban mengerjakan sholat namun seringkali melalaikannya. Selain itu
ada pula yang memaknai mengerjakan sholat namun diakhirkan bahkan terkadang
sampai keluar waktunya dan itu menjadi kebiasaan sehari-hari, atau sholat namun tidak
terpenuhi rukun-rukunnya, atau tidak khusyuk sehingga tidak merenungkan maknanya.
Mereka itulah orang yang Allah sebut sebagai pendusta agama.

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia…


Pada ayat enam yang artinya “Orang-orang yang berbuat riya”, yaitu orang-orang yang
melakukan suatu perbuatan bukan karena Allah namun agar dapat pujian dari orang-
orang disekitarnya. Kemudian di ayat terakhir ” Dan enggan (menolong dengan) barang
yang berguna”.

Wahbah Zuhaili memaknai ayat ini dengan orang yang mencegah dari berbuat baik
terhadap saudaranya, tidak membantu saudara, dan mencegah orang untuk bersikap
baik terhadap saudaranya.

Sedangkan Ibnu Katsir menjelaskannya dengan “orang yang tidak baik ibadahnya
kepada makhluk-Nya, mereka tidak memberikan bantuan yang bermanfaat dan menolak
membayar zakat dan berinfak kepada kerabat.”

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia…


Dari beberapa penafsiran terkait Surat al-Ma’un ayat 1-7 di atas, dapat disimpulkan
bahwa Surat ini menggambarkan beberapa hal terkait kepedulian sosial. Diawali dengan
pertanyaan “siapakah pendusta agama?”, sesungguhnya melalui ayat ini Allah sedang
memperingatkan hamba-Nya terkait beberapa perilaku tercela yang menjerumuskan
pelakunya pada predikat pendusta agama.

Allah juga tengah menyadarkan kita bahwa ibadah ritual kepada Allah tidak ada artinya
apabila tidak direfleksikan dalam wujud kesadaran kemanusiaan karena kebaikan
sesungguhnya merupakan perpaduan antara transendensi (keimanan) dan praksisi
gerakan. Maka teologi al-Ma’un dapat didefinisikan sebagai pemikiran berkenaan
dengan pelayanan terhadap masyarakat seperti menyantuni anak yatim dan menolong
fakir miskin.

Surat al-Ma’un mengandung kritikan kepada perilaku individualisme, hanya


mementingkan diri sendiri tanpa peduli akan keadaan sekitar. Individualisme
bertentangan dengan nilai Islam. Dalam hidup bermasyarakat, Islam mengajarkan agar
hidup berdampingan secara harmonis, saling menghargai, toleran dan tolong menolong.
Hal ini sejalan dengan firman Allah:

ِ ‫ َواَل تَ َعا َونُوا َعلَى اِإْل ْث ِم َو ْال ُع ْد َو‬ ۖ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َو ٰى‬
‫ان‬

“Saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa. Dan janganlah kalian
tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al-Maidah: 2)
Gaya hidup individualis yang berujung pada materialistis kini mulai merebak di tengah-
tengah masyarakat. Orang-orang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk
kesenangan pribadi dan keluarga.

Mereka bakhil, enggan menyisihkan dan menyalurkan hartanya kepada orang-orang


lemah yang butuh uluran tangan.
Padahal kebahagiaan yang didapat dar gaya hidup individualis hanyalah sebuah
kebahagiaan semu. Sebaliknya membelanjakan harta di jalan Allah dengan sedekah
atau infaq dengan tujuan meringankan beban orang lain, inilah hakikat kebahagiaan
sesungguhnya bahkan Allah dan Rasul-Nya menjanjikan pahala yang besar bagi
mereka. Nabi Muhammad bersabda:
« ‫ َو َم ْن‬، ‫اج ِة َأ ِخي ِه َكانَ هَّللا ُ فِى َحا َجتِ ِه‬ َ ‫ َو َم ْن َكانَ فِى َح‬، ُ‫ظلِ ُمهُ َوالَ يُ ْسلِ ُمه‬ ْ َ‫ الَ ي‬، ‫ْال ُم ْسلِ ُم َأ ُخو ْال ُم ْسلِ ِم‬
‫ َو َم ْن َستَ َر ُم ْسلِ ًما َست ََرهُ هَّللا ُ يَوْ َم‬، ‫ت يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬
ِ ‫َّج هَّللا ُ َع ْنهُ ُكرْ بَةً ِم ْن ُك ُربَا‬
َ ‫َّج ع َْن ُم ْسلِ ٍم ُكرْ بَةً فَر‬َ ‫فَر‬
‫» ْالقِيَا َم ِة‬

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak boleh mendzaliminya
dan tidak boleh membiarkannya diganggu orang lain. Barangsiapa membantu
kebutuhan saudaranya maka Allah akan senantiasa menolongnya. Barangsiapa
meringankan kesulitan seorang muslim maka Allah akan melapangkan baginya dari
salah satu kesempitan di Hari Kiamat. Dan barangsiapa menutup aib seorang muslim
maka Allah akan menutup aibnya pada Hari Kiamat.” (HR. Bukhari).

Jamaah sholat Jum’at yang berbahagia…

Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan
taufiq-Nya. Aminn..
‫َأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا َوا ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ال ُم ْسلِ ِمي َْن ِإنَّهُ هُ َو ال َس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬
Khutbah Kedua
‫اف اَأل ْنبِيَا ِء َوالمرْ َسلِي َْن نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد‬
ِ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى َأ ْش َر‬
َّ ‫الح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعال ِمي َْن َوال‬
َ
‫صحْ بِ ِه َأجْ َم ِعي َْن‬
َ ‫َو َعلَى آلِ ِه َو‬
Jamaah sholat Jumat yang berbahagia…
Terdapat empat poin penting yang dapat disimpulkan dari Surat al-Maun yaitu:
Perintah untuk berbuat kebaikan kepada sesama manusia terutama terhadap anak
yatim dan fakir miskin

Larangan untuk melalaikan sholat


Larangan riya
Larangan kikir atau bakhil untuk beramal

Pelanggaran terhadap empat poin di atas disebut sebagai pendusta agama yang
dibenci oleh Allah. Semoga kita tidak termasuk golongan ini sehingga mari kita
tingkatkan kepeduliaan dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Selain
mengharapkan ridha dari Allah, berbagi kepada sesama dapat meningkatkan rasa
syukur kepada Allah dan mengeratkan tali persaudaraan.

Jamaah sholat Jumat yang berbahagia…

Berbahagialah orang-orang yang senantiasa menyebarkan kebaikan dan kebahagiaan


kepada sesama manusia sedang di dalam hatinya tertanam kuat rasa syukur kepada
Allah. Semoga kita termasuk di antara orang-orang tersebut. Amin ya rabbal alamin…

‫تَ ْسلِ ْي ًما‬ ‫صلُّ ْوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُم ْوا‬َ ‫ يَا َأيُّها َ الَّ ِذي َْن َءا َمنُ ْوا‬،‫ص ُّل ْو َن َعلَى النَّبِ ِّي‬ َ ُ‫ِإ َّن هللاَ َو َمالَِئ َكتَهُ ي‬.
َ َّ‫ ِإن‬،‫ْت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل ِإب َْرا ِه ْي َم‬
‫ك‬ َ ‫صلَّي‬َ ‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫ت َعلَى ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل‬ َ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْك‬ِ ‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬ ِ َ‫ َوب‬.‫َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬ َ َّ‫ ِإن‬،‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم‬.
‫ك‬َ َّ‫ ِإن‬،‫ت‬ ِ ‫ت اَْألحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَْأل ْم َوا‬ ِ ‫^ َو ْال ُمْؤ ِمنِي َْن َو ْال ُمْؤ ِمنَا‬،‫ت‬
ِ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِمي َْن َو ْال ُم ْسلِ َما‬
ِ ‫ َس ِم ْي ٌع قَ ِريْبٌ ُم ِجيْبُ ال ّد َع َوا‬.
‫ت‬
‫ين آ َمنُوا‬ َ ‫ان َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاّل ً لِّلَّ ِذ‬ ِ ‫ين َسبَقُونَا بِاِإْل ي َم‬َ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َوِإِل ْخ َوانِنَا الَّ ِذ‬
‫َّحي ٌم‬
ِ ‫وف ر‬ ٌ ‫ك َرُؤ‬ َ َّ‫ َربَّنَا ِإن‬.
‫ين‬
َ ‫اس ِر‬ِ ‫ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا َأنفُ َسنَا َوِإن لَّ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكونَ َّن ِم َن ْال َخ‬.
‫ف قُلُوبَنَا َعلَى‬ ْ ِّ‫صر‬ َ ‫ب‬ ِ ‫ف ْالقُلُو‬ َ ِّ‫صر‬ َ ‫ اللَّهُ َّم ُم‬،‫ك‬ َ ِ‫ِّت قَ ْلبِى َعلَى ِدين‬ ْ ‫^ ثَب‬،‫ب‬ ِ ‫ب ْالقُلُو‬ َ ِّ‫يَا ُمقَل‬
‫ك‬ َ ِ‫طَا َعت‬.
ِ ّ‫اب الن‬
‫ار‬ َ ‫ َربَنَا َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ‬.
َ ‫صلى هللا و َسلم َعلَى ُم َحمد تسلي ًما َكث ْيرًا وآخر َد ْع َوانَا َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬ َ ‫ َو‬.

Anda mungkin juga menyukai